PEMIMPIN DAN BUDAYA ORGANISASI terhadap

PEMIMPIN DAN BUDAYA ORGANISASI
Oleh : Ir. Suprapto, MSi
Abstract
Pada saat ini istilah budaya organisasi banyak digunakan dalam organisasi
perusahaan, bahkan beberapa perusahaan memasang tulisan yang menunjukkan
budaya organisasi mereka di tempat-tempat yang menarik perhatian. Misalnya di
depan pintu masuk kantor, atau di dekat tempat para karyawan melayani pelanggan.
Konsep budaya organisasi mulai berkembang sejak awal tahun 1980-an. Konsep
budaya organisasi diadopsi dari konsep budaya yang lebih dahulu berkembang pada
disiplin ilmu antropologi (Sobirin, 2007:128-129).
Budaya organisasi menurut Schein dalam Sobirin (2007:132) adalah pola asumsi
dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka
mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan
integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada
anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan
organisasi.
Unsur-unsur Budaya Organisasi
Jocano dalam Sobirin (2007:152-153) menyatakan bahwa budaya organisasi terdiri
dari unsur utama, yakni yang bersifat idealistik dan yang bersifat perilaku atau

behavioral. Unsur budaya organisasi idealistik merupakan ideologi organisasi yang
tidak mudah berubah meskipun di sisi lain organisasi harus berubah untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Ideologi ini bersifat terselubung, tidak nampak di
permukaan dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu apa sesungguhnya
ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut didirikan.
Unsur behavioral memiliki sifat kasat mata, muncul ke permukaan dalam bentuk
perilaku sehari-hari para anggotanya dan bentuk-bentuk lain seperti disain arsitektur
organisasi. Bagi orang luar organisasi, unsur ini sering dianggap sebagai
representasi dari budaya sebuah organisasi karena lebih mudah diamati, dipahami
dan diinterpretasikan meskipun seringkali interpretasi antara orang luar dan anggota
organisasi berbeda. Budaya organisasi lebih baik dipahami berdasarkan
pengamatan terhadap perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para
anggota organisasi.
Bagian luar organisasi tersebut oleh Schein dalam Sobirin (2007:158) disebut
sebagai artefak. Artefak bisa berupa bentuk arsitektur bangunan, logo atau jargon,

cara berkomunikasi, cara berpakaian, atau cara bertindak yang bisa dipahami oleh
orang luar organisasi. Dalam perbankan misalnya, kita bisa melihat bahwa mereka
berpakaian sangat formal, dengan perkantoran yang biasanya tertata dengan rapi,
bersih dan modern. Perilaku karyawan bank juga terlihat ramah tetapi formal dan

tegas, dengan moto mereka yang biasanya terpasang dengan indah di belakang
pegawai-pegawai yang melayani para nasabahya. Misalnya saja bank Mandiri
memiliki slogan “Prosper with us” atau Bank BRI dengan slogannya, “Melayani
dengan Hati”.
Sebenarnya antara ideologi dan perilaku behavioral merupakan bagian yang tidak
bisa saling terpisahkan. Digambarkan sebagai suatu yang berlapis-lapis seperti
bawang, bagian yang kelihatan, bisanya paling mudah untuk diubah. Sehingga tidak
mengherankan bahwa kadang-kadang visi dan misi sudah diubah tetapi unsur-unsur
perilaku lainnya belum berubah. Misalnya saja berkaitan pernyataan visi dan misi
organisasi. Hampir setiap lembaga pada saat ini memiliki apa yang disebut dengan
visi dan misi organisasi yang biasanya tertulis di tempat-tempat strategis di kantor
mereka. Yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian antara visi dan misi tersebut
dengan perilaku para anggota organisasi. Karena kalau tidak terjadi keserasian,
pasti akan terlihat lucu. Misalnya sebuah pertokoan yang memiliki slogan
“Pelanggan adalah Raja” tetapi pada saat tempat parkir penuh, ternyata ada space
parkir strategis yang kosong namun ada tulisannya “khusus untuk pimpinan”.
Bagaimana Budaya Organisasi Terbentuk
Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi
terjadi dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya memperkerjakan dan
mempertahankan karyawan yang memiliki pola pikir sama dan sependapat dengan

cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan
mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara berperasaan
mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri menjadi tertanam
ke dalam budaya organisasi.
Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah.
Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan
dan lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-over karyawan. Dalam budaya
yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara mendalam dan dianut bersama
secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin
besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut.
Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan
anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud
tersebut selanjutnya membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi.

Bagaimana Pemimpin Membentuk Budaya
Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya
melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Schein dalam Yukl
(1998:300-301) mengemukakan peranan pemimpin dalam budaya organisasi,
dimana para pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan

budaya dan memperkuat aspek-aspek budaya dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Perhatian (attention)
Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai, perhatian
mereka dengan cara menanyakan, memberi pendapat, memuji, dan menyampaikan
kritik. Pemimpin yang memarahi seorang bawahan karena tidak mengetahui
masalah yang terjadi di unit kerjanya, misalnya, akan memiliki efek yang kuat dalam
mengkomunikasikan nilai-nilai dan perhatian. Pemimpin yang tidak menanggapi
sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan bahwa hal itu tidak penting. Sebagai
contoh, restoran cepat saji McDonald dikenal kebersihannya karena secara
berulang-ulang pendiri perusahaan menceritakan bagaimana dia mengejar-ngejar
lalat untuk menjaga agar para pelanggan yang sedang menikmati hidangannya tidak
terganggu oleh lalat tersebut. Cerita ini diterjemahkan para pegawai bahwa
perusahaan sangat peduli pada kebersihan dan peduli kepada pelanggannya.
2. Reaksi terhadap Krisis
Reaksi pemimpin dalam menghadapi krisis, merupakan potensi bagi para pegawai
untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi-asumsi. Misalnya perusahaan yang sedang
mengalami kesulitan keuangan cukup serius tetapi menghindari pemberhentian
pegawai (PHK) dan membuat kebijakan untuk membuat para pegawai bekerja
dengan waktu lebih pendek dan dengan demikian menerima pemotongan gaji.

Pemimpin tersebut mengkomunikasikan dengan kuat bahwa ia mempertahankan
pekerjaan para pegawai, dan berdasarkan perilakunya tersebut para pegawai
meyakini bahwa pemimpinnya menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
3. Pemodelan Peran
Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan mereka melalui
tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya tindakan-tindakan yang
memperlihatkan kesetiaan istimewa, pengorbanan diri, dan pelayanan yang melebihi
apa yang ditugaskan. Seorang pemimpin yang membuat sebuah kebijakan atau
prosedur tetapi tidak memberikan perhatian yang besar terhadap hal tersebut maka

dalam hal ini pemimpin mengkomunikasikan pesan bahwa hal itu tidaklah penting
atau tidak diperlukan. Seorang pemimpin yang bekerja keras dan selalu tepat waktu,
misalnya, akan mengkomunikasikan bahwa bekerja keras dan tepat waktu
merupakan hal yang penting dan dihargai dalam organisasi. Sebaliknya pemimpin
yang selalu meminta anak buahnya untuk disiplin tetapi dia sendiri tidak disiplin
maka sekeras apapun dia menyerukan kedisiplinan, karyawan tetap akan
menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal yang penting dalam organisasi.
4. Alokasi Imbalan-imbalan
Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalanimbalan seperti peningkatan upah, atau promosi mengkomunikasikan apa yang
dinilai oleh pemimpin dan organisasi tersebut. Pengakuan formal dan acara-acara

seremonial dan pujian yang tidak formal mengkomunikasikan perhatian serta
prioritas seorang pemimpin. Ketiadaan pengakuan terhadap kontribusi dan
keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal yang
penting. Pemberian simbol-simbol terhadap status orang-orang tertentu juga
mengkomunikasikan tentang apa yang penting dalam perusahaan. Pembedaan
status yang terlalu mencolok tentu saja menunjukkan bahwa organisasi tidak
menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Misalnya saja perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat relatif menggunakan simbol-simbol perbedaan status dibandingkan
dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Keistimewaan tersebut misalnya berupa
ruang makan dan tempat parkir khusus.
5.

