MAKALAH KONSTRUKTIVISME DAN PENDIDIKAN INDONESIA

MAKALAH
KONSTRUKTIVISME DAN PENDIDIKAN

Diajukan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Orientasi baru
dalam psikologi pendidikan

Oleh
DEDI HENDRIADI
NIM : MTP 13.1828

DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. ELMOSDA, M.Pd.Kons
DR. KASFUL ANWAR, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDIN JAMBI
2014

1


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang
terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola
pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih
modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori
pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang
luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk
lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti
yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan

membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa
mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia
dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap
kenyataan

yang

diinginkannya

untuk

menghasilkan

sebuah

perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa
karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah
pembaharuan


menuju

pengembangan

diri

individu

agar

kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa
berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang
manusia dengan lingkungan tersebut.

2

Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang.
Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari
konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang

menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran
manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan
dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah,
maktab dan universitas tetapi tidak begitu kentara dan tidak
ditekankan. Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu
pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada
siswa/anak didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu
diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman masing –
masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan
hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk
murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher
centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah
satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid
sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan
dalam

proses

pemikiran


anak.

Pikiran

murid

tidak

akan

menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam
lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas
yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set
ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap
kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.
Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan
baru, guru harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada
pada mereka. Apabila istilah baru telah disesuaikan dan diserap
untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka, barulah

kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat
dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.

3

B. POKOK MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, dapat diangkat
pokok masalah sebagai berikut :
a. Apa itu Konstruktivisme?
b. Apa itu Pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
Melalui penulisan makalah ini diharapkan nantinya kita bisa
mengetahui seluk beluk tentang Konstruktivisme, dalam dunia
pendidikan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang penulis terapkan dalam
penulisan makalah ini adalah :
1. BAB I : berisikan tentang pendahuluan yang meliputi : latar
belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.

2. BAB II : berisikan tentang pembahasan Konstruktivisme dan
pendidikan.
3. BAB III : berisikan tentang penutup yang berisi kesimpulan dan
saran.

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSTRUKTIVISME
1. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang
berkeyakinan bahawa anak dapat membangun pemahaman
dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya.
Dengan kata lain anak dapat membelajarakan dirinya sendiri
melalui berbagai pengalamanya (Bartlett 1932, Jonasson,
1991).1
Konstruktivisme adalah istilah luas yang digunakan oleh para
filsuf, perancang kurikulum, psikologi, pendidik dan lain-lain.
Ernst Von Glasserfeld menyebutnya “bidang yang sangat luas

dan tidak jelas dalam psikologi, epistimologi dan pendidikan”
(1997,hlm.

204)

Perspektif

konstruktivis

berpijak

pada

penelitian, piaget, vygotsky, para psikolog gestalt, Bartlett dan
bruner maupun falsafah jhon dewey.2
Pembelajaran

Konstruktivistik

adalah


membangunkan

pengetahuan melalui pengalaman, interaksi social, dan dunia
nyata. Pembelajaran Konstruktivistik adalah pembelajaran
berpusat pada peserta didik, guru sebagai mediator, fasilitator,
dan sumber belajar dalam pembelajaran.3
Prinsip-prinsip

dasar

konstruktivisme

yakni

peserta

didik

membangun interpretasi dirinya terhadap dunia nyata melalui

pengalaman-pengalaman
Pengetahuan

yang

telah

baru

dan

melekat

interaksi
dapat

social,

dipergunakan


1

Martini Jamaris, Orientasi baru dalam psikologi pendidikan, (Jakarta : Yayasan
Pernamas Murni, 2010), cet 1 hal 207.
2
Anita Woolfolk, Educational Psychology active learning edition, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) cet 1 hal 145.
3
Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, ( Jakarta :
Referensi, 2012) hal 10.

5

(memahami kenyataan), fleksibel menggunakan pengetahuan,
mempercayai

berbagai

cara

(beragam

perspektif)

untuk

menstruktur dunia dan mengisinya dan mempercayai individu
dapat memaknai kehidupan di dunia secara bebas. 4
Konstruktivisme

dikembangkan

berdasarkan

paham

behaviorisme yang memandang manusia berada dalam kotak
hitam atau black box dan kognitivisme yang memandang pikiran
manusia merupakan hal yang penting dalam memahami dan
memaknai

sesuatu

yang

dihadapinya.

Perpaduan

kedua

pandangan yang berbeda tentang manusia dan cara belajar
siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya membuat
penerapan kedua teori tersebut menjadi lebih sempurna.
Kognitivisme berkeyakinan bahwa belajar merupakan proses
bersifat internal dan personal pada waktu manusia memberikan
interpretasi dan memberikan makna terhadap pengalamanya.
Sebaliknya,

behaviorisme

beranggapan

bahwa

belajar

merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Artinya
proses belajar terjadi tanpa melibatkan individu yang belajar
secara aktif, yang dilakukan oleh individu yang belajar hanyalah
memberikan respon terhadap stimulus yang telah diatur oleh
pengelola proses pembelajaran terjadi di dalam diri manusia.
2. Klasifikasi Pendekatan Berbasis Konstruktivisme
Pada hakikatnya baik kognitivisme ataupun behaviorisme
mengandung
konstruktivisme.

aspek-aspek
Pada

yang

hakikatnya

berkaitan
konstruktivisme

dengan
dapat

dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu konstruktivisme
kognitif dan konstruktivisme sosial.

4

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Referensi, 2013)
hal 24.

6

 Konstruktivisme Kognitif
Konstruktivisme kognitif merupakan konstruktivisme yang
menekankan proses kognitif. Dalam hal ini, individu yang
belajar

memahami

sesuatu

sesuai

dengan

tahap

perkembangan kognitif dan cara belajarnya, para ahli yang
mengembangkan pendekatan ini diantaranya adalah :
1. Piaget, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan
proses assimilasi, akomidasi dan equilibrium yang
dilakukan individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapainya”
2. Brunner, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan
proses yang diterapkan individu dalam memecahkan
masalah

yang

perkembangan

dihadapinya

sesuia

kognitifnya

dan

dengan
dapat

tingkat
bergerak

melampaui perkembangan kognitifnya melalui proses
pembelajaran yang menekankan inquiry dan discovery”
3. Dewey yang terkenal dengan pendekatan pembelajaran
yang dikenal dengan learning by doing.
 Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme

sosial

yaitu

konstruktivisme

yang

menekankan proses dalam memaknai dan memahami
sesuatu dengan bantuan orang-orang disekitar individu.
3. Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah
tanggung jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.

7

Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar
itu.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat
ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara
pada siswa
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan
yang ingin dicapai
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses,
bukan menekan pada hasil
Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami
pada siswa
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa
Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri
kognitif
Banyak

menggunakan

menjelaskan

proses

terminologi

pembelajaran,

kognitif
seperti

untuk
prediksi,

infernsi, kreasi, dan analisis
Menekankan bagaimana siswa belajar
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog
atau diskusi dengan siswa lain dan guru

8

Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada
pengalaman nyata
5. Dilema-dilema praktik konstruktivisme
Bertahun-tahun silam, larry cremin(1961) mengamati bahwa
pedagogi yang progresif dan inovatif membutuhkan guru-guru
yang sangat terampil. Sekarang hal yang sama dapat dikatakan
tentang pengajaran konstruktivisme . diantara dilemma-dilema
praktik konstruktivisme yang dihadapi guru yakni :
a. Dilema Konseptual
Menangkap tiang pondasi konstruktivisme kognitif dan
social,

merekonsiliasikan

pedagogi
mendukung

dengan

keyakinan

keyakinan

lingkungan

saat

yang

belajar

ini

dibutuhkan
yang

tentang
untuk

konstruktivis.

Pertanyaan representatif yang terkait yang sering muncul
pada diri guru yakni, manakah versi konstruktivisme yang
sesuai sebagai dasar mengajar saya
b. Dilema pedagogis
Menghormati usaha siswa untuk berpikir bagi dirinya sendiri
sambil tetap meyakini ide-ide disipliner yang diterima,
mengembangkan pengetahuan yang lebih dalam tentang
subjek; menguasai seni fasilitasi; mengelola jenis-jenis
wacana baru dan kerja kolaboratif dikelas. Pertanyaan
representatif yang terkait yang sering muncul pada diri guru
yakni, ketrampilan dan strategi apa saja yang saya butuhkan
untuk

menjadi

seorang

fasilitator?

Haruskah

saya

9

meletakkan batas-batas pada konstruksi ide-ide siswa
sendiri?
c. Dilema kultural
Menjadi paham akan budaya kelas anda; mempertanyakan
asumsi tentang apa jenis-jenis kegiatan yang seharusnya
dihargai; memanfaatkan pengalaman, pola-pola wacana dan
pengetahuan local siswa dengan beragam latar belakang
budaya. Pertanyaan representatif yang terkait yang sering
muncul pada diri guru yakni, Dapatkah saya mempercayai
siswa untuk memikul tanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri.
d. Dilema politis
Menghadapi isu-isu akuntabilitas dengan berbagai stake
holder dalam komunitas sekolah; bernegosiasi dengan orang
kunci tentang wewenang dan dukungan untuk mengajar
demi pemahaman. Pertanyaan representatif yang terkait
yang sering muncul pada diri guru yakni, Bagaimana saya
bisa mendapatkan dukungan dari para administrator dan
para orang tua untuk mengajar dengan cara yang berbeda
secara radikal dan tidak familier?.5
B. PENDIDIKAN
1. Pengertian pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20
tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
5

Ibid anita woolfolk hal 172-173

10

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari
kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka
kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan
atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain. 6
2. Pengertian Pendidikan menurut pendapat beberapa ahli
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu:
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun

maksudnya,

pendidikan

yaitu

menuntun

segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.
menurut H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi
makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti
6

6.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidikan_info2029
.html
11

termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
Menurut

John

Dewey,

Pendidikan

adalah

suatu

prosespembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulanbiasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secarasengaja dan
dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social.
Proses inimelibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dankelompok di mana dia hidup.
Menurut

Sir

Godfrey

pengaruhlingkungan

Thomson,

atas

individu

Pendidikan
untuk

adalah

menghasilkan

perubahan-perubahan yang permanentdi dalam kebiasaankebiasaan tingkah lakun, pikiran, dam sifatnya.
Menurut

Langeveld,

Pendidikan

adalah

setiap

usaha,

pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri.
Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan adalah bimbingan
atau

pimpinan

perkembangan

secara

sadar

oleh

si

jasmani

dan

rohani

si

pendidik terhadap
terdidik

menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.7
C. PENERAPAN KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN DAN
PEMBELAJARAN.
1. Prinsip-prinsip penerapan konstruktivisme
Brook

&

Brook

(1993:34)

mengemukakan

prinsip-prinsip

penerapan pendekatan konstruktivisme, yang diperkaya oleh
jamaris (2004:101) seperti di bawah ini

7

http://coretanseadanya.blogspot.com/2012/10/apa-sih-pendidikan-itu.html

12

Belajar perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan
kegiatan siswa dalam menginstruksikan pemahaman dan
pengetahuannya secara aktif. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan
dalam rangka menemukan makna dari apa yang dipelajari
Proses pembelajaran perlu disusun dengan memperhatikan
konsep utama dan bagian-bagian yang berkaitan dengan
konsep

utama

tersebut.

Hal

ini

disebabkan

karena

kebermaknaan mempersyaratkan pemahaman konsep baik
secara keseluruhan maupun bagian-bagian dari konsep
Pemahaman terhadap model mental yang digunakan siswa
dalam memahami dunia sekitarnya dan asumsi-asumsi yang
menjadi dasar dalam pengembangan mental tersebut perlu
dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses
pembelajaran
Pembelajaran perlu disajikan dalam konteks yang dapat
membantu siswa untuk membangun pemahaman dan
pengetahuanya secara interdisiplin. Hal ini disebabkan
karena tujuan belajar bukan hanya menghafal akan tetapi
memahami sesuatu dalam konteks yang mengandung
makna
Assessmen merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini
disebabkan karena assessmen tidak dilakukan hanya untuk
mengetahui hasil belajar yang dilakukan diakhir proses
belajar. Sehubungan dengan hal tersebut sumber belajar
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar
siswa perlu disediakan
Berkaitan dengan pandangan konstruktivisme terhadap
kemampuan siswa dalam membangun pemahaman dan
pengetahuannya sendiri maka penggunaan kurikulum yang
standar perlu dihindari. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya

13

dikembangkan berdasarkan pengetahuan actual yang dimiliki
siswa

yang

diarahkan

pada

kemampuan

pemecahan

masalah secara actual
Konstruktivisme menganjurkan agar menghindari pemberian
nilai berdasarkan tes yang telah distandarisasi, karena
assessmen merupakan bagian dari proses belajar yang
melibatkan siswa dalam menilai kemajuan belajar yang telah
dicapainya
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
menekankan peranan pendidikan dalam menghubungkan
fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman
siswa dalam usahanya membangun pengetahuan barunya
sendiri. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran digunakan
adalah strategi yang mampu mendorong siswa untuk
melakukan analisis, interpretasi dan memprediksi. Berkaitan
dengan hal tersebut guru disarankan untuk mengajukan
pertanyaan

yang

bersifat

open-ended

question

atau

pertanyaan yang dapat memunculkan berbagai pendapat
yang bersifat divergent, artinya pertanyaan yang tidak
dijawab dengan jawaban ya atau tidak. Dengan demikian
dialog antar siswa dapat terjadi dengan baik.
2. Karakteristik

Penerapan

Konstruktivisme

Dalam

Pembelajaran
Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky pada
tahap selanjutnya diperluas oleh para ahli terkait melalui
berbagai penelitian yang dilakukan mereka. Dari berbagai hasil
penelitian tersebut dapat di sintesis karakteristik konsep-konsep
konstruktivisme dalam pendidikan, seperti yang dijelaskan di
bawah ini ;
Konsep penting dalam penerapan konstruktivisme di bidang
pendidikan adalah zone of proximal development yang

14

diterapkan

melalui

pemberian

scaffolding

bimbingan

yaitu

pada

suatu

siswa

proses

berdasarkan

pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya
kepada apa yang harus diketahuinya.
Didalam mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan
masalah perlu dipertimbangkan :
1. Ketrampilan yang belum dikuasai siswa
2. Ketrampilan yang tidak dapat dilakukan siswa
3. Ketrampilan yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa
4. Ketrampilan

yang

dapat dilakukan

siswa

dengan

bantuan orang lain.
Guru yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa
dalam usahanya mencapai perkembangannya secara
optimal.
Proses

pembelajaran

yang

menerapkan

prinsip

konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan
secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan
nyata.
3. Peranan Guru Dalam Kelas Berbasis Konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme tentang proses perkembangan
manusia mempengaruhi berbagai kebijakan dan tindakan yang
diterapkan didalam dunia pendidikan dan pembelajaran seperti
yang diuraikan di bawah ini.
Konstruktivisme
pembelajaran

memodifikasi
kearah

yang

teori
lebih

pendidikan
manusiawi

dan

dengan

memadukan kemampuan yang ada di dalam diri individu
dengan lingkungan yang ada disekitarnya serta pemberian
kesempatan

pada

anak

untuk

menentukan

strategi

belajarnya, lingkungan belajarnya, proses dan kecepatan
belajarnya.

15

Konstruktivisme memodifikasi tugas dan peranan guru dari
bersifat menentukan berubah menjadi memberikan bantuan
kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan
pengetahuanya.

Oleh

sebab

itu,

dalam

proses

pembelajaran fungsi dan peranan guru sebagai fasilitator,
mediator dan motivator.

16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi
yang berkeyakinan bahawa anak dapat membangun pemahaman
dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya. Dengan
kata lain anak dapat membelajarakan dirinya sendiri melalui
berbagai pengalamanya.
Pembelajaran

Konstruktivistik

adalah

membangunkan

pengetahuan melalui pengalaman, interaksi social, dan dunia
nyata. Pembelajaran Konstruktivistik adalah pembelajaran berpusat
pada peserta didik, guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber
belajar dalam pembelajaran
Prinsip-prinsip dasar konstruktivisme yakni peserta didik
membangun interpretasi dirinya terhadap dunia nyata melalui
pengalaman-pengalaman baru dan interaksi social, Pengetahuan
yang telah melekat dapat dipergunakan (memahami kenyataan),
fleksibel menggunakan pengetahuan, mempercayai berbagai cara
(beragam perspektif) untuk menstruktur dunia dan mengisinya dan
mempercayai individu dapat memaknai kehidupan di dunia secara
bebas
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS
No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

17

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pengertian Pendidikan menurut pendapat beberapa ahli
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu:
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.
menurut H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Menurut

John

Dewey,

Pendidikan

adalah

suatu

prosespembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulanbiasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secarasengaja dan
dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses
inimelibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dankelompok di mana dia hidup.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat
kekurang, baik dari segi tata bahasa, maupun pemberian contoh,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik dari

18

pembaca untuk penyempurnaan dari makalah ini demi kemajuan
dunia pendidikan di indonesia, dan provinsi jambi khususnya.

19