IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI

IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU
DI SMAN 2 BORONG
Oleh: Yohanes Baptista, S.Pd, M.Pd
PENDAHULUAN
Kompleksitas persoalan pendidikan menempatkan mutu
pendidikan kita pada posisi yang buruk. Badan Pusat Statistik
(BPS)

mencatat

angka

pengangguran

terdidik

bertambah

300.000 orang menjadi 7,45 juta orang per Februari 2015.
Kondisi ini seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi
pada kuartal I 2015 hanya 4,71%. Pengangguran paling besar

terjadi pada masyarakat berpendidikan dengan lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar 9,05%. Dibandingkan
dengan Februari 2014, juga ada kenaikan 1,84 poin menyusul
diurutan berikutnya adalah penganguran tingkat SMA dengan
porsentase 8,14% (Maikel Jefriando – detikfinance).
Meskipun pada tahun 2010 United Nation Development
Program (UNDP) menyatakan bahwa Human Development Index
(HDI) Indonesia mengalami peningkatan sebesar 54 persen dan
hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat 4 dalam 10 besar
Negara dengan perkembangan HDI signifikan terbesar di dunia
seperti Oman, China, Nepal, Arab Saudi, Laos, Tunisia, Korea
Selatan, Aljazair, dan Maroko. Namun kenaikan HDI itu belum
dapat mengankat posisi Indonesia yang masih dalam kelompok
Negara menegah yaitu pada posisi 108 dari 177 negara-negara
didunia.

Dibandingkan

dengan


Negara-negara

sekawasan,

seperti Thailand peringkat 92, Malaysia peringkat 57 dan
Singapur diperingkat 27

(Ashari,2014).

Hal ini

merupakan

parameter yang menyatakan masih terpuruknya kondisi social
ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi serta pelayanan
social di Indonesia.

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 1


Sementara itu, kemajuan bergerak cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah meretas batas-batas yang
dulu menjadi sekat.

Interaksi dengan orang dan kebuadayaan

lain kian muda. Akses informasi menjadi gampang. Dengan kata
lain,

apa

yang

sedang

terjadi

di


belahan

dunia

tidak

membutuhkan waktu lama untuk mengetahui. Dalam banyak hal,
revolusi informasi telah “membentuk” dunia dan orientasi kita
pada dan dalam dua hal; yakni efektif dan efisien. Kita terpaksa
mengikuti irama itu. Bila tidak, maka kita hanya bisa jadi
penonton

dan/atau

korban

dari

kemajuan


tersebut.

Sederhanamya dapat dikatakan, globalisasi telah merasuk pada
berbagai sendi kehidupan kita. Terkait itu, Sujarwo (2006)
berpendapat

bahwa globalisasi akan membuka diri bangsa

dalam menghadapi bangsa-bangsa lain. Batas-batas politik,
ekonomi, sosial budaya akan semakin kabur. Dalam gambaran
dunia

yang

demikian,

persaingan

dan


kompetisi

sangat

menonjol. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi
faktor pokok yang dapat membedakan; selain banyak faktor
yang lain tentunya. Mereka yang memperoleh informasi dan
mampu merealisasikannya menjadi peluang, akan merasakan
manfaat yang paling menguntungkan.
Dalam karakteristik perkembangan yang seperti itu,
sekolah dituntut untuk menjadi “double agent”. Pada satu sisi,
menjadi benteng dan pilar nilai-nilai dan karakter,
demikian

sekolah

dituntut

mempertahankan


dengan
bangunan

(ketercapaian dunia pendidikan). Disisi lain, sekolah juga harus
menjadi motor pengerak dan lokomotif perubahan; artinya
sekolah harus juga menjadi tempat sekalikigu agen propaganda
perubahan. Dalam prakteknya lembaga pendidikan mempunyai
peran membentuk anak didik yang berkeperibadian sekaligus

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 2

peserta didik dapat bersing dengan dinamika dan tantangan
global (Miftahuddin, 2006:1).
Persoalannya, sekolah-sekolah di NTT, di Manggarai Timur
kususnya; sedang berada pada masa transisi

yang dicirikan


dengan kaburnya format dan menu pendidikan yang sesuai.
Kaburnya format dan menu pendidikan dan pembinaan tersebut.
utamanya disebabkan oleh kondisi dan fasilitas sekolah yang
“tanggung”. Disatu sisi sekolah harus berhadapan dengan
dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sisi lain
fasilitas sekolah belum berhadapan dengan keterbelakangan
fasilitas pendukung dan kompetensi PTK yang belum mumpuni.
Sesungguhnya, “galau” yang seperti itu, tidak hanya terjadi pada
level penguasaan keilmuan dan keterampilan; tapi juga pada
dimensi pembentukan sikap.
Anak-anak

jaman

sekarang

adalah

anak-anak


Net

Generation yang juga disebut generasi Z, mereka adalah digital
native

yang

tumbuh

dan

terbiasa

mengunakan

teknologi.

