Militerisasi Jepang Modern ditinjau dari

SOAL B
UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH POLITIK DI ASIA TIMUR
Nama: Ulta Levenia
NPM: 1306459505
Pertanyaan:
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, Jepang mengadopsi konstitusi 1947 yang
diterapkan oleh Amerika Serikat di mana di dalamnya melarang negara itu memiliki kekuatan
perang, dan hanya pasukan bela diri. Namun perkembangan konstelasi politik keamanan global,
khususnya dinamika kawasan Asia Timur yang semakin sulit diprediksi, memaksa Jepang untuk
melihat kembali relevansi perlu tidaknya memiliki kekuatan militer demi mempertahankan
kedaulatan dan keamanan mereka.

Pemerintahan Jepang kemudian mengusulkan sebuah

rancangan undang-undang keamanan, sebagaimana dinyatakan oleh perdana menteri Shinzo Abe
bahwa perlu normalisasi kebijakan militer Jepang yang selama ini dibatasi oleh konstitusi pasifis
yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) setelah Perang Dunia II. Dalam perjalanannya, inisiatif
PM Abe mendapatkan perdebatan panjang di parlemen dan rakyat Jepang sendiri. Namun
akhirnya, pada bulan September 2015, RUU keamanan disahkan, setelah melalui berbagai
kontroversi, protes, dan unjuk rasa yang luas.

Mohon saudara memberikan analisa mengapa akhirnya disahkan UU Keamanan Jepang 2015,
dengan menggambarkan dinamika politik yang terjadi di parlemen saat pengajuan RUU hingga
persetujuan untuk pengesahan, siapa saja partai atau kelompok politik yang menolak dan

sebaliknya? Mengapa timbul kekhawatiran terhadap militer Jepang yang kuat? Apakah hal tersebut
berkaitan dengan adanya ketegangan di kawasan dengan beberapa tetangga, seperti Korea Utara
dan RRT, munculnya rasa ketidak-yakinan atas jaminan keamanan dari Amerika Serikat, atau
keinginan sebagian kelompok

garis

keras yang fanatik

dengan kekuatan militer,

atau

sesungguhnya tidak lebih sebagai bagian dari politik domestik LDP/Jiminto saja? Analisa yang
saudara sampaikan dimulai dengan menyertakan latar belakang sejarah militer Jepang, dimulai
dari zaman Tokugawa/ Edo Jidai seiring berkembangnya semangat, nilai-nilai dan filsafat militer

Jepang yang mereka jalankan dalam kehidupan politik dan bernegara sampai pada perubahan
pranata politik Jepang modern saat ini, yang merupakan proses transisi dari masa restorasi Meiji?

Jawaban:
Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis membagi beberapa penjelasan ke dalam bagian yang
menjelaskan maksud jawaban secara terstruktur.
Filsafat Militer Jepang periode Tokugawa
Sebelum mengenal Tokugawa,

Pemerintahan militer Tokugawa Ieyasu (Tokugawa

Shogunate1603-1867), merupakan hasil dari memanfaatkan keadaan hegemoni militer yang
dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi. Meskipun dianggap sebagai pemerintahan feodal atau “Dark
Age of Japan”, namun masa pemerintahan Tokugawa juga dianggap sebagai masa keemasan

Jepang dalam kedamaian dan kemakmuran yang menggambarkan masyarakat asli Jepang, sebelum
imperialisme mengubah Jepang secara internal maupun posisi Jepang di dunia. 1 Pemerintahan
Tokugawa merupakan pemerintahan desentralisasi kekuatan militer, masing-masing daerah bagian
memiliki penguasa militer (daimyō) yang patuh dan tunduk di bawah kekuasaan Tokugawa.
Daimyō mengontrol daerah yang dikuasainya dengan terbatas oleh daerah daimyō lainnya.