Kriteria Menseleksi dan Memberhentikan Karyawan

Para pemimpin dapat mempengaruhi budaya dengan merekrut orang yang memiliki
nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau ciri-ciri tertentu dan mempromosikan
mereka ke posisi-posisi kekuasaan. Para pelamar yang tidak cocok dapat diskrining
dengan prosedur-prosedur formal dan informal, dan ada juga prosedur-prosedur
untuk meningkatkan seleksi diri sendiri, seperti memberi kepada pelamar informasi
yang realistis tentang kriteria dan persyaratan bagi keberhasilan dalam organisasi.

Kriteria serta prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengeluarkan atau
memberhentikan para anggota dari sebuah organisasi mengkomunikasikan juga
nilai-nilai serta perhatian dari pemimpinnya.
Kepemimpinan dan Budaya Etis Organisasi
Apakah sebenarnya pemimpin? Leman (2008:3) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai seni, kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan

untuk mempangaruhi dan menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Peran kepemimpinan dalam organisasi sangat esensial, dan kepemimpinan sudah
menjadi kajian sejak lama. Secara tradisional telah dikenal konsep-konsep
kepemimpinan seperti untuk suku Jawa serat Rama yang memuat Hastabrata dan
Serat Suryaraja, Lontara Lagaligo untuk suku Bugis Makassar, Kitab Puspakerma
bagi suku Sasak di Lombok, Adab Fata-A untuk suku Melayu. Bagi suku-suku yang
tidak mengenal tulisan seperti suku Dayak di Kalimantan dan suku Baliem di Irian,
biasanya pewarisan nilai-nilai budaya dilakukan secara lisan oleh ketua adat secara
turun temurun.
Budaya etis organisasi mendapat perhatian yang semakin besar, terutama setelah
terungkapnya budaya tidak etis Enron Corp. yang membawa kebangkrutan serta

kepailitan besar di AS pada akhir tahun 2001. Budaya tidak etis Enron Corp. tersebut
berupa penekanan yang berlebihan terhadap pertumbuhan laba perusahaan, juga
penekanan imbalan kepada karyawan yang semata-mata berupa bonus uang.
Bahkan salah seorang CEO-nya, Jeff Skilling, mengatakan bahwa segala sesuatu
dapat diselesaikan dengan uang di Enron. Termasuk loyalitas pun bisa dibeli dengan
uang. Oleh karena itu berkaitan dengan etika, Robbins (2003:740) memberikan
saran untuk menciptakan budaya yang etis dengan cara sebagai berikut :
1. Menjadi model yang kelihatan; karena karyawan akan melihat perilaku
manajemen puncak sebagai tolok ukur merancang perilaku yang tepat. Bila
manajemen senior terlihat suka mengambil perilaku atau cara-cara yang etis,
maka hal ini memberikan kesan yang kuat bahwa kaidah etis diharapkan untuk
diikuti karyawan.
2. Komunikasikan harapan etis; karena ambiguitas etis bisa diminimalisir oleh
penyebaran kode etik organisasi. Kode etik tersebut harus menetapkan nilai-nilai
utama organisasi dan kaidah etis yang diharapkan untuk diikuti karyawan.
3. Berikanlah pelatihan etis; dalam bentuk lokakarya, seminar, dan programprogam pelatihan etis. Gunakanlah sesi pelatihan untuk mendorong standar
perilaku organisasi, untuk mengklarifikasi praktik apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dan juga untuk mengajukan dilema etis yang mungkin dihadapi oleh
para karyawan.
4. Berikanlah imbalan terhadap perilaku etis, dan hukuman terhadap perilaku tidak

etis. Penilaian kinerja karyawan haruslah mencakup sarana yang diambil untuk
mencapai sasaran dan hasil, dan juga perilaku etika yang bersangkutan.
Tindakan etis, masuk dalam penilaian positif kinerja sedangkan perilaku tidak
etis harus mendapat hukuman secara kasat mata.

