MAKALAH SISTEM POLITIK DI INDONESIA

MAKALAH SISTEM POLITIK DI INDONESIA
MAKALAH
SISTEM POLITIK DI INDONESIA
( Sebuah Kajian Deskriptif )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

OLEH :
AFIFATONI
MADRASAH ALIYAH AN-NAJAH I
KARDULUK PRAGAAN SUMENEP MADURA
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
PENGESAHAN
Paper ini Telah Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Pendidikan Kewarganegaraan
Madrasah Aliyah An-Najah I Karduluk Pragaan Sumenep
Karduluk, 07 juni 2013
Guru Pembimbing
( FAHMI JUNEID, S.Fil.l )

Wali kelas
( MAS’UD, S.Pd,I )


Mengesahkan
Kepala Madrasah Aliyah An-Najah I
( MOH.SHOBRI,S.Pd.I )
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Paper ini kepada:
Allah Subhanahuwata’ala.
Nabi Muhammad Sallallah ‘alaihi wasallam.
Ayah dan Bunda tercinta, yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang.
Semua Dewan Guru Madrasah An-Najah I yang terhormat dan yang sudah membimbingku dan
membinaku.

Almamaterku tercinta MA An-Najah I Karduluk.
Seseorang yang dengan ketulusan cintanya telah memberiku motivasi dalam mewujudkan impian
dan cita-citaku.
Seluruh rekan dan rekanita siswa kelas akhir yang senantiasa saling bernostalgia dalam
mengasah spritual, moral dan intelektual.

MOTTO
JADILAH seperti Air ...

jika dihadang, ia berbelok
Dibendung, ia merembes
Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia menguap
Air tidak akan pernah lelah mencari jalannya

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas segala Rahmat, nikmat dan ridlo Allah SWT semata penulis dapat
menyelesaikan penyusunan paper ini, dengan judul, ”Sistem Politik Di Indonesia" tepat pada
waktunya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau yang telah menunjuki kita semua kepada jalan
lurus dan benar yang diridlai Allah SWT.
Selanjutnya, Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam proses sampai penyelesaian penulisan paper ini
terutama kepada:
Bapak Moh.Shobri,S.Pd I selaku Kepala Madrasah Aliyah An-Najah I Karduluk yang telah
mengesahkan dan memberikan kesempatan Penulis untuk menyelesaikan tugas paper ini..
Bapak Fahmy Juneid,S.Fil I yang telah banyak mencurahkan waktunya untuk membimbing
Penulis dalam upaya merampungkan secara optimal paper ini.
Orang tua yang saya sayangi bapak Toyyib Dan Ibu Amna mereka semua yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan spritual, moral dan material dalam upaya menyelesaikan
tugas belajar di lembaga Madrasah Aliyah sampai selesai.
Pimpinan, staf dan karyawan Perpustakaan MA An-Najah I yang telah berkenan meminjamkan
sebagian koleksi literatur buku kepada penulis.

5. Serta Kepada kakak dan mbak saya (Moh.Hidayat dan Nur Hasanah) yang dengan
kesabarannya telah berkenan meminjamkan laptopnya dalam mengetikkan seluruh isi
pembahasan dalam naskah Paper ini.
Akhirnya, semoga Allah swt memberikan balasan atas segala amal baik kita semua, dan saya
pribadi mohon maaf jika ada kekuranagan, kesalahan, dan kekhilafan dalam menyusun paper ini.
dan mudah-mudahan paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua ummat manusia.
Penulis,
AFIFATONI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .iii
MOTTO .iv
KATA PENGANTAR ..v

DAFTAR ISI .vi
BAB I: PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Perumusan Masalah 2
C.Penegasan Judul 2
D.Alasan Memilih Judul 2
E.Ruang Lingkup Pembahasan 3
F.Tujuan dan Kegunaan penelitian 3
BAB II: LANDASAN TEORITIS
A.Pengertian Sistem 4
B.Pengertian Politik 4
C.Pengertian Sistem politik 5

4

BAB III : PEMBAHASAN 7
A.Sejarah Sistem Politik Indonesia 7
B.Proses Politik Di Indonesia 10
C.Macam-Macam Sistem Politik 14
D.Fungsi Sistem Politik 16


E.Sifat Sistem Politik 22
F.Perbedaan Sistem Politik
BAB. IV :
PENUTUP
A.Kesimpulan 24
B.Saran-Saran 24
DAFTAR PUSTAKA

23
24

25

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern.

Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat
kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat berbeda-beda agama, ras,
etnik, atau golongannya.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam
tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka mendalami tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satu hal yang
penting adalah memahami sistem politik dan pemerintahan. Berangkat dari situlah kita sebagai
warga negara yang memiliki hak dan kewajiban untuk tetap menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan diharuskan memahami sistem politik di Indonesia.
Melalui pemahaman tersebut diharapkan memberikan kesadaran bagi kita agar Indonesia
menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk
menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegar
B. Perumusan Masalah
Apa saja macam-macam sistem politik ?
Bagaimana Fungsi sistem politik ?
Bagaimana perbedaan sistem politik di Indonesia dengan sistem politik di Negara liberal dan
komunis ?

C. Penegasan Judul

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang didalamnya terdiri atas bagian-bagian yang
terikat dalam satu unit yang satu sama lain berbeda dalam keadaan kait-mengait dan fungsional.
Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan
kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah tertentu.
D. Alasan Memilih Judul
Alasan saya memilih paper yang berjudul sistem politik di Indonesia yaitu agar mengetahui
macam-macam, fungsi, sifat, serta perbedaan sistem politik di Indonesia dengan Negara-negara
yang lain.
E. Ruang lingkup Pembahasan
Ruang lingkup materi yang akan di bahas dalam paper ini meliputi :
Sejarah sistem politik Indonesia
Proses politik di Indonesia
Macam-macam Sistem Politik
Fungsi Sistem Politik
Sifat Sistem Politik
Perbedaan Sistem Politik
F. Tujuan dan Kegunaan penelitian

Tujuan penulisan paper ini yaitu agar dapat:
Mendeskripsikan sejarah sistem politik indonesia
Mendeskripsikan proses politik di indonesia
Mendeskripsikan macam-macam sistem politik
Mendeskripsikan fungsi sistem politik
Mendeskripsikan sifat sistem politik
Mendeskripsikan perbedaan sistem politik

BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur,
Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling
kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari
pada sekedar merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode
Pengertian Politik
Politik berasal dari kata “ polis” (negara kota), yang kemudian berkembang menjadi kata dan
pengertian dalam barbagai bahasa. Aristoteles dalam Politics mengatakan bahwa “pengamatan
pertama – tama menunjukan kepada kita bahwa setiap polis atau negara tidak lain adalah
semacam asosiasi.

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar

pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuantujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
C. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja
dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).
Menurut Sri Soemantri sistem politik adalah pelembagaan dari hubungan antarmanusia yang
dilembagakan dalam bermacam-macam badan politik, baik suprastruktur politik (lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif) dan infrastruktur politik.
Menurut Gabriel A. Almond, sistem politik merupakan organisasi melalui mana masyarakat
merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama mereka.
Menurut A. Hooderwerf , bahwa sistem politik adalah seluruh pendirian, kelakuan dan
kedudukan, sepanjang bertujuan untuk mempengaruhi isi, terjadinya dan dampak kebijaksanaan
pemerintah.
Menurut David Easton, sistem politik adalah keseluruhan interaksi yang mengakibatkan
terjadinya pembagian yang diharuskan dari nilai-nilai bagi suatu masyarakat .

Menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang
langggeng
Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka
yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan –hubungan antara
manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun
wewenang.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang
langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sistem Politik Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun
dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan

analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan

sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari
sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan
proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan
dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-sarana-tujuan dan pengambilan
keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19
melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli
politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari
elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proses mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 6 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang
para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak.
Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa
untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat
merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan
negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu
dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan
benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat,
hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif
membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat
pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output
berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi
masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam
dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas
ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara
kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negaranegara berkembang.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan

pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya
agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukan secara tawaran pragmatik seperti yang
digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Soviet atau tradisionalistik.
b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik
B. Proses politik di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa berikut
ini:
Masa prakolonial
Masa kolonial (penjajahan)
Masa Demokrasi Liberal
Masa Demokrasi terpimpin
Masa Demokrasi Pancasila
Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek:
Penyaluran tuntutan
Pemeliharaan nilai
Kapabilitas
Integrasi vertikal
Integrasi horizontal
Gaya politik
Kepemimpinan
Partisipasi massa
Keterlibatan militer
Aparat negara
Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan)
Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi
Pemeliharaan nilai – disesuaikan dengan penguasa atau pemenang peperangan
Kapabilitas – SDA melimpah
Integrasi vertikal – atas bawah
Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan
Gaya politik - kerajaan
Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan
Partisipasi massa – sangat rendah
Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang
Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
ü Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi
ü Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran HAM
ü Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
ü Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis
ü Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
ü Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)

ü Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
ü Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada
ü Keterlibatan militer – sangat besar
ü Aparat negara – loyal kepada penjajah
ü Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
ü Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadai
ü Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi
ü Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
ü Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
ü Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
ü Gaya politik - ideologis
ü Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928
ü Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
ü Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil
ü Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
ü Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
ü Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
ü Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah
ü Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
ü Integrasi vertikal – atas bawah
ü Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,
ü Gaya politik – ideolog, nasakom
ü Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik
ü Partisipasi massa - dibatasi
ü Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan
ü Aparat negara – loyal kepada negara
ü Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
ü Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
ü Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
ü Kapabilitas – sistem terbuka
ü Integrasi vertikal – atas bawah
ü Integrasi horizontal - nampak
ü Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan
ü Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI
ü Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
ü Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
ü Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)
ü Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
ü Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi
ü Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi
ü Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah
ü Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

ü Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)
ü Gaya politik - pragmatik
ü Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi
ü Partisipasi massa - tinggi
ü Keterlibatan militer - dibatasi
ü Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah
ü Stabilitas - instabil
C. Macam-Macam Sistem Politik
1.Komunisme
Komunisme didentifikasikan dengan model pemerintahan satu partai yang memerintah dengan
cara-cara diktator.
Contoh : RRC, dimana partai komunis memegang dan mendominasi pemerintahan dan DPR.
Dalam hal ekonomi komunisme diibaratkan sebagai suatu masyarakat yang diorganisasikan
berdasarkan prinsip-prinsip hak milik umum atas semua alat produksi, penghapusan
total/pembatasan hak-hak perseorangan/pribadi, serta persamaan dalam distribusi barang dan jasa
untuk keperluan hidup.
2. Fasisme
Fasisme Sebagai gerakan politik, muncul di Italia setelah Perang Dunia I dan menguasai negara
itu tahun 1922 hingga 1943. Fasisme dikembangkan oleh Mussolini dan Nazisme Hitler. Gerakan
ini merupakan perkembangan radikal dari teori negara yang telah dikembangkan dan
mengatakan bahwa pengorbanan yang diberikan individu kepadanya merupakan ikatan substansi
antara negara dan seluruh anggotanya. Pengorbanan tersebut dipandang sebagai wujud dari tugas
dan kewajiban seseorang dalam negara. Fasisme menolak kembalinya liberalisme dengan segala
macam institusi pendukungnya. Sebaliknya, fasisme mendekati nasionalisme. Negara menurut
pandangan fasisme terlepas dan ada di atas semua perintah moral. Kebebasan individu dibatasi
untuk memberikan perhatian sepenuhnya kepada negara.
3. Politik Liberal
Liberal berasal dari kata liberty yang artinya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah
kebebasan bertempat tinggal, kebebasan pribadi, kebebasan untuk menentang penindasan, dan
sebagainya. Jadi, liberal adalah suatu sifat yang suka perubahan cepat, substansial, dan progresif
berdasarkan kekuatan legal untuk mencapai tujuan. Dalam banyak hal liberalisme mendasarkan
dari pada prinsip, bahwa setiap orang mempunyai hak-hak tertentu yang tidak dapat .dipindahkan
dan tidak dapat dilanggar oleh kekuasaan mana pun. Hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu
telah dibawanya sejak lahir, sedangkan fungsi negara tidak lebih dari melindungi setiap individu
dalam melaksanakan hak-hak tersebut. Negara sama sekali tidak dibenarkan untuk ikut campur
dalam pelaksanaan hak tiap-tiap individu. Contoh negara yang menganut politik liberal ini
adalah Amerika Serikat.
D. Fungsi Sistem Politik
Fungsi sistem politik tidak diartikan ” social function ”, tetapi lebih diarahkan ke pengertian ” the
function of goverment” ialah mengandung arti fungsi pemerintahan, sehingga ada unsur
pencapaian tujuan (Irish dan Protho dalam Sukarna, 1979).
Sebelum membahas fungsi sistem politik, terlebih dahulu perlu diketahui empat variabel sistem
politik, yaitu:
a. Kekuasaan.

