HUBUNGAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENDEKATAN PTT PADI SAWAH DI KECAMATAN WOLOWARU, KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR THE CORRELATION OF AGRICULTURAL EXTENSION METHODS WITH SUCCESS LEVEL OF PTT PADDY FIELD APPROACH

HUBUNGAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENDEKATAN PTT PADI SAWAH DI KECAMATAN WOLOWARU, KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR THE CORRELATION OF AGRICULTURAL EXTENSION METHODS WITH SUCCESS LEVEL OF PTT PADDY FIELD APPROACH IN THE DISTRICT WOLOWARU ENDE, EAST NUSA TENGGARA PROVINCE

A Musyadar 1a, EYO Isu 1 , dan S Wibowo 1 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor, Jl. Raya Cibalagung No. 3 Bogor

a Korespondensi: Achmad Musyadar, E‐mail: achmad.musyadar@gmail.com

(Diterima: 28‐04‐2014; Ditelaah: 03‐05‐2014; Disetujui: 12‐05‐2014)

ABSTRACT

A study has been conducted in the District Wolowaru Ende in East Nusa Tenggara Province on April 2014 until June 8, 2014. The study aimed to assess the success of approach to a PTT paddy fields at farm level, extension methods that has been applied to of agricultural extension methods and correlation with a levels success of paddy fields a PTT approach. The variables in this study are a method of agricultural extension (variable X) and success rates approach to lowland rice a PTT (variable Y). The instruments used form of questionnaires distributed to 45 respondents. Data collected through interviews use the instruments, the directly observations, a program of agricultural extension and other related a report. The data analysis consists of a descriptive analysis for the variables X and Y, and non‐ parametric statistical analysis of Spearman Rank correlation to find out the relationship between variables X and Y. The results of analysis a indicates that it approach to enough successfully PTT paddy fields because of agricultural extension methods that are applied is right and there is a relationship between of agricultural extension method with a success rate of rice fields a PTT approach to is very significant, with a levels medium relationship and positive relationship.

Key words: correlation, the agricultural extension methods, PTT paddy fields approach.

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mulai 14 April 2014 sampai dengan 08 Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah di tingkat petani. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari metode penyuluhan (variabel X) dan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah (varibel Y). Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk 45 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan instrumen, observasi langsung, dan program penyuluhan pertanian serta laporan terkait lainnnya. Analisis data terdiri dari analisis deskriptif untuk variabel X dan variabel Y, serta analisis statistik non parametrik korelasi Spearman Rank untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan PTT padi sawah cukup berhasil karena metode penyuluhan pertanian yang diterapkan sudah tepat dan terdapat hubungan antara metode penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah sangat signifikan dengan tingkat hubungan sedang dan positif.

Kata kunci: hubungan, metode penyuluhan pertanian, pendekatan PTT padi sawah.

Musyadar A, EYO Isu, dan S Wibowo. 2014. Hubungan metode penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah di Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pertanian 5(2): 58‐72.

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 59

meningkatkan penerapan pendekatan PTT PENDAHULUAN padi sawah di lahan usaha taninya,

2. bagi penyuluh pertanian lapangan sebagai

Latar Belakang

wahana

mengevaluasi dan memperbaiki penyelenggaraan penyuluhan

untuk

Dalam rangka peningkatan produksi beras dalam

di wilayah kerjanya,

negeri, pemerintah melakukan berbagai upaya.

3. bagi pengambil kebijakan sebagai bahan Upaya yang dilakukan pemerintah untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan swasembada dan swasembada berkelanjutan

yang tepat, dan

menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman

4. bagi mahasiswa sebagai bahan kajian ilmu terpadu (PTT) padi sawah. Keberhasilan pengetahuan dan teknologi yang dapat pendekatan PTT padi sawah tergantung pada

diterapkan di lapangan.

metode penyuluhan pertanian yang diterapkan oleh penyuluh, sehingga perlu dilakukan

Kerangka Pemikiran

pemilihan metode yang tepat dalam kegiatan penyuluhan. Sampai saat ini, program PTT padi

Kerangka Pemikiran dalam pelaksanaan kajian sawah masih berjalan, sehingga perlu diketahui

adalah hubungan antara metode penyuluhan tingkat keberhasilan pendekatannya di tingkat

tingkat keberhasilan petani. Berdasarkan identifikasi di lapangan,

pertanian

dengan

pendekatan PTT padi sawah di Kecamatan terdapat beberapa kelemahan yaitu petani masih

Wolowaru, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa menerapkan pola usaha tani tradisional,

Tenggara Timur. Kerangka pemikiran disajikan penerapan pendekatan PTT padi sawah masih

pada Gambar 1.

rendah, dan kurangnya dukungan dari lembaga‐ lembaga terkait.

MATERI DAN METODE Rumusan Masalah Waktu dan Tempat

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. bagaimana tingkat keberhasilan penerapan Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai 14 April pendekatan PTT padi sawah di tingkat

2014 sampai dengan 08 Juni 2014. Penelitian ini petani?

dilakukan di Kecamatan Wolowaru, Kabupaten

2. metode‐metode penyuluhan pertanian apa Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. saja yang diterapkan dalam pelaksanaan PTT padi sawah?

Populasi dan Sampel

3. bagaimana hubungan metode penyuluhan Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petani pertanian dengan tingkat keberhasilan

tani yang pernah pendekatan PTT padi sawah? melaksanakan kegiatan SL‐PTT padi sawah di

anggota

kelompok

Tujuan Kecamatan Wolowaru. Total populasi sebanyak

73 orang. Sampel ditentukan dengan rumus Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Slovin dengan tingkat kesalahan 10% sehingga mengetahui:

diperoleh sampel sebanyak 45 orang yang

1. tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi ditentukan secara acak dan proposional pada sawah di tingkat petani,

empat kelompok tani.

2. berbagai metode penyuluhan pertanian yang diterapkan dalam pelaksanaan PTT padi

Variabel, Indikator, dan Skala

sawah, dan Pengukuran

3. hubungan metode penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel padi sawah.

bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Sebagai variabel bebas Manfaat adalah metode penyuluhan pertanian dan variabel terikat adalah tingkat keberhasilan

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: pendekatan PTT padi sawah. Variabel, indikator,

1. bagi petani sebagai pelaku utama adalah dan skala pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai masukan dan motivasi untuk

60 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

P2BN Pengetahuan

Teknologi

Ket e rampilan

Dasar

Pendekatan

Sikap PTT

Tingkat Keberhasilan

Produksi Replikasi

Teknik Komunikasi

Jumlah Sasaran

Metode Penyuluhan

Pertanian Indera Penerima

Gambar 1. Kerangka berpikir hubungan metode penyuluhan dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah.

