Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013
ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2009-2013
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
KHUSNUL HUZNAINI DAMANIK 112101087
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : KHUSNUL HUZNAINI DAMANIK
NIM : 112101087
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL : ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013
Tanggal :……….2014 DOSEN PEMBIMBING
Syafrizal Helmi, SE, M.Si NIP: 197602142005011002 Tanggal :……….2014 KETUA PROGRAM STUDI
DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP: 197411232000122001
Tanggal:……….2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,CA NIP: 195604071980021001
(3)
Alhamdulillah penulis memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia” ini dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda Japohan Damanik dan ibunda Halimah Bako yang selalu membimbing, memberikan do’a dan semangat yang tidak putus. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .
3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-III Manajemen Keuangan dan sebagai dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir ini .
(4)
perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
6. Teristimewa juga untuk abang saya Jairun Nahdi Damanik dan Adik saya Ihfa Yusyfa Damanik. Teman-teman saya Helena Qadrini Siregar, Winda Lestari, Tri Suci Ratnasari, Rezeki Hayati Marpaung, Novita Grezsia Gultom, Seisil Gihon Margaretha Hutahaean, Cindy Ayu Putri, Citra Anggreiny serta seluruh teman-teman D-III Keuangan Grup B.
Penulis menyadari bahwa penyajian tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.
Medan, Juli 2014
112101087 Khusnul Huznaini Damanik
(5)
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ...iii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masah ... .4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ...5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ...6
B. Aktivitas Perusahaan ...7
C. Profil Perusahaan ...10
D. Analisis Laporan Keuangan ...22
BAB III PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan Real Estate Dan Property ...25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...59
B. Saran ...60 DAFTAR PUSTAKA
(6)
No. Judul Halaman
Tabel 3. 1 Rata-rata Rasio Keuangan ASRI 26 Tabel 3.2 Rata-rata Rasio Keuangan BAPA 27 Tabel 3.3 Rata-rata Rasio Keuangan BCIP 28 Tabel 3.4 Rata-rata Rasio Keuangan BIPP 29 Tabel 3.5 Rata-rata Rasio Keuangan BKDP 29 Tabel 3.6 Rata-rata Rasio Keuangan BKSL 30 Tabel 3.7 Rata-rata Rasio Keuangan BSDE 31 Tabel 3.8 Rata-rata Rasio Keuangan COWL 32 Tabel 3.9 Rata-rata Rasio Keuangan CTRA 33 Tabel 3.10 Rata-rata Rasio Keuangan CTRP 34 Tabel 3.11 Rata-rata Rasio Keuangan CTRS 35 Tabel 3.12 Rata-rata Rasio Keuangan DART 36 Tabel 3.13 Rata-rata Rasio Keuangan DIDL 36 Tabel 3.14 Rata-rata Rasio Keuangan DUTI 37 Tabel 3.15 Rata-rata Rasio Keuangan FMII 38 Tabel 3.16 Rata-rata Rasio Keuangan GMTD 39 Tabel 3.17 Rata-rata Rasio Keuangan GPRA 40 Tabel 3.18 Rata-rata Rasio Keuangan JPRT 41 Tabel 3.19 Rata-rata Rasio Keuangan LAMI 42 Tabel 3.20 Rata-rata Rasio Keuangan LPCK 43
(7)
Tabel 3.23 Rata-rata Rasio Keuangan OMRE 45 Tabel 3.24 Rata-rata Rasio Keuangan PUDP 46 Tabel 3.25 Rata-rata Rasio Keuangan PWON 47 Tabel 3.26 Rata-rata Rasio Keuangan RBMS 48 Tabel 3.27 Rata-rata Rasio Keuangan RDTX 49 Tabel 3.28 Rata-rata Rasio Keuangan RODA 50 Tabel 3.29 Rata-rata Rasio Keuangan SCBD 51 Tabel 3.30 Rata-rata Rasio Keuangan SMDM 52 Tabel 3.31 Rata-rata Rasio Keuangan SMRA 53 Tabel 3.32 Rata-rata Rasio Keuangan ADHI 54 Tabel 3.33 Rata-rata Rasio Keuangan DGIK 55 Tabel 3.34 Rata-rata Rasio Keuangan SSIA 56 Tabel 3.35 Rata-rata Rasio Keuangan TOTL 57 Tabel 3.36 Rata-rata Rasio Keuangan WIKA 58
(8)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini di dunia usaha atau bisnis, pelaporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Khususnya perusahaan-perusahaan yang sudah go publik diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan laporan keuangan harus diaudit karena laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan.
Laporan keuangan merupakan proses pelaporan keuangan meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi perubahan modal, catatan dan laporan lain serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan oleh pihak perusahaan.
Laporan keuangan berperan memberikan informasi penting mengenai perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan yaitu kreditur, manajemen, investor, pemerintah dan sebagainya. Bagi pihak investor laporan keuangan berguna untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka. Bagi pihak manajemen laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana kegiatan perusahaan di
(9)
periode yang akan datang. Bagi pihak pemerintah laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perubahan posisi keuangan serta perubahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan perusahaan bagi pemakai utama (investor dan kreditor) sebagai good news dan bad news. Good news berarti bahwa informasi yang disajikan adalah hal penting dan dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan kredit dan keputusan investasi. Adapun bad news mempunyai pengertian bahwa informasi yang disajikan tidak memenuhi dan perlu diperbaiki.
Analisa laporan keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja manajemen mengambil keputusan baik keputusan investasi dan keputusan ekonomi guna keberlangsungan perusahaan ditahun berikutnya. Untuk menganalisis data keuangan diperlukan adanya ukuran tertentu yang disebut rasio keuangan. Rasio keuangan menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan yang dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Salah satu informasi yang penting bagi pemakai yang berkaitan dengan laporan keuangan adalah informasi dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan
(10)
dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui analisi keuangan dapat dihitung dengan analisis rasio. Rasio yang digunakan yakni likuiditas, profitabilitas, dan leverage.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dan dapat ditentukan kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama periode tersebut serta membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.
Dari uraian tersebut, mendorong penulis untuk melakukan analisis mengenai variabe- variabel seperti likuiditas, profitabilitas,dan leverage. Peneliti- an ini penulis menggunakan perusahaan yaitu real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri real estate dan property merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang besar dengan rasio pemilikan rumah yang cukup rendah. Kondisi lainnya adalah semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk property serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan pemerintah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013”.
