PERAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN: Analisis Kontinjensi dan Resource-Based View - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
PERAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN:
Analisis Kontinjensi dan Resource-Based View
DISERTASI
Jantje Eduard Lekatompessy
NIM: C5B006011
PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
(2)
DISERTASI
PERAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
:ANALISIS KONTINJENSI DAN RESOURCE-BASED VIEW
Jantje Eduard Lekatompessy
C5B006011
Semarang, Desember 2011 Promotor:
Prof. Drs. Imam Ghozali, M.Com, Ph.D., Akt
Ko-Promotor:
(3)
Motto:
Message of my life is LOVE
“Janganlah jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang (Galatia 6:9-10a)”
“Inilah yang kuperoleh bahwa aku memegang titah-titahMu (Mazmur 119:56)”
This Thesis dedicated to: My Mom My Wife and Son My Brothers and Sisters Also my Teachers
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan teori resource-based view (RBV) dan kontinjensi untuk menguji pengaruh sistem pengendalian manajemen (SPM) terhadap kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan, dan untuk menguji pengaruh kultur organisasi yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan menguji: pengaruh SPM yang mencakup sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif terhadap kapabilitas perusahaan; pengaruh kapabilitas perusahaan yang mencakup orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan; pengaruh langsung SPM terhadap kinerja perusahaan; dan pengaruh SPM dan kapabilitas perusahaan yang dimoderasi oleh kultur organisasi.
Penelitian menggunakan metode pengumpulan data mail survey dan metode pemilihan sampel dengan pertimbangan kepada perusahaan manufaktur yang diwakili oleh para Chief Financial Officers (CFO) dan manajer di lingkungan CFO perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebanyak 229 responden berpartisipasi dalam penelitian ini yang berasal dari 60 perusahaan di lingkungan industri manufaktur. Data penelitian untuk menguji hipotesis dianalisis menggunakan structural equation modeling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh secara positif dengan kapabilitas perusahaan yaitu orientasi pasar, inovasi, pembelajara organisasi, dan kewirausahaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa pengaruh kapabilitas perusahaan berupa orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan berpengaruh secara positif dan signifikan dengan kinerja perusahaan. Sementara itu, sistem pengendalian manajemen berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, sistem pengendalian interaktif tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya hasil empiris menunjukkan kultur organisasi memperkuat hubungan sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan.
Kata-kata kunci: sistem pengendalian manajemen, kapabilitas perusahaan, kultur organisasi, kinerja perusahaan, teori kontinjensi, teori resource- based view (RBV).
(5)
ABSTRACT
This research used the contingency and resource-based view theories to examine effect of management control systems on corporate performance mediated by capabilities corporate mediating, and to examine the effect of organizational culture on the relationship between management control systems and corporate capabilities. The specific aims of this research were to examine: the effects management control system consisting of beliefs system, boundary system, diagnostic control system, and interactive control system on corporate capabilities; the effects of corporate capabilities consisting of market orientation, innovativeness, organizational learning, and entrepreneurship on corporate performance; the direct effects of management control systems on corporate performance; and the mediating role of organizational culture in the relationship of management control systems and corporate capabilities.
This research employed a mail survey as data collection model and judgment sampling method. Sample were gathered from manufacturing company listed in the Indonesia Stocks Exchange and they are represented by Chief Financial Officers and managers as respondents. There were 229 respondents participate from 60 companies. The research used a Structural Equation Modeling to analyze the hypotheses of the study.
The results of this study indicated that management control systems consisting of beliefs system, boundary system, diagnostic control system, and interactive control system have a positive effect on corporate capabilities. The empirical evidence showed that corporate capabilities consisting of market orientation, innovativeness, organizational learning, and entrepreneurship have a positive significantly effect on corporate performance. Meanwhile, management control systems consisting of beliefs system, boundary system, diagnostic control system, and interactive control system do not affect on corporate performance. Furthermore, the empirical result also showed that organizational culture strengthen the effect of management control systems relationship on corporate capabilities.
Key words: management control systems, corporate capabilities, organizational culture, corporate performance, contingency theory, resource-based view theory.
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa di Surga dalam Yesus Kristus oleh karena Kasih dan Anugerah-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi yang berjudul “Peran Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan: Analisis Kontinjensi dan Resource- Based View” merupakan salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Akuntansi Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi (DIE) Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Selesainya penulisan disertasi ini adalah karena bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan penuh kerendahan hati ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Imam Ghozali, M.Com., Ph.D., Akt selaku Promotor; Anis Chariri, S.E., M.Com., Ph.D., Akt selaku Ko-Promotor 1; dan DR. Agus Purwanto, S.E., M.Si., Akt selaku Ko-Promotor 2 yang dengan penuh kecerdasan, ketelitian dan wawasan pengetahuan mereka sebagai ilmuan serta dengan penuh kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu memberikan arahan, masukan dan motivasi sangat berharga sejak penulisan proposal sampai terselesainya disertasi.
2. Drs. Tarmizi Achmad, MBA., Ph.D., Akt; Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt; Sudarno, S.E., M.Si., Ph.D., Akt; Prof. Drs. Arifin Sabeni, M.Com, Hons, Ph.D, Akt; Prof. Drs. H. M. Natzir, M.Si., Ph.D., Akt; dan Prof. DR. Slamet Sugiri, MBA., Akt (Penguji Eksternal dari Universitas Gadjah Mada) selaku para penguji proposal, Seminar Hasil Penelitian, Kelayakan Naskah Disertasi, Ujian
(7)
Tertutup (Pra-promosi), dan Ujian Terbuka (Promosi) yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti untuk penyempurnaan proposal dan disertasi.
3. Prof. DR. Ir. Alex Retraubun, M.Sc selaku Wakil Menteri Kementerian Perindustrian Republik Indonesia yang telah memberikan Surat Rekomendasi kepada penulis untuk memperoleh data di Perusahaan Manufaktur Terbuka di Indonesia.
4. Dr. Ludovicus Sensi Wondabio, S.E., MM, Akt dari Universitas Indonesia Jakarta; Mamad; Hendar P. Susanto dari PT Gas Negara; Liana Sudarma dari PT Hero, Tbk; Yose Wibisono; Rachmad Kurniawan; Salmon Sembiring; Irwanto; Mario dari PT Fast Food Indonesia; Levina Litaay; dan Yohannes dari PT Argo Pantes, Tbk atas bantuan dan budi baik dalam mengedarkan kuesioner untuk penulisan disertasi ini.
5. Pimpinan dan Staf PT Pos Indonesia atas bantuan dalam mengedarkan kuesioner kepada seluruh perusahaan manufaktur di beberapa kota besar di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6. Para Responden dari Perusahaan Manufaktur Terbuka di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, dan Makassar yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan mengembalikan kuesioner.
7. Para Staf Pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi dan secara khusus Konsentrasi Ilmu Akuntansi atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
(8)
8. Rektor Universitas Diponegoro Prof. Drs. Soedarto Prawoto Hadi, MES, PhD dan Sekretaris Senat Prof. DR. Ir. Sunarso, MS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan doktor di Universitas Diponegoro Semarang.
9. Mantan Rektor Universitas Diponegoro Prof. DR. Dr. Susilo Wibowo, MS. Med., Sp.And. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan doktor sesuai bidang ilmu.
10. Direktur Program Pascasarjana Universitas Diponegoro dan Ketua Sidang Ujian Prof. DR. Dr. Anies, M.Kes, PKK, serta Prof. DR. Beny Riyanto, S.H., M.H., CN selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Diponegoro dan Sekretaris Sidang selama ujian kelayakan naskah disertasi dan ujian tertutup (pra - promosi) dan juga telah mengijinkan penulis untuk menyelesaikan pendidikan doktor.
11. Mantan Direktur Progam Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Prof. Drs. Y. Warella, MPA., Ph.D dan mantan Asisten Direktur I Prof. DR. Ir. Umiyati Atmomarsono yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti Program Sandwich-Like Programme di Maastricht School of
Management (MSM)-Netherlands.
12. Ketua dan Sekretaris Program Doktor Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang masing-masing Prof. DR. Drs. Sugeng Wahyudi, MM dan Drs. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt atas bimbingan dan motivasi serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan semua fasilitas kampus selama mengikuti program doktor.
(9)
13. Staf Admisi Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro antara lain Fahmi, Bejo, Ita, Mia, Lina, Supri, dan Gono atas segala bantuan dalam pengurusan administrasi selama perkuliahan dan selama melaksanakan ujian kolokium I dan II, prelium, proposal, seminar hasil penelitian, kelayakan naskah disertasi, tertutup (pra-promosi) dan ujian terbuka (promosi).
14. Rektor Universitas Pattimura Prof. Dr. H.B. Tetelepta, M.Pd, dan Mantan Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. J. Ajawaila, DEA yang telah memberikan rekomendasi dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
15. Ketua Program (Drs. Josef Papilaya, M.Si) dan Rekan-Rekan Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura Ambon atas dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan program doktor bidang ilmu akuntansi di Universitas Diponegoro Semarang.
16. Gubernur Maluku Brijend. Albert Ralahalu, Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Biro Kesejahteraan yang telah memberikan bantuan dana studi dan penelitian disertasi.
17. Rektor Universitas Kristen Indonesia Jakarta Ir. Maruli Gultom, Dekan FE UKI Drs. Roberth Tambunan, M.T., M.Min, Sekretaris Fakultas Ekonomi Desideria Regina, S.E., M.M, dan Ketua Program Studi Akuntansi FE UKI Drs. Ramot P. Simanjuntak, M.M., Akt. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengajar di Program Studi Akuntansi dan memberikan bantuan dana penelitian dan ujian promosi doktor.
