PENGARUH KEBERAGAMAN DEWAN DIREKSI TERHADAP PORTOFOLIO INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA

PENGARUH KEBERAGAMAN DEWAN DIREKSI TERHADAP PORTOFOLIO INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA

Oleh

Yemima Krist Damayanti

NIM : 232012056

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI: AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2016

HALAMAN MOTTO

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. -Amsal 23:18-

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalan-Ku bukanlah jalanmu,demikianlah firman Tuhan.

-Yesaya 55:8-

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu : Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.

-Lukas 11:9-

What is the worse than facing failure? I think it’s the thought of giving up trying. I

believe that pain can be driving force for us to do what we have to do. -Kwon Jiyong-

There will be times when it becomes tiring but just bear with it a little and it will

be over. -Zhang Yixing-

Everyone’s dream has its own times -Kim Jinwoo-

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate the influence of Board of Directors’ diversity toward investment portfolio in insurance companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) in the period of 2012-2014. The diversity is based on gender, age, Chinese-Indonesian ethnicity, educational background and working experience. This study employs the secondary data in the form of financial report and yearly report of registered insurance companies in IDX in the period of 2012- 2014. This study applies the purposive sampling method; there are 10 insurance companies with 30 data observations. The multiple linear regression test is applied as an analysis technique. The result of this study shows that the Board of

Directors’ diversity which based on gender and Chinese-Indonesian ethnicity has positive influence toward highly risky investment portfolio, whereas the other variables like age, educational background and working experience do not have influence toward highly risky investment portfolio.

Keywords: investment portfolio, gender, age, Chinese-Indonesian ethnicity, educational background, working experience

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh keberagaman dewan direksi terhadap portofolio investasi pada perusahaan asuransi di BEI pada tahun 2012 – 2014. Keberagaman dewan direksi dilihat dari jenis kelamin, usia, etnis tionghoa, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan dengan

30 data observasi. Teknik analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberagaman dewan direksi dilihat dari jenis kelamin dan etnis tionghoa ditemukan memiliki pengaruh positif terhadap proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi. Sedangkan untuk variabel lainnya yaitu usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Kata Kunci : portofolio investasi, jenis kelamin, usia, etnis tionghoa, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja

KATA PENGANTAR

Portofolio investasi merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dimiliki oleh perorangan atau suatu perusahaan. Dalam perusahaan asuransi, salah satu tugas dewan direksi adalah mengelola investasi yang ada di dalam perushaan. Keberagaman dewan direksi pada perusahaan asuransi memungkinkan peningkatan pemahaman yang lebih baik terhadap posisi pasar perusahaan dan strategi perusahaan dalam hal pengelolaan portofolio investasi.

Kertas kerja ini diangkat dalam judul “Pengaruh Keberagaman Dewan Direksi Terhadap Portofolio Investasi Pada Perusahaan Asuransi di Indonesia ”

untuk melihat bagaimana pengaruh dari proporsi anggota dewan direksi berjenis kelamin wanita, proporsi dewan direksi yang berusia lebih dari 50 tahun, proporsi dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis, proporsi dewan direksi yang beretnis tionghoa dan proporsi dewan direksi yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun terhadap proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan gambaran kepada perusahaan asuransi dalam penentuan dewan direksi.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Salatiga, 11 Maret 2016

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan yang senantiasa menjadi inspirasi dan kota benteng dalam hidup penulis. Hanya oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan, dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan tugas akhir ini sehingga tanpa campur tangan Tuhan dan peran serta berbagai pihak, tugas akhir ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang selama ini turut serta memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, motivasi, mendoakan serta mendukung hingga tugas akhir ini selesai, yaitu:

1. Ayahanda Sri Subyakto dan Ibunda Sarwendah yang telah memberikan dukungan doa serta kasih sayang yang tidak terbatas, serta kepada adikku tercinta Benaya Theo Pamungkas. Tugas akhir ini kupersembahkan untuk kalian.

2. Ibu Supatmi, S.E, M.Ak., Akt., CA selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Kepada seluruh dosen pengampu yang sudah mengajarkan penulis setiap mata kuliah, terkhusus untuk Bapak Ari Kristanto, S.E. M.M selaku wali study yang sudah memberi masukkan dan dukungan selama proses perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu Sugiarto sebagai Bapak dan Ibu Kos yang selalu mendukung dan memperhatikan seperti anak sendiri.

5. Kepada dokter Wigi dan dokter Meilani yang selalu mendampingi penulis dalam pengobatan serta setiap dukungan psikis selama pengobatan.

6. Sahabat-sahabat saya di UKSW, Finalia Purwitasari Purnomo, Apriyana, Andriana Puspitasari, Fransisca Agnes Triwulandari, Amy Wulandari, Magdalena, Maylinda Andriani Putri, Inneke Indrayani Wibowo, Eka

Christina Yuliyanti, dan Lucia Nugrahani. Terima kasih tidaklah cukup untuk mengungkapkan seberapa beruntungnya saya memiliki kalian. Terima kasih atas semua waktu yang pernah kita habiskan bersama dan semua candaan tawa dan celaan yang membuat kita menjadi semakin dekat. Semoga persahabatan kita tetap terjaga hingga kita tua nanti.

7. Teman seperjuangan dalam bimbingan, Apriyana, Pauline, Yuda, Rendy, terima kasih atas kesetiaannya menemani selama bimbingan, terima kasih sudah banyak membantu dan memberi masukan.

8. Teman – teman Voice of SWCU, terkhusus untuk Kristianus Adi Krismanto, Andre Mukti Hartono dan Jurischa Jordan Here. Terima kasih untuk waktu yang telah kita habiskan bersama. Terima kasih telah memberi warna yang berbeda selama di bangku perkuliahan.

9. Kakak-kakak angkatan terkhusus untuk Mba Priska, Mba Pana, Mba Ima, Mba Yekho, (almh) Mba Amel, Ko Yosua, Ko Robby, Cik Ivo, Cik Natalia dan Ko Ardi yang banyak mendukung, memberi semangat dan membantu saya dalam memahami setiap mata kuliah yang ada.

10. Korp Asisten Dosen yang sudah memberi kesempatan saya memiliki pengalaman baru serta teman-teman baru.

11. Kepada mas Bayu dan mas Yudi (BOY Photocopy) terima kasih untuk kesabaranya serta membantu penulis dalam perkuliahan dan pengerjaan kertas kerja ini.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 yang sangat banyak dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya kertas kerja ini, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan anugerah serta kasih karunia-Nya.

Yemima Krist D.

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.Jenis Investasi dan Risiko ..................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Sampel Penelitian ................................................................................

17 Tabel 2.Statistik Deskriptif Data Penelitian .....................................................

18 Tabel 3.Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................................

20 Tabel 4.Rata-Rata Proporsi Portofolio Investasi Yang Berisiko Tinggi yang

21

Dilihat dari Keberagaman Dewan Direksi ..........................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Batasan Investasi Perusahaan Asuransi Lampiran 2 Data Penelitian Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik Lampiran 4 Hasil Regresi

PENDAHULUAN

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP-38/MK/IV/1972 adalah semua lembaga (badan) yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga, kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi perusahaan-perusahaan. Investasi merupakan kegiatan yang penting bagi perusahaan karena dengan melakukan investasi perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung di perusahaan sehingga keberlangsungan hidup perusahaan tetap berjalan. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus dapat mengambil keputusan investasi yang tepat karena pengambilan keputusan investasi akan mempengaruhi baik buruknya kinerja laporan keuangan perusahaan tersebut.

Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan), perusahaan asuransi adalah perusahaan yang mengatur perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga. Dana yang diperoleh perusahaan asuransi berasal dari premi para nasabahnya, premi tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh perusahaan ke berbagai aset, hasil investasi inilah yang nantinya akan dipakai oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan asuransi tersebut. Perusahaan asuransi terbagi menjadi tiga yaitu, asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransi.

Menurut Direktur Pengaturan Penelitian dan Pengembangan, Industri Keuangan Non Bank OJK mengungkapkan bahwa pertumbuhan asuransi di Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014 perkembangan perusahaan asuransi mencapai 22% hingga 23%. Diperkirakan setiap empat tahun pertumbuhan asuransi akan menjadi dua kali lipat. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Menurut Direktur Pengaturan Penelitian dan Pengembangan, Industri Keuangan Non Bank OJK mengungkapkan bahwa pertumbuhan asuransi di Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014 perkembangan perusahaan asuransi mencapai 22% hingga 23%. Diperkirakan setiap empat tahun pertumbuhan asuransi akan menjadi dua kali lipat. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia,

Dalam berita yang dilansir oleh www.swa.co.id mengatakan bahwa industri asuransi di Indonesia secara umum mengalami perkembangan bisnis yang bagus Terlebih, jika memperhatikan pertumbuhan ekonomi di tahun lalu yang hanya sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan premi asuransi secara nasional sebesar 10 persen tergolong tinggi. Bahkan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan premi di tahun sebelumnya yang hanya 9 persen. Hal ini terlihat dari angka-angka pertumbuhan beberapa indikator keuangan yang dipublikasikan 81 perusahaan asuransi umum, 50 asuransi jiwa, dan lima reasuransi, dalam laporan keuangan per 31 Desember 2014. Media asuransi juga memberikan penghargaan kepada 27 perusahaan asuransi terbaik berdasarkan kinerja keuangan yaitu 3 perusahaan reasuransi, 12 perusahaan asuransi umum, dan 12 perusahaan asuransi jiwa.

Pada saat ini salah satu produk asuransi yang sedang berkembang di perusahaan asuransi jiwa adalah unit link. Unit link merupakan produk asuransi dimana tidak hanya memberikan jaminan asuransi tetapi juga membantu mengembangkan dana (www.kompas.com). Dengan demikian tanggung jawab perusahaan asuransi tidak hanya memberikan jasa apabila ada klaim asuransi tetapi juga mengembangkan dana yang dititipkan nasabah semaksimal mungkin. Untuk itulah perusahaan asuransi harus bisa membentuk portofolio investasi yang bisa memberikan return yang maksimal. Return yang maksimal ini diharapkan mampu menutupi klaim yang terjadi serta return yang dikembalikan kepada nasabah dari hasil pengembangan investasi. Terkait dengan mengembangkan investasi maka tidak lepas dari tanggung jawab dewan direksi karena dewan direksi adalah orang yang bertugas mengelola perusahaan. Dewan direksi akan mempengaruhi perkembangan portofolio investasi di perusahaan asuransi.

Meskipun perusahaan asuransi dan dana pensiun sama –sama mengembangkan dana melalui portofolio investasi namun yang membedakan perusahaan asuransi dengan dana pensiun adalah dalam keanggotaannya. Pada asuransi keanggotaannya bersifat sukarela sehingga dana yang didapat segera dikembangkan karena adanya klaim asuransi yang bersifat tidak terduga.

Sedangkan pada dana pensiun keanggotaannya secara tidak langsung mengikat. Sehingga orang yang bekerja di suatu perusahaan yang memiliki dana pensiun maka secara langsung orang tersebut akan menjadi anggota dana pensiun. Kemudian pada perusahaan asuransi yang go public tekanan untuk menunjukkan kinerja yang baik jauh lebih besar dibandingkan dengan dana pensiun yang tidak go public, karena pada perusahaan asuransi yang go publik informasi perusahaan dapat diakses oleh publik sehingga perusahaan sebisa mungkin menampilkan kinerja perusahaan yang baik. Salah satu informasi yang dilihat oleh publik adalah mengenai pengambilan keputusan investasi.

Dalam melakukan investasi, perusahaan asuransi tidak hanya berinvestasi pada satu jenis investasi saja melainkan ke berbagai jenis investasi. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 jenis- jenis investasi asuransi adalah deposito berjangka pada bank, saham yang diperdagangkan di bursa efek, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Berdasarkan POJK Nomor 1 Tahun 2016 dijelaskan bahwa perusahaan asuransi jiwa, umum dan reasuransi wajib menempatkan investasi pada SBN. Jenis instrumen investasi yang memiliki berisiko tinggi adalah adalah saham, reksadana campuran, dan reksadana saham sedangkan yang termasuk instrumen investasi berisiko rendah adalah SBI, deposito, obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan (Hartono, 2014 : 279).

Selain memiliki risiko setiap investasi diharapkan juga mampu memberikan return yang maksimal. Apabila risiko investasi yang dimiliki tinggi maka return yang didapatkan juga akan tinggi. Sebaliknya jika risiko investasinya rendah maka return yang didapatkan pun akan rendah. Namun dalam berinvestasi perusahaan asuransi tidak bisa serta merta mengambil semua investasi yang berisiko tinggi saja atau yang berisiko rendah saja. Terdapat batasan –batasan investasi yang telah diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 mengenai batasan –batasan berinvestasi di perusahaan asuransi.

Kasus gagal bayar pernah terjadi pada Bakrie Life pada tahun 2008. Hal ini terjadi disebabkan adanya penyelewengan penempatan portofolio yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Bakrie Life dianggap melampaui batas dalam Kasus gagal bayar pernah terjadi pada Bakrie Life pada tahun 2008. Hal ini terjadi disebabkan adanya penyelewengan penempatan portofolio yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Bakrie Life dianggap melampaui batas dalam

Pengelolaan risiko asuransi terkait dengan bagaimana preferensi risiko selaku dewan direksi sebagai pengelola. Hasil penelitian Carter et al. (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara proporsi perempuan

dan kaum minoritas dengan nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi perempuan dan kaum minoritas

mengalami peningkatan dengan ukuran dan dewan direksi perusahaan. Sama seperti penelitian Carter et al. (2007) menunjukkan bahwa keragaman dewan direksi, yaitu jenis kelamin dan keragaman etnis memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan diukur dengan Tobin’s Q.

Penelitian Kusumastuti et al. (2007) yang meneliti perusahaan Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa keberagaman anggota dewan berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasilnya adalah secara parsial hanya keberadaan etnis tionghoa dalam anggota dewan ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sementara itu variabel lainnya seperti keberadaan wanita, proporsi outsiders directors, usia anggota dewan, dan proporsi anggota dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi memiliki hubungan yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Atahau dan Supatmi (2011) melihat tiga variabel yaitu, gender, latar belakang pendidikan dan dualitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberagaman pengurus yang diukur berdasarkan jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan dualitas Penelitian Kusumastuti et al. (2007) yang meneliti perusahaan Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa keberagaman anggota dewan berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasilnya adalah secara parsial hanya keberadaan etnis tionghoa dalam anggota dewan ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sementara itu variabel lainnya seperti keberadaan wanita, proporsi outsiders directors, usia anggota dewan, dan proporsi anggota dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi memiliki hubungan yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Atahau dan Supatmi (2011) melihat tiga variabel yaitu, gender, latar belakang pendidikan dan dualitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberagaman pengurus yang diukur berdasarkan jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan dualitas

Pada penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2011) terdapat tiga variabel yaitu, gender, kewarganegaraan, dan usia. Pengukuran kinerja peusahaan menggunakan Tobin’s Q dan ROA. Penelitian ini menggunakan sampel 169

perusahaan di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang menghasilkan penelitian bahwa kinerja akuntansi dan kinerja pasar mempunyai hubungan yang negatif terhadap gender. Pada kewarganegaraan anggota tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sebaliknya, proporsi anggota dewan yang berusia muda mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja pasar, menunjukkan bahwa orang-orang berusia muda mempunyai pengaruh dalam mengembangkan kinerja pasar. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Indreswari (2013) mengungkapkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dewan direksi, direksi independen, dan kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Namun

apabila dijabarkan secara parsial menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, latar belakang pendidikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, direksi independen berpengaruh positif pada nilai perusahaan, dan kompensasi memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian Vania dan Supatmi (2014) menunjukkan bahwa keberagaman dewan direksi mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu keberadaan direksi wanita, proporsi outsider directors , kompetensi di bidang ekonomi dan bisnis, usia, dan kewarganegaraan. Hasil penelitian ini adalah semakin banyak outsider director di dalam dewan direksi perusahaan dan semakin berkompetensi dalam bidang ekonomi dan bisnis maka semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya ketika perusahaan tersebut memiliki banyak wanita dan direksi yang berusia kurang dari 50 tahun maka semakin rendah nilai perusahaan. Kewarganegaraan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian-penelitian di atas mengkaitkan keberadaan dewan direksi terhadap nilai perusahaan yang berarti menghubungkan citra keberagaman dewan direksi dari sudut pandang investor atas keberagaman tersebut yang terefleksi di dalam nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa ketika citra keberagaman dewan direksi dianggap baik oleh investor maka akan terefleksi di dalam harga saham yang baik. Namun jika dikaji lebih lanjut sebenarnya konteks keberagaman dewan direksi terhadap nilai perusahaan ini ditemukan secara tidak langsung. Investor yang berpikir secara rasional pasti akan melihat ke dalam kinerja perusahaan yang terefleksi di dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti kembali mengenai keberagaman dewan direksi. Namun penelitian ini akan dikaitkan dengan salah satu keputusan yang harus diambil oleh dewan direksi yaitu membentuk portofolio investasi. Sehingga pembentukan portofolio investasi menjadi hal yang penting dalam perusahaan asuransi.

Dalam konteks portofolio investasi sebagaimana yang telah disampaikan di atas bahwa dewan direksi memiliki peran penting dalam mengelola investasi maka dalam hal ini keberagaman dewan direksi akan berdampak terhadap pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu, siapa yang duduk di dalam dewan direksi perusahaan akan mempengaruhi seperti apa portofolio investasi yang di ambil dan bagaimana kinerja perusahaan asuransi tersebut. Apabila dalam pengambilan keputusannya kurang tepat maka akan menyebabkan kinerja perusahaan menjadi kurang baik dan membuat investor menjadi ragu untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Sehingga keterkaitan keberagaman dewan direksi dengan portofolio investasi bersifat langsung.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa hasil penelitian tentang dampak keberagaman dewan direksi terhadap kinerja perusahaan masih inkonsistensi. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena objek penelitian yang berbeda. Maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh keberagaman dewan direksi, namun dikaitkan dengan portofolio investasi pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 – 2014. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi karena premi asuransi yang diterima dikembangkan ke dalam berbagai instrumen investasi yang nantinya akan digunakan untuk membayar klaim asuransi. Dalam hal ini peran Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa hasil penelitian tentang dampak keberagaman dewan direksi terhadap kinerja perusahaan masih inkonsistensi. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena objek penelitian yang berbeda. Maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh keberagaman dewan direksi, namun dikaitkan dengan portofolio investasi pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 – 2014. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi karena premi asuransi yang diterima dikembangkan ke dalam berbagai instrumen investasi yang nantinya akan digunakan untuk membayar klaim asuransi. Dalam hal ini peran

KONSEP DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Board Diversity

Menurut Marimuthu (2005), board diversity dapat dilihat dalam keragaman demografis dan keragaman kognitif meliputi pengetahuan, pendidikan, nilai, persepsi, karakteristik dan sifat personal. Kategori utama keragaman meliputi usia, ras, etnis, jenis kelamin, termasuk juga keragaman jenis pendidikan menengah, pengalaman, pendapatan dan status perkawinan (Slocum dan Hellriegel 2007). Menurut Miliken dan Martin (1996) dalam Kang et al. (2007), keragaman dewan dapat diartikan sebagai perubahan susunan dewan. Ada dua jenis bentuk keragaman. Keragaman secara langsung dan keragaman tidak secara langsung. Keragaman secara langsung antara lain usia, etnis, jenis kelamin (gender). Sementara itu keragaman tidak langsung antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman bekerja dan anggota sebuah organisasi. Menurut Carter et al. (2007), keragaman dewan direksi memiliki berbagai karakteristik unik yang dapat membuat bisnis menjadi lebih menguntungkan dan memberikan nilai lebih bagi pemegang saham.

Menurut Robinson dan Dechant dalam Carter et al. (2003) memberikan bukti empiris yang berkaitan dengan keberagaman dewan direksi, yaitu pertama, keberagaman direksi memberi pemahaman yang lebih baik kepada pasar, dimana terdapat heterogenitas dari demografi supplier dan konsumen. Kedua, keberagaman dewan direksi meningkatkan kreatifitas dan inovasi. Ketiga keberagaman pengurus menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang efektif meskipun heterogenitas dari keberagaman dewan direksi menyebabkan banyak Menurut Robinson dan Dechant dalam Carter et al. (2003) memberikan bukti empiris yang berkaitan dengan keberagaman dewan direksi, yaitu pertama, keberagaman direksi memberi pemahaman yang lebih baik kepada pasar, dimana terdapat heterogenitas dari demografi supplier dan konsumen. Kedua, keberagaman dewan direksi meningkatkan kreatifitas dan inovasi. Ketiga keberagaman pengurus menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang efektif meskipun heterogenitas dari keberagaman dewan direksi menyebabkan banyak

Portofolio Investasi

Teori portofolio adalah teori yang mempunyai konsep orang atau pemilik yang melakukan investasi pada lebih dari satu instrumen investasi. Portofolio investasi dilakukan dengan tujuan untuk melakukan diversifikasi risiko agar dana yang dimiliki mempunyai risiko yang minimum (Manurung, 2012). Terdapat berbagai jenis instrumen yang dapat diinvestasi oleh perusahaan asuransi. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 jenis-jenis investasi asuransi adalah deposito berjangka pada bank, saham yang diperdagangkan di bursa efek, obligasi, reksadana, dan lain- lain. Berkaitan dengan batasan-batasan investasi yang ada pada asuransi telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012, detail dapat dilihat di Lampiran 1. Selanjutnya Hartono (2014 : 278) menyampaikan bahwa jenis-jenis investasi berikut memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda seperti pada grafik berikut.

Grafik 1. Jenis Investasi dan Risiko.

Sumber : Hartono, 2014 : 278 Saham merupakan instrumen investasi yang memberikan return yang tinggi

namun juga mengandung risiko yang tinggi pula karena harga saham yang berfluktuasi. Sedangkan instrumen yang memberikan return yang rendah dan risiko yang rendah adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan deposito. Obligasi yang dikeluarkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Berdasarkan grafik di atas maka dapat dikatakan instrumen investasi yang berisiko tinggi adalah saham, reksadana campuran, dan reksadana saham. sedangkan sisanya termasuk instrumen investasi berisiko rendah (Hartono, 2014 : 279).

Perumusan Hipotesis Jenis Kelamin

Menurut Haspels dan Suriyasan (2005), gender adalah sebuah variabel sosial untuk menganalisa perbedaan laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan kebutuhan serta peluang dan hambatan. Menurut Hamidah (2011), pada sebagian besar organisasi perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan dan kekuasaan dalam suatu organisasi dan di semua Menurut Haspels dan Suriyasan (2005), gender adalah sebuah variabel sosial untuk menganalisa perbedaan laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan kebutuhan serta peluang dan hambatan. Menurut Hamidah (2011), pada sebagian besar organisasi perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan dan kekuasaan dalam suatu organisasi dan di semua

Sifat wanita yang selalu mempertimbangkan segala sesuatu dalam mengambil keputusan serta teliti dalam suatu hal membuat dewan direksi wanita juga akan lebih berhati-hati dalam mengambil risiko investasi dibandingkan dengan pria yang cenderung cepat dalam mengambil keputusan, maka dewan direksi wanita nantinya dalam memilih protofolio investasi akan cenderung memilih investasi dengan risiko rendah.

Vania dan Supatmi (2014) menunjukkan bahwa semakin banyak dewan direksi wanita maka semakin rendah pula nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil Kusumastuti et al. (2007) menunjukkan bahwa dewan direksi wanita tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Dari uraian tersebut maka diuraikan hipotesis sebagai berikut:

H 1 Makin banyak dewan direksi wanita maka makin sedikit portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Latar Belakang Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Menurut Undang - Undang No.20 Tahun 2003, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk masa depan mereka.

Latar belakang pendidikan memiliki pengaruh sangat penting terhadap pengetahuan yang dimiliki anggota dewan direksi, baik di bidang bisnis maupun ekonomi (PMK Nomor 152/PMK.010/2012). Hal ini penting karena menurut Kusumastuti et al. (2007) apabila dewan direksi memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis maka dewan direksi lebih memiliki kemampuan

untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Dewan direksi yang memiliki latar belakang untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Dewan direksi yang memiliki latar belakang

Menurut hasil penelitian Atahau dan Supatmi (2011) menunjukkan latar belakang pendidikan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan Indreswari (2013) menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H 2 Makin banyak dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis maka makin banyak portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Usia

Menurut Hermann dan Datta (2005) dalam Darmadi (2011) umur dapat dianggap sebagai proxy untuk melihat tingkat pengalaman dan cara seseorang mengambil risiko. Pada penelitian Cheng et al. (2010) dalam Darmadi (2010) menunjukkan bahwa direktur tua di China memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Direksi yang berusia tua cenderung memiliki banyak pengalaman dan praktik sehingga menjadikan direksi yang berusia tua lebih terampil dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga dalam portofolio investasi dewan direksi yang berusia tua cenderung akan mengambil risiko yang rendah dibandingkan dengan risiko tinggi. Menurut Darmadi (2010) menunjukkan bahwa proporsi anggota dewan direksi muda ( tidak lebih dari 50 tahun) adalah sebesar 47%. Pada temuan sebelumnya menunjukkan bahwa manajer muda cenderung kurang konservatif dan lebih termotivasi untuk memproses ide – ide baru. Berbeda dengan Cheng et al. (2010), Kusumastuti et al. (2007) menyatakan bahwa usia tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H 3 Makin banyak dewan direksi yang berusia tua maka makin sedikit portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Etnis Tionghoa

Tionghoa merupakan salah satu etnis yang ada dalam komposisi penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2005, di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa (Kusumastuti, 2007). Menurut Sugiyono (2007) dalam Kusumastuti et al. (2007) mengatakan kesuksesan etnis Tionghoa dalam berbisnis didorong oleh

etos kerja yang tinggi. Kemudian menurut Usman (2009) dalam berbisnis suku Tionghoa lebih ulet dan tekun serta tahan menderita sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hidup. Pengusaha suku Tionghoa sangat berpengalaman, berani dan dapat memahami peluang yang ditawarkan pasar serta membuat jaringan bisnis.

Karakter etnis Tionghoa yang gigih, pantang menyerah, berani, dan cermat dalam mengelola keuangan menyebabkan dewan direksi beretnis Tionghoa berani dalam mengambil risiko yang tinggi dalam portofolio investasi. Hasil penelitian Kusumastuti et al. (2007) menunjukkan bahwa etnis Tionghoa memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian Carter et al. (2007) yang mengatakan bahwa etnis minoritas mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H 4 Makin banyak dewan direksi beretnis Tionghoa maka makin banyak pula investasi berisiko tinggi pada portofolio investasi.

Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja bisa dinyatakan sebagai masa jabatan, menjadi sebuah dasar perkiraan yang baik atas produktifitas karyawan. Bukti menyebutkan bahwa masa jabatan mempunyai korelasi yang positif terhadap kepuasan kerja. Apabila usia dan pengalaman kerja dipisahkan maka pengalaman kerja lebih konsisten dan stabil dibandingkan usia (Robbins et al. , 2007).

Menurut Vania dan Supatmi (2014) dengan pengalaman dan pengetahuan di bidang ekonomi dan bisnis, setidaknya anggota dewan direksi memiliki kemampuan dan kompetensi untuk mengelola bisnis dan membuat keputusan bisnis daripada tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang ekonomi dan bisnis. Dewan direksi yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak maka cenderung akan lebih memilih risiko investasi yang tinggi karena dewan direksi yang memiliki pengalaman kerja yang lama telah banyak mengalami bagaimana mengelola investasi perusahaan. Sehingga dewan direksi tidak takut dan siap apabila mengambil risiko investasi yang tinggi dalam portofolio investasi.

Dewan direksi perusahaan asuransi dianggap memiliki masa pengalaman kerja yang layak setidaknya 5 tahun (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

05 2014). Hasil penelitian Indreswari (2013) menunjukkan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H 5 Makin banyak dewan direksi yang memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun maka makin banyak portofolio investasi yang berisiko tinggi.

METODA PENELITIAN

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah 10 perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan investasi selama tahun 2012-2014. Sampel diambil berdasarkan metoda purposive sampling dengan kriteria: perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2014, perusahaan memiliki laporan tahunan, dan perusahaan memiliki kelengkapan data penelitian. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan tahunan perusahaan asuransi Indonesia dari tahun 2012-2014.

Variabel dependen penelitian ini adalah portofolio investasi yang diukur dar proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi. Portofolio investasi yang dikatakan tinggi adalah saham, reksadana campuran, dan reksadana saham

(Hartono, 2014). Sehingga proporsi portofolio investasi berisiko tinggi dihitung dengan cara total investasi dalam saham, reksadana campuran dan reksadana saham dibagi dengan total keseluruhan investasi. Variabel independen diukur dari lima macam keberagaman dewan direksi yaitu jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan etnis. Pengukuran variabel tersebut sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin (JK) diukur dari proporsi direksi wanita di dalam anggota dewan perusahaan.

b. Latar Belakang Pendidikan (STUDY) diukur menggunakan proporsi anggota dewan yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis (PMK Nomor 152/PMK.010/2012).

c. Usia (AGE) diukur dari proporsi anggota dewan yang berusia lebih dari 50 tahun (Darmadi, 2011).

d. Etnis Tionghoa (ETNIS) diukur dari proporsi jumlah anggota dewan yang beretnis tionghoa.

e. Pengalaman Kerja (PK) diukur dari proporsi dewan direksi yang telah bekerja minimal 5 tahun dalam perusahaan asuransi tersebut (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 05 2014).

Penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol, yaitu ukuran anggota dewan (board size) (BSIZE) dan ukuran perusahaan (firm size) (FSIZE) sebagai berikut:

a. Board Size (BSIZE) diukur dari jumlah anggota dewan. Menurut Darmadi (2011) mengatakan ukuran dewan memiliki hubungan yang positif dengan kinerja perusahaan.

b. Firm Size (FSIZE) diukur dari logaritma natural dari total aset perusahaan yaitu berupa investasi dan bukan investasi. Darmadi (2011) mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Langkah-langkah analisis data meliputi sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Gozhali, 2011: 19). Data yang diteliti akan dikelompokan yaitu gender, pengalaman kerja, umur, etnis tionghoa, dan latar belakang pendidikan dewan direksi.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. (Gozhali, 2011:160).

b. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Gozhali, 2011: 139).

c. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Gozhali, 2011: 105).

d. Uji Autokolerasi Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Gozhali, 2011: 110).

3. Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda. Dimana analisis regresi linier berganda adalah untuk menguji pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari satu terhadap satu variabel dependen.

Pengujian hipotesis dari penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut :

PI

a+b 1 JK + b 2 STUDY + b 3 AGE + b 4 ETNIS +b 5 PK +b 6 BSIZE + b 7 FSIZE + e Dimana, PI

Proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi. JK

Direktur Wanita

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis AGE

STUDY =

Anggota Dewan Perusahaan yang berusia >50 tahun ETNIS

Anggota Dewan Perusahaan yang beretnis tionghoa. PK

Pengalaman Kerja lebih dari 5 tahun. BSIZE

Board Size (ukuran anggota dewan) FSIZE

Firm Size (Ukuran Perusahaan)

Konstanta

bi

Koefisien Regresi

Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam poenelitian ini adalah perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Sampel Penelitian

No

Kriteria

Jumlah Jumlah Sampel

Pengamatan

1. Perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI

10 30 tahun 2012-2014

0 0 mempublikasikan laporan tahunannya pada tahun 2012-2014.

3. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan

0 0 data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Jumlah

Perusahaan asuransi yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu tahun 2012-2014 dan mempublikasikan laporan tahunannya dalam kurun waktu tersebut. Dalam hal ini 10 perusahaan tersebut masuk ke dalam seluruh kriteria sampel penelitian, sehingga jumlah pengamatan penelitian ada 30.

Statistik Deskriptif

Berikut ini hasil pengolahan uji statistik deskriptif untuk variabel-variabel penelitian. Dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Statistik Deskriptif Data Penelitian

Variabel Penelitian

Std. Dev.

Sumber : Data diolah tahun 2015

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi yang terdiri atas saham, reksadana campuran, dan reksadana saham adalah sebesar 41,27%. Hal ini menunjukkan bahwa rata - rata perusahaan asuransi memiliki portofolio investasi yang lebih banyak dalam jenis investasi berisiko rendah yaitu terdiri dari deposito, tabungan, SBI, dan obligasi. Meski begitu, terdapat perusahaan asuransi PT. Panin Insurance, yaitu 92% portofolio investasinya berupa investasi berisiko tinggi. Sedangkan PT. Asuransi Ramayana hanya memiliki portofolio investasi berisiko tinggi sebesar 5%, artinya sangat rendah.

Terkait dengan board diversity dilihat dari jenis kelamin (JK) memiliki rata – rata senilai 0,1316 atau 13,16% yang berarti hampir seluruh anggota dewan direksi di perusahaan asuransi didominasi oleh jenis kelamin pria, dimana 5 perusahaan rata-rata hanya memiliki 3 direksi yang berjenis kelamin wanita dari total seluruh dewan direksi perusahaan sedangkan 5 perusahaan lainnya seluruh anggota dewan perusahaan berjenis kelamin laki – laki.

Kemudian usia (AGE) memiliki nilai rata-rata 0,6555 atau 65,55% yang berarti sebagian besar anggota dewan berusia lebih dari 50 tahun. Hampir semua perusahaan asuransi memiliki anggota dewan yang berusia lebih dari 50 tahun dan terdapat 1 perusahaan yang seluruh anggota dewannya berusia lebih dari 50 tahun.

Untuk latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis (STUDY) memiliki nilai rata-rata 0,7853 atau 78,53% yang berarti sebagian besar anggota dewan perusahaan memliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis. Terdapat 2 perusahaan yang semua anggota dewannya memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis sedangkan sisanya adalah setengah dari total anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis.

Selanjutnya untuk anggota dewan yang beretnis tionghoa (ETNIS) memiliki nilai rata-rata 0,2050 atau 20,50% yang memiliki arti bahwa keberadaan etnis tionghoa adalah rendah di perusahaan asuransi. Terdapat 3 perusahaan yang tidak memiliki anggota dewan direksi yang beretnis tionghoa dan sisanya rata-rata hanya 1 hingga 3 orang yang beretnis tionghoa. Untuk pengalaman kerja (PK) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,8376 atau 83,76% yang memiliki arti sebagian besar anggota dewan direksi sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun pada perusahaan asuransi. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja masih sangat dibutuhkan dalam sebuah perusahaan.

Terkait dengan variabel kontrol (BSIZE) rata-rata perusahaan sampel memiliki anggota dewan sebanyak 7-8 orang. Pada tahun 2014 PT. Asuransi Bintang memiliki anggota dewan terbanyak yaitu 10 orang dibanding perusahaan yang lain. Terkait dengan ukuran perusahaan (FSIZE) yang diukur dengan logaritma total aset diketemukan bahwa secara rata-rata perusahaan memiliki besaran perusahaan 9,0565 namun dengan standar deviasi 0,51514 memiliki arti bahwa antara satu sampel dengan yang lain tidak jauh berbeda.

Uji Asumsi Klasik

Untuk masuk ke dalam model regresi maka data yang akan diuji harus lolos uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokolerasi (Ghozali, 2011). Dari hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua data yang digunakan lolos dalam uji asumsi klasik. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada lampiran.

Uji Hipotesis

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Koefisien

Kesimpulan Penelitian

Sig.

Regresi

(Konstanta) -2,759

H 1 Tidak dapat diterima STUDY

H 2 Tidak dapat diterima AGE

H 3 Tidak dapat diterima ETNIS

H 4 Diterima PK

H 5 Tidak dapat diterima

BSIZE -0,029

2 R 2 =0,737 Adj R =0,653

F=8,813

Sig=0,000036

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen sebesar 65,3% (adjusted R 2 ),

sedangkan sisanya yaitu 34,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Terlihat bahwa tingkat signifikansi uji F lebih dari 5% sehingga secara keseluruhan atau bersama-sama variabel jenis kelamin, usia, etnis tionghoa, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh pada portofolio investasi. Dari uji t dapat diketahui bahwa secara parsial etnis tionghoa dan jenis kelamin yang berpengaruh positif terhadap portofolio investasi perusahaan. Sedangkan variabel independen lainnya seperti usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap portofolio investasi perusahaan.

Sebagai analisis lebih lanjut, berikut ini disajikan tabel tentang keberagaman dewan direksi yang dikaitkan dengan rata-rata proporsi portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Tabel 4. Rata-Rata Proporsi Portofolio Investasi yang Berisiko Tinggi yang

Dilihat dari Keberagaman Dewan Direksi

Rata-rata Proporsi Portofolio

Variabel Penelitian

Investasi Berisiko

Tinggi Latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis

 . Di atas rata – rata > (78,53) 33,614  Di bawah rata – rata < (78,53)

49,158 Usia

43.388  Di bawah rata – rata < (65,55)

 Di atas rata – rata > (65,55)

37,246 Pengalaman kerja

 Di atas rata – rata > (83,76) 50,306  Di bawah rata – rata < (83,76)

Pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ketika data yang ada untuk variabel latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis, usia, dan pengalaman kerja dipilah antara di atas rata - rata dan di bawah rata-rata, maka diperoleh hasil analisis tambahan bahwa rata-rata proporsi portofolio investasi berisiko tinggi di perusahaan asuransi lebih banyak ketika latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis anggota dewan direksinya berada di bawah rata-rata, usia dewan direksi di atas rata-rata sampel, dan pengalaman kerja dewan direksi di atas rata-rata sampel.

Pembahasan