KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP WATU BLOROK : STUDY PENGETAHUAN H. SUAIB DI DESA KUPANG KECAMATAN JETIS KABUPATEN MOJOKERTO.

(1)

ABSTRAK

Khoirotul Anifah: “Kepercayaan Masyarakat Terhadap

Watu blorok

study

pengetahuan H. Suaib di Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto”.

(Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2015).

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan etnografi tentang fenomena

kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

study pengetahuan H.Suaib di Desa

Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Adapun pokok permasalahan atau

inti dari tulisan ini adalah menjawab dua pertanyaan berikut: (1) Bagaimana asal-usul

kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

di Desa Kupang, Kecamatan Jetis,

Kabupaten Mojokerto? (2) Bagaimana hubungan Islam dalam kepercayaan terhadap

Watu Blorok

menurut H.Suaib di Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten

Mojokerto?

Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah metode

etnografi

dengan

pengumpulan data, observasi, interview, untuk analisis datanya menggunakan

kualitatif, yang lebih menekankan analisisnya pada penyimpulan induktif dengan

menggunakan pendekatan antropologi. Teori yang digunakan adalah akulturasi yaitu

budaya lama mengalami percampuran dengan budaya baru.

Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1)

Watu Blorok

merupakan

dua batu yang dikeramatkan masyarakat Desa Kupang yang bernama Jaka Wilis dan

Nyi Welas sebagai tempat persembahan, permohonan atau ziarah. Kepercayaan ini

dilakukan masyarakat ketika melintasi jalan dari arah Desa Kupang menuju Desa

Bangeran dan ketika musim panen seperti panen cabe, jagung, padi dan sebagainya.

Dengan tujuan agar terhindar dari marabahaya bagi pengguna jalan dan terhindar dari

kerusakaan dari hama dan tanaman hasilnya bagus ketika musim panen. (2) Menurut

H.Suaib Watu Blorok merupakan kepercayaan peninggalan nenek moyang yang

sampai sekarang masih kerap terlihat di Desa Kupang. Bagi masyarakat yang

mempercayai

Watu Blorok

kegiatan persembahan atau permohonan. bukan suatu

kegiatan yang berasal dari ajaran Islam. Melainkan berasal dari ajaran agama

Hindu,Tercampurnya budaya Hindu dalam kepercayaan masyarakat terhadap

WatuBlorok

ini menjadikan kepercayaan tersebut tidak murni sebagai kepercayaan

Islam yang mengandung unsur-unsur ajaran Islam. Karena kepercayaan mayarakat

terhadap

Watu Blorok

ini tidak ada penjelasannya dalam Al-Quran dan Al-Sunnah.


(2)

ABSTRACT

Khoirotul Anifah: "Trust Societies Watu study blorok H. Suaib knowledge in

Kupang Village Jetis Mojokerto".(Skripsi, UIN Sunan Ampel fakultas Adab,

Surabaya, 2015).

This thesis is the result of ethnographic field research about the phenomenon,

public confidence

Watu Blorok

study knowledge H. Suaib in Kupang Village, Jetis

Mojokerto. As for the subject matter or the core of this paper is to answer the

following two questions: (1) What is the origin of public confidence in the

WatuBlorok

in Kupang Village, Jetis, Mojokerto? (2) How is the relationship of Islam

in confidence in the

Watu Blorok

according to H. Suaib in Kupang Village, Jetis,

Mojokerto?

The method used is the ethnographic method of data collection, observation,

interviews, to use qualitative inference using data analysis, which is more emphasis

on the analysis of inductive inference using anthropogical approach. The theory used

is acculturation. Acculturation theory used is that local culture changing with the

advent of t he Islamic element.

From the results of this study concluded that (1) Watu Blorok are the two

sacred stones Kupang Village name Jaka Wilis and Nyi Welas community as a

solicitation or offering of pilgrimage. This belive in the community do when crossing

the road from the village Kupang to the Village Bangeran and when the harvest

season crops such as peppers, corn, rice and so on. With the aim to avoid the dangers

for rad users and avoid corp damage from pests and the better when the harvest

season. (2) According to H. Suaib Watu Blorok an ancestral belief which is still often

seen in the village of Kupang. For people believe Watu Blorok activities offering or

solicitation is not an activity that comes from the teachings of Islam. But from the

theachings of Hinduism, Hindu culture mingling in public confidence in the Watu

Blorok makes these beliefs are not purely as a belief that Islam contains elements if

Islamic teaching. Because the public trust in Watu Blorok not research in the

Al-Quran and Al-Sunnah


(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...

i

PERNYATAAN KEASLIAN ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iv

TABEL TRANSLITRASI ...

vi

ABSTRAK ...

ix

ABSTRAC ...

x

KATA PENGANTAR ...

xi

DAFTAR ISI ...

xii

BAB I

: PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... ...

1

B.

Rumusan Masalah. ...

6

C.

Tujuan Penelitian ...

6

D.

Kegunaan Penelitian ...

7

E.

Pendekatan Dan Kerangka Teori ...

8

F.

Penelitian Terdahulu ...

10

G.

Metode Penelitian ...

11

H.

Sistematika Bahasan ...

18

BAB 11

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.

Kependudukan ...

21

B.

Letak Geografis Desa ...

21

xiv


(4)

C.

Perekonomian...

25

D.

Pendidikan ...

28

E.

Keagamaan ...

31

F.

Keadaan Sosial Budaya ...

35

BAB III

: ASAL-USUL KEPERCAYAAN WATU BLOROK

A.

Sejarah Watu Blorok ...

42

B.

Mitos ...

47

C.

Keyakinan ...

49

D.

Tujuan Masyarakat Memberikan Sesajen Terhadap Watu Blorok

52

E.

Bentuk Sesajen ...

53

BAB IV

: PANDANGAN H. SUAIB TERHADAP WATU BLOROK

A.

Islam Dan Budaya Lokal...

57

1.

Pengaruh Unsur Animisme-Dinamisme ...

59

2.

kebudayaan Jawa Masa Hindu-Budha ...

61

3.

Kebudayaan Jawa Masa Islam ...

63

B.

Islam Dan Watu Blorok Menurut H. Suaib ...

64

1.

Status Dan Peran H. Suaib di Desa Kupang ...

64

2.

Watu Blorok Menurut H. Suaib ...

66

BAB V

: PENUTUP

A.

Kesimpulan………

78


(5)

B.

Saran………...………..

80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(6)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Jawa. kita sering kali

mendengar dan membaca tentang tradisi atau kepercayaan yang terdapat dalam

suatu kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan di Indonesia sekarang begitu

banyak dan beragam, merupakan hasil pula dari perkembangan dari masa

kemasa dalam perkembangannya itu terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh

dari luar, dan pengaruh itu telah memberi corak dan sifatnya sendiri-sendiri yang

khusus untuk masa.

Bagi seorang, antropologi istilah kebudayaan umumnya mencakup cara

berpikir dan cara berperilaku yang telah merupakan ciri khas suatu masyarakat

tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti

bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kebiasaan

pekerjaan, larangan-larangan.

1

Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang

saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang

berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama di satu sisi

dengan kepentingan budaya di sisi lain. Demikian halnya dengan agama Islam


(7)

yang diturunkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia khususnya Jawa yang

memiliki adat-istiadat dan tradisi secara turun-temurun.

Agama merupakan suatu sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan

oleh penganutnya dalam tindakan-tindakan keagamaan di masyarakat dalam

upaya memberi respon dari apa yang dirasakan dan diyakini sebagai sesuatu

yang sakral. Agama dapat juga dikatakan sebagai elemen pembentuk sistem nilai

budaya dimana mengandung nilai-nilai sosial pada penganutnya.

Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang

universal,

dalam

pemahaman bahwa semua masyarakat memiliki pola berpikir dan berperilaku

sendiri-sendiri sesuai dengan pemenuhan terhadap Agamanya, dimana terdiri

atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan serta nilai-nilai spesifik manusia dalam

menginterpretasikan eksistensi mereka. Karena agama juga mengandung

komponen ritual maka sebagian agama tergolong dalam struktur sosial.

2

Didalam kepercayaan

Watu Blorok

yang diyakini masyarakat sebagai

bentuk permohonan keselamatan dalam berbagai bentuk. Seperti halnya: ketika

sekelompok orang atau individu ketika melakukan perjalanan dari Desa Kupang

menuju arah Desa Bangeran atau dari arah Mojokerto menuju arah Gersik yang

dalam perjalanannya harus melewati pertanjakan jalan dimana tempat batu

keramat tersebut berada yaitu

Watu Blorok

.


(8)

Masyarakat yang mempercayai

Watu Blorok

seringkali memiliki

ketakutan tersendiri dalam melakukan perjalan dari arah Mojokerto menuju arah

Gersik.Bagi pengendara mobil baik individu maupun kelompok memberi

penghormatan dengan memberikan sesajen berupa Bunga atau dengan melempar

uang koin yang tidak jauh dari letak

Watu Blorok

berada. Bagi peengendara

motor memberi penghormatannya dengan cara memberi sesajen berupa bunga,

terkadang dengan melempar uang koin saja sebagai bentuk meminta izin bagi

pengendara yang melewati. Dan bagi pejalan kaki masyarakat memberi

penghormatannya dengan memberikan sesajen bunga dan koin, serta berdoa

sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.

Watu Blorok

sendiri merupakan dua batu yang dikeramatkan masyarakat

dari zaman nenek moyang hingga sekarang. Batu laki-laki dan batu perempuan

yang nama aslinya adalah Jaka Wilis dan Roro Welas. Karena mereka lahir di

gunung Wilis tempat dua batu tersebut berada sekarang.

Sebagaimana yang dikenal masyarakat, bahwa kepercayaan atau tradisi

niscaya ada titik permulaannya, yang mungkin fenomena tersebut memperoleh

sambutan beranak-pinak dan turun-temurun. Tidak mungkin suatu kepercayaan

dalam suatu masyarakat tanpa bermula dari suatu kejadian yang menurut

masyarakat tersebut mempunyai makna dan bobot, sehingga masyarakat masih


(9)

mempertahankan kepercayaan tersebut dengan memberi sesajen berupa bunga

dan melempar uang koin terhadap simbol atau batu yang dikeramatkan.