Tabel 1. Variabel, indikator, dan skala Nusa Tenggara Timur, dan laporan‐laporan pengukuran

terkait lainnya.

Variabel Indikator

Skala

Instrumen

Pengukuran

Metode

Instrumen yang digunakan dalam kajian ini penyuluhan

1 Teknik

Skala Likert

berupa kuesioner tertutup, sehingga responden pertanian

komunikasi

2 Jumlah tinggal memilih jawaban yang tersedia. Validitas sasaran

suatu alat ukur adalah kebenaran suatu alat ukur

3 Indra untuk mengukur suatu hal yang ingin diukur oleh penerima

peneliti atau pengkaji sehingga alat ukur yang Tingkat

digunakan memberi keyakinan kepada peneliti keberhasilan

1 Pengetahuan

Skala Likert

bahwa dengan perangkat pengukuran yang pendekatan

2 Keterampilan

3 Sikap digunakan maka sesuatu yang diukur dapat PTT

4 Peningkatan diketahui. Pengujian kesahihan menggunakan sawah

padi

produksi program SPSS (Statistical Product and Service

5 Replikasi Solution ) versi 21 dan apabila hasilnya terdapat nilai minus pada kolom corrected item total

dan Pengumpulan Data correction pada table item total statistics, maka item tersebut tidak sahih (valid), karena itu harus Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

Data

dibuang atau diperbaiki. Uji validitas dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

terhadap 10 responden di luar sampel. Dari uji primer diperoleh dari responden yaitu petani

validitas yang dilakukan diperoleh 33 pertanyaan anggota kelompok tani peserta SL‐PTT yang

yang harus diperbaiki.

terpilih secara acak melalui wawancara langsung Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu dengan menggunakan kuesioner sebagai

instrumen mempunyai karakteristik yang instrumen dan observasi langsung di lapangan.

berkenaan dengan akurasi, presisi, dan Data sekunder diperoleh dari programa BPP

reliabilitas instrumen Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Provinsi

konsistensi.

Uji

menggunakan Cronbach’s Alpha.Cronbach’s Alpha

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 61

dapat diinterpretasikan sebagai kolerasi dari

Hubungan Metode Penyuluhan Pertanian

skala yang diamati dengan semua kemungkinan

dengan Tingkat Keberhasilan Pendekatan

pengukuran skala lain yang mengukur hal yang

PTT Padi Sawah

sama dan menggunakan butir pertanyaan yang sama. Skala pengukuran yang reliabel memilki

Analisis data yang digunakan pada kegiatan nilai Cronbach’s Alpha >0,60 (Malholtra 2004).

penelitian ini berdasarkan hasil data dari Hasil pengujian reliabilitas instrumen diperoleh

indikator yang diolah dengan menggunakan sebesar 0,699 untuk kuesioner metode

analisis statistik non parametrik korelasi penyuluhan pertanian dan 0,741 untuk kuesioner

Spearman Rank dengan rumus sebagai berikut: tingkat keberhasilan pendekatan SL‐PTT padi

6∑d²

rs 1

sawah. N N

1 Keterangan: rs= koefisien korelasi spearman; d 2 =

Analisis Data

difference (perbedaan antar jejang (rank) atau total kuadrat selisih antar rangking; N= jumlah responden.

Metode Penyuluhan Pertanian

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Analisis yang digunakan dalam pengkajian

derajat keeratan hubungan antara variabel X metode penyuluhan pertanian adalah analisis

sebagai variabel bebas (independent variable) deskriptif

yaitu metode penyuluhan pertanian dengan menggunakan skala Likert sebagai berikut:

variabel Y sebagai variabel terikatnya (dependent - angka 1 berarti tidak setuju; variable ) yaitu tingkat keberhasilan PTT padi

- angka 2 berarti kurang setuju; sawah. Program yang digunakan adalah SPSS - angka 3 berarti setuju;

Versi 21. Untuk mengetahui kondisi hubungan - angka 4 berarti sangat setuju.

tersebut digunakan kriteria pada Tabel 2. Data yang diperoleh dijumlahkan dan dirata‐

Tabel 2. Kriteria besaran koefisien korelasi ratakan, kemudian untuk mengetahui ketepatan

Tingkat Hubungan sebagai berikut:

metode penyuluhan pertanian digunakan kriteria

Interval Koefisien

Sangat lemah - 1,00 ‐ 1,5 : metode penyuluhan sangat tidak

Rendah tepat,

Sedang - 1,51 – 2,50 : metode penyuluhan tidak tepat,

Kuat - 2,51 – 3,50 : metode penyuluhan tepat, dan

Sangat kuat - 3,51 – 4,00 : metode penyuluhan sangat tepat.

Sumber: Sugiyono 2007.

Keberhasilan Pendekatan PTT Padi Sawah Analisis yang digunakan dalam pengkajian HASIL DAN PEMBAHASAN

tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah

adalah analisis deskriptif dengan setiap Keragaan Wilayah

parameter menggunakan skala Likert sebagai Kecamatan Wolowaru merupakan salah satu berikut:

wilayah di Kabupaten Ende yang terdiri dari satu - angka 1 berarti sangat rendah/tidak

kelurahan dan 16 desa. Luas wilayah Kecamatan tepat/tidak sesuai;

Wolowaru adalah 66,84 km 2 . Wilayah terluas - angka 2 berarti rendah/tidak tepat/tidak

diperuntukkan sebagai wilayah perkebunan. sesuai;

Secara topografi, keadaan permukaan tanah di - angka 3 berarti tinggi/tepat/sesuai;

pada umumnya - angka 4 berarti sangat tinggi/sangat

Kecamatan

Wolowaru

bergelombang sampai curam dengan tingkat tepat/sangat sesuai.

kemiringan tanah 0‐36% dan ketinggian tempat Data yang diperoleh dijumlahkan dan dirata‐

50‐850 meter di atas permukaan laut. Luas dan ratakan, kemudian untuk mengetahui tingkat

tata guna lahan di Kecamatan Wolowaru dapat keberhasilan menggunakan kriteria sebagai

dilihat pada Tabel 3.

berikut: Secara klimatologi, wilayah Kecamatan - 1,00 ‐ 1,5 : pendekatan PTT sangat tidak

Wolowaru beriklim tropis. Hal ini ditandai berhasil,

dengan musim panas yang panjang yaitu dari - 1,51 – 2,50 : pendekatan PTT cukup berhasil,

bulan April sampai dengan bulan Oktober dan - 2,51 – 3,50 : pendekatan PTT berhasil, dan

- 3,51 – 4,00 : pendekatan PTT sangat berhasil.

62 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

musim penghujan relatif pendek yaitu dari bulan Jumlah penduduk di Kecamatan Wolowaru November sampai dengan bulan Maret.

pada tahun 2013 sebanyak 17.159 jiwa yang terdiri dari laki‐laki sebanyak 8.085 jiwa dan

Tabel 3. Data luas lahan menurut jenis perempuan sebanyak 9.074 jiwa. Mata penggunaan tanah

pencaharian penduduk di Kecamatan Wolowaru No

Uraian

Luas Lahan (ha)

pada umumnya adalah sebagai petani. Usaha tani

1 Sawah irigasi

yang diusahakan oleh masyarakat di Kecamatan setengah teknis

Wolowaru terdiri dari tanaman pangan,

2 Sawah irigasi

hortikultura, perkebunan, peternakan, dan sederhana

perikanan.

3 Tadah hujan

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di

4 Tegal/kebun

Kecamatan Wolowaru dilaksanakan oleh Balai

5 Perkebunan

Penyuluhan Pertanian (BPP). Pelaksanaan

6 Kolam

kegiatan penyuluhan dibagi dalam tujuh Wilayah

7 Hutan rakyat

60 Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) dengan

8 Hutan tutupan

76 tujuh orang tenaga penyuluh, satu orang kepala

9 Pekarangan

BPP, dan satu orang tenaga administrasi. Data

penyuluh, pendidikan, dan wilayah binaan Sumber: Programa penyuluhan pertanian BPP

10 Lain‐lain

tampak pada Tabel 4.

Wolowaru 2014. Tabel 4. Data penyuluh dan WKPP di Kecamatan Wolowaru

Keadaan Penyuluh Jumlah Poktan No

WKPP/Desa

Tingkat

Jumlah

yang Dibina Pendidikan

1 WKPP Bokasape / Kelurahan Bokasape dan Desa

2 Gapoktan dan

1 Sarjana S1 Lisedetu

21 Poktan

2 Wolosoko/ Desa Wolosoko dan Desa Bokasape

1 SPP/SPMA 2 Gapoktan dan Timur

15 Poktan

3 Nualise / Desa Nualise, Desa Liselowobora, dan

1 SPP/SPMA 3 Gapoktan dan Desa Lisepuu

12 Poktan

4 Mbuliwaralau Utara / Desa Mbuliwaralau utara, DIV dan

3 Gapoktan dan

Nakambara dan Mbuliwaralau SPP/SPMA

14 Poktan

5 Jopu / Desa Jopu dan Desa Wolokoli

1 SPP/SPMA 2 Gapoktan dan

14 Poktan

6 Mbuliloo / Desa Mbuliloo Desa Rindiwawo dan

3 Gapoktan dan

1 Sarjana S1 Desa Tanalo’o

17 Poktan

7 Likanaka / Desa Likana dan Desa Niramesi

2 Gapoktan dan

1 D.IV

19 Poktan Sumber: Programa penyuluhan pertanian BPP Wolowaru 2014.

73 tahun. Karakteristik responden berdasarkan Wolowaru adalah 112 kelompok tani dan 17

Jumlah kelompok tani yang ada di Kecamatan

umur di Kecamatan Wolowaru dapat dilihat pada Gapoktan. Kelompok tani yang ada terdiri dari 52

Tabel 5.

kelompok tani prapemula, 55 kelompok tani Tingkat pendidikan responden cukup beragam kelas pemula, dan lima kelompok tani kelas

yaitu mulai dari tidak tamat Sekolah Dasar (SD) lanjut. Jumlah anggota kelompok tani adalah

sampai dengan perguruan tinggi. Karakteristik 1.523 orang.

responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 6. Keadaan responden

Karakteristik Responden

berdasarkan luas lahan bervariasi dengan luas lahan responden terkecil 0,20 ha dan terbesar 1,5

Responden dalam kajian ini berjumlah 45 orang

ha. Data luas lahan garapan dapat dilihat pada yang tergabung dalam empat kelompok tani.

Tabel 7.

Karakteristik responden meliputi beberapa aspek yang mencirikan responden di daerah kajian

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa umur yaitu umur, tingkat pendidikan, dan luas lahan.

responden berkisar antara 22–73 tahun. Menurut Umur responden bervariasi dengan kisaran 22‐

Keynesian dalam Wibowo (2002), usia produktif

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 63

berada dalam kisaran umur 14‐55 tahun. Hasil memudahkan penyampaian materi penyuluhan kajian terlihat bahwa umur responden

kepada petani sehingga pendekatan PTT padi didominasi usia produktif yaitu sebanyak 31

sawah dapat berhasil.

orang (68,89%), dengan demikian tenaga kerja Pada Tabel 7, karakteristik responden yang tersedia merupakan tenaga yang memiliki

berdasarkan luas lahan sawah garapan terlihat kemampuan fisik yang cukup baik untuk

bahwa dari 45 orang responden, luas lahan melakukan usaha tani padi sawah.

terkecil adalah 0,20 ha dan terluas adalah 1,5 ha. Umumnya, responden memiliki luas lahan 0,2‐0,5

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan

ha (44,89%). Luas lahan yang dimiliki kelompok umur

berpengaruh terhadap tingkat produksi padi

yang dihasilkan. Pada lahan sawah yang luas bila Kelompok

Jumlah

Persentase

Responden diterapkan pendekatan PTT secara baik maka Umur (Tahun)

(Orang) peluang peningkatan produksi padi lebih tinggi, 21‐30

sedangkan pada lahan sawah yang sempit, bila 31‐40

diterapkan pendekatan PTT maka peluang 41‐50

peningkatan produksi lebih rendah. 51‐60

Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian yang telah Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan

Jumlah

diterapkan dalam pendekatan PTT padi sawah di tingkat pendidikan

Kecamatan Wolowaru seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Metode penyuluhan pertanian di Tingkat

Jumlah

Kecamatan Wolowaru Pendidikan

Hasil Kajian

1 Tidak tamat

Indikator

Kategori Jumlah Rerata

457 2,54 Setuju Jumlah

2.042 8,94 Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan

Jumlah

608,67 2,97 Metode luas lahan garapan penyuluh

Rerata

Jumlah

an tepat

Persentase

No Luas Lahan

Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa

metode penyuluhan pertanian di Kecamatan

Wolowaru memiliki rerata 2,97 artinya metode

penyuluhan yang dilakukan selama ini sudah Jumlah

tepat, baik ditinjau dari aspek teknik komunikasi, jumlah sasaran maupun indra penerima. Aspek

Pada Tabel 6, diketahui bahwa tingkat teknik komunikasi mempunyai rerata 3,08, pendidikan dari 45 orang responden yang

artinya metode penyuluhan ditinjau dari teknik terbanyak adalah tidak tamat SD dan tamat SD

komunikasi adalah tepat. Berdasarkan hasil berjumlah 24 orang (53,34%). Tingkat

wawancara, 88,9% responden lebih menyukai pendidikan merupakan faktor yang cukup

dan memahami materi penyuluhan yang penting dalam usaha tani padi sawah, karena

disampaikan dengan metode penyuluhan usaha tani padi sawah membutuhkan

langsung antara petani dan penyuluh. Materi pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta

penyuluhan yang disampaikan melalui leaflet wawasan tertentu dalam mengadopsi teknologi

kurang dipahami petani karena sebagian besar dari penyuluh. Oleh karena itu, tingkat

petani berpendidikan rendah dan petani kurang pendidikan

suka membaca leaflet yang diberikan oleh penerapan metode penyuluhan yang dapat

penyuluh. Menurut Kementerian Pertanian

64 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

(2009), metode penyuluhan langsung dilakukan ini dapat diperbaiki dengan cara membuat melalui tatap muka, dialog, demonstrasi, kursus

folder/leflet yang lebih menarik dan berisi tani, dan obrolan sore. Metode penyuluhan tidak

gambar. Selain itu, dapat menggunakan peta langsung dilakukan melalui perantara (media

singkap, sehingga sasaran penyuluhan lebih komunikasi), antara lain: pemasangan poster,

memahami materi yang disampaikan dimana penyebaran brosur/leaflet/folder/majalah, siaran

petani dapat mendengar dan melihat gambar radio, televisi, pemutaran slide, dan film.

yang ditampilkan.

Aspek jumlah sasaran diperoleh rerata 3,30, artinya metode penyuluhan ditinjau dari jumlah

Tingkat Keberhasilan Pendekatan PTT

sasaran adalah tepat. Berdasarkan hasil

Padi Sawah

wawancara, 93,3% responden menyetujui bahwa Tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh

sawah Kecamatan Wolowaru dapat dilihat pada penyuluh adalah melalui pendekatan perorangan

Tabel 9.

dan pendekatan kelompok, yaitu dengan metode anjangsana, diskusi, dan pertemuan kelompok.

Tabel 9. Tingkat keberhasilan pendekatan ptt Petani lebih menyukai penyuluh secara langsung

padi sawah di Kecamatan Wolowaru datang ke kebun petani.

Hasil Kajian Menurut Kementerian Pertanian (2009),

No

Kategori Jumlah Rerata metode anjang sana dan anjang karya mampu

Indikator

2.863 2,36 memotivasi petani untuk berusaha tani lebih

1 Pengetahuan

426 1,89 baik, serta informasi yang diperoleh petani lebih

2 Keterampilan

1.774 3,03 jelas dan lengkap. Melalui kegiatan diskusi,

3 Sikap

481 2,67 pertemuan dan demonstrasi plot mampu

4 Peningkatan

produksi

mendorong petani untuk terlibat aktif dalam

1.489 2,55 menerima dan berbagi informasi pertanian,

5 Replikasi

7.033 12,50 memecahkan masalah yang dihadapi secara Cukup bersama dan adanya pemerataan informasi ke

Jumlah

1.406,6 2,50 berhasil anggota

kelompok lebih menguntungkan karena umpan balik yang lebih baik yang memungkinkan

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa tingkat pengurangan salah pengertian yang berkembang

keberhasilan pendekatan PTT padi sawah di antara penyuluh dan petani (Van den Ban dan

Kecamatan Wolowaru memiliki rerata 2,50, Hawkins 1999). Kenyataan di lapangan

artinya pendekatan PTT padi sawah cukup menunjukkan bahwa intensitas kunjungan

berhasil. Aspek pengetahuan diperoleh rerata berkala penyuluh ke kelompok tani masih sangat

2,36, artinya pengetahuan petani melalui jarang, karena setiap kelompok tani hanya

pendekatan PTT padi sawah tergolong rendah dikunjungi sebanyak satu atau dua kali dalam

dengan tingkat keberhasilan cukup berhasil. sebulan. Hal ini disebabkan seorang penyuluh

Dimana hanya 40% responden memiliki mempunyai dua desa binaan dengan jumlah

pengetahuan yang baik tentang komponen kelompok tani lebih dari 16 kelompok tani.

teknologi dalam pendekatan PTT, baik teknologi dasar maupun teknologi pilihan. 60% responden

Aspek indra penerima mempunyai rerata 2,54, lainnya memiliki pengetahuan yang kurang artinya metode penyuluhan ditinjau dari indra tentang komponen teknologi dalam pendekatan penerima adalah tepat. Aspek indra penerima

tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan PTT baik teknologi dasar maupun teknologi pilihan. Dari hasil wawancara tentang komponen

aspek teknik komunikasi dan jumlah sasaran. teknologi dasar, pengetahuan petani tergolong Berdasarkan hasil wawancara, 55,6% responden sangat tahu mengenai jenis‐jenis pupuk, manfaat menjawab setuju bahwa metode penyuluhan pupuk, serta penentuan waktu pemupukan. dengan memanfaatkan indra petani baik melalui Komponen pengetahuan tentang varietas unggul, indra pendengaran dan kombinasi indra sangat benih bermutu, pemberian bahan organik, sesuai. Petani lebih memahami materi pengaturan populasi tanaman, penggunaan dan penyuluhan yang diberikan melalui obrolan sore, manfaat BWD, dosis pupuk, serta pengendalian demonstrasi cara, dan demonstrasi hasil, hama terpadu tergolong kurang tahu. Menurut sedangkan materi penyuluhan yang diberikan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan melalui folder kurang dipahami oleh petani, Teknologi Pertanian (2008), komponen teknologi karena sebagian besar berpendidikan rendah. Hal dasar dalam PTT adalah penggunaan varietas

