LAPORAN PRAKTIKUM DAN TEKBEN 8
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER
Disusun oleh:
Nama
NIM
Gol./Hari
Asisten
: Dina Riva Dhati
: 12731
: C2/Selasa
: Tenti Okta Vika
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER
ABSTRAKSI
Praktikum Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6
Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui moisture tester yang ada masih
benar atau telah ada kesalahan dan membuat tabel koreksi, apabila ternyata alat tersebut tidak benar. Alatalat yang digunakan adalah electrical moisture tester, grain analyzer, oven, timbangan elektri, cruiz, mortar,
dan penumbuk. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah benih jagung (Zea mays), dan kedelai
(Glycine max). Metodologi dalam kalibrasi moisture tester adalah menggunakan metode langsung (oven) dan
tidak langsung (moisture tester). Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda
nyata dengan pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata untuk
benih kedelai. Nilai kalibrasi moister tester untuk benih jagung adalah sebesar y = -4x + 78.2.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat-alat laboratorium teknologi benih harus secara rutin ditera, agar selalu memberikan
hasil yang benar. Moisture tester (alat pengukur kadar air benih) adalah alat yang digunakan
pada setiap pengujian benih di laboratoeium. Oleh sebab itu, diperlukan moisture tester yang
dapat dipercaya, yang dapat mendekati kadar air benih dengan benar dan teliti.
Alat pengukur kadar air benih yang banyak dipakai adalah electrical moisture tester.
Alat-alat ini dapat bekerja lebih cepat daripada alat-alat lain, misalnya oven atau alat yang
menggunakan sinar infra merah. Di samping itu electrical moisture tester lebih praktis dan
pada model-model tertentu portabel.
Kelemahan alat pengukur kadar air secara tidak langsung adalah tidak berlaku untuk
semua jenis benih dan kerumitan instrumennya mengakibatkan banyak kemungkinan tidak
berfungsi secara benar, sehingga data yang dihasilkan tidak akurat.
Dengan melakukan kalibrasi, segera dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi
pada alat tersebut. Apabila kesalahan hanya sedikit dapat dibuat tabel koreksi. Namun,
apabila kesalahan begitu besar maka alat tersbut dianggap tidak dapat dipakai. Kalibrasi ini
juga dapat digunakan untuk menemukan kartu (tabel dari tabel yang ada atau benih sejenis
yang tidak ada kartu/tabelnya).
B. Tujuan
Mengetahui moisture tester yang ada masih benar atau telah ada kesalahan dan membuat
tabel koreksi, apabila ternyata alat tersebut tidak benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja
yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap
udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi
udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih
yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari
lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin,
selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara
luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh
lebih dari 2 menit berada di luar wadah. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga
harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu(Nasrudin, 2009) :
a. Konvensional ( Menggunakan Oven )
b. Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer), dalam metode
ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Kadar air benih adalah hal yang dapat digunakan untuk menjadi indikator tingkat
kemasakan benih dan penentuan waktu panen. Terdapat dua waktu yang penting selama masa
panen untuk mengetahui tingkat kadar air kritis benih, yaitu saat pemotongan tanaman dan
pencampuran tanaman. Pada tahap pemotongan(pemanenan) tanaman jika dipanen pada kadar
air benih yang tepat, maka tingkat kehilangan benih di lapangan akan kecil(Silberstein et.
al.,2010).
Penggunaan moisture tester tidaklah selalu menunjukkan hasil yang akurat. Oleh karena
itu perlu dilakukan suatu kalibrasi pada moisture tester agar hasil pengukuran lebih akurat.
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur
dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita
membahas
tentang
rangkaian
kegiatan
pengukuran
instrumen-instrumen
ukur
secara
perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).
Kalibrasi perangkat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga kondisi instrumen
ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya antara lain: 1). Menentukan deviasi
kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional
yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. 2). Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan
standar nasional maupun internasional (Pyzdek, 2003).