3

Watu Blorok

berada di sisi jalan kanan-kiri perbatasan Desa Kupang dan

Desa Bangeran. Yang dikelilingi hutan wilis atau hutan kayu putih. Jalan yang

dilewati juga berkelok-kelok, menanjak, jurang dan kesunyian hutan dekat

dengan jalan raya sehingga membuat masyarakat memiliki sisi ketakutan

tersendiri. Banyak pengendara yang tiba-tiba terjatuh, kecelakaan, kendaraan

yang tiba-tiba mati ditengah perjalanan. Cerita dari masyarakat yang perna

mendengar dan mengalami kejadian langsung menjelaskan banyak pengendara

yang melewati jalan tersebut kecelakaan mobil, truk, motor dan sering menabrak

pohon yang berada di belokan jalan. Dan keyakinan masyarakat mengatakan

kejadian yang terjadi kepada seorang yang melewati jalan disitu dengan niat

yang kurang baik, tidak permisi atau meminta izin. Bagi masyarakat yang

mempercayai hal seperti itu kejadian tersebut akan terjadi.

Kepercayaan terhadap

Watu Blorok

ini tidak hanya diyakini masyarakat

Desa Kupang dan masyarakat sekitar Desa. Akan tetapi terdapat komunitas atau

individual seorang yang melakukan sesajen dan doa terhadap batu keramat yang

sekarang kerap terdengar di telinga kita

Watu Blorok

. Dengan tujuan yang sama

dengan masyarakat sekitar yang tinggal di lingkungan

Watu Blorok

.

Lebih-lebihnya mereka ada yang meminta kesembuhan atas penyakit yang diderita


(10)

seorang tersebut, meminta perlindungan agar tidak diganggu makhluk ghaib dan

ada juga memiliki niat baik yang mendoakan keluarganya yang perna meninggal

kecelakaan di jalan dekat

Watu Blorok

tersebut.

Sistem mata pacaharian seperti bertani dikalangan masyarakat juga tidak

terlepas dari kehidupan keagamaan dan kepercayaan kepada yang ghaib.Ketika

menanan sebagian masyarakat melakukan ritual dengan memberikan sesajen

guna untuk mendapatkan berkah atau risqi yang banyak, juga untuk terhindarkan

dari mara bahaya yang mengancam.

4

Dari keyakinan tersebut, masyarakat sering sekali dihadapkan dengan

berbagai kegiatan yang mengandung unsur keghaiban yang dengan kepercayaan

masyarakat membuat mereka sendiri menyimpang dari ajaran islam yang murni.

Hal ini dapat dimaklumi karena budaya masyarakat penuh peninggalan nenek

moyang sehingga gejalanya masih dapat dirasakan hingga sekarang ini. Dengan

semua pengaruh itu menutup kemungkinan masyarakat di pulau Jawa mewarnai

disetiap sikap kehidupannya, maka diperlukan suatu arahan untuk membimbing

kearah yang benar sesuai dengan ajaran Islam.

Karena sebagian besar umat Islam yang ada di Desa Kupang Kecamatan

Jetis Kabupaten Mojokerto keimanan dan ketauhidannya kurang kuat sehingga

hal yang bersifat mistik dan pemujaan terhadap suatu benda yang dianggap

4Bustanudin Agus, Agama dalam kehidupan manusia pengantar antropologi agama(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2006), 235-236.


(11)

keramat banyak dijumpai diberbagai tempat. Hal inilah yang perlu dikaji lebih

luas dalam upaya meluruskan kembali beberapa hal yang menjerumuskan kearah

kemusyrikan.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi dengan judul

“Kepercayaan Masyarakat

terhadap Watu Blorok Study Pengetahuan H. Suaib di Desa Kupang Kecamatan

Jetis Kabupaten Mojokerto”.

maka ruang lingkup persoalan yang akan dibahas

adalah berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

. Maka

ruang lingkup persoalan yang akan dibahas adalah berkaitan dengan kepercayaan

masyarakat terhadap

Watu Blorok.

Agar mendapat gambaran yang lebih jelas dari identifikasi masalah diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana asal-usul kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

di Desa

Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto?

2. Bagaimana pandangan Islam terhadap

Watu Blorok

menurut H.Suaib di Desa

Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada bab sebelumnya, penelitian ini

bertujuan antara lain untuk:


(12)

1) Untuk mengetahui asal-usul kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

di

Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

2) Untuk mengetahui hubungan Islam terhadap

Watu Blorok

menurut H.Suaib di

Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasil

ini dapat memberikan manfaat dan nilai-nilai yang baik bagi semua orang secara

akademik maupun secara praktis.

1. Secara Akademik (Praktis)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di

perpustakaan Fakultas Adab dan perpustakaan Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya selain itu juga sebagai bahan rujukan pada masyarakat

dan para ilmuwan Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto dan

mengetahui tradisi-tradisi di sebuah desa.

2. Secara Teoritis (Ilmiah)

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan

sejarah dan kebudayaan Islam.Terutama dalam hal ini budaya tepatnya

masalah kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

di Desa Kupang

Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.


(13)

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Penulisan skripsi ini berjudul “

Kepercayaan Masyarakat terhadap Watu

Blorok

Study Pengetahuan H. Suaib di Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten

Mojokerto”. Sesuai dengan judul, menunjukan bahwa penelitian ini masuk

padakategori penelitian etnografi atau antropologi, juga dapat diistilahkan sebagai

penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan hitungan.

5

Jadi pendekatan yang digunakan adalah study antropologi bahwa dalam

skripsi ini membahas studi kawasan budaya sehingga muncul pandangan H. Suaib

untuk menghubungkan antara Islam dengan budaya lokal Jawa pada masa kini,

juga merupakan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Hal ini untuk mempermudah

pemahaman tentang kebudayaan pada tingkat abstrak dan mendefinisikan esensi

dari hakikat manusia.

6

Sebagaimana dalam proses kerja lapangan, maka peneliti membuat

kesimpulan budaya yakni kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

dari tiga

sumber: (1) dari hal yang dikatakan masyarakat setempat, (2) dari cara bertindak,

(3) dan dari berbagai artefak yang digunakan masyarakat. Dikarenakan suatu

kebudayaan baik yaitu implisit maupun eksplisit terungkap melalui perkataan

baik komentar sederhana maupun dalam wawancara panjang.

Fokus penelitian ini adalah pandangan atau ide seseorang dalam

memahami antara Islam dan tradisi lokal, oleh karena itu kerangka teori untuk

5Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2000), 02. 6Ahmad Fedyani Saifudin, Antropologi Kontemporer: suatu Pengantar Krisis Mengenai Paradigma (Jakarta: Kencana,2005), 33.


(14)

menganalisanya termasuk dalam kebudayaan kognisi individu.Penelitian budaya

kognisi dalam hal ini adalah pengetahuan ketika menghubungkan Islam dan

kebudayaan lokal.

Menurut Nur Syam dalam bukunya Madzab-Madzab Antropologi

mengatakan bahwa kebudayaan kognisi terdiri dari tiga unsur yaitu bahasa,

kebudayaan dan kognisi.

7

Dari kerangka teoritik tersebut, nantinya akan memunculkan sebuah teori.

Teori itu dihasilkan ketika menghubungkan antara konsep islam dan kebudayaan

lokal. Berdasarkan sejarah masuknya Islam di Indonesia, Islam masuk dan

tersebar secara damai sebagai metode dakwah para wali songo. Mereka berdakwa

tanpa menghilangkan tradisi lokal.Ini dimaksudkan agar Islam diterima oleh

masyarakat dengan mudah. Oleh karena itu tradisi lokal tetap berkesinambungan

sampai sekarang.

Untuk menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat

proses akulturasi. Akulturasi juga sering digunakan untuk membahas berbagai hal

yang berkaitan dengan individu terhadap suatu yang baru. Sehingga penelitian ini

menggunakan teori

akulturasi

, yakni fenomena yang dihasilkan sejak kedua

kelompok atau individu yang berbeda kebudayaan mulai melakukan kontak

langsung yang diikuti perubahan pola kebudayaan asli dari salah satu kedua

kelompok itu.


(15)

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian skripsi ini yang berjudul

“Kepercayaan Masyarakat terhadap

Watu Blorok di Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto”

. Sejauh

pengamatan penulis bahwasanya penelitian tentang keris belum perna diteliti di

UIN Sunan Ampel Surabaya terutama Fakultas Adab.

Keterkaitan benda yang dikeramatkan atau yang dipercayai masyarakat

memiliki kekuatan lebih, penulis mengangkat judul skripsi dari mahasiswa

Fakultas Adab oleh Akhmad Fanani, dengan judul “Keris Dalam Kehidupan

Masyaraka Islam Jawa di Trowulan Mojokerto. Pada penulis skripsi ini

menjelaskan tentang keris bagi masyarakat islam jawa memiliki makna tersendiri,

bukan saja tentang tuah atau yoni, tetapi juga makna budaya, sejarah dan filosofi

yang sarat makna. Keris yang konon sebagai lambang status kebangsawanan

jawa, kini dihadapkan terhadap budaya alternatif (budaya massa) sebagai salah

satu alternatif pelestarian. Keris yang konon sebagai benda tertuah yang

dikeramatkan, dirumat serta diyakini sebagai pusaka yang memiliki kekuatan

lebih.

G. Metode Penelitian

Sesuai dengan pendekatan yang di pilih, maka metode yang digunakan

dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan penelitian etnografi. Etnografi

merupakanpekerjaan mendiskripsikan suatu kebudayaan.Tujuan utama aktifitas

ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.


(16)

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinkowski bahwa tujuan etnografi

adalah memahami sudut pandang asli, sehubungan dengan kehidupan untuk

mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.