(11)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Rasio Likuiditas
Bagaimana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek selama periode 2009-2013 ?
2. Rasio Profitabilitas
Bagaimana aktivitas jasa dalam mengelola sumber-sumber dananya pada periode 2009-2013 ?
3. Rasio leverage
Bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode 2009-2013 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan rasio keuangan perusahaan setiap tahunnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya selama periode 2009-2013.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama 2009-2013.
4. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dananya.
(12)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Untuk menambah wawasan penulis, mengenai rasio keuangan dalam praktek yang sebenarnya, dengan menerapkan teori-teori selama dalam perkuliahan. 2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis
rasio keuangan.
3. Sebagai informasi untuk mengetahui bagaimana rasio keuangan perusahaan yang sudah go public.
4. Dapat digunakan untukn praktisi manajemen perusahaan, analisis keuangan, investor, dan kreditur.
(13)
A. Sejarah Real Estate Dan Property
Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah terbuka, dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industri real estate tercantum dalam PDMN No.5 Tahun 1974 yang mengatur tentang industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri real estate adalah perusahaan properti yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 property adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan.
Produk yang dihasilkan dari industri real estate dan property berupa perumahan, apartment, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), gedung perkantoran (office building), pusat perbelanjaan berupa mall, plaza, atau trade center. Perumahan, apartment, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), dan gedung perkantoran (office building) termasuk dalam landed property. Sedangkan mall, plaza, atau trade center termasuk dalam commercial building.
(14)
Perusahaan real estate dan property merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri real estate dan property begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri real estate dan property mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri real estate dan property sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI pada tahun 2003 berjumlah 30 perusahaan dan pada tahun 2009 terdapat 41 perusahaan.
Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan property tersebut adalah perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut perekonomian, maka seiring perkembangannya sektor real estate dan property dianggap menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya sektor real estate dan property yang memperluas landbank (aset berupa tanah), melakukan ekspansi bisnis, dan hingga tahun 2012 sektor real estate dan property yang terdaftar di BEI bertambah menjadi 55 perusahaan.
B. Aktivitas Perusahaan Real Estate dan property
Industri real estate dan property memiliki berbagai aktivitas dalam operasionalnya. Secara umum, kegiatan usaha pada industri real estate dan property adalah sebagai berikut:
(15)
1. Bertindak atas nama pemilik dalam segala hal mengenai pemeliharaan dan pengelolaan baik rumah tinggal, kondominium apartment, dan bangunan lainnya.
2. Industri real estate dan property bertindak untuk mengelola proyek-proyek pembangunan dan pengembangan, melakukan perbaikan dan pemeliharaan gedung.
3. Bergerak dalam bidang usaha pengembang dan pembangunan (real estate) dengan melakukan investasi melalui anak perusahaan.
4. Usaha konstruksi dan pembangunan real estate serta perdagangan umum. 5. Persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan, apartment dan hotel,
pembangunan perumahan, hotel, dan apartment beserta segala fasilitasnya. 6. Menjalankan usaha di bidang kawasan industri berikut sarana penunjangnya,
seperti pembangunan perumahan atau apartment, perkantoran/pertokoan, pembangunan dan pengelolaan instalasi air bersih, limbah, telepon, listrik, penyediaan fasilitas olahraga dan rekreasi di kawasan industri, serta ekspor dan impor barang.
7. Pengembangan kota (urban development), yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung.
8. Pengembangan real estate, golf dan country club, serta kantor dan perdagangan.
(16)
Secara umum, industri real estate dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sektor perkebunan, pertambangan, dan perhutanan (perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit, kehutanan, pertambangan batubara, dan lain-lain). 2. Sektor perumahan (rumah tinggal, perumahan multifungsi, komplek real
estate, dan lain-lain).
3. Sektor komersial (pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, apartment, hotel, trade center, dan lain-lain).
4. Sektor industri (komplek perindustrian, baik industri berat, menengah, dan ringan, dan lain-lain).
Industri property, terdiri dari property komersial dan property non komersial. Didalam perusahaan, property terbagi kedalam tiga bagian, yaitu property berwujud, property tidak berwujud, dan surat berharga. Property berwujud dibagi menjadi dua bagian, yaitu real property yang merupakan perusahaan pengembangan tanah, bangunan, dan lain-lain, dan personal property yang meliputi mesin, peralatan, perlengkapan dan furnitur, barang bergerak, peralatan operasional, dan perhiasan. Property tidak berwujud meliputi goodwill, hak paten, franchises, merek dagang, hak cipta, dan proses kepemilikan. Adapun surat berharga meliputi saham, investasi, deposito, dan piutang dagang. Beberapa jenis usaha industri real estate dan property meliputi:
1. Penilaian, yaitu profesional penilaian layanan.
2. Brokerages, yaitu membantu pembeli dan penjual dalam transaksi.
3. Pengembangan, yaitu meningkatkan lahan untuk penggunaan dengan menambahkan atau mengganti bangunan
(17)
4. Manajemen properti, yaitu pengelola properti untuk pemiliknya.
C. Profil Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia 1. Alam sutera realty Tbk (ASRI)
PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19 September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia. Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan terpadu). Seiring dengan pengembangan Alam Sutera pada tahun 2012 Perusahaan juga memasarkan beberapa cluster baru di proyek Suvarna Padi Golf Estate, Pasar Kemis, Tangerang dan melakukan akuisisi atas beberapa aset di lokasi strategis di Bali dan gedung perkantoran di Jakarta.
2. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA)
PT Bekasi Asri Pemula Tbk
dan mulai melakukan kegiatan komersial sejak tahun 2004. Kantor pusat BAPA beralamat di Gedung Tomang Tol Lt. 2, Jalan Arjuna Nomor 1, Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat.
(18)
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BAPA adalah dalam bidang real estat, perdagangan, pembangunan, industri, percetakan, agrobisnis, pertambangan dan jasa angkutan. Kegiatan usaha yang dilakukan BAPA sampai dengan saat ini adalah real estat.
3. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
PT Bumi Citra Permai Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan kawasan industri dan pergudangan, dengan area seluas 310 hektare, bernama Millennium Industrial Estate. Perjalanan PT Bumi Citra Permai Tbk dalam berbisnis mengembangan kawasan industri dan perdagangan dimulai sejak tahun 2000 melalui Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Citra Permai Tbk No. 2 Tanggal 3 Mei 2000. Sejak berdirinya hingga tahun 2003, kegiatan pembangunan Perseroan dimulai dari proses permohonan, pembebasan tanah, pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur di kawasan industri. 4. Bhuwanata Indah Permai Tbk (BIPP)
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
Kantor pusat BIPP beralamat di Graha BIP Lt. 6, Jl. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta. Pemegang saham mayoritas / pengendali BIPP adalah Safire Capital Pte. Ltd, dengan persentase kepemilikan sebesar 40,40%. Pada tanggal 23 Oktober 1995, memindahkan pencatatan saham dari Bursa Paralel Indonesia ke Bursa Efek Indonesia.
5. Bukit Dharmo Property Tbk (BKDP)
PT Bukit Darmo Property Tbk. ( dahulu PT Adhibaladika ) didirikan di Surabaya pada tahun 1989 dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sejak tahun 2007. PT.IPAC Graha Sentosa dan PT. Sentra multi Unggul
(19)
mengembangkan desain, pasar tanah dan real estate untuk tujuan komersial, industri dan rekreasi.
6. Sentul City Tbk (BKSL)
Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma, berdasarkan Akta No. 311 tanggal 16 April 1993 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, SH, Notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan Nomor C2-4350.HT.01.01.TH.93 tanggal 8 Juni 1993, didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah No.552/A.PT/ HKM/1993/PN.JAK.SEL tanggal 24 Juni 1993 serta telah diumumkandalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65 tanggal 13 Agustus 1993, Tambahan No. 3693. Pada tanggal 9 Agustus 1993, Perseroan melakukan perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul Highlands, sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 27 tanggal 9 Agustus 1993. Dalam Akta No. 26 tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan diubah menjadi PT. Bukit Sentul Tbk. Akta ini telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-33 HT.01.04.Th.98 tanggal 14 Januari 1998. Perseroan kemudian melakukan perubahan nama sekali lagi menjadi PT. Sentul City, Tbk, sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 26 tanggal 19 Juli 2006 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 20 Juli 2006 dengan Keputusan No. C2-21373 HT.01.04.Th.2006.
(20)
7. Bukit Serpong Damai Tbk (BSDE)
BSD telah dikembangkan selama 19 tahun terakhir. Sejak tahun 2003 proyek raksasa ini sepenuhnya dikelola oleh Sinarmas Developer dan Real Estate, anak perusahaan Sinarmas, salah satu pengembang terkemuka di Indonesia. Infrastruktur tingkat pertama dan fasilitas yang lengkap. Rumah kualitas terbaik. Sebuah budaya yang pro-bisnis. Sebuah tim manajemen profesional yang berkomitmen sama untuk kedua warga negara dan pemegang saham.
8. Cowell Development Tbk (COWL)
Perusahaan ini didirikan di Jakarta pada tahun 1981 yang bertujuan melibatkan diri dalam bisnis pengembangan kawasan perumahan dan bangunan komersial. Pada tahun 1984, Perseroan mulai mengembangkan Melati Mas Residence (sebelumnya Villa MelatiMas). Pada tahun 2000, pemegang saham perusahaan, PT. Gama Nusapala membeli kepemilikan perusahaan dari PT. Misori Utama dan PT. Indokisar Djaya. Mengubah kepemilikan ini juga diikuti dengan tanda perubahan yang sama dengan manajemen perusahaan. Dan karena perubahan manajemen perusahaan, tahun 2005, perusahaan ini berganti nama dari PT. Internusa Artacipta ke PT. Karya Cipta Putra Indonesia.
9. Ciputera Development Tbk (CTRA)
PT Ciputra Development Tbk
properti Indonesia terkemuka. Didirikan pada tahun 1981, pengembangan properti perumahan skala besar dan komersial adalah keahlian bisnis dan inti perusahaan.
Properti komersial dikembangkan meliputi
(21)
Perusahaan pertama kali terdaftar di pasar saham pada tahun juga telah mencatatkan anak perusahaan, PT Ciputra Surya Tbk ("CTRS") dan PT Ciputra Property Tbk ("CTRP"), yang memiliki bisnis inti yang sama.
10. Ciputera Property Tbk (CTRP)
Didirikan pada tanggal
Citraland Property, kemudian berganti nama menjadi PT Ciputra Property pada
tanggal
kalinya tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang
menawarkan 49 persen sahamnya kepada publik. 11. Ciputra Surya Tbk (CTRS)
Pada tahun 1989, PT Ciputra Surya Tbk, muncul menjadi dan pengembangan kota pionir di Surabaya Barat. Pada tahun 1999, Perseroan menjadi perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta tanpa penawaran umum perdana. Listing adalah pelaksanaan konversi hutang menjadi modal mengikuti restrukturisasi obligasi Rupiah yang diterbitkan oleh Perusahaan .
12. Duta Anggada Realty Tbk (DART)
PT Duta Anggada Realty Tbk. didirikan pada tahun 1983. Perusahaan mulai beroperasi sekitar 30 tahun yang lalu dengan pengembangan kompleks perumahan di Jakarta Selatan. Pada awal 1990, Perseroan telah memperoleh reputasi sebagai salah satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia.
Dalam rangka mempertahankan reputasinya posisi terdepan, Perusahaan kemudian diperluas keterlibatannya dari kegiatan dalam investasi properti untuk menyertakan pengembangan properti untuk dijual.
(22)
13. Intilland Development Tbk (DILD)
PT Intiland Development Tbk Didirikan pada awal tahun 1970-an oleh Hendro S. Gondokusumo, merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia yang menfokuskan pada pengembangan properti, manajemen, dan investasi. Portofolio perusahaan meliputi pengembangan empat segmen utama yakni kawasan perumahan, mixed-use dan bangunan tinggi, perhotelan, dan kawasan industri. Lokasi proyek-proyek perusahaan tersebar di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan beberapa kota lainnya.
14. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
PT. Duta Pertiwi Tbk
bergerak dalam bidang
Perusahaan ini didirikan pada tahun 15. Fotune Mate Indonesia Tbk
PT Fortune Mate Indonesia Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan akta notaris No. 44, tanggal 24 Juni 1989 oleh Notaris Rika You Soo Shin, S.H., Notaris di Surabaya. 16. Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 14 Mei 1991. PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perseroan) adalah perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan pengembangan kota mandiri (township development). Saat ini, kegiatan usaha Perseroan adalah pengembangan kota mandiri Tanjung Bunga, berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan, yang pembangunan fisiknya telah dimulai sejak tahun 1997.
