BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBON PADA DAUN KAYU BESI (Metrosideros petiolata Koord.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NANGA-NANGA PAPALIA KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
496
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea,
Vol.
4 (1),
Hal :Sulawesi
496-507,Tenggara
April, 2017
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga
Papalia
Kota
Kendari
BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBON PADA DAUN KAYU BESI (Metrosideros
petiolata Koord.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NANGA-NANGA PAPALIA
KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
Sitti Wirdhana Ahmad 1, Muhsin 1, Achmad Akbar Bafaddal 2
1
Dosen Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo Kendari
2
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo Kendari
1
*e-mail corres ponding author : wirdhanaaxtalora@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa dan kandungan karbon pada daun
kayu besi (M etrosideros petiolata Koord.) pada bulan berbeda di kawasan Hutan
Lindung Nanga- Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Pengambilan serasah
daun kayu besi di Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi
Tenggara dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan tiga titik
lokasi pengamatan dengan masing - masing ketinggian yang berbeda. Analisis biomassa
dihitung dengan menggunakan microsoft excel windows 8 dan kandungan karbon
diukur menggunakan kadar abu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa serasah
daun kayu besi tertinggi di bulan Januari 2017 sebesar 14,00 g/m 2 dan titik III (ketinggian
±293 mpdl) sebesar 21,67 g , biomassa serasah daun kayu besi terendah di bulan
November 2016 sebesar 5,54 g/m 2 dan Titik II (ketinggian ±259 mdpl) sebesar 3518,11
g. Kandungan karbon pada serasah daun kayu besi tertinggi di bulan Januari 2017
sebesar 5289,61 g dan Titik I sebes ar 3518,11 g, terendah di bulan November 2016
sebesar 850,14 g dan Titik III sebesar 333,242 g.
Kata Kunci : Kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.), Serasah Daun,
Kandungan Karbon, Hutan Lindung.
Biom assa,
Abstract
The present study was aimed to determine the biomass and carbon content
(Metrosideros petiolata Koord.) of ironwood leaf (Metrosideros petiolata koord.) at
different months in Nanga- Nanga Papalia protected forest area at Kendari Southeast
Sulawesi. Litterfall sampling of ironwood leaf in Nanga-Nanga Papalia protected forest
area at Kendari Southeast Sulawesi was done by purposive sam pling method. This
research used three points location of observation with different altitude. Biomass
analyses was measured using microsoft excel windows 8 and the carbon content was
measured using ash methods. The results showed that the ironwood litterfall biomass
was highest on January 2017 as big as 14,00 g/m 2 and in the third point (altitude ±293
mdpl) as big as 21,67 g, the ironwood litterfall biomass was lowest on November 2016
as big as 5,54 g/m 2 and in the sec ond point (altitude ±259 mdpl) as big as 3518,11 g.
The carbon content of ironwood litterfall was highest on January 2017 as big as
5289,61 g and in the first point as big as 3518,11 g, besides the lowest was on
November 216 as big as 850,14 g and in the third point as big as 333,242 g .
Keywords : Ironwood (Metrosideros petiolata Koord.), Leaf litterfall, Biom ass, Carbon
content, Protected forest.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
497
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
sebagai Hutan Papalia. Kawasan ini
menjadi habitat berbagai flora dan fauna
PEND AHULUAN
serta fungsi hidrologis sebagai daerah
Indonesia memiliki potensi yang
sangat
besar
dalam
pengembangan
tangkapan atau resapan air bagi kota
Kendari dan sekitarnya. Tipe ekosistem
tropika.
di Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia
Kawasan hutan yang dapat berfungsi
term asuk hutan heterogen. Potensi flora
sebagai kawasan wisata yang berbasis
dan fauna yang terdapat dalam kawasan
lingkungan adalah kawasan pelestarian
Hutan Lindung
alam (tam an nasional, taman hutan raya
yang terdiri beragam jenis dan spesies
dan tam an wisata alam), kawasan suaka
dengan komposisi flora yang beragam.
alam (suaka margasatwa) dan hutan
Berdasarkan laporan hasil inventarisasi,
lindung melalui kegiatan wisata alam
tercatat sedikitnya 27 jenis tum buhan
terbatas, serta
yang
tingkatan pohon, 38 jenisnya tingkatan
berfungs i sebagai wana wisata (Flamin
tihang, 39 tingkatan pancang dan 6 jenis
dan As naryati, 2013).
rotan serta berbagai jenis epifit yang
ekowisata
kawasan
hutan
hutan
produksi
Sulawesi Tenggara m enjadi bagian
dari
wilayah
pulau
Sulawesi
yang
Nanga-Nanga Papalia
ditem ukan di Hutan Lindung
Nanga-
Nanga Papalia tersebut. Salah satu jenis
memiliki keanekaragam an flora cukup
tumbuhannya
yaitu
kayu
besi
tinggi yang tersebar di berbagai tipe
(Metrosideros
petiolata
Koord.)
yang
vegetasi (BKSDA Sultra, 2006). Kawasan
memiliki
struktur
pertumbuhan
yang
hutan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
berbeda
berdasarkan
ditetapkan berdasarkan SK penunjukan
pancang dan semai (Komunitas Teras,
Menteri Kehutanan
454/Kpts-
2008). Kayu bes i (Metrosideros petiolata
II/1999 tanggal 17 Juni 1999 adalah
Koord.) mem punyai nilai ekonomi tinggi,
seluas ± 2.600.137 Ha. Kawasan hutan
kegunaan yang beraneka ragam serta
ini terdiri atas kawasan hutan konservasi
memiliki
dengan luas± 274.069 Ha, serta kawasan
terpisahkan dari budaya dan
hutan lindung dengan luas ±1.061.270
tradisional
Ha, dan hutan produksi ±1.264.798 Ha
dan Murniati, 2014).
Nomor
nilai
Salah satu dari kawasan hutan
khusus
mas yarakat
Biom assa
(Departemen Kehutanan, 2002).
pohon,
yang
tihang,
yang
tidak
ritual
(Pradjadinata
terdapat
di
perm ukaan bumi kurang lebih terdapat
lindung yang ada yaitu Hutan Lindung
90
Nanga-Nanga
berbentuk pokok kayu, dahan, daun,
Papalia
atau
dikenal
%
terdapat
dalam
hutan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
yang
498
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
akar,
serasah,
renik
(Arief,
hewan,
dan
jasad
parang, gunting, GPS (Global Position
ini
Systema), Litter trap, neraca analitik, alat
merupakan tem pat penyimpanan karbon
tulis, Oven, cawan petri, eksikator, pinset,
dan disebut rosot karbon (carbon sink).
cawan porselen, lux meter, gygrom eter,
Karbon yang tersim pan dalam hutan di
soil tester, blender besi, serasah daun
seluruh dunia diperkirakan sekitar 830
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.),
milyar
merupakan
tali nilon, kawat kecil, jaring/net diam eter
sebagian besar dari kandungan karbon
0,5 m, kantong serasah/ litterbag, kertas
dalam atm osfir yang terikat dalam CO 2.
label, am plop, kantung plastik, karung
Secara um um
plastik, kantong sampel dan akuades.
ton.
milyar
2005).
Jumlah
ton
Biom assa
ini
sekitar 40% atau 330
karbon
tersimpan
dalam
bagian pohon dan bagian tum buhan
Prosedur Penelitian
hutan lainnya di atas permukaan tanah,
1. Penentuan Lokasi Studi
sedangkan sisanya yaitu sekitar 60%
Langkah - langkah survey lokasi
atau 500 milyar ton tersimpan dalam
sebagai berikut:
tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di
a. Survei awal untuk menentukan tempat
dalam hutan (Suhendang, 2002).
lokasi penelitian.
Penelitian m engenai biomassa dan
b. Menentukan titik lokasi
adalah
pengam atan
kandungan karbon berdasarkan struktur
berdasarkan ketinggian tem pat secara
pertumbuhan kayu bes i (Metrosideros
purposiv e sampling dim ana terdapatnya
petiolata
Koord.)
di
Lindung
Nanga-Nanga
Sulawesi Tenggara
Olehnya
itu,
memberikan
Kota
belum
penelitian
kayu
dilakukan.
ini
petiolata Koord.)
dapat
kepada
mengenai
besi
Hutan
Kendari
inform asi
masyarakat sekitar
tum buhan
kawasan
kondisi
(Metrosideros
di daerah tersebut.
Berdas arkan uraian sebelumnya, maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
pohon
kayu
petiolata Koord.).
