IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI
IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU
DI SMAN 2 BORONG
Oleh: Yohanes Baptista, S.Pd, M.Pd
PENDAHULUAN
Kompleksitas persoalan pendidikan menempatkan mutu
pendidikan kita pada posisi yang buruk. Badan Pusat Statistik
(BPS)
mencatat
angka
pengangguran
terdidik
bertambah
300.000 orang menjadi 7,45 juta orang per Februari 2015.
Kondisi ini seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi
pada kuartal I 2015 hanya 4,71%. Pengangguran paling besar
terjadi pada masyarakat berpendidikan dengan lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar 9,05%. Dibandingkan
dengan Februari 2014, juga ada kenaikan 1,84 poin menyusul
diurutan berikutnya adalah penganguran tingkat SMA dengan
porsentase 8,14% (Maikel Jefriando – detikfinance).
Meskipun pada tahun 2010 United Nation Development
Program (UNDP) menyatakan bahwa Human Development Index
(HDI) Indonesia mengalami peningkatan sebesar 54 persen dan
hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat 4 dalam 10 besar
Negara dengan perkembangan HDI signifikan terbesar di dunia
seperti Oman, China, Nepal, Arab Saudi, Laos, Tunisia, Korea
Selatan, Aljazair, dan Maroko. Namun kenaikan HDI itu belum
dapat mengankat posisi Indonesia yang masih dalam kelompok
Negara menegah yaitu pada posisi 108 dari 177 negara-negara
didunia.
Dibandingkan
dengan
Negara-negara
sekawasan,
seperti Thailand peringkat 92, Malaysia peringkat 57 dan
Singapur diperingkat 27
(Ashari,2014).
Hal ini
merupakan
parameter yang menyatakan masih terpuruknya kondisi social
ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi serta pelayanan
social di Indonesia.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 1
Sementara itu, kemajuan bergerak cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah meretas batas-batas yang
dulu menjadi sekat.
Interaksi dengan orang dan kebuadayaan
lain kian muda. Akses informasi menjadi gampang. Dengan kata
lain,
apa
yang
sedang
terjadi
di
belahan
dunia
tidak
membutuhkan waktu lama untuk mengetahui. Dalam banyak hal,
revolusi informasi telah “membentuk” dunia dan orientasi kita
pada dan dalam dua hal; yakni efektif dan efisien. Kita terpaksa
mengikuti irama itu. Bila tidak, maka kita hanya bisa jadi
penonton
dan/atau
korban
dari
kemajuan
tersebut.
Sederhanamya dapat dikatakan, globalisasi telah merasuk pada
berbagai sendi kehidupan kita. Terkait itu, Sujarwo (2006)
berpendapat
bahwa globalisasi akan membuka diri bangsa
dalam menghadapi bangsa-bangsa lain. Batas-batas politik,
ekonomi, sosial budaya akan semakin kabur. Dalam gambaran
dunia
yang
demikian,
persaingan
dan
kompetisi
sangat
menonjol. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi
faktor pokok yang dapat membedakan; selain banyak faktor
yang lain tentunya. Mereka yang memperoleh informasi dan
mampu merealisasikannya menjadi peluang, akan merasakan
manfaat yang paling menguntungkan.
Dalam karakteristik perkembangan yang seperti itu,
sekolah dituntut untuk menjadi “double agent”. Pada satu sisi,
menjadi benteng dan pilar nilai-nilai dan karakter,
demikian
sekolah
dituntut
mempertahankan
dengan
bangunan
(ketercapaian dunia pendidikan). Disisi lain, sekolah juga harus
menjadi motor pengerak dan lokomotif perubahan; artinya
sekolah harus juga menjadi tempat sekalikigu agen propaganda
perubahan. Dalam prakteknya lembaga pendidikan mempunyai
peran membentuk anak didik yang berkeperibadian sekaligus
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 2
peserta didik dapat bersing dengan dinamika dan tantangan
global (Miftahuddin, 2006:1).
Persoalannya, sekolah-sekolah di NTT, di Manggarai Timur
kususnya; sedang berada pada masa transisi
yang dicirikan
dengan kaburnya format dan menu pendidikan yang sesuai.
Kaburnya format dan menu pendidikan dan pembinaan tersebut.
utamanya disebabkan oleh kondisi dan fasilitas sekolah yang
“tanggung”. Disatu sisi sekolah harus berhadapan dengan
dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sisi lain
fasilitas sekolah belum berhadapan dengan keterbelakangan
fasilitas pendukung dan kompetensi PTK yang belum mumpuni.
Sesungguhnya, “galau” yang seperti itu, tidak hanya terjadi pada
level penguasaan keilmuan dan keterampilan; tapi juga pada
dimensi pembentukan sikap.
Anak-anak
jaman
sekarang
adalah
anak-anak
Net
Generation yang juga disebut generasi Z, mereka adalah digital
native
yang
tumbuh
dan
terbiasa
mengunakan
teknologi.
Sedangkan fasilitas dan juga PTK yang tersedia disekolah-sekolah
adalah digital immigrant yang terpaksa berlajar oleh tuntutan
perubahan. Karena itu, cara belajar dan dan cara pandang siswa
terhadap dunia berbeda dengan guru. Pembelajaran dengan cara
konvensional
yang
justru
dikuasi
guru,
bagi
mereka
membosankan. Dan sebaliknya, stigma “internet itu tidak baik”
menguat dikalangan guru-guru, karna itu perlu dijauhkan dari
siswa-siswi. Persoalan dan benturan-benturan semacam itu, saat
ini secara mendalam mengungat program-program konvensional
yang telah mantap dalam perancanaan sekolah.
SMAN 2 Borong sebagai miniature dari masyarakat yang
plural dan jamak; tidak terlepas dari “kegalauan” semacam itu.
Karena itu, setelah melakukan analisis SWOT SMAN 2 Borong
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 3
melakukan dua pendekatan penting (terbaru) dalam konteks
pegembangan sekolah yakni; pembentukan sikap belajar dan
gerakan digital literacy. Dalam kerangka berpikir seperti itu,
target “mutu” berada pada konteks tertentu dan khas melalui
program-pogram sekolah yang terukur melalui prestasi siswa.
Tulisan best practice akan mencoba mendeskripsikan
lebih banyak soal program-program sekolah terkait dengan
pembentukan sikap belajar dan gerakan digital literacy disekolah
dari segi praktik, ketimbang teoritik. Karena itu, kutipan-kutipan
teori yang ada dalam tulisan ini hanya merupakan rasionalisasi
dari praktik-praktik yang ada di SMAN 2 Borong; ketimbang
landasan berpikir dari rencana pengembangan sekolah. Hal ini
terutama
karena
pengembangan
sekolah
lebih
banyak
berorientasi pada hasil analisis konteks, ketimbang hasil kajian
akademik dan studi-studi pustaka. Merujuk pada pembahasan
diatas, maka masalah-masalah yang akan dibicarakan dalam
tulisan ini terdiri dari dua hal sebagao berikut: (1) Bagaimanakah
menu program
unggulan di SMAN 2 Borong dalam upaya
pembentukan sikap belajar siswa; (2) Bagaimanakah upaya
sekolah dalam rangka menggerakkan digital literacy dilevel
Siswa dan`atau siswa. Maka dengan demikian tulisan ini best
practice ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan menu-menu
program unggulan yang terdapat di SMAN 2 Borong dalam upaya
pembentukan sikap belajar siswa demi tercapainya mutu sekolah
yang terukur lewat prestsi siswa. (2) Mendeskripsikan dan
menganalisis upaya sekolah dalam rangka menentaskan digital
literacy baik dikalangan guru maupun siswa di SMAN 2 Borong.
PEMBAHASAN
Program Pembentukan Sikap
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 4
Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi
perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor
lain, Yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini berarti
bahwa
kadang
kadang
sikap
dapat
menentukan
tindakan
seseorang, tetapi kadang kadang sikap tidak mewujud menjadi
tindakan. Karena itu, hasil belajar sebagai buah dari proses
belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan dengan
sikap, termasuk sikap belajar. Artinya bahwa siswa perestasi
siswa akan baik jika sikap belajarnya tepat. Hal itu dibuktikan
dalam sejumlah penelitian diantaranya; Herbiadi, dkk (2017);
Bimantara (2017); dan ratusan penelitian lain yang dapat
dijangkau secara elektronik.
Sikap itu sendiri terdiri atas tiga komponen: kognitif,
afektif, dan konatif. Komponen kognitif berupa persepsi dan
keyakinan. Komponen afektif menyangkut aspek emosional,
sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
bertindak
(Zuchdi,
1995}.
Penting
untuk
dicatat
bahwa
pembentukan sikap merupakan hal yang kompleks karena
berhubungan berkaitan dengan kebutuhan individu (fisiologis,
keselamatan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri). Karena itu
program pembentukan sikap haruslah memiliki perencanaan
yang matang, target dan arah
yang jelas, dan intensitas
kegiatan yang terukur dan terjadwal. Sikap berkaitan dengan
kebutuhan individu.
Sebagai salah satu sekolah model, dengan tuntutan
prestasi yang tinggi (baik akademik maupun non akademik),
SMAN 2 Borong menyelengarakan menyelenggarakan beberapa
program
pengembangan
sekolah
yang
berorientasi
pada
pembentukan sikap siswa. Dalam best practice ini program
program tersebut hanya di deskripsikan secara umum sebagai
berikut:
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 5
1. Program
Studi
Awal
Boarding School
Boarding school
(Model)
adalah
sistem
Pengasramaan
sekolah
dengan
asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam
lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya
satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai
menamatkan sekolahnya. Di lingkungan sekolah, para
siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh
yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan
mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan
kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih
baik dan optimal.
Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar
tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan
sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah
berasrama. Dengan demikian peserta didik terlindungi dari
hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan
film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di
sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan
pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di
atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
Kesuksesan yang dilaporkan dalam sejumlah literature
mengenai
penerapan
Boarding
School,
memunculkan
inisiatif sekolah (SMAN 2 Borong) untuk menerapkan model
yang serupa. Apalagi, berdasarkan analis SWOT sejumlah
kondisi turut mendukung penerapannya, diantaranya:
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 6
89%
siswa-siswi
SMAN
2
Borong
berasal
dari
kampung-kampung yang jauh dan tidak memiliki
rumah tinggal sendiri.
Sampai saat ini, belum ada asrama yang terkordinir
dengan baik di sekitar sekolah. Asrama-asrama yang
tersedia adalah rumah-rumah penduduk dengan
fasilitas seadanya tanpa ada program pembimbingan
yang teratur. Dengan demikian, orientasi pendirian
asrama-asrama tersebut hanya profit semata.
Sejumlah siswa dilaporkan sering berkeliaran malam
hari tanpa terjangkau pengawasan sekolah.
Merujuk pada kondisi tersebut sekolah merencanakan
pengembangan mutu melalui program Boarding School.
Diyakini dalam program tersebut prestasi belajar siswa
akan meningkat yang diinterfensi melalui pembentukan
sikap harian dan sikap belajar siswa.
Pada saat ini, kegiatan boarding school masih dalam
tahapan uji coba penerapan model. Melalui penerapan
model tersebut, sekolah dapat memiliki referensi yang
cukup untuk rencana pendirian asrama kedepan. Dalam
kegiatan
uji
coba
tersebut,
siswa-siswi
kelas
tiga
dilibatkan. Pelibatan siswa-siswi kelas tiga didasari oleh
pemikiran bahwa pelakuan uji coba ini dapat dilakukan
sekaligu dengan training center persiapan USBN dan UN.
Selain siswa, sejumlah guru-guru juga dilibatkan sebagai
Pembina yang terbagi menjadi Pembina putri, terdiri dari 8
orang ibu guru dan Pembina putra yang terdiri dari 8
orang bapak guru.
Sampai saat ini, telah dilakukan adalah pre test dan
penerapan model; sedangkan post test untuk menguji
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 7
keberhasialan dan evaluasi akan dilaksanakan pada akhir
kegiatan. Rencanannya kegiatan ini dilakukan selama tiga
bulan; dari bulan januari sampai maret. Melaui diskusidiskusi
informal,
mengalami
siswa-siswi
perkembangan
mengaku
belajar
senang
(kognitif).
dan
Tampak
bahwa perkembangan hasil belajar (progress sementara)
siswa merupakan hasil
positif dari perubahan sikap
belajar seperti (tekun membaca, rajin mengerjakan tugas,
dll); hal tersebut terartikulasi melalui pengakuan guruguru. (struktur dan jadwal kegiatan terlampir).
2. Program dan Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS)
Diketahi bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
pada tahun 2016, getol memperkenalkan gerakan literasi
di sekolah (Kemendikbud, 2016). Faktanya, gerakan ini
masih belum banyak mendapat feed back dari sekolahsekolah.
Padahal, keterampilan memahami, mengunakan dan
mereflekan bacaan baik dalam bentuk oral maupun tulisan
siswa di Indonesia sangat rendah. Hal ini dibuktikan melalui
bebera rilis hasil penelitian diantaranya; Pada tingkat
sekolah dasar (kelasIV) diuji oleh Asosiasi Internasional
untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA-the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement)
dalam Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS); Pada tingkat sekolah, diuji oleh Organisasi untuk
Kerja
Sama
dan
Pembangunan
Ekonomi
(OECD—
Organization for Economic Cooperation and Development)
dalam Programme for International Student Assessment
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 8
(PISA). Pada tahun 2012 misalanya
PISA merilis skor
membaca Indonesia adalah 396, skor ini dibawa rata=rata
(rata=rata OECD adalah 496). Dengan skor ini Indonesia
menempati urutan 64 dari 65 negara yang dilibatkan.
Karena itu, pada tingkat SMA, Kemdikbud menggagas
GLS
mencakup:
Literasi
Dasar
(Basic
Literacy),
Literasi Perpustakaan (Library Literacy),
Media
(Media
Literacy,
Literasi
Literasi
Teknologi
(Technology Literacy) dan Literasi Visual (Visual
Literacy) yang tahap-tahap kegiatannya meliputi tahapan
pembiasaan,
pengembangan
dan
pembelajaran
(Kemdikbud, 2016: 5-6).
Menyambut itu, sekolah mengintegrasikan kediatan
tersebut
menjadi
salah
satu
kegiatan
unggulan.
Pembiasaan tersebut dilakukan melalui:
Membaca 15 menit perhari (diadopsi dari kegiatan GLS
kemdikbud)
Membaca
Buku
dengan
Memanfaatkan
Peran
Perpustakaan (mengikuti kegiatan GLS kemdikbud dan
dimodifikasi oleh sekolah) kegiatan modifikasi tersebut
dilakukan
melalu
kewajiban
siswa
mengunjungi
perpustakaan paling kurang tiga kali dalam seminggu .
Kegiatan tersebut sedang belansung dan penilaan
progress-nya akan dinilai pada akhir semester.
Membaca terpandu (Guided Reading); pada gerakan ini
siswa
dibagi
dalam
perpustakaan
dan
perpustakaan
akan
membaca
yang
rombel
guru-guru
untuk
yang
memandu
pada
dasarnya
mengunjungi
bertuga
di
jalannya
kegiatan
terdiri
kegiatan;
membaca, menganalis bacaan dan memberi tanggapan
terhadap bacaan.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 9
Melalui kegiatan ini diharapakan sikap membaca menjadi
salah satu budaya sekolah.
3. Program dan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
Sekolah
Menurut
Three
Main
Factor
Theory
(www.safetyshoe.com), kecelakan yang disebabkan faktor
manusia dapat digolongkan menurut umur, jenis kelamin,
masa
kerja,
pengunaan
alat
pelindung
diri,
tingkat
pendidikan, prilaku, manajemen K3, pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja; sedangkan yang disebabkan oleh
lingkungan meliputi kebisingan, suhu udara, penerangan
dan lantai licin; dan Faktor Peralatan meliputi kondisi mesin
(kondisi fasilitas untuk sekolah) dan letak mesin (letak
peralatan untuk sekolah). Tampak jelas bahwa untuk
lingkungan
sekolah
(SMA)
hal-hal
berhubungan satu sama lain.
Sekolah bagaimanapun
juga
tersebut
tidak
salaing
terlepas
dari
konteksnya sebagai tempat mendidik dan membina siswa.
Maka, mesti dipahami bahwa sekolah adalah tempat bagi
orang-orang yang ditempah menuju pendewasaan dan
penemuan makna hidup; bukan orang dewasa.
Prilaku
siswa maupun perlakuan guru terhadap siswa menempati
posisi penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang
aman dan nyaman. Sekolah yang aman, nyaman dan
disiplin
akan
tercapai
bila
1]mengembangkan
budaya
fokusnya
pada
adalah
semua
sekolah
warga
yang
pencegahan;
sekolah:
positif
dan
2]membangun
komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil,
menerapkan azas persamaan dan inklusi: 3]mengatur dan
mengkomunikasikan
secara
konsisten
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
prilaku
yang
Page 10
diharapkan: 4]mengajar, memberi contoh dan mendorong
prilaku sosial yang bertanggung jawab yang memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah; 5] memecahkan
masalah
secara
damai
menghargai
perbedaan
dan
mengedepankan hak asasi manusia: 6]bertanggung jawab,
dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan
masalah keamanan yang penting; 7]Berkerjasama untuk
memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap
siswa
yang
lebih
lemah,
hukuman
fisik,
rasisme,
ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya:
8]Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai
insiden dan menggunakan intervensi untuk memperbaiki
kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan
dan mengembalikan rasa percaya diri; 9]berpartisipasi
dalam
pengembangan
praktek
yang
kebijakan,
mempromosikan
prosedur,
praktek-
keamanan
sekolah;
10]memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk
bukti dan peningkatan keamanan sekolah; 11] memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah
yang pencapaian sekolah yang aman, damai dan teratur
sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan (Zanwir, 2009)
Merujuk pada pembahasan diatas,
upaya preventif-
promotif dipandang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai
yang
dianut
di
dunia
pendidikan.
Sesuai
dengan
teminologinya, upaya preventif dipahami sebagai upaya
yang diambil untuk
mengurangi atau menghilangkan
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan
dimasa yang akan datang. KBBI mendefedisikan preventif
sebagai upaya bersifat mencegah (supaya jangan terjadi
apa-apa). Sedangkan promotif merupakan usaha yang
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 11
bersifat
persuasif
untuk
memberitahukan
atau
menawarkan sesuatu (produk, jasa atau gagasan) dengan
cara
yang
promotif
menarik.
dipahami
memberikan
Dalam
sebagai
pengalaman
dunia
kesehatan,
serangkaian
belajar
bagi
upaya
upaya
untuk
perorangan,
keluarga, dan masyarakat guna mempengaruhi perilaku,
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Hadjo, 2014). Maka dengan demikian upaya
preventif-promotif dapat didefendisikan sebagai upaya
memberikan pengalaman dengan cara-cara persuasive
yang bersifat mendidik agar siswa memiliki sejumlah
informasi dan/ atau prilaku mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan yang tidak diinginkan
Dalam praktiknya di SMAN 2 Borong, telah dilakukan
upaya-upaya tersebut, misalnya berupa pamflet-pamplet
yang digantung di toilet, taman sekolah, dinding kelas.