8

Dalam penelitian kualitatif didaari atas beberapa alasan, diantaranya ialah:

1. Mengkaji suatu makna yang berasal dari suatu tindakan atau apa yang berada

dibalik tindakan seseorang.

2. Dalam menghadapi lingkungan sosial, individu mempunyai strategi bertindak

yang tepat bagi dirinya sendiri, sehingga memerlukan pengkajian yang

mendalam. Penelitian kualitatif memberikan peluang bagi pengkajian

mendalam terhadap suatu fenomena.

3. Kesadaran dan tindakan individu didalam masyarakat sangat memungkinkan

menggunakan penelitian kualitatif karena yang dikaji ialah fenomena yang

bersifat eksternal dan berada didalam diri masing-masing individu.

4. Penelitian kualitatif memberikan peluang untuk memahami fenomena

menurut

emic view

ataau pandangan aktor setempat.

9

Etnografi berasal dari kata

ethos

yang berarti bangsa, dan

graphein

yang

berarti tulisan atau uraian.

10

Ethnography

juga diartikan sebagai “pelukisan

tentang bangsa-bangsa”. Dari pada itu etnografi juga berarti deskriptif sistematis

dari kebudayaan berdasarkan observasi tangan pertama.

11

Dengan pengertian lain

8James P. Spandley,Metode Etnografi( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), 03. 9Nur Syam,Islam Pesisir (Yogyakarta:LKIS, 2005), 47-48.

10Tedi Sutardi, Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung: Setia Purna Inves, 2007), 64. 11Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Bandung: Aksara Baru, 1983), 10.


(17)

Etnografi juga dapat diartikan apa yang dikerjakan oleh para praktisi di lapangan.

12

jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan atau uraian dari budaya

bangsa-bangsa.

Dalam pengamatan dengan metode etnografi, penulis menggunakan

metode pengamatan langsung.

13

Karena dalam penelitian etnografi dengan terlibat

langsung akan membawa kepada data yang ontentik, handal dan dapat dipercaya

(data primer). Metode pengamatan terlibat langsung ke Desa Kupang Kecamatan

Jetis Kabupaten Mojokerto.

Dalam melakukan penelitian etnografi penulis menggunakan beberapa

langkah, diantaranya; pengumpulan data dengan melakukan observasi, deskripsi,

interpretasi dan melakukan penulisan.

Dalam penelitian ini adalah menentukan jenis penelitian. Penelitian ini

termasuk penelitian lapangan (

field research

) yaitu penelitian lapangan yang

mengungkapkan fakta kehidupan sosial masyarakat dilapangan secara langsung

dengan pengamatan secara langsung, wawancara dan juga menggunakan daftar

pustaka.

14

Adapun tujuan dari penelitian lapangan (field research) ini adalah untuk

menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah

12Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan (Yogyakarta: kanisius, 1992), 06.

13Masyhudi, Metode Pengamatan Penelitian Etnografi( Surabaya: Makalah atas permintaan Dekan Fakultas Adab, 1997), 11.


(18)

ada, sedangkan menguji kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih

diragukan kebenarannya.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta

secara sistematik tentang objek yang sebenarnya. Tujuannya adalah

menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala-gejala tertentu. Selain itu,

penelitian ini menggunakan metode emik. Metode

emik

mengacu kepada

pandangan warga masyarakat yang dikaji (

native's viewpoint

).

15

Adapun langkah pertama dalam metode penelitian ini adalah pengumpulan

data sebagai proses untuk menemukan sumber-sumber yang dipergunakan sebagai

penelitian kebudayaan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah

metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari metode

kualitatif ialah supaya penulis dapat mengenal sejarah mendalam tentang

lingkungan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif, dalam arti

peneliti berusaha menemukan bukti yang dialami dalam penalaran formal atau

analitik. Hal ini bertujuan mempertahankan bentuk-bentuk manusia dengan ciri

khas masing-masing individu.

Pengamatan adalah suatu metode memperoleh data dengan menggunakan

pengamatan dan perencanaan secara sistematika fenomena yang diselidiki.

Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan yaitu melakukan

15Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai


(19)

pengamatan secara langsung dengan memposisikan diri sebagai pengamat

(observasi) bukan sebagai pelaku (aktor), perhatian peneliti berfokus pada

sebagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah

laku atau fenomena yang diteliti.

16

Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran

untuk kepercayaan masyarakat terhadap

Watu Blorok

.

Wawancara (interview) adalah suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung kepada informan

Desa Kupang atau menjadi sumber data metode interview yang dilakukan adalah

dengan cara wawancara mendalam tidak struktur (in-depth-interview). Dengan

tujuan untuk mendapatkan data yang kongkrit tentang sejarah, dan asal-usul

adanya kepercayaan yang diyakini masyarakat terhadap

Watu Blorok

tersebut.

Interview merupakan salah satu cara pengambilan data yang diakukan

melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk struktur. Interview yang

terstruktur merupakan bentuk interview yang sudah diarahan oleh sejumlah daftar

pertanyaan secara ketat. Yaitu proses tanya jawab dengan beberapa orang yang

mengetahui tentang

Watu Blorok

.

Dapat menggunakan bentuk interview yang sudah diarahkan oleh sejumlah

pertanyaan yang sudah terstruktur, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul ide

secara spontan.

17

Peneliti menggunakan metode seperti ini dimaksudkan untuk

16Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 170-171.


(20)

mendapatkan informasi yang diperlukan melalui wawancara dengan sejumlah

sumber data. Dengan menanyakan beberapa pertanyaan:

1. Bagaimana asal-usul

Watu Blorok

?

2. Dimanakah letak unsur Islam yang dilakukan masyarakat ketika memberikan

sesajen kepada

Watu Blorok

?

3. Apakah tindakan H.suaib sebagai tokoh agama masyarakat melihat masyarakat

yang mempercayai kekuatan batu keramat (

Watu Blorok

)?

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data diperoleh. Untuk penggalian data secara obyektif maka

sumber-sumber yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Sumber primer merupakan sumber data yang bersifat utama dan

terpenting untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti, ini

merupakan peneliti lapangan dimana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk

mencari data atau keterangan yang berhubungan dengan masalah yang di teliti,

baik dari individu atau perorangan seperti hasil wawancara, observasi,

dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti.

18

Informan adalah sumber yang utama sehingga penulis menggunakan

beberapa informan untuk mendapatkan keterangan dan informasi tentang

masalah yang diteliti. Salah satu informan yaitu H.suaib sebagai informan yang

18Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),42.


(21)

di teliti dalam penulisan skripsi ini. H. Suaib adalah tokoh masyarakat di Desa

Kupang dan menjadi salah satu yang mensucikan tempat dimana Watu Blorok

berada. Selain itu juga banyak informan yang menjadi pelaku langsung yang

mempercayai Watu Blorok seperti mbah Luruh, Dwi Ernawati, dan Sawiji

selaku juru kunci Watu Blorok.

b. Data Skunder

Data sekunder merupakan data yang berupa literatur-literatur atau

buku-bu/ku yang relevan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis

mengambil dokumen-dokumen serta buku-buku yang berkaitan dengan

penelitian.

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan transkip, buku, prasasti dan sebagainya.

19

Metode

dokumen yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode dokumentasi

tertulis maupun tidak tertulis. Metode dokumentasi tertulis yang digunakan

sebagai acuan adalah buku. Sedangkan dokumentasi tidak tertulis yang

digunakan acuan adalah foto-foto dan video. Misalnya, foto-foto

Watu Blorok

.

Dokumen yang menjadi data skunder adalah berupa foto Watu Blorok,

foto informan dan buku-buku kepustakaan seperti:

1. Akhmad Khalil dalam bukunya Islam Jawa yang membahas tentang sufisme

dalam etika dan tradisi Jawa.


(22)

2. M. H. Yana dalam bukunya falsafah dan pandangan hidup orang Jawa.

Dalam buku ini membahas tentang tardisi-tradisi yang dilakukan orang

Jawa.

Penyajian tulisan disampaikan melalui 2 cara: Informatif deskriptif,

menerangkan sebagaimana data yang ada seperti kutipan-kutipan langsung ucapan

baik dalam buku maupun dalam wawancara atau menyajikan fakta sesuai dengan

yang di jelaskan oleh H. Suaib selaku tokoh agama di Desa kupang. Informatif

analisis, menyajikan data yang diiringi dengan analisa penulis atau sesuai dengan

kehendak penulis, dengan menerangkan data yang satu dengan data yang lain

kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Interpretasi adalah suatu kegiatan untuk menguraikan, menganalisa lalu

menyimpulkan suatu bahan sumber yang diperoleh dan berhubungan dengan

fakta-fakta yang ada, baik yang berasal dari dokumen atau arsip, buku, terutama dari hasil

wawancarayang bersangkutan dengan topik yang dibahas.

Notosusanto memberikan pengertian interpretasi adalah kegiatan mengadakan

penafsiran terhadap fakta dari pengolahan data.Dari berbagai fakta harus

dirangkaikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis dan logis.

20

Pada penelitian ini penulis akan menguraikan tentang fakta-fakta asal

Watu

Blorok

yang menjadi salah satu kepercayaan masyarakat di Desa Kupang

,

yang dapat

diketahui dari hasil pencarian fakta melalui sumber-sumber buku. Kemudian penulis

menguraikan secara detail tentang aspek mistik yang ada pada

Watu blorok

dengan


(23)

hasil wawancara yang dilakukan kepada narasumber kepada H. Suaib selaku tokoh

agama tersebut. Dan unsur Islam akan dipaparkan menurut hasil interview kepada

narasumber yang bernama. Dijelaskan adanya unsur Islam yang terdapat pada batu

yang dikeramatkan masyarakat sampai sekarang ini. Sehingga kepercayaan terhadap

Watu Blorok

ini masih membuming di dalam kehidupan masyarakat khususnya di

lingkungan tempat batu keramat tersebut berada.

