PENANGGULANGAN DEFORESTASI UNTUK INDONESIA YANG CEMERLANG

ESSAY
PENANGGULANGAN DEFORESTASI UNTUK INDONESIA YANG
CEMERLANG

Oleh :
Nurdya Ningsih
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

BAB I
LATAR BELAKANG
Deforestasi (Kerusakan Hutan) yang sampai saat ini masih menjadi
ancaman besar di Indonesia. Menurut data yang tercantum dalam laju deforestasi
(kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, mencapai 1,17 juta hektar/ tahun. Bahkan menurut data yang
dikeluarkan oleh State of the Wold’s Forests 2007 pada The UN Food &
Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 20002005 mencapai 1,8 juta hektar/ tahun. Sebab, laju deforestasi hutan di Indonesia
tersebut membuat Guiness Book of The Record memberikan “gelar kehormatan”
bagi Indonesia sebagai Negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.

Sungguh, miris memang namun inilah keadaan yang benar terjadi pada
negeri ini. Dari total luas hutan yang ada di Indonesia yang mencapai 180 juta
hektar, menurut (Menteri Kehutanan) Zulkifli Hasan sebanyak 21 persen atau
setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakkan
pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia tersebut telah musnah.
Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami
deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan
Hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara
dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan)
sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.
Penyebab deforestasi terbesar disumbangkan oleh kegiatan industry,
terutama industry kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan
sehingga mengarah pada pembalakan liar. Dan penebangan hutan di Indonesia
mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang
sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh
Departemn Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab lainnya adalah akibat pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi
perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah
merusak lebih dari 7 juta hektar hutan sampai akhir 1997. Dan jika hal ini terus
menerus terjadi maka tidak ada yang bisa mencegah dampak yang ditimbulkan

nanti. Berawal dari sebuah kerusakan hutan, kemudian terancamnya kelestarian
satwa dan flora di Indonesia. Rantai makanan di negeri ini menjadi tidak
seimbang, banyak satwa-satwa endemic yang terancam punah. Banyak satwa liar
yang keluar dari hutan dan menuju ke lingkungan rumah warga. Dan masih
banyak lagi dampak mengerikan yang akan terjadi bila kita tidak mencegah
deforestasi ini terus berlangsung.

BAB II
PEMBAHASAN
Banyak diantara kita yang mungkin belum menyadari akan pentingnya
peranan hutan bagi kehidupan. Hutan sendiri tidak hanya bermanfaat bagi spesies
hewan, tumbuhan, atau etnik tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada
tiga manfaat hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang
lebih luas. Tiga manfaat tersebut diantaranya adalah: hutan sebagai tempat resapan
air, hutan sebagai paying raksasa, hutan sebagai wadah kebutuhan premier.
Disamping itu ingatkah kalian hutan memiliki istilah sebagai “Paru-paru Dunia”.
Dimana setiap sirkulasi dari pernapasan dunia bermuara pada hutan-hutan yang
ada disekeliling kita.
Hutan sebagai resapan air, maksudnya adalah hutan merupakan daerah
penahan dan area resapan air yang efektif. Banyaknya lapisan humus yang

berpori-pori dan banyaknya akar yang berfungsi menahan tanah, mengoptimalkan
fungsi hutan sebagai area penahan dan resapan air tersebut. Kerusakan hutan bisa
menyebabkan terganggunya fungsi hutan sebagai penahan air. Sehingga daerah
dan habitat sekitar hutan itupun sewaktu-waktu bisa ditenggelamkan banjir. Selain
itu kerusakan hutanpun akan membuat fungsi hutan sebagai resapan air terganggu.
Ketiadaan resapan air yang bersih dan higienis, atau air siap pakai. Selain itu
fungsi hutan juga untu ‘payung raksasa’. Maksudnya adalah rapatnya jarak antara
tumbuhan yang satu dan yang lainnya, juga rata-rata tinggi pohon disegenap
lokasinya, berguna untuk melindungi permukaan tanah dari derasnya hujan.
Tanpa ‘payung raksasa’ ini lahan gembur yang menerima curah hujan
tinggi lambat laun akan terkikis dan mengalami erosi. Maka terjadilah longsor di
sekitar daerah tersebut. Sedangkan, jika manfaat hutan sebagai daerah resapan air
terkait dengan keseimbangan kondisi air, bila fungsinya sebagai ‘payung raksasa’
terkait dengan kondisi tanah permukaan, maka sebagai ‘paru-paru dunia’
hutanpun bertanggung-jawab atas keseimbangan suhu dan iklim.
Dan secara rinci berikut adalah fungsi hutan apabila tidak terjadi
kerusakan hutan, yakni :
a. Mencegah erosi
Dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan
tanah dan dapat diserap oldh akar tanaman.

b. Sumber ekonomi
Melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan sebagainya dapat
menjadi ladang emas untuk meningkatkan ekonomi.
c. Sumber plasma nutfah

Keanekaragaman hewan dan tumbuhan dihutan memungkinkan
diperolehnya keragaman gen.
d. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan di musim kemarau
Seperti layaknya sumur yang dalam yang menjangkau seluruh lapisan
bumi. Hutan menjadi sumber air yang tiada duanya.
Dari penjelasan diatas sudah kita ketahui bahwa banyak manfaat hutan yang dapat
kita manfaatkan untuk kini dan nanti. Namun, ada saja manusia dengan tangan
jahil nya membuat ekosistem serta kelestarian hutan juga terganggu. Maka
daripada itu perlu adanya tindakan atau upaya-upaya untuk menjaga dan
melestarikan hutan tersebut.
Upaya yang dilakukan Pemerintah sebagai Penanggung jawab terhadap
kesejahteraan rakyatnya, adalah diantaranya :
- Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur
tentang Tata Guna Tanah.
- Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1977, tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
- Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya :
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Pemerintah juga mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon. Jeda penebangan
hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau
penghentian sementara seluruh aktifitas penebangan kayu dalam sekala besar
Lama masanya adalah biasa ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai kondisi tersebut (Hadirman dalam Hutan Hancur, Moratorium
Manjur)
Dan kini dari banyaknya dampak yang ditimbulkan dari Deforestasi, maka sudah
seharusnya kita sebagai masyarakat juga turut berfikir mencari solusi untuk
penanggulangan hal tersebut. Maka berikut ini ada beberapa upaya yang dapat
kita lakukan untuk menanggulangi kerusakan hutan tersebut, diantaranya :
1. Memberikan penyuluhan kepada petani ladang berpindah untuk mengubah
system pertaniannya dari lading berpindah menjadi ladang menetap,

seperti sawah dan kebun.

2. Melarang penebangan hutan liar tanpa izin dari pemerintah, dalam hal ini
dinas kehutanan.
3. Memberikan sanksi tegas kepada pembalak sehingga terjadi efek jera.
4. Memberikan pengarahan tentang penebangan hutan secara selektif, artinya
pohon yang ditebang harus benar-benar pohon yang layak untuk ditebang.
5. Mencabut izin pengusaha HPH dan HTI yang melanggar aturan/ hokum
perizinan.
6. Menghentikan pengambilan hutan dengan system tebang habis.
7. Pemegang HTI dan HPH di wajibkan menanam pohon kembali yang
mereka perlukan sebagai bahan baku pada lahan yang sudah ditentukan.
8. Melakukan penghijauan, yaitu penanam tanaman diluar kawasan hutan,
khususnya lahan-lahan kritis.
Upaya-upaya tersebut dapat mengembalikan fungsi hutan secara sempurna. Dan
banyak manfaat yang akan kita rasakan nantinya. Jika kita sebagai mempunyai
kesadaran dan mampu berkomitmen untuk melaksanakannya serta tidak
mengulangi terjadinya kerusakan hutan alam dengan penyabab yang sama untuk
kedua kalinya.


BAB III
KESIMPULAN
Bumi tempat kita berpijak ini merupakan alam nan indah yang mestinya
kita jaga. Salah satunya hutan yang merupakan sebuah kawasan yang ditumbuhi
dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kerusakan hutan yang saat
ini terjadi merupakan akibat dari pembalakan hutan secara kejam. Kegiatan yang
merusak kondisi hutan setelah penebangan, karena diluar dari perencanaaan yang
telah ada. Kerusakan ini juga dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia
terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, tindak
korupsi para pejabat dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam
pengelolaan hutan.
Deforestasi (Kerusakan Hutan) ini merupakan kondisi saat tingkat luas
area hutan yang menunjukkan penurunan secara kualitas dan kuatitas. Tentunya
semua semakin tidak terkendali karena kerakusan manusia dalam memberdayakan
kekayaan alam. Kerusakan hutan yang telah menimbulkan perubahan kandungan
hara dalam tanah dan hilangnya lapisan atas tanah yang mendorong erosi
permukaan tanah dan membawa hara penting bagi pertumbuhan tegakkan.
Terbukanya tajuk iokut menunjang segera habisnya lapisan atas tanah yang subur
dan membawa serasah sebagai pelindung sekaligus simpanan hara sebelum
terjadinya dekomposisi oleh organisme tanah. Terjadinya kerusakan hutan juga

dapat berdampak negative bagi lingkungan lainnya, seperti : illegal logging yang
menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah longsor, kehidupan
masyarakat juga terganggu akibat hutan yang menjadi tumpuhan hidup dan
kehidupannya tidak berarti lagi serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.
Maka, perlu adanya konsep pengelolaan hutan secara bijaksana. Agar dapat
mengembalikan fungsi hutan secara menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi social,
dan fungsi ekonomi) dengan lebih menekankan kepada peran pemerintah, peran
masyarakat, dan peran pihak swasta. Langkah-langkah yang sinergi dari ketiga
komponen tersebut dapat mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh dan
membantu menyiapkan pengamanan juga pelestarian hutan yang terkendali.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Bardui, 1978, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Tiga Serangkai
Abdullah, Taufik (Ed.), 1994, Pemberdayaan Lingkungan Hidup dan Alam
Sekitar, Medan, Yudhistira
Alrasyid, H. , 2007, Pengembangan Kehutanan dan Pengelolaannya, Balai
Teknologi Reboisasi Palembang, Bastoni
Arif. Arifin, 2004, Hutan dan Kehutanan, Yogyakarta, Kanisius
Marsono, Amir, 2006, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Pustaka Gramedia

Opie, Sarjito, 1988, Istilah Kehutanan, Palangkaraya: Balai Pustaka
Abdul, Tohimi, 2006, Upaya Penyelamatan Hutan, Pontianak, Kardi House
Parman , 1977, Bibit Unggul Indonesia, Balai Teknologi Reboisasi Palembang,
Bastoni
Mark, Ein, 2005, Guiness Book of The Record, London, Kedutaan Inggris
Rianto, Amir, 2006, Menciptakan Lahan Indah Nan Permai di Bumi Tercinta,
Bandung, Pustaka Bandung