Dalam sistem poltik kekuasaan bukanlah tujuan, kekuasaan merupakan cara untuk
mencapai hal-hal yang diinginkan aktor politik.
b. Kepentingan.
Kepentingan adalah tujuan yang dikejar oleh para pelaku politik.
c. Kebijaksanaan.
Hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan. Kebijaksanaan dalam sistem politik
biasanya diwujudkan sebagai peraturan perundang-undangan.
d. Budaya politik.
Budaya politik merupakan orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik.
Laboratorium Pancasila mengemukakan budaya politik merupakan sikap politik yang khas
terhadap sistem politik dengan berbagai ragam bagiannya dan bagaimana sikap terhadap peranan
warga negara dalam sistem itu.
Berdasarkan empat variabel sistem politik, maka fungsi sistem politik adalah sebagai berikut:
a. Kapabilitas.
Kapabilitas suatu sistem politik adalah kemampuan sistem dalam menjalankan fungsinya
dalam rangka keberadaannya dalam lingkungan yang lebih luas. Kantaprawira,(2006)
mengemukakan bentuk kapabilitas suatu sistem politik berupa:
1. Kapabilitas Regulatif,
Kapabilitas regulatif suatu sistem politik merupakan penyelenggaraan pengawasan terhadap
tingkah laku individu dan kelompok yang ada di dalamnya; bagaimana penempatan kekuatan
yang sah (pemerintah) untuk mengawasi tingkah laku manusia dan badan-badan lainnya yang
berada di dalamnya, semuanya merupakan ukuran kapabilitas untuk mengatur atau
mengendalikan.
2. Kapabilitas Ekstraktif,
SDA dan SDM sering merupakan pokok pertama bagi kemampuan suatu sistem politik.
Berdasarkan sumber-sumber ini, sudah dapat diduga segala kemungkinan serta tujuan apa saja
yang akan diwujudkan oleh sistem politik. Dari sudut ini, karena kapabilitas ekstraktif
menyangkut soal sumber daya alam dan tenaga manusia, sistem politik demokrasi liberal, sistem
politik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila tidak banyak berbeda. SDA
dan SDM Indonesia boleh dikatakan belum diolah secara otpimal. Oleh karena masih bersifat
potensial.
3. Kapabilitas Distributif
Kapabilitas ini berkaitan dengan sumber daya yang ada diolah, hasilnya kemudian
didistribusikan kembali kepada masyarakat. Distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan
bahkan juga kehormatan dapat diberi predikat sebagai prestasi riil sistem politik. Distribusi ini
ditujukan kepada individu maupun semua kelompok masyarakat, seolah-olah sistem poltik itu
pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat.
4. Kapabilitas Responsif
Sifat kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik ditentukan oleh hubungan
antara input dan output. Bagi para sarjana politik, telaahan tentang daya tanggap ini akan
menghasilkan bahan-bahan untuk analisis deskriptif, analisa yang bersifat menerangkan, dan
bahkan analisa yang bersifat meramalkan. Sistem politik harus selalu tanggap terhadap setiap
tekanan yang timbul dari lingkungan intra-masyarakat dan ekstra-masyarakat berupa berbagai
tuntuan.
5. Kapabilitas Simbolik.