H. Sistematika Bahasan

Dalam pembahasan ini diperlukan suatu rangkaian yang sistematis dan saling

berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga dapat menggambarkan dan

menghasilkan hasil yang maksimum. Untuk itu diperlukan sistematika pembahasan

yang disajikan dalam bab perbab. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah

sebagai berikut:

BAB I

: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah

D. Kegunaan Penelitian

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

F. Penelitian Terdahulu


(24)

H. Sistematika Pembahasan

BAB II

:DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang monografi Desa kupang,

meliputi:

A. Kependudukan

B. Letak Geografis,

C. Perekonomian

D. Pendidikan

E. Keagamaan,

F. Keadaan Sosial Budaya.

BAB III

: ASAL-USUL KEPERCAYAAN WATU BLOROK

A. Sejarah Watu Blorok

B. Mitos masyarakat terhadap Watu Blorok

C. Keyakinan masyarakat terhadap Watu Blorok

BAB IV

: PANDANGAN H. SUAIB TENTANG WATU BLOROK

A. Islam dan Budaya Lokal

1. Pengaruh unsur Animisme-Dinamisme

2. Kebudayaan Jawa Pra Hindhu-Budha

3. Kebudayan Jawa Masa Islam


(25)

B. Islam dan Watu Blorok Menurut H. Suaib

1. Status dan peran H. Suaib di Dusun Kupang

2. Watu Blorok menurut H. Suaib

BAB V

: PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran


(26)

VESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Kependudukan

D

esa Kupang Kecamatan Jetis merupakan wilayah Kabupaten

Mojokerto yang berada disebelah barat sungai Brantas. Jarak antara Desa

Kupang dengan ibu Kota Kabupaten ± 7 km dan berjarak 0 km dari Pusat

Pemerintahan Kecamatan.

21

Kupang adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto. Desa Kupang secara obyektif dapat kita ketahui

melalui pengumpulan data yang terdapat dikantor Desa Kupang Kecamatan

Jetis Kabupaten Mojokerto. Maka secara terperinci penulis akan

menggambarkan kondisi obyektif Desa Kupang. Berdasarkan data yang

penulis dapatkan langsung dari kantor Desa Kupang, sehingga pembaca tidak

mengalami kesulitan dalam membaca kondisi obyektif Desa Kupang.

B. Letak Geografis Vesa

Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto, mempunyai luas

wilayah 347.8 ha dengan jumlah penduduk 4950 jiwa, laki-laki 2590 jiwa

perempuan 2460 jiwa dan 1903 Kepala Keluarga.

Terdiri dari 6 Dusun yaitu:

1. Dusun Wates

:11.3 ha


(27)

2. Dusun Warugunung Tengah

:67.8 ha

3. Dusun Warugunung Lor

:100.6ha

4. Dusun Kupang

: 35.2 ha

5. Dusun Pasinan Kulon

: 28.05ha

6. Dusun Pasinan Wetan

:104.1ha

Dengan luas wilayah desa 3.478 ha terdiri dari:

1. Lahan pertanian

:251.38ha

2. Lahan tegal

: 33.66ha

3. Lahan pekarangan

: 38.65ha

4. Tanah kas desa

: 20.25ha

5. Lain-lain

:

- Irigasi

: 3.6 ha

Dengan batas-batas :

1. Sebelah utara

: Desa Bangeran

2. Sebelah timur

: Desa Bendung

3. Sebelah selatan

: Desa Ngabar

4. Sebelah barat

: Desa Jolotundo

22

Adapun Struktur organisasi pemerintahan desa kupang ditetapkan

dengan Pola Minimal yang terdir atas;

1. Kepala desa

: ANDRIDI


(28)

2. Plt. Sekretaris desa

: SUHARTONO

a. Kepala Urusan (2 orang)

:

1) Kepala Urusan Umum

: IKA YUNI

2) Kepala Urusan Kesejahteraan masyarakat

: ZAINUDIN

b. Kepala Seksi

:

1) Kepala Seksi Pembangunan

: SUNDARI

c. Kepala Dusun

:

1) Dusun Wates

: MUALIK

2) Dusun Warugunung Tengah

: MANSUR

3) Dusun Warugunung Lor

: JUNAEDI

4) Dusun Kupang

: KHOIRUL A

5) Dusun Pasinan Kulon

: SUHARTONO

6) Dusun Pasinan Wetan

: KHOIRUL H

d. Badan Permusyawaratan Desa

:

1) Ketua

: JAUHAR S

2) Wakil Ketua

: M. YASIN

3) Sekretaris

: AGUS BUDI

4) Bendahara

: WATI

5) Anggota

: RUDI

6) Anggota

: SUTAMAN

7) Anggota

: SUPARNO


(29)

9

) Anggota

: ISMAIL

10) Anggota

: SUPARMAN

11) Anggota

: FATKHUR

e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat :

1) Ketua

: SUKOYO

2) Wakil Ketua

: SUDARMADI

3) Sekretaris

: INDAH

4) Bendahara

: MUAHADI

5) Seksi Agama

: SUYITNO

6) Seksi Pembangunan Prasarana & lingkungan Hidup:

-7) Seksi Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat: SAUDJI

8) Seksi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

: RIYANTO

9) Seksi Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna

: SU’UD

10) Seksi kesejahteraan Sosial

: SUDARMAN

23

f. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

:

1) Ketua

: LILIK INDAH

2) Wakil Ketua

: STIOWATI

3) Sekretaris

: DWI SISMINARTI

4) Bendahara

: TAN SUN

5) Pokja I

: SITI MUSTAUDICHA

6) Pokja II

: SUHARMAMIK


(30)

7) Pokja III

: WIWIK SUTATIK

8) Pokja IV

: NURUL AIDAH

g. Pengurus karang taruna

:

1) Ketua

: EDI PRAYONO

2) Wakil Ketua

: KHUSNUl

3) Sekretaris

: MASRIFUL ULA

4) Bendahara

: HERI

5) Anggota

: WAWAN

6) Anggota

: FIRA’I

7) Anggota

: DENY

8) Anggota

: RIANTO

9) Anggota

: BAKER

10) Anggota

: WATI

24

C. Perekonomian

Sistem perekonomian juga sangat penting bagi masyarakat.Sistem

mata pencaharian warga Desa Kupang sebagian besar berada disektor

pertanian. Hal ini disebabkan karena Desa Kupang ini merupakan sebuah

Desa yang wilayahnya sangat agraris. Hampir 40% wilayah pertanian ada di

desa Kupang. Oleh sebab itu, sektor pertanian dalam hal ini mempunyai

peranan yang sangat penting dalam ekonomi masyarakat, khususnya di Desa

Kupang.


(31)

D

alam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Kupang mata

pencahariannya adalah beraneka ragam yang terdiri dari:

- Petani

: 600 orang

- Buruh tani

: 700 orang

- PNS

: 26 orang

- Wiraswasta

: 875 orang

- Pertukangan

: 25 0rang

- TNI/POLRI

: 5 orang

- Swasta

: 1.412 orang

- Pensiunan

: 18 orang

- Jasa

: 23 orang

25

Dari data tersebut dapatlah disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi

masyarakat terlihat cukup diatas karena penduduk yang bekerja masih besar

dibandingkan dengan penduduk yang tidak bekerja. Secara keseluruhan

tingkat ekonomi masyarakat Desa Kupang terbilang bagus. Rata-rata pekerja

warga Desa Kupang adalah bekerja swasta seperti guru, buruh pabrik, dan lain

sebagainya. Perekonomian masyarakat juga terbilang bagus dari segi bercocok

tanam seperti padi, jagung, cabe, kacang tanah, ketela, tembakau dan lain


(32)

sebagainya. Masyarakat cukup pandai dalam memanfaatkan kondisi tanahnya

yang subur seperti ketika di musim penghujan atau kemarau.

26

Hal ini dilihat dari kemampuan mereka dalam mencocokkan musim

dengan tanaman apa yang cocok pada musim tersebut. Misalnya saja, ketika

musim penghujan mereka menanam padi, cabe, jagung, kacang. Sedangkan

ketika musim kemarau warga akan menanami lahan mereka dengan

tembakau. Selain itu ada beberapa warga yang bekerja sebagai buruh tani.

Mereka bekerja ketika waktu tanam atau panen tiba.

Untuk tanam panen padi sendiri panennya satu sampai dua kali dalam

setahun, begitu pun jagung dan kacang. Untuk tembakau panennya hanya

sekali dalam setahun, hal ini dikarenakan tanaman tembakau hanya ketika

musim kemarau tiba.

Untuk pemasarannya, ketika warga sudah panen padi, jagung, cabe

ataupun kacang, mereka akan menyimpannya untuk mencukupi kehidupan

satu tahun. Sedangkan untuk sisanya dijual kepada tengkulak.Dari tengkulak

ini barulah hasil panen tadi dipasarkan.

Selain dari sektor pertanian, sebagian besar penduduk Desa Kupang

juga bekerja sebagai wiraswasta. Seperti membangun toko material, toko mas,

toko buah, toko kebutuhan pokok, toko baju, dokter dan apotek. Selain itu

26Sujak, Wawancara,Kupang Mojokerto, 05 November 2014


(33)

juga penduduk Desa Kupang juga bekerja sebagai POLRI atau TNI.Selain itu

juga sebagian kecil masyarakat Desa Kupang juga bekerja di bidang sektor

pertukangan dan Jasa.

V. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang penting, yang

dapat menunjang kehidupan sosial lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Karena menurut pola pikir masyarakat umum sekarang, semakin tinggi tingkat

penddikan, maka derajat sosial lingkungan masyarakat pun terangkat, karena

inilah pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang aktual sepanjang

zaman.

27

Pendidikan sangatlah dibutuhkan di era reformasi ini. Tanpa adanya

pendidikan, maka seseorang tidak akan bisa maju dan tidak bisa

mengembangkan pengetahuan serta pengalaman yang ada. Adapun tujuan

pendidikan adalah agar mereka menjadi sukses dan berperilaku baik.Sebagai

generasi penerus bangsa, kita dituntut untuk bisa mengembangkan ilmu

pengetahuan berdasarkan wawasan yang tinggi.Sarana dan prasarana

sangatlah penting dalam pengembangan pendidikan seseorang guna

terciptanya rasa nyaman ketika sedang melakukan pembelajaran baik secara

formal maupun non-formal.