(10)
18. Yayasan Dana Beasiswa Maluku (YDBM) beserta Staf dan Yayasan Tahija di Jakarta, yang telah memberikan bantuan dana penelitian.
19. Kementerian Pendidikan Nasional khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) saat studi berlangsung dan Beasiswa Sandwich like programme ke Maastricht
School of Management (MSM) Netherlands.
20. Direktur Progam Doktor Maastricht School of Management (MSM) Prof. Beatrix
Van Heijen, Ph.D sekaligus selaku Advisor yang telah memberikan ide-ide menarik untuk penyempurnaan disertasi saat mengikuti sandwich like programme
di MSM Netherlands.
21. Prof. Edward F. McDonough III, Ph.D dari Boston University U.S.A selaku dosen matakuliah Behavioral Science di MSM yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan masukan-masukan terkait dengan disertasi saat mengikuti sandwich like programme di MSM Netherlands.
22. Keluarga Pendeta Minggus Talakua, S.Th atas dukungan doa yang selalu diberikan kepada penulis dan keluarga selama perencanaan kuliah maupun selama berbagai tahapan ujian yang dilalui.
23. Drs. Irwanto, Akt. CPA selaku Pimpinan KAP Drs. Irwanto beserta Staf di Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperdalam praktek pengauditan di beberapa klien KAP.
24. Bapak Lucas Hunila dan Ibu Marta (Alm) beserta keluarga, serta Bung Buce Salhuteru dan Usi Suzan Salhuteru Rupidara yang selalu mendukung selama studi berlangsung.
(11)
25. Dr. Theopilus Wilhelmus Watuguly, M.Kes yang telah banyak membantu penulis berkaitan dengan diskusi, masukan-masukan yang baik saat perkuliahan, dan pengeditan naskah disertasi.
26. Dr. Samuel F. Tuhumury, Ir, M.Sc yang telah banyak membantu selama proses kuliah berlangsung.
27. Pendeta Mercy Hieriej-Ramelan atas dukungan doa selama penulis menempuh masa-masa ujian disertasi.
28. Teman-teman di Program Studi DIE Konsentrasi Ilmu Akuntansi Undip Semarang terutama DR. Fransiscus Doromes, S.E., M.Si., Akt.; Drs.Basuki HP, M.Soc., M.Acc., Akt.; DR. Novita WeningTyas Respati, S.E., M.Si atas berbagai diskusi yang dilakukan selama penulisan disertasi.
29. Semua teman persekutuan mahasiswa asal Maluku di Semarang (Jefry Gaspersz S.E., M.Si., Akt dan Christina Sososutiksno, S.E., M.Si., Akt, dan Paul Usmany, S.E., M.Si., Akt di Program Doktor Ilmu Ekonomi konsentrasi Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang atas berbagai diskusi selama penulisan disertasi; Gino Manuputty, S.E dan Nicole Hieriej, S.E., M.Si di Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang, Victor Huwae, S.E., M.M dan Ica Huwae di Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang, Jemo dan Mona Liklikwatil di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang, Syahran Wael, S.Pd di Program Studi Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro dan Arnold, S.Pt di Program Studi Ilmu Ternak Universitas Diponegoro Semarang) atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis.
(12)
30. Bapak dan Ibu Prastowo sebagai orang tua pengampu di kos Sriwijaya 100 Semarang yang telah membantu pemondokan selama penulis menempuh pendidikan Program Doktor di Universitas Diponegoro Semarang.
31. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, baik moril maupun materiil mulai dari awal penulis mengikuti pendidikan Program Doktor sampai penulisan disertasi.
Secara khusus atas dukungan moril, kesabaran dalam penantian, dan doa yang tidak pernah berkesudahan, sehingga untuk itulah penulis menyampaikan ucapan terima kasih, hormat dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Istriku tercinta Joyce Tuhusula, S.Sos dan buah hatiku Engelberth Lekatompessy. 2. Mamaku tersayang Ester Risakotta dan Papa (Alm).
3. Kakak-kakakku Bung Cae dan Usi Batha; Bung Dang dan Usi Ana; dan Bung Adebu dan Usi Na serta semua keponakan.
Sadar sepenuhnya bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun dengan ketidaksempurnaan tersebut kiranya akan memberikan makna untuk terus menggali lebih dalam lagi penelitian semacam ini bagi pengembangan Ilmu Akuntansi ke depan.
Akhirnya, semoga semua bantuan, dukungan dan kerjasama yang selama ini telah diberikan dengan ikhlas mendapatkan balasan dari Tuhan.
Penulis, Jantje Eduard Lekatompessy
(13)
INTISARI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan perluasan atas studi yang dilakukan oleh Henri (2006) dan Widener (2007) tentang sistem pengendalian manajemen (SPM) terhadap kinerja perusahaan dengan dimediasi oleh variabel kapabilitas perusahaan. Penelitian ini melakukan perluasan dengan menambahkan kultur organisasi yang memoderasi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tujuan secara umum yaitu menguji pengaruh SPM terhadap kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan, dan untuk menguji pengaruh kultur organisasi yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan (1) menguji pengaruh SPM yang mencakup sistem beliefs, sistem
boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif terhadap kapabilitas perusahaan; (2) menguji pengaruh kapabilitas perusahaan yang mencakup orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan; (3) menguji pengaruh langsung SPM terhadap kinerja perusahaan; dan (4) menguji pengaruh SPM dengan kapabilitas perusahaan yang dimoderasi oleh kultur organisasi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa research gap yaitu
a. Masih ada perbedaan hasil penelitian mengenai sistem pengendalian diagnostik dengan pembelajaran organisasi. Henri (2006b) menemukan terdapat hubungan negatif antara pengendalian diagnostik dengan pembelajaran organisasi.
(14)
Sedangkan Kloot (1997) dan Widener (2007) menyatakan bahwa pengendalian diagnostik dan pembelajaran organisasi berhubungan positif.
b. Terdapat perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara sistem pengendalian interaktif dengan pembelajaran organisasi. Beberapa hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan positif antara sistem pengukuran kinerja interaktif yang merupakan bagian dari SPM dengan pembelajaran organisasi (Abernethy dan Brownell, 1999; Henri, 2006; Tekavcic, et al 2008). Penelitian Widener (2007) menyatakan bahwa terhadap hubungan negatif dan signifikan antara sistem pengendalian interaktif dan pembelajaran organisasi. c. Hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan inovasi dengan kinerja
perusahaan bersifat kontradiksi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara inovasi dengan kinerja perusahaan (Agarwal, et al 2003; Bisbe dan Otley, 2004; Deshpande, et al 2004; Henri, 2006). Sedangkan hasil penelitian Darroch (2005) menyatakan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara inovasi dan kinerja perusahaan.
d. Beberapa penelitian sebelumnya tentang orientasi pasar dan hubungannya dengan kinerja memberikan hasil penelitian yang berlawanan. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan orientasi pasar dan kinerja perusahaan (Kirca, et al 2005; Panigyrakis dan Theororidis, 2007). Beberapa hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa orientasi pasar dan kinerja perusahaan berhubungan tidak signifikan positif (Henri, 2006; Jaworski dan Kohli, 1993).
(15)
e. Terbatasnya penelitian di bidang akuntansi manajemen yang menguji hubungan SPM dengan menggunakan levers of control (LOC) dari Simons (1995; 2000) dengan kinerja organisasi dimediasi oleh kapabilitas perusahaan. Penelitian yang menggunakan LOC juga masih digunakan secara terpisah (Bisbe dan Otley, 2004; Henri, 2006). Sedangkan penelitian lain menggunakan LOC secara bersama-sama (Widener, 2007; Tekavcic, et al 2008).
f. Belum ada penelitian yang memasukkan variabel kultur organisasi sebagai variabel moderator yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kinerja organisasi dimediasi oleh kapabilitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Henri (2006) dan Widener (2007) masih mengabaikan kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan.
g. Penelitian yang menguji pengaruh langsung antara SPM dengan kinerja perusahaan dirasakan belum terlalu banyak. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan sistem pengukuran kinerja sebagai bagian dari SPM juga masih menggunakan variabel mediasi dalam menjelaskan hubungan antara SPM dengan kinerja organisasi.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan oleh teori kontinjensi dan teori resource-based view (RBV). Pendekatan kontinjensi dalam akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi yang berlaku universal dan diterapkan untuk semua organisasi dalam semua kondisi (Otley, 1980). Oleh karena itu, model yang sangat tepat bagi sebuah sistem akuntansi sangat tergantung pada kondisi organisasi itu sendiri (Otley, 1980). Adanya perkembangan sistem akuntansi mengakibatkan terjadi juga perkembangan dalam
(16)
pendekatan kontinjensi. Proposisi utama dari teori kontinjensi adalah bahwa teori kontinjensi menilai kinerja perusahaan akan sangat tergantung kepada kecocokan antara faktor-faktor kontekstual sebuah organisasi (Cadez dan Guilding, 2008). Sedangkan asumsi dasar teori RBV adalah bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984). RBV juga dipandang sebagai kemampuan bersaing organisasi yang merupakan fungsi dari keunikan serta nilai dari sumberdaya serta kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi tersebut. RBV juga menganggap bahwa kapabilitas merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
Berdasarkan beberapa telaah teori dan kajian penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini menghasilkan model penelitian empirik yang digunakan untuk menguji empat hipotesis penelitian.
Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diwakili oleh para Chief Financial Officer, manajer dan asisten manajer akuntansi, manajer dan asisten manajer keuangan, dan manajer dan asisten manajer kontroler. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur dengan beberapa alasan bahwa dalam perusahaan tersebut telah diterapkan pengendalian dan strategi (Miller 1987; Henri (2006). Selain itu, dalam perusahaan besar juga telah dilakukan sistem pengukuran kinerja (Bouwens dan Abernethy, 2000) yang merupakan salah satu bagian dari sistem pengendalian manajemen. Sedangkan digunakannya perusahaan yang bergerak dalam industri pemanufakturan dengan alasan adalah untuk menghindari bias yang disebabkan efek industri (industrial effect) dan perusahaan manufaktur lebih komplek dibanding dengan industri lainnya,
(17)
selain itu sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbanyak dibandingkan dengan sektor lainnya yang biasanya terdaftar di bursa efek (Lau dan Sholihin, 2005). Anthony dan Govindarajan (2004) juga berpendapat bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang lebih komplek ditinjau dari sisi pengendalian.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengumpulan data dimulai 1 Oktober 2010 dan berakhir 28 Februari 2011. Sebanyak 229 responden berpartisipasi dalam penelitian ini yang berasal dari 60 perusahaan. Data penelitian untuk menguji hipotesis dianalisis menggunakan structural equation model (SEM) dengan bantuan program AMOS versi 16.
Hasil analisis terhadap model pengukuran variabel-variabel penelitian dan model persamaan struktural yang dibangun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model fit dengan data. Pengujian atas kualitas data juga menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki kualitas yang tinggi terbukti melalui composite reliability
dan analysis variance extracted memperoleh hasil yang baik. Selain itu telah terpenuhinya asumsi-asumsi model penelitian dalam model persamaan struktural dan setelah dilakukan uji kecocokan model, maka model memenuhi kriteria yang dikehendaki.
Bertolak dari hasil analisis data, pengujian dan pembahasan hipotesis maka penelitian ini memberikan beberapa temuan sebagai berikut. Sistem pengendalian manajemen berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh secara positif dengan empat kapabilitas perusahaan yaitu orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan dari
(18)
SPM berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif terhadap kapabilitas perusahaan adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki sistem pengendalian manajemen yang tinggi akan memberikan pengaruh yang tinggi pula kepada kapabilitas perusahaan sebagai sebuah strategi.
Hasil penelitian tentang pengaruh kapabilitas perusahaan berupa orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa kapabilitas yang terdiri atas orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan berpengaruh secara positif dan sangat signifikan dengan kinerja perusahaan. Bukti empiris penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan memberikan makna bahwa perusahaan yang memiliki kapabilitas perusahaan tinggi akan memiliki kinerja perusahaan yang tinggi pula. Bukti empiris penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan tidak langsung antara SPM terhadap kinerja perusahaan melalui kapabilitas perusahaan. Hasil ini memberikan makna bahwa sistem pengendalian manajemen digunakan sebagai alat pengimplementasian strategi kapabilitas perusahaan yang akan mendorong peningkatan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian pengaruh langsung SPM berupa sistem beliefs, sistem
boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif dengan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif mungkin saja bukan merupakan alat yang secara langsung dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja perusahaan kinerja perusahaan. Bukti
(19)
empiris menunjukkan bahwa pengaruh SPM berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh secara positif seperti yang telah diprediksikan sebelumnya.
Hasil penelitian pengaruh kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan menunjukkan kultur organisasi memperkuat hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan. Bukti empiris menunjukkan terdapat pengaruh positif dari kultur organisasi sebagai variabel moderasi. Dengan demikian perusahaan dengan kultur organisasi yang kuat akan memperkuat hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, hasil uji confirmatory factor analysis (CFA) baik untuk CFA
second order maupun first order menunjukkan bahwa beberapa butir indikator penelitian memiliki nilai loading factor yang rendah, oleh karena itu tidak dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. Padahal beberapa indikator tersebut kemungkinan dapat memberikan penjelasan yang kuat terhadap hubungan antar variabel penelitian.
Kedua, penelitian ini belum mampu mendukung pengaruh langsung sistem pengendalian manajemen dengan kinerja perusahaan yang kemungkinan juga disebabkan karena data untuk pengukuran kinerja perusahaan adalah bersifat subjektif (self-rating).
Berdasarkan beberapa keterbatasan di atas, maka agenda penelitian mendatang adalah pertama, perlu memperbanyak kontak person dalam menyebarkan kuesioner dan perlu melakukan uji coba kuesioner secara langsung ke responden
(20)
sasaran dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga responden memiliki pemahaman yang baik tentang setiap indikator kuesioner sehingga akan memperoleh jawaban yang lebih akurat dan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai loading factor.
Kedua, perlu melakukan penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran kinerja objektif agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat atau juga dipadukan dengan data subjektif, sehingga lebih diarahkan kepada riset yang bersifat kualitatif .
(21)
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini dimulai dengan pembahasan tentang latar belakang yang memuat motivasi dilakukannya penelitian. Pembahasan selanjutnya adalah permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, dan diakhiri dengan beberapa orisinalitas penelitian.
1.1. Latar Belakang Penelitian
Sistem pengendalian manajemen (SPM) merupakan suatu sub topik penting dalam penelitian di bidang akuntansi manajemen. Sub topik ini banyak mendapat perhatian dari para akademisi maupun praktisi. Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1990-1996 sebanyak 152 artikel dipublikasikan di Amerika Utara, dari jumlah tersebut 85 buah artikel (55,60%) membahas tentang SPM (Shield, 1997). Data ini mengindikasikan bahwa topik SPM merupakan topik yang sangat menarik oleh para peneliti dalam mengkaji berbagai hal yang terkait dengan SPM.
Terdapat beberapa alasan mengapa SPM menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan. Pertama, SPM sangat penting untuk perumusan dan pengimplementasian strategi (Dent, 1990; Langfield-Smith, 1997; Nilson, 2002; Simons, 1991; 1995). Alasan ini sesuai dengan definisi SPM yang disampaikan oleh Simons (1990) bahwa SPM dikenal bukan hanya sebagai sistem namun lebih dari itu SPM merupakan alat untuk melakukan pemantauan. SPM juga dikenal sebagai sistem dan prosedur formal yang digunakan untuk menjaga informasi dari semua aktivitas yang telah dirumuskan dalam perusahaan termasuk aktivitas perumusan dan pengimplementasian strategi.
(22)
Dengan kata lain setiap perusahaan harus melakukan sistem perencanaan, sistem pelaporan, dan prosedur pemantauan yang didasarkan pada informasi.
Kedua, SPM sangat penting untuk keunggulan bersaing dan keunggulan kinerja (Dent 1990; Simons, 1987; 1990). Bagi perusahaan, SPM dengan sendirinya dijadikan sebagai alat untuk memudahkan perusahaan dalam menggunakan semua sumberdaya baik yang bersifat tangible maupun intangible untuk bersaing. Oleh karena itu semua perusahaan berusaha agar orientasi perusahaan dan strategi bisnis dapat direfleksikan dalam SPM (Langfield-Smith, 1997; Nilson, 2002).
Ketiga, SPM merupakan fungsi kritis dalam organisasi (Merchant dan Van der Stede, 2007). Alasan ini memberikan makna bahwa kegagalan perusahaan adalah karena kegagalan dalam menjalankan SPM sehingga sangat fatal bagi perusahaan. Keempat, SPM digunakan untuk mengelola tekanan antara penciptaan inovasi dan pencapaian tujuan yang dapat diprediksikan dan menyeimbangkan dilema dasar organisasi antara pengendalian dan fleksibilitas (Henri, 2006; Simons, 1995). Penggunaan SPM dalam perusahaan pada dasarnya berkaitan dengan tekanan yang bersifat positif maupun negatif. Henri (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengendalian diagnostik memberikan pengaruh negatif dan sebaliknya pengendalian interaktif memberikan pengaruh positif.
Kelima, SPM perlu dipertimbangkan untuk menjaga fleksibilitas dan mendukung perubahan organisasi, inovasi dan pembelajaran organisasi (Atkinson, et al. 1997; Kloot, 1997; Simons, 1990). Simons (1990) membuktikan bahwa pengendalian manajemen secara positif berkorelasi dengan inovasi terutama bagi perusahaan-perusahaan konservatif dan secara negatif berkorelasi dengan inovasi
(23)
bagi perusahaan-perusahaan yang menekankan pada kewirausahaan. Keenam, SPM penting untuk pengendalian formal dan sistem umpan balik yang bermaksud agar dapat memonitor hasil organisasi dan mengkoreksi penyimpangan standar dari kinerja yang ditetapkan sebelumnya (Hofstede, 1978). Oleh karena itu, banyak riset telah membuktikan bahwa SPM dijadikan sebagai isu sentral dalam riset akuntansi manajemen (Harrison dan McKinnon, 1999; Henri, 2006; Simons, 1995).
Dengan demikian, SPM perlu dijalankan dengan baik dalam setiap perusahaan. Apabila perusahaan gagal dalam menjalankannya maka akan berakibat pada kerugian finansial yang sangat besar, rusaknya reputasi perusahaan, dan berakhir kepada kegagalan organisasi (Merchant dan Van der Stede, 2007).
Beberapa contoh kasus berikut menggambarkan gagalnya pengendalian
manajemen. Tahun 1995, bank Baring Brother di Inggris mengumumkan
kebangkrutan. Terjadinya kebangkrutan disebabkan karena adanya kontrak perdagangan yang tidak diotorisasi antara pihak perusahaan dengan pemasok di Singapura. Hasil investigasi Bank Sentral Inggris menunjukkan bahwa terdapatnya kelemahan utama sistem pengendalian manajemen bank seperti tidak terdapat pemisahan tugas, posisi yang tidak dibatasi dan juga kurangnya tanggungjawab manajemen (Merchant dan Van der Stede, 2007). Tahun 2002, sebuah bank Irlandia yang beroperasi di Baltimore Amerika Serikat bernama Allied Irish Bank mengalami kerugian senilai $691 juta selama periode lima tahun pertama. Hasil investigasi menunjukkan bahwa terjadinya kerugian tersebut disebabkan karena kurangnya pengendalian resiko yang cukup dan kurangnya konfirmasi independen dalam perdagangan yang merupakan kelalaian pihak bank (Karmin dan Fields, 2002).
(24)
Kasus yang terjadi di Indonesia juga mencerminkan sistem pengendalian yang tidak diterapkan secara baik oleh Bapepam dan Lembaga Keuangan yang pada akhirnya merugikan investor. Padahal kasus-kasus tersebut dilakukan secara sengaja oleh manajemen. Misalnya kasus Kimia Farma dan Bank Lippo tentang kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan yang menimpa pasar modal di Indonesia mengakibatkan para investor akhirnya tidak percaya terhadap laporan keuangan tersebut.
Kasus-kasus di atas memberikan gambaran bahwa perusahaan maupun lembaga tertentu perlu memiliki sebuah sistem pengendalian manajemen yang dapat mengakomodir semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. SPM juga pada akhirnya harus mampu untuk memonitor hasil organisasi dan melakukan koreksi bila terjadi berbagai penyimpangan. Oleh karena itu SPM menjadi sangat berarti dan penting bagi sebuah perusahaan.
Penelitian tentang SPM telah dilakukan sejak tahun 1950-an (Langfield- Smith, 1997). Uraian sebelumnya telah menyebutkan bahwa SPM sangat penting dalam formulasi dan pengimplementasian strategi (Dent, 1990; Langfield-Smith, 1997; Nilson, 2002; Simons, 1991; 1995). Hasil kajian menunjukkan bahwa dimasukkannya konsep strategi ke dalam SPM baru dimulai sejak tahun 1972 atau lebih dari tiga decade (Langfield-Smith, 1997). Beberapa literatur juga menunjukkan bahwa kajian tentang SPM dan strategi merupakan isu yang sangat menarik (Shield, 1997) dengan mengkaji pengaruh strategi terhadap SPM dan pengaruh SPM terhadap strategi (Dent, 1990; Langfield-Smith, 1997; Shields, 1997).
(25)
Bertolak dari uraian di atas, maka pengaruh strategi dan SPM atau sebaliknya dapat dilihat dari dua sisi (Henri, 2006). Pertama, penelitian yang menghubungkan strategi dan SPM didasarkan pada pemilihan strategi. Konsep strategi pada bagian ini menggunakan beberapa bentuk strategi seperti (1) level strategy-choice yaitu market positioning. Peneliti lain menggunakan strategi berupa cost leadership dan
differentiation (Bruggeman dan Van der Stede, 1993; Govindarajan, 1988;
Govindarajan dan Fisher, 1990); (2) bentuk strategi yang terdiri atas prospector
lawan defender (Abernethy dan Guthrie, 1994; Hoque, 2004; Simons, 1987); (3) misi strategi yaitu build, hold, harvest (Govindarajan dan Gupta, 1985; Merchant, 1985); dan (4) prioritas strategi, misalnya customization, quality, flexibility (Abernethy dan Lillis, 1995; Baines dan Langfield-Smith, 2003; Chenhall dan Langfield-Smith, 1998; Ittner, et al. 2003).
Penelitian-penelitian di atas pada dasarnya berkesimpulan bahwa SPM merupakan bagian yang sangat besar dalam menyumbangkan implementasi terhadap strategi. Oleh karena itu strategi yang diterapkan oleh perusahaan sangat membutuhkan adanya SPM.
Bagian kedua adalah penelitian yang menghubungkan SPM dengan strategi. Penelitian dengan menggunakan konsep SPM dengan strategi lebih menggunakan pendekatan kontinjensi yang bertujuan terutama untuk mencari hubungan sistematis antara SPM dengan strategi (Govindarajan dan Gupta, 1985; Langfield-Smith, 1997; Merchant, 1985; Simons, 1987). Konsep strategi yang digunakan dalam penelitian ini juga masih berkaitan dengan pemilihan strategi, namun terdapat sedikit perluasan dengan memasukkan strategi dari perspektif kapabilitas perusahaan (Henri, 2006).
(26)
Studi-studi yang menginvestigasi pengaruh SPM terhadap strategi masih menggunakan level strategic choice dengan perspektif yang berbeda misalnya prioritas strategi (Marginson, 2002; Chenhall, 2005) dan perspektif perubahan strategi (Abernethy dan Brownell, 1999; Chenhall dan Langfield-Smith, 2003). Hasil penelitian dalam bagian ini juga berkesimpulan bahwa SPM sangat berperan dalam perumusan strategi. Oleh karena itu SPM pada dasarnya mengikuti proses yang dinamis misalnya dengan dilibatkannya manajer dalam berbagai diskusi dan interaksi dalam penggunaan SPM (Chapman, 1997; 1998).
Penelitian yang menghubungkan SPM dengan strategi kapabilitas perusahaan menganggap bahwa kapabilitas perusahaan sebagai suatu keunggulan bersaing yang disebut sebagai kapabilitas utama perusahaan yaitu inovasi, pembelajaran organisasi, orientasi pasar, dan kewirausahaan (Henri, 2006). Unsur-unsur kapabilitas perusahaan tersebut dalam manajemen strategik dikenal sebagai Resource-based View/RBV (Hult, et al. 2002).
Beberapa peneliti sebelumnya memandang kapabilitas perusahaan secara terpisah. Selain itu, penelitian tentang kapabilitas perusahaan banyak dilakukan dalam bidang manajemen. Penelitian awal tentang kapabilitas perusahaan dalam bidang manajemen misalnya oleh Miller dan Friesen dalam tahun 1982 dengan memandang kapabilitas perusahaan sebagai inovasi. Kapabilitas perusahaan diinvestigasikan oleh Subramanian dan Gopalakrishna (2001) dengan menggunakan orientasi pasar. Baker dan Sinkula (1999) serta Jimenez-Jimenez dan Cegarra-Navaro (2007) melakukan pengujian kapabilitas perusahaan yang dilihat dari sisi orientasi pasar dan orientasi pembelajaran. Bhuian, et al. (2005) melihat kapabilitas perusahaan sebagai
(27)
kewirausahaan dan orientasi pasar. Kapabilitas perusahaan dipandang oleh Deshpande dan Farley (2004) sebagai orientasi pasar dan inovasi. Sedangkan Hurley dan Hult (1998) memandang kapabilitas perusahaan dengan inovasi, orientasi pasar, dan pembelajaran organisasi.
Penelitian tentang kapabilitas perusahaan sebagai bentuk strategi dalam bidang akuntansi manajemen jarang dilakukan bila dibandingkan dalam bidang manajemen. Beberapa peneliti yang menginvestigasi kapabilitas perusahaan dalam bidang akuntansi manajemen misalnya memandang kapabilitas perusahaan sebagai pembelajaran organisasi dilakukan oleh Kloot (1997) dan Widener (2007). Kapabilitas perusahaan sebagai inovasi dalam hubungan dengan produk dilakukan oleh Bisbe dan Otley (2004). Sedangkan Henri (2006) memandang kapabilitas perusahaan dari empat elemen yaitu market orientation, innovative, organizational learning, dan entrepreneurship.
SPM merupakan suatu konsep yang luas dan terdiri dari banyak elemen serta digunakan untuk tujuan yang berbeda (Langfield-Smith, 1997; Mahama, 2006; Widener dan Selto, 1999). SPM juga dikenal memiliki banyak elemen yang bekerja secara bersama-sama (Otley, 1980; Widener, 2007).
Simons (1995) memperkenalkan empat bentuk sistem pengendalian yang disebut sebagai levers of control (LOC), yaitu sistem beliefs, (misalnya nilai inti), sistem boundary (misalnya kendala perilaku), sistem pengendalian diagnostik (misalnya pemantauan), dan sistem pengendalian interaktif (misalnya keterlibatan manajemen). Keempat sistem pengendalian tersebut dalam strategi bisnis dicapai dengan memadukan keempat elemen Lever’s of Control. Artinya bahwa kekuatan
(28)
dari elemen-elemen Lever’s of Control tersebut dalam mengimplementasikan strategi adalah apabila digunakan secara bersama-sama bukan secara individual (Simons, 1995, 2000). Dengan kata lain bahwa walaupun masing-masing elemen Lever’s of Control memiliki tujuan yang berbeda-beda namun penerapannya harus secara bersama-sama.
Beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan SPM dan kapabilitas perusahaan sebagai strategi di bidang akuntansi manajemen masih menggunakan komponen-komponen SPM secara terpisah. Henri (2006) menggunakan sistem pengendalian diagnostik dan interaktif dihubungkan dengan kapabilitas utama. Bisbe dan Otley (2004) menginvestigasi pengendalian interaktif dengan inovasi produk. Abernethy dan Brownell (1999) menggunakan gaya interaktif dalam perumusan anggaran. Toumela (2005) menggunakan pengendalian diagnostik dan interaktif. Sedangkan peneliti lain seperti Widener (2007) menginvestigasi keempat Lever’s of Control dengan pembelajaran organisasi. Tekavcic, et al. (2008) menggunakan keempat Lever’s of Control dalam studi kasus pada perusahaan-perusahaan di Slovenia dihubungkan dengan pembelajaran organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Henri (2006) menggunakan dua tipe sistem pengendalian manajemen berasal dari Simons (1995) berupa sistem pengendalian diagnostik dan sistem pengendalian interaktif ditambah interaksi kedua tipe tersebut yang dikenal dengan sistem pengendalian bersama. Ketiga bentuk pengendalian ini dihubungkan dengan kapabilitas perusahaan. Henri (2006) menggunakan 2.175 perusahaan pemanufakturan di Kanada sebagai populasi dan populasi target sebanyak 1.692 perusahaan. Responden yang disajikan sebagai unit analisis adalah tim
(29)
manajemen terdiri atas chief executive officers, chief operational officers, chief financial officers dan senior vice-presidents.
Sebanyak 383 perusahaan berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara pengendalian diagnostik dengan keempat elemen strategi kapabilitas ditinjau dari perspektif RBV yaitu inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi dan kewirausahaan. Di sisi lain, sistem pengendalian interaktif berpengaruh positif dan signifikan dengan kapabilitas perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa pengendalian interaktif berpengaruh positif pada kapabilitas perusahaan (misalnya pembelajaran organisasi) karena memungkinkan organisasi untuk melaksanakan dialog, melakukan rangsangan yang kuat terhadap kreativitas semua anggota organisasi, dan memfokuskan pada perhatian organisasi. Hasil ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Simons (1990) bahwa sistem pengendalian manajemen formal memfasilitasi pembelajaran organisasi.
Penelitian Widener (2007) menggunakan 122 chief financial officers (CFOs) yang berkerja pada tujuh kelompok industri di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menggunakan keempat Lever’s of Control yang mengacu pada Simons (1995). Sedangkan strategi kapabilitas dengan perspektif RBV hanya menggunakan pembelajaran organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian
beliefs dan diagnostik berpengaruh positif pada pembelajaran organisasi sedangkan sistem pengendalian boundary dan interaktif tidak berpengaruh pada pembelajaran organisasi.
(30)
Kloot (1997) melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus pada chief executive officers (CFOs) serta manajer keuangan, manajer sumberdaya manusia dan manajer teknik pada pemerintah lokal di Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen memiliki peranan penting dalam memfasilitasi pembelajaran organisasi.
Penelitian yang menggunakan pengendalian interaktif dihubungkan dengan pembelajaran organisasi juga telah dilakukan oleh Abernethy dan Brownell (1999) dan Tekavcic, et al. (2008). Penelitian Abernethy dan Brownell (1999) dengan penggunaan gaya interaktif anggaran menggunakan sampel 63 CFOs di 29 Rumah Sakit Umum yang tersebar di Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya interaktif dalam sistem pengendalian manajemen untuk anggaran sangat memungkinkan organisasi untuk bisa belajar.
Penelitian dengan menggunakan studi kasus pernah dilakukan oleh Tekavcic, et al. (2008) pada sebuah perusahaan besar yang bernama Trimo di Slovenia. Tekavcic, et al. (2008) menggunakan empat komponen Levers of Control dari Simons (1995) dan melakukan wawancara dengan manajer puncak dan manajer menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan gaya interaktif dalam penyusunan anggaran. Sistem pengendalian interaktif di Trimo juga merupakan hal penting untuk pembelajaran organisasi.
Oleh karena itu penelitian ini menguji kembali hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan. Penelitian ini menggunakan keempat tipe Lever’s of Control sebagai sistem pengendalian manajemen seperti yang diperkenalkan oleh Simons (1995, 2000). Alasannya adalah masing-masing tipe
(31)
Lever’s of Control tidak dapat digunakan secara terpisah tetapi setiap tipe Lever’s of Control akan memiliki kekuatan bila digunakan secara bersamaan (Simons, 1995; 2000). Dimasukkannya kedua tipe Lever’s of Control yaitu sistem beliefs dan
boundary dari Simons (1995; 2000) dalam penelitian ini dengan alasan bahwa kedua tipe tersebut akan memberikan dukungan yang kuat bagi setiap perusahaan dalam pemilihan strategi. Sistem beliefs menjelaskan mengenai nilai-nilai inti sedangkan sistem boundary memberikan batasan-batasan yang harus dihindari oleh semua anggota organisasi dalam menjalankan sistem pengendalian manajemen (Simons, 1995).
Henri (2006) juga telah mengkaji hubungan SPM dengan kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan dengan pendekatan RBV. Penelitian ini juga akan menghubungkan SPM dengan kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan seperti yang dilakukan oleh Henri (2006). Namun penelitian ini menggunakan semua tipe Lever’s of Control dari Simons (1995; 2000). Dengan demikian penelitian ini memandang kapabilitas perusahaan sebagai strategi dalam perspektif RBV yang dijadikan sebagai variabel mediasi.
Terdapat enam alasan mengapa digunakan strategi kapabilitas perusahaan sebagai pemediasi hubungan antara SPM dan kinerja perusahaan. Pertama; pandangan RBV mengatakan bahwa kemampuan bersaing organisasi merupakan fungsi dari keunikan serta nilai dari sumberdaya dan kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi (Wernefelt, 1984). Kedua; RBV juga memandang bahwa kapabilitas
merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing
(32)
Hult, et al. (2002) menunjukkan bahwa inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan dianggap sebagai faktor-faktor yang didasarkan pada budaya perusahaan yang ada dalam organisasi sebagai budaya persaingan. Oleh karena itu inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan merupakan empat elemen kapabilitas yang memainkan peranan penting untuk menciptakan keunggulan bersaing (Hult, et al. 2003). Keempat; inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan merupakan faktor-faktor keunggulan potensial yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan (Hult dan Ketchen, 2001; Hult, et al. 2002). Kelima; inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan dianggap memiliki hubungan langsung dengan kinerja perusahaan (Hult dan Ketchen, 2001; Hult, et al. 2002). Keenam; kapabilitas sebagai
strategic choice akan menuju kepada keunggulan bersaing berkelanjutan yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kinerja perusahaan (Henri, 2006).
Berdasarkan keenam alasan di atas, maka penelitian ini mengkaji kembali keempat tipe Lever’s of Control dengan kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan sebagai bentuk strategi yaitu orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa studi sebelumnya yang menggunakan unsur kapabilitas perusahaan dihubungkan dengan kinerja perusahaan.
Teori Resource-based view memandang bahwa semua sumber daya dan
kapabilitas yang ada dalam perusahaan sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan keunggulan bersaing berkelanjutan sehingga pada akhirnya berkontribusi terhadap kinerja perusahaan (Henri, 2006). Studi-studi sebelumnya
(33)
memberikan bukti bahwa empat bentuk kapabilitas perusahaan berkontribusi secara positif dengan kinerja (Henri, 2006; Hult dan Ketchen, 2001; Lee, et al. 2001; Naman dan Selvin, 1993; Narver dan Slater, 1990; Spanos dan Lioukas, 2001). Di sisi lain, beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya juga melaporkan bahwa kapabilitas perusahaan berupa inovasi dan orientasi pasar berpengaruh negatif dengan kinerja perusahaan (Darroch, 2005; Deshpande, et al. 2004; Henri, 2006; Jaworski dan Kohli, 1993).
Usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan dapat dicapai melalui inovasi. Inovasi bagi manajemen adalah hal yang sangat penting, karena inovasi dianggap sebagai kunci utama keberlanjutan bagi hampir semua perusahaan (Agarwal, et al. (2003). Melalui inovasi perusahaan dapat belajar untuk menerima ide-ide baru (Hurley dan Hult, 1998). Menurut Hurt, et al. (1977) dalam Calantone, et al. (2002) inovasi perusahaan dapat dipandang dengan dua perspektif yaitu sebagai variabel perilaku dan kesediaan untuk berubah.
Beberapa penelitian dalam bidang pemasaran mengatakan bahwa inovasi dapat meningkatkan kinerja pemasaran yang merupakan bagian dari kinerja perusahaan, seperti yang dilakukan oleh Agarwal, et al. (2003). Kinerja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kinerja objektif yang terdiri atas kualitas layanan, kepuasan konsumen, dan kepuasan karyawan. Hasil penelitian membuktikan bahwa inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran yang dipandang dari segi kinerja objektif dan subjektif.
Penelitian lain dilakukan oleh Calantone, et al. (2002). Penelitian dilakukan dengan cara survei kuesioner kepada 187 eksekutif senior di Amerika Serikat.
(34)
Penelitian tersebut menguji hubungan antara orientasi pembelajaran, kapabilitas inovasi perusahaan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa inovasi perusahaan secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Deshpande dan Farley (2004) melakukan penelitian dengan menghubungkan kultur organisasi, orientasi pasar, dan inovasi terhadap kinerja perusahaan. Studi ini dilakukan melalui orientasi pasar berupa bisnis-ke-bisnis (B-to-B) dengan sampel beberapa negara besar di dunia seperti Jepang, Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan Jerman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan dengan kinerja perusahaan.
Penelitian tentang inovasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan dalam bidang akuntansi manajemen juga telah dilakukan oleh Bisbe dan Otley (2004) dan Henri (2006). Bisbe dan Otley (2004) menggunakan sampel para chief executive officiers (CEOs) dari perusahaan manufaktur berskala menengah di Spanyol. Responden yang berpartisipasi sebanyak 58 CEOs. Pengujian menggunakan
moderated regression analysis membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara inovasi dan kinerja perusahaan. Hasil ini menurut Bisbe dan Otley (2004) memberikan bukti bahwa semakin besar pengaruh inovasi akan semakin besar pula kinerja perusahaan. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Henri (2006) bahwa inovasi berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan.
Penelitian lain yang dilakukan dalam bidang pemasaran menunjukkan hasil sebaliknya. Darroch (2005) melakukan penelitian menggunakan sampel 443 CEOs di
(35)
Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara inovasi dan kinerja.
Orientasi pasar sangat berkaitan dengan implementasi konsep pemasaran (Jimenez-Jimenez dan Cegarra-Navarro, 2007). Studi-studi yang berfokus pada orientasi pasar telah menginvestigasi variabel-variabel anteseden seperti variabel struktural dan iklim, dan juga menginvestigasi konsekuensinya seperti kinerja bisnis. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di bidang pemasaran misalnya Baker dan Sinkula, (1999) Han, et al. (1998); Jaworski dan Kohli, (1993); Kohli dan Jaworski, (1990); dan Sinkula, et al. (1997).
Secara umum telah diterima dalam literatur bahwa ada keterkaitan antara orientasi pasar dan kinerja perusahaan (Jaworski dan Kohli, 1993). Penelitian dalam bidang pemasaran yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya seperti Greenley (1995) membuktikan bahwa orientasi pasar memiliki hubungan yang positif dengan kinerja perusahaan. Sedangkan Jaworski dan Kohli (1993) justru memberikan hasil yang berlawanan bahwa orientasi pasar tidak memiliki hubungan dengan kinerja perusahaan.
Penelitian oleh Jimenez-Jimenez dan Cegarro-Navarro (2007) dengan menggunakan sampel dari 451 eksekutif puncak pada beberapa perusahaan besar di Spanyol. Ukuran kinerja yang digunakan adalah keuangan dan non keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa orientasi pasar tidak berhubungan langsung dengan kinerja tetapi terdapat hubungan tidak langsung melalui pembelajaran organisasi.
Penelitian Kirca, et al. (2005) juga memberikan bukti bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian dalam industri riteil juga dilakukan oleh
(36)
Panigyrakis dan Theodoridis (2007) dengan sampel adalah para manajer cabang di Yunani sebanyak 252 manajer sebagai responden. Kinerja perusahaan diukur dengan keuangan dan nonkeuangan. Hasil riset membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara orientasi pasar dan kinerja perusahaan.
Studi yang dilakukan oleh Jaworski dan Kohli (1993) pada beberapa unit bisnis di Amerika Serikat dengan menghubungkan orientasi pasar dan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa orientasi pasar tidak berpengaruh dengan market share sebagai salah satu kinerja pemasaran. Deshpande, et al. (2000) juga membuktikan hal yang sama. Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa orientasi pasar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan penjualan dan market share. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen yang dilakukan oleh Henri (2006) juga melaporkan bahwa orientasi pasar berpengaruh tidak signifikan positif dengan kinerja perusahaan.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan kapabilitas perusahaan dan kinerja perusahaan seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa inovasi, orientasi pasar, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun, beberapa dari penelitian tersebut masih memberikan hasil yang tidak konsisten.
Di samping kapabilitas perusahaan sebagai strategi perusahaan yang dijadikan sebagai mediasi hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan kinerja perusahaan yang akan diteliti, maka penelitian ini juga akan mengkaji hubungan langsung antara SPM dengan kinerja. Penelitian Mahama (2006) dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang merupakan bagian dari SPM
(37)
memprediksikan bahwa terdapat hubungan langsung maupun tidak langsung antara sistem pengukuran kinerja dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja berpengaruh positif dengan kinerja organisasi. Oleh karena sistem pengukuran kinerja merupakan bagian dari SPM, maka penelitian ini juga mempredikasikan bahwa terdapat hubungan langsung antara SPM dengan kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini tidak seperti yang digunakan oleh Henri (2006) karena menggunakan kinerja perusahaan dalam pandangan balance scorecard. Penelitian ini mengacu kepada kinerja perusahaan yang digunakan oleh Widener (2007) karena dianggap lebih komprehensif dan sudah mewakili semua indikator keuangan dan nonkeuangan.
Chenhall (2003) telah melakukan meta-analysis untuk mengkaji temuan- temuan berbagai studi kontinjensi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih dari 20 tahun. Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi SPM. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor kontekstual yaitu lingkungan bisnis, teknologi, struktur organisasi, ukuran organisasi, strategi organisasi dan kultur nasional.
Di Indonesia penelitian yang menghubungkan sistem pengendalian manajemen (SPM) dengan kinerja perusahaan dimediasi oleh kapabilitas perusahaan sepengetahuan peneliti masih jarang dilakukan. Namun penelitian lain dengan menggunakan SPM tipe Simons (1995) pernah dilakukan oleh Fauzi dan Hussain (2008) yang mengkaji anteseden dan konsekuensi SPM. Variabel anteseden dalam penelitian tersebut adalah faktor-faktor kontekstual seperti disebutkan oleh Chenhall
(38)
(2003), sedangkan variabel konsekuensi SPM adalah kinerja keuangan perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor kontekstual atau variabel kontinjensi mempengaruhi SPM dan juga memoderasi hubungan SPM dengan kinerja keuangan perusahaan. Di samping itu, penelitian Fauzi dan Hussain (2008) juga memasukkan variabel kontinjensi termasuk budaya nasional sebagai pemoderasi hubungan antara SPM dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur nasional memoderasi hubungan SPM dengan kinerja keuangan perusahaan.
Dengan demikian faktor-faktor kontekstual pada dasarnya akan sangat tergantung pada kondisi perusahaan. Untuk itu teori kontinjensi menghendaki agar berbagai faktor-faktor kontekstual yang timbul dalam perusahaan disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Faktor-faktor kontekstual dalam penelitian Fauzi dan Hussain (2008) dijadikan sebagai variabel anteseden dan variabel moderasi. Untuk itu penelitian ini akan menambahkan kultur organisasi sebagai sebagai salah satu faktor kontekstual yang memoderasi hubungan antara SPM dan kapabilitas perusahaan.
Alasan ditambahkannya variabel kultur organisasi didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Henri (2006) dan Widener (2007) yang masih mengabaikan unsur kultur organisasi, namun di akhir penelitiannya disarankan untuk menambahkan kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan. Kedua, kultur organisasi sangat penting dalam mendesain SPM (Hopwood, 1976). Ketiga, dalam berbagai studi kultur organisasi juga ditemukan sangat berkaitan dengan SPM (Chow, et al. 2002). Keempat, kemampuan kultur untuk mempengaruhi motivasi (Holmes dan Marsden, 1996; Hood
(39)
dan Koberg, 1991; Pratt dan Beaulieu, 1992). Kelima, kemampuan kultur mempengaruhi perilaku dan kinerja baik kinerja pribadi maupun organisasi (Carpenter, et al. 1994), dan keenam, bahwa nilai-nilai kultur organisasi berpengaruh terhadap perilaku manajemen (Hope, 2008).
Kultur organisasi dalam penelitian ini perlu dianalisis karena bagaimanapun baiknya sebuah sistem pengendalian manajemen yang telah didesain untuk perumusan dan pengimplementasian strategi akan sangat dipengaruhi oleh kultur organisasi. Penambahan konstruk kultur organisasi dalam SPM sebagai bentuk faktor kontekstual seperti disebutkan di atas adalah karena kultur organisasi dalam variabel kontinjensi dianggap sebagai soft contingency variable (Gong dan Tse, 2009). Teori kontinjensi juga mengatakan bahwa praktek-praktek akuntansi manajemen dan berbagai variabel kontinjensi sangat penting untuk dipertimbangkan apalagi dalam membahas implementasi strategi (Gong dan Tse, 2009). Selain itu, sepengetahuan peneliti, penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel kultur organisasi sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara SPM dengan kapabilitas perusahaan masih jarang dilakukan. Pendapat ini didukung oleh Henri (2006) dalam akhir penelitiannya menganjurkan untuk menggunakan kultur organisasi sebagai variabel moderasi. Oleh karena itu kultur organisasi dalam penelitian ini diduga mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka penelitian ini perlu dilakukan karena akan mengkaji sistem pengendalian manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan dan dimediasi oleh kapabilitas perusahaan sebagai strategi
(40)
perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengkaji kultur organisasi yang diprediksikan dapat mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah 1.2.1. Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut:
h. Masih ada perbedaan hasil penelitian mengenai sistem pengendalian diagnostik dengan pembelajaran organisasi. Henri (2006) menemukan terdapat hubungan negatif antara pengendalian diagnostik dengan pembelajaran organisasi. Sedangkan Kloot (1997) dan Widener (2007) menyatakan bahwa pengendalian diagnostik dan pembelajaran organisasi berhubungan positif.
i. Terdapat perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara sistem pengendalian interaktif dengan pembelajaran organisasi. Beberapa hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan positif antara sistem pengukuran kinerja interaktif yang merupakan bagian dari SPM dengan pembelajaran organisasi (Abernethy dan Brownell, 1999; Henri, 2006; Tekavcic, et al, 2008). Penelitian Widener (2007) menyatakan bahwa terhadap hubungan negatif dan signifikan antara sistem pengendalian interaktif dan pembelajaran organisasi. j. Hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan inovasi dengan kinerja
perusahaan bersifat kontradiktif. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara inovasi dengan kinerja perusahaan
(41)
(Agarwal, et al. 2003; Bisbe dan Otley, 2004; Deshpande, et al. 2004; Henri, 2006). Sedangkan hasil penelitian Darroch (2005) menyatakan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara inovasi dan kinerja perusahaan.
k. Beberapa penelitian sebelumnya tentang orientasi pasar dan hubungannya dengan kinerja memberikan hasil penelitian yang berlawanan. Temuan hasil-hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara orientasi pasar dan kinerja perusahaan (Kirca, et al. 2005; Panigyrakis dan Theororidis, 2007). Beberapa hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa orientasi pasar dan kinerja perusahaan berhubungan tidak signifikan positif (Henri, 2006; Jaworski dan Kohli, 1993).
l. Terbatasnya penelitian di bidang akuntansi manajemen yang menguji hubungan SPM dengan menggunakan lever’s of control (LOC) dari Simons (1995, 2000) terhadap kinerja organisasi dimediasi oleh kapabilitas perusahaan. Penelitian yang menggunakan LOC juga masih digunakan secara terpisah (Bisbe dan Otley, 2004; Henri, 2006). Sedangkan penelitian lain menggunakan LOC secara bersama-sama (Widener, 2007; Tekavcic, et al. 2008).
m. Sepengetahuan peneliti, penelitian yang menggunakan variabel kultur organisasi sebagai variabel moderator yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan masih jarang dilakukan. Pendapat ini didukung dengan pernyataan Henri (2006) dalam akhir penelitiannya menganjurkan untuk menggunakan variabel kultur organisasi sebagai variabel moderasi. Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh Henri (2006) dan Widener (2007) masih
(42)
mengabaikan kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara SPM dengan kapabilitas perusahaan.
n. Penelitian yang menguji pengaruh langsung antara SPM dengan kinerja perusahaan dirasakan belum terlalu banyak. Kebanyakan penelitian yang menggunakan sistem pengukuran kinerja sebagai bagian dari SPM masih menggunakan variabel mediasi dalam menjelaskan hubungan antara SPM dengan kinerja organisasi.
1.2.2. Masalah Penelitian
Bertolak dari beberapa permasalahan yang ada dalam penelitian-penelitian sebelumnya, maka masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini untuk diteliti adalah:
1. Bagaimana mengembangkan sistem pengendalian manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan dan hubungan langsung antara sistem pengendalian manajemen dengan kinerja perusahaan.
2. Bagaimana mengembangkan sistem pengendalian manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dimoderasi oleh kultur organisasi.
1.2.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan rumusan masalah penelitian, maka rumusan pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Apakah SPM yang mencakup sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh
(43)
terhadap kapabilitas perusahaan dan apakah kapabilitas perusahaan yang mencakup orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung antara SPM terhadap kinerja perusahaan dan apakah kultur organisasi memperkuat hubungan antara SPM dengan kapabilitas perusahaan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh SPM terhadap kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan, dan untuk menguji pengaruh kultur organisasi yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh SPM yang mencakup sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif terhadap kapabilitas perusahaan.
2. Menguji pengaruh kapabilitas perusahaan yang mencakup orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan.
3. Menguji pengaruh langsung SPM terhadap kinerja perusahaan.
4. Menguji pengaruh SPM dengan kapabilitas perusahaan yang dimoderasi oleh kultur organisasi.
(44)
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh SPM terhadap kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan dan pengaruh SPM dan kapabilitas perusahaan dimoderasi oleh kultur organisasi. Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu di bidang akuntansi manajemen, dan secara khusus dalam membangun sebuah kerangka konseptual mengenai pengaruh SPM terhadap kinerja perusahaan dimediasi oleh kapabilitas perusahaan dan pengaruh kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan.
2. Bagi manajemen. Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan kontribusi bagi manajemen dalam mendesain sistem pengendalian manajemen yang tepat dengan mempertimbangkan kultur organisasi sebagai faktor yang dapat memperkuat hubungan sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh SPM terhadap kinerja perusahaan yang dimediasi oleh kapabilitas perusahaan, dan untuk menguji pengaruh kultur organisasi yang mempengaruhi hubungan SPM dengan kapabilitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Henri (2006) dan Widener (2007) sebagai penelitian terdahulu dijadikan dasar pemikiran dalam penelitian ini.
(45)
Orisinalitas penelitian ini mencakup beberapa hal berikut. Pertama, penelitian- penelitian terdahulu oleh Henri (2006) dan Widener (2007) menggunakan elemen- elemen sistem pengendalian manajemen (SPM) dari Simons (1995) yang berbeda- beda. Henri (2006) menggunakan model teoritikal dasar terdiri atas dua elemen SPM ditambah satu model gabungan yaitu pengendalian diagnostik dan interaktif serta pengendalian bersama (interaksi dari sistem pengendalian diagnostik dan interaktif, sedangkan Widener (2007) menggunakan keempat elemen SPM. Penelitian ini juga akan menggunakan keempat bentuk SPM seperti yang digunakan oleh Widener (2007). Alasan digunakannya keempat elemen SPM tersebut adalah bahwa setiap elemen SPM tidak dapat digunakan secara terpisah-pisah tapi harus digunakan secara bersama-sama. Menurut Simons (1995) bila digunakan secara terpisah, maka tidak memiliki kekuatan. Perbedaan lain dari penelitian ini dengan Widener (2007) adalah terletak pada model pengujian elemen-elemen SPM dalam menganalisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori elemen-elemen SPM oleh Widener (2007) dilakukan melalui first order, sedangkan penelitian ini dilakukan melalui second order.
Kedua, penelitian ini juga akan menggunakan resource-based view dalam memandang kapabilitas perusahaan. Penelitian terdahulu yang menghubungkan sistem pengendalian manajemen dengan kapabilitas perusahaan sebagai strategi perusahaan hanya menggunakan satu elemen kapabilitas perusahaan, misalnya pembelajaran organisasi seperti digunakan oleh Widener (2007). Sedangkan penelitian Henri (2006) menggunakan keempat elemen kapabilitas perusahaan. Untuk itu, penelitian ini akan menggunakan keempat bentuk kapabilitas perusahaan dalam
(46)
menjelaskan hubungan antara SPM dengan kinerja perusahaan melalui kapabilitas perusahaan. Kapabilitas perusahaan yang digunakan adalah sama dengan Henri (2006) karena dianggap merupakan sebuah kapabilitas utama yang dipakai sebagai strategi perusahaan. Namun, perbedaannya terletak pada analisis faktor konfirmatori. Henri (2006) melakukan analisis faktor konfirmatori menggunakan first order
sedangkan penelitian ini menggunakan second order.
Ketiga, penelitian ini akan memasukkan variabel moderasi dalam melihat hubungan antara SPM dengan kapabilitas perusahaan. Variabel moderasi yang digunakan adalah variabel kultur organisasi. Beberapa penelitian terdahulu baik yang dilakukan oleh Henri (2006) dan Widener (2007) maupun beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan SPM masih mengabaikan kultur organisasi. Alasan digunakannya kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara SPM dengan kapabilitas perusahaan adalah bahwa baik buruknya sebuah sistem pengendalian manajemen yang telah didesain untuk pengimplementasian strategi akan sangat tergantung pada kultur organisasi. Selain itu konstruk kultur organisasi dipertimbangkan dalam penelitian ini karena kultur organisasi merupakan soft contingency variable (Gong dan Tse, 2009). Teori kontinjensi mengendaki bahwa praktek-praktek akuntansi manajemen dan berbagai variabel kontinjensi sangat penting apalagi pembahasan berkaitan dengan implementasi strategi (Gong dan Tse, 2009). Penambahan variabel kultur organisasi sebagai variabel moderasi yang menghubungkan SPM dan kapabilitas perusahaan adalah karena sepengetahuan peneliti jarang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
(47)
1.5. Definisi-Definsi Utama
Penelitian ini menggunakan empat variabel penelitian. Variabel dependen adalah kinerja perusahaan, variabel independen adalah SPM yang mencakup sistem
beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif. Kultur organisasi dijadikan sebagai variabel moderasi dan variabel mediasi adalah kapabilitas perusahaan yang mencakup orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan.
Definisi utama dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dijelaskan berikut ini:
1. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah indikator tingkat kesuksesan dalam mencapai tujuan perusahaan (Roth dan Jackson, 1995). Kinerja perusahaan dalam penelitian ini adalah keseluruhan kinerja perusahaan yang mencakup profitabilitas, pangsa pasar, dan sistem pengiriman. Kinerja keuangan dalam penelitian ini dipandang dari sisi subjektif bukan objektif. Penilaian kinerja keuangan secara subjektif menunjukkan bahwa penilaian yang didasarkan pada self-rating sedangkan penilain kinerja perusahaan secara objektif merujuk pada penilaian kinerja yang didasarkan atas hasil nyata yang dicapai oleh perusahaan.
2. Sistem Beliefs
Sistem beliefs adalah serangkaian definisi organisasi yang secara eksplisit dikomunikasikan oleh para manajer senior secara formal dan ditegakkan secara sistematis untuk memberikan nilai-nilai dasar, tujuan dan arah bagi organisasi
(1)
Otley, D, and Berry, A. J. 1980. Control, Organization and Accounting. Accounting, Organization and Society, Vol. 5, No. 2, pp. 231-244.
Otley, D. 1994. Management Control in Contemporary Organization: Towards a Wider Framework. Management Accounting Research, Vol. 5, No. 3 / 4, pp. 289-299.
Ouchi, W. G. A. 1977. The Relationship between Organizational Structures and Organizational Control. Administrative Science Quarterly, Vol. 22, No. 1, pp. 95-113.
Ouchi, W. G. A. 1979. Conceptual Framework for the Design of Organizational Control Mechanism. Management Science, Vol. 25, No. 9, pp. 833-849. Panigyrakis, G.G., and Theodoridis, P. K. 2007. Market Orientation and
Performance: An Empirical Investigation in the Retail Industry in Greece. Journal of Retailing and Consumer Services Vol. 14, No. 1, pp. 137–149. Pennings, J., Barkema, H., Douma, S. 1994. Organizational Learning and
Diversification. Academy of Management Journal, Vol. 37, No. 3, pp. 608– 640.
Peteraf, M. A. (1993). The Cornerstones of Competitive Advantage: A Resource- based View. Strategic Management Journal, Vol. 14, No. 3, pp. 179−191. Peteraf M, A. and Barney J. 2003. Unraveling the Resource-based Tangle.
Managerial and Decision Economics, Vol. 24, No.4, pp. 309–323.
Prahalad, C. K., and Hamel, G. 1990. The Core Competence of the Corporation. Harvard Business Review, Vol. 68, No. 3, pp. 79−91.
Pratt, J., and Beaulieu, P. 1992. Organizational Culture In Public Accounting: Size, Technology, Rank, And Functional Area. Accounting Organizations and Society, Vol. 17, No. 7, pp. 667-684.
Rivard, S., Raymond, L., and Verreault, D. 2006. Resource-based View and Competitive Strategy: An Integrated Model of the Contribution of Information Technology to Firm Performance. Journal of Strategic Information System, Vol. 15, No. 1, pp. 29-50.
Roth, A. V., and Jackson, W. E. III (1995). Strategic Determinants of Service Quality and Performance Evidence from the Banking Industry. Management Science, Vol. 15, No. 12, pp. 1720-1733.
Sackman, S. A. 1992. Culture and Subculture: An Analysis of Organizational Knowledge. Administrative Science and Quarterly. Vol. 37, No. 1, pp. 140- 161
Santos-Vijande, M. L., Sanzo-Perez, M. J., and Alvarez-Gonzalez, L. L. 2005. Organizational Learning and Market Orientation: Interface and Effects on Performance. Industrial Marketing Management. Vol. 34, No. 1, pp. 187-202.
(2)
Schroeder, R. G., Bates, K. A., and Junttila, M. A. 2002. A Resource-Based View of Manufacturing Strategy and The Relationship to Manufacturing Performance. Strategic Management Journal. Vol. 23, No. 1, pp. 105-117.
Scott, T. W., and Tiesen, P. 1999. Performance Measurement and Managerial Teams. Accounting, Organizations and Society, Vol. 24, No. 2, pp. 263-285.
Sekaran, U. 2010. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. 3rd Edition. John Wiley and Sons, Inc.
Sharma, S., and Vredenburg, H. 1998. Proactive Corporate Environmental Strategy and the Development of Competitively Valuable Organizational Capabilities. Strategic Management Journal, Vol. 19, No. 6, pp. 729-753.
Shields, M. D. 1997. Research in Management Accounting by North Americans in the 1990s. Journal of Management Accounting Research, Vol. 9, No. 1, pp. 3- 62.
Sherman, W. S. 2007. Improving Organizations by Coaching Individual Development Using the Resource-Based Business Strategy. SAM Advanced Management Journal, (Autum), pp. 40-46.
Simons, R. 1987. Accounting Control Systems and Business Strategy: An Empirical Analysis. Accounting, Organizations and Society, Vol. 12, No. 4, pp. 357-374. Simons, R. 1990. The Role of Management Control Systems in Creating Competitive Advantage: New Perspective. Accounting, Organizations and Society, Vol. 15, No. 1 / 2, pp. 127-143.
Simons, R. 1991. Strategic Orientation and Top Management Attention to Control Systems. Strategic Management Journal. Vol. 12, No. 1, pp. 49-62.
Simons, R. 1994. How New Top Managers Use Control Systems as Levers of Strategic Renewal. Strategic Management Journal, Vol. 15, No. 5, pp. 46-62. Simons, R. 1995. Levers of Control: How Managers Use Innovative Control Systems
to Drive Strategy Renewal. Boston. Harvard Business School Press.
Simons, R. 2000. Performance Measurement and Control Systems for Implementing Strategy. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Sinkula, J.M. 1994. Market Information Processing and Organizational Learning. Journal of Marketing, Vol. 58, No. 1, pp. 35-45.
Sinkula, J. M., Baker, M. R., and Noordewier, T. 1997. A Framework for Market- Based Organizational Learning: Linking Value, Knowledge, and Behavior. Journal of The Academy of Marketing Science. Vol. 25, No. 4, pp. 305-318. Slater, S.F., and Narver, J. C. 1995. Does Competitive Environment Moderate the
(3)
Slater, S. F., and Narver, J. C. 1999. Market-oriented is More than Being Customer- led. Strategic Management Journal, Vol. 20, No. 12, pp. 1165-1168.
Spanos, Y. E., and Lioukas, S. 2001. An Examination into the Causal Logic of Rent Generation: Contrasting Porter’s Competitive Strategy Framework and the Resources-based Perspective. Strategy Management Journal, Vol. 22, No. 10, pp. 907-934.
Stevenson, H. H., and Jarillo, J. C. 1990. A Paradigm of Entrepreneurship: Entrepreneurial Management. Strategic Management Journal. Vol. 11, No. 2, pp. 17-27.
Subramanian, R., and Gopalakrishna, P. 2001. The Market Orientation-Performance Relationship in The Context of a Developing Economy An Empirical Analysis. Journal of Business Research, Vol. 53, No. 1, pp. 1-13.
Suliyanto. 2009. Membangun Kinerja Pemasaran Melalui Orientasi Pasar: Peranan Pembelajaran Orgranisasi dan Inovasi (Studi Empiris pada UKM Makanan dan Minuman di Eks-Keresidenan Banyumas). Disertasi Tidak Dipublikasikan, Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Progam Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Teece, D. J., Pisano, G., and Shuen, A. 1997. Dynamic Capabilities and Strategic Management. Strategic Management Journal, Vol. 18, No. 7, pp. 509−533. Tekavčič, M., Peljhan, D., and Ŝeviĉ, Z. 2008. Levers of Control: Analysis of
Management Control Systems in A Slovenian Company. The Journal of Applied Business Research, Vol. 24, No. 4, pp. 97-112.
Thornberry, N. 2001. Corporate Entrepreneurship: Antidote or Oxymoron? European Management Journal, Vol. 19, No. 5, pp. 526-533.
Toumela, T. 2005. The Interplay of Different Levels of Control: A Case Study of Introducing a New Performance Measurement System. Management Accounting Research, Vol. 16, pp. 293-320.
Vandenbosch, B. 1999. An Empirical Analysis of The Association Between The Use of Executive Support Systems and Perceived Organizational Competitiveness. Accounting, Organizations and Society. Vol. 24, No. 1, pp. 77-92.
Van der Stede, Wim, A. 2003. The Effect of National Culture on Management Control and Incentive System Design in Multi-business Firms: Evidence of Intracorporate isomorphism. European Accounting Review. Vol. 12, No. 2, pp. 263-285.
Van der Stede, Wim, A., C. W. Chow., and T. W. Lin. 2006. Strategy, Choice of Performance Measures, and Performance. Behavioral Research in Accounting. Vol. 18, No. 1, pp. 185-205.
(4)
Vekatraman. 1989. Strategic Orientation of Business Entreprise: The Construct, Dimensionality and Measurement. Management Science. Vol. 35, No. 8, pp. 942-962.
Wernerfelt, B. (1984). A Resource-based View of the Firm. Strategic Management Journal, Vol. 5, No. 2, pp. 171−180.
Widener, S. K., and Selto, F. H. 1999. Management Control Systems and Boundaries of the Firm: Why Do Firms Outsource Internal Audit Actvities? Journal of Management Accounting Research, Vol. 11, No. 1, pp. 45-73.
Widener, Sally, K. 2004. An Empirical Investigation of the Relation Between the Use of Strategic Human Capital and the Design of the Management Control System. Accounting, Organizations and Society. Vol. 29, No. 2, pp. 377-399. Widener, Sally, K. 2007. An Empirical Analysis of the Levers of Control Framework.
Accounting, Organizations and Society, Vol. 32, No. 6, pp. 757-788.
Wiratmo, M. 2001. Pengantar Kewirausahaan: Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis. BPFE Yogyakarta.
Wong, C. Y., and Karia, Norliza. 2009. Explaining the Competitive Adventage of Logistics Service Providers: A Resource-based View Approach. International Journal of Production Economics (Article in press), doi:10.1016/j.ijpe.2009.08.026.
Wood, V. R., Bhuin, S., and Kiecker, P. 2000. Market Orientation and Organizational Performance in Not-for-Profit Hospitals. Journal of Business Research, Vol. 48, No. 2, pp. 213-226.
Zahra, S. A. 1991) Predictors and Financial Outcomes of Corporate Entrepreneurship: An Exploratory Study. Journal of Business Venturing. Vol. 6, No. 4, pp. 259-285.
Zahra, S. A. 1995. Corporate Entrepreneuship and Fiancial Performance: The Case of Management Leveraged Buyouts. Journal of Business Venturing. Vol. 10, No. 2, pp. 225-247
Zahra, S. A. 1996. Governance Ownership and Corporate Entrepreneurship: The Moderating Impact of Industry Technological Opportunities. Academy of Management Journal, Vol. 39, No. 6, pp. 1713-1735.
Zahra, S. A. and Covin, J. G. 2000. Contextual Influences on the Corporate Entrepreneurship-Performance: A Longitudinal Analysis. Journal of Business Venturing. Vol. 10, No. 1, pp. 43-58.
Zahra, S. A., and Garvis, D. M. 2000. Corporate Entrepreneurship and Firm Performance: The Moderating Effect of International Environmental Hostility. Journal of Business Venturing, Vol. 15, No. 3, pp. 469–492.
(5)
Zahra, S, A., De Belardino, S., and Boxx, W. R. 1998. Organizational Innovation: Its Correlates and It Implications for Financial Performance. International Journal of Management. Vol. 5, (June), pp. 133-142.
Zahra, S. A., Boger, W., and Nielson, A. 1999. Corporate Entrepreneurship, Knowledge, and Competence Development. Entrepreneurship Theory and Practices. Vol. 23, No. 3, pp. 169-189.
Zampetakis, L. A., Beldekos, P., and Moustakis, V. S. 2009.”Day-to-Day” Entrepreneurship within Organizations: The Role of Trait Emotional Intellegence and Perceived Organizational Support. European Management Journal, Vol. 27, No. 1pp. 165-175.
Zheng, W., Yang, B., and McLean, G. N. 2009. Linking Organizational Culture, Structure, Strategy, and Organizational Effectiveness: Mediating Role of Knowledge Management. Journal of Business Research. Article in Press, doi:10.1016/j,jbusres, 2009.05.005.
(6)