PERJUANGAN PEREMPUAN MENGHADAPI KEKUASAAN DALAM LAKON “SUSI DUYUNG”: LUDRUK BUDHI WIJAYA

PERJUANGAN PEREMPUAN MENGHADAPI KEKUASAAN
DALAM LAKON “SUSI DUYUNG”: LUDRUK BUDHI WIJAYA
M. Shoim Anwar dan Listyo Ambarwati
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstract
Ludruk Budi Wijaya Group is a cultural actor who is active in maintaining and developing the arts of the
people. The characteristic of ludruk as a critical stage art is maintained, including the structure of the show. Ludruk is
a channel for the aspirations of the little people and represents their lives. The "Susi Duyung" play performed by
Ludruk Budhi Wijaya is also related to the lives of the low society, the fishermen in Ngliyep Village who are
oppressed economically by the authorities. The presence of Susi's character as a hero is a modeling that injustice must be
resisted. Women should not be underestimated and should be given equal opportunities with men in the fight. Because
of his firm and courageous attitude, with the public, Susi's character strugled persistently for social justice and erased
for political corruption so that he is appointed leader.

Keywords: ludruk, play, strugling, authority
muncul dari kondisi demikian. Kedua, pola pikir

PENDAHULUAN
Salah satu ciri penting perkembangan


teknologi, yakni menghendaki perubahan terus-

kebudayaan adalah perubahan. Seiring dengan

menerus dalam kehidupan. Dengan dalih untuk

perkembangan zaman yang semakin cepat,

mempermudah hidup manusia,

kebudayaan juga semakin cepat berubah. Hal ini

harus dilakukan tanpa henti, bahkan makin cepat

dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan

makin baik.

dan


kapitalnya,

teknologi

sehingga

yang

menciptakan

berorientasi

industri

kebutuhan-kebutuhan

perubahan

Dunia industri dengan ideologi
bersaing


kebutuhan-kebutuhan

untuk
baru

menciptakan
bagi

manusia.

baru. Manusia sebagai subjek kebudayaan tidak

Sebuah produk industri mungkin belum puas

memiliki

kita

pilihan


lain

kecuali

mengikuti

nikmati, bahkan belum sepenuhnya kita

perubahan itu. Ketegangan antara yang lama

kuasai, tiba-tiba muncul versi terbaru yang

dan yang baru, antara tradisi dan inovasi,

menawarkan

menjadi persoalan yang tak kunjung usai.

Persaingan yang sangat ketat dalam dunia


Dalam

pengertian

yang

dipersempit,

kelebihan-kelebihan

baru.

industri inilah yang membuat kebudayaan, dalam

ketika kebudayaan dimaknai sebagai seni-

arti umum, berubah semakin cepat.

budaya, ketegangan kebudayaan melahirkan dua


Kesenian ludruk adalah salah satu produk

kutub pemikiran. Pertama, pola pikir budaya,

kebudayaan dari Jawa Timur. Teater rakyat yang

yakni keinginan kuat untuk tetap bertahan pada

lahir di masa penjajahan itu juga dihadapkan

budaya yang telah ada sebagai kekayaan tradisi.

pada problem perubahan. Masyarakat yang

Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya

berubah

akan melahirkan selera yang juga


menjadi alasan paling kuat sebuah kebudayaan

berubah.

Generasi

harus dipertahankan. Konsep nguri-uri budaya

menciptakan keinginan yang juga berganti.
67

yang

berganti

akan

Antara pola pikir budaya dan pola pikir


Ludruk umumya mengangkat kisah-kisah

teknologi menjadi sama-sama penting ketika

lokal-tradisional,

kehidupan

masyarakat

dihadapkan pada seni tradisi yang bernama

desa/kelas bawah, kisah-kisah

heroik saat

ludruk.

Zaman yang terus berubah tidak


penjajahan, serta kisah-kisah yang berorientasi

mungkin bisa ditaklukkan. Kesenian ludruk mau

hiburan. Lakon “Susi Duyung” juga mengangkat

tak mau harus meniti perubahan

kehidupan rakyat kecil. Heroisme tokoh Susi

itu dengan

segala konsekuesinya.

dihadirkan

dalam

konteks


melepaskan

Salah satu kelompok ludruk yang masih

kehidupan rakyat dari jeratan penguasa. Lakon

bertahan hingga saat ini adalah Ludruk Budhi

ini adalah simbol. Keberadaan tempat beserta

Wijaya. Kelompok ini berusaha mengikuti

permasalahannya memiliki makna lebih luas

perubahan zaman dengan dua sisi, yakni tetap

dalam wacana kehidupan sosial politik Indonesia

mempertahankan adanya ciri-ciri khas ludruk di


kontemporer. Kolonialisme hadir bukan dalam

satu sisi, serta mengadakan inovasi di sisi lain

wujud penjajahan oleh bangsa asing, melainkan

agar seni tadisi ini tetap eksis dan diminati.

oleh perilaku bangsa sendiri yang hendak

Problem seperti ini juga dialami oleh semua jenis

menguasai kehidupan rakyat ketika dia berkuasa.

seni tradisi, meski kadar untuk mengendaki
perubahan berbeda-beda.

Kisah

“Susi

Duyung”,

menurut

Sindhunata, terinspirasi dari sepak terjang

Lakon “Susi Duyung” yang dimainkan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudiastuti

Ludruk Budhi Wijaya menarik untuk dikaji

yang sangat tegas.

karena memiliki kontekstualitas yang tinggi

memang tak lepas dari perempuan perkasa.

dengan

khususnya

Dalam cerita digambarkan, tokoh Susi adalah

masyarakat nelayan, serta situasi sosial politik di

tokoh perempuan pemberani yang menentang

tanah air. Lakon ini digagas oleh Sindhunata,

ketidakadilan di Desa Ngliyep. Meskipun tokoh

budayawan dan rohaniwan dari Yogyakarta.

Susi seorang perempuan, namun keberaniannya

Dalam tradisi ludruk, keikutsertaan budayawan

melawan komplotan Kepala Desa yang curang

dari luar dalam pementasan tergolong langka.

membuat semua warga sekitar merasa ditolong

Keikutsertaan Sindhunata dalam lakon ini tentu

dan diselamatkan oleh Susi. Cerita berakhir

menambah bobot materi cerita. Karakter khas

dengan kepala desa yang culas bertekuk lutut.

kehidupan

ludruk ada yang

masyarakat,

tetap dipertahankan sebagai

Lakon “Susi Duyung”

Ludruk adalah teater rakyat yang berasal

budaya tanding yang kritis sejak kelahirannya di

dari

masa penjajahan. Ludruk

bukan sekadar

menggunakan bahasa Jawa dialek Jombang-

kesenian tradisional, tetapi lebih dari itu ludruk

Surabaya tataran ngoko, serta pementasannya

adalah kesenian rakyat: dari rakyat, oleh rakyat,

juga di sekitar wilayah Jawa Timur. Ludruk

dan oleh rakyat. Ludruk dengan segala piranti

Budhi Wijaya tentu memiliki akar sosio-kultural

dan ceritanya adalah representasi rakyat kecil.

itu. Tapi, kelompok ini tergolong lebih maju

Jombang

(Jawa

Timur),

umumnya

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 68

dan kreatif. Ludruk Budhi Wijaya berdiri tahun

Art Care, Februari 2015 mengangkat lakon

1982, beralamatkan di Dusun Simowau, Desa

“Topeng Kembar”.