(34)

nNo.

Tingkat pendidikan

Jumlah penduduk

1

TK

123 orang

2

SD

582 orang

3

SLTP/sederajad

987 orang

4

SLTA/sederajat

2.030 orang

5

Sarjana

39 orang

6

Pasca sarjana

3 orang

Jumlah

3.764 orang

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari tingkat

pendidikan, warga Desa Kupang hanya mampu menyelesaikan progam

pendidikan wajib belajar hanya sampai pada jenjang tamatan SLTP dan

SLTA. Sedangkan yang mampu menyelesaikan progam pendidikan sampai

jenjang Perguruan Tinggi dan Pasca Sarjana hanya beberapa orang dari

jumlah penduduk yang ada di Desa Kupang.

28

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk memajukan

tingkat kesejahteraan dan tingkat perekonomian masyarakat yang tinggal di

Desa Kupang ini. Dengan meningkatnya aspek pendidikan di Desa akan

mendorong tumbuhnya keterampilan, dan peluang kewirausahaan sehingga

meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan bertambahnya lapangan

28Ibid, file Kupang Mojokerto, 05 november 2014.


(35)

kerja. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Kupang ini merupakan upaya

dasar agar masyarakat memperoleh pembelajaran melalui bimbingan serta

pengajaran.

Di Desa Kupang ini terdapat dua kategori pendidikan, yaitu

pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Adapun sarana pendidikan

formal yang mendukung di Desa Kupang terdiri dari; Taman Kanak-Kanak

(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lulusan Tingkat Pertama (SLTP),

Sekolah Lulusan Tingkat Atas (SLTA), sedangkan sarana pendidikan

non-formal di desa Kupang terdiri dari MADIN (Madrasah Diniyah), dan TPA

(Taman Pendidikan Al-Quran).

Secara umum, minat masyarakat desa Kupang terhadap pendidikan

dapat dikatakan cukup bagus, karena mayoritas penduduk Desa Kupang

mampu menyelesaikan sekolah hingga SLTP hingga SLTA. Bagi remaja yang

ada di desa Kupang hanya bisa melaksanakan pendidikan sampai jenjang

SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SLTA (Sekolah Tinggi Menengah

Atas). Kemudian setelah lulus dari SMP dan SLTA, remaja perempuan

banyak yang menikah. Dan remaja laki-laki bekerja di luar Kota.

29

Selain pendidikan formal, terdapat pula pendidikan yang bergerak

dibidang keagamaan yaitu 6 TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) yang berada

di setiap Dusun Desa Kupang. TPA ini sangat berpengaruh terhadap

29Ibid, file Kupang Mojokerto, 05November 2014.


(36)

pendidikan agama masyarakat Kupang khususnya bagi anak-anak.TPA

tersebut merupakan lembaga pendidikan agama yang lebih di anggap penting

bagi masyarakat untuk mendidik dan mengajarkan anak-anaknya tentang

agama dan sebagainya.

E. Keagamaan

Agama dan kebudayaan pada hakekatnya merupakan sebuah aspek

yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah golongan,utamanya bagi para

penduduk disebuah pedesaan.Di dalam masyarakat desa, agama dan

kebudayaan merupakan sebuah unsur yang mempunyai tempat paling penting

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Agama dan kebudayaan mempunyai

tradisi masing-masing di desa tersebut, akan tetapi terkadang pelaksanaan dari

kedua aspek tersebut bisa berjalan dalam waktu bersamaan.

Agama merupakan sebuah pedoman hidup manusia. Manusia berhak

memilih agama sesuai dengan kepercayaannya, beberapa macam agama yang

dianut manusia sebagai pedoman hidup diantaranya: Islam, Kristen, Katolik,

Hindu dan Budha. Mayoritas masyarakat di Desa Kupang memeluk agama

Islam, jumlah penduduk desa Kupang yang memeluk Islam hampir mencapai

100%.

30

Kondisi keagamaan di desa Kupang terbilang cukup maju, hal ini

terbukti berdirinya sebuah masjid dan beberapa mushallah yang digunakan

30Ibid Sujak, Wawancara, 05 November 2014.


(37)

sebagai sarana untuk tempat beribadah dan digunakan untuk kegiatan

keagamaan yang ada di wilayah desa Kupang. Seperti halnya tahlilan setiap

hari Kamis malam Jumat, pengajian rutinan, dibaiyah satu bulan sekali,

manaqiban, taman sholayah tiga bulan sekali dan khataman Al-quran setiap

hari minggu.

Salah satu syarat dalam kehidupan amat penting yaitu keyakinan, yang

oleh sebagian orang dianggap menjelma sebagai agama. Agama bertujuan

untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan rohani, untuk mencapai

kedua hal tersebut harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya

Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan dan memelihara semua yang ada di

bumi ini.

Penduduk Desa Kupang mempunyai kegiatan yang fungsi keagamaan

adalah untuk meningkatkan talipersaudaraan, antara lain:

a. Mengadakan pengajian rutinan yang dlakukan sebulan sekali.

b. Jami’iyah yasin dan tahlil yang dilakukan sminggu sekali pada malam

rabu dan malam jumat.

c. Jami’iyah diba’iyah dilakukan seminggu sekali pada hari sabtu.

d. Jami’iyah manaqib dilakukan sebulan sekali.

e. Kesenian hadrah yang dilakukan setiap sebulan sekali.

f. Majelis ta’lim yang dilakukan setiap sebulan sekali.

31


(38)

Kegiatan yang tertulis diatas, menunjukan bahwa sikap berorganisasi

cukup menyatu dengan sikap kekeluargaan antara yang satu dengan yang

lainnya. Adanya kegiatan semacam ini menunjukan sikap sosial keagamaan

atau rasa beragam yang sempurna.

Desa ini mempunyai tempat peripadatan yang cukup memadai antara

lain:

- Masjid

: 2 Masjid

- Mushallah : 9 Mushallah

32

Sarana yang dibuat tempat kegiatan atau aktifitas yang lain selain

mengadakan kegiatan di rumah-rumah warga, masjid, mushallah juga dibuat

untuk sarana kegiatan yang ada di Desa Kupang.

Tahlilan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bapak-bapak pada

setiap hari Kamis malam Jumat. Kegiatan tahlilan dilaksanakan ba’da sholat

isya’ dan lokasi kegiatan tahlilan pada malam Jumat minggu pertama

dilakukan dimasjid yang kemudian tempat lokasi kegiatan dilanjutkan

berpindah-pindah dari rumah warga satu kerumah warga yang lain.

Untuk kegiatan yasinan biasanya diikuti oleh ibu-ibu yang

dilaksanakan setiap seminggu sekali pada malam Rabu. Kegiatan jami’iyah

diba’iyah diikuti oleh para remaja yang dilaksanakan pada hari Sabtu

32Ibid Sujak, Wawancara, 05 N0vember 2014.


(39)

bertempat secara bergilir di rumah-rumah warga yang mengikuti kegiatan

tersebut.

Pada bulan Ramadhan kegiatan-kegiatan diatas seperti tahlil, yasin,

diba’iyah, dan manaqiban di berhentikan saja dan setelah Ramadhan kegiatan

tersebut kembali seperti semula. Karena setiap bulan Ramadhan seluruh

kegiatan diganti dengan diadakan tadarus Al-Quran selesai melaksanakan

shalat Tarawih dan shalat subuh.

33

Di Desa Kupang juga terdapat beberapa TPA (Taman Pendidikan

Al-Quran) atau MADIN (Madrasah Diniyah) yang digunakan sebagai sarana

pendidikan bagi anak-anak untuk menimbah ilmu agama Islam. Walaupun

dengan terbatasnya tenaga pengajar dan fasilitas yang minim.

34

Akan tetapi

hal tersebut tidak menyurutkan niat anak-anak yang di desa ini untuk belajar

mengaji dan mendalami ilmu agama Islam. Kegiatan mengaji ini dilakukan di

mushallah atau di masjid yang ada di wilayah desa tersebut, dan anak-anak

mulai mengaji sehabis melaksanakan shalat ashar.

Kegiatan pembelajaran al-Quran di Desa Kupang ini tergolong masih

menggunakan cara pembelajaran yang masih konvensional. Tidak seperti

33Suparti, Wawancara,Kupang Mojokerto, 05 November 2014.

34Observasi terhadap sarana dan prasarana yang ada di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran atau


(40)

pembelajaran Al-Quran yang ada di wilayah kota pada umumnya, dengan

menggunakan metode tilawati, qiro’ati, ummi dan sebagainya.

35

Selain pembelajaran al-Quran materi yang diajarkan didalam

TPA/TPQ atau MADIN ini seperti doa yang diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari dan pemahaman mengenai cara melakukan wudhu dan shalat yang

baik dan benar serta pemahaman mengenai hal-hal yang membatalkan wudhu

dan shalat. Rata-rata santri yang mengikuti kegiatan ini berusia antara 5 tahun

sampai 13 tahun. Akan tetapi, para jamaah yang tergolong usia lanjut juga

ikut serta dalam kegiatan mengaji ini.

36

F. Keadaan Sosial Budaya.

Kondisi sosial merupakan suatu pergaulan serta hubungan manusia

dan kehidupan kelompok manusia, terutama kehidupan dalam masyarakat

yang teratur.Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal tentu yang

mempunyai sifat yang saling mempengaruhi.

37

Akan tetapi dalam kehidupan suatu masyarakat juga tidak bisa lepas

dari adanya suatu unsur kebudayaan.Begitupun dengan masyarakat Desa

Kupang, yang dalam aktifitas kehidupannya masih memegang suatu budaya

yang bersifat gotong royong dan saling menolong antar sesama.

35Hartatik, Wawancara, Kupang Mojokerto, 05 November 2014. 36Huda, Wawancara,Kupang Mojokerto, 05 November 2014.