Efektifitas mengalirnya simbol dari sistem politik terhadap lingkungan intra dan ekstra
masyarakat menentukan tingkat kapabilitas simbolik. Faktor kharisma atau latar belakang sosial
elit politik yang bersangkutan dapat menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas simbolik.
Misalnya Ir Soekarno Megawati, dengan keidentikan seorang pemimpin dengan tipe “panutan”
dalam mitos rakyat, misalnya terbukti dapat menstransfer kepercayaan rakyat itu menjadi
kapabilitas benar-benar riil.
6. Kapabilitas Dalam Negeri dan Internasional
Suatu sistem politik berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional.
Kapabilitas domestik suatu sistem politik sedikit banyak juga ada pengaruhnya terhadap
kapabilitas internasional. Yang dimaksud dengan kapabilitas internasional ialah kemampuan
yang memancar dari dalam ke luar. Misalnya kebijakan sistem politik luar negeri Amerika
Serikat terhadap Israel, juga akan mempengaruhi sikap politik negara-negara di timur tengah.
Oleh karena itulah pengaruh tuntutan dan dukungan dari luar negeri terhadap masyarakat dan
mesin politik resmi, maka diolahlah serangkaian respons untuk menghadapinya.
Politik luar negeri suatu negara banyak bergantung pada berprosesnya dua variabel, yaitu
kapabilitas dalam negeri dan kapabilitas internasional.
b. Konversi.
Fungsi sistem politik konversi menggambarkan kegiatan pengolahan input menjadi output yang
formulasinya meliputi:
1). penyampaian tuntutan (interest artivculation)
2). perangkuman tuntutan menjadi alternatif tindakan pembuatan aturan (interest aggregation)
3). pelaksanaan peraturan (regulative implementation)
4). menghakimi (jugdment)
5). Komunikasi (communication)
c. Pemeliharaan dan Penyesuaian (Adaptation)
Fungsi sistem politik Pemeliharaan dan penyesuaian (adaptation) adalah menyangkut sosialiasasi
dan rekrutmen yang bertujuan untuk memantapkan bangunan struktur politik dari sistem politik
(Untari, 2006).
Di dalam sejarah perjalanan pemerintahan Indonesia sejak merdeka hingga sekarang, terdapat
sistem politik berbeda-beda dari satu periode ke periode lainnya, seperti sistem politik dan
struktur politik di masa demokrasi liberal, demokrasi terpimpin maupun demokrasi Pancasila.
Sukarna (1979:28-29) mengemukakan ada dua fungsi utama yang merupakan ciri esensial (yang
perlu ada) dalam sistem politik, ialah:
1. Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the population); dan
2. Pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders or official decision
maker).
Wahyu, 2008 mengemukakan ada beberapa fungsi sistem politik meliputi :
1.Fungsi pembuatan aturan-aturan umum dan kebijaksanaan untuk mempertahankan ketertiban
dan memenuhi tuntutan;
2.Fungsi output dari kegiatan pembuatan keputusan adalah pembuatan peraturan (rule making),
pelaksanaan peraturan (rule aplication) dan penyelesaian konflik (rule ajudication fungction).
3.fungsi perumusan kepentingan rakyat (identification interest in the population), dan
4.fungsi pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders of official
decision maker)
Di negara demokrasi yang penduduknya sudah maju pemilihan pemimpin atau pejabat
pembuatan keputusan di negara itu melalui proses kompetisi atau persaingan yang berat,

sehingga lebih berat bila dibandingkan pada negara atau masyarakat feodal dan negara
kediktatoran. Pemilihan pemimpin pada masyarakar feodal atau kediktatoran dilakukan dengan
cara menjilat ke atasan. Siapa yang loyal, dekat dengan pemimpin yang lebih tinggi dengan
mudah menjadi pemimpin atau pejabat..
Di Indonesia, proses pemilihan pemimpin berbeda dari masa ke masa kepemimpinan. Saat ini,
seorang calon pemimpin disamping harus melalui tes and property, juga sarat lain, misal loyalitas
dan tidak pernah berbuat kriminal.
Dengan demikian sistem politik di Indonesia adalah suatu sistem politik yang berlaku atau
sebagaimana adanya di Indonesia, baik seluruh proses yang utuh maupun hanya sebagian saja;
Sistem politik Indonesia dikatagorikan dan berfungsi sebagai mekanisme yang sesuai dengan
dasar negara, ketentuan konstitusional maupun juga memperhitungkan lingkungan masyarakat
secara riil (Kantaprawira, 2006)
Wahyu, 2008 mengemukakan ada 4 komponen dalam sistem politik, yaitu:
1. Kekuasaan.
Kekuasaan sebagai suatu cara untuk mencapai hal yang diinginkan/tujuan bersama.
2. Kepentingan
Kepentingan merupakan tujuan yang dikejar-kejar oleh pelaku atau kelompok politik
3. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan merupakan hasil interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya
dalam bentuk perundang-undangan.
4. Budaya politik.
Budaya politik merupakan orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik.
E. Sifat Sistem Politik.
Pada umumnya sistim politik mempunyai sifat yang universal, yaitu:
a. Proses.
Proses adalah pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu dengan
yang lain misalnya dalam suatu negara ada lembaga-lembaga negara seperti parlemen, partai
politik, birokrasi, badan peradilan, badan eksekutif dan lain-lain.
b.Struktur
Struktur mencakup lembaga-lembaga formal dan informal.
c. Fungsi.
Fungsi dalam sistem politik ada dua, yaitu fungsi input dan fungsi output. Fungsi input terdiri
atas : sosialisasi politik, rekrutmen politik, artikulasi (menyatakan) kepentingan, agregasi
(memadukan) kepentingan, dan komunikasi politik. Sedangkan fungsi output terdiri atas
pembuatan peraturan, penerapan peraturan, dan ajudikasi (pengawasan).
F. Perbedaan Sistem Politik
Secara umum pada negara komunis hanya dikenal satu partai yaitu partai komunis yang berkuasa
dinegara itu. Hak-hak individu atas kebebasan dibatasi, misalnya kaebebasan politik seperti
menyatakan pendapat, dan diabaikannya hak-hak individu untuk kepentingan umum yang pada
hakikatnya ditentukan serta dirumuskan oleh suatu elite yang kecil. Maka muncullah
kesewenang-wenangan, kekerasan, kediktator, dan tirani. Negara-negara komunis yaitu seperti di
Cina, Kuba, Vietnam, dan negara-neraga Eropa Timur.
Sebaliknya, sistem politik liberal mengutamakan kebebasan individu seluas-luasnya. Falsafah
individualisme ini mendasari paham liberal,mementingkan hak-hak individu, dan kurang
memperhatikan kepentingan umum. Dalam kehidupan berbangasa dan bernegara terdapat

beberapa partai politik dalam negara. Partai politik yang memang dalam pemilihan umum
memegang kekuasaan pemerintahan dan partai yang kalah menjadi oposisi. Negara-negara
liberal yaitu seperti di Amerika Serikat dan Inggris.
Sedangkan di Indonesia diterapkan sistem politik yang berbeda dengan kedua sistem tersebut
diatas. Sistem politik yang diterapkan di Indonesia menerapkan keseimbangan antara
kepentingan individi dengan kepentingan umum. Hak-hak individu diakui dalam batas-batas
tertentu yaitu hak orang lain dan kepentingan umum.

BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sistem politik ialah kumpulan pendapat-pendapat, prinsip-prinsip dan lain-lain yang membentuk
suatu kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu
atau kelompok individu satu sama lain dengan negara dan hubungan negara dengan negara.
B. Saran-Saran
Diakhir ucapan dan ungkapan saya sebagai insan yang tak lepas dari salah dan dosa, saya tidak
henti-hentinya untuk selalu memohon pertolongan serta Rahmat Allah SWT, Semoga tulisan ini
akan menjadikan sebuah inspirasi serta motivasi bagi para siswa dan siswi khususnya dalam
menimba ilmu serta mengamalkannya.
Demikianlah hanya ini yang bisa saya sampaikan, saya berhadap saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Atas segala saran dan kritik yang
diberikan kami mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Surihatini, Amin. 2005. Kewarganegaraan kelas XI. Klaten : Cempaka Putih.
Kantaprawira, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Listyarti, Retno, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA dan MA Kelas XI, Jakarta :
Esis.
Sukarna, 1979,Sistem Politik, Bandung : Alumni
http://estuputri.wordpress.com/2010/05/26/pengertian-sistem-politik

my-world-ly2k.blogspot.com/2012/02/definisi-sistem-politik.html
http://kewarganegaraan-rosi.blogspot.com/2012/04/macam-macam-sistem-politik.html