(23)
17. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA)
Gapura Prima Group adalah salah satu perusahaan property nasional yang telah berkiprah lebih dari 30 tahun dalam pengembangan proyek property baik dari rumah sederhana, real estate, commercial, hotel maupun mixed used project di Indonesia.
Gapura Prima Group di dirikan pada tahun 1980 oleh Gunarso Susanto Margono bermulai dari membangun komplek perumahan di Lampung, Bekasi dan Bogor. Kini Gapuraprima Group telah menjadi pengembang apartemen, perkantoran dan pusat perdagangan tidak saja di Jabodetabek, tetapi juga di kota -kota besar lainnya seperti Bandung, Solo dan Bali.
18. Jaya Real Property Tbk (JRPT)
Bintaro Jaya dikembangkan sejak tahun 1979 oleh PT Jaya Real Property Tbk, salah satu anak perusahaan PT Pembangunan Jaya yang sahamnya mayoritas
milik
dikenal sebagai salah satu perusahaan 19. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
PT. Lamicitra Nusantara Tbk
Perusahaan ini didirikan pada tahun
unt
20. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Lippo Cikarang mulai bisnis pengembangan properti dengan cita-cita yang tinggi pada tahun 1995. Listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997, Perseroan melanjutkan dengan perkembangan pada model hijau, berjalan dengan
(24)
cepat untuk membangun sebuah Township Independen dengan sektor industri sebagai pilar ekonomi dalam 3.000 hektar yang dari tanah 30 kilometer sebelah timur Jakarta .
21. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
PT Lippo Karawaci Tbk (pertama kali didirikan sebagai PT Tunggal
Reksakencana) didirikan pada Oktober
mandiri pertamanya
sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai
mengembangka
ringan yang yang terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan kota mandiri Tanjung Bunga di Selatan pada tahun 1997.
22. Metropolitan Kenjtana Tbk (MKPI)
PT Metropolitan Kentjana Tbk adalah pengembang properti yang berbasis di Indonesia. Kegiatan usaha Perusahaan meliputi pengembangan real estat, penyewaan dan pengelolaan pusat perbelanjaan, apartemen, gedung perkantoran, perumahan serta manajemen, pemeliharaan dan pembersihan jasa. Beberapa proyek yang terkenal adalah Pondok Indah Mall, Pondok Indah Office Tower, Wisma Pondok Indah, Pondok Indah Golf Apartment Menara dan Taman Shangril La real estate di Batam.
23. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
Perusahaan didirikan berdasarkan Akta No. 31 tanggal 23 April 1983, dengan nama PT Triyasa Tamihan. Selanjutnya nama Perusahaan berubah
(25)
menjadi PT Ometraco Realty dan pada tahun 1996 nama Perusahaan berubah menjadi PT Indonesia Prima Property Tbk. Saham Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 22 Agustus 1994 sebanyak 100.000.000 lembar saham dan total saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini adalah 1.745.000.000 lembar saham.
24. Pudjiati Prestige Tbk (PUDP)
Merupakan
bermarkas di
nama PT. Pudjiadi Prestige Limited. 25. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Didirikan pada tahun 1982 dan terdaftar di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sejak tahun 1989, Pakuwon Jati adalah nama merek mapan dengan lebih dari 25 tahun pengalaman sukses pengembangan, pemasaran dan operasional properti. Perusahaan terintegrasi secara vertikal di seluruh rantai nilai real estate penuh dari pembebasan lahan, pengembangan properti, pemasaran dan manajemen operasional.
Pakuwon Jati adalah pelopor konsep superblok di Indonesia, pengembangan mixed-use terpadu skala besar pusat perbelanjaan ritel, perkantoran, kondominium dan hotel. Its track record yang sukses dan reputasi dalam industri properti telah mengamankan hubungan jangka panjang yang kuat dengan penyewa dan pembeli, yang menyediakan platform yang stabil untuk ekspansi bisnis yang pesat.
(26)
26. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS)
PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
pada tahun
berbagai macam
27. Roda Vivatex Tbk (RDTX)
PT Roda Vivatex Tbk. adalah salah satu perusahaan industri tekstil terbesar di Indonesia yang memproduksi kain tenun filament poliester. Berdiri pada tahun 1980 dan mulai berproduksi tahun 1983. Pada tanggal 14 Mei 1990, Perusahaan mencatatkan diri di bursa sebagai Perusahaan Publik.
28. Pikko Land Development Tbk (RODA)
PT Pikko Land Development Tbk didirikan dengan nama PT Roda Panggon Harapan berdasarkan Akta No 83 tanggal 15 Oktober 1984 dari Benny Kristianto SH, notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No 8 tanggal 5 Oktober 2012 dari notaris Rudy Siswanto, SH, notaris di Jakarta, mengenai perubahan nama dan domisili, dari PT Royal Oak Development Asia Tbk menjadi PT Pikko Land Development Tbk dan dari Jakarta Selatan ke Jakarta Pusat .
Kegiatan utama Perusahaan adalah dalam pengembangan dan penjualan real estat dan / atau unit apartemen / kantor dan juga investasi dalam saham dan beberapa properti aset seperti tanah dan bangunan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1995 .
29. Danayasa Arthathama Tbk (SCBD)
PT Danayasa Arthatama Tbk adalah sebuah perusahaan real estate yang didirikan pada tahun 1987 di Jakarta - Indonesia, yang memiliki dan
(27)
mengembangkan Sudirman Central Business District (SCBD), sebuah pengembangan mixed use terpadu yang terletak di CBD utama Jakarta. Dengan misinya "Untuk membangun SCBD sebagai yang terbaik distrik bisnis kelas dunia di Indonesia", PT Danayasa Arthatama Tbk berusaha untuk menjadi sebuah perusahaan real estate kelas pertama dengan standar internasional.
PT Danayasa Arthatama Tbk adalah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD), sebuah perusahaan publik di Indonesia sejak tahun 1984. Kedua perusahaan adalah bagian dari Artha Graha Network (AG Network), jaringan kemitraan swasta perusahaan yang bergerak di berbagai industri, seperti properti, perbankan, infrastruktur, perikanan, dll.
30. Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM)
PT Suryamas Dutamakmur Tbk. yang didirikan pada bulan September 1989. Dengan diasumsikan visi untuk menjadi salah satu dari lima pengembang terkemuka dan operator di Indonesia, kami terus berusaha untuk menghasilkan perumahan, lapangan golf, dan fasilitas pendukung yang berkualitas tinggi, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, didukung oleh tim visi jangka panjang dan profesional .
31. Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Didirikan pada tahun 1975 oleh Mr Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk melakukan pembangunan real estat dan pengembangan. Dimulai dengan 10-hektar lahan rawa di kemudian back-perairan Jakarta, para pendiri berhasil mengubah lokasi ini dari Kelapa Gading menjadi salah satu kawasan perumahan dan komersial yang paling makmur di Jakarta. Dan selama bertahun-tahun
(28)
Summarecon telah membangun reputasi sebagai salah satu pemain properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota-kota.
32. Adhi karya (Persero) Tbk
PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang
bergerak di bidang
ini didirikan pada ta
33. Duta Graha Indah Tbk (DGIK)
Didirikan pada tahun 1982, PT Duta Graha Indah Tbk adalah perusahaan yang terdaftar dan salah satu Indonesia Construction Company terbesar dengan bisnis inti pada kemampuan konstruksi dan teknik yang mencakup semua proyek, terlepas dari ukuran, kecanggihan atau lokasi. PT. Duta Graha Indah Tbk adalah bisnis yang matang yang selalu memberikan upaya terbaik untuk mencapai kompetensi keunggulan dan konsisten terkait dengan standar layanan yang tinggi, kualitas, perhatian pribadi kepada klien, pengiriman tepat waktu, efisiensi dan integritas.
34. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT Surya Semesta Internusa Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 dengan nama Multi Investments Limited. Pada awalnya, kegiatan utama adalah seorang pengembang real estate. Beberapa proyek pertama adalah "Kuningan Raya", sebuah distrik perumahan dan bisnis yang terletak di "Segitiga Emas" di Jakarta Selatan, dan Glodok Plaza, pertama pusat perbelanjaan modern di Indonesia, yang terletak di distrik komersial di Jakarta Barat .
Pada tahun 1995 Perusahaan mengubah nama menjadi PT Surya Semesta Internusa, ini adalah nama baru yang mencerminkan strategi yang lebih luas
(29)
Perusahaan, dan pada tanggal 27 Maret 1997 Perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
35. Total Bangunan Persada Tbk (TOTL)
Merupakan
bermarkas di
36. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
WIKA lahir dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bertuliskan nama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co Berdasarkan Untuk Peraturan Pemerintah Nomor 2/ 1960 dan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Keputusan PUTL No 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA didirikan dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Garis WIKA usaha pada saat itu adalah listrik dan instalasi pipa air bekerja. Pada awal 1960-an, WIKA mengambil bagian dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno pada kesempatan Olimpiade dari the New Emerging Forces ( GANEFO ) dan Asian Games ke-4 di Jakarta .
D. Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa perhitungan antara lain dengan menggunakan Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Leverage .Laporan keuangan yang akan dianalisis berupa neraca dan laporan laba-rugi dari tahun 2009-2013. Rasio Keuangan Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(30)
A. Analisis Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kamampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas mempunyai tujuan untuk melakukan uji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. 1) Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar).
Current Ratio = ������ ������
������ ������x 100%
B.Analisis Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai suatu perusahaan. Proftabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang dimiliki. Menajemen perusahaan yang mendapatkan keuntungan akan menggunakan informasi baik tersebut untuk memberikan sinyal kepada investor agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang lebih tinggi pada manajemen.
1. Return On Equity
(31)
Return On Equity = ���� ������ ������� �����
����� x100%
2. Net Earning Power Ratio ( Rasio pengembalian total aktiva)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Net Earning Power Ratio = ���� ������ ������� �����
����� ������ x 100%
C.Leverage Ratio ( Rasio Hutang)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban perusahaan baik hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
1. Debt Ratio ( Rasio Total Hutang)
Rasio ini menunjukkan besarnya biaya aktiva yang pembiayaan berasal dari total hutang.
Debt Ratio = ����� ������
����� ������ x 100%
2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang jangka Panjang dengan Modal)
Merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan yang dimiliki oleh perusahaan dalam proporsi antara hutang jangka panjang lebih besar dari pada modal sendiri.
Debt to Equity Ratio= ������ ������ �������
(32)
PEMBAHASAN
Dalam menganalisis laporan keuangan Real Estate Dan Property digunakan beberapa perhitungan dan penilaian tingkat rasio dengan menggunakan analisis Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Leverage. Laporan yang dianalisis berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2009-1013. Penilaian tingkat rasio menurut SK menteri Keuangan RI No.740/KMK.00/1989 kriteria penilaian adalah sebagai berikut:
a. Sangat baik bila memiliki profitabilitas di atas 12%, likuiditas di atas 150%, dan leverage di atas 200%
b. Baik bila memiliki profitabilitas di atas 8% - 12%, likuiditas di atas 100%-150%, dan leverage di atas 150% - 200%
c. Kurang baik bila memiliki profitabilitas di atas 5% - 8%, likuiditas di atas 75% - 100%, dan leverage di atas 100% - 150%.
d. Tidak baik bila memiliki profitabilitas sama dengan atau kurang dari 5%, likuiditas sama dengan atau kurang dari 75%, dan leverage sama dengan atau kurang dari 100%.