Ketapangkuning,
Kabupaten

Kecamatan

Jombang,

Provinsi

Ngusikan,

4. Memenuhi undangan Bentara Budaya Solo

JawaTimur.

pada bulan Maret 2015 dengan lakon “Jeritan

Untuk mengikuti selera penonton di masa kini,

Hati Seorang Ibu”

Didik Purwanto selaku pimpinan memasukkan

5. Pertunjukan ludruk di Taman Krida Budaya

beberapa budaya modern tanpa merusak pakem

Malang dalam rangka malam pagelaran seni

ludruk, seperti menggunakan alat-alat musik

budaya, September 2015 dengan lakon

modern

“Jeritan Hati Seorang Istri”.

sebagai pengiring musik karawitan,

misalnya gitar, keyboard, dan drum. Tidak hanya
itu, dalam pertunjukannya Ludruk Budhi Wijaya

Terlepas ada unsur personal, kehadiran

sering memodivikasi agar bisa mengikuti selera

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

publik, antara lain penambahan campur sari dan

dalam lakon “Susi Duyung” di Yogyakarta

tari

dan

merupakan peristiwa langka. Meski ada unsur

penyajiannya selalu menarik, ludruk Budhi

personal di balik lakon, kekritisan ludruk sebagai

Wijaya

representasi suara rakyat tidak hilang. Lakon ini

ular.

Karena

masih

dianggap

banyak

kreatif

peminatnya

jika

dibandingkan dengan kelompok ludruk lainnya.

bahkan tema utamanya adalah terkait kekuasaan.

Ludruk Budhi Wijaya sering diundang di

Jabatan kepala desa dalam lakon ini adalah

berbagai acara di Jawa Timur. Selain pentas di

representasi kekuasaan di aras mana pun.

provinsi ini, Ludruk Budhi Wijaya pernah

Keberadaannya dapat dikaitkan

diundang pentas di tempat yang cukup terkenal

kekuasaan di desa, kecamatan, kota, kabupaten,

dalam percaturan seni budaya, antara lain:

provinsi, bahkan negara. Universalitas lakon

dengan aras

terkait kekuasaan dapat berlaku di mana saja
1. Memenuhi undangan Bentara Budaya Jakarta,

dan kapan saja. Sifat kekuasaan dalam lakon

11 Desember 2014, dengan lakon “Susi

“Susi Duyung” adalah universal sekaligus

Duyung”. Menteri Kelautan dan Perikanan

kontekstual.

Susi Pudjiastuti juga sempat foto bersama.
2. Memenuhi

undangan

Yogyakarta

dalam

pameran foto

Bentara
rangka

Budaya
penutupan

pada 9 September

Kajian tentang ludruk sudah banyak
dilakukan.

Referensi

penting

telah

2015,

disumbangkan oleh James L. Peacock (1968)

lakonnya “Susi Duyung”. Pementasan ini

lewat penelitiannya berudul Rites of Modernization

juga dihadiri

Symbolic and Social Aspects of Idonesia Proletarian

oleh Menteri Kelautan dan

Perikanan Susi Pudjiastuti.
3. Memenuhi

undangan

Drama. Kesimpulan penting dari penelitian
Bentara

Budaya

Yogyakarta dalam rangkaian acara pameran

Peacock

yang dilakukan di Surabaya tahun

1962-1963, antara lain,

ludruk adalah teater

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 69

rakyat yang dapat dikaitkan dengan ritus

cara tidak mau membayar pajak. Nasionalisme

modernisasi. Berbagai upacara yang menyangkut

kebangsaan yang dibayangkan oleh seniman

tradisi, misalnya selamatan dan bersih desa,

ludruk adalah persatuan rakyat miskin yang

semakin menghilang di wilayah Kota Surabaya.

dulunya

Masyarakat

sektor

keinginan untuk merdeka. Perlawanan Sarip

pendidikan, ekonomi, politik, dan hiburan.

belum berhasil karena masih dilakukan secara

Tindakan-tindakan yang bersifat simbolik dari

personal dan belum dikoordinasikan menjadi

masyarakat dapat dikaitkan dengan cerita ludruk

kekuatan massa rakyat (Supriyanto, 2012:132).

dalam

mulai

beraktivitas

merepresentasikan

ke

riwayat,

kemudian

memiliki

nyata

Mirip dengan Peacock, Carl J.Hefner

terkait hukum, moral, dan identitas sosial.

(1994) melalui penelitiannya tentang ludruk di

Modernisasi didukung oleh para awak ludruk

Sidoarjo, menyimpulkan bahwa ludruk adalah

dan mereka menolak hal-hal yang melanggar

teater rakyat

nilai-nilai moral. Problem modernisasi itu

ludruk

digambarkan melalui oposisi simbolik perilaku

Cerita ludruk merepresentasikan

pemuda

masyarakat Jawa Jawa Timur tentang realitas

pedesaan

berpakaian

dan

kehidupan

satu

perkotaan

dalam

yang mencerminkan kemajuan

masyarakat. Peacock juga menyimpulkan bahwa
pertunjukan

ludruk

umumnya

berada

dari Jawa Timur. Pertunjukan

menggambarkan

pandangan
yang

memiliki sifat reflektif.
Referensi tentang kesejarahan ludruk juga

masyarakat kelas bawah, pedesaan, kota kecil,

telah

serta di kampung-kampung kota besar.

perkembangan ludruk

banyak

Supriyanto
kajian tentang ludruk. Buku Lakon Ludruk Jawa

simbolik.

sosial dalam mencapai pencerahan

di

Setelah Peacock banyak bermunculan

tindakan

kembali

ditulis.

umum

telah dipetakan oleh

(1992:5-13),
oleh

Secara

Lisbijanto

kemudian

diramu

(2013).

Periode

perkembangan ludruk itu sebagai berikut.

Timur yang ditulis Henri Supriyanto (1992)
memberi informasi yang relatif lengkap terkait
dunia perludrukan di Jawa

Timur, termasuk

Ludruk dengan model mengamen atau

Henri Supriyanto

lerok adalah wujud permulaan kesenian ludruk.

menjadi disertasi dan

Periode ini terjadi antara tahun 1907- 1915 di

kesejarahannya. Kajian
tersebut

diperdalam

diterbitkan sebagai buku Postkolonial Pada Lakon
Jawa

Timur.

Lewat

Tambakyasa”

dapat

disimpulkan

Ludruk

nasionalisme

1. Periode Ludruk Ngamen atau Lerok

kebangsaan

lakon

“Sarip
bahwa

daerah Ceweng, Jombang, Jawa-Timur.
2. Periode Ludruk Besutan
Setelah

periode

lerok,

selanjutnya

direpresentasikan

kesenian itu berkembang menjadi seni besutan.

dalam bentuk perlawanan masyarakat kecil

Periode esutan berlangsung antara tahun 1915

melalui tokoh bernama Sarip Tambakyasa. Sarip

sampai pada tahun 1920. Besutan menyerupai

melawan hegemoni kolonial Belanda dengan

lawakan mini yang dibawakan beberapa tokoh
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 70

dalam permainan atau lakon. Tokoh yang

pengiring, tema cerita, busana yang dikenakan

muncul seperti Besut, Rusmini, Sumo Gambar,

semua mengalami perkembangan. Ludruk mulai

dan Man Gondho.

bersaing dengan jenis hiburan modern lainnya.