III.METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester
dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini, yaitu electrical moisture tester, grain analyzer, oven,
timbangan elektri, cruiz, mortar, dan penumbuk Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu
benih jagung (Zae mays) dan kedelai (Glycine max).
Cara kerja dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
digunakan metode oven, kadar air dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat semula
dengan ketelitian satu desimal. Kemudian, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
(M 2−M 3 )
x 100 %
(M 2−M 1 )
Keterangan:
M1: berat wadah + tutup (gram)
M2: berat wadah + isi + tutup sebelum di oven (gram)
M3: berat wadah + isi + tutup sesudah di oven (gram)
Adapun secara tidak langsung digunakan alat moisture tester. Data yang telah diperoleh
dibandingkan dengan uji T. Apabila ternyata tidak ada beda nyata, berarti moisture tester
yang ditera benar adanya. Bila beda nyata, dibuatkan garis regresi dan tabel penolongnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih
Kadar Air
Ulang
an
1
2
3
4
Langsung
Jagun Kedel
g
ai
16.30 11.90
%
%
16.20 11.80
%
%
16.40 11.80
%
%
16.40 11.80
%
%
Tidak
Langsung
Jagun Kedel
g
ai
12.60 11.70
%
%
13.60 11.70
%
%
11.60 14.10
%
%
13.80
%
12%
Analisis Uji T
> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen
Welch Two Sample t-test
data: KA_Kedelai by perlakuan
t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval: -2.39154 1.29154
sample estimates:
mean in group Moisture_tester = 11.825
mean in group Oven = 12.375
#Hasil KA antara oven dan moisture tester tidak beda nyata, sehingga tidak perlu
kalibrasi
> Uji t (Jagung)
Welch Two Sample t-test
data: KA_Jagung by Perlakuan
t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval: 1.821472 5.028528
sample estimates:
mean in group Moisture_tester = 16.325
mean in group Oven = 12.900
#Hasil KA antara oven dan moisture tester beda nyata, sehingga perlu dilakukan
kalibrasi
#Caranya dicari persamaan regresi
> Regresi_Jagung
lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung)
Residuals:
1
2
3
4
-0.4 0.2 -1.0 1.2
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 78.200
mt
-4.000
113.104 0.691
0.561
6.928 -0.577
0.622
Residual standard error: 1.149 on 2 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.1429,
Adjusted R-squared: -0.2857
F-statistic: 0.3333 on 1 and 2 DF, p-value: 0.622
> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi
dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah
dikalibrasi).
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dua pengujian kadar air benih dengan oven dan
moisture tester. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah moister tester yang digunakan
masih bekerja secara normal atau sudah tidak normal. Hal ini berkaitan dengan hasil yang
diperoleh dari alat, apakah masih sesuai atau sudah menyimpang. Setelah dilakukan
percobaan didapat hasil seperti pada table 1. Pada table dapat dilihat bahwa pengujian
kadar air pada benih jagung menggunakan kedua metode, didapatkan hasil yang
selisihnya besar. Sedangkan pada pengujian kadar air benih kedelai menggunakan kedua
metode, hampir menunjukkan angka yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa moisture
tester perlu dikalibrasi untuk perhitungan kadar benih jangung.
Untuk memperkuat analisis kalibrasi, dilakukan analisis data dengan uji T. Hasil yang
didapatkan untuk benih kedelai adalah tidak ada beda nyata antara pengukuran kadar air
dengan oven dan moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu
sebesar 0,4126(karena p-value > 0,05 , maka tidak ada beda nyata). Karena tidak ada
beda nyata maka tidak perlu dicari kalibrasinya. Sedangkan hasil yang didapat untuk
benih jagung adalah ada beda nyata antara pengukuran kadar air dengan oven dan
moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu sebesar 0.006331
(karena p-value < 0,05 , maka ada beda nyata). Karena ada beda nyata antara kedua
metode maka perlu dicari kalibrasi alat moisture testernya. Nilai kalibrasi dapat diperoleh
dengan dicari persamaan regresinya. Setelah dilakukan analisis regresi didapat R2 sebesar
0,1429. Untuk nilai kalibrasinya dapat dilihat pada grafik berikut :
14
REGRESI JAGUNG
13.5
f(x) = − 4 x + 78.2
R² = 0.14
13
12.5
12
11.5
Linear ()
11
10.5
16.15 16.2 16.25 16.3 16.35 16.4 16.45
Gambar 1. Grafik Regresi Jagung(Zea mays)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa electrical moisture tester yang digunakan
untuk pengujian kadar air benih jagung menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil
kadar air yanga didapat dari metode oven. Maka perlu adanya kalibrasi alat moister tester
agar hasil yang didapat diharapkan dapat mendekati hasil dari pengukuran dengan
metode oven. Dari grafik regresi diatas didapatkan nilai kalibrasi untuk alat moister tester
khususnya untuk jagung yaitu y = -4x + 78.2. Nilai x diisi nilai kadar air di moisture
tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi). Hasil yang didapat sama
dengan analisis dengan R. Untuk memudahkan kalibrasi maka ada table penolong
kalibrasi sebagai berikut :
X
15.5
15.6
15.7
15.8
15.9
16
16.1
16.2
16.3
16.4
16.5
Y
16.2
15.8
15.4
15
14.6
14.2
13.8
13.4
13
12.6
12.2
Keterangan :
X = Nilai kadar air benih pada moister tester
sebelum kalibrasi
Y = Nilai kadar air benih pada moister tester setelah
kalibrasi
Tabel 2. Tabel Penolong Kalibrasi
Pada praktikum ini digunakan dua cara untuk mengkalibrasi alat penguji kadar air
suatu benih, yaitu dengan menggunakan oven dan moisture tester tipe Jucson. Oven
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan.
Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia
maupun pelarut organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven
lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua
alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu
saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk
alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven.
Pada oven prinsip kerjanya adalah benih yang akan diketahui kadar airnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen dan ditimbang terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam oven, kemudian atur waktu dan suhu pada oven sesuai dengan
yang diinginkan. Setelah selesai pengovenan benih berserta cawannya ditimbang kembali
untuk menentukan kadar air benihnya. Kelebihan dari alat ini adalah mudah dalam
pengamatan, karena terdapat kaca transparan. Adapun kekurangannya adalah ukurannya
relatif besar, sulit untuk dipindah-pindahkan dan untuk mengetahui kadar air harus
menunggu terlebih dahulu, tidak secepat moisture taster tipe Kett maupun tipe Jucson.
Moisture tester tipe Jucson digunakan untuk menguji kadar air benih yang
ukurannya besar seperti jagung atau kedelai. Pada saat pengambilan benih jangan sampai
terkena tangan karena akan mempengaruhi nilai kadar air. Prinsip kerjanya adalah sampel
benih dimasukkan ke dalam wadah, kemudian pilih jenis benih (padi, jagung, kedelai,
atau gandum) pada tombol pengatur. Tekan tombol start, maka pada layar akan tertulis
kadar air yang terkandung dalam sampel benih.
Kelebihan
moisture tester tipe Jucson adalah dapat mengetahui kadar air
yang terkandung dalam benih tertentu secara cepat dan mudah dibawa-bawa, karena
menggunakan batu baterai, sehingga tidak harus mencari sambungan listrik. Adapun
kekurangannya adalah terbatas hanya untuk benih (padi, jagung, gandum, kedelai, dan
satu jenis lainnya). Namun, hasil yang didapatkan tidak selalu sesuai dengan penggunaan
alat penguji kadar air lainnya.
V. KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda nyata dengan
pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata
untuk benih kedelai.
2. Moister tester yang digunakan masih terdapat kesalahan, sehingga dibuat garis tabel
koreksi/penolong.
3. Nilai dari regresi jagung adalah R2 = 0 ,1429 dan nilai kalibrasinya adalah y = -4x + 78.2.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, A.2000. Juran's Quality Handbook. Oxford University Press, New York.
Nasrudin. 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/ yang- dimaksudkadar-air-benih-ialah.html. Diakses 11 Mei 2014.
Pyzdek, T. 2003. Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons, New York.
Renanta, Hayu. 2009. Analisis ketidak pastian kalibrasi timbangan non-otomatis dengan metoda
perbandingan langsung terhadap standar masa acuan. Jurnal Standardisasi 12 ( 1) : 64 –
68.
Silberstein,T.B., M.E. Mellbye, T.G. Chastain,and W.C. Young. 2010.Using seed moisture as a
harvest management tool. Journal of Oregon State University 1: 1-8.
LAMPIRAN
Kadar Air Secara langsung
Meja Jagung Kedelai
1
16.30% 11.90%
2
16.20% 11.80%
3
16.40% 11.80%
4
16.40% 11.80%
Meja
1
2
3
4
M1
44.32
58.42
59.37
44.32
Kadar air secara tidak langsung
Jagung
Kedelai
M2
M3
Ka
M1
M2
M3
Ka
49.38
48.74
12.6%
58.27
63.3
62.71
11.7%
63.49
62.8
13.6%
59.63
64.67
64.08
11.7%
64.37
63.79
11.6%
44.8
49.63
48.95
14.1%
49.39
48.69
13.8%
44.32
49.34
48.74
12.0%
ANALISIS UJI T DAN REGRESI
#Uji F (Kedelai)
F test to compare two variances
data: KA_Kedelai by perlakuan
F = 0.0019, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.0002719
alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1
95 percent confidence interval:
0.000120615 0.028750805
sample estimates:
ratio of variances
0.001862197
>varians perlakuan dengan moisture tester dengan oven tidak homogen
> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen
Welch Two Sample t-test
data: KA_Kedelai by perlakuan
t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-2.39154 1.29154
sample estimates:
mean in group Moisture_tester
mean in group Oven
11.825
12.375
#Hasil KA antara oven dan moisture tester tidak beda nyata, sehingga tidak perlu
kalibrasi
> Uji F (Jagung)
F test to compare two variances
data: KA_Jagung by Perlakuan
F = 0.0089, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.002819
alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1
95 percent confidence interval:
0.000578306 0.137849843
sample estimates:
ratio of variances
0.008928571
> varians perlakuan mosisture tester dengan oven tidak homogen
> Uji t (Jagung)
Welch Two Sample t-test
data: KA_Jagung by Perlakuan
t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
1.821472 5.028528
sample estimates:
mean in group Moisture_tester
mean in group Oven
16.325
12.900
#Hasil KA antara oven dan moisture tester beda nyata, sehingga perlu dilakukan kalibrasi
#Caranya dicari persamaan regresi
> regresi_jagung
lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung)
Residuals:
1 2 3 4
-0.4 0.2 -1.0 1.2
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 78.200 113.104 0.691 0.561
mt
-4.000
6.928 -0.577 0.622
Residual standard error: 1.149 on 2 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.1429, Adjusted R-squared: -0.2857
F-statistic: 0.3333 on 1 and 2 DF, p-value: 0.622
> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan
regresi dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat
setelah dikalibrasi)
# Uji t untuk membuktikan nilai yang didapat setelah kalibrasi dengan nilai pada oven
Two Sample t-test
data: hasil by perlakuan
t = 0, df = 6, p-value = 1
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-1.325254 1.325254
sample estimates:
mean in group alat mean in group oven
12.9
12.9
> membuktikan bahwa nilai setelah dikalibrasi sama dengan nilai kadar air pada oven >
untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi
dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat
setelah dikalibrasi)
TEKNOLOGI BENIH
ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER
Disusun oleh:
Nama
NIM
Gol./Hari
Asisten
: Dina Riva Dhati
: 12731
: C2/Selasa
: Tenti Okta Vika
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER
ABSTRAKSI
Praktikum Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6
Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui moisture tester yang ada masih
benar atau telah ada kesalahan dan membuat tabel koreksi, apabila ternyata alat tersebut tidak benar. Alatalat yang digunakan adalah electrical moisture tester, grain analyzer, oven, timbangan elektri, cruiz, mortar,
dan penumbuk. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah benih jagung (Zea mays), dan kedelai
(Glycine max). Metodologi dalam kalibrasi moisture tester adalah menggunakan metode langsung (oven) dan
tidak langsung (moisture tester). Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda
nyata dengan pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata untuk
benih kedelai. Nilai kalibrasi moister tester untuk benih jagung adalah sebesar y = -4x + 78.2.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat-alat laboratorium teknologi benih harus secara rutin ditera, agar selalu memberikan
hasil yang benar. Moisture tester (alat pengukur kadar air benih) adalah alat yang digunakan
pada setiap pengujian benih di laboratoeium. Oleh sebab itu, diperlukan moisture tester yang
dapat dipercaya, yang dapat mendekati kadar air benih dengan benar dan teliti.
Alat pengukur kadar air benih yang banyak dipakai adalah electrical moisture tester.
Alat-alat ini dapat bekerja lebih cepat daripada alat-alat lain, misalnya oven atau alat yang
menggunakan sinar infra merah. Di samping itu electrical moisture tester lebih praktis dan
pada model-model tertentu portabel.
Kelemahan alat pengukur kadar air secara tidak langsung adalah tidak berlaku untuk
semua jenis benih dan kerumitan instrumennya mengakibatkan banyak kemungkinan tidak
berfungsi secara benar, sehingga data yang dihasilkan tidak akurat.
Dengan melakukan kalibrasi, segera dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi
pada alat tersebut. Apabila kesalahan hanya sedikit dapat dibuat tabel koreksi. Namun,
apabila kesalahan begitu besar maka alat tersbut dianggap tidak dapat dipakai. Kalibrasi ini
juga dapat digunakan untuk menemukan kartu (tabel dari tabel yang ada atau benih sejenis
yang tidak ada kartu/tabelnya).
B. Tujuan
Mengetahui moisture tester yang ada masih benar atau telah ada kesalahan dan membuat
tabel koreksi, apabila ternyata alat tersebut tidak benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja
yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap
udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi
udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih
yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari
lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin,
selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara
luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh
lebih dari 2 menit berada di luar wadah. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga
harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu(Nasrudin, 2009) :
a. Konvensional ( Menggunakan Oven )
b. Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer), dalam metode
ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Kadar air benih adalah hal yang dapat digunakan untuk menjadi indikator tingkat
kemasakan benih dan penentuan waktu panen. Terdapat dua waktu yang penting selama masa
panen untuk mengetahui tingkat kadar air kritis benih, yaitu saat pemotongan tanaman dan
pencampuran tanaman. Pada tahap pemotongan(pemanenan) tanaman jika dipanen pada kadar
air benih yang tepat, maka tingkat kehilangan benih di lapangan akan kecil(Silberstein et.
al.,2010).
Penggunaan moisture tester tidaklah selalu menunjukkan hasil yang akurat. Oleh karena
itu perlu dilakukan suatu kalibrasi pada moisture tester agar hasil pengukuran lebih akurat.
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur
dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita
membahas
tentang
rangkaian
kegiatan
pengukuran
instrumen-instrumen
ukur
secara
perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).
Kalibrasi perangkat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga kondisi instrumen
ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya antara lain: 1). Menentukan deviasi
kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional
yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. 2). Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan
standar nasional maupun internasional (Pyzdek, 2003).
III.METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester
dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini, yaitu electrical moisture tester, grain analyzer, oven,
timbangan elektri, cruiz, mortar, dan penumbuk Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu
benih jagung (Zae mays) dan kedelai (Glycine max).
Cara kerja dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
digunakan metode oven, kadar air dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat semula
dengan ketelitian satu desimal. Kemudian, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
(M 2−M 3 )
x 100 %
(M 2−M 1 )
Keterangan:
M1: berat wadah + tutup (gram)
M2: berat wadah + isi + tutup sebelum di oven (gram)
M3: berat wadah + isi + tutup sesudah di oven (gram)
Adapun secara tidak langsung digunakan alat moisture tester. Data yang telah diperoleh
dibandingkan dengan uji T. Apabila ternyata tidak ada beda nyata, berarti moisture tester
yang ditera benar adanya. Bila beda nyata, dibuatkan garis regresi dan tabel penolongnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih
Kadar Air
Ulang
an
1
2
3
4
Langsung
Jagun Kedel
g
ai
16.30 11.90
%
%
16.20 11.80
%
%
16.40 11.80
%
%
16.40 11.80
%
%
Tidak
Langsung
Jagun Kedel
g
ai
12.60 11.70
%
%
13.60 11.70
%
%
11.60 14.10
%
%
13.80
%
12%
Analisis Uji T
> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen
Welch Two Sample t-test
data: KA_Kedelai by perlakuan
t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval: -2.39154 1.29154
sample estimates:
mean in group Moisture_tester = 11.825
mean in group Oven = 12.375
#Hasil KA antara oven dan moisture tester tidak beda nyata, sehingga tidak perlu
kalibrasi
> Uji t (Jagung)
Welch Two Sample t-test
data: KA_Jagung by Perlakuan
t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval: 1.821472 5.028528
sample estimates:
mean in group Moisture_tester = 16.325
mean in group Oven = 12.900
#Hasil KA antara oven dan moisture tester beda nyata, sehingga perlu dilakukan
kalibrasi
#Caranya dicari persamaan regresi
> Regresi_Jagung
lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung)
Residuals:
1
2
3
4
-0.4 0.2 -1.0 1.2
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 78.200
mt
-4.000
113.104 0.691
0.561
6.928 -0.577
0.622
Residual standard error: 1.149 on 2 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.1429,
Adjusted R-squared: -0.2857
F-statistic: 0.3333 on 1 and 2 DF, p-value: 0.622
> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi
dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah
dikalibrasi).
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dua pengujian kadar air benih dengan oven dan
moisture tester. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah moister tester yang digunakan
masih bekerja secara normal atau sudah tidak normal. Hal ini berkaitan dengan hasil yang
diperoleh dari alat, apakah masih sesuai atau sudah menyimpang. Setelah dilakukan
percobaan didapat hasil seperti pada table 1. Pada table dapat dilihat bahwa pengujian
kadar air pada benih jagung menggunakan kedua metode, didapatkan hasil yang
selisihnya besar. Sedangkan pada pengujian kadar air benih kedelai menggunakan kedua
metode, hampir menunjukkan angka yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa moisture
tester perlu dikalibrasi untuk perhitungan kadar benih jangung.
Untuk memperkuat analisis kalibrasi, dilakukan analisis data dengan uji T. Hasil yang
didapatkan untuk benih kedelai adalah tidak ada beda nyata antara pengukuran kadar air
dengan oven dan moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu
sebesar 0,4126(karena p-value > 0,05 , maka tidak ada beda nyata). Karena tidak ada
beda nyata maka tidak perlu dicari kalibrasinya. Sedangkan hasil yang didapat untuk
benih jagung adalah ada beda nyata antara pengukuran kadar air dengan oven dan
moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu sebesar 0.006331
(karena p-value < 0,05 , maka ada beda nyata). Karena ada beda nyata antara kedua
metode maka perlu dicari kalibrasi alat moisture testernya. Nilai kalibrasi dapat diperoleh
dengan dicari persamaan regresinya. Setelah dilakukan analisis regresi didapat R2 sebesar
0,1429. Untuk nilai kalibrasinya dapat dilihat pada grafik berikut :
14
REGRESI JAGUNG
13.5
f(x) = − 4 x + 78.2
R² = 0.14
13
12.5
12
11.5
Linear ()
11
10.5
16.15 16.2 16.25 16.3 16.35 16.4 16.45
Gambar 1. Grafik Regresi Jagung(Zea mays)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa electrical moisture tester yang digunakan
untuk pengujian kadar air benih jagung menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil
kadar air yanga didapat dari metode oven. Maka perlu adanya kalibrasi alat moister tester
agar hasil yang didapat diharapkan dapat mendekati hasil dari pengukuran dengan
metode oven. Dari grafik regresi diatas didapatkan nilai kalibrasi untuk alat moister tester
khususnya untuk jagung yaitu y = -4x + 78.2. Nilai x diisi nilai kadar air di moisture
tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi). Hasil yang didapat sama
dengan analisis dengan R. Untuk memudahkan kalibrasi maka ada table penolong
kalibrasi sebagai berikut :
X
15.5
15.6
15.7
15.8
15.9
16
16.1
16.2
16.3
16.4
16.5
Y
16.2
15.8
15.4
15
14.6
14.2
13.8
13.4
13
12.6
12.2
Keterangan :
X = Nilai kadar air benih pada moister tester
sebelum kalibrasi
Y = Nilai kadar air benih pada moister tester setelah
kalibrasi
Tabel 2. Tabel Penolong Kalibrasi
Pada praktikum ini digunakan dua cara untuk mengkalibrasi alat penguji kadar air
suatu benih, yaitu dengan menggunakan oven dan moisture tester tipe Jucson. Oven
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan.
Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia
maupun pelarut organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven
lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua
alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu
saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk
alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven.
Pada oven prinsip kerjanya adalah benih yang akan diketahui kadar airnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen dan ditimbang terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam oven, kemudian atur waktu dan suhu pada oven sesuai dengan
yang diinginkan. Setelah selesai pengovenan benih berserta cawannya ditimbang kembali
untuk menentukan kadar air benihnya. Kelebihan dari alat ini adalah mudah dalam
pengamatan, karena terdapat kaca transparan. Adapun kekurangannya adalah ukurannya
relatif besar, sulit untuk dipindah-pindahkan dan untuk mengetahui kadar air harus
menunggu terlebih dahulu, tidak secepat moisture taster tipe Kett maupun tipe Jucson.
Moisture tester tipe Jucson digunakan untuk menguji kadar air benih yang
ukurannya besar seperti jagung atau kedelai. Pada saat pengambilan benih jangan sampai
terkena tangan karena akan mempengaruhi nilai kadar air. Prinsip kerjanya adalah sampel
benih dimasukkan ke dalam wadah, kemudian pilih jenis benih (padi, jagung, kedelai,
atau gandum) pada tombol pengatur. Tekan tombol start, maka pada layar akan tertulis
kadar air yang terkandung dalam sampel benih.
Kelebihan
moisture tester tipe Jucson adalah dapat mengetahui kadar air
yang terkandung dalam benih tertentu secara cepat dan mudah dibawa-bawa, karena
menggunakan batu baterai, sehingga tidak harus mencari sambungan listrik. Adapun
kekurangannya adalah terbatas hanya untuk benih (padi, jagung, gandum, kedelai, dan
satu jenis lainnya). Namun, hasil yang didapatkan tidak selalu sesuai dengan penggunaan
alat penguji kadar air lainnya.
V. KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda nyata dengan
pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata
untuk benih kedelai.
2. Moister tester yang digunakan masih terdapat kesalahan, sehingga dibuat garis tabel
koreksi/penolong.
3. Nilai dari regresi jagung adalah R2 = 0 ,1429 dan nilai kalibrasinya adalah y = -4x + 78.2.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, A.2000. Juran's Quality Handbook. Oxford University Press, New York.
Nasrudin. 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/ yang- dimaksudkadar-air-benih-ialah.html. Diakses 11 Mei 2014.
Pyzdek, T. 2003. Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons, New York.
Renanta, Hayu. 2009. Analisis ketidak pastian kalibrasi timbangan non-otomatis dengan metoda
perbandingan langsung terhadap standar masa acuan. Jurnal Standardisasi 12 ( 1) : 64 –
68.
Silberstein,T.B., M.E. Mellbye, T.G. Chastain,and W.C. Young. 2010.Using seed moisture as a
harvest management tool. Journal of Oregon State University 1: 1-8.
LAMPIRAN
Kadar Air Secara langsung
Meja Jagung Kedelai
1
16.30% 11.90%
2
16.20% 11.80%
3
16.40% 11.80%
4
16.40% 11.80%
Meja
1
2
3
4
M1
44.32
58.42
59.37
44.32
Kadar air secara tidak langsung
Jagung
Kedelai
M2
M3
Ka
M1
M2
M3
Ka
49.38
48.74
12.6%
58.27
63.3
62.71
11.7%
63.49
62.8
13.6%
59.63
64.67
64.08
11.7%
64.37
63.79
11.6%
44.8
49.63
48.95
14.1%
49.39
48.69
13.8%
44.32
49.34
48.74
12.0%
ANALISIS UJI T DAN REGRESI
#Uji F (Kedelai)
F test to compare two variances
data: KA_Kedelai by perlakuan
F = 0.0019, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.0002719
alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1
95 percent confidence interval:
0.000120615 0.028750805
sample estimates:
ratio of variances
0.001862197
>varians perlakuan dengan moisture tester dengan oven tidak homogen
> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen
Welch Two Sample t-test
data: KA_Kedelai by perlakuan
t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-2.39154 1.29154
sample estimates:
mean in group Moisture_tester
mean in group Oven
11.825
12.375
#Hasil KA antara oven dan moisture tester tidak beda nyata, sehingga tidak perlu
kalibrasi
> Uji F (Jagung)
F test to compare two variances
data: KA_Jagung by Perlakuan
F = 0.0089, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.002819
alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1
95 percent confidence interval:
0.000578306 0.137849843
sample estimates:
ratio of variances
0.008928571
> varians perlakuan mosisture tester dengan oven tidak homogen
> Uji t (Jagung)
Welch Two Sample t-test
data: KA_Jagung by Perlakuan
t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
1.821472 5.028528
sample estimates:
mean in group Moisture_tester
mean in group Oven
16.325
12.900
#Hasil KA antara oven dan moisture tester beda nyata, sehingga perlu dilakukan kalibrasi
#Caranya dicari persamaan regresi
> regresi_jagung
lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung)
Residuals:
1 2 3 4
-0.4 0.2 -1.0 1.2
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 78.200 113.104 0.691 0.561
mt
-4.000
6.928 -0.577 0.622
Residual standard error: 1.149 on 2 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.1429, Adjusted R-squared: -0.2857
F-statistic: 0.3333 on 1 and 2 DF, p-value: 0.622
> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan
regresi dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat
setelah dikalibrasi)
# Uji t untuk membuktikan nilai yang didapat setelah kalibrasi dengan nilai pada oven
Two Sample t-test
data: hasil by perlakuan
t = 0, df = 6, p-value = 1
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-1.325254 1.325254
sample estimates:
mean in group alat mean in group oven
12.9
12.9
> membuktikan bahwa nilai setelah dikalibrasi sama dengan nilai kadar air pada oven >
untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi
dengan memperhatikan nilai intersept
> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2
> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat
setelah dikalibrasi)