(41)

Terciptanya suatu hubungan kekeluargaan yang seperti inilah

merupakan sebuah cermin dari kesatuan yang terbina dengan baik dalam

sebuah lingkungan masyarakat. Hal ini dapat dikenali dengan adanya

tanda-tanda saling mengenal antara warga yang satu dengan warga yang lain dan

adanya rasa ingin membantu antara warga satu dengan warga yang lainnya

sebagai pola dalam kehidupan mereka. Adanya rasa persaudaraan dan

persahabatan yang baik diantara mereka dapat menimbulkan perasaan saling

menghormati serta saling menghargai satu sama lain.

Hal tersebut terlihat ketika ada pelaksanaan kerja bakti desa yang

menjadi kegiatan mingguan desa tersebut, atau ketika salah satu warga

mempunyai acara atau hajat seperti: pernikahan, khitanan selametan,

kematian, selametan bayi, dan sejenis itu, para warga antusias untuk

membantu dengan suka rela dengan memberikan sumbangan bahan makanan

pokok dengan tujuan untuk meringankan beban orang yang mempunyai hajat

tersebut dan mereka bersama-sama saling.

Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.

38

Pada

dasarnya, masyarakat pulau Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang

diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama.

Berikut ini termasuk upacara keagamaan maupun adat istiadat, diantaranya:


(42)

1. Upacara keagamaan tahunan di desa Kupang

a. Upacara mauludan

Setiap memasuki tanggal 12 Rabiul awwal, terdapat kegiatan

yang dilakukan di Desa Kupang. Kegiatan tersebut ialah Mauludan atau

kegiatan yang memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Kegiatan

Mauludan di Desa Kupang ini tidak jauh berbeda dengan daerah lain

pada umumnya memperingati acara Mauludan dengan membaca

shalawat Diba’ (Diba’an). Tempat pelaksanaannya sendiri di

mushallah-mushallah dan di Masjid.

39

b. Upacara Isra’ Mi’raj

Kebudayaan selanjutnya ialah peringatan Isra’ Mi’raj Nabi

Muhammad SAW. Yang tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah

untuk menunaikan shalat lima waktu. Cara pelaksanaan acara ini sangat

berbeda dengan pelaksanaan acara mauludan, jika Mauludan

pelaksanaannya dengan cara membaca shalawat diba’ (Diba’an) saja ,

peringatan Isra’ Mi’raj ini pelaksaannya dengan cara membaca Diba’

(Diba’an), udik-udik an dan di sertai pengajian yang dipimpin tokoh

Islam setempat.


(43)

c. Manaqib

Tradisi keagamaan lain yang ada di Desa Kupang adalah

pembacaan Manaqib. Tradisi ini sudah menjadi rutinitas bagi

masyarakat Desa Kupang setiap tahun.Rutinitas ini berisi tentang

sejarah perjalanan hidup Abdur Qadir Al-Jailani. Para Jama’ah yang

ikut serta dalam acara ini secara bersamaan membacakan Al-Fatihah.

Kegiatan Manaqib ini bertujuan untuk

ngalab berkah

40

dari beliau

(Syech Abdul Qadir Al-Jailani).

d. Upacara Sedekah Bumi dan Nyadran

Sedekah bumi atau nyadran adalah suatu tradisi bersih desa

yang diperingati masyarakat Desa Kupang dan kurun waktu satu tahun

tiga kali. Yaitu:

1) Nyadran dilaksanakan oleh warga Desa Kupang antara bulan

Mei-Juni pada Hari Jumat pahing saat musin panen padi tiba. Pada saat

itu juga para warga Desa Kupang gotong-royong membersihkan

dan merapikan rumah mereka masing-masing serta jalanan desa.

2) Memasuki awal Bulan Agustus, para warga melakukan penebangan

pohon-pohon tua dan kayunya dapat dimanfaatkan untuk kehidupan

sehari-hari.

40http://buletin.muslim.or.id/manhaj/ngalap-berkah-sesuai-sunnah: ngalap berkah atau dalam bahasa

arab disebut dengan at-tabarruk merupakan salah satu bentuk peribadatan dalam Islam. At-tabarruk

diartikan sebagai aktifitas untuk mencari berkah melalui suatu perantara. Sedangkan makna berkah yaitu berkembang dan bertambah, yaitu kebaikan yang banyak dan melimpah secara terus menerus.


(44)

3) Membersihkan makam sanak saudara yang telah wafat, serta

mencabuti tanaman-tanaman asing disekitar makam. Kegiatan ini

dilakukan sebelum datangnya bulan puasa Ramadhan.

2. Upacara yang diadakan bersifat kondisional di desa Kupang

a. Upacara pernikahan.

Upacara ini dilakukan ketika pasangan muda-mudi akan

memasuki jenjang rumah tangga. Upacara ini secara khas ditandai

dengan pelaksanaan syari’at Islam yaitu Ijab Qabul (Akad Nikah) yang

dilakukan oleh pihak wali mempelai perempuan dengan pihak mempelai

laki-laki dengan disaksikan oleh dua orang saksi.

Upacara penikahan ini dilakukan dengan beberapa tahap,

diantaranya tahap sebelum akad nikah para warga melakukan semacam

syukuran. Hal ini bertujuan agar calon pengantin mendapatkan

keberkahan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan berumah

tangga.

b. Upacara tingkeban atau mitoni.

Tradisi ini dilakukan ketika usia kehamilan mencapai tujuh

bulan. Adapun tujuan dari tradisi ini ialah agar bayi yang akan

dilahirkan diberi keselamatan dan keberkahan oleh Allah SWT sampai

nanti dilahirkan ke dunia. Untuk calon ibu agar selalu diberikan

kesehatan agar nanti pada saatnya melahirkan diberikan kemudahan

serta kelancaran oleh Allah SWT.Adapun makna khas dari tradisi ini


(45)

ialah rujak legi, polo pendem serta nasi tumpeng yang lauknya lengkap

seperti ayam panggang.

c. Upacara kelahiran bayi.

Ketika ada bayi yang baru lahir berumur lima hari, warga desa

Kupang melakukan suatu adat

Sepasaran

41

dengan cara mengundang

para warga guna untuk mendoakan si bayi agar menjadi anak yang

shaleh/shalihah. Acara tersebut dilakukan dengan pembacaan shalawat

serta di tutup dengan doa. Setelah doa selesai para warga disuguhkan

beberapa

berkat

untuk dimakan bersama-sama. Kemudian adat

selanjutnya adalah

Selapan

42

, yang mana adat ini diperingati ketika bayi

berumur 40 hari setelah kelahirannya dan terputusnya tali pusar bayi.

d. Upacara kematian.

Upacara kematian di Desa Kupang ini pada umumnya hampir

sama dengan upacara kematian di daerah-daerah yang lainnya. Ketika

keluarga sudah mengetahui bahwa ada salah satu keluarganya yang

telah wafat, maka ia segera memanggil mbah modin dan

mengumumkan kematian kepada sanak keluarga dan para tetangga

41http://jawatimuran.wordpress.com/2012/10/23/sepasaran-puputan-tradisi-budaya-jawatimuran/: Sepasar adalah perhitungan waktu Jawa yang lamanya 5 hari. Selamatan Sepasaranadalah selamatan yang diadakan pada waktu bayi berumur 5 hari.

42

http>//www.eyang-agung.com/berita-328-selapanan-pengalaman-budaya-jawa-secara-islami0oleh-eyang-agung-wp.html: Selapanadalah tradisi budaya Jawa yang dilakukan pada hari ke 35 sejak bayi dilahirkan (pada hari weton-nya). Hitungan 35 itu didasarkan pada pertemuan perhitungan penanggalan Jawa yang berjumlah 5 hari dalam seminggu dengan penanggalan nasional yang 7 hari dalam seminggu. Ringkasnya kelipatan 5 akan bertemu denga kelipatan 7 pada angka 35. Itulah yang disebut dengan hari weton.


(46)

dengan cara mengumumkan lewat speaker yang ada di Masjid atau

Mushallah.

43

Setelah mbah modin datang, maka jenazah siap-siap untuk

dimandikan. Sedangkan keluarga mempersiapkan peralatan yang

dibutuhkan untuk memandikan jenazah. Setelah semua peralatan

sudah dipersiapkan, maka jenazah di bawah ketempat yang sudah

disiapkan untuk segera dimandikan. Setelah selesai dimandikan,

jenazah segera dikafani kemudian di shalatkan secara bergantian.

Sementara para laki-laki melaksanakan shalat jenazah, para pelayat

perempuan membaca surat Yasin dan Tahlil secara bersama-sama.

Setelah selesai membaca surat Yasin dan Tahlil, keluarga

mengeluarkan sedekah berupa uang yang dimasukkan kedalam amplop

dan diberikan kepada pelayat. Uang yang diberikan berupa uang kertas

2000 dan ketika pelayat tidak kebagian uang kertas. Maka

mendapatkan uang koin, setelah jenazah selesai di shalati, maka

jenazah di bawah ketempat pemakaman yang posisi kepala dibelakang

dan adanya dua orang yang mengiringi untuk menabur bunga

disepanjang jalan dari rumah sampai ke lokasi pemakaman.


(47)

A. Sejarah Watu Blorok

Watu Blorok

adalah nama suatu tempat yang berada di Desa Kupang

Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto daerah kawasan utara Sungai Brantas,

tepatnya di perbukitan hutan kayu putih antara Desa Kupang dengan Desa

Bangeran.

Watu Blorok

menyimpan misteri yang masih diyakini oleh

masyarakat sekitarnya.

Masyarakat sekitar Wana Wisata Watu Blorok menganut kepercayaan

Animisme dan Dinamisme. Sehingga masyarakat mengkeramatkan 2 batu

yang ada dalam Wana Wisata Watu Blorok.” jelas bapak Sawiji selaku juru

kunci Wana Wisata Watu Blorok

.

Hingga sekarang setiap akan diadakannya

panen masyarakat tidak pernah melupakan acara kenduri, dengan harapan

akan mendapatkan berkah yang melimpah dari hasil bumi dan tidak terserang

hama. Bahkan konon katanya, apabila ada yang berniat jahat maka akan

terjadi musibah di sekitar Wana Wisata Watu Blorok.

