PERAN GREENPEACE DALAM MEMPENGARUHI KEBI

PERAN GREENPEACE DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI
AUSTRALIA PADA MASA PEMERINTAHAN
PM. KEVIN RUDD

Tugas ini di susun untuk mata kuliah Organisasi Internasional
Di susun oleh :

Citra Putu Malasarie
Ewit Arfina
Gebyaska Dwithya Putri
Jaka Andhika Syahputra
Mochamad Wahyu Gali Nuryanto

Program Studi Hubungan Internasional
Universitas Paramadina
Jakarta
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PERAN GREENPEACE

DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI AUSTRALIA PADA
MASA PEMERINTAHAN PM. KEVIN RUDD”
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah organisasi
internasional di Universitas Parmadina hubungan Internasional.
Dalam penulisan makalah ini penulisa merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulisa. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makakalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tek
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Jakarta, 20 Mei 2013

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.


Latar Belakang

Pada massa pemerintahan john howard, Australia dan Amerika Serikat merupakan
dua negara yang tidak bersedia menerima komitmen untuk mengurangi tingkat emisi karbon
yang berasal dari gas rumah kaca (GRK) yang mayoritas dihasilkan oleh negara-negara maju.
Dengan kata lain Australia merupakan negara kedua setelah Amerika Serikat yang tidak
meratifikasi protokol kyoto sebagai salah satu rancangan undang-undang yang telah di buat
oleh PBB sebagai salah satu bentuk pengurangan perusakan iklim yang telah terjadi di dunia.
pemicu teradinya mengapa Australia tidak mau meratifikasi protokol kyoto tersebut adalah
karena pemerintah Amerika Serikat dan Australia khawatir akan mengganggu pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi lapangan pekerjaan. Mereka juga tidak sepakat apabila negara
berkembang, terutama yang dianggap berpotensi menjadi penyumbang emisi GRK seperti
India, China dan Brazil tidak diwajibkan menurunkan emisi. Hal ini membuat Protokol Kyoto
”agak pincang” karena usulan mekanisme fleksibilitas terutama tentang perdagangan emisi
tersebut berasal dari Amerika Serikat.
Namun penolakan tersebut berakhir setelah terjadinya pergantian kepemimpinan
dalam sistem pehasil dari kemenangan telak Partai Buruh atas koalisi Partai Liberal dan
Partai Nasional pada pemilu tanggal 24 November 2007 yang lalu. 1 Kevin Rudd berhasil
menang telak dalam pemelihan suara nengalahkan john howard sebagai mantan perdana

menteri sebelumnya.
Dalam pidatonya rudd berjanji akan ikut serta dalam mengatasi perubahan iklim yang
menjadi sorotan duni saat ini, dimana beliau akan ikut serta dalam meratifikasi instrument
protocol Kyoto sebagai langkah baru dalam kepemimimpinannya. Selain itu, Rudd berencana
untuk menarik 550 tentara Australia dari Irak juga akan makin meregangkan hubungan
Canberra dengan Washington. 2
Penandatanganan instrument protokol Kyoto tersebut dilakukan sehari setelah dirinya
dilantik menjadi perdana menteri baru Australia. Penandatanganan instrumen ini akan
memuluskan jalan bagi Australia menjadi anggota Protokol Kyoto pada akhir Maret 2008,
tiga bulan setelah instrumen ratifikasi itu diterima oleh PBB. Langkah Australia ini semakin
mengucilkan Amerika Serikat dari kancah perbincangan perubahan iklim. Negara adidaya ini
menjadi satu-satunya negara yang menolak menandatangani Protokol Kyoto. Di bawah
Perdana menteri Australia terdahulu John Howard, Australia mengikuti jejak AS untuk

1 Australia menandatangani instrument ratifikasi untuk protokol Kyoto. www.niasonline.net. 19
may2013.16:21.WIB
2 Australia segera ratifikasi protocol Kyoto. www.tempo.co.id . 19may2013.17:05.WIB

menolak meratifikasi Protokol Kyoto dengan alasan ratifikasi tersebut akan memukul
perekonomian Australia. 3