Ditoilet misalnya, terdapat pamflet berbunyi “Semua Yang
Anda
Tinggalkan
Menunjukan
Siapa
Diri
Anda
Sesungguhnya”; pamphlet ini bertujuan mengajak siswa
meninggalkan
terdapat
toilet
pamphlet
dalam
“Satu
keadaan
Pohon
bersih.
Untuk
Satu
Ditaman
Dunia,
Rawatlah” ajakan ini merupakan ajakan untuk peduli
terhadap lingkungan hidup. Selain pamphlet ada juga
sejumlah kegiatan sosialisasi yang bersifat momental.
Salah satu kegiatan yang menarik di SMAN 2 Borong
dalam konteks kesehatan dan keselamatan kerja adalah
pemberian reward kepada rombongan belajar terbaik yang
sukses menjaga keamanan, kenyamanan dan kebersihan
kelasnya. Penilaian itu dilakukan secara holistik dengan
melibatkan team kecil dari unsur guru dan pegawai.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 12
Setidaknya ada tiga tahap yang dilakukan team penilai,
sebelum kegiatan penilaian berlansung, yakni:
1. Tahap Perencanaan: Pada tahap perencanaan tim penilai
menyusun
dan
membuat
perangkat
penilaian
dan
mendata kondisi awal kelas. Kondisi awal kelas penting
untuk diketahui untuk dapat menilai kemajuan dan
kesadaran setiap angota kelas dalam menjaga kondisi
kelasnya. Data awal ini akan menjadi rujukan penilaian
akhir untuk menjawab pertanyaan seperti: kerusakan
fasilitas selama satu semester, kerajinan anggota kelas
merawat taman bunga dan pagar taman, kondisi meja
dan kursi (dicoret atau tidak), kondisi dinding kelas,
tempat sampa kelas, dan lain-lain.
2. Tahap sosialisasi kriteria. Setelah kriteria dan prangkat
penilaian
disusun,
selanjutnya
kriteria
tersebut
disosialisasi pada setiap kelas. Wali kelas dilibatkan
dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Oleh tim penilai,
diberi kesempatan tiga hari untuk mendengar masukan
dari setiap rombongan belajar terkait dengan kriteria
tersebut untuk perbaikan. Jika tidak ada masukan, maka
kriteria yang dibuat oleh tim dianggap disepakati oleh
setiap rombongan belajar.
3. Tahap penilaian: penilaian biasanya dilakukan lansung
maupun tidak lansung. Penilaian lansung, dilakukan oleh
team merujuk pada kriteria dan prangkat penilaian yang
telah disusun pada awal semester. Penilaian tidak
lansung, dilakukan dengan mendengar masukan guru
pelajaran yang mengajar disetiap kelas; hal ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi harian kelas. Misalnya, kelas
dalam keadaan bersi sebelum dan setelah kegiatan KBM
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 13
berlansung, anggota rombel menyiapkan air cuci tangan
dan sabun cuci tangan, dan lain-lain.
Guru-guru yang
menjadi wali kelas tidak akan diminta pendapatnya
untuk mencegah pendapat yang subjektif.
4. Tahap Pemilihan dan Penetapan Rombel Terbaik. Pada
tahap ini tim akan melakukan rapat pleno untuk
menetapkan kelas terbaik. Hasil dari rapat pleno akan
disampaikan pada rapat dewan guru pada evaluasi akhir
semester.
Penyampaian
hasil
penetapan
dan
juga
bersama laporan lengkap dari tim dimaksudkan untuk
dapat disahkan pada rapat dewan guru.
5. Tahap Reward. Kelas yang dianggap empat terbaik akan
diberi reward. Penentuan jenis hadia ditentukan oleh
jajaran pimpinan sekolah yang dasar pertimbangannya
diatur
tersendiri.
Jajaran pimpinan
yang
dimaksud
adalah kepala sekolah dan wakil-wakilnya.
Adapun penilaian dan penetapan kelas terbaik akan dinilai
merujuk pada beberapa kriteria umum yakni: kebersihan,
keindahan, kerapian, Inisiatif (mendekor kelas dan taman),
tanggungjawab,
(tanggungjawab menjaga fasilitas kelas
dan taman), dan aman. Secara praktis indikator sokolah
yang sehat yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Didalam kelas: 1] memiliki roster kebersihan kelas setiap
hari; 2]memiliki jadwal keja bakti kelas mingguan;
3]bertanggungjawab menjaga dan merawat mejakursi
termasuk memperbaiki jika rusak 4] kerapaian meja
kursi sebelum dan setelah pelajaran; 5] memiliki inisiatif
mendekor
kelas
dengan
poster
edukatif;
5]
menyediakan ember dan sabun cuci tangan dikelas; 6]
rajin menyapu dan mengepel lantai kelas.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 14
2. Diluar kelas: 1] memiliki tempat sampa dua jenis
didepan
kelas
(organik
dan
non
organik);
2]
bertanggunjawab merawat taman kelas; 3] berinisiatif
membuat
pagar
lingukungan
indah
depan
untuk
kelas
taman
bebas
dari
kelas;
kotoran
4]
dan
sampah
Selain itu sekolah aman akan dinilai berdasarkan hubungan
anggota kelas, yakni:
1. Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying)
baik yang berasal dari dalam lingkungan maupun luar
lingkungan sekolah
2. Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku,
agama
ras antar golongan (SARA).
3. Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang
tidak pada tempat selayaknya) dan kekerasan visual
(terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak
edukatif di lingkungan sekolah.
4. Memiliki
poster
(satu)
yang
menarik
dan
untuk
menyampaikan pesan damai dan/atau menghormati
guru dan teman
Dari apa yang dilaksanakan, kegiatan tersebut telah
mendorong
partisipasi
dan
keaktifan
siswa
menjaga
lingkungan sekolah yang sehat aman dan nyaman, yang
berujung pada penciptaan kondisi sekolah yang peduli
pada K3. Hal tersebut tampak dari beberapa indikasi
sebagai yakni: 1]berkurangnya statistik kerusakan barang
dan
fasilitas
memperbaiki
sekolah,
karena
bangku
dan
secara
kursi
mandiri
yang
siswa
rusak;
2]
berkurangnya prilaku vandalism berupa coret-coret yang
tidak
penting;
3]
berkurangnya
statistic
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
percecokan
Page 15
anatara siswa maupun siswa dan guru; 4]sekolah makin
rindang dengan tanaman bunga yang beraneka;
4. Program Pengembangan Minat dan Bakat Lainya
Selain pengembangan kegiatan diatas, program-program
konvensional yang telah menjadi capaian sekolah juga
tetap
diperhankan.
Kegiatan
tersebut
diantarannya;
kegiatan keolahragaan, rohani, music vocal dan lain-lain.
Untuk alasan penyederhanaan kegiatan-kegiatan tersebut
tidak dibahas satu persatu dalam tulisan best praktis ini,
akan tetapi hasil capaian dan prestasi-prestasi yang diraih
akan dilampirkan pada tulisan ini.
Program Digital Literacy
Melalui teori grnerasi, kita mengenal ada lima pembagian
generasi yang lahir setelah perang dunia kedua sampai sekarang
sebagaimana yang dirangkum Putra (2016}. Yang pertama
adalah Baby Boomer, berikutnya, Generasi X, generasi ini lahir
antara
Tahun
1965-1980,
Sejumlah
penelitian
melaporkan,
sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti
tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan
mencoba menggunakan ganja. Gen X rata-rata masuk dunia kerja
era 1990-an, saat terjadi berbagai perubahan besar di bidang
ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan dan transformasi dunia
industri. Watak Gen X sebagian di antaranya mencari aman.
Tingkat stress memang tinggi tetapi lebih disebabkan karena
kesibukan kerja. Banyak dari Gen X yang menunda perkawinan
hingga 35-40 tahun. Gen X memiliki kecenderungan untuk
mandiri dalam berpikir, jika tidak mampu mandiri secara
ekonomi, yang menyebabkan mereka kurang konkret dalam
beraksi
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 16
Setelah itu muncul Generasi Y (Lahir Tahun 1981-1994).
Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium.
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan
seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti
facebook-twitter. Mereka juga suka main game online.Gen Y
berusia 21 hingga 29 tahun. Mereka mendapatkan pandangan
hidup yang berbeda dari Gen X. Mereka sudah berinteraksi
dengan teknologi sejak lahir. Orang tua mulai mengajarkan
keberanian untuk berbicara, mendapatkan pergaulan di luar
lingkungan pribadi melalui saluran internet. Generasi ini dalam
ruang pekerjaan memiliki pola yang berbeda dengan generasi X.
mereka lebih fleksibel. Tidak melulu mengejar harta, tapi Gen Y
lebih mengejar kebersamaan, solidaritas, kebahagiaan bersama
dan yang terpenting eksistensi diri mereka dihargai secara sosial.
Dalam dunia industri Gen Y harus diperlakukan berbeda dengan
generasi “profesional’ karena mereka telah terbiasa hidup
dengan pola kekinian.
Yang sekarang duduk dibangku SMA adalah Generasi Z
(Lahir Tahun 1995-2010) Disebut juga iGeneration, generasi net
atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan
generasi Y namun, mereka mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu. Contohnya, bermain twitter dengan
ponsel,
browsing
dengan
PC,
dan
mendengarkan
musik
menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang
secara
tidak
langsung
berpengaruh
terhadap
kepribadian
mereka.
Dengan begitu jelas, sebagai anak Generasi Z , literasi
digital disekolah bukan lagi sekedar anggan-angan melainkan
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 17
kebutuhan. Tuntutan cara belajar siswa dan harapan dunia kerja
mengharuskan
sekolah
menggeser
cara
mengajar
dari
konvensional menjadi digital. Jika tidak maka ruang kelas akan
menjadi bahan tertawaan yang tidak bermanfaat bagi anak-anak
generasi Z.
Secara praktis, gerakan literasi digital di SMAN 2 Borong
mencakup dua subjek sekaligus, yakni: gerakan literasi untuk
siswa dan gerakan literasi untuk guru. Gerakan literasi untuk
guru dianggap penting karena untuk dapat menuntun siswa
dalam memanfaatkan teknologi secara positif, setidakanya guru
harus belajar terlebih dahulu. Secara
konkrit pelaksanaan
kegiatan literasi digital di SMAN 2 Borong tampak pada beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Program UNBK
Penerapan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di
SMAN 2 Borong telah digagas sejak tahun pelajaran
2016/2017. Meskipun pada awalnya sempat mengalami
keraguan, pada akhirinya sekolah sukses menerapakan
UNBK. Dengan kegiatan ujian tersebut, maka merupakan
sebuah keharusan siswa-siswi SMAN 2 Borong, maupun
guru untuk menguasai teknologi computer. Kesadaran akan
penguasaan Komputer tersebut semakin bertambah jumlah
proktor dan teknisi pada tingkat sekolah terbatas. Dengan
demikian
guru-guru
dituntut
untuk
menguasai
IT,
sebagaimana siswa dilatih untuk menguasainya.
Selama ini, khusus untuk UNBK pelatihannya dilakukan
memelalui
dua
cara;
yakni
pembiasaan
pengunaan
computer oleh siswa kelasXII dan pelaksanaan ujian
simulasi
pra
UN.
Pembiasaan
pengunaan
computer
dilakukan dengan dua cara, yakni terbimbing dan mandiri.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 18
Pada
praktiknya,
cara
terbimbing
dilakukan
secara
terjadwal dan ditemani oleh kepala atau staf laboratorium
computer. Sedangkan cara mandiri, yakni siswa-siswi kelas
XII pada waktu senggang diberi akses untuk mengunjungi
labortorium dan mengoperasikan secara mandiri.
Untuk cara simulasi pra UN, dilakukan selama dua kali.
Ujian
simulasi
gambaran
ini
bagi
dimaksudkan
siswa
secara
untuk
garis
memberikan
besar
mengenai
pengoperasian computer pada waktu pelaksanaan UN.
Pada level PTK, guru-guru (proktor dan teknis) dilibatkan
dalam sejumlah pelatian baik internal maupun external.
2. Literasi Digital di Tingkat Siswa
Pada
tingakat
siswa,
literasi
digital
dilakukan
untuk
menyalurkan bakat-bakat siswa secara positif pada dunia
digital. Selain itu, gerakan literasi digital pada tingkat
siswa,
sebetulnya
mengandung
“agenda
terselubung”
yakni pengendalian pengunaan media sosial, khususnya
Facebook.
Secara praktis, pelatihan digital pada siswa memiliki
beberapa menu diantaranya; Pelatihan pembuatan email,
pelatihan pembuatan blog, pelatiahan pembuatan chanel
youtube. Sampai saat ini pelatihan pembuatan blog baru
sebatas
latihan
memposting
berita
atau
opini
pada
kelompok minat jurnalistik.
Pada kelompok jurnalistik, siswa siswi ditalih menangkap
dan
memposting
berita
seputar
sekolah.
kelompok-
kelompok tersebut dijadwal per minggu untuk giliran
bertugas. Mereka bertugas, mulai dari mencari berita,
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 19
mewawancara
narasumber,
mengedit
berita
dan
memposting berita pada
https://wordpress.smandunes.wordpress.com. Secara garis
besar tampilan berita pada blog tersebut dapat dilihat pada
screen capture dibawah ini:
Selain itu, pengendalian pengunaan media sosial Facebook
rencanaanya
dilakukan
dengan
melakukan
lomba
pembuataan gambar meme di didinding facebook masingmasing siswa. Meme tersebut disyaratkan harus mengandung
pesan
positif
tentang
visi-misi
sekolah,
nilai-nilai
dan
keyakinan sekolah, hal ini dilakukan untuk menghidupkan visi
misi sekolah pada tingkat discourse. Adapun salah satu syarat
pada lomba tersebut adalah berteman dengan guru di
facebook minimal 21 guru. Hal tersebut dilakukan agar
dengan muda guru-guru memantau aktifitas siswa siswi di
facebook.
3. Literasi Digital Pada Level Guru-guru
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 20
Pada level guru-guru, menu literasi digital lebih diutamakan
pelatihan
pembuatan
media
belajar
interaktif
dan
pemanfaatan suber belajar dari internet. Dengan demikian
fokus
pelatihannya
adalah
pembuatan
media
belajar
interaktif PPT, Adobe Flash, pelatihan pembuatan blog dan
pemanfaatan HTML; sedangkan untuk pemanfatan media
online sebagai suber belajar dilakukan dengan mendirikan
group facebook masing-masing mata pelajaran, membuat
blog dan lain-lain.
Pelatihan ini berlansung satu kali dalam sebulan, pada
akhir pekan (hari sabtu). Sampai saat ini, yang telah
dilakukan
adalah
pelatihan
pemanfaatan
blog
dan
pembuatan PTT, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
hasil kerja salaah seorang guru dibawah ini:
Gambar
Blog
Salah
Seorang
Guru
dalam
link
https://yohanesbaptistablog.wordpress.com/2016/03/29/ma
ke-it-closer-to-them
Gambar 2: Gambar Tangkap Layar PPT Salah Seorang Guru
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 21
PENUTUP
Tampak
jelas
bahwa,
dinamika
perkembangan
dan
konteks persekolahan sangat dominan dalam menentukan menu
pembinaan di SMAN 2 Borong. Sesuai dengan konteks kekinian
bahwa sekolah memikul beban ganda, yakni tangungjawab untuk
mejadi benteng nilai dan sekaligus lokomotif perubahan, maka
SMAN 2 Borong menyiasati dengan sejumlah program unggul
dengan dua sasaran akhir, yakni pembentukan sikap dan
penentasan literacy digital. Program=program tersebut disebut
unggul karena diyakini dapat menanamkan sikap=sikap yang
dapat memediasi prestasi belajar, sekaligus menjawab tututan
perubahan.
Melalui
Literasi
program
Sekolah,
unggulan
Kesehatan
pengasramaan,
dan
Gerakan
Keselamatan,
dan
pengembangan bakat dan minat lainnya; target pembentukan
sikap
menjadi
khas
dan
tertentu
sesuai
dengan
konteks
persekolahan. Pembentukan sikap belajar yang tepat dan sikap
sosial dilatih dan dibiasakan melalui menu=menu pembinaan
yang terdapat dalam program pengasramaan. Kultur dan sikap
cinta membaca dilatih dan dibiasakan melalui GLS, sedangkan
kesadaran akan kesehatan dan keselamatan komunitas digalakan
melaui gerakan K3. Pembentukan sikap lain=lain yang telah
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 22
teruji melalui capai sekolah, dipertahankan dalam sejumlah
program pengembangan minat dan bakat.
Untuk menjawab tututan literasi digital dan pengendalian
dampak
negative
dari
perkembangan
teknologi
informasi,
sekolah menjawabnya melalui propaganda pemanfaatan sarana
digtal sehat melalui sejumlah program unggul yakni pelaksanaan
UNBK, sejumlah pelatihan literasi digital pada level siswa dan
pelatihan literasi digtal dikalangan PTK.
Dengan demikian kondisi=kondisi yang mendukung dan
memediasi prestasi belajar sebagaimana yang dituntut kurikulum
nasional
telah
tercipta.
Melalui
penciptaan
kondisi=konsisi
tersebut, paradigma target dan capaian sekolah unggul berada
dalam konteks tertentu yang sesui dengan kondisi lingkungan
persekolahan.
REFERENSI
Herbiadi, Ardianus. 2017. Hubungan Antara Sikap Dengan Hasil
Belajar
Siswa
DalamMata
Pelajaran
Fisika
Di
SMA.
http://download.portalgaruda.org/article.php
http://www.safetyshoe.com/ 3-faktor-penyebab-kecelakaan-kerjak3-mencakup-5-m-faktor-manusia/
Jun, Pei, Wong, Pearl.2012. Blogging for Education: Unleashing
the Potential of Humble Blog A case Study into the
Application of Blog as Parts of a Project Portofolio.
Advance in Language and Literrary Studies. Vol.3 No.2.
Australian Internasional Academic Centre, Australia
Kemdikbud. 2016. Panduan Gerakan Litersi Sekolah di Sekolah
Menenga Atas. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah
Miftahudin.2014. Pendidikan, Globalisasi, dan Akhlat.
Jurnal
Penidikan Karakter.Th.V Nomor 3. FKIP UNY
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 23
Putra, Yanuar S. 2016. Theoritical Review :Teori Perbedaan
Generasi. Among Makarti Vol.9 No.18, Desember 2016
Sujarwo. 2006. Reorientasi Pengembangan Pendidikan Di Era
Global. Majalah Ilmu Pendidikan: Dinamika Pendidikan. Th.
XII: 02. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Wahyu Bimantara F. 2017. Hubungan Sikap Dan Motivasi Belajar
Dengan Prestasi Belajar Ips Terpadu Siswa Kelas VIII.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPG/article
Zanwir. 2009. Upaya Menciptakan Sekolah Yang Aman, Nyaman
Dan
Efektif
Dalam
Pembelajaran.
bdkpadang.kemenag.go.id
Zuchdi,
Darmiyati.
1995.
Pembentukan
Sikap.