(33)
1. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
Rata- rata ratio Perusahaan Alam Sutera Realty tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Rata-Rata Rasio Keuangan ASRI
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-Rata %
Current Ratio 212 98 98 123 75 121
Return on Equity 3 13 22 26 17
12
Net Earning Power Ratio 3 6 10 11 6
Debt Ratio 46 52 54 57 63
61
Debt to Equity Ratio 46 63 64 64 101
Sumber: Laporan Keuangan Alam Sutera Realty, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 121%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di 12%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan baik dalam menghasilkan laba bersih. Rata-rata rasio leverage sebesar 61%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(34)
2. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA)
Rata-rata rasio perusahaan Bekasi Asri Pemula tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Rata-rata Rasio Keuangan BAPA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 198 224 224 227 269 228
Return on Equity 13 17 7 5 5
7
Net Earning Power Ratio 7 9 4 3 3
Debt Ratio 50 45 45 45 47
62
Debt to Equity Ratio 101 82 83 82 33
Sumber: Laporan Keuangan Bekasi Asri Pemula, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 228%, degan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik dengan rasio sebesar 7%, maka berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 62%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(35)
3. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
Rata-rata rasio perusahaan Bumi Citra Permai tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Rata-rata Rasio Keuangan BCIP
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 495 234 263 76 61 226
Return on Equity 6 12 1 5 13
6
Net Earning Power Ratio 5 10 1 3 8
Debt Ratio 19 20 23 44 48
25
Debt to Equity Ratio 24 25 38 4 2
Sumber: Laporan Keuangan Bumi Citra Permai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 121%, degan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150% Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 25%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(36)
4. Bhuwanata Indah Permai Tbk (BIPP)
Rata-rata Rasio perusahaan Bhuwanata Indah Permai tahun 2009-2013seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Rata-rata Rasio Keuangan BIPP
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 23 22 19 150 33 49
Return on Equity 22 5 27 18 24
15
Net Earning Power Ratio 11 3 10 8 19
Debt Ratio 49 5 62 53 23
29
Debt to Equity Ratio 3% 3% 38% 32% 19%
Sumber: Keuangan Keuangan Bhuwanata Indah Permai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 49%, degan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada dibawah 75%. Rata-rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%, dengan rata-rata profitabilitas sebesar 15%. Rata-rata rasio leverage sebesar 29%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
5. Bukit Dharmo Property Tbk (BKDP)
Rata-rata rasio perusahaanBukit Dharmo Property tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Rata-rata rasio Keuangan BKDP
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 180 144 130 113 319 177
Return on Equity 1 2 3 9 10
4
Net Earning Power Ratio 1 2 2 6 7
Debt Ratio 26 2 27 10 30
28
Debt to Equity Ratio 36 40 38 38 30
(37)
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 177%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 28%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
6. Sentul City Tbk (BKSL)
Rata-rata rasio perusahaan Sentul City tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Rata-rata RasioKeuangan BKSL
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 550 281 316 318 457 385
Return on Equity 0 2 3 5 9
3
Net Earning Power Ratio 0 2 3 4 6
Debt Ratio 18 14 13 22 35
20
Debt to Equity Ratio 22 17 15 14 34
Sumber: Laporan Keuangan Sentul City, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 385%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
(38)
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 20%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
7. Bukit Serpong Damai Tbk (BSDE)
Rata-rata Rasio perusahaanBukit Serpong Damaitahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Rata-rata Rasio Keuangan BSDE
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 196 191 190 157 267 200
Return on Equity 13 12 12 14 22
12
Net Earning Power Ratio 7 6 8 9 13
Debt Ratio 49 37 35 37 41
51
Debt to Equity Ratio 96 70 55 59 35
Sumber: Laporan Keuangan Bukit Serpong Damai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 200%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu beradapada kriteria 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 251%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(39)
8. Cowell Development Tbk (COWL)
Rata-rata Rasio perusahaan Cowell Developmenttahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Rata-rata Rasio Keuangan COWL
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 246 84 128 142 67 133
Return on Equity 10 6 20 6 4
7
Net Earning Power Ratio 7 3 9 4 3
Debt Ratio 37 51 58 36 39
49
Debt to Equity Ratio 58 3 135 32 37
Sumber: laporan Keuangan Cowell Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 133%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 49%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(40)
9. Ciputera Development Tbk (CTRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Development tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Rata-rata Rasio Keuangan CTRA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 398 84 237 156 214 218
Return on Equity 6 8 6 1 14
6
Net Earning Power Ratio 3 4 4 6 7
Debt Ratio 19 23 34 44 51
33
Debt to Equity Ratio 34 43 51 2 33
Sumber: Laporan Keuangan Ciputera Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 281%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 33%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(41)
10. Ciputera Property Tbk (CTRP)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Development tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Rata-rata Rasio Keuangan CTRP
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 1194 782 274 182 136 514
Return on Equity 3 5 5 8 10
5
Net Earning Power Ratio 2 4 4 5 6
Debt Ratio 91 7 16 33 40
26
Debt to Equity Ratio 3 2 9 23 38
Sumber: Laporan Keuangan Ciputera Property, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 514%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 26%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(42)
11. Ciputra Surya Tbk (CTRS)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Surya tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Rata-rata Rasio Keuangan CTRS
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 1194 199 167 126 116 360
Return on Equity 4 6 10 12 17
7
Net Earning Power Ratio 3 4 6 6 7
Debt Ratio 29 36 45 50 57
44
Debt to Equity Ratio 46 60 81 22 18
Sumber: Laporan Keuangan Ciputra Surya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 360%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 44%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(43)
12. Duta Anggada Realty Tbk (DART)
Rata-rata Rasio perusahaanDuta Anggada Realtytahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Rata-rata Rasio Keuangan DART
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 34 59 67 116 201 96
Return on Equity 5 4 3 6 6
4
Net Earning Power Ratio 1 1 2 4 4
Debt Ratio 79 71 45 34 39
47
Debt to Equity Ratio 29 20 83 28 46
Sumber: Laporan Keuangan Duta Anggada Realty, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 96%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas kurang baik, karena berada di antara 75% - 100%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 47%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
13. Intilland Development Tbk (DILD)
Rata-rata Rasio perusahaan Intilland Development tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Rata-rata Rasio Keuangan DILD
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 205 265 153 131 79 167
Return on Equity 3 10 4 5 8
7
Net Earning Power Ratio 2 8 3 3 4
Debt Ratio 45 21 33 35 46
44
Debt to Equity Ratio 83 27 50 54 42
(44)
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 167%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 44%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%. 14. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
Rata-rata Rasio perusahaanDuta Pertiwitahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.14
Rata-rata Rasio Keuangan DUTI
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 83 184 194 248 351 212
Return on Equity 11 12 12 12 13
10
Net Earning Power Ratio 6 7 8 9 10
Debt Ratio 34 32 31 22 19
34
Debt to Equity Ratio 62 55 46 28 8
Sumber: Laporan Keuangan Duta Pertiwi, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 212%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
(45)
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 34%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
15. Fotune Mate Indonesia Tbk (FMII)
Rata-rata Rasio perusahaan Fotune Mate Indonesia tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.15
Rata-rata Rasio Keuangan FMII
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 1113 95 55 52 117 286
Return on Equity 2 2 0 0 3
1
Net Earning Power Ratio 2 2 0 0 2
Debt Ratio 20 20 29 30 34
26
Debt to Equity Ratio 29 29 41 5 24
Sumber: Laporan Keuangan Fotune Mate Indonesia, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 268%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 26%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(46)
16. Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
Rata-rata Rasio perusahaan Goa Makassar Tourism Development tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.16
Rata-rata Rasio Keuangan GMTD
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 83 95 109 129 102 104
Return on Equity 13 22 28 28 23
15
Net Earning Power Ratio 4 8 10 7 7
Debt Ratio 66 64 64 74 69
101
Debt to Equity Ratio 192 180 181 90 32
Sumber: Laporan Keuangan Goa Makassar Tourism Development, 2014 Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 104%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 101%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan kurang baik karena berada di antara 100% - 150%
(47)
17. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Perdana Gapura Prima tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.17
Rata-rata Rasio Keuangan GPRA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 154 223 285 276 389 265
Return on Equity 5 6 7 8 13
6
Net Earning Power Ratio 2 3 4 4 8
Debt Ratio 57 49 47 46 40
53
Debt to Equity Ratio 133 97 2 30 31
Sumber: Laporan Keuangan Perdana Gapura Prima, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 265%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 53%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(48)
18. Jaya Real Property Tbk (JRPT)
Rata-rata Rasio perusahaan Jaya Real Property tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.18
Rata-rata Rasio Keuangan JRPT
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 216 113 104 88 70 118
Return on Equity 14 17 18 19 20
13
Net Earning Power Ratio 7 8 8 9 9
Debt Ratio 45 51 53 56 56
59
Debt to Equity Ratio 87 110 94 18 15
Sumber: Laporan Keuangan Jaya Real Property, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 118%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 59%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(49)
19. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
Rata-rata Rasio perusahaan Lamicitra Nusantara tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.19
Rata-rata Rasio Keuangan LAMI
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 128 127 145 179 151 146
Return on Equity 9 14 19 2 15
8
Net Earning Power Ratio 3 5 0 1 9
Debt Ratio 67 62 52 52 41
80
Debt to Equity Ratio 220 183 8 107 10
Sumber: Laporan Keuangan Lamicitra Nusantara, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 146%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 80%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(50)
20. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Rata-rata Rasio perusahaan Lippo Cikarang tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.20
Rata-rata Rasio Keuangan LPCK
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 128 182 140 157 162 154
Return on Equity 5 12 31 33 32
18
Net Earning Power Ratio 2 12 10 14 32
Debt Ratio 67 62 52 52 41
80
Debt to Equity Ratio 220 183 8 107 10
Sumber: Laporan Keuangan Lippo Cikarang Tbk, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 154%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 80%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(51)
21. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Rata-rata Rasio perusahaan Lippo Karawaci tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.21
Rata-rata Keuangan LPKR
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 175 420 604 560 496 451
Return on Equity 9 8 9 12 11
7
Net Earning Power Ratio 4 4 4 5 5
Debt Ratio 56 49 48 54 55
51
Debt to Equity Ratio 6 22 42 86 87
Sumber: Laporan Keuangan Lippo Karawaci, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 451%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 51%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(52)
22. Metropolitan Kenjtana Tbk (MKPI)
Rata-rata Rasio perusahaan Metropolitan Kenjtana tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.22
Rata-rata Rasio Keuangan MKPI
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 25 40 36 66 39 41
Return on Equity 21 20 22 21 19
17
Net Earning Power Ratio 14 14 8 14 13
Debt Ratio 32 29 30 33 32
32
Debt to Equity Ratio 6 7 115 22 18
Sumber: Laporan Keuangan Metropolitan Kenjtana, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 41%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada di bawah 75%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 32%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
23. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
Rata-rata Rasio perusahaan Indonesia Prima Property tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.23
Rata-rata Rasio Keuangan OMRE
Rasio 2009
% 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Rata-rata %
Current Ratio 17 45 54 67 64 49
Return on Equity 28 26 18 7 4
13
Net Earning Power Ratio 11 14 9 5 3
Debt Ratio 60 0 0 30 35
21
Debt to Equity Ratio 31 18 8 11 13
(53)
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 49%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada di bawah 75%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 21%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
24. Pudjiati Prestige Tbk (PUDP)
Rata-rata Rasio perusahaan Pudjiati Prestige tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.24
Rata-rata Rasio Keuangan PUDP
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 383 152 169 216 196 223
Return on Equity 3 5 9 8 10
7
Net Earning Power Ratio 2 4 13 6 7
Debt Ratio 20 22 29 30 24
21
Debt to Equity Ratio 25 29 6 15 12
Sumber: Laporan Keuangan Pudjiati Prestige, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 223%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 21%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(54)
25. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Rata-rata Rasio perusahaan Pakuwon Jati tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.25
Rata-rata Rasio Keuangan PWON
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 95 105 142 134 130 121
Return on Equity 14 22 16 24 28
8
Net Earning Power Ratio 4 8 5 10 12
Debt Ratio 64 17 59 59 56
74
Debt to Equity Ratio 164 131 57 77 57
Sumber: Laporan Keuangan Pakuwon Jati, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 121%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 74%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(55)
26. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS)
Rata-rata Rasio perusahaan Ristia Bintang Mahkota Sejati tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.26
Rata-rata Rasio Keuangan RBMS
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 1492 1279 418 783 303 855
Return on Equity 0 0 11 1 11
5
Net Earning Power Ratio 0 0 15 1 9
Debt Ratio 5 4 8 7 20
10
Debt to Equity Ratio 5 7 34 8 2
Sumber: Laporan Keuangan Ristia Bintang Mahkota Sejati, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 855%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 10%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(56)
27. Roda Vivatex Tbk (RDTX)
Rata-rata Rasio perusahaan Roda Vivatex tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.27
Rata-rata Rasio Keuangan RDTX
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 1492 1279 418 783 303 855
Return on Equity 24 24 14 13 17
16
Net Earning Power Ratio 20 20 0 10 13
Debt Ratio 16 0 23 21 26
13
Debt to Equity Ratio 6 6 19 6 6
Sumber: Laporan Keuangan Roda Vivatex, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 855%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 13%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(57)
28. Pikko Land Development Tbk (RODA)
Rata-rata Rasio perusahaan Pikko Land Development tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.28
Rata-rata Rasio Keuangan RODA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 973 642 207 156 187 433
Return on Equity 0 1 1 5 22
5
Net Earning Power Ratio 0 1 6 3 14
Debt Ratio 7 1 36 44 37
47
Debt to Equity Ratio 8 1 227 78 27
Sumber: Laporan Keuangan Pikko Land Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 433%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 47%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(58)
29. Danayasa Arthathama Tbk (SCBD)
Rata-rata Rasio perusahaanDanayasa Arthathamatahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.29
Rata-rata Rasio Keuangan SCBD
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 229 221 262 446 370 306
Return on Equity 43 13 3 3 41
17
Net Earning Power Ratio 17 6 7 2 32
Debt Ratio 39 27 25 25 23
40
Debt to Equity Ratio 96 58 56 34 18
Sumber: Laporan Keuangan Danayasa Arthathama, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 306%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 17%. Rata-rata rasio leverage sebesar 40%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(59)
30. Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM)
Rata-rata Rasio perusahaan Suryamas Dutamakmur tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.30
Rata-rata Rasio Keuangan SMDM
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 375 119 75 15 192 155
Return on Equity 0 0 2 2 1
2
Net Earning Power Ratio 0 0 10 2 1
Debt Ratio 26 15 16 20 27
23
Debt to Equity Ratio 52 24 19 25 10
Sumber: Laporan Keuangan Suryamas Dutamakmur, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 155%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di bawah 5%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 2%. Rata-rata rasio leverage sebesar 23%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(60)
31. Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Summarecon Agung tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.31
Rata-rata Rasio Keuangan SMRA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 109 134 137 117 128 125
Return on Equity 10 11 16 21 24
11
Net Earning Power Ratio 4 4 11 7 8
Debt Ratio 39 65 69 154 152
110
Debt to Equity Ratio 71 186 227 49 85
Sumber: Laporan Keuangan Summarecon Agung, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 125%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di atas 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada di antara 8% - 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 11%. Rata-rata rasio leverage sebesar 110%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan kurang baik karena berada di antara 100% - 150%.