5. Sediakanlah mekanisme yang bersifat melindungi karyawan yang melaporkan
perilaku tidak etis tanpa takut ditegur. Sangat penting bagi organisasi untuk
mengadakan konselor etik, obudsmen, atau pejabat etik.
Penutup
Peranan pemimpin dalam budaya organisasi sangat esensial, para pemimpin
mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan dan memperkuat aspekaspek budaya organisasi baik melalui perkataan maupun perilakunya. Ada yang
berpendapat lebih ekstrim, bahwa budaya organisasi bersumber dari kepemimpinan
dan pemimpin, karena pemimpinlah yang pada dasarnya memiliki otoritas. Otoritas
bisa dalam bentuk persetujuan, ketidaksetujuan, ataupun penghargaan atas perilaku
anggota organisasi, sehingga akhirnya melembaga dan terbentuk menjadi budaya
organisasi.

Daftar Pustaka :
Brown, R. 1998. Organizational Culture. Prentice Hall Inc, Toronto.
Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior. Prentice Hall. England.

Sobirin, Akhmad. 2007. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya
dalam Kehidupan Organisasi. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi (Edisi Bahasa Indonesia).
Prenhallindo. Jakarta.

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Tidak ada
satupun manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa tergantung ataupun
memerlukan bantuan orang lain. Manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku
hingga berbangsa-bangsa. Oleh karena itu konsekuensinya setiap individu harus
dapat beradaptasi dengan kelompok, agar dapat diterima dan merasa aman serta
nyaman didalamnya. Untuk menjadi orang yang diterima orang lain, diperlukan
usaha-usaha tertentu untuk mencuri hati orang lain tersebut. Hal ini merupakan arah
seseorang untuk menjadi pemimpin dari kelompoknya. Diharapkan nantinya
kepemimpinan seseorang dapat menyentuh berbagai segi kehidupan manusia
seperti cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan
bernegara.
Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki hubungan yang sangat
erat. Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat
bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya

organisasi. Bila kita memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda
dengan kantor organisasi lain yang memiliki pemimpin yang berbeda. Fenomena
yang kita dapatkan pada suatu organisasi, seperti : etos kerja karyawan, team work,
kesejukan, ketenangan, sikap, keramah tamahan, integritas, dll, yang kesemuanya
menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut dan juga
menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan bahwa
melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada
dalam organisasi tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang
memiliki nilai yang sama. Dalam hal ini ada dua konsep berbalik, yaitu :
a.
Budaya diciptakan oleh pemimpin-pemimpinnya.
b.
Pemimpin-pemimpin diciptakan oleh budaya.
Bila perilaku bawahan sesuai dengan program yang telah digariskan oleh pimpinan,
maka nilai yang diperolehnya adalah tinggi, dan sebaliknya bila perilaku individu
dalam organisasi jauh dari kebenaran sebagaimana yang dituangkan dalam program
kerja oleh pemimpin, maka disitu nilainya rendah. Dengan demikian budaya
diciptakan oleh pemimpinnya.
Dari uraian diatas, nampak jelas bahwa antara kepemimpinan dengan budaya
organisasi mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Sehingga dikatakan
bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya
yang ada dalam organisasi tersebut.
Sumber :
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, M.PA. dan Dr. M. Sobry Sutikno, Kepemimpinan
Sekarang dan Masa Depan Dalam Membentuk Budaya Organisasi Yang Efektif,
Prospect, 2009

URAIAN MATERI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda
oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :
Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota
kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas
kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatankegiatan
pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara secara
tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin
tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh,
seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu
tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu
dilaksanakan dengan tepat.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsifungsi lain
seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.
Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih
kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam
menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat
menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal /
filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus
menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap
kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif dan
efisien.
Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi
utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau
pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-

maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran
penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan
kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.