1. Titik
I
dengan
titik
(S: 04o 03''26,0''
dan
kordinat
122o
E:
34'30,0''), ketinggian ± 246 m dpl.
2. Titik
II
dengan
(S: 04o 03' 31,4''
titik
dan
kordinat
122o
E:
34'21,7''), ketinggian ± 259 m dpl.
3. Titik
III
o
penelitian ini.
bes i besi (Metrosideros
dengan
(S: 04 03'32,1''
titik
dan
kordinat
E:
122o
34'34,9''), ketinggian ± 293 m dpl.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan
c. Pembuatan
jaring
perangkap
serasah berbentuk segiempat dengan
dalam penelitian ini yaitu kam era digital,
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
499
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
ukuran 2x2 m sebanyak 2 jaring pada
c.
setiap titik lokasi pengamatan.
dimasukkan
2. Pe masangan Litter Trap
kem udian
Pemasangan
serasah
(litter
1
perangkap
setiap
trap)
pohon
berdas arkan ketinggian tem pat secara
Sampel
yang
telah
kedalam
ditim bang
karung
plastik
berat
keringnya
sam pel
daun
tim bangan
analitik
masing-masing
menggunakan
dikeringkan
(BOECO) lalu dicatat.
ditempatkan
d. Mendestruksi tiap sam pel serasah
pada ketinggian 2 m diatas permukaan
daun kayu besi (M etrosideros petiolata
tanah dengan menggunakan penyangga
Koord.) dengan menggunakan belender
kayu.
hingga menjadi serbuk
purposive
dan
sampling
e. Menyim pan serbuk kedalam cawan
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Adapun
lingkungan
pengukuran
yang
dilakukan
penelitian
ini
meliputi
intesitas
cahaya,
kelembapan
faktor
udara,
pada
pengukuran
petri untuk dianalisis kandungan karbon.
5. Pengukuran Biomassa
a. Perhitungan Kadar Air
suhu
udara,
Perhitungan kadar
pH
tanah,
dilakukan dengan menggunakan rumus
kelembaban tanah, data curah hujan dan
air
serasah daun
(Haygreen dan Bowyer 1989).
kecepatan angin (data sekunder).
b. Perhitungan Biomassa
4. Preparasi Sampel
Perhitungan
Adapun tahapan preparasi sampel
biom assa
serasah
dilakukan dengan menggunakan rumus
adalah sebagai berikut:
(Haygreen dan Bowyer 1989).
a. Pengambilan sampel serasah pada
B=
tiap titik pengam atan permanen dilakukan
setiap bulan dengan cara mengambil
setiap serasah yang terperangkap di
dalam litter trap dan dimasukkan ke
dalam kantung serasah atau litterbag lalu
Bb
1+ %KA
100
Keterangan :
%KA = Persentase kadar air
Bb
= Berat basah
B
= Biomassa
dikumpulkan ke dalam kantong plastik.
6. Analisis Kandungan Karbon
b.
a. Analisis Kadar Karbon
Serasah
(Metrosideros
telah
berat
daun
daun
kayu
besi
petiolata
Koord.)
yang
Hal yang pertam a dilakukan sebelum
ditimbang
penghitungan kadar karbon terikat di
dipisahkan
basah
kem udian
dan
dikeringkan
laboratorium yaitu sebagai berikut:
menggunakan oven pada suhu
85o C selama 48 jam.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
500
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
1)
Persiapan
contoh
uji
dilakukan
BKc
dengan cara bahan-bahan yang telah
Keterangan:
diperoleh di lapangan berupa serasah
BKc = berat kering contoh uji (g/kg)
daun dari setiap jenis pohon yang terpilih
%KA = persentas e kadar air
dan dioven pada suhu ± 85ºC selama 48
BBc = berat basah contoh uji (g/kg)
jam.
Setelah
kering
bahan-bahan
tersebut dibuat m enjadi serbuk dengan
b) Penentuan Kandungan Abu
menggunakan blender.
Prosedur
2)
Penghitungan
kadar
karbon
penentuan
menggunakan
kadar
Am erican
abu
Society
for
diperoleh dari hasil analisis laboratorium.
Testing M aterial (ASTM)
Sampel akan dianalisis di Laboratorium
Sutapa dan Irawati (2006). Sisa contoh
Forensik
uji dari penentuan kadar zat terbang
dan
Biom olekuler,
Fakultas
Matem atika dan Ilm u Pengetahuan Alam,
dimasukkan
Universitas Halu Oleo, Kendari. Indriyana
bersuhu
(2014)
Selanjutnya
m enyatakan
proses
untuk
ke
D
dalam
950oC
2866-94
tanur
selama
listrik
6
didinginkan
jam.
didalam
mendapatkan kadar karbon terikat yang
desikator dan kemudian ditim bang untuk
dilakukan di laboratorium m encakup 3
mencari berat akhirnya, berat akhir (abu)
proses yaitu :
yang dinyatakan dalam persen terhadap
a) Penentuan Zat Terbang
berat kering tanur contoh uji m erupakan
Prosedur penentuan zat terbang yang
kadar abu contoh uji.
digunakan
dinyatakan
berdasarkan
Am erican
Society for Testing Material (ASTM)
5832-98
D
Sutapa dan Irawati (2006).
Kadar
abu
dalam persen dengan rumus Sutapa dan
Irawati (2006):
Pertama, Cawan porselen diisi dengan
contoh
uji berupa serbuk sebanyak ± 2
gram, kem udian
dengan
penutupnya.
dim asukkan
bersuhu
Kemudian
cawan
ke
950
o
dalam
C
cawan
ditutup
rapat
Contoh
tanur
selama
berisi
2
uji
listrik
m enit.
contoh
uji
c) Penentuan Kadar Karbon
tersebut didinginkan dalam desikator dan
Penentuan kadar karbon contoh uji dari
selanjutnya ditim bang. Kadar zat terbang
tiap-tiap bagian pohon m enggunakan
dinyatakan dalam persen (%) dengan
ASTM D-3175 Sutapa dan Irawati (2006),
rumus sutapa dan irawati (2006):
dim ana
%Kadar air = BBc-BKc x 100
merupakan
kadar
hasil
karbon
contoh
pengurangan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
uji
100%
501
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
terhadap kadar zat terbang dan kadar
merupakan daerah tangkapan/ resapan
abu.
air
Kadar
karbon
tetap
ditentukan
berdasarkan Standar Nasional Indonesia
bagi wilayah
Kota
Kendari
dan
sekitarnya (Komunitas Teras, 2008).
Kawasan Hutan Lindung Nanga-
(SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut:
Nanga
Papalia
Kota
Kendari
yang
b. Perhitungan Kandungan Karbon
menjadi titik lokasi penelitian yaitu Titik I
Penghitungan kandungan karbon untuk
dengan titik koordinat (S: 04 03’26,0” dan
masing-masing sam pel serasah dapat
E : 122o 34’30,0”), ketinggian ±246 mdpl.
diperoleh dengan mangalikan biom assa
Titik II dengan titik koordinat (S: 040
masing-masing sampel serasah daun
03’31,4”
dengan persentase kadar karbon terikat
ketinggian ±259 mdpl. Kemudian Titik III
hasil analisis di Laboratorium (Indriyana,
dengan titik koordinat (S: 04o 03'32,1'' dan
2014). Adapun rumus yang
E : 122o 34'34,9”), ketinggian ±293 m dpl.
o
digunakan adalah sebagai berikut:
dan
:122o
E
34’21,7”),
Secara ekologis Hutan Lindung
Wc = % Kadar Karbon x B
Nanga-
Nanga Papalia Kota Kendari
memiliki beranekaragam jenis flora dan
fauna. Menurut Rahardi (2014) bahwa
Hutan Lindung Nanga- Nanga Papalia
HASIL D AN PEMBAH AS AN
Kota Kendari tersusun atas komposisi
A. Gambaran Umum Hutan Lindung
Nanga - Nanga
tumbuhan
Lindung
Nanga-Nanga
Papalia adalah kawasan hutan negara
Indonesia yang berada
Kota
Kendari
Tenggara
yang
di
Provinsi
terham par
kawasan
Sulawesi
secara
geografis dari 122°31’28,4”-122°39’37,4”
BT dan
04°01’18”-04°06’28,4”
LS
dengan luas total kawasan 6.675 Ha.