3. Periode Ludruk Lerok Besutan

Ludruk mulai surut karena media televisi mulai

Periode

ludruk

lerok

besutan

dikenal masyarakat.

berlangsung antara tahun 1920-1930. Perkiode

Pertunjukan ludruk pada era sekarang

ini masih menggunakan gaya lerok digabung

melibatkan sekelompok orang sebagaimana

dengan besutan.

teater modern.

Mereka ada yang berperan

sebagai

sutradara,

4. Periode Lerok dan Ludruk
Tahun 1930-1945 perkembangan ludruk

pemusik/nayaga/panjak,

pemain,

pesinden,

pengatur

berlangsung cukup menggembirakan. Telah

peralatan panggung, serta pengatur lampu.

berdiri kelompok kesenian ludruk di beberapa

Adapun struktur pertunjukan atau urutan

daerah. Kesenian ludruk mulai banyak digemari

permainan ludruk yang standar adalah seagai

masyarakat. Pertunjukan ludruk dipentaskan di

berikut: 1. Tari Remo, 2. Kidungan, 3. Bedayan,

mana- mana sekalipun saat itu ludruk sudah

4. Lawakan, dan 5. Lakon.

dianggap berbahaya karena dalam parikan,

Kembali ke Lakon “Susi Duyung” Ludruk

kidungan, dan dialognya sudah mengarah pada

Budhi

kritik sosial. Namun, pementasan ludruk saat itu

mendeskripsikan keberadaan kelompok Ludruk

memang belum menggunakan panggung. Kasus

Budhi Wiaya, kajian ini bertujuan untuk

dipenjarakannya Cak Durasim oleh pemerintah

mendeskripsikan lakon “Susi Duyung” dari

kolonial Jepang dengan parikan “Bekupon omahe

perspektif feminisme, terutama yang terkait

dara, melok Nippon tambah sara” (Bekupon rumah

dengan bentuk berjuangan tokoh Susi dalam

burung dara, ikut Nippon tambah sengsara) juga

bidang sosial, politik, pandangan tokoh lain dan

terjadi pada periode ini.

masyarakat terhadap tokoh Susi, serta pesan

5. Periode Ludruk Setelah Proklamasi

moral yang terkandung dalam lakon tersebut.

Tahun
perkembangan

1945-1965
ludruk

adalah

setelah

Wijaya.

Di

samping

untuk

periode

Sumber data penelitian ini direkam secara

proklamasi.

langsung dari pertunjukan di Bentara Budaya

Ludruk pada periode ini sudah dipentaskan di

Yogyakarta

panggung. Masyarakat harus menanggap atau

ditranskripsikan, kemudian diterjemahkan dari

membayar

bahasa Jawa dialek Jombang-Surabaya ke bahasa

jika

menginginkan

pertunjukan

tanggal

9

September

2015,

digelar.

Indonesia. Untuk melengkapi informasi terkait

6. Periode Orde Baru -sekarang

Ludruk Budhi Wijaya dilakukan wawancara

Seni ludruk pada periode ini dimulai
tahun 1965 sampai sekarang, periode ini banyak

dengan

pimpinan,

para

pemain,

serta

Sindhunata.

mengalami perkembangan baik di bidang musik
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 71

lain untuk mempertahankan perempuan dalam

Wacana Feminisme
Wacana feminisme juga dihadirkan oleh
lakon “Susi Duyung”.

Ketika isu gender

posisi lemah dengan menolak

pendidikan dan pekerjaan sebagai alat untuk

mengemuka, ludruk hadir dengan kisah yang

memperoleh

mengangkat

ekonomi.

heroisme

seorang

perempuan.

mereka dalam

Sampai kini isu-isu jender memang tetap aktual.

kekuasan

Tentu

sosial

saja

politik

perempuan

dan
harus

Persoalannya bermula dari peran dan kedudukan

memperjuangkan posisinya.

perempuan dalam masyarakat yang dinilai belum

inferior,

setara dengan laki-laki. Perempuan sering

menaikkan posisi mereka dalam keluarga dan

diidentikkan dengan figur yang lemah sehingga

masyarakat melalui kombinasi inisiatif dan

sering

prestasi

dipinggirkan

dalam

percaturan,

perempuan

individual

Karena dianggap

berhak

(Agger,

menggugat

2014

:

215).

perempuan itu inferior dan laki-laki itu superior.

Kesempatan yang diberikan kepada perempuan

Domestifikasi

guna mengenyam pendidikan seperti laki-laki

perempuan

inilah

yang

menyebabkan mereka tidak berkembang.

merupakan

Persoalan mendasar dalam teori feminis
modern

bertolak dari pertanyaan “Dan

bagaimana dengan perempuan?” Pertanyaan itu

cara

untuk

mengembangkan

kapasitas rasional dan moral perempuan. Hal ini
nantinya berpotensi menjadikan perempuan
menjadi manusia yang lengkap (Tong, 1998:20).

lantas dikembangkan untuk menjadi pijakan dan
arah teoretisnya, yaitu: Di mana perempuan

Profil Ludruk Budhi Wijaya

berada dalam situasi yang diteliti? Mengapa

Pada tahun 1980-an, ketika kesenian

perempuan tidak diberi peran? Bila diberi peran,

ludruk banyak diminati, seorang Bayan bernama

apa

lakukan?

Manan, asal Kecamatan Kudu, Kabupaten

Bagaimana mereka mengalami situasi? Apa yang

Jombang mendirikan kelompok Ludruk Warna

mereka sumangkan untuk itu? Apa artinya itu

Jaya.

bagi mereka? (Ritzer dan Goodman, 2004:404).

pimpinan mengangkat seorang bernama Sahid

yang

Secara

sebenarnya

luas,

mereka

kritik

sastram

feminis

Bayan

Manan sebagai

pemilik

dan

untuk menjadi asistennya. Sahid yang menjadi

mengamati cara sastra dan produk udaya lain

asisten

memperkuat

tekanan

pertunjukan ludruk secara berkeliling dari

ekonomi, politik, sosaial, dan psikologi terhadap

tempat satu ke tempat lainnya yang disebut

perempuan

nobong.

atau
(Tyson,

melemahkan
1999:81).

Menurut

pandangan kaum feminis, keyakinan bahwa laki-

Bayan

Manan

melakukan

strategi

Setelah Ludruk Warna Jaya dikenal

laki lebih superior dari perempuan digunakan

masyarakat

untuk membenarkan

manggung untuk acara pernikahan, khitanan,

dan mempertahankan

monopoli laki-laki atas posisi-posisi kekuasaan

dengan

banyaknya

pesanan

dan sedekah desa, muncul

dalam ekonomi, politik, dan sosial, dengan kata
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 72

konflik antara Manan dan beberapa pemain

ludruk, akan tetapi Budi Sumadi tetap bersikeras

ludruk berkenaan dengan pembagian honor

memintanya. Untuk menghindari konflik yang

yang dirasa kurang dari kesepakatan awal. Untuk

berkepanjangan,

menutupi

dan

ludruk tersebut kepada Budi Sumadi dan

pimpinan ludruk, Sahid memberikan honornya

selanjutnya Sahid mengganti nama ludruknya

kepada beberapa pemain ludruk dengan tujuan

menjadi Budhi Wijaya dengan harapan bahwa

agar konflik tersebut tidak berkepanjangan. Pada

ludruk baru yang dibentuk oleh Sahid ini lebih

tahun 1982, konflik antara pemain ludruk

eksis dan lebih erjaya dibandingkan dengan

dengan

ludruk yang sebelumnya.

ketidakharmonisan

pimpinan

ludruk

pemain

semakin

parah,

Sahid

memberikan

nama

sehingga beberapa dari pemain ludruk memilih

Ludruk Budhi Wijaya yang berdiri pada

untuk keluar dari Ludruk Warna Jaya dan

tahun 1987 memiliki formasi anggota tetap,

mendirikan ludruk sendiri.

yakni posisi pelawak diduduki oleh Budi, Inung,

Sahid

selaku asisten BayanManan

Sampirin, Taji, Sampe, Sulabi, Amin, serta

diminta oleh beberapa mantan pemain Ludruk

Konting

Warna Jaya untuk menjadi pimpinan ludruk baru

tersebut.Posisi sutradara tetap diduduki oleh

tersebut.

belum

Agil Suwito. Agil Suwito selaku partner Sahid

berpengalaman dalam memproduksi cerita atau

yang bertindak sebagai ketua rombongan dan

lakon dalam ludruk, disarankan oleh istrinya

sutradara dalam Ludruk Budhi Wijaya, ternyata

(Sumi’a) untuk menggandeng Agil Suwito

mampu mengantarkan ludruk tersebut menjadi

menjadi ketua rombongan sekaligus sutradara

salah satu ludruk yang cukup digemari dan

dalam ludruk baru yang diberi nama ludruk Budi

ditunggu oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut

Jaya.

terbukti, pada setiap acara kegiatan nobong,

Sahid

yang

saat

itu

sebagai

pengepur

dalam

adegan

Ludruk Budi Jaya juga melakukan

jumlah kursi yang disediakan selalu penuh,

kegiatan nobong untuk memperkenalkan kepada

bahkan ada penonton rela duduk berdesakan

masyarakat. Setelah terbilang sukses dengan

demi melihat pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya

padatnya kegiatan manggung, pelawak Budi

tersebut.

Sumadi

dan

menyutradarai ludruk juga dibuktikan dengan

berencana mendirikan ludruk sendiri. Budi

kemenangan Ludruk Budhi Wijaya dalam

Sumadi juga secara tegas meminta nama Ludruk

festival ludruk pada tahun 1987 di Jombang.

memilih

untuk

keluar

dari

Kepiawaian

Agil

Suwito

dalam

Budi Jaya kepada Sahid dengan alasan bahwa
nama

tersebut

merupakan

hasil

dari

Anggota Ludruk Budhi Wijaya pada

pemikirannya. Sahid sebagai pemimpin Ludruk

tahun 2015 sekitar 58 orang. Anggota tersebut

Budi Jaya awalnya menolak permintaan tersebut

memiliki peran yang berbeda, yaitu pelawak,

dengan alasan bahwa nama itu merupakan hasil

sutradara, travesti, pengrawit, pemain pria,

pemikiran bersama para anggota kelompok

pemain perempuan, pemain laga, dan tenaga
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 73

kasar. Travesti timbul karena adanya aturan
yang

membatasi

pergaulan

laki-laki

dan

perempuan dalam satu panggung, sementara
lakon yang ditampilkan membutuhkan peran
wanita. Hal ini membuat pria berdandan sebagai
wanita

dalam

pementasan

ludruk.

Tabel 1
Daftar Keanggotaan Ludruk Budhi Wijaya
Jombang
Tahun 2015
N
Jabatan
o

Nama

Umur

an

Dalam
Didik

42

wanita asli, tetapi posisi travesti tetap ada.

Purwan

Tahun

Pengrawit atau panjak bertugas memainkan

to

perkembangannya peran wanita dilakukan oleh

gamelan selama pementasan ludruk. Tenaga
kasar

bertugas

menyiapkan

peralatan

1.

2.

Ninik C

38

Sarjana

Ketua

SMK

Bendahar

Tahun

dan
3.

dekorasi panggung.

Pendidik

Kiki Ari 32

a
Sarjana

Publikasi

SMP

Pemain

SMP

Pemain

SMP

Sutaradar

Tahun
Ludruk Budhi Wijaya termasuk paling

4.

Sulabi

Tahun

ramai pementasannya dibanding ludruk lain di
wilayah Jombang.

Dengan memberikan

5.

Kentut

nyanyian-nyanyian,

tari

ular,

62
Tahun

penambahan-penambahan dalam pementasan
ludruk seperti kur pembukaan pementasan.

57

6.

campur

Yadi

52

Boi

Tahun

a/
pemain

sari,bedayan, dan terkadang juga diberi atraksiatraksi tergantung permintaan pengundang.

7.

Murni

43

SMP

Pemain

SMA

Pemain

SD

Pemain

SD

Pemain

32

Mahasisw

Pemain

Tahun

a

39

SMA

Pemain

SMA

Pemain

Tahun
Untuk

biaya

penyewaannya,

ludruk

8.

Inge

Tahun

Budhi Wijaya mematok harga sekitar 15 jutaan
tergantung pula lokasi pementasannya. Waktu
pementasan

ludruk

bervariasi,

41

9.

Tarji

52
Tahun

tergantung

tempat pementasannya. Peningkatan kualitas

10

dilakukan pada anggota Ludruk Budhi Wijaya

.

Junior, bentukan yang anggotanya adalah anak-

11

anak. Ini adalah salah satu usaha pengaderan/

.

regenarasi agar kesenian ludruk tidak mati.

12

Merri

Tahun
Kukun
Hana

.
13
.

56

Tahun
Joko

43
Tahun

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 74

14

Asrul

.
15

Deni
Sokran
Eko
Yayan
Toha
Sarwo
Sutris
Yanto
Dulloh
Sokran
Sujarno
Anwar

SMA

Pemain

49

SMP

Pemain

52
52
50
56
54
52
38

Tahar

49

SMP

Pemain

SMP

Pemain

SMP

Pemain

.

52

SD

Panjak

Marson

47Tah

.

o

un

30

Ponima

46

.

n

Tahun

34

SD

Panjak

SD

Panjak

SD

Panjak

SMP

Panjak

Rubiah

Panjak
Panjak

h

37

Lik Ana 42

Panjak

Lumint

45

.

o

Tahun

39

Wantor

43

.

o

Tahun

40

Darmaji 42
Wahyu

44

SMP

Sinden

SMP

Sinden

SMP

Sinden

SMP

Panjak

SMA

Panjak

SMA

Panjak

SMA

Panjak

SMA

Penari

Tahun
Lik

42

.

Asih

Tahun

44

Ernawa

43

.

ti

Tahun

45

Umi

45

.

Hani

Tahun

46

Santiah

43

.

Sinden

Tahun

43

49

SMP

Tahun

38

48

Sinden

Tahun

Remo
SMA

Marlik

37

SMA

54

Penari
Remo

SMA

Penari
Remo

SMP

Tahun
Jumari

Penari
Remo

Tahun

.
SMP

42

.

.
SMA

42

Sumarla 46

47

SMP

Tahun

.
SMP

45

36

42

Panjak

Tahun

.

Tahun

29

Pretti

.

Tahun
Sumadi

33

SMP

Tahun

.

Tahun

.
28

35

Nuriah

.

Tahun

.
27

Pemain

Tahun

.
26

SMP

Tahun

.
25

45

32

52
Tahun

.

Tahun

.
24

Pemain

Tahun

.
23

SD

Tahun

.
22

52

Jumali

.

Tahun

.
21

Pemain

Tahun

.
20

SMA

Tahun

.
19

41

31
.

Tahun

.
18

Pemain

Tahun

.
17

SMA

Tahun

.
16

38

Penari
Remo

SMP

Pemain

SMP

Pemain

Tahun
Jumain

45
Tahun

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 75

50

Suhar

43

.
51

47

.
52

Gimen

52

Wahab

43

Kasma

54

.

n

Tahun

55

Yoga

30

.
.

Pemain

41

Ajis

39

SMA

Pemain

.

42

Salah satu usahanya adalah dengan menampilkan
Duyung” adalah contoh
mengemas

SMP

Pemain

cerita

konkret untuk

menjadi

menarik

dan

kontekstual.
Dalam lakon “Susi Duyung” dihadirkan

SMA

Kru

sosok bernama Susi sebagai perempuan yang
kuat, tidak lemah.

SMA

Kru

Susi hadir sebagai hero

dalam menegakkan keadilan sosial

saat

berhadapan dengan kekuasaan yang menjerat.
SMA

Kru

Masalah sosial adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan

Tahun
Agung

ini ingin mengembalikan

cerita atau tema yang menarik. Lakon “Susi

Tahun

.
58

SMP

Tahun
Parman

luhur. Kelompok

penggemar ludruk yang sudah menurun jauh.

Tahun

54

57

Pemain

Tahun

.

56

SMP

Tahun

.
53

kelompok ludruk yang mempunyai cita-cita

Tahun
Huda

Ludruk Budhi Wijaya adalah salah satu

Pemain

SMA

Kru

berbagai problemnya. Dalam konteks cerita
“Susi

Tahun

Duyung”

berhubungan

masalah

dengan

keadilan

pemaksaan

sosial
kepada

Perjuangan Tokoh Susi Menegakkan

masyarakat nelayan untuk menjual ikan kepada

Keadilan Sosial

Lurah Broto dengan harga murah. Intimidasi

Dalam cerita ludruk sering disisipkan

dikenakan kepada masyarakat yang tidak tunduk

kritik sosial dalam bentuk komedi ringan dengan

pada

mengangkat kejadian yang sedang terjadi di

dijadikan piranti oleh Lurah Broto untuk

lingkungan sekitar pada saat itu. Ludruk

menangguk

berfungsi sebagai penyalur aspirasi masyarakat.

koruptif.

Anggota

Broto dikategorikan sebagai korupsi politik.

masyarakat

yang

tidak

memiliki

keberanian dan kesempatan untuk bericara

kekuasaan

Lurah

keuntungan

Broto.

Kekuasaan

ekonomi

secara

Dalam kajian korupsi sikap Lurah

Keterkaitan antara peran perempuan dan

menjadi terwakili. Itu adalah salah satu penyebab

perjuangannya di bidang keadilan

sosial

yang menjadikan ludruk diminati masyarakat.

dikedepankan dalam kisah “Susi Duyung”.

Tetapi, kritik yang dilontarkan dapat menjadikan

Perempuan bukanlah

ludruk dianggap berbahaya pada saat era

belakang. Peran perempuan menjadi sentral

penjajahan. Ludruk dilahirkan untuk menjadi

dengan ikut berjuang di garis depan, bahkan

media dalam mengungkapkan suara hati rakyat

menjadi inisiatif dan memimpin masyarakat.

bawah.

Peran perampuan juga tidak hanya menguntit

tokoh yang berada di

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 76

dalam isu-isu sosial dan menjagakan adanya

selayaknya” mengambil inisiatif atau bertindak

perubahan. Perempuan bisa menduduki wilayah

sebagai pemimpin.

kepemimpinan dalam melaksanakan perubahan.

ketidakpercayaan, terhadap sosok perempuan

Dalam

lakon “Susi Duyung” digambarkan

bernama Susi. Tokoh Susi digambarkan sebagai

tokoh Susi sebagai perempuan yang progresif,

tokoh yang mempunyai rasa kepedulian sosial

bukan perempuan yang melekat dengan ciri khas

yang tinggi, ikut membantu nasib para nelayan

yang lemah dan inferior. Perjuangan untuk

yang ditindas oleh Lurah Broto. Rasa keadilan

menegakkan keadilan sosial tampak pada dialog

sosial Susi tergugah. Jawaban perempuan itu

185-191 Babak VII.

sangat tegas, “Meskipun aku perempuan, tapi

Susi tiba-tiba datang menhampiri para nelayan di tepi

tekadku besar. Aku ingin menegakkan keadilan

laut

di Desa Ngliyep.”

Susi

: Saudaraku, aku memang

Dalam

sudah

Ada keraguan, mungkin

cerita

terdapat

bahwa

yang

perempuan

itu

mengerti, jika Lurah Broto itu bejat

menunjukkan

kelakuannya. Yang pertama, Anda

diremehkan. Tokoh Susi tidak mundur, tidak

disuruh setor hasil tangkapan ke dia,

patah semangat. Dengan adanya anggapan

jika tidak setor disuruh keluar dari

bahwa dia hanya seorang perempuan yang tidak

Desa Ngliyep. Kedua, jika setor dibeli

pantas memimpin berjuang, Susi semakin ingin

dengan harga murah di bawa standar.

membuktikan pada masyarakat, jika diberi

Nelayan 1 : Iya, Mbak Susi.

kesempatan dia

Susi

Dialog 201-204 pada

: Aku punya tekad.

Nelayan 3 : Gimana, Mbak Susi?

menunjukkan

Susi

perempuan.

: Aku sumpah dalam hatiku.

Nelayan 1 : Sampeyan itu perempuan loh, Mbak.
Susi

dialog

: Meskipun

aku

perempuan,

Cak Ram

tapi

nelayan,
Susi

butuh

Cak Ram :

Ayo

bersama-sama

kekuatan.Nanti

sikap

meremehkan

agar

tidak

setor

tangkapan ke Lurah Broto?

keadilan di Desa Ngliyep. Tapi aku ya
sampeyan.

adanya

Babak VII juga

: Susi, kamu memimpin semua para

tekadku besar. Aku ingin menegakkan
pertolongan

akan mampu melakukannya.

:

nyusun

Iya, itu benar!
Kalau begitu kamu memang yang
memimpin, sebelum kamu menghadapi

aku yang paling

Lurah

depan menghadapi Lurah Broto.

Broto,

kamu

harus

menghadapi aku dulu.
Susi

:

Oh begitu, seumpama aku tidak bisa

Pada dialog di atas tampak bahwa tokoh

menggulingkan kewibawaan Lurah

Nelayan 1 melontarkan kalimat “Sampean itu

Broto, lebih baik aku tidak tinggal

perempuan loh, Mbak.” Makna tersembunyi dari

lagi di sini.

kalimat

itu

adalah

perempuan

“tidak
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 77

Tokoh Susi dalam lakon “Susi Duyung”

Kekuasaan bukanlah hal yang tunggal.

ingin membuktikan bahwa peran perempuan

Kekuasaan selalu dibangun dari sistem untuk

dan laki-laki dalam berjuang adalah sama, yang

menggerakkannya. Pemimpin dalam berbagai

membedakan hanya biologisnya. Ada tekad yang

tingkatan, termasuk desa, memiliki perangkat

sangat kuat dalam posisinya sebagai hero,

struktural untuk

bahkan sanggup meninggalkan tempat itu jika

Dalam lakon “Susi Duyung” dimunculkan tokoh

tidak berhasil.

Cak Ram sebagai pendukung Lurah Broto.

Terdapat anggapan
bahwa

perempuan

kemampuannya

dalam masyarakat

harus

dahulu

membuktikan

sebelum

menggerakkan operasinya.

Tidak terlalu jelas posisi Cak Ram dalam
struktur pemerintahan di Desa Ngliyep. Cak

diberi

Ram adalah juragan ikan yang menampung ikan

Karena prasangka

dari para nelayan dan menjadi kepanjangan

tersebut kepercayaan tidak diberikan kepada

tangan Lurah Broto. Sudah menjadi kelaziman

perempuan

tidak

bahwa seorang pemimpin memiliki pengikut

berkembang.

yang sekaligus menjadi pengaman personalnya.

kepercayaan lebih luas.
sehingga

mendapatkan
Akhirnya

haknya

banyak

perempuan
untuk

potensi

dan

prestasi

perempuan tidak muncul.

Cak Ram merangkap body guard alias tukang
pukul Lurah Brotol. Karena alur cerita ludruk

Meski punya tekad yang kuat, tokoh Susi

juga menghendaki pertikaian untuk menuju

beruntung tidak terjebak pada sikap terlalu

klimaks, tokoh Susi pun didesain sebagai

percaya diri. Dia sadar bahwa tanpa orang lain

superhero yang harus berani meladeni pertikaian

perjuagannya juga tidak akan berhasil. Susi tetap

fisik dengan Cak Ram. Dunia fiksi memang

berharap kepada masyarakat, “Tapi aku ya butuh

demikian. Kita mengenal tokoh Srikandi dalam

pertolongan

bersama-sama

dunia pewayangan sebagai superhero. Fiksi

nyusun kekuatan. Nanti aku yang paling depan

modern yang berbentuk film juga menghadirkan

menghadapi Lurah Broto.”

perempuan

sampeyan.

Ayo

Berdasarkan kutipan data di atas, terdapat

kejahatan

superhero
seperti

untuk

Wonder

memberantas

Woman,

Black

beberapa hal yang perlu ditegaskan terkait

Widow, Mrs.Marvel, The

perjuangan tokoh Susi dalam menegakkan

Chavez, X-23, Zatanna, Black Canary, Rogue,

keadilan sosial. Tokoh Susi

menunjukkan

Jean Grey/Phoenix, Storm, Kitty Pryde, She

bahwa sikap Lurah Broto sebagai pemimpin

Hulk, Cat Woman, dll. Tokoh Susi dalam “Susi

tidak layak karena memaksakan kehendaknya

Duyung” adalah perempuan superhero dalam

sendiri dan disertai ancaman. Tokoh Susi juga

ludruk. Dia siap bergelut untuk menjalankan

mengajak masyarakat untuk tidak menjual ikan

misi keadilan sosialnya seperti tampak pada

kepada Lurah Broto dan menjadi pemimpin

Babak X dialog 259-261.

dalam

Susi

menggulingkan

jabatannya.

Lurah

Broto

dari

Wasp, America

: Dibunuh? Kalau gitu menyingkirlah aku

yang menghadapi.
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 78

Darmo

: Loh kok sok berani kamu, Dik?Belum-

hingga

terendah,

dari

negara mendapatkan amanat publik untuk

mau kamu atasi
:Sampeyan

tertinggi

kepresidenan hingga kelurahan. Penyelenggara

belum aku disuruh menyingkir,
Susi

tingkat

jangan

meremehkan

aku,

mengendalikan pemerintahan. Jabatan yang

meskipun aku perempuan aku

mereka pegang juga merupakan jabatan publik

tidak takut sama Lurah Broto dan bolo-bolonya.

sehingga membedakan ranah pribadi dan ranah
publik menjadi keharusan dalam pelaksanaan

Dari

bagian

pertikaian

yang

mulai

tugas dan wewenang.

menanjak itu tokoh Susi digerakkan menuju

Jabatan para penyelenggara negara juga

pertikaian yang lebih nyata melalui konflik fisik.

merupakan jabatan politis.

Bagian ini menunjukkan bahwa perempuan

melakukan korupsi, perbuatan tersebut dapat

dalam pertikaian fisik dapat mengalahkan laki-

masuk korupsi politis. Korupsi politis pada

laki (Babak XI dialog 284-289).

umumnya melibatkan penyelenggara negara dan

Darmo : Yasudah, gak pakai lama ayo bersama-sama

jaringannya, mulai dari pengurus partai politik,

menggulingkan

anggota parlemen, jajaran birokrasi pemerintah,

Lurah Broto. Nelayan, penduduk,

serta

dari korupsi Lurah Broto.

penyelenggaraan negara. Pemerintahan desa

:

Dari

keinginan

rakyat

mari

yang

terkait

mereka

petani, semua protes gowo tulisan selamatkan rakyat
Bayan

unsur-unsur

Ketika

dalam

adalah bagian terkecil dari struktur negara dan
politisnya.

menggulingkan Lurah Broto.
(Cak Ram mendadak muncul diantara
perbincangan mereka)

Korupsi politik (political corruption) tidak
terhindarkan

karena

adanya

unsur

Cakram

: Susi masih hidup kamu?

penyalahgunaan kewenangan atau jabatan publik

Susi

: Matamu masih bisa melihat kan aku

demi kepentingan atau keuntungan pribadi.
Konsep ini membedakan antara ranah privat

masih hidup.
Cakram

: Aku tetep gak trima kalau kamu masih

(kepentingan umum) secara tegas (Kristiadi,

juga mimpin para nelayan
Susi

(kepentingan individual) dan ranah publik

:Cakram kamu pernah membuat aku sakit

2009:444) Menurut Mark Philp, elemen-elemen

hati, sampai aku pingsan di pinggir

yang harus dipenuhi sebagai tindakan korupsi

Laut, sekarang kutantang. (Cak

politik adalah adanya: 1) pejabat publik (A), 2)

Ram kalah)

merusak percayaan yang diberikan oleh publik
(B), 3) dengan cara menggerogoti kepentingan

Perjuangan Tokoh Susi Melawan Korupsi

umum, 4) meskipun menyadari bahwa tindakan

Politis

tersebut keliru mengingat perbuatan tersebut
Politik

terkait

berbagai

hal

dalam

penyelenggaraan negara atau pemerintahan, dari

dengan jelas

mengeksploitasi jabatan

untuk

kepentingan pribadi serta bertentangan dengan
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 79

regulasi dan standar etis perilaku pejabat publik

Lingkaran institusi politik, meski di

dan budaya politik, 5) tindakan tersebut

tingkat desa, dengan kekuasaan yang ada terkait

menguntungkan pihak ketiga (C) yang difasilitasi

erat dengan keuntungan ekonomis. Politik uang

sehingga

terhadap

menjadi tema yang tidak pernah usang sepanjang

kebijakan dan kemudahan pelayanan yang tidak

sejarah politik. Pragmatisme dunia politik

diperoleh orang lain (Kristiadi, 2009:445).