Wilayah atau teritorium ini disebut dengan domain.2
Pemerintahan militer Tokugawa kental dengan strategi dan taktik perang yang dilakukan
oleh dua daimyō besar yaitu Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi. Tokugawa merupakan
pemimpin politik yang jauh lebih toleran dibandingkan dua daimyō tersebut. Selain itu, Tokugawa
mencoba menyeimbangkan posisi shogun dengan daimyō. Sebagai contoh, pemerintahan pusat
tidak pernah menariki pajak dari daimyō.3 Ini berguna bagi Tokugawa dalam menyeimbangkan
otoritas dan otonomi. Periode tokugawa, merupakan periode yang penuh dengan kedamaian dan

Howell, L. David. 2008. Japan in Tokugawa Period an Modernity . Oxford University Press. Hal: 1
Yonemoto, Marcia. 2008 Tokugawa Japan: An Introductory Essay . University of Colorado at Boulder. Hal: 5
3 Ibid. Hal: 7
1
2

kemakmuran bagi masyarakat Jepang. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan minimnya
konflik lokal yang sebelumnya sering terjadi pada keshogunan sebelum Tokugawa. Samurai
sebagai golongan kelas atas di Jepang, pertama kali dalam seratus tahun terakhir, kebutuhan untuk
perlindungan para samurai berkurang banyak. 4
Jika membahas mengenai filsafat moral militer Jepang,


maka unit utama yang

menggambarkan militer klasik Jepang merupakan Samurai. Sebagai seorang Samurai, melindungi
negara dan raja/shogun merupakan tugas utama dan bentuk loyalitas. Landasan dasar yang
mempengaruhi Samurai adalah Shinto, Confucianism, Buddhism & Zen , dan yang paling utama
Bushido. Bushido (military-kngiht-ways), merupakan bentuk gagasan yang harus diyakini oleh

seseorang yang akan menjadi samurai sejati. Term Bushido mencuat pada awal abad 17, periode
pemerintahan Tokugawa. Pedoman utama dari Bushido adalah keadilan, loyalitas, kehormatan,
keberanian, cinta dan kesopanan. Seorang Samurai sejati merupakan Samurai yang menjunjung
tinggi keadilan dan keberanian dalam berperang demi memperjuangkan dan melindungi
negaranya.
Bushido merupakan konsep yang sempurna memberikan korelasi antara kepercayaan

masyarakat Jepang dan semangat dalam pertempuran yang diartikan sebagai bentuk kesetiaan dan
cinta. Ide ini menggabungkan konsep kesetiaan dan koneksi semua hal dari Shinto dan konsep
mengalami momen dan meraih kemenangan dan kehormatan dalam kematian dari Zen hingga
pandangan Confucianism

terhadap “perfect gentleman” –seorang pelajar, berpendidikan, dan


memiliki kemampuan seni dalam berperang (skilled in the art of war). 5 Konsep inilah yang
melembaga dalam kebudayaan Jepang dan membawa Jepang sebagai negara dengan militer yang

4
5

Turnbull Turnbull, S. R. 2010 . Katana: The Samurai Sword. Osprey Publishing. Hal:48
Nitobe, I. 1905. Bushido: The Soul of Japan. New York: The Knickerbocker Press .

kuat. Militer yang tidak gentar dengan pertempuran yang akan mempertaruhkan nyawa
pasukannya, rela mati demi melindungi negaranya. Semangat militer dalam Bushido, membangun
mentalitas yang kuat bagi pasukan Jepang.
Kejahatan Perang Jepang dalam Perang Dunia Kedua dan Invasi Jepang ke China
Jepang merupakan negara yang bertekad untuk membangun perekonomian dengan
berbasis industri yang besar dan kuat. Namun pemerintahan Jepang menyadari bahwa negaranya
keterbatasan sumber daya alam dan ini akan menjadi penghalang bagi ambisi besar Jepang.
Pemerintahan Jepang memutuskan untuk menaklukkan negara tetangga yang lemah dan kaya akan
sumber daya alam. Pada tahun 1983, Yamagata Aritomo, Perdana Menteri Jepang pada saat itu,
mengarahkan persiapan militer untuk melakukan ekspansi militer.6 Pada tahun 1894, Jepang

menyerang China dan menduduki pulau Formosa yang kemudian dikenal sebagai Taiwan. Ini
memicu terjadinya perang Sino-Japanese. Jepang membangun infrastruktur di Taiwan dan
menjadikan Taiwan sebagai negara pendukung pemenuhan sumber daya alam Jepang.
Selanjutnya pada tahun 1904, Jepang menyerang Rusia dan memicu perang RussoJapanese. Perang hingga satu tahun selanjutnya ini dimenangkan oleh Jepang dengan memperoleh
kontrol di Korea dan Pulau Sakhalin. Tidak sampai di situ, berkaitan dengan perang ini, Jepang
pada 18 September 1931, Jepang menyerang Manchuria, daerah bagian China yang berbatasan
dengan Rusia. Salah satu klaim dilakukannya penyerangan ini adalah memperkuat pertahanan
Jepang di daerah yang dekat dengan Rusia akibat ketegangan hubungan Rusia-Jepang.7 Dengan