Berada dalam dua wilayah administrasi
pem erintahan, yaitu Kabupaten Konawe
Selatan seluas
4.160
Ha dan Kota
Kendari
2.515
Ha.
seluas
Hutan Lindung
Kawasan
Nanga-Nanga Papalia
pohon
yang
beragam dan m enunjukkan jumlah jenis
yang
Hutan
golongan
bervariasi.
Hasil
identifikasi
ditemukan sebanyak 53 jenis tum buhan
yang
tergolong
dalam
27
famili,
terdistribusi dari tingkatan pertum buhan
pohon,
tihang,
Selanjutnya
pancang
dan
terlihatbahwa
Euphorbiaceae
dan
semai.
famili
Fabaceae
merupakan famili dengan jumlah jenis
terbanyak yaitu : masing-m asing 7 jenis,
kem udian diikuti oleh famili Myrtaceae
dan Moraceae masing- masing sebanyak
4 jenis,
Verbenaceae sebanyak 3 jenis.
Selanjutnya
Dipterocapaceae,
famili
Rubiaceae,
Sapindaceae dan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
502
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Anacardiaceae masing-masing 2 jenis.
memiliki suhu udara berkisar 30,53 -
Sedangkan yang terkecil adalah jenis -
30,68 oC dan Titik III m emiliki suhu udara
jenis dari 20 famili lainnya yang masing-
berkisar 22,75 - 23,15 oC. Pengukuran
masing hanya 1 jenis.
suhu tanah pada Titik I lokasi penelitian
berkisar 27,5 - 28 oC, Titik II berkisar 27
o
B. Faktor Lingkungan
C dan pada Titik III memiliki suhu tanah
Faktor lingkungan atau param eter
berkisar 28,25 - 28,75 oC. Pengukuran
lingkungan merupakan suatu faktor yang
kelembaban udara pada Titik I lokasi
mempengaruhi
organisme
penelitian bekisar 79,75 - 83,25 o C, Titik
perkembangannya
II mem iliki kelem baban udara berkisar
daun
79,75 - 81,5 o C dan Titik III berkisar 79,5
dalam
kehidupan
pros es
khususnya
seras ah
kayu
besi
(Metrosideros petiolata Koord.) sehingga
- 82 oC.
Hasil rata-rata pengukuran faktor
parameter lingkungan sangat perlu untuk
diperhatikan
dan
pengukuran
faktor
setiap
titik
diukur.
Hasil
lingkungan
lingkungan
pada
kes amaan yaitu 6 pada setiap titik lokasi
pengamatan
di
lokasi
pada
pengamatan.
pH
tanah
memiliki
Pengukuran
intesitas
penelitian di Kawasan Hutan Lindung
cahaya pada Titik I berkisar 294,5
Nanga-Nanga
489,25 Cd, Titik
Papalia
Kota
Kendari
-
II bekisar 281,25 -
323, Cd dan Titik III berkisar 345,75 -
dapat dilihat pada Tabel 3.
425,75 Cd. Kondisi ini dipengaruhi pada
Tabel
3.
Hasil Pengukuran Faktor
Lingkungan pada Tiap Titik
Pengamatan.
beberapa
bagian
lokas i
pengamatan
memiliki sifat tanah yang asam yaitu 6
dan tingkat ketinggian yang berbeda
pada setiap titik pengamatan. W alaupun
ada kec enderungan terjadinya penurunan
suhu udara dan peningkatan kelem baban
udara dengan m eningkatnya ketinggian
tempat namun secara umum
Keterangan :
Titik I : Ketinggian ±246 mdpl. Titik II :
Ketinggian ±259 mdpl. Titik III
:
Ketinggian ±293 mdpl.
faktor lingkungan relatif sama. Kondisi ini
disebabkan pada beberapa bagian lokasi
pengam atan
telah
vegetasi
akibat
faktor lingkungan (Tabel 3) nilai rata-rata
hutan
(pohon)
suhu udara pada Titik I lokasi penelitian
masyarakat.
Berdasarkan
berkisar
30,55
hasil
- 31,23
pengukuran
o
C, Titik
kondisi
terjadi
aktivitas
kerusakan
penebangan
yang
II
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
dilakukan
503
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
C. Curah Hujan dan Kecepatan Angin
Curah hujan selama bulan November
2016-Januari
penelitian
2017
di
berdasarkan
sekitar
Gambar 5. Kecepatan Angin selam a
bulan November 2016Januari 2017.
lokasi
sum ber
Berdasarkan
BPP
Anduonohu disajikan pada Gambar 4.
Gambar
5
menunjukkan bahwa kecepatan angin
bervariasi,
kecepatan
angin
tertinggi
terjadi pada bulan Januari 2017 sebes ar
5,1 Knot dan data kecepatan angin
yang terendah pada bulan Desember
2016 sebesar 4,5 Knot.
D.
Gambar 4. Curah Hujan Selama bulan
November
2016-Januari
2017.
Nilai Persen (%) Kadar Air
Serasah
Daun
Kayu
Besi
(Metrosideros petiolata Koord.)
Nilai rata-rata persen (%) kadar air
serasah daun kayu besi (Metrosideros
Hasil penelitian studi curah hujan
dari
bulan
Novem ber
2016
sam pai
Januari 2017 di wilayah studi bervariasi
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
petiolata
Koord.)
November
2016
selam a
-
Januari
bulan
2017
di
kawasan lokasi penelitian disajikan pada
Gam bar 6.
bulan Desem ber 2016 yaitu sebesar 203
mm dan curah hujan terendah
yaitu
terjadi
2016
pada
bulan
November
sebesar 70 mm.
Kecepatan angin di wilayah studi
berdasarkan sumber stasiun meteorologi
maritim Kendari disajikan pada Gambar
5.
Gambar 6. Nilai Persen (%) Kadar Air
Serasah Daun Kayu Bes i
(Metrosideros
petiolata
Koord.) di Lokasi Penelitian
Selam a Bulan November
2016 – Januari 2017
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan nilai persen (%) kadar air
serasah daun kayu besi (Metrosideros
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
504
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
petiolata Koord.) selama tiga bulan yaitu
pada tiga lokasi penelitian disajikan pada
bulan Novem ber 2016 sampai bulan
Gam bar 8.
Januari
2017
yaitu
bervariasi.
Nilai
persen (%) kadar air serasah daun kayu
besi (Metrosideros petiolata Koord.) yang
tertinggi di bulan Januari 2017 sebesar
22,83% dan nilai persen (%) kadar air
serasah daun kayu bes i (Metrosideros
petiolata Koord.) yang terendah di bulan
Desem ber 2016 sebesar 17,25%.
pohon
Gambar 8. Biomassa Serasah Daun
Kayu Besi (M etrosideros
petiolata Koord.) Selama
Bulan November 2016 –
Januari 2017
dari
Berdasarkan data yang diperoleh
kandungan biomassa tiap organ pohon
dari hasil penelitian, diketahui bahwa
yang merupakan gam baran total m aterial
terjadi kenaikan biomassa seras ah daun
organik hasil dari fotosintesis. Melalui
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
proses fotosintesis, CO2 di udara diserap
pada setiap bulannya. Nilai biom assa
oleh tanam an dengan bantuan sinar
serasah daun ka yu besi (Metrosideros
matahari
menjadi
petiolata Koord.) tertinggi selam a tiga
karbohidrat. Selanjutnya, didistribusikan
bulan pada Hutan Lindung Nanga-Nanga
ke seluruh tubuh tanam an dan ditim bun
Papalia Kota Kendari terdapat pada
dalam bentuk daun, batang, cabang, buah
bulan Januari 2017 sebesar 14,00 g/m 2.
dan bunga (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Biom assa
E. Biomassa Serasah Daun Kayu Be si
(Metrosideros petiolata Koord.)
Kandungan
merupakan
biom assa
penjumlahan
kemudian
Biom assa
diubah
yang
dihitung
pada
serasah
(Metrosideros
daun
kayu
petiolata
besi
Koord.)
penelitian ini m erupakan bahan organik
terendah pada bulan November 2016
yang hidup di atas tanah pada pohon
sebesar 5,54 g/m 2 . Salah satu faktor
berupa
serasah
(Metrosideros
daun
petiolata
kayu
besi
Koord.)
dari
setiap bulan pengamatan berdasarkan
ketinggian tempat pengam atan.
Hasil
pengukuran
daun
biomassa
serasah
yang mem pengaruhi tingginya biom assa
serasah daun kayu bes i (Metrosideros
petiolata Koord.) pada bulan Januari
2017 yaitu kecepatan angin sebesar 5,1
Knot.