Manajemen dan Organisasi
1)
Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya –
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja
dengan orang-orang untuk menentuakn, menginterpretasikan, dan pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
Pola Umum Manajemen
·
Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada administrasi;
·
Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan unsur
statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
·
Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan suatu
proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing, actuating dan lain-lain ;
·
Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu ;
·
Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manajemen
menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ;
·
Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan dengan
seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.
2)
Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama
(cooperative activities) dari dua orang atau lebih.
Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi yang
berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam suatu
system adminstrasi.
Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu
struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan mereka
satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan orang terdiri
dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan hubungan-hubungan.
Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu
diperhatikan, yakni :
·
Bahwa organisasi bukanlah tujuan, mulainkan hanya alat untuk mencapai
tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan

organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau
perkembangan tugas pokok.
·
Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal.
·
Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan
bawahan.
Fungsi-Fungsi Organisasi :
·
Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
·
Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
·
Mencegah kesimpangan kerja ;
·
Menentukan pedoman-pedoman kerja.
Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
·
Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
·
Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
·
Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
·
Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
·
Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif
dan efisien.
Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan tujuan
bersama.

KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda Rasulullah
Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggngjawab
terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)
Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah
mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap
rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat.
Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap
asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah suaminya dan bertanggungjawab
pada asuhannya, pembantu adalah pengasuh harta majikannya dan
bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).
Dimensi Moral Kepemimpinan
Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya. Tidak
merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu. Apabila
diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup memikul,

hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus
memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa,
dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini
menjelaskan hal tersebut di atas :
·
Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang
berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi
memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari
kiamat. Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan
tugasnya) dan alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya)
“ (H.R Bukhari & Nasai)
·
Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua
orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu
lemah dan tugas itu amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan
pada hari kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil dengan benar dan
melaksanakan amanah yang diberikan kepada” (H.R. Muslim)
Kepemimpinan yang Efektif
·
Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
·
Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
·
Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
·
Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota untuk
mencpai tujuan organisasi.
Ciri-ciri Pemimpin Islam
·
Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah
·
Tujuan Islam secara menyeluruh
·
Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
·
Pengemban amanat / bertanggungjawab.
Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam
·
Musyawarah
·
Adil
·
Kebebasan berfikir
Karakter Kepemimpinan Islam
·
Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu
mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam.
·
Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil,
ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
·
Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para
sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda terancam.
·
Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras
secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang.
·
Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan
batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin
·
Akhlak yang baik
·
Memiliki daya imajinasi
·
Berfikir menurut fungsinya
·
Mampu bersikap adil kepada semua
·
Memiliki banyak minat
·
Bersikap sebagai pendidik
·
Memiliki emosional yang matang
·
Bersikap sebagai perencana
·
Mampu menghormati diri dan orang lain
·
Teguh, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
·
Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
·
Ekspresif (berbicara dan menulis)
·
Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
·
Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
·
Setia kepada semua kepentingan
Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga buah
tipe dasar, yakni :
1)
Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan
perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif.
Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan
jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk
seorang bawahan yang bekerja dengan baik (correct).
2)
Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai
tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan / dikehendaki oleh
pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.
3)
Sedang pada tipe yang terakhir,
Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan suatu
tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau bersifat “Free rein”
(Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya
mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan
tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin ‘ laissez
faire’) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang
berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan
jalan menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai
penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.
Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
dalam manajemen adalah :
·
Man (manusia)
·
Material (bahan)
·
Machine (mesin / alat)

·
·
·

Methods (tata kerja)
Money (uang)
Market (pasar)

Unsur Manusia dalam Manajemen
Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor penggerak bagi
sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human Resources “ maupun “Non
Human Resources” dalam suatu organisasi.
Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1)
Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
·
Manajemen Puncak (Top Management)
·
Manajemen Media (Middle Management)
·
Manajemen Rendah (Lower Management)
2)
Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja
“fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)
Admistrative Management, pada tingkat “Top Management
b)
Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c)
Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”
Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja pikir
daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya menentukan tujuan
organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok pimpinan pada tingkat
lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu
“Manajerial Skill” lebih dibutuhkan.
Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari antara
kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan hampir
serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory Management,
dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari
pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada
“Managerial Skills”.
ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN
Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :
a.
Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur” dan “bentuk
militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi
berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang
paling tua dan dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri
pertama. Organisasi ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaanperusahaan kecil.
Ciri-cirinya :

·
Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan
tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
·
Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
·
Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin
berkurang menurut jenjang.
·
Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
·
Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
·
Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
·
Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.
Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :
·
Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
·
Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh
semua pihak.
·
Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah orang
yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
·
Disiplin mudah dipertahankan.
·
Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal mengenal.
·
Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.
b.
Bentuk Lini dan Staf
Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah merupakan
orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka
semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan
nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional
lainnya. Orang-orang inilah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf
yang melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu : (1) para penasihat dan (2) “auxilliary personnel”,
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme
organisasi.
Ciri-ciri Pokok :
·
Organisasinya besar dan kompleks.
·
Jumlah karyawannya banyak.
·
Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan di
atas.
·
Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan
langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun antara
pemimpin dan bawahan.
·
Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan
secara optimal.
Kebaikan-kebaikannya :
·
Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melaksanakan
kegiatan penunjang.

·
Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang berbedabeda.
·
Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
·
Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
·
Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasiyang
lebih besar / kompleks.
Keburukannya :
·
Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
·
Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
·
Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
·
Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering agak
membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak
selalu seirama dalam memandang sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini, namun
untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih cenderung
menggunakan bentuk lini dan staf.
c.
Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari pimpinan
dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam
suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai
kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang mengenai
bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian
adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural,
akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan.
Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam
lingkungan usaha swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.
Kebaikan-kebaikannya :
·
Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
·
Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
·
Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada
umumnya tinggi.
·
Moral serta disiplin kerja tinggi.
·
Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah dijalankan.
Kelemahannya :
·
Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri
dalam satu bidang saja.
·
Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang
yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja
·
Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu fungsi.
d.
Organisasi Tipe Panitia
Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada tingkat

pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke
dalam kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan tugas.
Ciri-cirinya :
·
Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
·
Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe panitia
hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan
setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia dibubarkan.
·
Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
·
Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggungjawab
yang sama.
·
Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk
satuan tugas (task force).
Keuntungan Tipe Panitia :
·
Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena sudah
dibicarakan secara kolektif.
·
Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan kecil
sekali.
·
Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.
Kelemahannya :
·
Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya harus
dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
·
Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta pertanggung
jawabannya melebihi dari yang lain.
·
Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu orang
pimpinan saja.
·
Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan didasarkan
pada kolektifitas.
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan
manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang mana manajemen tidak
akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin pun
harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan
organisasi merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat
terpisahkan.

Materi Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang
peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan,
kepemimpinan adalah inti darimanagemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak
orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan
untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang
pengertian ‘kepala’menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya
secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha
atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun
belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan
membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan
tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin
dalam berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4
jenis kepemimpinan:
Kepemimpinan di bidang rohaniah
Kepemimpinan di bidang politik
Kepemimpinan di bidang militer, dan
Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis
kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya
dalam kepemimpinan yang berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.
Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan
berdasarkan efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang
dijalankan dengan hasil yang diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut adalah dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen
seperti yang diuraikan sebelumnya.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang
untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir)
Di masa lalu banyak orang percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin
karena darah atau keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat
misalnya dalam ceritera pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah
kerajaan – kerajaan hindu dan islam di Indonesia.
Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang dapat menggantikan kedudukan
ayah atau orang tuanya untuk memerintah sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya
jika orang tuanya bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya
dipandang tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
- Teori Sosial

Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya diperoleh berdasarkan
keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi masyarakat. Dengan
perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi
pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat dikembangkan melalui
pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula akan ada tidaknya
kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi pemimpin.
Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai dengan alam
demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
3. Jalan Menjadi Pemimpin
Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri
Orang-orang yang memiliki kemampuan mencipta atau orang-orang yang kreatif dan
memiliki prakarsa (inisiatif) yang tinggi dapat memupuk dan mengembangkan
kemampuannya sehingga akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang
dipimpinnya sendiri secara baik.
- Melalui pemilihan orang banyak
Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-organisasi politik, serikat sekerja,
organisasi kesenian, olahraga, dan sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih
orang banyak ini bertugas dalam jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun,
dan seterusnya.
- Melalui penunjukan
Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta, seseorang dapat menjadi
pemimpin karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dalam
instansi yang bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan
Dalam hal ini ada dua macam cara yang dapat ditempuh:
1. Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan kemudian para anggota
memilih salah seorang dari calon-calon tersebut.
2. Para anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih
salah satu diantaranya.
4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan :
Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara mereka menjalankan
kepemimpinan, dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
-Kepemimpinan Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara langsung mengadakan kontak
dengan bawahan. Sehingga hasil kerja langsung diketahui oleh pimpinan tingkat
atas yang juga menginginkan mengetahui segala hal sampai detail. Dalam hal ini
mudah timbul kepemimpinan yang sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki
atau pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan
yang gagal, banyak pihak tidak mau ikut bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Non-Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak mengadakan kontak langsung dengan
bawahan, melainkan melalui saluran jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan
demikian masing-masing bagian lebih merasa bertanggung jawab. Kelemahannya
ada kemungkinan pekerjaan dan keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu
harus diputuskan melalui tingkatan-tingkatan hirarki yang panjang.
Kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah
hak pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak
boleh ada orang lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini sering
dianggap berbahaya dan banyak mengandung resiko.
-Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai
saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum
musyawarah untuk mencapai kata sepakat
-Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anakanaknya: mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati. Pada
dasarnya kepemimpinan semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung
jawab.
-Kepemimpinan Karismatis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolaholah dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar biasa, sehingga
dalam waktu singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin
semacam ini misalnya: Gandhi, dan J.F.Kennedy. Kepemimpinan tipe ini adalah baik
selama pemimpin berpegang teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum
yang berlaku.
Aspek-aspek kepemimpinan
Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan, yaitu aspek internal dan aspek
eksternal yang sekaligus harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
- Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah masalah masalah
ketata-lembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan tujuan organisasi
yang dipimpinnya.
Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :
1. Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
2. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan dilaksanakan
dengan baik.
4. Hubungan dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah mendapatkan
dukungan dan menggerakan mereka.
- Aspek eksternal atau aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang
diarahkan ke luar organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat
5. Sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya,
maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang
yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin
berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan
bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh
perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat
kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan bahkan
berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang
pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-orang yang dipimpinnya :
-Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas
organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk

menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada
orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan.
-Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran
budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu
memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari – hari yang baik terutama
ditujukan kepada orang – orang yang dipimpinnya.
Terry menyebutkan adanya 3 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
-Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu
bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
-Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah
dan putus asa.
-Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan
bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam
setiap kesulitan yang dihadapinya. Adapun beberapa kecakapan/kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain :
1. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat,
gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
2. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta
keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil
intisari pembicaraan.
3. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar
dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan
gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
4. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui
pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan.
Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk
mencapai tujuan.
5. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui dengan jelas azas dan tujuan dari
organisasi tersebut. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan
wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya
tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun
kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca
Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak
buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengahtengah masyarakat (anak buah).

4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang
kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan
terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan
pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada