BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Common Size dan Rasio Keuangan dalam Menilai Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengertian Kinerja Keuangan

  Moeheriono (2010: 61) menyatakan bahwa kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance dan disebut actual performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai. Secara umum, kinerja dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian tentang kemauan pekerjaan terhadap tujuan dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektifivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi. Donnelly et al (2003: 15) menyatakan bahwa kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan manajemen dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat atau dianalisis melalui kinerja keuangan perusaahan tersebut. Hal tersebut dapat diperoleh melalui informasi keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan melalui laporan keuangan, yaitu informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan. Penilaian atas kinerja keuangan suatu perusahaan umumnya dilakukan dalam jangka pendek pada periode tertentu seperti dalam jangka waktu satu bulan, triwulan dan tahunan.

  2.2 Laporan Keuangan

  Setiap perusahaan akan melaporkan seluruh kegiatan keuangan yang terjadi pada periode tertentu dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan memperlihatkan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. al, 2013: 375):

  1. Memberikan informasi arus kas perusahaan mengenai posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu.

  2. Memberikan informasi keuangan mengenai hasil usaha perusahaan selama periode tertentu.

  3. Memberikan informasi keuangan yang dapat membantu pihak-pihak berkepentingan untuk menilai kondisi dan potensi perusahaan.

  4. Memberikan informasi relevan lainnya yang relevan dengan kebutuhan pihak- pihak yang berkepentingan.

  Laporan keuangan menunjukkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian dapat dilihat bagaimana pertanggungjawaban manajemen dalam mengolah sumber daya yang ada di perusahaan yang telah dipercayakan kepada pihak manajemen (Kuswadi, 2004: 14). Adapaun keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan adalah sebagai berikut (Kuswadi, 2004: 17):

  1. Laporan keuangan bersifat historis, berisi tentang kejadian dan kegiatan perusahaan pada masa lalu sehingga tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya acuan dalam pengambilan keputusan.

  2. Bersifat umum, karena laporan keuangan disusun bukan dengan tujuan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.

  3. Tidak melaporkan informasi yang bersifat kualitatif.

  Laporan keuangan tersaji dalam bentuk dan cakupan yang berbeda 1. Laporan Keuangan Bulanan.

  c. Prive (pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan.

  a. Aktivitas Operasional

  4. Laporan Arus Kas (Statemenr of Cash Flows), yang terdiri dari:

  c. Modal

  b. Hutang

  a. Aktiva

  3. Neraca (Balance Sheet), yang terdiri dari:

  b. Laba Usaha

  2. Laporan Keuangan Triwulan 3. Laporan Keuangan Tahunan.

  a. Modal

  2. Laporan Perubahan Modal (Statement of Owner’s Equity), yang terdiri:

  b. Beban Usaha

  a. Pendapatan

  1. Laporan Laba-Rugi (Income Statement), yang terdiri dari:

  Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yang berlaku di Indonesia, laporan keuangan terdiri dari (Rudianto, 2008: 15):

  4. Laporan Keuangan Konsolidasi.

  b. Aktivas Investasi c. Aktivitas Pembiayaan. laporan keuangan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004: 241):

  1. Pemegang Saham Pemegang saham akan menilai kemajuan dan peningkatan kinerja yang telah dicapai perusahaan melalui laporan keuangan. Para pemegang saham umumnya akan menilai kemajuan dan peningkatan kinerja perusahaan melalui jumlah laba yangberhasil diperoleh serta pengembangan aset perusahaan.

  2. Manajemen Pihak manajemen akan menilai pencapaian perusahaan pada periode tertentu untuk menilai pencapaian target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, laporan keuangan akan menajadi pertimbangan tentang kebijakan yang perlu diambil perusahaan di masa depan.

  3. Karyawan Laporan keuangan akan memberikan informasi bagi seluruh karyawan perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan. Dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan, karyawan juga akan mampu untuk menilai kinerja mereka pada periode tertentu.

2.3 Analisis Common Size

  Analisis common size adalah analisis laporan keuangan dengan menggunakan laporan laba-rugi dan neraca perusahaan. Untuk menggunakan analisis common size, setiap pos aktiva dan kewajiban akan dibagi dengan total aktiva yang ditunjukkan dalam persentase. Kemudian laporan persentase yang telah diperoleh akan dibandingkan dengan laporan persentase perusahaan periode perusahaan lain (Brigham dan Houston, 1999: 79). Analisis common size dikembangkan dengan alasan untuk membandingkan laporan-laporan keuangan untuk perusahaan yang berbeda ataupun membandingkan kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu (Husnan, 1994: 239).

  Analisa laporan keuangan perlu dilakukan untuk sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan. Analisa laporan keuangan memiliki 2 kontribusi penting bagi pihak manajemen keuangan, yaitu (2004: 9):

  1. Analisa keuangan mampu memberikan informasi mengenai hubungan antar elemen yang membentuk struktur keuangan, yaitu manajemen aktiva, kewaiban dan ekuitas.

  2. Analisa keuangan juga mampu menilai keterkaitan antara aktiva dan kewajiban.

2.3.1 Laporan Laba-Rugi

  Laporan laba-rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, manajemen umumnya menyusun laporan laba-rugi secara bulanan atau kuartalan dan kemudian membandingkan hasil aktual dengan laporan yang dianggarkan (brigham dan Houston, 1999: 42).

  Kuswadi (2004: 119) menyatakan bahwa laporan laba-rugi pada dasarnya menggambarkan jumlah pendapatan dan jumlah biaya dalam satu periode tertentu, sehingga laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan kinerja perusahaan. Informasi utama yang paling penting adalah tentang profitabilitas, ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan di masa yang akan datang.

  Laba atau rugi bersih terdiri dari unsur-unsur berikut (Kuswadi, 2004: 120): 1. Laba-rugi dari aktivitas normal.

  2. Laba-rugi pada pos luar biasa.

  Adapun laba-rugi dari aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha perusahaan tersebut. Sedangkan laba-rugi pos luar biasa adalah penghasilan atau biaya yang terjadi karena kegiatan atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan karena kegiatan atau transaksi tersebut tidak diharapakan untuk terjadi secara rutin seperti gempa bumi, kebakaran atau bencana banjir (Kuswadi,2004: 120).

  Kejadian-kejadian atau transaksi yang dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari pos luar biasa adalah (Kuswadi, 2004: 120):

  1. Bersifat abnormal, yaitu kegiatan atau transaksi tersebut memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidah berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan.

  2. Kegiatan atau transaksi tersebut tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.

2.3.2 Neraca

  keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Posisi yang digambarkan dalam neraca adalah posisi harta, hutang dan modal. Adapun definisi komponen- komponen neraca dalah sebagai berikut (Harahap, 1996: 69):

  1. Harta Harta atau aset adalah sesuatu yang dianggap akan mampu untuk memberikan net cash inflow yang bernilai positif di masa yang akan datang.

  2. Pengakuan dan Penilaian Aktiva dan Kewajiban

  Accounting Principles Board (APB) menyatakan bahwa pencatatan aktiva

  didasarkan pada kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva itu dari pihak lain sedangkan kewaiban didasarkan pada kapan kewajiban muncul pada pihak lain. Penilaian keduanya didasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan pada saat pengalihan terjadi.

  3. Kewajiban atau Hutang APB menyatakan bahwa kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntasi.

  Neraca disajikan dalam tiga bagian, yaitu (Harahap, 1996: 76):

  1. Aktiva, yang terdiri dari: a. Aktiva lancar.

  b. Investasi.

  c. Aktiva tetap.

  d. Aktiva yang tidak berwujud. e. Aktiva lain-lain a. Kewajiban lancar (jangka pendek).

  b. Kewajiban jangka panjang.

  c. Kewajiban lain-lain.

  3. Modal, yang terdiri dari: a. Modal saham.

  b. Agio saham (premi).

  c. Laba yang ditahan.

  Penyajian tersebut adalah cerminan dari klasifikasi lazim pos neraca sebagai berikut (Harahap, 1996: 76):

  1. Aktiva diklasifikasikan menurut urutan likuiditas.

  2. Kewajiban diklasifikasina menurut urutan jatuh tempo.

  3. Modal diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan

  Pendekatan yang paling umum digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Indikator keuangan dalam bentuk rasio- rasio keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kondisi dan posisi keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan tersebut akan mennggambarkan bagaimana kinerja manajemen perusahaan, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, tingkat modal yang dimiliki perusahaan, tingkat likuiditas perusahaan dan lain sebagainya. Brigham dan Houston (1999:

  79) menyatakan bahwa rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan Rasio keuangan terbagi dalam empat kategori, yaitu:

  1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui informasi mengenai modal kerja (aktiva lancar dan hutang lancar). Rasio likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan saham perusahaan.

  2. Rasio Efisiensi Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur tingkat efisien perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menggunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva.

  3. Rasio Leverage Rasio leverage digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini menjelaskan penggunaan hutang dalam membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan bagi perusahaan yang akhirnya dapat berujung pada kebangkrutan. Di sisi lain, penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlu adanya keseimbangan yang baik

  4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Rasio ini diukur dengan membandingkan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu.

  Adapun rasio-rasio keuangan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Current Ratio.

  Curren Ratio

  atau rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar perusahaan yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Current Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houston, 1999: 79):

  Current Ratio

  = x 100% Pada umumnya aktiva lancar terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari hutang usaha, wesel bayar jangka pendek, kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo, pajak aktual, dan beban aktual lainnya seperti upah (Brigham dan Houston, 1999: 80).

  2. Gross Profit Margin (GPM) perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari total penjualan yang dilakukan.

  Laba kotor tersebut diperoleh dengan mengurangangi penjualan bersih dengan harga popok penjualan. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk memperoleh rasio Gross Profit Margin (GPM) adalah:

  Gross Profit Margin= 3. Net Profit Margin (NPM).

  Net Profit Margin (NPM) adalah salah satu rasio yang mewakili kemampuan

  perusahaan dalam menghasilkan laba. NPM dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan penjualan. Berikut ini adalah rumus yang dapat digunakan untuk memperoleh rasio NPM perusahaan (Kuswadi, 2004: 228).

  Net Profit Margin (NPM)= x 100% 4. Operating Profit Margin (OPM).

  Rasio OPM digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualannya. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai rasio OPM adalah:

  Operating Profit Margin=

  x 100%

  5. Debt to Equity Ratio.

  Equity Ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam

  memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

  Debt to Equity Ratio= x 100% 6. Debt to Asset Ratio.

  Rasio Debt to Asset Ratio menunjukkan jumlah bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Seperti Debt to Equity Ratio, rasio ini juga merupakan rasio yang mewakili rasio leverage. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai Debt to Asset Ratio adalah:

  Debt to Asset Ratio= x 100%

2.5 Penelitian Terdahulu

  Adapun penelitian-peneltian terdahulu yang berkaitan dengan analisis

  common size dan rasio keuangan yang dijadikan Peneliti sebagai acuan adalah:

  1. Sri Rahayu Suleman (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Laporan Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan

  Common Size dan Analisis Trend untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Nippon

  Indosari Corpindo Tbk.”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Nippon Industri Corpindo Tbk. mengalami peningkatan kinerja keuangan yang dilihat dari peningkatan laba dan tingkat saldo aktiva yang terjadi setiap tahunnya selama periode 2010-2012.

  2. Devi Mutiana (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis kinerja Adikarya Palembang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Sapta Prima Adikarya mengalami penurunan kemampuan aktiva lancar dalam membiayai hutang lancar perusahaan yang dapat dilihat dari perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan.

  3. Hendra Agus Wibowo dan Diyah Pujiati (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Singapura (SGX)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio dan

  profit margin memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan real estate dan property di Indonesia.

  4. Shella Ekawati Ludijanto, Siti Ragil, dan Raden Rustam (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Analisis Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang

  Listing di BEI Tahun 2010-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  secara simultan dan parsial variabel debt ratio, debt to equity ratio dan long-

  term debt to equity ratio berpengaruh terhadap return on investment dan return on equity perusahaan.

  5. Dean Ferdianto (2005) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Laporan Keuangan Bentuk Persentase Per Komponen untuk Membandingkan Kinerja Perusahaan (Studi pada Pojok Bursa Efek Institut Teknologi Bandung di Jalan Ganesha 10 Bandung)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh sampel penelitian, PT. Infoasia Teknologi Global adalah perusahaan yang memiliki kinerja terburuk.

2.6 Kerangka Konseptual

  Adapun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Analisis common size Analisis rasio keuangan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Sumber: Berbagai jurnal diolah

  Laporan Laba-rugi dan Neraca Rasio-rasio Keuangan Perkembangan kinerja keuangan perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 82 95

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 49 87

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 26 110

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

14 193 68

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

0 0 44

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Real Estate dan Properti - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Index LQ-45

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan - Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

0 0 11