Watu Blorok

adalah dua batu laki-laki dan perempuan yang bernama

Jaka Wilis dan Nyi Welas. Masyarakat mempercayai bahwa batu tersebut

dahulunya adalah manusia anak dari Wiro Bastam salah satu orang

kepercayaan dari kerajaan Majapahit tahun1293.Wiro Bastam diutus untuk

mencari pusaka yang hilang. Wiro Bastam mencari pusaka tersebut sampai ke


(48)

gunung Wilis dimana

Watu Blorok

sekarang berada , dan dalam pencarian

pusaka tersebut Wiro Bastam bertemu dengan Dewi Kemuning.

Pada suatu hari Wiro Bastam dan Dewi Kemuning menikah dan

dikaruniai anak laki-laki yaitu Jaka Wilis. Nama tersebut diambil dari nama

tempat dimana mereka tinggal pada saat itu. Setelah Jaka Wilis tumbuh

dewasa, orang tuanya melahirkan bayi Perempuan dan diberi nama Nyi

Welas.

Setelah kedua anak tersebut tumbuh dewasa, Wiro Bastam

melanjutkan untuk mencari pusaka dengan di bantu kedua anaknya tersebut.

Akan tetapi dengan melihat istrinya sendiri dirumah yang berada ditengah

hutan Wilis, Wiro Bastam akhirnya tetap tinggal dirumah dan mengutus

kedua anaknya untuk mencari Pusaka yang hilang.

Setelah sekian lama mencari pusaka keduanya kembali dengan tangan

kosong.Nyi Welas bermimpi bahwa pusaka tersebut berada didalam hutan

dimana keluarganya tinggal.Setelah menceritakan kepada ayahnya dan

saudaranya Nyi Welas dan Jaka Wilis berencana untuk mencari pusaka itu

kembali di sekitar gunung Wilis.

44

Sebelum mereka berangkat mencari pusaka, Wiro Bastam berpesan

kepada kedua anaknya agar tidak memasuki hutan larangan yang letaknya

sebelah timur gunung Wilis ketika mencari pusakanya. Setelah sekian

lamanya mencari pusaka, tidak kunjung ditemukan sehingga Nyi Welas

44Sawiji, Wawancara,Kupang Mojokerto, 14 Desember 2014.


(49)

bermaskud untuk mencari pusaka tersebut di hutan larangan. Akan tetapi Jaka

Wilis terus mengingat pesan ayahnya untuk tidak masuk kedalam hutan

larangan tersebut.

Tanpa pengetahuan Jaka Wilis, Nyi Welas memaksakan diri

memasuki hutan larangan sendirian tanpa saudaranya.Didalam hutan larangan

Nyi Welas menemukan sebuah lubang yang mirip dengan sumur. Sehingga ia

berencana mengajak saudaranya dan melihat bahwa dihutan larangan ada

sebuah sumur dan Nyi Welas yakin bahwa pusaka berada didalam sumur

tersebut.

Akhirnya keduanya masuk kedalam hutan larangan, setelah

melihat-lihat isi hutan larangan mereka tiba disumur yang dimaksud oleh Nyi Welas

sebelumnya. Jaka Bermaksud untuk tidak memasuki sumur, akan tetapi

adiknya bersihkeras untuk memasuki sumur dan mengambil pusaka yang

dicari-carinya selama ini. Setelah beraduh bicara dengan kakaknya, Nyi Welas

akhirnya memasuki sumur tersebut sendirian. Setelah berada didalam sumur

ia berteriak dan mengatakan kalau ia kepanasan dan gatal-gatal yang sangat

hebat.

45

Jaka Wilis bingung sehingga ia memanggil kedua orang tuanya untuk

membantu mengangkat adiknya yang berada didalam sumur di hutan

larangan. Setelah adiknya terangkat dan melihat tubuh adiknya yang penuh

dengan luka dan berbau tidak enak, Wiro Bastamdan Dewi Kemuning

45http://ihzawebsite.blogspot.com/2014/03/legenda-watu-blorok.html?m=l


(50)

menangis dan tidak kuat melihat putrinya dengan kondisi seperti itu. Sekian

lama penyakit yang diderita Nyi Welas tak kunjung sembuh sehingga

namanya diganti Dewi Kemuning dengan nama Nyi Borok

46

.

Dengan kondisi seperti itu kedua anaknya masih berusaha mencari

pusaka yang hilang.Agar orang tuanya bisa kembali ke kerajaan Majapahit

dan menyelesaikan tugasnya. Dalam perjalan Borok memaksakan untuk pergi

kehutan larangan kembali karena ia percaya bahwa pusaka tersebut berada

disana. Akan tetapi Jaka Wilis tidak menyetujui keinginan adiknya karena

sempat melanggar apa yang dikatakan ayahnya dahulu berakibat pada

adiknya. Sehingga Jaka Wilis tidak mau hal tersebut terulang kembali.

Borok masih memaksakan kehendaknya untuk memasuki hutan

larangan.Dan Jaka juga meyakinkan adiknya agar tidak masuk kedalam hutan

larangan itu lagi. Karena adiknya yang susah untuk dijelaskan dan diyakinkan,

mereka bertengkar dan akhirnya mereka berkelahi dan beraduh kekuatan, jika

Jaka menang Borok harus menuruti kakaknya, dan begitupun sebaliknya jika

Borok yang menang kakaknya harus mengikuti adiknya.

Setelah lama mereka berkelahi dan belum ada tanda-tanda siapa yang

menang dan siapa yang kalah, kedua orang tuanya akhirnya merasakan

keadaan yang dialami oleh kedua anaknya, sehingga mereka mencari kedua

anaknya dan benar perasaan kedua orang tuanya selama ini setelah melihat

kedua anaknya berkelahi hebat. Wiro Bastam berusaha untuk memisahkan

46http;//kamus.ugm.ac.id/Jowo.php: Borok yaitu dari kata bahasa Jawa yang artinya Luka lama.


(51)

kedua anaknya, akan tetapi mala ia yang terlempar oleh serangan kedua

anaknya. Sehingga Dewi Kemuning marah dan mencoba untuk memisahkan

kedua anaknya tersebut setelah melihat suaminya jatuh akibat serangan ketika

anaknya berkelahi.

Usaha Dewi sia-sia sehingga ia juga terluka seperti suaminya. Melihat

kedua anaknya tak kunjung berhenti Wiro Bastam mengucap kata-kata

kutukan kepada anaknya bahwa hati dan pikiran kalian seperti batu, tanpa

disadari kedua anaknya menjadi batu. Kedua orang tuanya terkejut melihat

kedua anaknya. Sehingga mereka berjanji untuk selalu menjaga anak-anaknya

sampai mereka meninggal

47

. Dan

Watu Blorok

diambil dari nama Borok yang

menjadi batu (Nyi Welas).

”Dulu pernah ada seorang pekerja di pabrik minyak kayu putih yang

tidak mengakui kekuatan magis dari Wana Wisata

Watu Blorok

, yang

mana ia berniat akan bertindak diluar dugaan yakni ia bertaruh dengan

seorang temannya di pabrik minyak putih sekitar Wana Wisata

Watu

Blorok

. Mereka berniat buang air kecil di batu sakti yang ada di Wana

Wisata

Watu Blorok

. Namun dalam perjalanan menuju Wana Wisata

Watu Blorok

, temannya tersebut mengalami kecelakaan motor.Dan

mengakibatkan perjalannya berbalik kearah puskesmas terdekat.”


(52)

ujar Bapak Sawiji sekaligus saksi mata kejadian tersebut.

48

B. Mitos

Mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif tentang

kehidupan alam ghaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah dan

tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau

alam sekitarnya.

49

Cerita-cerita yang disampaikan secara lisan dan tidak dapat dipercaya

sebagai berita tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam sejarah, cerita itu

selamanya masih penting untuk dipelajari tentang bagaimana para leluhur

memandang dan menilai dunia mereka pada waktu itu. Mitos dan legenda

orang-orang mendapatkan arti yang baru, antara lain menjadi sumber tentang

bagaimana dan apa yang dipercaya dimasa lalu tersebut. Juga adat-istiadat

rakyat seperti yang masih terpelihara disana-sini diperdesaan, merupakan

sumber informasi mengenai bentuk-bentuk hidup dari masa lalu.

50

Mitos adalah kepercayaan pada suatu prinsip ketuhanan (kedewaan)

yang melandasi seluruh dunia, pripsip yang perinciannya lebih lanjut

dinyatakan dalam beraneka filsafat. Mitos-mitos itu bisasnya dijelaskan

dengan salah satu dati tiga cara sebagai berikut:

48ibid Sawiji, Wawancara,14 Desember 2014.

49Pius A Partanto, Kamus ilmiah popular(Surabaya: Arkola, 2001), 480.

50J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya; Hingga Deakade 1970(Jakarta: PT. Gramedia, 1987), 39.


(53)

1. Mitos-mitos itu merupakan

alegori

51

yang disusun oleh para penyihir

tentang perjuangan-perjuangan antara unsur-unsur atau lambing-lambang

berbagai-bagai bakat dan watak manusia seperti rasio, kebodohan, cinta

dan lain-lain.

2. Mitos-mitos itu adalah cerita tentang raja-raja dengan kekuasaan besar dan

kebijakan tinggi, yang hidup di zaman kuno sekali, lalu didewakan oleh

anak-anak cucu.

52

Jika kita berpegang pada definisi mitos diatas, sebagai cerita yang

didalam kerangka sistem religi berlaku sebagai kebenaran keagamaan, maka

akan juga terbuka kemungkinan untuk membedakan mitos itu dari apa yang

dalam bahasa inggris dinamakan folkate (menyatukan)

53

, cerita-cerita rakyat

yang kadang-kadang juga membuat bahan-bahan keagamaan, dan sangat

menyerupai mitos karena cerita-cerita yang sering bersituasi dimasa lampau.