(61)
32. Adhi karya (Persero) Tbk (ADHI)
Rata-rata Rasio perusahaanAdhi karya tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.32
Rata-rata Rasio Keuangan ADHI
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 12 114 110 124 139 100
Return on Equity 22 22 18 18 26
12
Net Earning Power Ratio 3 4 1 3 4
Debt Ratio 87 82 84 85 84
77
Debt to Equity Ratio 73 71 25 71 105
Sumber: Laporan Keuangan Adhi karya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 100%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 77%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(62)
33. Duta Graha Indah Tbk (DGIK)
Rata-rata Rasio perusahaan Duta Graha Indah tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.33
Rata-rata Rasio Keuangan DGIK
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata %
Current Ratio 204 153 230 178 156 184
Return on Equity 7 7 1 5 6
4
Net Earning Power Ratio 4 4 2 3 3
Debt Ratio 39 1 35 43 50
19
Debt to Equity Ratio 4 2 7 7 6
Sumber: Laporan Keuangan Duta Graha Indah, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 184%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu berada di bawah 5%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 4%. Rata-rata rasio leverage sebesar 19%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(1)
56
34. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Rata-rata Rasio perusahaan Surya Semesta Internusa tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.34
Rata-rata Rasio Keuangan SSIA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata % Current Ratio 108 102 167 173 201 150 Return on Equity 7 16 23 44 29
16 Net Earning Power Ratio 2 6 1 15 13
Debt Ratio 60 0 59 66 55
61 Debt to Equity Ratio 98 78 72 72 52
Sumber: Laporan Keuangan Surya Semesta Internusa, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 150%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 16%. Rata-rata rasio leverage sebesar 61%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(2)
35. Total Bangunan Persada Tbk (TOTL)
Rata-rata Rasio perusahaan Total Bangunan Persada tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.35
Rata-rata Rasio Keuangan SSIA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata % Current Ratio 154 151 140 144 158 149 Return on Equity 11 14 18 26 26
13 Net Earning Power Ratio 4 5 7 9 10
Debt Ratio 62 62 64 66 63
40 Debt to Equity Ratio 14 15 12 17 22
Sumber: Laporan Keuangan Total Bangunan Persada, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 149%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 13%. Rata-rata rasio leverage sebesar 40%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(3)
58
36. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
Rata-rata Rasio perusahaan Wijaya Karya tahun 2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.36
Rata-rata Rasio Keuangan WIKA
Rasio 2009
%
2010 %
2011 %
2012 %
2013 %
Rata-rata % Current Ratio 144 141 114 110 110 124 Return on Equity 13 17 18 18 19
11 Net Earning Power Ratio 4 5 5 5 5
Debt Ratio 71 70 73 74 74
61 Debt to Equity Ratio 41 40 44 57 64
Sumber: Laporan Keuangan Wijaya Karya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio likuiditas menunjukkan sebesar 124%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada di 8% - 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 11%. Rata-rata rasio leverage sebesar 61%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
(4)
59
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada BAB III, analisis rasio laporan keuangan pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia periode 2009- 2013 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilihat dari rasio likuiditas, dengan analisis Current Ratio menunjukkan
bahwa rasio dalam posisi sangat baik karena berada di atas 200%, dengan rata-rata rasio sebesar 213%. Ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menjamin seluruh hutang lancar.
2. Dilihat dari rasio profitabilitas, dengan analisis Return On Equity rasio berada dalam posisi sangat baik karena berada di 12%, dengan demikian perusahaan dapat dikatakan mampu menghasilkan laba dari modal. Analisis Net Earning Power ratio menunjukkan posisi keuangan dalam kondisi kurang baik, karena berada diantara 5% - 8% dengan rata-rata rasio sebesar 6%.
3. Dilihat dari rasio leverage, menunjukkan bahwa laporan keuangan dalam posisi tidak baik karena berada dibawah 100%. Hasil analisa rata-rata Debt Ratio sebesar 42%, dan rata-rata Debt to Equity ratio sebesar 47%. Maka leverage perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan.
(5)
60
B. SARAN
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas perusahaan real estate dan property dalam posisi baik secara teori, hendaknya posisi tersebut dapat dipertahankan sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio profitabilitas perusahaan memiliki rasio sangat baik, dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan laba.
3. Rasio leverage perusahaan real estate dan property dalam posisi tidak baik, keadaan ini hendaknya diperbaiki sehingga untuk tahun selanjutnya keadaan demikian tidak terulang lagi.
(6)
Rahardjo. Budi. 2007. Keuangan Dan Akuntansi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Suntoyo, Danang. 2013. Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis. CAPS. Yogyakarta.
Van Horne, James C dan John M. Wachowicz. 2009. Financial Management. Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Krawy, penerjemah. Palupi Wuriarti, editor. Salemba Empat. Jakarta.
www. idx. co. id/index.html data diakses Selasa 8 April 2014