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
505
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
bes i (Metrosideros petiolata Koord.) di
Sehingga
banyaknya
Biom assa
dapat
guguran
serasah
menyebabkan
daun
daun
(serasah).
kayu
besi
(Metrosideros petiolata Koord.) pada tiga
titik
lokasi
penelitian
disajikan
Hutan Lindung
Nanga-Nanga Papalia
Kota Kendari selam a bulan November
2016 – Januari 2017 disajikan pada
Gam bar 10.
pada
Gam bar 9.
Gambar 9. Biomassa Serasah Daun
Kayu besi (M etrosideros
petiolata Koord.) pada Tiga
Titik Lokasi Penelitian
Gambar 10. Kandungan Karbon Serasah
Kayu Besi (Metrosideros
petiolata Koord.) Selam a
Bulan November 2016 –
Januari 2017
Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian, diketahui bahwa
terjadi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan biom assa serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
yang tertinggi yaitu pada Titik I sebesar
11,59 g/m 2 biom assa serasah daun kayu
bes i (Metrosideros petiolata Koord.) yang
terendah yaitu pada Titik II sebesar 8,04
g/m 2.
Faktor
yang
mem pengaruhi
tingginya biom assa serasah daun kayu
besi (M etrosideros petiolata Koord.) yaitu
intesitas cahaya sebesar 489,25 Cd.
F. Kandungan Karbon pada Serasah
Daun Kayu Besi (M etrosideros
petiolata Koord.)
kenaikan
kandungan
karbon
serasah daun kayu besi (Metrosideros
petiolata Koord.) pada setiap bulannya.
Nilai kandungan karbon serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
tertinggi selama tiga bulan pada Hutan
Lindung
Nanga-Nanga
Papalia
Kota
Kendari terdapat pada bulan Januari
2017 s ebesar 5289,61 g, kandungan
karbon pada serasah daun kayu besi
(Metrosideros petiolata Koord.) terendah
yaitu bulan Novem ber 2016 sebesar
850,14 g.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan kandungan karbon serasah
Hasil penelitian kandungan karbon
daun kayu besi (Metrosideros petiolata
terikat pada daun dari tumbuhan kayu
Koord.) pada tiga titik lokasi penelitian
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
506
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
yang tertinggi yaitu pada Titik I sebesar
3518,1 g, kandungan karbon serasah
daun kayu besi (Metrosideros
Koord.)
petiolata
berhubungan
atau
berkaitan
dengan
biom assa karena biomassa serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
tertinggi yaitu serasah daun kayu besi
(Metrosideros
petiolata
Koord.)
pada
Bulan Januari sebesar 14,00 gr dan Titik I
sebesar 11,59 g.
hasil
Berdasarkan
has il
penelitian
pem bahas an
ini,
m aka
dari
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Biom assa
serasah
daun
kayu
bes i (Metrosideros petiolata Koord.)
pada bulan November 2016 sebesar
5,54 g/m 2 , bulan Desem ber
2016
2
sebesar 11,62 g/m dan bulan Januari
2017 sebesar 14,00 g/m 2 .
Berdasarkan data yang diperoleh
karbon
Simpulan
terendah pada Titik III yaitu
sebesar 333,242 g. Kandungan karbon
dari
PENUTUP
penelitian
kandungan
terikat kandungan karbon pada
serasah daun kayu besi (Metrosideros
petiolata Koord.) pada bulan November
2016 sebesar 850,14 g, bulan Desember
2. Kandungan karbon pada serasah daun
kayu
besi
(Metrosideros
petiolata
Koord.) pada bulan November 2016
sebesar 850,14 g, bulan Desember
2016 sebesar 3018,85 g dan bulan
Januari 2017 s ebesar 5289,61 g.
2016 sebesar 3018,85 g dan bulan
Januari 2017 sebesar 5289,61 g, yang
ditunjukkan
oleh
masing-masing
Saran
Saran melalui penelitian ini yaitu
serasah daun menunjukkan kem ampuan
perlu adanya penelitian mengenai potensi
tumbuhan sebagai penampungan CO 2
kandungan karbon pada tegakan pohon
dari
berdiri yang meliputi cabang, ranting,
atmosfir
setelah
melalui
proses
fotosintesis dan respirasi. Menurut Novita
(2010)
bahwa
tumbuhan
m emiliki
kem ampuan untuk mengikat gas CO2 di
udara secara enzimatik oleh akseptor
berkarbon
Bifosfat)
5
dalam
(RuBp/Ribulosa-1,5suatu
proses
pem bentukan karbon pada siklus Calvin
dalam proses fotosintesis. Pada proses
respirasi, hasil proses fotosintesis akan
dioksidas i
m elalui
tahapan
batang, tumbuhan bawah, dan tanah.
glikolisis,
lintasan pentose dan fosfat oksidatif.
DAFT AR PUST AKA
Arief, A., 2005, Hutan dan Kehutanan,
Kanisius, Yogyakarta.
Balai Konservasi Sum ber Daya Alam
Sultra, 2006, Informasi Kawasan
Konservasi
Provinsi
Sulawes i
Tenggara,
Balai
Konservas i
Sumber Daya Alam – Sultra,
Kendari.
Departemen Kehutanan., 2002, Data dan
Informasi
Kehutanan
Propins i
Sulawes i
Tenggara,
Pusat
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Inventarisasi
dan
Statistik
Kehutanan,
Badan
Planologi
Kehutanan, Jakarta.
Flamin, A., Asnaryati., 2013, Potensi
Ekowisata
dan
Strategi
Pengembangan Tahura Nipa-Nipa
Kota Kendari Sulawesi Tenggara,
Jurnal
Penelitian
Kehutanan
Wallace, 2(2): 154-168
Hairiah, K., dan Rahayu, S., 2007,
Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai M acam Penggunaan
Lahan, World Agroforestry Centre,
ICRAF Southeast Asia Regional
Office, Bogor.
Haygreen, J.G, Bowyer J.L., 1989, Hasil
Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu
Pengantar, Hadikusumo, S. A.
Penerjem ah Prawirohatm odjo, S.,
Editor, Gadjah Mada, Yogyakarta.
Indriyana, N.D., 2014, Analisis Biomassa
dan Kandungan Karbon pada
Jenis Serasah Daun Tanaman
Hutan
Kota
di
Arboretum
Arsitektur Lanskap, Tesis Institut
Pertanian Bogor, Hal 15
Komunitas Teras, 2008, Pemetaaan dan
Inventarisasi Potensi Kawasan
Hutan
Nanga-Nanga
Papalia,
Laporan Akhir Kegiatan, Bappeda
Sultra, Kendari.
Novita, N., 2010, Potensi Karbon Terikat
di Atas Permukaan Tanah pada
Hutan Gambut Bekas Tebangan di
Merang Sumatera Selatan, Tesis
Institut Pertanian Bogor, Hal 177
Pradjadinata,
S.,
Murniati.,
2014,
Pengelolaan dan Konservasi Jenis
507
Ulin
(Eusideroxylon
zwageri
Teijsm. & Binn.), Jurnal Penelitian
dan Konservas i Alam , 11(3): 205223
Rahardi, W ., 2014, Komposisi dan
Keanekaragaman
Jenis
Tumbuhan Pohon Golongan di
Kawasan Hutan Lindung NangaNanga Papalia Kota Kendari
Sulawesi Tenggara, Skripsi, Hal
34
Soem arwoto, O.,1992, Peran Hutan
Tropika
dalam
Hidro-orologi,
Pem anasan
Global,
dan
Keanek aragam an Hayati dalam
Melestarikan
Hutan
Tropika,
Permasalahan,
Manfaat
dan
Kebijakannya,
Yayasan
Obor
Indonesia, Jakarta.
Suhendang, E., 2002, Pengantar Ilm u
Kehutanan,
Institut
Pertanian
Bogor (IPB), Bogor.
Sutapa, J.P.G., dan Irawati, D., 2006,
Petunjuk Energi
Biom assa
Laboratorium Energi Biomassa,
Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Fahutan,
Universitas
Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Tulalessy, A. H., 2012, Potensi Flora di
Kabupaten Seram Bagian Barat,
Jurnal Ekologi dan Sains, 1(1): 1-6
Yamani, A., 2013, Studi Kandungan
Karbon
pada
Hutan
Alam
Sekunder di Hutan Pendidikan
Mendiangin Fakultas Kehutanan
Unlam , Jurnal Hutan Tropis, 1(1):
85-91.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea,
Vol.