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 65

padi unggul, penggunaan benih bermutu, PTT yang diketahuinya. 48,9% responden pemberian bahan organik, pengaturan pola

mengakui adanya peningkatan produksi sedang tanam secara optimal, pemupukan berdasarkan

yaitu dari 3‐4 ton/ha menjadi 5‐5,5 ton/ha, hal kebutuhan tanaman, dan pengendalian hama

ini karena petani hanya menerapkan beberapa terpadu. Komponen teknologi pilihan yang

komponen teknologi saja seperti pengolahan diketahui oleh petani adalah teknik dan manfaat

lahan, penggunaan varietas unggul, pengairan, pengolahan lahan, jumlah bibit dalam satu lubang

dan penerapan pemupukan seperlunya. tanam, cara mengairi lahan sawah, penentuan

Aspek replikasi diperoleh rerata 2,55, artinya waktu panen, ciri‐ciri tanaman siap panen serta

pendekatan PTT padi sawah berhasil dalam waktu perontokkan gabah. Untuk pengaturan

replikasi. Secara umum, replikasi dari pengairan belum diketahui oleh petani.

berhasil tetapi pada Aspek keterampilan diperoleh rerata 1,89,

pendekatan

ini

kenyataannya dilapangan baru 35,6% responden artinya petani kurang terampil dalam penerapan

yang melaksanakannya, sedangkan 64,4% pendekatan PTT. Dimana hanya 15,6 %

responden belum menerapkan teknologi PTT ini responden tergolong terampil, sedangkan 84,4 %

secara menyeluruh. Hal ini terjadi karena tergolong kurang terampil. Dari hasil uji

beberapa hal yaitu:

keterampilan, secara umum petani terampil

a. petani menerapkan komponen teknologi dalam membedakan jenis‐jenis pupuk. Petani

tersebut hanya pada saat menerima program kurang terampil dalam menyeleksi benih, karena

SL‐PTT dan tidak dilanjutkan pada musim masih memakai cara tradisional dalam

tanam berikutnya;

menyeleksi benih dan jarang melakukan seleksi

b. belum adanya kemauan petani dalam benih. Petani kurang terampil mempraktekkan

menerapkan komponen teknologi yang ada; cara menanam legowo 2:1, karena sebagian besar

c. replikasi komponen tenologi PTT hanya aktivitas penanaman dilakukan oleh istri dari

terbatas pada petani anggota kelompok petani tersebut. Petani kurang terampil

sasaran kegiatan SL‐PTT. menghitung dosis pupuk karena tidak pernah

menghitung pupuk berdasarkan luasan lahan

Analisis Hubungan

tetapi berdasarkan kebiasaan selama berusaha tani. Petani tidak terampil dalam menggunakan

Hubungan antara metode penyuluhan pertanian BWD karena tidak pernah diajarkan dan dilatih

dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT menggunakan BWD. Rendahnya keterampilan di

padi sawah. Berdasarkan hasil analisis statistik tingkat petani dapat diperbaiki dengan cara

non parametrik korelasi Spearman Rank melaksanakan kegiatan kursus tani serta

terhadap data yang diperoleh di lapangan, melibatkan petani secara langsung dalam

diketahui bahwa korelasi antara variabel X dan kegiatan demonstrasi cara.

variabel Y seperti pada Tabel 12. Aspek sikap diperoleh rerata 3,03, artinya

Tabel 10. Hasil analisis korelasi antara variabel X responden memiliki sikap atau tanggapan yang

dan variabel Y

baik terhadap pendekatan PTT padi sawah. Dari hasil wawancara diketahui bahwa 91,1%

Correlations responden memiliki sikap yang baik terhadap

Rank of Variabel Y teknologi baik teknologi dasar maupun teknologi

(Tkt. Keberhasilan pilihan. Menurut Widayatun (1999) dalam

Pendekatan PTT) Setiana (2005), sikap adalah kesiapan seseorang

Correlation ,554 ** untuk bertindak atau berperilaku tertentu.

Dengan demikian, petani telah memiliki kesiapan

Rank of

,000 dasar maupun teknologi pilihan dalam usaha

untuk menerima pendekatan PTT, baik teknologi

Variabel X

Aspek peningkatan produksi diperoleh rerata

Pertanian)

2,67, artinya pendekatan PTT padi sawah **. Correlation is significant at the 0.01 level (2‐tailed). berhasil dalam meningkatkan produksi padi.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 12 51,1% responden mengakui adanya peningkatan

diketahui bahwa antara metode penyuluhan produksi yang tinggi dari 3,5‐4 ton/ha menjadi 7‐

pertanian

dengan

tingkat keberhasilan

8 ton/ha, hal ini karena petani tersebut pendekatan PTT padi sawah memiliki hubungan menerapkan hampir semua komponen teknologi

yang sangat signifikan (**), dengan koefisien

66 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

korelasi 0,554 yang berarti menunjukkan tingkat penyuluhan pertanian terhadap tahapan proses hubungan yang sedang pada tingkat kepercayaan

adopsi seseorang dalam memahami teknologi 99% (Sugiyono 2007). Koefisien korelasi sebesar

baru. Pendekatan PTT yang mencakup komponen 0,554 menunjukkan tingkat hubungan yang

teknologi dasar dan teknologi pilihan sebagai positif, artinya semakin tepat metode penyuluhan

inovasi baru di bidang pertanian dapat diadopsi pertanian yang digunakan maka kegiatan

petani melalui kegiatan penyuluhan. Lebih lanjut penyuluhan pertanian akan menjadi semakin

komunikasi dalam efektif dan efisien sehingga berpengaruh positif

dikatakan

bahwa

penyelenggaraan penyuluhan berjalan dua arah terhadap tingkat keberhasilan pendekatan PTT

yaitu antara penyuluh sebagai sumber dan padi sawah. Koefisien determinasinya sebesar

keluarga tani sebagai sasaran dan sebaliknya. (0,554) 2 x 100% = 0,3069 x 100% = 30,69%,

Dalam proses komunikasi, saluran merupakan artinya bahwa metode penyuluhan pertanian

salah satu unsur yang mendukung. Dalam berkontribusi sebesar 30,69% terhadap tingkat

kegiatan penyuluhan, metode penyuluhan keberhasilan pendekatan PTT padi sawah,

merupakan saluran tersebut (Suriatna 1987). sedangkan

Penggunaan metode penyuluhan yang tepat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Rendahnya

sesuai dengan kebutuhan petani akan berdampak kontribusi tersebut karena metode penyuluhan

pada efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pertanian yang telah diterapkan oleh penyuluh

penyuluhan, sehingga dapat menunjang tingkat belum mencakup keseluruhan komponen

keberhasilan pendekatan PTT padi sawah bagi teknologi dalam pendekatan PTT padi sawah. Hal

pelaku utama dan pelaku usaha. Hal ini sesuai ini terbukti dari tingkat pengetahuan yang

dengan tujuan dari metode penyuluhan pertanian tergolong rendah dan keterampilan yang

yaitu untuk mempercepat dan mempermudah tergolong

penyampaian materi dalam pelaksanaan pengetahuan

penyuluhan pertanian, meningkatkan efisiensi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang

penyelenggaraan, dan tergolong rendah, adanya petani yang telah

dan

efektivitas

pelaksanaan penyuluhan pertanian serta berumur tua (>60 tahun), dan intensitas

mempercepat proses adopsi inovasi teknologi kunjungan penyuluh. Tingkat pendidikan yang

pertanian (Kementerian Pertanian 2009). rendah dan umur tua berdampak pada

Hubungan antar indikator dari metode rendahnya kemampuan petani menyerap penyuluhan pertanian dan tingkat keberhasilan informasi dan teknologi dari penyuluh. Intensitas pendekatan PTT padi sawah terdiri dari: kujungan yang sebanyak satu atau dua kali dalam

sebulan mengakibatkan komunikasi antara

a. hubungan antara metode teknik komunikasi penyuluh dan petani jarang terjadi, sehingga

dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT keputusan yang diambil petani dalam usaha tani

padi sawah;

b. hubungan antara jumlah sasaran dengan pribadi dan keadaan lingkungan. Faktor lain yang

padi sawah lebih didasarkan pada pertimbangan

tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi memengaruhi keberhasilan pendekatan PTT padi

sawah;

sawah antara lain: 1) kemampuan penyuluh, 2)

c. hubungan antara indra penerima dengan materi penyuluhan, 3) sarana dan biaya

tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi penyuluhan, 4) keadaan sosial budaya setempat,

sawah.

dan 5) kebijakan Pemerintah Daerah. Hubungan antara metode teknik komunikasi dengantingkat keberhasilan pendekatan PTT padi

Suriatna (1987) mengatakan bahwa ada sawah dapat dilihat pada Tabel 11. hubungan yang erat antara penerapan metode

Tabel 11. Hubungan antara teknik komunikasi dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah

Korelasi

Pengetahuan Keterampilan Sikap Peningkatan Produksi Replikasi Spearman's

tailed) N

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 67

Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa antara teknik komunikasi berkontribusi sebesar 8,76% metode teknik komunikasi dengan pengetahuan

terhadap peningkatan produksi, sedangkan petani memiliki hubungan yang sangat signifikan

kontribusi sebesar 91,4% dipengaruhi faktor lain. (**), dengan koefisien korelasi 0,402 yang berarti

Hal ini karena komunikasi dengan penyuluh menunjukkan tingkat hubungan yang sedang

hanya berlangsung pada saat pertemuan (Sugiyono 2007) pada tingkat kepercayaan 99%.

kelompok. Kunjungan langsung di kebun ataupun Koefisien korelasi antara metode teknik

lahan usaha tani jarang dilakukan oleh penyuluh. komunikasi dengan pengetahuan sebesar 0,402

Faktor lain yang memengaruhi peningkatan adalah positif, artinya pemilihan metode teknik

produksi antara lain: 1) pengetahuan dan komunikasi yang semakin tepat maka kegiatan

keterampilan petani; 2) tingkat adopsi petani. penyuluhan akan menjadi semakin efektif dan

Metode teknik komunikasi dengan replikasi efisien sehingga pengetahuan petani akan

tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan meningkat. Koefisien determinasinya sebesar

tingkat hubungan tergolong rendah (Sugiyono x 100% = 0,1616 x 100% = 16,16%,

2007). Pelaksanaan metode penyuluhan dengan artinya bahwa teknik komunikasi berkontribusi

teknik komunikasi tidak berhubungan langsung sebesar

dengan Replikasi komponen teknologi dasar dan pengetahuan petani, sedangkan kontribusi

teknologi pilihan dalam pendekatan PTT padi sebesar 83,84% dipengaruhi faktor lainnya. Hal

sawah. Berdasarkan hasil wawancara, petani ini karena tingkat pendidikan petani yang

masih menerapkan pola usaha tani lama atau sebagian besar berpendidikan rendah (tidak

tradisional yang telah menjadi kebiasaan petani tamat SD dan tamat SD). Faktor lain yang

selama ini.

memengaruhi pengetahuan petani antara lain: 1) Dari hasil wawancara dengan responden, kemampuan penyuluh, 2) materi penyuluhan, 3) metode penyuluhan yang telah diterapkan oleh sarana dan biaya penyuluhan, dan 4) keadaan penyuluh di Kecamatan Wolowaru ditinjau dari sosial budaya setempat. teknik komunikasi terdiri dari metode

penyuluhan langsung dan tidak langsung. Metode keterampilan tidak memiliki hubungan yang

Metode teknik

komunikasi

dengan

penyuluhan langsung yaitu melalui tatap muka signifikan, dengan koefisien korelasi sebesar

dan dialog antara penyuluh pertanian dengan 0,186, yang berarti menunjukkan tingkat

pelaku utama dan pelaku usaha. Metode hubungan yang sangat lemah (Sugiyono 2007).

penyuluhan tidak langsung adalah melalui Pelaksanaan metode penyuluhan dengan teknik

perantara (media komunikasi) yaitu melalui komunikasi tidak berhubungan langsung dengan

penyebaran leaflet.

keterampilan petani dalam pendekatan PTT padi Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sawah. penyuluhan pertanian selain sebagai proses

Metode teknik komunikasi dengan sikap tidak penyebarluasan informasi, juga sebagai proses memiliki hubungan yang signifikan, dengan

perubahan perilaku, proses pendidikan, dan koefisien korelasi sebesar 0,177 yang berarti

proses rekayasa sosial. Penyuluhan merupakan menunjukkan tingkat hubungan yang sangat

proses perubahan perilaku yang menyangkut lemah (Sugiyono 2007). Pelaksanaan metode

aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan penyuluhan dengan teknik komunikasi tidak

petani agar mereka tahu, mau, dan mampu berhubungan langsung dengan sikap petani

melaksanakan perubahan‐perubahan dalam terhadap pendekatan PTT padi sawah.

usaha taninya demi tercapainya peningkatan Metode

produksi, pendapatan atau keuntungan, dan peningkatan produksi memiliki hubungan yang

kesejahteraan keluarga atau sangat signifikan (**), dengan koefisien korelasi

perbaikan

masyarakat yang ingin dicapai melalui sebesar 0,296 yang berarti menujukkan tingkat

pembangunan pertanian. Setiana (2005) hubungan yang rendah (Sugiyono 2007) pada

proses pendidikan, tingkat kepercayaan 99%. Koefisien korelasi

mengatakan

sebagai

disamping meningkatkan pengetahuan, juga antara metode teknik komunikasi dengan

diharapkan petani menjadi lebih kritis dan peningkatan produksi sebesar 0,296 adalah

mampu memahami fenomena yang berkembang positif, artinya dengan pemilihan teknik

dalam masyarakat sehingga menjadi petani yang komunikasi yang tepat, maka dapat mendorong

mandiri.

petani dalam meningkatkan produksi padi. Penyuluhan pertanian sebagai proses

rekayasa sosial untuk menciptakan perubahan 100% = 0,0876 x 100% = 8,76 %, artinya bahwa

Koefisien determinasinya sebesar (0,296) 2 x

perilaku

bagi

anggota‐anggotanya, perlu

68 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

dilaksanakan secara bijak dan hati‐hati, serta Menurut Suwandi (1999), sebagai seorang harus dijaga agar tidak terperangkap kepada

komunikator yang baik, hendaknya tahu upaya terciptanya tujuan dengan mengorbankan

pendengar, keinginan dan kebutuhannya, tahu kepentingan petani yang sebenarnya ingin

pesan‐pesannya, tahu isinya dan bagaimana diperbaiki mutu hidupnya (Mardikanto 1993).

mengajukannya, tahu saluran komunikasi yang Oleh karena itu, seorang penyuluh harus

efektif untuk menyampaikan pesan, dan tahu memiliki kualifikasi tertentu yang menyangkut

kemampuan dirinya serta kebutuhannya. Selain kepribadian,

harus memiliki kemampuan berkomunikasi, keterampilan penyuluh profesional.

seorang penyuluh juga harus memiliki motif. Dalam penyelenggaraan penyuluhan terutama

Motif yang dimaksud adalah sesuatu yang mana metode penyuluhan langsung kemampuan

mendorong seseorang bereaksi dalam suatu arah komunikasi akan sangat menentukan derajat

yang pasti atau tertentu (Suwandi 1999). Seorang keberhasilan atau kegagalan dari seorang

penyuluh mesti mendorong petani menginginkan petugas penyuluh (Franco dalam Suwandi 1999).

pengetahuan, menggunakannya, dan menerapkan Selain itu, kemampuan berkomunikasi juga akan

sikap yang progresif ke arah masa depan. Dengan memengaruhi situasi belajar. Situasi belajar

pemilihan metode teknik komunikasi secara dapat

tepat oleh penyuluh dalam penyelenggaraan berkomunikasi dengan layak.

tercipta, bila

diharapkan mampu mendorong keberhasilan pendekatan PTT padi sawah.

maka

Tabel 15. Hubungan antara jumlah sasaran dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah

Korelasi Pengetahuan Keterampilan Sikap Peningkatan

Replikasi Produksi

Spearman's Jumlah

tailed) N

45 45 45 45 45 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa antara

maka akan berpengaruh positif terhadap sikap jumlah sasaran dan pengetahuan tidak memiliki

petani. Koefisien determinasinya sebesar hubungan yang signifikan dengan koefisien

(0,379) 2 x 100% = 0,1436 x 100% = 14,36%, korelasi 0,248, yang berarti menunjukkan

artinya bahwa jumlah sasaran berkontribusi tingkat hubungan yang rendah (Sugiyono 2007).

sebesar 14,36% terhadap aspek sikap, sedangkan Pelaksanaan metode penyuluhan berdasarkan

85,64% dipengaruhi faktor lainnya. Berdasarkan jumlah sasaran tidak berhubungan langsung

responden, melalui dengan pengetahuan petani tentang komponen

wawancara

dengan

pendekatan perorangan dan pendekatan teknologi dasar dan teknologi pilihan dalam

kelompok yang telah dilakukan oleh penyuluh pendekatan PTT padi sawah.

belum mampu mengubah sikap petani secara Metode jumlah sasaran dan keterampilan

keseluruhan karena tingkat keaktifan anggota tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

kelompok pada saat pelaksanaan penyuluhan koefisien korelasi 0,066, yang menunjukkan

masih tergolong rendah. Faktor lain yang tingkat hubungan yang sangat lemah (Sugiyono

mempengaruhi sikap petani antara lain: 1) 2007). Pelaksanaan metode penyuluhan dengan

keadaan sasaran, 2) keadaan kelompok tani, dan jumlah sasaran tidak berhubungan langsung

3) sistem sosial budaya setempat. dengan

Metode jumlah sasaran dan peningkatan pendekatan PTT padi sawah.

produksi tidak memiliki hubungan yang Metode jumlah sasaran dan sikap memiliki

signifikan dengan koefisien korelasi sebesar hubungan yang signifikan dengan koefisien

0,244 yang menunjukkan tingkat hubungan yang korelasi 0,379 yang berarti menunjukkan tingkat

rendah (Sugiyono 2007). Dari hasil wawancara hubungan yang rendah (Sugiyono 2007) dan

yang dilakukan, peningkatan produksi sangat positif pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien

bergantung pada kemauan dari tiap‐tiap petani korelasi antara metode jumlah sasaran dengan

dalam menerapkan komponen teknologi dasar sikap sebesar 0,379 adalah positif, artinya

dan teknologi pilihan PTT padi sawah di lahan pemilihan metode jumlah sasaran secara tepat

mereka masing‐masing.

Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 5 Nomor 2, Oktober 2014 69

Metode jumlah sasaran dan replikasi tidak langsung memecahkan masalahnya dengan memiliki hubungan yang signifikan dengan

bimbingan khusus dari penyuluh (Kartasaputra koefisien korelasi sebesar 0,153 yang

1994 dalam Setiana 2005). Metode pendekatan menujukkan tingkat hubungan yang sangat lemah

perorangan biasanya sangat berguna dalam (Sugiyono

tahap mencoba hingga menerapkan karena penyuluhan dengan jumlah sasaran tidak

adanya hubungan tatap muka antara penyuluh berhubungan

dan sasaran yang lebih akrab (Kementerian komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan

dalam pendekatan PTT padi sawah. Berdasarkan Metode berdasarkan pendekatan kelompok hasil wawancara mendalam dengan responden,

biasanya dipergunakan untuk memberikan hal ini karena replikasi dipengaruhi oleh

informasi yang lebih rinci tentang suatu teknologi kebiasaan petani dalam melakukan usaha

atau praktik (Kementerian Pertanian 2009). taninya.

Metode dengan pendekatan kelompok lebih Dari hasil wawancara dengan responden

menguntungkan karena memungkinkan adanya diketahui bahwa metode pendekatan yang

umpan balik dan interaksi kelompok yang dilakukan oleh penyuluh di Kecamatan

memberi kesempatan bertukar pengalaman Wolowaru berdasarakan jumlah sasaran adalah

maupun pengaruh perilaku dan norma pada pendekatan perorangan melalui kunjungan

anggotanya (Setiana 2005).

rumah atau lokasi usaha dan pendekatan Tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi kelompok melalui diskusi, kursus tani, dan

sawah di Kecamatan Wolowaru juga dipengaruhi pertemuan kelompok. Menurut Kementerian

oleh keberadaan kelompok tani. Kenyataan di Pertanian (2009), pendekatan perorangan

lapangan menunjukkan bahwa dari empat merupakan penyuluhan yang dilakukan secara

kelompok tani yang menjadi sasaran kajian, perorangan

hanya satu kelompok tani yang telah terorganisir merupakan

dengan baik. Keadaan kelompok tani yang dilakukan secara berkelompok. Kenyataan di

terorganisir baik menunjukkan bahwa fungsi lapangan

kelompok tani telah dilaksanakan dengan baik. pendekatan jumlah sasaran yang diterapkan

Setiana (2005) mengatakan bahwa metode belum mampu memberikan dampak yang

pendekatan kelompok pada umumnya berdaya signifikan terhadap keberhasilan pendekatan

guna dan berhasil guna tinggi bila ditunjang PTT padi sawah. Intensitas kunjungan berkala

dengan keberadaan kelompok yang mantap dan penyuluh ke kelompok tani masih sangat jarang

teroganisir dengan baik. Kelompok tani harus yaitu setiap kelompok tani hanya dikunjungi

mampu melaksanakan fungsinya sebagai wadah sebanyak satu atau dua kali dalam sebulan. Hal

belajar mengajar bagi anggotanya guna ini karena seorang penyuluh mempunyai dua

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan desa binaan dengan jumlah kelompok tani lebih

sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi dari 16 kelompok tani. Seharusnya pendekatan

usaha tani yang mandiri sehingga dapat perorangan dan pendekatan kelompok mampu

meningkatkan produktivitas, pendapatan serta menunjang keberhasilan pendekatan PTT padi

kehidupan yang lebih baik (Kementerian sawah di Kecamatan Wolowaru.

Pertanian 2013).

Metode perorangan sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara

Tabel 16. Hubungan antara indra penerima dengan tingkat keberhasilan pendekatan PTT padi sawah

Korelasi Pengetahuan Keterampilan Sikap Peningkatan

Replikasi Produksi

Spearman's Indera

tailed) N

45 45 45 45 45 Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa

0,509 yang menunjukkan tingkat hubungan yang metode berdasarkan indra penerima dari sasaran

sedang (Sugiyono 2007) pada tingkat dengan pengetahuan memiliki hubungan yang

kepercayaan 99%. Koefisien korelasi antara sangat signifikan (**), dengan koefisien korelasi

metode indra penerima dan pengetahuan sebesar

70 Musyadar et al. Swasembada berkelanjutan melalui PTT

0,509 adalah positif, artinya bahwa dengan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan indra penerima secara tepat maka pengetahuan petani akan meningkat. Koefisien determinasinya

sebesar (0,509) 2 x 100% = 0,2591 x 100% = 25,91%, artinya bahwa indra penerima berkontribusi

sebesar

25,91% terhadap peningkatan pengetahuan petani, sedangkan kontribusi sebesar 74,09% dipengaruhi faktor lain. Berdasarkan hasil wawancara diketahui walaupun telah dilakukan kegiatan demonstrasi cara namun tidak semua teknologi dalam pendekatan PTT padi sawah diketahui oleh petani yaitu antara lain varietas unggul, benih bermutu, penggunaan bahan organik, penggunan BWD, dosis pupuk, pengendalian hama secara terpadu, penanaman bibit muda serta teknik pengairan berselang. Hal ini karena tingkat pendidikan sebagian besar petani adalah tergolong rendah (tidak tamat SD dan tamat SD). Faktor lain yang memengaruhi pengetahuan petani antara lain: 1) kemampuan penyuluh, 2) keadaan sasaran, 3) materi penyuluhan, 4) sarana dan biaya, dan 5) keadaan sosial budaya setempat.

Indra penerima dari sasaran dengan keterampilan memiliki hubungan yang signifikan (*), dengan koefisien korelasi 0,296 yang menunjukkan tingkat hubungan yang rendah (Sugiyono 2007) pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien korelasi antara metode indra penerima dan pengetahuan sebesar 0,296 adalah positif, artinya bahwa dengan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan indra penerima secara tepat maka keterampilan petani akan meningkat.

Koefisien determinasinya sebesar (0,296) 2 x 100% = 0,0876 x 100% = 8,76%, artinya bahwa indra penerima berkontribusi sebesar 8,76% terhadap peningkatan pengetahuan petani, sedangkan

kontribusi sebesar 91,24% dipengaruhi oleh faktor lain. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa petani masih tergolong kurang terampil dalam beberapa komponen teknologi PTT padi sawah. Petani kurang terampil dalam menyeleksi benih karena masih memakai cara tradisional dalam menyeleksi benih dan jarang melakukan seleksi benih. Petani kurang terampil mempraktikkan cara menanam legowo 2:1, karena sebagian besar aktivitas penanaman dilakukan oleh istri dari petani tersebut. Petani kurang terampil menghitung dosis pupuk karena tidak pernah menghitung pupuk berdasarkan luasan lahan tetapi berdasarkan kebiasaan selama berusaha tani. Petani tidak terampil dalam menggunakan BWD karena tidak pernah diajarkan dan dilatih

menggunakan bagan warna daun. Faktor lain yang memengaruhi keterampilan petani antara lain: 1) kemampuan penyuluh, 2) pengetahuan petani, 3) materi penyuluhan, 4) sarana dan biaya, dan 5) keadaan sosial budaya setempat.

Metode indra penerima dari sasaran dengan sikap tidak memiliki hubungan yang signifikan, dengan

koefisien

korelasi 0,265 yang menunjukkan tingkat hubungan yang rendah (Sugiyono

Pelaksanaan metode penyuluhan dengan indra penerima tidak berhubungan langsung dengan perubahan sikap petani terhadap pendekatan PTT padi sawah.