Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

  Dian Rhomadlonal Adzim mahasiswa jurusan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Malang, dalam tulisannya yang berjudul ” dalam Tinjauan Hukum Islam” (2008). Dalam artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teori- teori Feng Shui haruslah orang yang berilmu pengetahuan. Sebab apabila Muslim tersebut tidak mengerti ilmu pengetahuan maka akan berangkat dari sebuah kepercayaan atau keyakinan sehingga menjadi bid'ah sayyiah. Apabila orang muslim tersebut menggunakan ilmu Feng Shui maka dapat dikategorikan sebagai 'urf fasid.

  Dalam pembahasannya Dian mengatakan bahwa, Feng Shui dapat masuk ke dalam 3 macam bid'ah yaitu:

  1. Bid'ah Mubahah, karena Feng Shui mengajarkan untuk menjaga kelestarian alam dengan cara membatasi pembangunan yang memaksakan kondisi alam dan melakukan penataan ruang maupun bangunan selaras dengan alam.

  2. Bid'ah Makruhah, karena Feng Shui menggunakan cara penghitungan dengan kompas dan ba gua untuk menentukan arah atau menghadap bangunan serta bentuk dan atapnya.

  3. Bid'ah Muharromah, karena Feng Shui masih mempunyai kepercayaan atau keyakinan yang bertentangan dengan syari'at yaitu tentang kemakmuran ekonomi apabila orang tersebut meletakkan benda, lukisan atau tempat air pada lokasi yang ditentukan.

  Raymond Santosa seorang mahasiswa Universitas Tarumanegara dalam skripsinya yang berjudul “Perancangan Program Aplikasi Tata Letak Rumah Berdasarkan Feng Shui” (2008) mengatakan, “Teknologi komputer yang berkembang sangat pesat saat ini mendorong komputer untuk digunakan dalam berbagai bidang, terutama membantu dalam bidang pendidikan, yaitu dalam menentukan tata letak rumah berdasarkan ilmu Feng Shui”. Pada tulisan ini, program aplikasi ini dirancang untuk user yang ingin menentukan tata letak rumah berdasar Feng Shui yang disesuaikan dengan angka KUA ataupun unsur dari pemilik rumah.

  Penentuan tata letak rumah dirancang digunakan untuk memberi kemudahan bagi user dalam mempelajari Feng Shui.

  Solusi tata letak rumah yang baik berdasar Feng Shui diperoleh dari perhitungan profil dan jawaban pertanyaan dari pemilik rumah. Perancangan modul yang ada pada program aplikasi tata letak rumah berdasar Feng Shui ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6, Macromedia Flash MX 2004, Microsoft Office Access. Sebelum program diimplementasikan, terlebih dahulu hasil rancangan diuji kebenaran dan fungsinya. Pengujian dilakukan dengan metode Black Box Testing, yaitu pengujian yang menitikberatkan pada pengujian fungsional program. Pengujian program aplikasi tata letak rumah berdasar Feng

  

Shui ini menggunakan metode black-box testing. Berdasar hasil pengujian, program aplikasi

tata letak rumah berdasar Feng Shui sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan.

  Nanik Wiguna (2006) seorang mahasiswi Sastra Tionghoa Universitas Petra Indonesia dalam skripsinya mengatakan bahwa Feng Shui berfungsi sebagai sebuah pembanding untuk mengetahui pengaruh Feng Shui dalam pengorganisasian ruang rumah. Aturan-aturan berdasarkan Feng Shui yang umum dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa antara lain aturan Feng Shui dalam pengaturan pintu, tangga, kamar tidur, ruang makan dan dapur. Skripsi ini disusun dengan cara melakukan pengamatan dalam beberapa rumah. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ternyata Feng Shui masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di lokasi tersebut, karena sebagian besar rumah yang diamati oleh Nanik ternyata menerapkan aturan Feng Shui dalam pengorganisasian ruangan rumahnya karena dipercaya mendatangkan kemakmuran.

2.2 Konsep

  Konsep dapat diartikan sebagai gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sesuai dengan judul, analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:58).

  2.2.1 Bentuk

  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 135) “Bentuk adalah bangun, rupa, wujud, sistem, susunan kalimat atau acuan”. Bentuk yang dimaksud dalam Feng shui adalah aturan-aturan yang digunakan, baik secara umum maupun lebih spesifik dalam Feng

  Dalam penerapan bentuknya, Feng Shui memiliki beragam aturan yang berbeda sesuai Shui. dengan bagian-bagian dari bangunan tersebut, seperti kamar, ruang tamu, dapur, tangga, dll.

  2.2.2 Fungsi

  Menurut Budiono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:163) “Fungsi adalah manfaat, guna, faedah.” Setiap benda, pekerjaan, kesenian dalam kebudayaan memiliki fungsi masing-masing menurut kegunaannya. Menurut pendapat Soedarsono : “Fungsi adalah sarana ritual upacara, pengungkapan kegembiraan, pergaulan, sarana pertunjukkan yang timbul dari perasaan untuk memberikan hiburan, dan sarana pendidikan dalam bentuk pelestarian budaya atau kepuasaan batin manusia. Demikian hal dengan Feng Shui yang memiliki fungsi dalm kehidupan masyarakat yang menggunakannya. Feng Shui berfungsi untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan kehidupan masyarakat. Setiap aturan-aturan dari Feng Shui memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

2.2.3 Makna

  Menurut Boediono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 : 348), “Makna adalah arti atau maksud yang penting di dalamnya”. Nursyrid S (2002 : 109) mengemukakan : “Ada 6 pola makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya manusia, yaitu : simbol, empirik, estetika, sinoetik (perasaan yang halus), etik dan sinoptik

  (hubungan agama dan filsafat). Makna Simbolik meliputi bahasa, matematika, termasuk juga isyarat-isyarat, upacara-upacara, tanda-tanda kebesaran dan sebagainya. Makna Empirik mengembangkan kemampuan teoritis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang biasa diamati. Makna Estetik meliputi seni musik, tari, sastra, dan lain-lain, berkenaan dengan keindahan dan kehalusan serta keunikan berdasarkan persepsi subyektif berjiwa seni. Makna Sinoetik berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan kesadaran yang mendalam. Makna Etik berkenaan dengan aspek-aspek moral, akhlak, perilaku yang luhur, dan tanggung jawab. Makna Sinoptik berkenaan dengan pengertian-pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat, pengetahuan alam yang menuntut nalar masa lampau dan hal-hal yang bernuansa spiritual.

  Feng Shui memiliki makna yang terkait dengan fungsi dan penggunaan Feng Shui.

  Makna ini timbul ketika Feng Shui diterapkan dalam kehidupan dan dapat memberikan ketentraman dan kenyamanan jiwa. Feng Shui memperhatikan makna dari setiap aturannya, seperti dalam pengaturan pintu rumah. Pintu depan rumah sebaiknya tidak sejajar dengan pintu belakang rumah karena bisa menyebabkan kurang lancarnya sirkulasi udara pada rumah.

  Peredaran udara yang tidak menyebar ini menyebabkan rumah berkurang kesejukannya dan membuat boros. Hal ini jika dimaknai dengan baik akan memberikan kenyamanan pada tempat tinggal, sirkulasi udara yang baik akan memberikan dampak yang baik pula.

2.2.4 Feng Shui

  Feng Shui adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan cara menyelaraskan,

  menyeimbangkan, dan menata kehidupan sesuai pola alami. Feng Shui merupakan seni lingkungan yang berkaitan dengan percakapan, ekologi, politik, geografi, astronomi, arah, dan pengaturan khusus. Walaupun secara harafiah berarti “angin” dan “air”, namun Feng Shui benar-benar berkaitan dengan cara kerja kekuatan bumi yang misterius, yang dipercaya sangat berpengaruh atas kesehatan, kesejahteraan dan peruntungan. Feng Shui merupakan suatu seni dan pengetahuan untuk mengarahkan, menyeimbangkan dan menyelaraskan kekuatan-kekuatan guna mendapatkan manfaatnya bagi umat manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat Feng Shui sudah diminati. Penyebarannya sangat pesat dan bukan hanya masyarakat Tionghoa saja yang kini menggunakan seni tata ruang ini, tetapi juga seluruh masyarakat (Wongsengtian, 1998:3).

2.2.4.1 Qi

  Dalam ajaran Feng Shui, hal yang paling diutamakan adalah memelihara siklus Qi tetap utuh dan mengalir dengan lancar. Qi adalah energi daya hidup yang membantu keberadaan manusia. Qi merupakan energi atau kekuatan yang menciptakan pegunungan dan gunung- gunung berapi, mengarahkan aliran-aliran air dan sungai-sungai, dan menentukan warna serta bentuk dari pohon-pohon dan tumbuhan-tumbuhan. Qi adalah energi elektromagnetik yang tidak terlihat yang menghubungkan semua hal di alam semesta. Qi adalah energi yang dimiliki oleh alam dan manusia dan keduanya harus seimbang dan harmonis agar tercipta kondisi saling menguntungkan (Brown, 2001:12).

2.2.5 Masyarakat

  Masyarakat merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab yakni musyarak. Abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen, seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat (2002:146-147) : “bahwa

  

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang

bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.

  Para ahli antropologi mendeskripsikan masyarakat sebagai wadah hidup bersama dari individu-individu yang terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta interelasi sosial.

  Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari berbagai manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaaruh kebatinan satu sama lain hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian (Hassan Shadily dan Auguste Comte dalam Abdul Syani, 1995: 46-47).

2.3 Landasan Teori

  Teori merupakan pendapat yang didasarkan atas penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2008:1444).

  Sesuai dengan permasalahan yang akan dianalisis dalam skripsi ini, maka penulis akan menggunakan teori fungsional dan teori semiotik.

2.3.1 Teori Fungsional

  Bronislaw Malinowski (1884-1942) mengajukan suatu orientiasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi ahwa semua unsure kebudayaan bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain pandangan fungsionalme kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam beberapa fungsi yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1987:167).

  Bagi Malinowski (T.O Ihromi 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu masih terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kata lain memperthanakan bahwa setiap pola kelakuan yang menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan.

  Untuk menganalisis fungsi Feng Shui di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Medan, penulis menggunakan teori fungsional. Sesuai dengan yang diasumsikan di dalam teori fungsional, bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian menggunakan Feng Shui dalam menata ruangan di dalam rumahnya. Penlis menganalisis Feng Shui tersebut di dalam kehidupan mereka.

2.3.2 Teori Semiotik

  Dalam membahas makna Feng Shui bagi masyarakat digunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Jan Van Lexemburg. Teori semiotik adalah ilmu yang secara sistemik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang-lambang dan proses-proses perlambangan. Ada juga bahasa-bahasa yang diciptakan manusia sendiri, jadi yang tidak berkembang dengan sendirinya, dan yang dinamakan dengan sistem lambang, seperti tanda- tanda lalu litas atau sistem lambang sekunder yang berfungsi didalam rangka sebuah sistem primer, misalnya dalam bahasa-bahasa alamiah. Dalam rangka sebuah sistem lambang kita mengartikan gejala-gejala tertentu berdasarkan sebuah kaidah atau sejumlah kaidah. Kaidah- kaidah itu merupakan kode, yaitu alasan atau dasar mengapa kita mengartikan suatu gejala- gejala yang menjadi suatu tanda (Dick Hartato, 1992:44).

  Dalam penelitian ini teori semiotik digunakan untuk menganalisis bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian memaknai Feng Shui di dalam kehidupannya, serta menerapkan Feng Shui tersebut di dalam menetapkan letak bangunan dan menata setiap ruangan di dalamnya.