menjadikan

Fenomena korupsi politis itu tampak pula dalam

mempertahankan kekuasaan dan selebihnya

lakon “Susi Duyung” pada Baba IV dialog 86-

dinikmati secara pribadi.

dia

mempunyai

akses

97.

korupsi

sebagai

modal

untuk

Dalam lakon “Susi Duyung” tampak

Broto

: Perangkat di Desa Ngliyep kalau

Darmo. Babak VI dialog 170-172 menunjukkan

minggat.
: Hee Carik, tanpa disuruh minggat

niat buruk Broto untuk memaksa nelayan. Pada
dialog 290-293 Babak XI menunjukkan sikap

tanpo di cutik seperti cacing
aku gak sudah di sini (marah, masuk)
Broto

yang dilakukan oleh

Broto setelah dia mengambil alih jabatan dari

gak se ide sama aku tak suruh
Bayan

adanya korupsi politis

: Satu persatu perangkat di sini bakal

diganti

Broto dalam penyalahgunaan jabatan publik
yang dilakukannya.
Broto

: Ji, Tarji umumkan ke semua nelayan

Tarji

: Peganggu desa

Ngliyep, kalau hasil ikan mereka

Broto

: Perangkat lama diganti perangkat

mau harus dijual ke aku. Kalau dijual ke orang lain

baru

mau gak

aku usir

Tarji

: Oh jelas.

Broto

: Mulai hari ini umumkan mau gak

dari Ngliyep.
Tarji

:Ya Gus, saya berangkat sekarang.

mau lurah di Ngliyep aku.

Broto

: Ya begini sekalian. Soal dosa besar

Tarji

dipikir belakang.

: woow penduduk Ngliyep carik Broto

.............

sekarang menggantikan
Lurah Darmo. Yang Setuju kukasih beras yang gak

Broto

setuju

dipikir belakang.

Broto

minggat saja.
: Mulai hari ini sebarkan undang-

undang desa diganti. Bikin
surat yang dulu Gratis sekarang bersyarat

: Jadi penguasa memang enak, soal dosa

Tarji

: Jelas.

Broto

: Hawanya hari ini luar biasa panas, aku

mau keluar sebentar ya, Ji.

Tarji

: Oh begitu

Tarji

Broto

: Iya, mencari uang yang dulu habis

demi langkah selalu

Tarji

: Iya bener jadi lurah sekarang habis

banyak. Selisih satu habis

: Jadi penguasa memang enak, langkah
membawa wibawa tukang sayur lewat

uang satu milyar
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 80

Konteks kutipan terakhir di atas adalah
Broto telah berkuasa sebagai lurah di Desa

Ranah kesenian rakyat ini tahu persis untuk
siapa cerita itu disuguhkan.

Ngliyep. Dari jabatan itulah dia memaksa para
nelayan untuk menjual ikan padanya dengan

Pengukuhan Tokoh Susi sebagai Pemimpin

harga murah dan disertai ancaman bagi yang

Perjuangan perempuan dalam upaya

menolak. Korupsi karena jabatan politis inilah

kesetaraan jender menjadi isu yang sampai saat

yang dilawan oleh tokoh Susi. Konsekuensinya,

ini tetap aktual. Wacana tentang itu terus

perjuangan Susi adalah perjuangan politis.

disuarakan para aktivis jender dan feminis dalam

Data di atas menunjukkan adanya

berbagai ranah, khususnya ranah sosial politik.

penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh

Tentu perkembangan

unsur birokrasi penyelenggara negara. Amanat

baik dari waktu ke waktu. Banyak tokoh

publik dipergunakan untuk mencari keuntungan

perempuan

pribadi.

ditekuninya.

Kekuasaan

yang

lebih

tinggi

isu jender itu semakin

berprestasi

di

bidang

yang

Di zaman yang serba modern

diidentikkan dengan kewenangan tak terbatas

seperti ini, peran perempuan

terhadap yang di bawah. Bahkan, ketika terkait

memang tidak lagi tertindas. Sebagian besar

dengan

perempuan sudah mendapatkan hak-hak yang

keuntungan,

risiko

dosa

tidak

seharusnya

dipedulikan, “Soal dosa dipikir belakang”.

seharusnya

Tindakan Broto semakin melebar karena Tarji

berkembang, berprestasi, juga menyuarakan

ditarik ke jaringannya untuk kepentingan yang

pendapatnya.

sama.

dimiliki,

seperti

hak

untuk

Salah satu bidang yang paling tampak
Ludruk adalah kesenian rakyat

yang

adalah ketika perempuan

itu berhasil atau

tumbuh dari bawah. Cerita-cerita di dalamnya

diangkat sebagai pejabat publik dan bersentuhan

umumnya memberi pesan yang jelas dan tidak

secara langsung dengan dunia politik, misalnya

berbelit-belit. Ini adalah representasi karakter

menjadi kepala daerah, menteri, atau presiden.

rakyat kecil tempat ludruk dilahirkan. Karakter

Di

itulah yang juga dimiliki oleh tokoh Susi dalam

perempuan yang menjadi wakil rakyat. Peran

lakon “Susi Duyung”. Manifestasi perjuangan

perempuan dalam politik semakin hari semakin

politik Susi juga tidak dikemas dalam bentuk

terlihat.Peran laki-laki dan perempuan bisa

diskusi-diskusi atau wacana yang panjang-lebar.

saling menggantikan. Selama perempuan diberi

Penaklukan terhadap lawan secara fisik menjadi

kesempatan dan kepercayaan untuk berkembang

bukti

tentu mampu menggantikan posisi laki-laki

nyata

dalam

menilai

keberhasilan

perjuangan. Susi dicipta sebagai tokoh superhero
yang senantiasa menang juga bagian tak
terpisahkan dari perjuangan politis ala ludruk.

lembaga

legislatif

uga

telah

banyak

sesuai dengan kodratnya.
Lakon “Susi Duyung”
menempatkan
pemimpin.

posisi

tampak ingin

perempuan

sebagai

Alur ceritanya mengarah ke

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 81

perjuangan tokoh Susi untuk mengambil peran

semua sehat dan banyak rejeki karena

sebagai pemimpin yang mumpuni dan tegas.

perjuangane Susi Duyung.

Pesan paling penting pada cerita terletak di
ending atau akhir kisah. Di sanalah segala misi
atau

Jika di perhatikan sikap dan pandangan

pesan dapat disimpulkan. Kisah “Susi

tokoh Darmo terhadap tokoh Susi dalam data

Duyung” ditutup dengan alur tertutup, yaitu

di atas memang terlihat nuansa berbeda. Dalam

diselesaikan dengan sangat tegas. Penonton

dialog

tidak perlu lagi menafsirkan karena

kemampuan

sudah sangat jelas.

Berikut adalah kutipan dari

perlawanan yang dilakukan Darmo, Susi sudah

bagian paling akhir kisah “Susi Duyung” (Babak

ingin mengatasi permasalahan sendiri. Dari sini

XI, dialo 321-329).

Darmo merasa bahwa Susi hanyalah seorang

Darmo

perempuan yang dengan banyak keterbatasan,

: Anda ingat semua ya , saya dan

Susi

Darno

karena

meragukan

sebelum

takut

Meskipun perempuan yang anak Ngliyep, bisa

mengahadapi

Broto

yang

sudah

mengancam hidupnya.

utama, karena bisa

Dalam data yang dikutip terakhir, tokoh

menegakkan keadilan.
Penduduk: Hebat hebat hebat.