Shin, Kawashima. 2011. Confrontation and Accord: Japan and China Pursue Different Course . Japan-China Joint
History Research Report. Hal: 43
7 Ryoi hi, To e.
. The Man hurian In ident to The “e ond “ino-Japanese War. Japan-China Joint History
Research Report. Hal: 96

6

adanya kamp militer Jepang di Manchuria yang teritorialnya dekat dengan Rusia, maka akan
memudahkan Jepang untuk menangkal atau menyerang Rusia jika sesuatu terjadi pada Jepang.
Kejahatan perang Jepang selain invasi militer ke beberapa wilayah di China dengan

menghancurkan daerah tersebut menjatuhkan bom. Lebih mengenaskan dan tercatat dalam sejarah,
penyerangan Jepang ke wilayah Nanking pada tahun 1937. Salah satu publikasi yang
menggambarkan kejahatan perang di Nanking oleh Jepang adalah buku berjudul “The Rape of
Nanking” yang ditulis oleh Iris Chang. Pada 7 Desember 1937, saat yang sama dengan jatuhnya
wilayah Nanking ke tangan Jepang, para tentara melakukan aksi brutal dengan melakukan
perkosaan terhadap setiap perempuan yang terdapat di Nanking. Chang mendesak US agar
menghukum Jepang sama halnya seperti hukuman yang diterima Jerman saat kejahatan perang
oleh Nazi dilakukan.8
Beberapa klaim dari Jepang setelah perang tersebut, menyatakan bahwa insiden tersebut
akibat isolasi tentara Jepang, dan tanpa maksud kesengajaan. Namun di awal tahun 1980an jurnalis
Jepang Honda Katsuichi mengklaim bahwa insiden tersebut bukanlah akibat isolasi sebagaimana
yang diklaim oleh pemerintah Jepang, tetapi merupakan salah satu bentuk kekejaman perang yang
disengaja oleh pasukan tentara Jepang. 9 Pada masa pendudukan Jepang di berbagai wilayah di
China, tentara Jepang mempekerjakan para perempuan lokal sebagai prostitusi yang melayani para
tentara. Isu kejahatan perang Jepang ini dikenal dengan “Comfort Woman”.10

Iris, Chang. 1997. Iris Chang, The Ra pe of Na nking: The Forgotten Holoca ust of World Wa r II”. New York:
BasicBooks.
9 Yang, Daqing. 2006. “Dia ry of Ja pa nese Army Medica l Doctor, 1937 ”. National Archives and Records
Administration for the Nazi War Crimes and Japanese Imperial Government Records Interagency Working Group

2006. Washington DC.
10 Drea Edward. 2006. Introduction of Researching Japanese War Crime Records. National Archives and Records
Administration for the Nazi War Crimes and Japanese Imperial Government Records Interagency Working Group
2006. Washington DC.
8

Jepang Pasca Perang dan Konstitusi 1947
Kejahatan perang Jepang yang terungkap dan dipublikasikan, membawa kebencian atau
anti-Jepang di wilayah Asia Timur. Pada tahun 1990, tulisan beberapa akademisi berbagai dunia,
menjelaskan kejahatan Perang Jepang dan dipublikasikan ke seluruh dunia termasuk negaranegara Asia. Pada tahun 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, sebuah kamp militer US di daerah
Hawai. Membalas serangan ini, pada Agustus 1945, dua kota besar Jepang, Hiroshima dan
Nagasaki dijatuhkan bom atom yang menghancurkan dua kota tersebut dan membuat Jepang
bertekuk lutut terhadap US. Momentum ini merupakan titik kekalahan Jepang dalam perang dunia
kedua. Dua negara yang disebut sebagai “penjahat perang” yaitu Jepang dan Jerman, dihukum
dengan tidak diperbolehkan memiliki angkatan bersenjata atau militer resmi, dan hanya
diperkenankan memiliki pasukan bela diri.
Sebagai akibat kekalahan perang dunia kedua, Jepang dibatasi oleh konstitusinya untuk
memiliki pasukan militer, dan untuk isu keamanan bergantung pada US. 11 Peace Constitution ,
yang merupakan konstitusi pasca perang dunia kedua, dalam artikel 9 mensyaratkan Jepang untuk
tidak memiliki kekuatan militer sebagaimana sebelumnya. Dengan filosofi militer Jepang yang

membangun mentalitas perang anggota militer, ditakutkan kekuatan militer Jepang akan kembali
melakukan kejahatan perang atau memulai perang kembali.
Dalam mempertahankan negaranya, dan dalam kondisi dibatasi dengan konstitusi 1947,
salah satu isu yang mendesak merupakan teknologi nuklir yang dimiliki Korea Utara dan
mengancam masyarakat Jepang. Teritorial Korea Utara yang tidak begitu jauh dengan Jepang, dan
dengan kekuatan militer dan teknologi senjata nuklir milik Korea Utara, mengancam keberadaan

11

Bieri, Matthias. 2014. Japan’s Military Rebirth . CSS Analyses in Security Policy. ETH Zurich. Hal:2

dan keamanan Jepang. Di sisi lain, China merupakan negara yang besar dan kuat baik ekonomi
maupun pertahanannya di zaman sekarang. Berdasarkan aspek historis yang telah dijelaskan
penulis sebelumnya, bahwa kebencian terhadap Jepang masih belum terhapuskan bagi masyarakat
China. US dinilai tidak lagi mampu melindungi Jepang dari negara tetangga yang memiliki aspek
historis yang kelam dengan Jepang. Posisi China di dunia yang hampir menyamai US,
mengkhawatirkan Jepang bahwa akan terjadinya dinamika politik yang tidak bisa diprediksi.
Konstitusi 1997, yang membatasi Jepang untuk tidak memiliki militer dan bergantung dengan
pertahanan US, tidak lagi relevan dengan kondisi dinamika dunia sekarang. Untuk itu Jepang
mengajukan kembali memiliki kekuatan militer sendiri demi melindungi negaranya dari ancaman

negara tetangga yang semakin kuat.
Perdana Menteri Abe: Mengembalikan Jepang sebagai Negara yang Normal
Perdana Menteri Abe, bersama koalisi partai LDP dalam parlemen, memiliki kekuatan
mayoritas dalam parlemen. Sehingga melalui pro dan kontra, akhirnya RUU Keamanan baru
disahkan dan akan diajukan ke US sebagai pembentuk konstitusi 1997 yang digunakan Jepang.
Proses ini akhirnya mencapai persetujuan pada September 2015, dengan memperoleh dukungan
sebanyak 148 voting dan 90 voting menolak. 12 Partai yang menolak dan merupakan dalam posisi
oposisi seperti Democratic Party, menyatakan ketidaksetujuannya akan pengubahan konstitusi ini
dengan menganggap akan membawa Jepang ke dalam perang yang mungkin menguntungkan

12

BBC News: Japan to Allow Military role Overseas in Historic Move . Diakses melalui:
http://www.bbc.com/news/world-asia-34287362 pada 21 Desember 2015, pukul 21:33.

kekuatan US. Begitu juga dengan Japanese Communist Party (JCP), melalui delegasinya Kazuo
Shii, keras menolak RUU ini dan mendirikan People’s Coalition Government.13
Doktrin kebijakan luar negeri Abe “proactive contribution to peace ”, dan ambisi Abe untuk
mengembalikan


keamanan

Jepang

ke

tangan

negaranya

sendiri,

membawanya

kembali

mengajukan RUU Keamanan Jepang kepada US. Militer Jepang akan bekerja sama dengan US
dalam keamanan internasional, PM Abe menegaskan dalam pernyataannya: “A military alliance
is a blood alliance, If Japanese don’t shed blood, we cannot have an equal relationship with
America.”14

Pengesahan RUU ini mempercepat gerak Abe dalam memperoleh dukungan dari negara
tetangga yang memiliki hubungan baik dengan Jepang. Salah satunya pada 12 Desember 2015,
Abe menjalin kerja sama pertahanan dengan India. Jepang-India menjalin kerja sama dengan
persetujuan Tokyo menyuplai New Delhi dengan pesawat militer dan kereta super cepat (highspeed trans), dan sebagai perdana menteri, Abe berjanji akan mendukung kekuatan ekonomi
India.15 Sebagai negara yang dalam teritorial sama dengan Jepang, tentunya kerja sama pertahanan
dengan India dibutuhkan, berhubung negara-negara tetangga yang memiliki dendam masa lalu
dengan Jepang seperti China, Korea Selatan dan Korea Utara, mungkin akan menyulitkan bagi
Jepang untuk melakukan kerja sama.

13

Yamaguchi, Jiro. Hosei University dalam Japan Times Opposition Must Work Out Unified Campaign Strategy .
Diakses melalui: http://www.japantimes.co.jp/opinion/2015/10/28/commentary/japan-commentary/oppositionmust-work-unified-campaign-strategy/#.Vnmo47Z97IV pada 22 Desember 2015, pukul 17:11.
14 The New York Times: Shinzo Abe Bid to Redefine Japan and Its Military Has Echoes of Family History . Diakses
dari: http://www.nytimes.com/2015/08/14/world/asia/japan-military-shinzo-abe-family-history.html?_r=0, pada
21 Desember 2015, pukul 2:18.
15 Sharma, Ashok. ABC News. India and Japan Sign Deals on Military, Train Sales, Nukes . Diakses melalui:
http://abcnews.go.com/International/wireStory/india -japan-agree-military-sales-train-nuclear-deal-35729482,
pada 23 Desember 2015, pukul 2:59.

Daftar Pustaka:
Buku dan Jurnal:
Bieri, Matthias. 2014. “Japan’s Military Rebirth”. CSS Analyses in Security Policy. ETH
Zurich.
Drea Edward. 2006. Introduction of Researching Japanese War Crime Records. National
Archives and Records Administration for the Nazi War Crimes and Japanese Imperial Government
Records Interagency Working Group 2006. Washington DC.

Howell, L. David. 2008. “Japan in Tokugawa Period an Modernity”. Oxford University
Press.
Iris, Chang. 1997. Iris Chang, The Rape of Nanking: The Forgotten Holocaust of World War
II”. New York: BasicBooks.

Shin, Kawashima. 2011.“Confrontation and Accord: Japan and China Pursue Different
Course”. Japan-China Joint History Research Report.

Ryoichi, Tobe. 2011. “The Manchurian Incident to The Second Sino-Japanese War ”. JapanChina Joint History Research Report.
Turnbull Turnbull, S. R. 2010 . Katana: The Samurai Sword. Osprey Publishing. Hal:48
Nitobe, I. 1905. Bushido: The Soul of Japan. New York: The Knickerbocker Press.

Yang, Daqing. 2006. “Diary of Japanese Army Medical Doctor, 1937 ”. National Archives
and Records Administration for the Nazi War Crimes and Japanese Imperial Government Records
Interagency Working Group 2006. Washington DC.

Yonemoto, Marcia. 2008 “Tokugawa Japan: An Introductory Essay”. University of
Colorado at Boulder.
Internet:
Yamaguchi, Jiro. Hosei University dalam Japan Times “Opposition Must Work Out Unified
Campaign

Strategy”.

Diakses

melalui:

http://www.japantimes.co.jp/opinion/2015/10/28/commentary/japan-commentary/oppositionmust-work-unified-campaign-strategy/#.Vnmo47Z97IV pada 22 Desember 2015, pukul 17:11.

The New York Times: Shinzo Abe Bid to Redefine Japan and Its Military Has Echoes of
Family

History.

Diakses

dari:

http://www.nytimes.com/2015/08/14/world/asia/japan-military-

shinzo-abe-family- history.html?_r=0, pada 21 Desember 2015, pukul 2:18.

Sharma, Ashok. ABC News. “India and Japan Sign Deals on Military, Train Sales, Nukes”.
Diakses

melalui:

http://abcnews.go.com/International/wireStory/india-japan-agree-military-sales-

train-nuclear-deal-35729482, pada 23 Desember 2015, pukul 2:59.
BBC News: Japan to Allow Military role Overseas in Historic Move. Diakses melalui:
http://www.bbc.com/news/world-asia-34287362 pada 21 Desember 2015, pukul 21:33.