Alasan yang memperkuat Australia sendiri menandatangani instrument protokol
Kyoto selain sebagai bentuk kepedulian terhadap keadaan iklim global sebagaimana telah
dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia, merupakan bagian dari kepentingan nasional
Australia mengingat negara itu sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.Seperti
ditunjukkan (bencana) kekeringan, Australia memang sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim. Jadi merupakan kepentingan nasional Australia untuk mengambil posisi
kepemimpinan secara internasional dengan berkomitmen pada pengurangan gas emisi di
dalam negeri secara konsisten.4
Menurut analisis ekonomi CI menyimpulkan bahwa Australia dapat mengikuti jejak
negara-negara utama dalam menghindari terjadinya dampak terburuk perubahan iklim global
maupun resiko-resiko ekonomis yang timbul dari upaya menciptakan ekonomi energi yang
bersih di dunia. Laporan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Australia yang menentukan
dalam memotong polusi gas rumah kaca di dalam negeri dapat dilaksanakan, 5 Laporan CI itu
juga menunjukkan, seandainya Australia membalikkan polusinya yang meningkat hingga
2012 dengan mengurangi emisi hingga 20 persen pada 2020 dan menjadi "karbon netral"
pada 2050, kegiatan ekonomi negara itu diperkirakan meningkat dari kurang dari satu triliun
dolar menjadi tiga triliun dolar hingga 2050. "Untuk tahun 2050, ekonomi (Australia) tumbuh
sekitar 2,8 persen setahun dengan peluang lapangan kerja meningkat dari 9,7 juta menjadi
16,7 juta pada 2050."


1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang dikemukakandapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa
2. Apa peran Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Australia pada
masa pemerintahan Kevin Rudd?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan akademik mata kuliah organisasi internasional
3 Australia menandatangani instrument ratifikasi untuk protokol Kyoto. www.niasonline.net. 19
may2013.16.28.WIB
4 Australia resmi ratifikasi protokol Kyoto. www.wartaterkini.com . 19may2013.16:37.WIB
5 Ibid.

2. Mengetahui seberapa signifikan peran Greenpeace dalam mempengaruhi
kebijakan luar negeri Australia pada masa pemerintahan Kevin Rudd

1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat ilmiah, sebagai bahan rujukan atau referensi dari peran organisasi
internasional dalam dunia internasional
2. Manfaat bagi penulisa : sebagai tambahan pengetahuan, wawasan serta
melatih penulis dalam teknik penulisan ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Greenpeace International6

Keberadaan Greenpeace berawal dari kampanye mengenai perubahan pola perilaku
manusia untuk menjaga dan mempertahankan lingkungan hidup dan mempromosikan damai.
Beberapa poin utama yang menjadi tujuan Greenpeace itu sendiri adalah:
1. Mempromosikan Revolusi Energi
2. Mempertahankan Keberlangsungan kehidupan Samudra
3. Menjaga Hutan-hutan Tua di Dunia
4. Bekerjasama untuk melakukan pelucutan senjata Nuklir dan Perdamaian dunia
5. Mempromosikan masa depan yang bebas dari racun
6. Mempromosikan agrikultur yang berkesinambungan.
Saat ini Greenpeace telah hadir di 40 negara yang tersebr di 5 benua. Untuk mengelola

kemandiriannya, Greenpeace tidak menerima donasi dari pemerintah atau perusahaan
tertentu, namun bergantungg pada kontribusi secara ndividual yang mendukung gerakan
Greenpeace.
Greenpeace telah mengkampanyekan untuk melawan segala bentuk degradasi lingkungan
dan pelaku kriminal lingkungan sejak tahun 1971. Greenpeace selalu mengedepankan upayaupaya perdamaian dan tanpa kekerasan untuk mendesak pemerintah atau perusahaan yang
menyalahi wewenangnya dengan merusak lingkungan.
Dalam mengejar misinya, Greenpeace tidak memiliki musuh dan aliansi yang permanen.
Namun Greenpeace akan selalu menjadi organisasi yang terbuka untuk informasi, perdebatan,
dan lainnya dalam rangka mengembangkan suatu bentuk pertukaran atau transfer ilmu
pengetahuan. Greenpeace menggunakan data-data riset, upaya-upaya lobi dan diplomasi
untuk mengejar tujuannya.
6 About Greenpeace, diakses melalui, http://www.greenpeace.org/international/en/about/ pada tanggal 17
Mei 2013 pukul 15.27 WIB.

Tiga prinsip utama Greenpeace yaitu:
1. Independensi
2. Memikul Saksi
3. Aksi Langsung Tanpa Kekerasan

Greenpeace Australia7

Greenpeace hadir di Australia pertama kalinya dengan melakukan aksi protes terhadap
sebuah perusahaan penangkapan ikan Paus pada tanggal 28 Agustus 1977. Pada tanggal 20
November 1978, Australia berjanji untuk melakukan penangkapan Paus yang terakhir kalinya
dan disaksikan oleh beberapa aktivis Greenpeace. Sejak saat itulah Greenpeace Australia
terus melakukan kampanye untuk menjaga serta melestarikan lingkungan hidup dan
membongkar semua kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah ataupun
Perusahaan.