4 (1),
Hal :Sulawesi
496-507,Tenggara
April, 2017
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga
Papalia
Kota
Kendari
BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBON PADA DAUN KAYU BESI (Metrosideros
petiolata Koord.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NANGA-NANGA PAPALIA
KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
Sitti Wirdhana Ahmad 1, Muhsin 1, Achmad Akbar Bafaddal 2
1
Dosen Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo Kendari
2
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo Kendari
1
*e-mail corres ponding author : wirdhanaaxtalora@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa dan kandungan karbon pada daun
kayu besi (M etrosideros petiolata Koord.) pada bulan berbeda di kawasan Hutan
Lindung Nanga- Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Pengambilan serasah
daun kayu besi di Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi
Tenggara dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan tiga titik
lokasi pengamatan dengan masing - masing ketinggian yang berbeda. Analisis biomassa
dihitung dengan menggunakan microsoft excel windows 8 dan kandungan karbon
diukur menggunakan kadar abu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa serasah
daun kayu besi tertinggi di bulan Januari 2017 sebesar 14,00 g/m 2 dan titik III (ketinggian
±293 mpdl) sebesar 21,67 g , biomassa serasah daun kayu besi terendah di bulan
November 2016 sebesar 5,54 g/m 2 dan Titik II (ketinggian ±259 mdpl) sebesar 3518,11
g. Kandungan karbon pada serasah daun kayu besi tertinggi di bulan Januari 2017
sebesar 5289,61 g dan Titik I sebes ar 3518,11 g, terendah di bulan November 2016
sebesar 850,14 g dan Titik III sebesar 333,242 g.
Kata Kunci : Kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.), Serasah Daun,
Kandungan Karbon, Hutan Lindung.
Biom assa,
Abstract
The present study was aimed to determine the biomass and carbon content
(Metrosideros petiolata Koord.) of ironwood leaf (Metrosideros petiolata koord.) at
different months in Nanga- Nanga Papalia protected forest area at Kendari Southeast
Sulawesi. Litterfall sampling of ironwood leaf in Nanga-Nanga Papalia protected forest
area at Kendari Southeast Sulawesi was done by purposive sam pling method. This
research used three points location of observation with different altitude. Biomass
analyses was measured using microsoft excel windows 8 and the carbon content was
measured using ash methods. The results showed that the ironwood litterfall biomass
was highest on January 2017 as big as 14,00 g/m 2 and in the third point (altitude ±293
mdpl) as big as 21,67 g, the ironwood litterfall biomass was lowest on November 2016
as big as 5,54 g/m 2 and in the sec ond point (altitude ±259 mdpl) as big as 3518,11 g.
The carbon content of ironwood litterfall was highest on January 2017 as big as
5289,61 g and in the first point as big as 3518,11 g, besides the lowest was on
November 216 as big as 850,14 g and in the third point as big as 333,242 g .
Keywords : Ironwood (Metrosideros petiolata Koord.), Leaf litterfall, Biom ass, Carbon
content, Protected forest.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
497
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
sebagai Hutan Papalia. Kawasan ini
menjadi habitat berbagai flora dan fauna
PEND AHULUAN
serta fungsi hidrologis sebagai daerah
Indonesia memiliki potensi yang
sangat
besar
dalam
pengembangan
tangkapan atau resapan air bagi kota
Kendari dan sekitarnya. Tipe ekosistem
tropika.
di Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia
Kawasan hutan yang dapat berfungsi
term asuk hutan heterogen. Potensi flora
sebagai kawasan wisata yang berbasis
dan fauna yang terdapat dalam kawasan
lingkungan adalah kawasan pelestarian
Hutan Lindung
alam (tam an nasional, taman hutan raya
yang terdiri beragam jenis dan spesies
dan tam an wisata alam), kawasan suaka
dengan komposisi flora yang beragam.
alam (suaka margasatwa) dan hutan
Berdasarkan laporan hasil inventarisasi,
lindung melalui kegiatan wisata alam
tercatat sedikitnya 27 jenis tum buhan
terbatas, serta
yang
tingkatan pohon, 38 jenisnya tingkatan
berfungs i sebagai wana wisata (Flamin
tihang, 39 tingkatan pancang dan 6 jenis
dan As naryati, 2013).
rotan serta berbagai jenis epifit yang
ekowisata
kawasan
hutan
hutan
produksi
Sulawesi Tenggara m enjadi bagian
dari
wilayah
pulau
Sulawesi
yang
Nanga-Nanga Papalia
ditem ukan di Hutan Lindung
Nanga-
Nanga Papalia tersebut. Salah satu jenis
memiliki keanekaragam an flora cukup
tumbuhannya
yaitu
kayu
besi
tinggi yang tersebar di berbagai tipe
(Metrosideros
petiolata
Koord.)
yang
vegetasi (BKSDA Sultra, 2006). Kawasan
memiliki
struktur
pertumbuhan
yang
hutan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
berbeda
berdasarkan
ditetapkan berdasarkan SK penunjukan
pancang dan semai (Komunitas Teras,
Menteri Kehutanan
454/Kpts-
2008). Kayu bes i (Metrosideros petiolata
II/1999 tanggal 17 Juni 1999 adalah
Koord.) mem punyai nilai ekonomi tinggi,
seluas ± 2.600.137 Ha. Kawasan hutan
kegunaan yang beraneka ragam serta
ini terdiri atas kawasan hutan konservasi
memiliki
dengan luas± 274.069 Ha, serta kawasan
terpisahkan dari budaya dan
hutan lindung dengan luas ±1.061.270
tradisional
Ha, dan hutan produksi ±1.264.798 Ha
dan Murniati, 2014).
Nomor
nilai
Salah satu dari kawasan hutan
khusus
mas yarakat
Biom assa
(Departemen Kehutanan, 2002).
pohon,
yang
tihang,
yang
tidak
ritual
(Pradjadinata
terdapat
di
perm ukaan bumi kurang lebih terdapat
lindung yang ada yaitu Hutan Lindung
90
Nanga-Nanga
berbentuk pokok kayu, dahan, daun,
Papalia
atau
dikenal
%
terdapat
dalam
hutan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
yang
498
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
akar,
serasah,
renik
(Arief,
hewan,
dan
jasad
parang, gunting, GPS (Global Position
ini
Systema), Litter trap, neraca analitik, alat
merupakan tem pat penyimpanan karbon
tulis, Oven, cawan petri, eksikator, pinset,
dan disebut rosot karbon (carbon sink).
cawan porselen, lux meter, gygrom eter,
Karbon yang tersim pan dalam hutan di
soil tester, blender besi, serasah daun
seluruh dunia diperkirakan sekitar 830
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.),
milyar
merupakan
tali nilon, kawat kecil, jaring/net diam eter
sebagian besar dari kandungan karbon
0,5 m, kantong serasah/ litterbag, kertas
dalam atm osfir yang terikat dalam CO 2.
label, am plop, kantung plastik, karung
Secara um um
plastik, kantong sampel dan akuades.
ton.
milyar
2005).
Jumlah
ton
Biom assa
ini
sekitar 40% atau 330
karbon
tersimpan
dalam
bagian pohon dan bagian tum buhan
Prosedur Penelitian
hutan lainnya di atas permukaan tanah,
1. Penentuan Lokasi Studi
sedangkan sisanya yaitu sekitar 60%
Langkah - langkah survey lokasi
atau 500 milyar ton tersimpan dalam
sebagai berikut:
tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di
a. Survei awal untuk menentukan tempat
dalam hutan (Suhendang, 2002).
lokasi penelitian.
Penelitian m engenai biomassa dan
b. Menentukan titik lokasi
adalah
pengam atan
kandungan karbon berdasarkan struktur
berdasarkan ketinggian tem pat secara
pertumbuhan kayu bes i (Metrosideros
purposiv e sampling dim ana terdapatnya
petiolata
Koord.)
di
Lindung
Nanga-Nanga
Sulawesi Tenggara
Olehnya
itu,
memberikan
Kota
belum
penelitian
kayu
dilakukan.
ini
petiolata Koord.)
dapat
kepada
mengenai
besi
Hutan
Kendari
inform asi
masyarakat sekitar
tum buhan
kawasan
kondisi
(Metrosideros
di daerah tersebut.
Berdas arkan uraian sebelumnya, maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
pohon
kayu
petiolata Koord.).
1. Titik
I
dengan
titik
(S: 04o 03''26,0''
dan
kordinat
122o
E:
34'30,0''), ketinggian ± 246 m dpl.
2. Titik
II
dengan
(S: 04o 03' 31,4''
titik
dan
kordinat
122o
E:
34'21,7''), ketinggian ± 259 m dpl.
3. Titik
III
o
penelitian ini.
bes i besi (Metrosideros
dengan
(S: 04 03'32,1''
titik
dan
kordinat
E:
122o
34'34,9''), ketinggian ± 293 m dpl.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan
c. Pembuatan
jaring
perangkap
serasah berbentuk segiempat dengan
dalam penelitian ini yaitu kam era digital,
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
499
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
ukuran 2x2 m sebanyak 2 jaring pada
c.
setiap titik lokasi pengamatan.
dimasukkan
2. Pe masangan Litter Trap
kem udian
Pemasangan
serasah
(litter
1
perangkap
setiap
trap)
pohon
berdas arkan ketinggian tem pat secara
Sampel
yang
telah
kedalam
ditim bang
karung
plastik
berat
keringnya
sam pel
daun
tim bangan
analitik
masing-masing
menggunakan
dikeringkan
(BOECO) lalu dicatat.
ditempatkan
d. Mendestruksi tiap sam pel serasah
pada ketinggian 2 m diatas permukaan
daun kayu besi (M etrosideros petiolata
tanah dengan menggunakan penyangga
Koord.) dengan menggunakan belender
kayu.
hingga menjadi serbuk
purposive
dan
sampling
e. Menyim pan serbuk kedalam cawan
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Adapun
lingkungan
pengukuran
yang
dilakukan
penelitian
ini
meliputi
intesitas
cahaya,
kelembapan
faktor
udara,
pada
pengukuran
petri untuk dianalisis kandungan karbon.
5. Pengukuran Biomassa
a. Perhitungan Kadar Air
suhu
udara,
Perhitungan kadar
pH
tanah,
dilakukan dengan menggunakan rumus
kelembaban tanah, data curah hujan dan
air
serasah daun
(Haygreen dan Bowyer 1989).
kecepatan angin (data sekunder).
b. Perhitungan Biomassa
4. Preparasi Sampel
Perhitungan
Adapun tahapan preparasi sampel
biom assa
serasah
dilakukan dengan menggunakan rumus
adalah sebagai berikut:
(Haygreen dan Bowyer 1989).
a. Pengambilan sampel serasah pada
B=
tiap titik pengam atan permanen dilakukan
setiap bulan dengan cara mengambil
setiap serasah yang terperangkap di
dalam litter trap dan dimasukkan ke
dalam kantung serasah atau litterbag lalu
Bb
1+ %KA
100
Keterangan :
%KA = Persentase kadar air
Bb
= Berat basah
B
= Biomassa
dikumpulkan ke dalam kantong plastik.
6. Analisis Kandungan Karbon
b.
a. Analisis Kadar Karbon
Serasah
(Metrosideros
telah
berat
daun
daun
kayu
besi
petiolata
Koord.)
yang
Hal yang pertam a dilakukan sebelum
ditimbang
penghitungan kadar karbon terikat di
dipisahkan
basah
kem udian
dan
dikeringkan
laboratorium yaitu sebagai berikut:
menggunakan oven pada suhu
85o C selama 48 jam.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
500
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
1)
Persiapan
contoh
uji
dilakukan
BKc
dengan cara bahan-bahan yang telah
Keterangan:
diperoleh di lapangan berupa serasah
BKc = berat kering contoh uji (g/kg)
daun dari setiap jenis pohon yang terpilih
%KA = persentas e kadar air
dan dioven pada suhu ± 85ºC selama 48
BBc = berat basah contoh uji (g/kg)
jam.
Setelah
kering
bahan-bahan
tersebut dibuat m enjadi serbuk dengan
b) Penentuan Kandungan Abu
menggunakan blender.
Prosedur
2)
Penghitungan
kadar
karbon
penentuan
menggunakan
kadar
Am erican
abu
Society
for
diperoleh dari hasil analisis laboratorium.
Testing M aterial (ASTM)
Sampel akan dianalisis di Laboratorium
Sutapa dan Irawati (2006). Sisa contoh
Forensik
uji dari penentuan kadar zat terbang
dan
Biom olekuler,
Fakultas
Matem atika dan Ilm u Pengetahuan Alam,
dimasukkan
Universitas Halu Oleo, Kendari. Indriyana
bersuhu
(2014)
Selanjutnya
m enyatakan
proses
untuk
ke
D
dalam
950oC
2866-94
tanur
selama
listrik
6
didinginkan
jam.
didalam
mendapatkan kadar karbon terikat yang
desikator dan kemudian ditim bang untuk
dilakukan di laboratorium m encakup 3
mencari berat akhirnya, berat akhir (abu)
proses yaitu :
yang dinyatakan dalam persen terhadap
a) Penentuan Zat Terbang
berat kering tanur contoh uji m erupakan
Prosedur penentuan zat terbang yang
kadar abu contoh uji.
digunakan
dinyatakan
berdasarkan
Am erican
Society for Testing Material (ASTM)
5832-98
D
Sutapa dan Irawati (2006).
Kadar
abu
dalam persen dengan rumus Sutapa dan
Irawati (2006):
Pertama, Cawan porselen diisi dengan
contoh
uji berupa serbuk sebanyak ± 2
gram, kem udian
dengan
penutupnya.
dim asukkan
bersuhu
Kemudian
cawan
ke
950
o
dalam
C
cawan
ditutup
rapat
Contoh
tanur
selama
berisi
2
uji
listrik
m enit.
contoh
uji
c) Penentuan Kadar Karbon
tersebut didinginkan dalam desikator dan
Penentuan kadar karbon contoh uji dari
selanjutnya ditim bang. Kadar zat terbang
tiap-tiap bagian pohon m enggunakan
dinyatakan dalam persen (%) dengan
ASTM D-3175 Sutapa dan Irawati (2006),
rumus sutapa dan irawati (2006):
dim ana
%Kadar air = BBc-BKc x 100
merupakan
kadar
hasil
karbon
contoh
pengurangan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
uji
100%
501
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
terhadap kadar zat terbang dan kadar
merupakan daerah tangkapan/ resapan
abu.
air
Kadar
karbon
tetap
ditentukan
berdasarkan Standar Nasional Indonesia
bagi wilayah
Kota
Kendari
dan
sekitarnya (Komunitas Teras, 2008).
Kawasan Hutan Lindung Nanga-
(SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut:
Nanga
Papalia
Kota
Kendari
yang
b. Perhitungan Kandungan Karbon
menjadi titik lokasi penelitian yaitu Titik I
Penghitungan kandungan karbon untuk
dengan titik koordinat (S: 04 03’26,0” dan
masing-masing sam pel serasah dapat
E : 122o 34’30,0”), ketinggian ±246 mdpl.
diperoleh dengan mangalikan biom assa
Titik II dengan titik koordinat (S: 040
masing-masing sampel serasah daun
03’31,4”
dengan persentase kadar karbon terikat
ketinggian ±259 mdpl. Kemudian Titik III
hasil analisis di Laboratorium (Indriyana,
dengan titik koordinat (S: 04o 03'32,1'' dan
2014). Adapun rumus yang
E : 122o 34'34,9”), ketinggian ±293 m dpl.
o
digunakan adalah sebagai berikut:
dan
:122o
E
34’21,7”),
Secara ekologis Hutan Lindung
Wc = % Kadar Karbon x B
Nanga-
Nanga Papalia Kota Kendari
memiliki beranekaragam jenis flora dan
fauna. Menurut Rahardi (2014) bahwa
Hutan Lindung Nanga- Nanga Papalia
HASIL D AN PEMBAH AS AN
Kota Kendari tersusun atas komposisi
A. Gambaran Umum Hutan Lindung
Nanga - Nanga
tumbuhan
Lindung
Nanga-Nanga
Papalia adalah kawasan hutan negara
Indonesia yang berada
Kota
Kendari
Tenggara
yang
di
Provinsi
terham par
kawasan
Sulawesi
secara
geografis dari 122°31’28,4”-122°39’37,4”
BT dan
04°01’18”-04°06’28,4”
LS
dengan luas total kawasan 6.675 Ha.
Berada dalam dua wilayah administrasi
pem erintahan, yaitu Kabupaten Konawe
Selatan seluas
4.160
Ha dan Kota
Kendari
2.515
Ha.
seluas
Hutan Lindung
Kawasan
Nanga-Nanga Papalia
pohon
yang
beragam dan m enunjukkan jumlah jenis
yang
Hutan
golongan
bervariasi.