Sedangkan fasilitas dan juga PTK yang tersedia disekolah-sekolah
adalah digital immigrant yang terpaksa berlajar oleh tuntutan
perubahan. Karena itu, cara belajar dan dan cara pandang siswa

terhadap dunia berbeda dengan guru. Pembelajaran dengan cara
konvensional

yang

justru

dikuasi

guru,

bagi

mereka

membosankan. Dan sebaliknya, stigma “internet itu tidak baik”
menguat dikalangan guru-guru, karna itu perlu dijauhkan dari
siswa-siswi. Persoalan dan benturan-benturan semacam itu, saat
ini secara mendalam mengungat program-program konvensional
yang telah mantap dalam perancanaan sekolah.

SMAN 2 Borong sebagai miniature dari masyarakat yang
plural dan jamak; tidak terlepas dari “kegalauan” semacam itu.
Karena itu, setelah melakukan analisis SWOT SMAN 2 Borong

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 3

melakukan dua pendekatan penting (terbaru) dalam konteks
pegembangan sekolah yakni; pembentukan sikap belajar dan
gerakan digital literacy. Dalam kerangka berpikir seperti itu,
target “mutu” berada pada konteks tertentu dan khas melalui
program-pogram sekolah yang terukur melalui prestasi siswa.
Tulisan best practice akan mencoba mendeskripsikan
lebih banyak soal program-program sekolah terkait dengan
pembentukan sikap belajar dan gerakan digital literacy disekolah
dari segi praktik, ketimbang teoritik. Karena itu, kutipan-kutipan
teori yang ada dalam tulisan ini hanya merupakan rasionalisasi
dari praktik-praktik yang ada di SMAN 2 Borong; ketimbang
landasan berpikir dari rencana pengembangan sekolah. Hal ini
terutama

karena

pengembangan

sekolah

lebih

banyak

berorientasi pada hasil analisis konteks, ketimbang hasil kajian
akademik dan studi-studi pustaka. Merujuk pada pembahasan
diatas, maka masalah-masalah yang akan dibicarakan dalam
tulisan ini terdiri dari dua hal sebagao berikut: (1) Bagaimanakah
menu program

unggulan di SMAN 2 Borong dalam upaya

pembentukan sikap belajar siswa; (2) Bagaimanakah upaya
sekolah dalam rangka menggerakkan digital literacy dilevel
Siswa dan`atau siswa. Maka dengan demikian tulisan ini best
practice ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan menu-menu
program unggulan yang terdapat di SMAN 2 Borong dalam upaya
pembentukan sikap belajar siswa demi tercapainya mutu sekolah
yang terukur lewat prestsi siswa. (2) Mendeskripsikan dan
menganalisis upaya sekolah dalam rangka menentaskan digital
literacy baik dikalangan guru maupun siswa di SMAN 2 Borong.
PEMBAHASAN
Program Pembentukan Sikap

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 4

Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi
perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor
lain, Yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini berarti
bahwa

kadang

kadang

sikap

dapat

menentukan

tindakan

seseorang, tetapi kadang kadang sikap tidak mewujud menjadi
tindakan. Karena itu, hasil belajar sebagai buah dari proses
belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan dengan
sikap, termasuk sikap belajar. Artinya bahwa siswa perestasi
siswa akan baik jika sikap belajarnya tepat. Hal itu dibuktikan
dalam sejumlah penelitian diantaranya; Herbiadi, dkk (2017);
Bimantara (2017); dan ratusan penelitian lain yang dapat
dijangkau secara elektronik.
Sikap itu sendiri terdiri atas tiga komponen: kognitif,
afektif, dan konatif. Komponen kognitif berupa persepsi dan
keyakinan. Komponen afektif menyangkut aspek emosional,
sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
bertindak

(Zuchdi,

1995}.

Penting

untuk

dicatat

bahwa

pembentukan sikap merupakan hal yang kompleks karena
berhubungan berkaitan dengan kebutuhan individu (fisiologis,
keselamatan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri). Karena itu
program pembentukan sikap haruslah memiliki perencanaan
yang matang, target dan arah

yang jelas, dan intensitas

kegiatan yang terukur dan terjadwal. Sikap berkaitan dengan
kebutuhan individu.
Sebagai salah satu sekolah model, dengan tuntutan
prestasi yang tinggi (baik akademik maupun non akademik),
SMAN 2 Borong menyelengarakan menyelenggarakan beberapa
program

pengembangan

sekolah

yang

berorientasi

pada

pembentukan sikap siswa. Dalam best practice ini program
program tersebut hanya di deskripsikan secara umum sebagai
berikut:
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 5

1. Program

Studi

Awal

Boarding School
Boarding school

(Model)

adalah

sistem

Pengasramaan
sekolah

dengan

asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam
lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya
satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai
menamatkan sekolahnya. Di lingkungan sekolah, para
siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh
yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan
mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan
kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih
baik dan optimal.
Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar
tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan
sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah
berasrama. Dengan demikian peserta didik terlindungi dari
hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan
film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di
sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan
pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di
atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
Kesuksesan yang dilaporkan dalam sejumlah literature
mengenai

penerapan

Boarding

School,

memunculkan

inisiatif sekolah (SMAN 2 Borong) untuk menerapkan model
yang serupa. Apalagi, berdasarkan analis SWOT sejumlah
kondisi turut mendukung penerapannya, diantaranya:

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 6

 89%

siswa-siswi

SMAN

2

Borong

berasal

dari

kampung-kampung yang jauh dan tidak memiliki
rumah tinggal sendiri.
 Sampai saat ini, belum ada asrama yang terkordinir
dengan baik di sekitar sekolah. Asrama-asrama yang
tersedia adalah rumah-rumah penduduk dengan
fasilitas seadanya tanpa ada program pembimbingan
yang teratur. Dengan demikian, orientasi pendirian
asrama-asrama tersebut hanya profit semata.
 Sejumlah siswa dilaporkan sering berkeliaran malam
hari tanpa terjangkau pengawasan sekolah.
Merujuk pada kondisi tersebut sekolah merencanakan
pengembangan mutu melalui program Boarding School.
Diyakini dalam program tersebut prestasi belajar siswa
akan meningkat yang diinterfensi melalui pembentukan
sikap harian dan sikap belajar siswa.
Pada saat ini, kegiatan boarding school masih dalam
tahapan uji coba penerapan model. Melalui penerapan
model tersebut, sekolah dapat memiliki referensi yang
cukup untuk rencana pendirian asrama kedepan. Dalam
kegiatan

uji

coba

tersebut,

siswa-siswi

kelas

tiga

dilibatkan. Pelibatan siswa-siswi kelas tiga didasari oleh
pemikiran bahwa pelakuan uji coba ini dapat dilakukan
sekaligu dengan training center persiapan USBN dan UN.
Selain siswa, sejumlah guru-guru juga dilibatkan sebagai
Pembina yang terbagi menjadi Pembina putri, terdiri dari 8
orang ibu guru dan Pembina putra yang terdiri dari 8
orang bapak guru.
Sampai saat ini, telah dilakukan adalah pre test dan
penerapan model; sedangkan post test untuk menguji

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 7

keberhasialan dan evaluasi akan dilaksanakan pada akhir
kegiatan. Rencanannya kegiatan ini dilakukan selama tiga
bulan; dari bulan januari sampai maret. Melaui diskusidiskusi

informal,

mengalami

siswa-siswi

perkembangan

mengaku

belajar

senang

(kognitif).

dan

Tampak

bahwa perkembangan hasil belajar (progress sementara)
siswa merupakan hasil

positif dari perubahan sikap

belajar seperti (tekun membaca, rajin mengerjakan tugas,
dll); hal tersebut terartikulasi melalui pengakuan guruguru. (struktur dan jadwal kegiatan terlampir).
2. Program dan Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS)
Diketahi bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
pada tahun 2016, getol memperkenalkan gerakan literasi
di sekolah (Kemendikbud, 2016). Faktanya, gerakan ini
masih belum banyak mendapat feed back dari sekolahsekolah.
Padahal, keterampilan memahami, mengunakan dan
mereflekan bacaan baik dalam bentuk oral maupun tulisan
siswa di Indonesia sangat rendah. Hal ini dibuktikan melalui
bebera rilis hasil penelitian diantaranya; Pada tingkat
sekolah dasar (kelasIV) diuji oleh Asosiasi Internasional
untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA-the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement)
dalam Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS); Pada tingkat sekolah, diuji oleh Organisasi untuk
Kerja

Sama

dan

Pembangunan

Ekonomi

(OECD—

Organization for Economic Cooperation and Development)
dalam Programme for International Student Assessment

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 8

(PISA). Pada tahun 2012 misalanya

PISA merilis skor

membaca Indonesia adalah 396, skor ini dibawa rata=rata
(rata=rata OECD adalah 496). Dengan skor ini Indonesia
menempati urutan 64 dari 65 negara yang dilibatkan.
Karena itu, pada tingkat SMA, Kemdikbud menggagas
GLS

mencakup:

Literasi

Dasar

(Basic

Literacy),

Literasi Perpustakaan (Library Literacy),
Media

(Media

Literacy,

Literasi

Literasi
Teknologi

(Technology Literacy) dan Literasi Visual (Visual
Literacy) yang tahap-tahap kegiatannya meliputi tahapan
pembiasaan,

pengembangan

dan

pembelajaran

(Kemdikbud, 2016: 5-6).
Menyambut itu, sekolah mengintegrasikan kediatan
tersebut

menjadi

salah

satu

kegiatan

unggulan.

Pembiasaan tersebut dilakukan melalui:
 Membaca 15 menit perhari (diadopsi dari kegiatan GLS
kemdikbud)
 Membaca

Buku

dengan

Memanfaatkan

Peran

Perpustakaan (mengikuti kegiatan GLS kemdikbud dan
dimodifikasi oleh sekolah) kegiatan modifikasi tersebut
dilakukan

melalu

kewajiban

siswa

mengunjungi

perpustakaan paling kurang tiga kali dalam seminggu .
Kegiatan tersebut sedang belansung dan penilaan
progress-nya akan dinilai pada akhir semester.
 Membaca terpandu (Guided Reading); pada gerakan ini
siswa

dibagi

dalam

perpustakaan

dan

perpustakaan

akan

membaca

yang

rombel
guru-guru

untuk
yang

memandu

pada

dasarnya

mengunjungi
bertuga

di

jalannya

kegiatan

terdiri

kegiatan;

membaca, menganalis bacaan dan memberi tanggapan
terhadap bacaan.
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 9

Melalui kegiatan ini diharapakan sikap membaca menjadi
salah satu budaya sekolah.
3. Program dan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
Sekolah
Menurut

Three

Main

Factor

Theory

(www.safetyshoe.com), kecelakan yang disebabkan faktor
manusia dapat digolongkan menurut umur, jenis kelamin,
masa

kerja,

pengunaan

alat

pelindung

diri,

tingkat

pendidikan, prilaku, manajemen K3, pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja; sedangkan yang disebabkan oleh
lingkungan meliputi kebisingan, suhu udara, penerangan
dan lantai licin; dan Faktor Peralatan meliputi kondisi mesin
(kondisi fasilitas untuk sekolah) dan letak mesin (letak
peralatan untuk sekolah). Tampak jelas bahwa untuk
lingkungan

sekolah

(SMA)

hal-hal

berhubungan satu sama lain.
Sekolah bagaimanapun

juga

tersebut

tidak

salaing

terlepas

dari

konteksnya sebagai tempat mendidik dan membina siswa.
Maka, mesti dipahami bahwa sekolah adalah tempat bagi
orang-orang yang ditempah menuju pendewasaan dan
penemuan makna hidup; bukan orang dewasa.

Prilaku

siswa maupun perlakuan guru terhadap siswa menempati
posisi penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang
aman dan nyaman. Sekolah yang aman, nyaman dan
disiplin

akan

tercapai

bila

1]mengembangkan

budaya

fokusnya

pada

adalah

semua

sekolah

warga
yang

pencegahan;

sekolah:

positif

dan

2]membangun

komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil,
menerapkan azas persamaan dan inklusi: 3]mengatur dan
mengkomunikasikan

secara

konsisten

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

prilaku

yang

Page 10

diharapkan: 4]mengajar, memberi contoh dan mendorong
prilaku sosial yang bertanggung jawab yang memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah; 5] memecahkan
masalah

secara

damai

menghargai

perbedaan

dan

mengedepankan hak asasi manusia: 6]bertanggung jawab,
dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan
masalah keamanan yang penting; 7]Berkerjasama untuk
memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap
siswa

yang

lebih

lemah,

hukuman

fisik,

rasisme,

ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya:
8]Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai
insiden dan menggunakan intervensi untuk memperbaiki
kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan
dan mengembalikan rasa percaya diri; 9]berpartisipasi
dalam

pengembangan

praktek

yang

kebijakan,

mempromosikan

prosedur,

praktek-

keamanan

sekolah;

10]memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk
bukti dan peningkatan keamanan sekolah; 11] memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah
yang pencapaian sekolah yang aman, damai dan teratur
sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan (Zanwir, 2009)
Merujuk pada pembahasan diatas,

upaya preventif-

promotif dipandang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai
yang

dianut

di

dunia

pendidikan.

Sesuai

dengan

teminologinya, upaya preventif dipahami sebagai upaya
yang diambil untuk

mengurangi atau menghilangkan

kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan
dimasa yang akan datang. KBBI mendefedisikan preventif
sebagai upaya bersifat mencegah (supaya jangan terjadi
apa-apa). Sedangkan promotif merupakan usaha yang
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 11

bersifat

persuasif

untuk

memberitahukan

atau

menawarkan sesuatu (produk, jasa atau gagasan) dengan
cara

yang

promotif

menarik.

dipahami

memberikan

Dalam

sebagai

pengalaman

dunia

kesehatan,

serangkaian
belajar

bagi

upaya

upaya
untuk

perorangan,

keluarga, dan masyarakat guna mempengaruhi perilaku,
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Hadjo, 2014). Maka dengan demikian upaya
preventif-promotif dapat didefendisikan sebagai upaya
memberikan pengalaman dengan cara-cara persuasive
yang bersifat mendidik agar siswa memiliki sejumlah
informasi dan/ atau prilaku mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan yang tidak diinginkan
Dalam praktiknya di SMAN 2 Borong, telah dilakukan
upaya-upaya tersebut, misalnya berupa pamflet-pamplet
yang digantung di toilet, taman sekolah, dinding kelas.
Ditoilet misalnya, terdapat pamflet berbunyi “Semua Yang
Anda

Tinggalkan

Menunjukan

Siapa

Diri

Anda

Sesungguhnya”; pamphlet ini bertujuan mengajak siswa
meninggalkan
terdapat

toilet

pamphlet

dalam
“Satu

keadaan
Pohon

bersih.

Untuk

Satu

Ditaman
Dunia,

Rawatlah” ajakan ini merupakan ajakan untuk peduli
terhadap lingkungan hidup. Selain pamphlet ada juga
sejumlah kegiatan sosialisasi yang bersifat momental.
Salah satu kegiatan yang menarik di SMAN 2 Borong
dalam konteks kesehatan dan keselamatan kerja adalah
pemberian reward kepada rombongan belajar terbaik yang
sukses menjaga keamanan, kenyamanan dan kebersihan
kelasnya. Penilaian itu dilakukan secara holistik dengan
melibatkan team kecil dari unsur guru dan pegawai.

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 12

Setidaknya ada tiga tahap yang dilakukan team penilai,
sebelum kegiatan penilaian berlansung, yakni:
1. Tahap Perencanaan: Pada tahap perencanaan tim penilai
menyusun

dan

membuat

perangkat

penilaian

dan

mendata kondisi awal kelas. Kondisi awal kelas penting
untuk diketahui untuk dapat menilai kemajuan dan
kesadaran setiap angota kelas dalam menjaga kondisi
kelasnya. Data awal ini akan menjadi rujukan penilaian
akhir untuk menjawab pertanyaan seperti: kerusakan
fasilitas selama satu semester, kerajinan anggota kelas
merawat taman bunga dan pagar taman, kondisi meja
dan kursi (dicoret atau tidak), kondisi dinding kelas,
tempat sampa kelas, dan lain-lain.
2. Tahap sosialisasi kriteria. Setelah kriteria dan prangkat
penilaian

disusun,

selanjutnya

kriteria

tersebut

disosialisasi pada setiap kelas. Wali kelas dilibatkan
dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Oleh tim penilai,
diberi kesempatan tiga hari untuk mendengar masukan
dari setiap rombongan belajar terkait dengan kriteria
tersebut untuk perbaikan. Jika tidak ada masukan, maka
kriteria yang dibuat oleh tim dianggap disepakati oleh
setiap rombongan belajar.
3. Tahap penilaian: penilaian biasanya dilakukan lansung
maupun tidak lansung. Penilaian lansung, dilakukan oleh
team merujuk pada kriteria dan prangkat penilaian yang
telah disusun pada awal semester. Penilaian tidak
lansung, dilakukan dengan mendengar masukan guru
pelajaran yang mengajar disetiap kelas; hal ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi harian kelas. Misalnya, kelas
dalam keadaan bersi sebelum dan setelah kegiatan KBM

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 13

berlansung, anggota rombel menyiapkan air cuci tangan
dan sabun cuci tangan, dan lain-lain.

Guru-guru yang

menjadi wali kelas tidak akan diminta pendapatnya
untuk mencegah pendapat yang subjektif.
4. Tahap Pemilihan dan Penetapan Rombel Terbaik. Pada
tahap ini tim akan melakukan rapat pleno untuk
menetapkan kelas terbaik. Hasil dari rapat pleno akan
disampaikan pada rapat dewan guru pada evaluasi akhir
semester.

Penyampaian

hasil

penetapan

dan

juga

bersama laporan lengkap dari tim dimaksudkan untuk
dapat disahkan pada rapat dewan guru.
5. Tahap Reward. Kelas yang dianggap empat terbaik akan
diberi reward. Penentuan jenis hadia ditentukan oleh
jajaran pimpinan sekolah yang dasar pertimbangannya
diatur

tersendiri.

Jajaran pimpinan

yang

dimaksud

adalah kepala sekolah dan wakil-wakilnya.
Adapun penilaian dan penetapan kelas terbaik akan dinilai
merujuk pada beberapa kriteria umum yakni: kebersihan,
keindahan, kerapian, Inisiatif (mendekor kelas dan taman),
tanggungjawab,

(tanggungjawab menjaga fasilitas kelas

dan taman), dan aman. Secara praktis indikator sokolah
yang sehat yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Didalam kelas: 1] memiliki roster kebersihan kelas setiap
hari; 2]memiliki jadwal keja bakti kelas mingguan;
3]bertanggungjawab menjaga dan merawat mejakursi
termasuk memperbaiki jika rusak 4] kerapaian meja
kursi sebelum dan setelah pelajaran; 5] memiliki inisiatif
mendekor

kelas

dengan

poster

edukatif;

5]

menyediakan ember dan sabun cuci tangan dikelas; 6]
rajin menyapu dan mengepel lantai kelas.

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 14

2. Diluar kelas: 1] memiliki tempat sampa dua jenis
didepan

kelas

(organik

dan

non

organik);

2]

bertanggunjawab merawat taman kelas; 3] berinisiatif
membuat

pagar

lingukungan

indah

depan

untuk

kelas

taman

bebas

dari

kelas;

kotoran

4]
dan

sampah
Selain itu sekolah aman akan dinilai berdasarkan hubungan
anggota kelas, yakni:
1. Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying)
baik yang berasal dari dalam lingkungan maupun luar
lingkungan sekolah
2. Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku,

agama

ras antar golongan (SARA).
3. Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang
tidak pada tempat selayaknya) dan kekerasan visual
(terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak
edukatif di lingkungan sekolah.
4. Memiliki

poster

(satu)

yang

menarik

dan

untuk

menyampaikan pesan damai dan/atau menghormati
guru dan teman
Dari apa yang dilaksanakan, kegiatan tersebut telah
mendorong

partisipasi

dan

keaktifan

siswa

menjaga

lingkungan sekolah yang sehat aman dan nyaman, yang
berujung pada penciptaan kondisi sekolah yang peduli
pada K3. Hal tersebut tampak dari beberapa indikasi
sebagai yakni: 1]berkurangnya statistik kerusakan barang
dan

fasilitas

memperbaiki

sekolah,

karena

bangku

dan

secara

kursi

mandiri

yang

siswa

rusak;

2]

berkurangnya prilaku vandalism berupa coret-coret yang
tidak

penting;

3]

berkurangnya

statistic

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

percecokan

Page 15

anatara siswa maupun siswa dan guru; 4]sekolah makin
rindang dengan tanaman bunga yang beraneka;
4. Program Pengembangan Minat dan Bakat Lainya
Selain pengembangan kegiatan diatas, program-program
konvensional yang telah menjadi capaian sekolah juga
tetap

diperhankan.

Kegiatan

tersebut

diantarannya;

kegiatan keolahragaan, rohani, music vocal dan lain-lain.
Untuk alasan penyederhanaan kegiatan-kegiatan tersebut
tidak dibahas satu persatu dalam tulisan best praktis ini,
akan tetapi hasil capaian dan prestasi-prestasi yang diraih
akan dilampirkan pada tulisan ini.

Program Digital Literacy
Melalui teori grnerasi, kita mengenal ada lima pembagian
generasi yang lahir setelah perang dunia kedua sampai sekarang
sebagaimana yang dirangkum Putra (2016}. Yang pertama
adalah Baby Boomer, berikutnya, Generasi X, generasi ini lahir
antara

Tahun

1965-1980,

Sejumlah

penelitian

melaporkan,

sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti
tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan
mencoba menggunakan ganja. Gen X rata-rata masuk dunia kerja
era 1990-an, saat terjadi berbagai perubahan besar di bidang
ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan dan transformasi dunia
industri. Watak Gen X sebagian di antaranya mencari aman.
Tingkat stress memang tinggi tetapi lebih disebabkan karena
kesibukan kerja. Banyak dari Gen X yang menunda perkawinan
hingga 35-40 tahun. Gen X memiliki kecenderungan untuk
mandiri dalam berpikir, jika tidak mampu mandiri secara
ekonomi, yang menyebabkan mereka kurang konkret dalam
beraksi

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 16

Setelah itu muncul Generasi Y (Lahir Tahun 1981-1994).
Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium.
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan
seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti
facebook-twitter. Mereka juga suka main game online.Gen Y
berusia 21 hingga 29 tahun. Mereka mendapatkan pandangan
hidup yang berbeda dari Gen X. Mereka sudah berinteraksi
dengan teknologi sejak lahir. Orang tua mulai mengajarkan
keberanian untuk berbicara, mendapatkan pergaulan di luar
lingkungan pribadi melalui saluran internet. Generasi ini dalam
ruang pekerjaan memiliki pola yang berbeda dengan generasi X.
mereka lebih fleksibel. Tidak melulu mengejar harta, tapi Gen Y
lebih mengejar kebersamaan, solidaritas, kebahagiaan bersama
dan yang terpenting eksistensi diri mereka dihargai secara sosial.
Dalam dunia industri Gen Y harus diperlakukan berbeda dengan
generasi “profesional’ karena mereka telah terbiasa hidup
dengan pola kekinian.
Yang sekarang duduk dibangku SMA adalah Generasi Z
(Lahir Tahun 1995-2010) Disebut juga iGeneration, generasi net
atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan
generasi Y namun, mereka mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu. Contohnya, bermain twitter dengan
ponsel,

browsing

dengan

PC,

dan

mendengarkan

musik

menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang
secara

tidak

langsung

berpengaruh

terhadap

kepribadian

mereka.
Dengan begitu jelas, sebagai anak Generasi Z , literasi
digital disekolah bukan lagi sekedar anggan-angan melainkan

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 17

kebutuhan. Tuntutan cara belajar siswa dan harapan dunia kerja
mengharuskan

sekolah

menggeser

cara

mengajar

dari

konvensional menjadi digital. Jika tidak maka ruang kelas akan
menjadi bahan tertawaan yang tidak bermanfaat bagi anak-anak
generasi Z.
Secara praktis, gerakan literasi digital di SMAN 2 Borong
mencakup dua subjek sekaligus, yakni: gerakan literasi untuk
siswa dan gerakan literasi untuk guru. Gerakan literasi untuk
guru dianggap penting karena untuk dapat menuntun siswa
dalam memanfaatkan teknologi secara positif, setidakanya guru
harus belajar terlebih dahulu. Secara

konkrit pelaksanaan

kegiatan literasi digital di SMAN 2 Borong tampak pada beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Program UNBK
Penerapan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di
SMAN 2 Borong telah digagas sejak tahun pelajaran
2016/2017. Meskipun pada awalnya sempat mengalami
keraguan, pada akhirinya sekolah sukses menerapakan
UNBK. Dengan kegiatan ujian tersebut, maka merupakan
sebuah keharusan siswa-siswi SMAN 2 Borong, maupun
guru untuk menguasai teknologi computer. Kesadaran akan
penguasaan Komputer tersebut semakin bertambah jumlah
proktor dan teknisi pada tingkat sekolah terbatas. Dengan
demikian

guru-guru

dituntut

untuk

menguasai

IT,

sebagaimana siswa dilatih untuk menguasainya.
Selama ini, khusus untuk UNBK pelatihannya dilakukan
memelalui

dua

cara;

yakni

pembiasaan

pengunaan

computer oleh siswa kelasXII dan pelaksanaan ujian
simulasi

pra

UN.

Pembiasaan

pengunaan

computer

dilakukan dengan dua cara, yakni terbimbing dan mandiri.

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 18

Pada

praktiknya,

cara

terbimbing

dilakukan

secara

terjadwal dan ditemani oleh kepala atau staf laboratorium
computer. Sedangkan cara mandiri, yakni siswa-siswi kelas
XII pada waktu senggang diberi akses untuk mengunjungi
labortorium dan mengoperasikan secara mandiri.
Untuk cara simulasi pra UN, dilakukan selama dua kali.
Ujian

simulasi

gambaran

ini

bagi

dimaksudkan

siswa

secara

untuk

garis

memberikan

besar

mengenai

pengoperasian computer pada waktu pelaksanaan UN.
Pada level PTK, guru-guru (proktor dan teknis) dilibatkan
dalam sejumlah pelatian baik internal maupun external.
2. Literasi Digital di Tingkat Siswa
Pada

tingakat

siswa,

literasi

digital

dilakukan

untuk

menyalurkan bakat-bakat siswa secara positif pada dunia
digital. Selain itu, gerakan literasi digital pada tingkat
siswa,

sebetulnya

mengandung

“agenda

terselubung”

yakni pengendalian pengunaan media sosial, khususnya
Facebook.
Secara praktis, pelatihan digital pada siswa memiliki
beberapa menu diantaranya; Pelatihan pembuatan email,
pelatihan pembuatan blog, pelatiahan pembuatan chanel
youtube. Sampai saat ini pelatihan pembuatan blog baru
sebatas

latihan

memposting

berita

atau

opini

pada

kelompok minat jurnalistik.
Pada kelompok jurnalistik, siswa siswi ditalih menangkap
dan

memposting

berita

seputar

sekolah.

kelompok-

kelompok tersebut dijadwal per minggu untuk giliran
bertugas. Mereka bertugas, mulai dari mencari berita,

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 19

mewawancara

narasumber,

mengedit

berita

dan

memposting berita pada
https://wordpress.smandunes.wordpress.com. Secara garis
besar tampilan berita pada blog tersebut dapat dilihat pada
screen capture dibawah ini:

Selain itu, pengendalian pengunaan media sosial Facebook
rencanaanya

dilakukan

dengan

melakukan

lomba

pembuataan gambar meme di didinding facebook masingmasing siswa. Meme tersebut disyaratkan harus mengandung
pesan

positif

tentang

visi-misi

sekolah,

nilai-nilai

dan

keyakinan sekolah, hal ini dilakukan untuk menghidupkan visi
misi sekolah pada tingkat discourse. Adapun salah satu syarat
pada lomba tersebut adalah berteman dengan guru di
facebook minimal 21 guru. Hal tersebut dilakukan agar
dengan muda guru-guru memantau aktifitas siswa siswi di
facebook.
3. Literasi Digital Pada Level Guru-guru
Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 20

Pada level guru-guru, menu literasi digital lebih diutamakan
pelatihan

pembuatan

media

belajar

interaktif

dan

pemanfaatan suber belajar dari internet. Dengan demikian
fokus

pelatihannya

adalah

pembuatan

media

belajar

interaktif PPT, Adobe Flash, pelatihan pembuatan blog dan
pemanfaatan HTML; sedangkan untuk pemanfatan media
online sebagai suber belajar dilakukan dengan mendirikan
group facebook masing-masing mata pelajaran, membuat
blog dan lain-lain.
Pelatihan ini berlansung satu kali dalam sebulan, pada
akhir pekan (hari sabtu). Sampai saat ini, yang telah
dilakukan

adalah

pelatihan

pemanfaatan

blog

dan

pembuatan PTT, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
hasil kerja salaah seorang guru dibawah ini:
Gambar
Blog
Salah
Seorang
Guru
dalam
link
https://yohanesbaptistablog.wordpress.com/2016/03/29/ma
ke-it-closer-to-them

Gambar 2: Gambar Tangkap Layar PPT Salah Seorang Guru

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 21

PENUTUP
Tampak

jelas

bahwa,

dinamika

perkembangan

dan

konteks persekolahan sangat dominan dalam menentukan menu
pembinaan di SMAN 2 Borong. Sesuai dengan konteks kekinian
bahwa sekolah memikul beban ganda, yakni tangungjawab untuk
mejadi benteng nilai dan sekaligus lokomotif perubahan, maka
SMAN 2 Borong menyiasati dengan sejumlah program unggul
dengan dua sasaran akhir, yakni pembentukan sikap dan
penentasan literacy digital. Program=program tersebut disebut
unggul karena diyakini dapat menanamkan sikap=sikap yang
dapat memediasi prestasi belajar, sekaligus menjawab tututan
perubahan.
Melalui
Literasi

program

Sekolah,

unggulan

Kesehatan

pengasramaan,
dan

Gerakan

Keselamatan,

dan

pengembangan bakat dan minat lainnya; target pembentukan
sikap

menjadi

khas

dan

tertentu

sesuai

dengan

konteks

persekolahan. Pembentukan sikap belajar yang tepat dan sikap
sosial dilatih dan dibiasakan melalui menu=menu pembinaan
yang terdapat dalam program pengasramaan. Kultur dan sikap
cinta membaca dilatih dan dibiasakan melalui GLS, sedangkan
kesadaran akan kesehatan dan keselamatan komunitas digalakan
melaui gerakan K3. Pembentukan sikap lain=lain yang telah

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 22

teruji melalui capai sekolah, dipertahankan dalam sejumlah
program pengembangan minat dan bakat.
Untuk menjawab tututan literasi digital dan pengendalian
dampak

negative

dari

perkembangan

teknologi

informasi,

sekolah menjawabnya melalui propaganda pemanfaatan sarana
digtal sehat melalui sejumlah program unggul yakni pelaksanaan
UNBK, sejumlah pelatihan literasi digital pada level siswa dan
pelatihan literasi digtal dikalangan PTK.
Dengan demikian kondisi=kondisi yang mendukung dan
memediasi prestasi belajar sebagaimana yang dituntut kurikulum
nasional

telah

tercipta.

Melalui

penciptaan

kondisi=konsisi

tersebut, paradigma target dan capaian sekolah unggul berada
dalam konteks tertentu yang sesui dengan kondisi lingkungan
persekolahan.
REFERENSI
Herbiadi, Ardianus. 2017. Hubungan Antara Sikap Dengan Hasil
Belajar

Siswa

DalamMata

Pelajaran

Fisika

Di

SMA.

http://download.portalgaruda.org/article.php
http://www.safetyshoe.com/ 3-faktor-penyebab-kecelakaan-kerjak3-mencakup-5-m-faktor-manusia/
Jun, Pei, Wong, Pearl.2012. Blogging for Education: Unleashing
the Potential of Humble Blog A case Study into the
Application of Blog as Parts of a Project Portofolio.
Advance in Language and Literrary Studies. Vol.3 No.2.
Australian Internasional Academic Centre, Australia
Kemdikbud. 2016. Panduan Gerakan Litersi Sekolah di Sekolah
Menenga Atas. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah
Miftahudin.2014. Pendidikan, Globalisasi, dan Akhlat.

Jurnal

Penidikan Karakter.Th.V Nomor 3. FKIP UNY

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 23

Putra, Yanuar S. 2016. Theoritical Review :Teori Perbedaan
Generasi. Among Makarti Vol.9 No.18, Desember 2016
Sujarwo. 2006. Reorientasi Pengembangan Pendidikan Di Era
Global. Majalah Ilmu Pendidikan: Dinamika Pendidikan. Th.
XII: 02. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Wahyu Bimantara F. 2017. Hubungan Sikap Dan Motivasi Belajar
Dengan Prestasi Belajar Ips Terpadu Siswa Kelas VIII.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPG/article
Zanwir. 2009. Upaya Menciptakan Sekolah Yang Aman, Nyaman
Dan

Efektif

Dalam

Pembelajaran.

bdkpadang.kemenag.go.id
Zuchdi,

Darmiyati.

1995.

Pembentukan

Sikap.

Cakrawala

Pendidikan Nomor 3, Tahun XlV

Best Practice Peningkatan Mutu SMAN 2 Borong 2018

Page 24