2.2 Peran Greenpeace Dalam Memengaruhi Kebijakan Australia Pada Masa Perdana
Menteri Kevin Rudd.

Salah satu istu lingkungan di Australia yang paling populer adalah mengenai
kebakaran hutan. Secara alami, benua Australia itu merupakan benua yang paling mudah
terbakar karena benua Australia memiliki banyak titik api di hampir setiap hutannya. Hal
tersebut juga dikarenakan iklim yang kering dan gelombang panas ditambah dengan vegetasi
semak dan hutan pohon eukaliptus yang kaya minyak, membuat api adalah bagian intrinsik
dari daratan benua Australia.
Pada tahun 2007, Calon Perdana Menteri Kevin Rudd melakukan kampanye yang
berkaitan dengan isu lingkungan. Rudd mengatakan bahwa Australia akan mengurangi emisi
karbon sebanyak 5% dalam setahun. Namun, pada kenyataannya, Australia tidak melakukan

hal demikian pasca terpilihnya Kevin Rudd. Greenpeace menyebutkan bahw target
pengurangan sebesar 5% itu tidak sesuai dengan janji Perdana Menteri Kevin Rudd pada
tahun 2007 dan merupakan pengkhianatan dirinya terhadap ilmu pengetahuan dan generasi

7 How Greenpeace Australia Pacific began, diakses melalui,
http://www.greenpeace.org/australia/en/about/How-Greenpeace-Australia-Pacific-began/ pada tangga 17 Mei
2013 pukul 15.39 WIB.

mendatang. Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa damai di kantor pemerintah dan gedung
parlemen berbagai kota utama di Australia.8
Aksi tersebut ternyata mampu memengaruhi kebijakan PM Kevin Rudd. Pada tahun
2008, Australia pada akhirnya menandatangani Protokol Kyoto. Dibawah aturan PBB,
ratifikasi Protokol Kyoto akan berlaku 90 hari setelah instrumen ratifikasi diterima PBB.
Bergabungnya Australia ke dalam Protokol Kyoto itu merupakan sebuah langkah maju yang
cukup signifikan dalam merespon dampak negatif perubahan iklim. Dengan keikutsertaan
resmi, Australia berkewajiban untuk memenuhi target Protokol Kyoto. Target-target tersebut
adalah melakukan upaya pengurangan emisi hingga 60% pada level 2.000 hingga tahun 2050,
dan membentuk skema perdagangan emisi nasional pada 2010. Selain itu, Australia pun
diminta mematok target 20% untuk energi yang dapat diperbaharui hingga tahun 2020
dengan cara memperluas pemakaian sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui secara

dramatis, seperti energi matahari dan angin.9
Dengan melihat desakan yang dilakukan oleh Greenpeace yang dapat memengaruhi
kebijakan Australia untuk menandatangani Protokol Kyoto, maka hal tersebut merupakan
fenomena yang sangat menarik bagi perkembangan hubungan internasional di abad ke-21 ini.
Dari fenomena tersebut dapat dilihat bagaimana aktor non-negara yang dapat dikategorikan
kedalam organisasi internasional (Greenpeace) memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap sebuah negara (dalam hal ini Australia) hingga dapat mendesak pemerintah untuk
mengubah kebijakannya.
Sekilas, fenomena tersebut merupakan gambaran bagaimana isu mengenai kedaulatan
bukanlah menjadi isu yang menjadi fokus dari suatu pemerintahan. Organisasii internasional
dapat memengaruhi persoalan domestik suatu negara dengan melakukan aksi dan membawa
isu-isu tertentu kepermukaan sehingga menjadi fokus bagi masyarakatnya yang kemudian
menjadikan tuntutan dasar bagi kebutuhan masyarakatnya.

8 http://repository.upnyk.ac.id/1235/1/RESUME.pdf diakses pada tanggal 17 Mei 2013 pukul 16.00 WIB.
9 PM Australia Tandatangani Protokol Kyoto, diakses melalui, http://beritasore.com/2007/11/26/pm-australiatandatangani-protokol-kyoto/ pada tanggal 17 mei 2013 pukul 16.03 WIB.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran