PENDIDIKAN DI INDONESIA MASA KINI MAKALA

PENDIDIKAN DI INDONESIA MASA KINI
MAKALAH
Diajukan memenuhi tugas UAS mata kuliah
TPKI/Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Siti Nurul Khoiriyah
(D01211031)

Dosen Pembimbing:
Drs. M. Nadlir

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH SURABAYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada baginda tercinta Rosuluulah SAW. Penulis bersyukur
kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis

sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang baku dan hendaknya dipergunakan
dengan sebaik-baiknya dalam setiap percakapan sehari-hari. Makalah ini dibuat oleh
penulis dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia masa kini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian
makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Drs. M. Nadlir, selaku dosen pembimbing
2. Para bapak dan ibu dosen yang telah meluangkan waktunya dalam
memberikan pengajaran dan pengarahan kepada kita
3. Serta saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bisa memberikan
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 05 Januari 2012
Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ……………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..1
A. Latar belakang masalah ……………………………………
B. Rumusan masalah ………………………………… ………
C. Tujuan ………………………………………………………
D. Manfaat …………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………...
A. Definisi pendidikan ………… ……………………………..
B. Dasar dan tujuan pendidikan ……………… ……………...
C. Prinsip penyelenggaraan pendidikan ……………………..
D. Fungsi pendidikan ………………………………………….
E. Ciri pendidikan di Indonesia ………………………………
F. Kualitas pendidikan di Indonesia …………………………
G. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia……...
H. Solusi yang dapat diberikan………………………………..
I. Upaya pemerintah meminimalisir permasalahan pendidikan di Indonesia ……………………………………………..

J. Demokrasi dan desentralisasi pendidikan ………………...
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………
A. Kesimpulan ………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………….
C. Kritik ………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan
antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan
Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109
(1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki

urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari
lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai
pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat
dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru
bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang
baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu
pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah
kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi
penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan
bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pendidikan?
2. Apa dasar dan tujuan pendidikan?
3. Apa prinsip penyelenggaraan pendidikan?
4. Apa fungsi pendidikan?
5. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?

6. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
7. Apa yang menjadi factor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
8. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan
pendidikan di Indonesia?
9. Apa upaya pemerintah dalam meminimalisir permasalahan pendidikan di
Indonesia?
10. Bagaimana demokrasi dan desentralisasi dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi pendidikan.
2. Mengetahui dasar dan tujuan pendidikan.
3. Mengetahui prinsip penyelenggaraan pendidikan.
4. Mengetahui fungsi pendidikan.
5. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.
6. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
7. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia.
8. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan
pendidikan di Indonesia.
9. Mendeskripsikan upaya-upaya pemerintah dalam


meminimalisir masalah

pendidikan di Indonesia.
10. Mendeskripsikan demokrasi dan desentralisasi dalam pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat
berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi
diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
A.


Pengertian Pendidikan
Dalam kajian khazanah pemikiran pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui

tentang dua istilah penting yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan
dalamdunia pendidikan. Dua istilah penting tersebut adalah “pedagogi” dan “pedagogik”.
Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan pedagogik berarti ilmu pendidikan.1
Para pemikir pendidikan berbeda pendapat tentang definisi pndidikan. Meski
demikian, ini bukan berarti bahwa definisi pendidikan tidak jelas. Definisi pendidikan
yang beragam dan berbeda-beda tersebut justru menjadi kekayaan intelektual dalam
khazanah pemikiran pendidikan kontemporer yang sangat berharga.
Beberapa definisi tentang pendidikan dari para pakar pendidikan tersebut
diantaranya adalah definisi yang disampaikan oleh Prof. Langeveld. Pakar pendidikan
dari Belanda ini mengemukakan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan,
yaitu kedewasaan.2
Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

pada tahun 1973, dikemukakan


tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu
usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
Dalam Dictionary of Education dikemukakan, bahwa definisi pendidikan adalah
proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup proses sosial di mana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga ia dapat
1

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 1
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik; Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).,
hal. 3
2

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu
yang optimum (maksimal).
Adapun Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya
mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah
Allah di muka bumi. Sehingga, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa
akal dan kemampuan belajar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 30-32.3

B.

Dasar dan Tujuan Pendidikan
Hingga kini, dasar dan tujuan pendidikan masih sama, belum berubah. Hal itu

ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional 2003, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. 4
Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5
C.

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional tersebut secara jelas diuraikan

dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 4, bahwa:
1.


Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
cultural dan kemajemukan bangsa.

2.

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system
terbuka dan multimakna.

3.

Pendidikan

diselenggarakan

sebagai

suatu


proses

pembudayaan

dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4.

Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

3

Hery Nur Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003)., hlm. 11
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006)., hlm. 44
5
Ibid.,
4

5.

Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6.

Pendidikan

diselenggarakan

dengan

memberdayakan

semua

komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.6
D.

Fungsi Pendidikan
Pendidikan memiliki banyak fungsi yang tidak hanya mencerdaskan kehidupan

bangsa, tetapi juga berfungsi sebagai pencerdasan diri, sosial, negara bangsa, bahkan
dunia. Lebih khusus di Indonesia, fungsi pendidikan sedikit disinggung pada bab II pasal
3 dalam UU Sisdiknas 2003, bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.7
E.

Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan

pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah
pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Mengenai situasi pengajaran di Indonesia, tidak dapat menutupi kenyataan di
mana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran.
Pendidikan di Indonesia sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan
anak didik. Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi
lembaga pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja.8
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau
perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari.
Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai
masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.

6

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Malang: fakultas Ilmu Pendidikan IKIP, 1973).,
hlm. 8
7
Choirul Mahfud, Ibid., 48
8
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998)., hlm. 6-7

Berdasarkan studi psikologi belajar yang baru serta sosiologi pendidikan, maka
masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan,
dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta untuk mencapai tujuan sosial sekolah. Dalam
hubungan ini dikemukakan gagasan John Dewey mengenai “pendidikan progresif” yang
menggambarkan adanya situasi kebalikan dari kenyataan mula di mana guru sebagai
penguasa, sekarang murid memegang tampuk kepemimpinan.9
F.

Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin

memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya.
Keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya.10 Sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Selain itu,
sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kualitas guru dan
pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan
guru.11
Para pendidik harus mampu menjadi inspirasi untuk membebaskan negara ini dari
segala bentuk kebodohan. Dan memotivasi para pelajar untuk terus berkarya dan
mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia.12
G.

Factor-Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah

efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah

9

Wasty Soemanto….hlm.3-4
Ace Suryadi dan Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994)., hlm.117
11
Ibid., 112
12
Dhofir Catur Bashori, “Belajar dari Bangsa Jepang,” Arrisalah 53. (Surabaya: LPM Arrisalah, 2011).,
hlm. 37
10

pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia
pendidikan yaitu:
1. Rendahnya sarana fisik,
2. Rendahnya kualitas guru,
3. Rendahnya kesejahteraan guru,
4. Rendahnya prestasi siswa,
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
7. Mahalnya biaya pendidikan.13
H.

Solusi yang Dapat Diberikan dari Masalah Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah cabang (khusus) dalam pendidikan tersebut di

atas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial
yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab
negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah cabang yang ada, khususnya yang
menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan
mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.
Akan sangat kurang efektif jika menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer
sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan
dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah
yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.

13

http://kumzcute.blogspot.com/2010/01/sistem-pendidikan-indonesia.html/, diakses tanggal 01 Januari
2012

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya
praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa,
misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.14
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia alangkah baiknya
jika menggunakan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Dalam
pendidikan karakter ini, minimal ada empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama,
sekolah memiliki budaya yang mulia. Budaya sekolah ini dilakukan oleh semua warga
sekolah. Budaya yang mulia ini diikuti dengan budaya di rumah. Kedua, sekolah
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran. Semua guru ikut
bertanggung jawab di dalam pembentukan perilaku yang baik pada anak. Ketiga,
pembentukan karakter melalui kegiatan ekstra kurikuler. Keempat, selalu ada pesan moral
dari semua warga sekolah.
Dengan kepedulian dan kesungguhan semua pemangku kepentingan, mulai dari
pengambil kebijakan hingga anak dan orang tua, semua akan mampu meminimalisir
persoalan yang mendera bangsa. 15
Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses
pendidikan, akan tetapi justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar
sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari
seluruh aspek kehidupan.

14
15

Ace Suryadi dan Tilaar, Ibid., 111-119
Najib Sulhan, “Ruh dalam Pendidikan,” Mayara 105. (Surabaya: Khidmat, 2011)., hlm.16

Hal ini juga tampak pada BAB X pasal 37 UU Sisdiknas tentang ketentuan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang mewajibkan memuat sepuluh bidang
mata pelajaran dengan pendidikan agama yang tidak proposional dan tidak dijadikan
landasan bagi bidang pelajaran yang lainnya.
Ini jelas tidak akan mampu mewujudkan anak didik yang sesuai dengan tujuan
dari pendidikan nasional sendiri, yaitu mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhla mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.16
Pendidikan moral, karakter dan pendidikan agama juga perlu saling berintegrasi,
dalam kaitan ini pendidikan agama jangan hanya diberikan sebagai pengetahuan saja,
melainkan dikaitkan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Tegasnya, pendidikan agama berusaha meningkatkan kemampuan bangsa untuk
melihat pembangunan dalam perspektif trasedental, untuk melihat iman dan sebagian
sumber motivasi pembangunan dan menyertakan iman dalam menyelami kehidupan dan
pengetahuan modern. Sehingga, agama mempunyai relevansi terhadap perubahan
masyarakat.17
I.

Upaya-Upaya Pemerintah
Untuk mengatasi berbagai kekurangan ini, pemerintah pun mengupayakan

berbagai hal agar kualitas pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan maju. Misalnya,
dengan memberikan bantuan-bantuan dalam pos pendidikan untuk meringankan biaya
sekolah. Dalam hal ini, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 20 persen untuk
bidang pendidikan. Tak hanya itu saja, kualitas guru pun ditingkatkan dengan berbagai
pelatihan untuk menambah kemampuan guru dalam menyampaikan mata pelajaran ke
siswa-siswanya.
16
17

Hery Noer, Ibid.,192
Paulus Mujiran, Pernik-Pernik Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002)., hlm.113

Selain itu, pemerintah juga melakukan pemetaan kondisi pendidikan di setiap
provinsi di Indonesia. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kondisi pendidikan di setiap
wilayah agar standar pelayanan dan standar nasional pendidikan tercapai. Dengan
tercapainya kedua hal ini, tentunya mutu pendidikan secara nasional pun dapat dicapai.18
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
1. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di
Indonesia.
2. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen
4. Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau
profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
5. Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah
komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
6. Pemerinta juga meningkatkan anggaran pendidikan.
7. Penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
8. Pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas pendidikan.
J.

Demokrasi dan Desentralisasi Pendidikan

1)

Demokrasi Pendidikan di Indonesia
Akhir-akhir ini demokrasi sering dipahami dalam konteks yang salah, sehingga

kebebasan berdemokrasi sering diartikan dengan kebebasan berdemonstrasi, sehingga
yang terjadi adalah pemaksaan kehendak dengan tekanan kekerasan dari kelompok
tertentu terhadap seseorang atau kelompok lain. Padahal demokrasi yang sejati
memerlukan warga negara yang baik. Untuk mendidik warga negara yang baik,
pendidikan

demokratis

mutlak

dibutuhkan.

Pendidikan

demokratis

bertujuan

mempersiapkan warga masyarakat agar mampu berpikir kritis dan bertindak demokrasi.
Demokrasi dalam pendidikan adalah suatu ide yang lebih luas yang didasarkan
atas kepercayaan bahwa di dalam diri manusia dari segala strata social terdapat berbagai
18

http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/01/masalah-pendidikan-indonesia-dan-solusinya.html/,
tanggal 01 Januari 2012

diakses

potensi yang siap untuk dikembangkan. Melaksanakan demokrasi pendidikan berarti
melibatkan usaha yang lebih luas untuk mencapai dan mengerti perbedaan-perbedaan
individual ataupun kelompok untuk mendapatkan system pendidikan dan kecakapan
dalam memilih sesuai dengan kepribadian mereka sendiri.
Demokrasi pendidikan pada dasarnya dapat dilihat dalam dua sudut pandang,
pertama, demokrasi secara horizontal, bahwa setiap anak harus mendapat kesempatan
yang sama untuk menikmati pendidikan di sekolah. Di Indonesia hal ini jelas sekali
tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu “tiap-tiap warga negara mendapat
pengajaran”. Kedua, demokrasi secara vertical, bahwa setiap anak mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya,
sesuai dengan kemampuannya.19
Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan, guru dan murid merupakan subjek
utama bagi proses demokratisasi pendidikan di sekolah. Karena sekolah sebagai sarana
dalam mengembangkan sikap demokrasi, maka kebebasan berbicara, kebebasan
mengungkapkan gagasan, kemampuan hidup bersama, dan keterlibatan siswa dalam
berbagai kegiatan perlu diperhatikan oleh sekolah.
Penerapan pendidikan demokratis sangat penting bagi bangsa Indonesia karena
pendidikan demokrasi akan menumbuhkan semangat kebersamaan di sekolah. Dengan
demikian, pemaksaan dalam proses pembelajaran (learning proces) tidak boleh
ditoleransi. Berkaitan dengan proses pembelajaran, sekolah demokratis harus dapat
memberikan keseimbangan antara kewajiban belajar dan hak belajar kepada siswa,
meskipun dalam banyak hal harus menerapkan berbagai metode untuk menggali
kemampuan siswa. Dengan demikian, pendidikan demokratis akan melahirkan generasi
masa depan yang cerdas.
2)

Desentralisasi Pendidikan di Indonesia
Pengaturan perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah merupakan

konsekuesi logis dari UU No. 25 tahun 1999. Keluarnya undang-undang tersebut yang
disesuaikan dengan PP No. 25 tahun 2000 mencerminkan adanya kemauan politik
pemerintah pusat untuk mengurangi sentralisasi kekuasaan yang berlebihan di masa lalu.

19

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001)., hlm. 241

Kelahiran kembali sistem pendidikan nasional hendaknya menjadi titik
pencerahan, keberdayaan, dan kejayaan pendidikan Indonesia, dan bukan malah
sebaliknya yaitu menjadi titik penghancuran yang lebih dahsyat karena tidak semua
daerah di Indonesia siap untuk melakukannya.
Upaya pemerintah untuk mereformasi sistem pendidikan nasional menuju prinsipprinsip desentralisasi harus didukung oleh semua pihak, karena desentralisasi adalah
memberikan kewenangan penuh kepada sekolah untuk mengelola pendidikan, dan
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengangkat guru sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Pemerintah pusat hanya menjadi pengarah dan pengontrol
hal-hal yang dianggap pokok saja.20
Berkaitan dengan sistem penyelenggaraan pendidikan, maka revisi UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional tentang perlunya asas desentralisasi dan otonomi
pendidikan merupakan babak baru menguatnya iklim demokratisasi dalam pendidikan
nasional.
Peralihan kewenangan dari pusat ke daerah ini bertujuan agar setiap daerah
mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan nasional yang
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan daerah untuk mampu dihadapkan pada wacana
global. Dengan demikian, melalui revisi

UU Sisdiknas No. 2/1989 diharapkan

pengembangan pendidikan nasional mengarah pada kemampuan dan partisipasi aktif
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah.
Peralihan kewenangan secara penuh ini mencitrakan sebuah demokrasi
pendidikan. Artinya, masyarakat dan sekolah berkepentingan dan bertanggung jawab
secara optimal atas kemajuan sebuah penyelenggaraan pendidikan. Melalui desentralisasi
pendidikan, maka komponen kurikulum dan pengangkatan guru misalnya akan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan kapasitas
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam konteks inilah demokrasi
pendidikan dapat diwujudkan.21
BAB III
PENUTUP

20
21

Tilaar H.A.R, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: Rosdakarya, 1992)., hlm. 71
Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realita Sosial, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004)., 101-102

A. Kesimpulan
Berkaitan

dengan

pengertian

pendidikan:

proses

di

mana

seseorang

mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam
masyarakat di mana ia hidup proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (maksimal).
Sedangkan kualitas pendidikan di Indonesia seperti yang telah kita ketahui, bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin memburuk. Hal ini terbukti dari
kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Keadaan guru di Indonesia sangat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya. Sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Selain itu, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak
layak mengajar. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Dari ringkasan di atas, kita bisa mendapatkan gambaran secara umum tentang
sistem pendidikan di Indonesia. Maka, selanjutnya kita dapat menyimpulkan, rendahnya
kualitas guru seperti uraian di atas dapat diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Sedangkan rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alatalat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Adapun, pendidikan moral dan pendidikan agama juga perlu saling berintegrasi,
dalam kaitan ini pendidikan agama jangan hanya diberikan sebagai pengetahuan saja,
melainkan dikaitkan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini dapat memberikan
inspirasi bagi para pembaca agar bisa menyusun makalah yang lebih baik dari makalah

ini. Dan semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
Dalam makalah ini, akan dikemukakan beberapa masukan dan saran kepada
berbagai pihak, utamanya para praktisi dan pemerhati masalah pendidikan di Indonesia,
sebagai berikut:
Kepada pemerintah khususnya, supaya memberikan respons yang lebih terhadap
globalisasi yang secara langsung berdampak pada pendidikan nasional di Indonesia.
Kepada praktisi pendidikan, hendaknya menanamkan nilai-nilai moral dalam
proses belajar-mengajar dengan memberikan pemahaman serta mempraktikan dalam
kehidupan nyata, sehingga peserta didik memiliki kompetensi nilai-nilai moral.
Dan kami sarankan semoga dengan membaca makalah ini pembaca bisa ikut serta
dalam mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas umumnya dan bermoral
khususnya.
C. Kritik
Penulis menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka, penulis
dengan tangan terbuka, mengharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik
dan saran demik penyempurnaan makalah kami ini.
Atas kritik, sran, pertisipasi, dan perhatian serta bantuan dari berbagai pihak di
dalam penulisan makalah ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
amalanya diterima di sisi-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Hery Nur dan Munzier S. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung
Insani.
Bashori, Dhofir Catur. 2011. “Belajar dari Bangsa Jepang”. Arrisalah 53. (Juni, III),
Surabaya.
Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/01/masalah-pendidikan-indonesia-dansolusinya.html/
http://kumzcute.blogspot.com/2010/01/sistem-pendidikan-indonesia.html/
Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP.
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujiran, Paulus. 2002, Pernik-Pernik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Salam, Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik; Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulhan, Najib. 2011. “Ruh dalam Pendidikan”. Mayara 105. (Mei, IX). Surabaya.
Suryadi, Ace dan Tilaar H.A.R,. 1994. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tilaar H.A.R. 1992. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya.
Yunus, Firdaus M,. 2004. Pendidikan Berbasis Realita Sosial. Jogjakarta: Logung
Pustaka.