Cakrawala
Pendidikan Nomor 3, Tahun XlV
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 24
DI SMAN 2 BORONG
Oleh: Yohanes Baptista, S.Pd, M.Pd
PENDAHULUAN
Kompleksitas persoalan pendidikan menempatkan mutu
pendidikan kita pada posisi yang buruk. Badan Pusat Statistik
(BPS)
mencatat
angka
pengangguran
terdidik
bertambah
300.000 orang menjadi 7,45 juta orang per Februari 2015.
Kondisi ini seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi
pada kuartal I 2015 hanya 4,71%. Pengangguran paling besar
terjadi pada masyarakat berpendidikan dengan lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar 9,05%. Dibandingkan
dengan Februari 2014, juga ada kenaikan 1,84 poin menyusul
diurutan berikutnya adalah penganguran tingkat SMA dengan
porsentase 8,14% (Maikel Jefriando – detikfinance).
Meskipun pada tahun 2010 United Nation Development
Program (UNDP) menyatakan bahwa Human Development Index
(HDI) Indonesia mengalami peningkatan sebesar 54 persen dan
hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat 4 dalam 10 besar
Negara dengan perkembangan HDI signifikan terbesar di dunia
seperti Oman, China, Nepal, Arab Saudi, Laos, Tunisia, Korea
Selatan, Aljazair, dan Maroko. Namun kenaikan HDI itu belum
dapat mengankat posisi Indonesia yang masih dalam kelompok
Negara menegah yaitu pada posisi 108 dari 177 negara-negara
didunia.
Dibandingkan
dengan
Negara-negara
sekawasan,
seperti Thailand peringkat 92, Malaysia peringkat 57 dan
Singapur diperingkat 27
(Ashari,2014).
Hal ini
merupakan
parameter yang menyatakan masih terpuruknya kondisi social
ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi serta pelayanan
social di Indonesia.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 1
Sementara itu, kemajuan bergerak cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah meretas batas-batas yang
dulu menjadi sekat.
Interaksi dengan orang dan kebuadayaan
lain kian muda. Akses informasi menjadi gampang. Dengan kata
lain,
apa
yang
sedang
terjadi
di
belahan
dunia
tidak
membutuhkan waktu lama untuk mengetahui. Dalam banyak hal,
revolusi informasi telah “membentuk” dunia dan orientasi kita
pada dan dalam dua hal; yakni efektif dan efisien. Kita terpaksa
mengikuti irama itu. Bila tidak, maka kita hanya bisa jadi
penonton
dan/atau
korban
dari
kemajuan
tersebut.
Sederhanamya dapat dikatakan, globalisasi telah merasuk pada
berbagai sendi kehidupan kita. Terkait itu, Sujarwo (2006)
berpendapat
bahwa globalisasi akan membuka diri bangsa
dalam menghadapi bangsa-bangsa lain. Batas-batas politik,
ekonomi, sosial budaya akan semakin kabur. Dalam gambaran
dunia
yang
demikian,
persaingan
dan
kompetisi
sangat
menonjol. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi
faktor pokok yang dapat membedakan; selain banyak faktor
yang lain tentunya. Mereka yang memperoleh informasi dan
mampu merealisasikannya menjadi peluang, akan merasakan
manfaat yang paling menguntungkan.
Dalam karakteristik perkembangan yang seperti itu,
sekolah dituntut untuk menjadi “double agent”. Pada satu sisi,
menjadi benteng dan pilar nilai-nilai dan karakter,
demikian
sekolah
dituntut
mempertahankan
dengan
bangunan
(ketercapaian dunia pendidikan). Disisi lain, sekolah juga harus
menjadi motor pengerak dan lokomotif perubahan; artinya
sekolah harus juga menjadi tempat sekalikigu agen propaganda
perubahan. Dalam prakteknya lembaga pendidikan mempunyai
peran membentuk anak didik yang berkeperibadian sekaligus
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 2
peserta didik dapat bersing dengan dinamika dan tantangan
global (Miftahuddin, 2006:1).
Persoalannya, sekolah-sekolah di NTT, di Manggarai Timur
kususnya; sedang berada pada masa transisi
yang dicirikan
dengan kaburnya format dan menu pendidikan yang sesuai.
Kaburnya format dan menu pendidikan dan pembinaan tersebut.
utamanya disebabkan oleh kondisi dan fasilitas sekolah yang
“tanggung”. Disatu sisi sekolah harus berhadapan dengan
dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sisi lain
fasilitas sekolah belum berhadapan dengan keterbelakangan
fasilitas pendukung dan kompetensi PTK yang belum mumpuni.
Sesungguhnya, “galau” yang seperti itu, tidak hanya terjadi pada
level penguasaan keilmuan dan keterampilan; tapi juga pada
dimensi pembentukan sikap.
Anak-anak
jaman
sekarang
adalah
anak-anak
Net
Generation yang juga disebut generasi Z, mereka adalah digital
native
yang
tumbuh
dan
terbiasa
mengunakan
teknologi.
Sedangkan fasilitas dan juga PTK yang tersedia disekolah-sekolah
adalah digital immigrant yang terpaksa berlajar oleh tuntutan
perubahan. Karena itu, cara belajar dan dan cara pandang siswa
terhadap dunia berbeda dengan guru. Pembelajaran dengan cara
konvensional
yang
justru
dikuasi
guru,
bagi
mereka
membosankan. Dan sebaliknya, stigma “internet itu tidak baik”
menguat dikalangan guru-guru, karna itu perlu dijauhkan dari
siswa-siswi. Persoalan dan benturan-benturan semacam itu, saat
ini secara mendalam mengungat program-program konvensional
yang telah mantap dalam perancanaan sekolah.
SMAN 2 Borong sebagai miniature dari masyarakat yang
plural dan jamak; tidak terlepas dari “kegalauan” semacam itu.
Karena itu, setelah melakukan analisis SWOT SMAN 2 Borong
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 3
melakukan dua pendekatan penting (terbaru) dalam konteks
pegembangan sekolah yakni; pembentukan sikap belajar dan
gerakan digital literacy. Dalam kerangka berpikir seperti itu,
target “mutu” berada pada konteks tertentu dan khas melalui
program-pogram sekolah yang terukur melalui prestasi siswa.
Tulisan best practice akan mencoba mendeskripsikan
lebih banyak soal program-program sekolah terkait dengan
pembentukan sikap belajar dan gerakan digital literacy disekolah
dari segi praktik, ketimbang teoritik. Karena itu, kutipan-kutipan
teori yang ada dalam tulisan ini hanya merupakan rasionalisasi
dari praktik-praktik yang ada di SMAN 2 Borong; ketimbang
landasan berpikir dari rencana pengembangan sekolah. Hal ini
terutama
karena
pengembangan
sekolah
lebih
banyak
berorientasi pada hasil analisis konteks, ketimbang hasil kajian
akademik dan studi-studi pustaka. Merujuk pada pembahasan
diatas, maka masalah-masalah yang akan dibicarakan dalam
tulisan ini terdiri dari dua hal sebagao berikut: (1) Bagaimanakah
menu program
unggulan di SMAN 2 Borong dalam upaya
pembentukan sikap belajar siswa; (2) Bagaimanakah upaya
sekolah dalam rangka menggerakkan digital literacy dilevel
Siswa dan`atau siswa. Maka dengan demikian tulisan ini best
practice ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan menu-menu
program unggulan yang terdapat di SMAN 2 Borong dalam upaya
pembentukan sikap belajar siswa demi tercapainya mutu sekolah
yang terukur lewat prestsi siswa. (2) Mendeskripsikan dan
menganalisis upaya sekolah dalam rangka menentaskan digital
literacy baik dikalangan guru maupun siswa di SMAN 2 Borong.
PEMBAHASAN
Program Pembentukan Sikap
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 4
Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi
perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor
lain, Yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini berarti
bahwa
kadang
kadang
sikap
dapat
menentukan
tindakan
seseorang, tetapi kadang kadang sikap tidak mewujud menjadi
tindakan. Karena itu, hasil belajar sebagai buah dari proses
belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan dengan
sikap, termasuk sikap belajar. Artinya bahwa siswa perestasi
siswa akan baik jika sikap belajarnya tepat. Hal itu dibuktikan
dalam sejumlah penelitian diantaranya; Herbiadi, dkk (2017);
Bimantara (2017); dan ratusan penelitian lain yang dapat
dijangkau secara elektronik.
Sikap itu sendiri terdiri atas tiga komponen: kognitif,
afektif, dan konatif. Komponen kognitif berupa persepsi dan
keyakinan. Komponen afektif menyangkut aspek emosional,
sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
bertindak
(Zuchdi,
1995}.
Penting
untuk
dicatat
bahwa
pembentukan sikap merupakan hal yang kompleks karena
berhubungan berkaitan dengan kebutuhan individu (fisiologis,
keselamatan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri). Karena itu
program pembentukan sikap haruslah memiliki perencanaan
yang matang, target dan arah
yang jelas, dan intensitas
kegiatan yang terukur dan terjadwal. Sikap berkaitan dengan
kebutuhan individu.
Sebagai salah satu sekolah model, dengan tuntutan
prestasi yang tinggi (baik akademik maupun non akademik),
SMAN 2 Borong menyelengarakan menyelenggarakan beberapa
program
pengembangan
sekolah
yang
berorientasi
pada
pembentukan sikap siswa. Dalam best practice ini program
program tersebut hanya di deskripsikan secara umum sebagai
berikut:
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 5
1. Program
Studi
Awal
Boarding School
Boarding school
(Model)
adalah
sistem
Pengasramaan
sekolah
dengan
asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam
lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya
satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai
menamatkan sekolahnya. Di lingkungan sekolah, para
siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh
yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan
mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan
kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih
baik dan optimal.
Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar
tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan
sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah
berasrama. Dengan demikian peserta didik terlindungi dari
hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan
film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di
sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan
pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di
atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
Kesuksesan yang dilaporkan dalam sejumlah literature
mengenai
penerapan
Boarding
School,
memunculkan
inisiatif sekolah (SMAN 2 Borong) untuk menerapkan model
yang serupa. Apalagi, berdasarkan analis SWOT sejumlah
kondisi turut mendukung penerapannya, diantaranya:
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 6
89%
siswa-siswi
SMAN
2
Borong
berasal
dari
kampung-kampung yang jauh dan tidak memiliki
rumah tinggal sendiri.
Sampai saat ini, belum ada asrama yang terkordinir
dengan baik di sekitar sekolah. Asrama-asrama yang
tersedia adalah rumah-rumah penduduk dengan
fasilitas seadanya tanpa ada program pembimbingan
yang teratur. Dengan demikian, orientasi pendirian
asrama-asrama tersebut hanya profit semata.
Sejumlah siswa dilaporkan sering berkeliaran malam
hari tanpa terjangkau pengawasan sekolah.
Merujuk pada kondisi tersebut sekolah merencanakan
pengembangan mutu melalui program Boarding School.
Diyakini dalam program tersebut prestasi belajar siswa
akan meningkat yang diinterfensi melalui pembentukan
sikap harian dan sikap belajar siswa.
Pada saat ini, kegiatan boarding school masih dalam
tahapan uji coba penerapan model. Melalui penerapan
model tersebut, sekolah dapat memiliki referensi yang
cukup untuk rencana pendirian asrama kedepan. Dalam
kegiatan
uji
coba
tersebut,
siswa-siswi
kelas
tiga
dilibatkan. Pelibatan siswa-siswi kelas tiga didasari oleh
pemikiran bahwa pelakuan uji coba ini dapat dilakukan
sekaligu dengan training center persiapan USBN dan UN.
Selain siswa, sejumlah guru-guru juga dilibatkan sebagai
Pembina yang terbagi menjadi Pembina putri, terdiri dari 8
orang ibu guru dan Pembina putra yang terdiri dari 8
orang bapak guru.
Sampai saat ini, telah dilakukan adalah pre test dan
penerapan model; sedangkan post test untuk menguji
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 7
keberhasialan dan evaluasi akan dilaksanakan pada akhir
kegiatan. Rencanannya kegiatan ini dilakukan selama tiga
bulan; dari bulan januari sampai maret. Melaui diskusidiskusi
informal,
mengalami
siswa-siswi
perkembangan
mengaku
belajar
senang
(kognitif).
dan
Tampak
bahwa perkembangan hasil belajar (progress sementara)
siswa merupakan hasil
positif dari perubahan sikap
belajar seperti (tekun membaca, rajin mengerjakan tugas,
dll); hal tersebut terartikulasi melalui pengakuan guruguru. (struktur dan jadwal kegiatan terlampir).
2. Program dan Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS)
Diketahi bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
pada tahun 2016, getol memperkenalkan gerakan literasi
di sekolah (Kemendikbud, 2016). Faktanya, gerakan ini
masih belum banyak mendapat feed back dari sekolahsekolah.
Padahal, keterampilan memahami, mengunakan dan
mereflekan bacaan baik dalam bentuk oral maupun tulisan
siswa di Indonesia sangat rendah. Hal ini dibuktikan melalui
bebera rilis hasil penelitian diantaranya; Pada tingkat
sekolah dasar (kelasIV) diuji oleh Asosiasi Internasional
untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA-the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement)
dalam Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS); Pada tingkat sekolah, diuji oleh Organisasi untuk
Kerja
Sama
dan
Pembangunan
Ekonomi
(OECD—
Organization for Economic Cooperation and Development)
dalam Programme for International Student Assessment
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 8
(PISA). Pada tahun 2012 misalanya
PISA merilis skor
membaca Indonesia adalah 396, skor ini dibawa rata=rata
(rata=rata OECD adalah 496). Dengan skor ini Indonesia
menempati urutan 64 dari 65 negara yang dilibatkan.
Karena itu, pada tingkat SMA, Kemdikbud menggagas
GLS
mencakup:
Literasi
Dasar
(Basic
Literacy),
Literasi Perpustakaan (Library Literacy),
Media
(Media
Literacy,
Literasi
Literasi
Teknologi
(Technology Literacy) dan Literasi Visual (Visual
Literacy) yang tahap-tahap kegiatannya meliputi tahapan
pembiasaan,
pengembangan
dan
pembelajaran
(Kemdikbud, 2016: 5-6).
Menyambut itu, sekolah mengintegrasikan kediatan
tersebut
menjadi
salah
satu
kegiatan
unggulan.
Pembiasaan tersebut dilakukan melalui:
Membaca 15 menit perhari (diadopsi dari kegiatan GLS
kemdikbud)
Membaca
Buku
dengan
Memanfaatkan
Peran
Perpustakaan (mengikuti kegiatan GLS kemdikbud dan
dimodifikasi oleh sekolah) kegiatan modifikasi tersebut
dilakukan
melalu
kewajiban
siswa
mengunjungi
perpustakaan paling kurang tiga kali dalam seminggu .
Kegiatan tersebut sedang belansung dan penilaan
progress-nya akan dinilai pada akhir semester.
Membaca terpandu (Guided Reading); pada gerakan ini
siswa
dibagi
dalam
perpustakaan
dan
perpustakaan
akan
membaca
yang
rombel
guru-guru
untuk
yang
memandu
pada
dasarnya
mengunjungi
bertuga
di
jalannya
kegiatan
terdiri
kegiatan;
membaca, menganalis bacaan dan memberi tanggapan
terhadap bacaan.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 9
Melalui kegiatan ini diharapakan sikap membaca menjadi
salah satu budaya sekolah.
3. Program dan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
Sekolah
Menurut
Three
Main
Factor
Theory
(www.safetyshoe.com), kecelakan yang disebabkan faktor
manusia dapat digolongkan menurut umur, jenis kelamin,
masa
kerja,
pengunaan
alat
pelindung
diri,
tingkat
pendidikan, prilaku, manajemen K3, pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja; sedangkan yang disebabkan oleh
lingkungan meliputi kebisingan, suhu udara, penerangan
dan lantai licin; dan Faktor Peralatan meliputi kondisi mesin
(kondisi fasilitas untuk sekolah) dan letak mesin (letak
peralatan untuk sekolah). Tampak jelas bahwa untuk
lingkungan
sekolah
(SMA)
hal-hal
berhubungan satu sama lain.
Sekolah bagaimanapun
juga
tersebut
tidak
salaing
terlepas
dari
konteksnya sebagai tempat mendidik dan membina siswa.
Maka, mesti dipahami bahwa sekolah adalah tempat bagi
orang-orang yang ditempah menuju pendewasaan dan
penemuan makna hidup; bukan orang dewasa.
Prilaku
siswa maupun perlakuan guru terhadap siswa menempati
posisi penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang
aman dan nyaman. Sekolah yang aman, nyaman dan
disiplin
akan
tercapai
bila
1]mengembangkan
budaya
fokusnya
pada
adalah
semua
sekolah
warga
yang
pencegahan;
sekolah:
positif
dan
2]membangun
komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil,
menerapkan azas persamaan dan inklusi: 3]mengatur dan
mengkomunikasikan
secara
konsisten
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
prilaku
yang
Page 10
diharapkan: 4]mengajar, memberi contoh dan mendorong
prilaku sosial yang bertanggung jawab yang memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah; 5] memecahkan
masalah
secara
damai
menghargai
perbedaan
dan
mengedepankan hak asasi manusia: 6]bertanggung jawab,
dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan
masalah keamanan yang penting; 7]Berkerjasama untuk
memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap
siswa
yang
lebih
lemah,
hukuman
fisik,
rasisme,
ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya:
8]Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai
insiden dan menggunakan intervensi untuk memperbaiki
kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan
dan mengembalikan rasa percaya diri; 9]berpartisipasi
dalam
pengembangan
praktek
yang
kebijakan,
mempromosikan
prosedur,
praktek-
keamanan
sekolah;
10]memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk
bukti dan peningkatan keamanan sekolah; 11] memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah
yang pencapaian sekolah yang aman, damai dan teratur
sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan (Zanwir, 2009)
Merujuk pada pembahasan diatas,
upaya preventif-
promotif dipandang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai
yang
dianut
di
dunia
pendidikan.
Sesuai
dengan
teminologinya, upaya preventif dipahami sebagai upaya
yang diambil untuk
mengurangi atau menghilangkan
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan
dimasa yang akan datang. KBBI mendefedisikan preventif
sebagai upaya bersifat mencegah (supaya jangan terjadi
apa-apa). Sedangkan promotif merupakan usaha yang
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 11
bersifat
persuasif
untuk
memberitahukan
atau
menawarkan sesuatu (produk, jasa atau gagasan) dengan
cara
yang
promotif
menarik.
dipahami
memberikan
Dalam
sebagai
pengalaman
dunia
kesehatan,
serangkaian
belajar
bagi
upaya
upaya
untuk
perorangan,
keluarga, dan masyarakat guna mempengaruhi perilaku,
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Hadjo, 2014). Maka dengan demikian upaya
preventif-promotif dapat didefendisikan sebagai upaya
memberikan pengalaman dengan cara-cara persuasive
yang bersifat mendidik agar siswa memiliki sejumlah
informasi dan/ atau prilaku mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan yang tidak diinginkan
Dalam praktiknya di SMAN 2 Borong, telah dilakukan
upaya-upaya tersebut, misalnya berupa pamflet-pamplet
yang digantung di toilet, taman sekolah, dinding kelas.
Ditoilet misalnya, terdapat pamflet berbunyi “Semua Yang
Anda
Tinggalkan
Menunjukan
Siapa
Diri
Anda
Sesungguhnya”; pamphlet ini bertujuan mengajak siswa
meninggalkan
terdapat
toilet
pamphlet
dalam
“Satu
keadaan
Pohon
bersih.
Untuk
Satu
Ditaman
Dunia,
Rawatlah” ajakan ini merupakan ajakan untuk peduli
terhadap lingkungan hidup. Selain pamphlet ada juga
sejumlah kegiatan sosialisasi yang bersifat momental.
Salah satu kegiatan yang menarik di SMAN 2 Borong
dalam konteks kesehatan dan keselamatan kerja adalah
pemberian reward kepada rombongan belajar terbaik yang
sukses menjaga keamanan, kenyamanan dan kebersihan
kelasnya. Penilaian itu dilakukan secara holistik dengan
melibatkan team kecil dari unsur guru dan pegawai.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 12
Setidaknya ada tiga tahap yang dilakukan team penilai,
sebelum kegiatan penilaian berlansung, yakni:
1. Tahap Perencanaan: Pada tahap perencanaan tim penilai
menyusun
dan
membuat
perangkat
penilaian
dan
mendata kondisi awal kelas. Kondisi awal kelas penting
untuk diketahui untuk dapat menilai kemajuan dan
kesadaran setiap angota kelas dalam menjaga kondisi
kelasnya. Data awal ini akan menjadi rujukan penilaian
akhir untuk menjawab pertanyaan seperti: kerusakan
fasilitas selama satu semester, kerajinan anggota kelas
merawat taman bunga dan pagar taman, kondisi meja
dan kursi (dicoret atau tidak), kondisi dinding kelas,
tempat sampa kelas, dan lain-lain.
2. Tahap sosialisasi kriteria. Setelah kriteria dan prangkat
penilaian
disusun,
selanjutnya
kriteria
tersebut
disosialisasi pada setiap kelas. Wali kelas dilibatkan
dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Oleh tim penilai,
diberi kesempatan tiga hari untuk mendengar masukan
dari setiap rombongan belajar terkait dengan kriteria
tersebut untuk perbaikan. Jika tidak ada masukan, maka
kriteria yang dibuat oleh tim dianggap disepakati oleh
setiap rombongan belajar.
3. Tahap penilaian: penilaian biasanya dilakukan lansung
maupun tidak lansung. Penilaian lansung, dilakukan oleh
team merujuk pada kriteria dan prangkat penilaian yang
telah disusun pada awal semester. Penilaian tidak
lansung, dilakukan dengan mendengar masukan guru
pelajaran yang mengajar disetiap kelas; hal ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi harian kelas. Misalnya, kelas
dalam keadaan bersi sebelum dan setelah kegiatan KBM
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 13
berlansung, anggota rombel menyiapkan air cuci tangan
dan sabun cuci tangan, dan lain-lain.
Guru-guru yang
menjadi wali kelas tidak akan diminta pendapatnya
untuk mencegah pendapat yang subjektif.
4. Tahap Pemilihan dan Penetapan Rombel Terbaik. Pada
tahap ini tim akan melakukan rapat pleno untuk
menetapkan kelas terbaik. Hasil dari rapat pleno akan
disampaikan pada rapat dewan guru pada evaluasi akhir
semester.
Penyampaian
hasil
penetapan
dan
juga
bersama laporan lengkap dari tim dimaksudkan untuk
dapat disahkan pada rapat dewan guru.
5. Tahap Reward. Kelas yang dianggap empat terbaik akan
diberi reward. Penentuan jenis hadia ditentukan oleh
jajaran pimpinan sekolah yang dasar pertimbangannya
diatur
tersendiri.
Jajaran pimpinan
yang
dimaksud
adalah kepala sekolah dan wakil-wakilnya.
Adapun penilaian dan penetapan kelas terbaik akan dinilai
merujuk pada beberapa kriteria umum yakni: kebersihan,
keindahan, kerapian, Inisiatif (mendekor kelas dan taman),
tanggungjawab,
(tanggungjawab menjaga fasilitas kelas
dan taman), dan aman. Secara praktis indikator sokolah
yang sehat yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Didalam kelas: 1] memiliki roster kebersihan kelas setiap
hari; 2]memiliki jadwal keja bakti kelas mingguan;
3]bertanggungjawab menjaga dan merawat mejakursi
termasuk memperbaiki jika rusak 4] kerapaian meja
kursi sebelum dan setelah pelajaran; 5] memiliki inisiatif
mendekor
kelas
dengan
poster
edukatif;
5]
menyediakan ember dan sabun cuci tangan dikelas; 6]
rajin menyapu dan mengepel lantai kelas.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 14
2. Diluar kelas: 1] memiliki tempat sampa dua jenis
didepan
kelas
(organik
dan
non
organik);
2]
bertanggunjawab merawat taman kelas; 3] berinisiatif
membuat
pagar
lingukungan
indah
depan
untuk
kelas
taman
bebas
dari
kelas;
kotoran
4]
dan
sampah
Selain itu sekolah aman akan dinilai berdasarkan hubungan
anggota kelas, yakni:
1. Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying)
baik yang berasal dari dalam lingkungan maupun luar
lingkungan sekolah
2. Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku,
agama
ras antar golongan (SARA).
3. Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang
tidak pada tempat selayaknya) dan kekerasan visual
(terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak
edukatif di lingkungan sekolah.
4. Memiliki
poster
(satu)
yang
menarik
dan
untuk
menyampaikan pesan damai dan/atau menghormati
guru dan teman
Dari apa yang dilaksanakan, kegiatan tersebut telah
mendorong
partisipasi
dan
keaktifan
siswa
menjaga
lingkungan sekolah yang sehat aman dan nyaman, yang
berujung pada penciptaan kondisi sekolah yang peduli
pada K3. Hal tersebut tampak dari beberapa indikasi
sebagai yakni: 1]berkurangnya statistik kerusakan barang
dan
fasilitas
memperbaiki
sekolah,
karena
bangku
dan
secara
kursi
mandiri
yang
siswa
rusak;
2]
berkurangnya prilaku vandalism berupa coret-coret yang
tidak
penting;
3]
berkurangnya
statistic
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
percecokan
Page 15
anatara siswa maupun siswa dan guru; 4]sekolah makin
rindang dengan tanaman bunga yang beraneka;
4. Program Pengembangan Minat dan Bakat Lainya
Selain pengembangan kegiatan diatas, program-program
konvensional yang telah menjadi capaian sekolah juga
tetap
diperhankan.
Kegiatan
tersebut
diantarannya;
kegiatan keolahragaan, rohani, music vocal dan lain-lain.
Untuk alasan penyederhanaan kegiatan-kegiatan tersebut
tidak dibahas satu persatu dalam tulisan best praktis ini,
akan tetapi hasil capaian dan prestasi-prestasi yang diraih
akan dilampirkan pada tulisan ini.
Program Digital Literacy
Melalui teori grnerasi, kita mengenal ada lima pembagian
generasi yang lahir setelah perang dunia kedua sampai sekarang
sebagaimana yang dirangkum Putra (2016}. Yang pertama
adalah Baby Boomer, berikutnya, Generasi X, generasi ini lahir
antara
Tahun
1965-1980,
Sejumlah
penelitian
melaporkan,
sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti
tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan
mencoba menggunakan ganja. Gen X rata-rata masuk dunia kerja
era 1990-an, saat terjadi berbagai perubahan besar di bidang
ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan dan transformasi dunia
industri. Watak Gen X sebagian di antaranya mencari aman.
Tingkat stress memang tinggi tetapi lebih disebabkan karena
kesibukan kerja. Banyak dari Gen X yang menunda perkawinan
hingga 35-40 tahun. Gen X memiliki kecenderungan untuk
mandiri dalam berpikir, jika tidak mampu mandiri secara
ekonomi, yang menyebabkan mereka kurang konkret dalam
beraksi
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 16
Setelah itu muncul Generasi Y (Lahir Tahun 1981-1994).
Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium.
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan
seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti
facebook-twitter. Mereka juga suka main game online.Gen Y
berusia 21 hingga 29 tahun. Mereka mendapatkan pandangan
hidup yang berbeda dari Gen X. Mereka sudah berinteraksi
dengan teknologi sejak lahir. Orang tua mulai mengajarkan
keberanian untuk berbicara, mendapatkan pergaulan di luar
lingkungan pribadi melalui saluran internet. Generasi ini dalam
ruang pekerjaan memiliki pola yang berbeda dengan generasi X.
mereka lebih fleksibel. Tidak melulu mengejar harta, tapi Gen Y
lebih mengejar kebersamaan, solidaritas, kebahagiaan bersama
dan yang terpenting eksistensi diri mereka dihargai secara sosial.
Dalam dunia industri Gen Y harus diperlakukan berbeda dengan
generasi “profesional’ karena mereka telah terbiasa hidup
dengan pola kekinian.
Yang sekarang duduk dibangku SMA adalah Generasi Z
(Lahir Tahun 1995-2010) Disebut juga iGeneration, generasi net
atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan
generasi Y namun, mereka mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu. Contohnya, bermain twitter dengan
ponsel,
browsing
dengan
PC,
dan
mendengarkan
musik
menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang
secara
tidak
langsung
berpengaruh
terhadap
kepribadian
mereka.
Dengan begitu jelas, sebagai anak Generasi Z , literasi
digital disekolah bukan lagi sekedar anggan-angan melainkan
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 17
kebutuhan. Tuntutan cara belajar siswa dan harapan dunia kerja
mengharuskan
sekolah
menggeser
cara
mengajar
dari
konvensional menjadi digital. Jika tidak maka ruang kelas akan
menjadi bahan tertawaan yang tidak bermanfaat bagi anak-anak
generasi Z.
Secara praktis, gerakan literasi digital di SMAN 2 Borong
mencakup dua subjek sekaligus, yakni: gerakan literasi untuk
siswa dan gerakan literasi untuk guru. Gerakan literasi untuk
guru dianggap penting karena untuk dapat menuntun siswa
dalam memanfaatkan teknologi secara positif, setidakanya guru
harus belajar terlebih dahulu. Secara
konkrit pelaksanaan
kegiatan literasi digital di SMAN 2 Borong tampak pada beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Program UNBK
Penerapan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di
SMAN 2 Borong telah digagas sejak tahun pelajaran
2016/2017. Meskipun pada awalnya sempat mengalami
keraguan, pada akhirinya sekolah sukses menerapakan
UNBK. Dengan kegiatan ujian tersebut, maka merupakan
sebuah keharusan siswa-siswi SMAN 2 Borong, maupun
guru untuk menguasai teknologi computer. Kesadaran akan
penguasaan Komputer tersebut semakin bertambah jumlah
proktor dan teknisi pada tingkat sekolah terbatas. Dengan
demikian
guru-guru
dituntut
untuk
menguasai
IT,
sebagaimana siswa dilatih untuk menguasainya.
Selama ini, khusus untuk UNBK pelatihannya dilakukan
memelalui
dua
cara;
yakni
pembiasaan
pengunaan
computer oleh siswa kelasXII dan pelaksanaan ujian
simulasi
pra
UN.
Pembiasaan
pengunaan
computer
dilakukan dengan dua cara, yakni terbimbing dan mandiri.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 18
Pada
praktiknya,
cara
terbimbing
dilakukan
secara
terjadwal dan ditemani oleh kepala atau staf laboratorium
computer. Sedangkan cara mandiri, yakni siswa-siswi kelas
XII pada waktu senggang diberi akses untuk mengunjungi
labortorium dan mengoperasikan secara mandiri.
Untuk cara simulasi pra UN, dilakukan selama dua kali.
Ujian
simulasi
gambaran
ini
bagi
dimaksudkan
siswa
secara
untuk
garis
memberikan
besar
mengenai
pengoperasian computer pada waktu pelaksanaan UN.
Pada level PTK, guru-guru (proktor dan teknis) dilibatkan
dalam sejumlah pelatian baik internal maupun external.
2. Literasi Digital di Tingkat Siswa
Pada
tingakat
siswa,
literasi
digital
dilakukan
untuk
menyalurkan bakat-bakat siswa secara positif pada dunia
digital. Selain itu, gerakan literasi digital pada tingkat
siswa,
sebetulnya
mengandung
“agenda
terselubung”
yakni pengendalian pengunaan media sosial, khususnya
Facebook.
Secara praktis, pelatihan digital pada siswa memiliki
beberapa menu diantaranya; Pelatihan pembuatan email,
pelatihan pembuatan blog, pelatiahan pembuatan chanel
youtube. Sampai saat ini pelatihan pembuatan blog baru
sebatas
latihan
memposting
berita
atau
opini
pada
kelompok minat jurnalistik.
Pada kelompok jurnalistik, siswa siswi ditalih menangkap
dan
memposting
berita
seputar
sekolah.
kelompok-
kelompok tersebut dijadwal per minggu untuk giliran
bertugas. Mereka bertugas, mulai dari mencari berita,
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 19
mewawancara
narasumber,
mengedit
berita
dan
memposting berita pada
https://wordpress.smandunes.wordpress.com. Secara garis
besar tampilan berita pada blog tersebut dapat dilihat pada
screen capture dibawah ini:
Selain itu, pengendalian pengunaan media sosial Facebook
rencanaanya
dilakukan
dengan
melakukan
lomba
pembuataan gambar meme di didinding facebook masingmasing siswa. Meme tersebut disyaratkan harus mengandung
pesan
positif
tentang
visi-misi
sekolah,
nilai-nilai
dan
keyakinan sekolah, hal ini dilakukan untuk menghidupkan visi
misi sekolah pada tingkat discourse. Adapun salah satu syarat
pada lomba tersebut adalah berteman dengan guru di
facebook minimal 21 guru. Hal tersebut dilakukan agar
dengan muda guru-guru memantau aktifitas siswa siswi di
facebook.
3. Literasi Digital Pada Level Guru-guru
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 20
Pada level guru-guru, menu literasi digital lebih diutamakan
pelatihan
pembuatan
media
belajar
interaktif
dan
pemanfaatan suber belajar dari internet. Dengan demikian
fokus
pelatihannya
adalah
pembuatan
media
belajar
interaktif PPT, Adobe Flash, pelatihan pembuatan blog dan
pemanfaatan HTML; sedangkan untuk pemanfatan media
online sebagai suber belajar dilakukan dengan mendirikan
group facebook masing-masing mata pelajaran, membuat
blog dan lain-lain.
Pelatihan ini berlansung satu kali dalam sebulan, pada
akhir pekan (hari sabtu). Sampai saat ini, yang telah
dilakukan
adalah
pelatihan
pemanfaatan
blog
dan
pembuatan PTT, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
hasil kerja salaah seorang guru dibawah ini:
Gambar
Blog
Salah
Seorang
Guru
dalam
link
https://yohanesbaptistablog.wordpress.com/2016/03/29/ma
ke-it-closer-to-them
Gambar 2: Gambar Tangkap Layar PPT Salah Seorang Guru
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 21
PENUTUP
Tampak
jelas
bahwa,
dinamika
perkembangan
dan
konteks persekolahan sangat dominan dalam menentukan menu
pembinaan di SMAN 2 Borong. Sesuai dengan konteks kekinian
bahwa sekolah memikul beban ganda, yakni tangungjawab untuk
mejadi benteng nilai dan sekaligus lokomotif perubahan, maka
SMAN 2 Borong menyiasati dengan sejumlah program unggul
dengan dua sasaran akhir, yakni pembentukan sikap dan
penentasan literacy digital. Program=program tersebut disebut
unggul karena diyakini dapat menanamkan sikap=sikap yang
dapat memediasi prestasi belajar, sekaligus menjawab tututan
perubahan.
Melalui
Literasi
program
Sekolah,
unggulan
Kesehatan
pengasramaan,
dan
Gerakan
Keselamatan,
dan
pengembangan bakat dan minat lainnya; target pembentukan
sikap
menjadi
khas
dan
tertentu
sesuai
dengan
konteks
persekolahan. Pembentukan sikap belajar yang tepat dan sikap
sosial dilatih dan dibiasakan melalui menu=menu pembinaan
yang terdapat dalam program pengasramaan. Kultur dan sikap
cinta membaca dilatih dan dibiasakan melalui GLS, sedangkan
kesadaran akan kesehatan dan keselamatan komunitas digalakan
melaui gerakan K3. Pembentukan sikap lain=lain yang telah
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 22
teruji melalui capai sekolah, dipertahankan dalam sejumlah
program pengembangan minat dan bakat.
Untuk menjawab tututan literasi digital dan pengendalian
dampak
negative
dari
perkembangan
teknologi
informasi,
sekolah menjawabnya melalui propaganda pemanfaatan sarana
digtal sehat melalui sejumlah program unggul yakni pelaksanaan
UNBK, sejumlah pelatihan literasi digital pada level siswa dan
pelatihan literasi digtal dikalangan PTK.
Dengan demikian kondisi=kondisi yang mendukung dan
memediasi prestasi belajar sebagaimana yang dituntut kurikulum
nasional
telah
tercipta.
Melalui
penciptaan
kondisi=konsisi
tersebut, paradigma target dan capaian sekolah unggul berada
dalam konteks tertentu yang sesui dengan kondisi lingkungan
persekolahan.
REFERENSI
Herbiadi, Ardianus. 2017. Hubungan Antara Sikap Dengan Hasil
Belajar
Siswa
DalamMata
Pelajaran
Fisika
Di
SMA.
http://download.portalgaruda.org/article.php
http://www.safetyshoe.com/ 3-faktor-penyebab-kecelakaan-kerjak3-mencakup-5-m-faktor-manusia/
Jun, Pei, Wong, Pearl.2012. Blogging for Education: Unleashing
the Potential of Humble Blog A case Study into the
Application of Blog as Parts of a Project Portofolio.
Advance in Language and Literrary Studies. Vol.3 No.2.
Australian Internasional Academic Centre, Australia
Kemdikbud. 2016. Panduan Gerakan Litersi Sekolah di Sekolah
Menenga Atas. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah
Miftahudin.2014. Pendidikan, Globalisasi, dan Akhlat.
Jurnal
Penidikan Karakter.Th.V Nomor 3. FKIP UNY
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 23
Putra, Yanuar S. 2016. Theoritical Review :Teori Perbedaan
Generasi. Among Makarti Vol.9 No.18, Desember 2016
Sujarwo. 2006. Reorientasi Pengembangan Pendidikan Di Era
Global. Majalah Ilmu Pendidikan: Dinamika Pendidikan. Th.
XII: 02. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Wahyu Bimantara F. 2017. Hubungan Sikap Dan Motivasi Belajar
Dengan Prestasi Belajar Ips Terpadu Siswa Kelas VIII.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPG/article
Zanwir. 2009. Upaya Menciptakan Sekolah Yang Aman, Nyaman
Dan
Efektif
Dalam
Pembelajaran.
bdkpadang.kemenag.go.id
Zuchdi,
Darmiyati.
1995.
Pembentukan
Sikap.
Cakrawala
Pendidikan Nomor 3, Tahun XlV
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018
Page 24