Darmo

Darmo

depan penduduk Desa Ngliyep,

:

terjadi

namun Susi melakukan pembelaan dan tidak

Anda ikut berjuang. Lah ini, Susi.
disebut wanita

sebelumnya

Lah kamu dik mulai sekarang

mengakui kehebatan Susi, bahkan di
Darmo

kupasrahi ngurus perikanan dan

mengatakan meskipun perempuan tokoh Susi

kelautan Desa iki.

mampu

Susi

penduduk Desa Ngliyep tidak lagi ditindas

:

Aku siap!

menegakkan

keadilan

sehingga

Penduduk: Setuju!

Broto.Susi adalah seorang tokoh yang pantas

Darmo

dihormati.

:

kalau da orang mencuri ikan pakai

kekaguman

kapal, masukkan saja orang

:

Darmo

saat

itu

terhadap

dengan

Susi

dan

sebagai pemimpin yang menangani perikanan

: Siap aku berani!

dan kelautan di Desa Ngliyep.

Penduduk: Setuju !
Darmo

sejak

persetujuan penduduk setempat, Susi dipercaya

Dan kapalnya ke dalam tanah
Susi

Maka,

Perjuangan

Gus Bayan dan saudara –saudara

tokoh

Susi

untuk

sekalian mari kita menjadi saksi,

menegakkan keadilan sosial dan memberantas

sejahterahnya Desa Ngliyep nantinya

korupsi politis mencapai puncaknya pada

karena Susi Duyung bisa menaikkan

kutipan terakhir di atas. Posisi Susi sebagai

kembali harga ikan agar bisa mahal, dan

perempuan superhero dikukuhkan dan diangkat

bisa mencukupi kebutuhan dan tidak

sebagai pemimpin.

ditindas

penindasan

yang

perempuan yang anak

dilakukan Broto. Mari berdoa

agar

wanita

seperti

“ Susi, meskipun
Ngliyep, bisa disebut

utama, karena bisa menegakkan
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 82

keadilan.”

Harapan

masyarakat

pun

kelompok

ini

berusaha

mengemas

ditumpukan kepadanya, khususnya masyarakat

pertunjukannya agar tetap diminati masyarakat.

nelayan.

Kerja sama dengan pihak luar dalam hal materi

terkait

Susi menjawab dengan sangat tegas
tugasnya

sebagai

pemimpin

dalam

mengurusi kelautan dan perikanan.

cerita juga dilakukan. Isu-isu sosial politik,
terutama yang berkaitan dengan kehidupan

Partisipasi masyarakat dalam kisah “Susi
Duyung” juga dikelola dengan baik oleh Susi.

rakyat kecil, terus disuarakan sebagai ciri khas
kesenian yang kritis. \

Tentu dengan gaya ludrukan yang diselingi

Lakon “Susi Duyung”, meski terispirasi

humor di sana-sini. Dukungan masyarakat

dari sepak terjang Menteri Kelautan dan

semakin kukuh

Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti, tidak

ketika Susi diangkat sebagai

pemimpin di akhir kisah.

Masalah ekonomi

tampak

adanya

nada

menjilat,

apa

lagi

nelayan menjadi prioritas dalam kepemimpinan

mengultuskannya. Kisah “Susi Duyung” terkait

Susi. Permainan harga ikan harus dihentikan.

dengan

Susi mengemban tugas itu dengan yakin.

kehidupan bernegara. Perempuan harus diberi

Muncunya sisi religiusitas pada bagian

masalah

paling akhir kisah “Susi Duyung” menegaskan

Perempuan bukanlah pihak yang

lemah

bahwa

segala-segalanya.

sehingga posisinya dipinggirkan. Di pihak lain,

Kalimat “Mari berdoa agar semua sehat dan

perempuan juga harus bisa membuktikan bahwa

banyak rejeki karena perjuangane Susi Duyung”

dirinya mampu melaksanakan tugas dengan baik.

adalah titik kesadaran bahwa ada penguasa yang

Tokoh Susi dalam kisah “Susi Duyung”,

lebih tinggi dalam kehidupan ini. Berdoa adalah

disamping terispirasi dari figur dalam kehidupan

wujud pengakuan bahwa Tuhan

nyata, keberadaannya dapat menjadi pemodelan.

yang maha

menentukan segalanya.

sama

dalam
laki-laki.

bukanlah

yang

perempuan
dengan

manusia

kesempatan

peran

Susi adalah tokoh yang punya kepedulian tinggi

Ludruk adalah kesenian rakyat. Persoalan

terhadap kehidupan rakyat kecil. Sikap tegas,

yang diangkat dan pola pikir yang ada di

pemberani, dan mau bekerja sama dengan

dalamnya merepresentasikan kehidupan rakyat

masyarakat adalah modal dalam mengabdikan

itu sendiri.

diri untuk kepentingan masyarakat.

Maka, pengukuhan tokoh Susi

sebagai perempuan pemimpin selalu dibarengi

Sebagai pemodelan, tokoh Susi adalah

dengan harapan rakyat kecil, yaitu memperbaiki

figur pemberani dan gigih dalam menegakkan

kehidupan sosial ekonomi rakyat kecil.

keadilan sosial, memberantas korupsi

yang

berakar pada jabatan politis, serta figur yang
KESIMPULAN
Ludruk Budhi Wijaya adalah salah satu

ideal

untuk

menjadi

pemimpin

dalam

menyejahterakan rakyat kecil.

kelompok ludruk yang masih bertahan hingga
kini. Sebagai pelaku kebudayaan yang aktif,
Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 83

DAFTAR PUSTAKA
Agger, Ben.
2014. Teori Sosial Kritis, Kritik Penerapan dan
Implikasinya Surabaya : kreasi wacana.

Tyson, Lois.
1999. Critical Theory Today: A User-Friendly Guide.
New York and
London: Garland Publishing, Inc.

Hefner, Carl J.
1994. Ludruk Folk Theatre of East Java; Toward a
Theory of
Symbolic Action. Hawai:
University of Hawai (Disertasi).
Kristiadi, J.
2009. “Demokrasi dan Korupsi Politik”. Dalam
Wijayanto dan
Ridwan Zachri
(Ed.). Korupsi Mengorupsi Indonesia, Sebab,
Akibat, dan
Prospek Pemberantasannya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lisbijanto, Herry.
2013. Ludruk Yogyakarta : Graha Ilmu.
Peacock, L.James.
1968. Rites of Modernization (Symbolci and Social
Aspects of
Indonesia
Proletarian
Drama). Chicago: The University of
Chicago.
Ritzer, George; Douglas J.Goodman.
2004. Teori Sosiologi Modern (Pernerjemah
Alimandan). Jakarta: Prenada Media.
Supriyanto, Henri.
1992. Lakon Ludruk Jawa Timur. Jakarta PT:
Gramedia Widisirana Indonesia
Supriyanto, Henricus.
___, Postkolonial Pada Lakon Ludruk Jawa Timur.
Malang: Banyumedia Publishing.
Tong, Rosemari Putnam.
1998. Feminist Thought Pengantar Paling
Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran
Feminis. Yogyakarta : Jalasutra.

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 84

Foto Pementasan “Susi Duyung” dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti di Jakarta, 11 Desember 2014

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 85

Foto Pementasan “Susi Duyung” dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti di Yogyakarta , 9 September 2015

Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 1 | 86