Hasil
identifikasi
ditemukan sebanyak 53 jenis tum buhan
yang
tergolong
dalam
27
famili,
terdistribusi dari tingkatan pertum buhan
pohon,
tihang,
Selanjutnya
pancang
dan
terlihatbahwa
Euphorbiaceae
dan
semai.
famili
Fabaceae
merupakan famili dengan jumlah jenis
terbanyak yaitu : masing-m asing 7 jenis,
kem udian diikuti oleh famili Myrtaceae
dan Moraceae masing- masing sebanyak
4 jenis,
Verbenaceae sebanyak 3 jenis.
Selanjutnya
Dipterocapaceae,
famili
Rubiaceae,
Sapindaceae dan
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
502
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Anacardiaceae masing-masing 2 jenis.
memiliki suhu udara berkisar 30,53 -
Sedangkan yang terkecil adalah jenis -
30,68 oC dan Titik III m emiliki suhu udara
jenis dari 20 famili lainnya yang masing-
berkisar 22,75 - 23,15 oC. Pengukuran
masing hanya 1 jenis.
suhu tanah pada Titik I lokasi penelitian
berkisar 27,5 - 28 oC, Titik II berkisar 27
o
B. Faktor Lingkungan
C dan pada Titik III memiliki suhu tanah
Faktor lingkungan atau param eter
berkisar 28,25 - 28,75 oC. Pengukuran
lingkungan merupakan suatu faktor yang
kelembaban udara pada Titik I lokasi
mempengaruhi
organisme
penelitian bekisar 79,75 - 83,25 o C, Titik
perkembangannya
II mem iliki kelem baban udara berkisar
daun
79,75 - 81,5 o C dan Titik III berkisar 79,5
dalam
kehidupan
pros es
khususnya
seras ah
kayu
besi
(Metrosideros petiolata Koord.) sehingga
- 82 oC.
Hasil rata-rata pengukuran faktor
parameter lingkungan sangat perlu untuk
diperhatikan
dan
pengukuran
faktor
setiap
titik
diukur.
Hasil
lingkungan
lingkungan
pada
kes amaan yaitu 6 pada setiap titik lokasi
pengamatan
di
lokasi
pada
pengamatan.
pH
tanah
memiliki
Pengukuran
intesitas
penelitian di Kawasan Hutan Lindung
cahaya pada Titik I berkisar 294,5
Nanga-Nanga
489,25 Cd, Titik
Papalia
Kota
Kendari
-
II bekisar 281,25 -
323, Cd dan Titik III berkisar 345,75 -
dapat dilihat pada Tabel 3.
425,75 Cd. Kondisi ini dipengaruhi pada
Tabel
3.
Hasil Pengukuran Faktor
Lingkungan pada Tiap Titik
Pengamatan.
beberapa
bagian
lokas i
pengamatan
memiliki sifat tanah yang asam yaitu 6
dan tingkat ketinggian yang berbeda
pada setiap titik pengamatan. W alaupun
ada kec enderungan terjadinya penurunan
suhu udara dan peningkatan kelem baban
udara dengan m eningkatnya ketinggian
tempat namun secara umum
Keterangan :
Titik I : Ketinggian ±246 mdpl. Titik II :
Ketinggian ±259 mdpl. Titik III
:
Ketinggian ±293 mdpl.
faktor lingkungan relatif sama. Kondisi ini
disebabkan pada beberapa bagian lokasi
pengam atan
telah
vegetasi
akibat
faktor lingkungan (Tabel 3) nilai rata-rata
hutan
(pohon)
suhu udara pada Titik I lokasi penelitian
masyarakat.
Berdasarkan
berkisar
30,55
hasil
- 31,23
pengukuran
o
C, Titik
kondisi
terjadi
aktivitas
kerusakan
penebangan
yang
II
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
dilakukan
503
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
C. Curah Hujan dan Kecepatan Angin
Curah hujan selama bulan November
2016-Januari
penelitian
2017
di
berdasarkan
sekitar
Gambar 5. Kecepatan Angin selam a
bulan November 2016Januari 2017.
lokasi
sum ber
Berdasarkan
BPP
Anduonohu disajikan pada Gambar 4.
Gambar
5
menunjukkan bahwa kecepatan angin
bervariasi,
kecepatan
angin
tertinggi
terjadi pada bulan Januari 2017 sebes ar
5,1 Knot dan data kecepatan angin
yang terendah pada bulan Desember
2016 sebesar 4,5 Knot.
D.
Gambar 4. Curah Hujan Selama bulan
November
2016-Januari
2017.
Nilai Persen (%) Kadar Air
Serasah
Daun
Kayu
Besi
(Metrosideros petiolata Koord.)
Nilai rata-rata persen (%) kadar air
serasah daun kayu besi (Metrosideros
Hasil penelitian studi curah hujan
dari
bulan
Novem ber
2016
sam pai
Januari 2017 di wilayah studi bervariasi
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
petiolata
Koord.)
November
2016
selam a
-
Januari
bulan
2017
di
kawasan lokasi penelitian disajikan pada
Gam bar 6.
bulan Desem ber 2016 yaitu sebesar 203
mm dan curah hujan terendah
yaitu
terjadi
2016
pada
bulan
November
sebesar 70 mm.
Kecepatan angin di wilayah studi
berdasarkan sumber stasiun meteorologi
maritim Kendari disajikan pada Gambar
5.
Gambar 6. Nilai Persen (%) Kadar Air
Serasah Daun Kayu Bes i
(Metrosideros
petiolata
Koord.) di Lokasi Penelitian
Selam a Bulan November
2016 – Januari 2017
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan nilai persen (%) kadar air
serasah daun kayu besi (Metrosideros
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
504
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
petiolata Koord.) selama tiga bulan yaitu
pada tiga lokasi penelitian disajikan pada
bulan Novem ber 2016 sampai bulan
Gam bar 8.
Januari
2017
yaitu
bervariasi.
Nilai
persen (%) kadar air serasah daun kayu
besi (Metrosideros petiolata Koord.) yang
tertinggi di bulan Januari 2017 sebesar
22,83% dan nilai persen (%) kadar air
serasah daun kayu bes i (Metrosideros
petiolata Koord.) yang terendah di bulan
Desem ber 2016 sebesar 17,25%.
pohon
Gambar 8. Biomassa Serasah Daun
Kayu Besi (M etrosideros
petiolata Koord.) Selama
Bulan November 2016 –
Januari 2017
dari
Berdasarkan data yang diperoleh
kandungan biomassa tiap organ pohon
dari hasil penelitian, diketahui bahwa
yang merupakan gam baran total m aterial
terjadi kenaikan biomassa seras ah daun
organik hasil dari fotosintesis. Melalui
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
proses fotosintesis, CO2 di udara diserap
pada setiap bulannya. Nilai biom assa
oleh tanam an dengan bantuan sinar
serasah daun ka yu besi (Metrosideros
matahari
menjadi
petiolata Koord.) tertinggi selam a tiga
karbohidrat. Selanjutnya, didistribusikan
bulan pada Hutan Lindung Nanga-Nanga
ke seluruh tubuh tanam an dan ditim bun
Papalia Kota Kendari terdapat pada
dalam bentuk daun, batang, cabang, buah
bulan Januari 2017 sebesar 14,00 g/m 2.
dan bunga (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Biom assa
E. Biomassa Serasah Daun Kayu Be si
(Metrosideros petiolata Koord.)
Kandungan
merupakan
biom assa
penjumlahan
kemudian
Biom assa
diubah
yang
dihitung
pada
serasah
(Metrosideros
daun
kayu
petiolata
besi
Koord.)
penelitian ini m erupakan bahan organik
terendah pada bulan November 2016
yang hidup di atas tanah pada pohon
sebesar 5,54 g/m 2 . Salah satu faktor
berupa
serasah
(Metrosideros
daun
petiolata
kayu
besi
Koord.)
dari
setiap bulan pengamatan berdasarkan
ketinggian tempat pengam atan.
Hasil
pengukuran
daun
biomassa
serasah
yang mem pengaruhi tingginya biom assa
serasah daun kayu bes i (Metrosideros
petiolata Koord.) pada bulan Januari
2017 yaitu kecepatan angin sebesar 5,1
Knot.
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
505
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
bes i (Metrosideros petiolata Koord.) di
Sehingga
banyaknya
Biom assa
dapat
guguran
serasah
menyebabkan
daun
daun
(serasah).
kayu
besi
(Metrosideros petiolata Koord.) pada tiga
titik
lokasi
penelitian
disajikan
Hutan Lindung
Nanga-Nanga Papalia
Kota Kendari selam a bulan November
2016 – Januari 2017 disajikan pada
Gam bar 10.
pada
Gam bar 9.
Gambar 9. Biomassa Serasah Daun
Kayu besi (M etrosideros
petiolata Koord.) pada Tiga
Titik Lokasi Penelitian
Gambar 10. Kandungan Karbon Serasah
Kayu Besi (Metrosideros
petiolata Koord.) Selam a
Bulan November 2016 –
Januari 2017
Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian, diketahui bahwa
terjadi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan biom assa serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
yang tertinggi yaitu pada Titik I sebesar
11,59 g/m 2 biom assa serasah daun kayu
bes i (Metrosideros petiolata Koord.) yang
terendah yaitu pada Titik II sebesar 8,04
g/m 2.
Faktor
yang
mem pengaruhi
tingginya biom assa serasah daun kayu
besi (M etrosideros petiolata Koord.) yaitu
intesitas cahaya sebesar 489,25 Cd.
F. Kandungan Karbon pada Serasah
Daun Kayu Besi (M etrosideros
petiolata Koord.)
kenaikan
kandungan
karbon
serasah daun kayu besi (Metrosideros
petiolata Koord.) pada setiap bulannya.
Nilai kandungan karbon serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
tertinggi selama tiga bulan pada Hutan
Lindung
Nanga-Nanga
Papalia
Kota
Kendari terdapat pada bulan Januari
2017 s ebesar 5289,61 g, kandungan
karbon pada serasah daun kayu besi
(Metrosideros petiolata Koord.) terendah
yaitu bulan Novem ber 2016 sebesar
850,14 g.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan kandungan karbon serasah
Hasil penelitian kandungan karbon
daun kayu besi (Metrosideros petiolata
terikat pada daun dari tumbuhan kayu
Koord.) pada tiga titik lokasi penelitian
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
506
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
yang tertinggi yaitu pada Titik I sebesar
3518,1 g, kandungan karbon serasah
daun kayu besi (Metrosideros
Koord.)
petiolata
berhubungan
atau
berkaitan
dengan
biom assa karena biomassa serasah daun
kayu besi (Metrosideros petiolata Koord.)
tertinggi yaitu serasah daun kayu besi
(Metrosideros
petiolata
Koord.)
pada
Bulan Januari sebesar 14,00 gr dan Titik I
sebesar 11,59 g.
hasil
Berdasarkan
has il
penelitian
pem bahas an
ini,
m aka
dari
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Biom assa
serasah
daun
kayu
bes i (Metrosideros petiolata Koord.)
pada bulan November 2016 sebesar
5,54 g/m 2 , bulan Desem ber
2016
2
sebesar 11,62 g/m dan bulan Januari
2017 sebesar 14,00 g/m 2 .
Berdasarkan data yang diperoleh
karbon
Simpulan
terendah pada Titik III yaitu
sebesar 333,242 g. Kandungan karbon
dari
PENUTUP
penelitian
kandungan
terikat kandungan karbon pada
serasah daun kayu besi (Metrosideros
petiolata Koord.) pada bulan November
2016 sebesar 850,14 g, bulan Desember
2. Kandungan karbon pada serasah daun
kayu
besi
(Metrosideros
petiolata
Koord.) pada bulan November 2016
sebesar 850,14 g, bulan Desember
2016 sebesar 3018,85 g dan bulan
Januari 2017 s ebesar 5289,61 g.
2016 sebesar 3018,85 g dan bulan
Januari 2017 sebesar 5289,61 g, yang
ditunjukkan
oleh
masing-masing
Saran
Saran melalui penelitian ini yaitu
serasah daun menunjukkan kem ampuan
perlu adanya penelitian mengenai potensi
tumbuhan sebagai penampungan CO 2
kandungan karbon pada tegakan pohon
dari
berdiri yang meliputi cabang, ranting,
atmosfir
setelah
melalui
proses
fotosintesis dan respirasi. Menurut Novita
(2010)
bahwa
tumbuhan
m emiliki
kem ampuan untuk mengikat gas CO2 di
udara secara enzimatik oleh akseptor
berkarbon
Bifosfat)
5
dalam
(RuBp/Ribulosa-1,5suatu
proses
pem bentukan karbon pada siklus Calvin
dalam proses fotosintesis. Pada proses
respirasi, hasil proses fotosintesis akan
dioksidas i
m elalui
tahapan
batang, tumbuhan bawah, dan tanah.
glikolisis,
lintasan pentose dan fosfat oksidatif.
DAFT AR PUST AKA
Arief, A., 2005, Hutan dan Kehutanan,
Kanisius, Yogyakarta.
Balai Konservasi Sum ber Daya Alam
Sultra, 2006, Informasi Kawasan
Konservasi
Provinsi
Sulawes i
Tenggara,
Balai
Konservas i
Sumber Daya Alam – Sultra,
Kendari.
Departemen Kehutanan., 2002, Data dan
Informasi
Kehutanan
Propins i
Sulawes i
Tenggara,
Pusat
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017
Biomassa dan Kandungan Karbon pada Daun Kayu Besi (Metrosideros petiolata Koord.)
di Kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Inventarisasi
dan
Statistik
Kehutanan,
Badan
Planologi
Kehutanan, Jakarta.
Flamin, A., Asnaryati., 2013, Potensi
Ekowisata
dan
Strategi
Pengembangan Tahura Nipa-Nipa
Kota Kendari Sulawesi Tenggara,
Jurnal
Penelitian
Kehutanan
Wallace, 2(2): 154-168
Hairiah, K., dan Rahayu, S., 2007,
Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai M acam Penggunaan
Lahan, World Agroforestry Centre,
ICRAF Southeast Asia Regional
Office, Bogor.
Haygreen, J.G, Bowyer J.L., 1989, Hasil
Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu
Pengantar, Hadikusumo, S. A.
Penerjem ah Prawirohatm odjo, S.,
Editor, Gadjah Mada, Yogyakarta.
Indriyana, N.D., 2014, Analisis Biomassa
dan Kandungan Karbon pada
Jenis Serasah Daun Tanaman
Hutan
Kota
di
Arboretum
Arsitektur Lanskap, Tesis Institut
Pertanian Bogor, Hal 15
Komunitas Teras, 2008, Pemetaaan dan
Inventarisasi Potensi Kawasan
Hutan
Nanga-Nanga
Papalia,
Laporan Akhir Kegiatan, Bappeda
Sultra, Kendari.
Novita, N., 2010, Potensi Karbon Terikat
di Atas Permukaan Tanah pada
Hutan Gambut Bekas Tebangan di
Merang Sumatera Selatan, Tesis
Institut Pertanian Bogor, Hal 177
Pradjadinata,
S.,
Murniati.,
2014,
Pengelolaan dan Konservasi Jenis
507
Ulin
(Eusideroxylon
zwageri
Teijsm. & Binn.), Jurnal Penelitian
dan Konservas i Alam , 11(3): 205223
Rahardi, W ., 2014, Komposisi dan
Keanekaragaman
Jenis
Tumbuhan Pohon Golongan di
Kawasan Hutan Lindung NangaNanga Papalia Kota Kendari
Sulawesi Tenggara, Skripsi, Hal
34
Soem arwoto, O.,1992, Peran Hutan
Tropika
dalam
Hidro-orologi,
Pem anasan
Global,
dan
Keanek aragam an Hayati dalam
Melestarikan
Hutan
Tropika,
Permasalahan,
Manfaat
dan
Kebijakannya,
Yayasan
Obor
Indonesia, Jakarta.
Suhendang, E., 2002, Pengantar Ilm u
Kehutanan,
Institut
Pertanian
Bogor (IPB), Bogor.
Sutapa, J.P.G., dan Irawati, D., 2006,
Petunjuk Energi
Biom assa
Laboratorium Energi Biomassa,
Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Fahutan,
Universitas
Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Tulalessy, A. H., 2012, Potensi Flora di
Kabupaten Seram Bagian Barat,
Jurnal Ekologi dan Sains, 1(1): 1-6
Yamani, A., 2013, Studi Kandungan
Karbon
pada
Hutan
Alam
Sekunder di Hutan Pendidikan
Mendiangin Fakultas Kehutanan
Unlam , Jurnal Hutan Tropis, 1(1):
85-91.
Ahmad, Wirdhana, S., et al., Biowallacea, Vol. 4 (1), Hal : 496-507, April, 2017