Definisi mitos yang baik adalah kebenaran religious dalam bentuk

cerita.Itulah mitos yang kita temukan sebagai bagian dari suatu kepercayaan

yang hidup diantara sejumlah bangsa.Dan bangsa ini tidak mesti bangsa yang

primitif.

51Pius A Partanto, Kamus ilmiah popular. Alegori merupakan perbandingan, maksudnya penggambaran suatu benda dengan benda lain yang bisa diserupakan hingga membentuk suatu kesatuan yang utuh.

52J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya, 43

53Folktateadalah nama kelompok, yang mencangkup kategori dan jenis yang sangat beraneka ragam dan masing-masing sulit dapat dibedakan dari yang lain. Sebutan folkate tercangkup juga dongeng, tradisi dan legenda yang sedikit banyak berciri suasana keajaiban, tetapi bedanya antara dongeng, legenda, tradisi dan fiksi seperti diantara keempat ini dengan apa yang kita sebut mitos.


(54)

C. Keyakinan

Sudah menjadi rahasia umum jika tradisi Jawa masih sangat teguh

dipegang masyarakatnya hingga saat ini.Walaupun budaya asing semakin

gencar setiap harinya, tradisi yang sudah begitu kuat mengakar dalam

kehidupan masyarakatnya tentulah tidak berubah sedemikian drastis. Sejak

kedatangan Islam abad ke-14 yang diajarkan Walisongo, proses penyebaran

dan pengajaran para wali pun tidak mengubah dasar tradisi keyakinan

masyarakat Jawa sebelumnya. Sebelum Islam memasuki pulau Jawa, tradisi

masyarakat Jawa masih dipengaruhi ajaran Hindu, Budha, Animisme dan

Dinamisme yang kemudian dalam penyebarannya para wali menggunakan

metode dakwah yang disenangi oleh masyarakat Jawa pada saat itu.

Tradisi yang sekarang masih terjaga keasliannya seperti kepercayaan

masyarakat terhadap

Watu Blorok

di Desa Kupang Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto masih terus dilestarikan karena memiliki maksud dan

tujuan tertentu. Suatu aktivitas yang demikian sakral mayarakat lakukan

karena mereka meyakini akan suatu hal dengan memberikan sesajen setiap

kali mereka melewati

Watu Blorok

tersebut.

54

Mistik merupakan keyakinan yang hidup dalam alam pikiran kolektif

masyarakat. Alam kolektif akan kekal abadi, meskipun masyarakat telah

berganti generasi. Demikian pula dengan mistik orang Jawa.Keyakinan itu


(55)

telah hidup bersamaan dengan lahirnya masyarakat Jawa dan diturunkan dari

generasi ke generasi.

55

Berbagai keyakinan tentang adanya hantu, tempat keramat, azimat, dan

santet masih menggelayuti benak masyarakat.Bahkan, ketika zaman semakin

berkembang tampaknya belum mampu menghilangkan keyakinan tentang

adanya makhluk ghaib.

Didalam agama nilai keyakinan terhadap kekuatan ghaib amat

dominan. Manusia menganggap bahwa kekuatan ghaib sebagai sumber yang

dapat memberi pertolongan dan bantuan kepada dirinya terutama pada

manusia tersebut menghadapi masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh

segenap kemampuan yang dimilikinya.

Sebagian besar masyarakat Desa Kupang sangat mempercayai adanya

makhluk ghaib, itu disebabkan karena pengaruh adanya Animisme dan

Dinamisme, Hindu dan Budha. Hal itu terbukti dengan diberikan sesajen oleh

masyarakat setiap kali musim tanam seperti cabe, jagung, padi dan tembakau,

dengan tujuan agar terlepasnya perasaan diri dari rasa kekhawatiran akan

adanya gangguan dari makhluk halus atau roh-roh jahat yang dianggap

sebagai sumber timbulnya berbagai malapetaka.

55Yana MH, “Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa” :Mistik adalah hal-hal gaib yang tidak terjangkau akal manusia, tetapi ada dan nyata. Para antropolog dan sosiolog mengartikan mistik sebagai subsistem yang ada pada hampir semua sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan kebersamaan dengan tuhan.


(56)

Bukti lain adalah dengan adanya persembahan sesaji yang dimulai

dengan pengambilan sesaji, selanjutnya dibawah ke batu besar

(Watu Blorok)

yang diyakini sebagai tempat persemayaman para leluhur. Beberapa unsur pra

Islam dalam melakukan persembahan terhadap

Watu Blorok

:

gambar 1: Watu Blorok yang diberi kain kafan berisikan

Kemenyan, dupa, daun minyak kayu putih, bunga, koin , ayam

kampung (sayap, kepala dan kaki ayam).

Acara masyarakat di Desa Kupang memberikan sesajen pada saat

musim tanam, musim panen dan bersih desa.Ada juga masyarakat yang

datang untuk ziarah ketika bulan Ramadhan tiba.


(57)

gambar 2: foto Watu Blorok yang diberi sesajen seperti Kemenyan,

dupa, daun minyak kayu putih, bunga, koin , ayam kampung (sayap,

kepala dan kaki ayam).

D. Tujuan masyarakat memberikan sesajen terhadap Watu Blorok

Di dalam agama nilai keyakinan terhadap makhluk ghaib amat

dominan. Manusia menganggap bahwa kekuatan ghaib sebagai sumber yang

dapat memberikan pertolongan dan bantuan kepada dirinya terutama pada

manusia tersebut menghadapi masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh

segenap kemampuan yang dimilikinya.

Nama dan bentuk dari kekuatan ghaib ini tidak sama dalam setiap

agama. Pada kepercayaan primitif seperti Animisme, Dinamisme, dan

kekuatan ghaib diberi arti macam-macam.


(58)

Sebagian masyarakat Desa Kupang sangat mempercayai adanya

makhluk ghaib, itu disebabkan karena pengaruh kepercayaan Animisme dan

Dinamisme, Hindu dan Budha. Hal itu terbukti dengan diadakannya upacara

terhadap

Watu Blorok

setiap kali sebelum musim tanaman padi, dengan tujuan

agar terlepasnya perasaan diri dari rasa kekhawatiran akan adanya gangguan

dari makhluk halus atau roh-roh jahat yang dianggapsebagai sumber

timbulnya malapetaka. Bukti lain dengan adanya persembahan sesaji yang

berupa bungah dan uang koin yang ditaruh diatas

Watu Blorok

yang diyakini

sebagai tempat persemayamnya para leluhur. Kepercayaan yang dianut

masyarakat Desa Kupang ini guna mendapatkan berkah atau rizki yang

banyak, juga untuk terhindar dari marabahaya yang mengancam.

E. Bentuk Sesajen.

Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian

dan ketulusan penyembahan kepada Allah, sebagian diwujudkan dalam

bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam.

Dengan simbol-simbol ritual tersebut, terasa bahwa Allah selalu hadir dan

selalu terlibat, menyatu dalam dirinya.

Simbol-simbol ritual tersebut diantaranya adalah ubarampe (dalam

bentuk makanan seperti nasi yang didalamnya di isi dengan telur dan di lapisi

dengan nasi putih dan dibungkus dengan daun pisang yang sudah di bentuk,

ayam kampung yang sudah dipanggang, kopi pahit dan bunga), yang disajikan

dalam ritual selametan, ruwetan, kenduri, bersih desa, musim tanam dan


(59)

sebagainya dan diberikan masyarakat Desa Kupang terhadap Watu Blorok

sebagai tanda penghormatan dan syukurnya. Makna dari beberapa simbol

sesajen diantaranya:

3. Telur yang gulung dengan nasi sebagai lambang dari “wiji dadi” (benih)

terjadinya manusia. Dan melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan.

Artinya, jika melakukan sesuatu harus dengan tuntasdan tidak

setengah-setengah. Telur sendiri melambangjkan asal mula kehidupan yang selalu

berada dari dua sisi yang berlainan seperti warna telur kuning dan putih,

diantaranya laki-laki dan perempuan.

4. Ayam kampung, melambangkan pengorbanan selama hidup, cinta kasih

terhadap sesama juga melambangkan hasil bumi ( hewan darat).

5. Bunga setaman, melambangkan makanan sebagai kebutuhan hidup

manusia.

6. Kopi pahit, melambangkan elemen air namun bukan suatu minuman

pokok (kebutuhan sekunder), dan menjadi minuman persaudaraan bila

ada perkumpulan atau pertemuan.

Hal ini merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan

pelaku untuk lebih mendekatkan diri pada tuhan melalui selametan, kenduri,

khataman al-Quran dan sejenisnya.

Memang harus diakui bahwa sebagian dari simbol-simbol ritual dan

simbol spiritual yang diaktualisasikan oleh masyarakat jawa, mengandung


(1)

Gambar 6: H. Suaib, study pengetahuan dan informan (Di ambil pada tabnggal

18 Mei 2015)

Gambar 7: jalan tanjakan dan tikungan menuju Watu Blorok (Di ambil pada

tabnggal 28 Maret 2015)


(2)

Jalan tanjakan dan tikungan menuju Watu Blorok

Gambar 8: Wana Wisata Watu Blorok (

jalan tanjakan dan tikungan menuju Watu

Blorok)


(3)

(4)


(5)


(6)


Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Aron pada Masyarakat Karo (Konsep Aron pada Masyarakat Lau Solu dalam Bidang Pertanian di Desa Lau Solu Kecamatan Mardinding Kabupaten Karo

2 93 113

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Gambaran Perilaku Masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang Malaria

1 32 68

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

Masyarakat Transmigran Jawa Di Desa Hitam Ulu I, Kabupaten Sarolangun Bangko, Jambi (1981-1990)

2 76 71

PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008

0 4 144

Relasi agama dan budaya lokal: studi kepercayaan masyarakat Islam Desa Watukenongo terhadap punden sebagai penyembuhan di Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

0 2 112

HUTANG PIUTANG DI KALANGAN BURUH PEREMPUAN DI DESA JETIS, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN MOJOKERTO JURNAL

0 0 20