PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI MACAM
LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN
Oleh:
Mike Pilianti (1815162854)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI
MACAM LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN
Mike Pilianti
PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
e-mail : [email protected]
Abstrak
Sekolah merupakan wadah untuk membangun karakter anak yang masing-masing
memiliki latar belakang budaya, ras, agama yang tentunya berbeda-beda. Pendidikan
multikultural sangat efektif untuk membangun rasa kebersamaan, kebhinekaan antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
masyarakat, dan guru dengan masyarakat. Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri jika peserta
didik memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan pada sekolah tersebut, maka
guru lah yang paling berperan untuk senantiasa membangun rasa aman untuk masingmasing peserta didik dalam hal memperoleh pendidikan dengan cara mengajarkan dan
mencontohkan pendidikan multikultural yang secara garis besar ramah anak dalam hal
kesetaraan untuk memiliki haknya yang sama. Bahwasanya pendidikan multikultural ini
fokus dalam hal menghargai perbedaan, dari perbedaan argumen, perbedaan kemampuan,
maupun perbedaan kepercayaan.
Kata kunci : Pendidikan multikultural, peran guru, latar belakang
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan wadah
peserta didik dalam usaha mencapai
untuk membangun karakter anak,
tujuan pendidikan yang tercantum
membangun kecerdasan, sikap, dan
pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4
keterampilan
untuk mengahadapi realita kehidupan
yang
berfungsi
mengelola dan menyelenggarakan
di
masa
pengajaran dan pembelajaran kepada
merupakan
mendatang.
Indonesia
negara
kepulauan
(archipelago) yang sangat beragam,
etnis, maupun agama (Mahfud, 2013:
baik dari sisi etnis, agama maupun
185).
budaya (Latif, 2011). Oleh sebab itu
multikultural
perbedaan
penyadaran
yang
telah
terjalin
Pentingnya
pendidikan
adalah
memberikan
kepada
masyarakat,
merupakan suatu fitrah yang sudah
supaya tidak timbul konflik etnis,
didapatkan dari awal kehidupan.
budaya, dan agama (Mahfud, 2013:
Begitu
184). Pada usia siswa sekolah dasar,
pula
dengan
pendidikan,
multikutural adalah suatu realita
siswa
masyarakat dan bangsa Indonesia.
penampilan dan perbedaan pada diri
Realita tersebut memang berposisi
mereka sendiri dan orang lain.
sebagai
Kesadaran
tersebut
akan
menumbuhkan
pertanyaan
pada
objek
pengembangan
dalam
proses
perencanaan
dan
mulai
menyadari
akan
pelaksanaan pendidikan, termasuk di
siswa ketika mengetahui sesuatu yang
dalamnya Pendidikan Multikultural.
berbeda dari seseorang sehingga
Pemikiran multikulturalisme dalam
perlu diajarkan bahwa setiap orang
aspek pendidikan harus diturunkan
memiliki
dalam berbagai term penting yang
menanamkan
menjadi
perbedaan tersebut (Ilahi, 2013: 118).
penyokong
kokohnya
perbedaan
cara
dan
menghargai
kebhinekaan yang ada di Indonesia,
Pendidikan
antara lain: jaminan kebebasan dalam
menjadi landasan untuk menciptakan
beragama,
rasa toleransi dalam keberagaman di
jaminan
adanya
multikulturan
akan
perlindungan akan hak-hak dasar
suatu
kemanusiaan (basic right), budaya
multikulturan
yang demokratis, dan perlindungan
kepada peserta didik untuk bersikap
terhadap kalangan minoritas (Suseno,
lebih toleran, bersikap apresiatif
2003).
berbasis
terhadap budaya orang lain, memberi
mengarahkan
kesadaran bahwa perbedaan adalah
Pembelajaran
multikultural
siswa
dapat
untuk
bersikap
lingkungan.
akan
Pendidikan
mengarahkan
dan
kekayaan bangsa sehingga menjadi
berpandangan toleran dan inklusif
pribadi yang peduli terhadap kondisi
terhadap realitas masyarakat yang
lingkungan yang beragam sebagai
beragam, baik budaya, suku, ras,
hasil dari pembentukan karakter.
Dengan demikian, tidak akan ada
perbedaan masing-masing individu
sikap
(Mahfud, 2013: 185-186).
saling
menyalahkan
akan
A. Peran Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural
Sekolah merupakan lembaga
dari mana pun dia datangnya dan
pendidikan yang memiliki peran yang
berbudaya apa pun dia. Harapannya
sangat penting dalam pembentukkan
adalah terciptanya kedamaian sejati,
karakter, perkembangan kemampuan
keamanan
peserta
memiliki
kecemasan dan kebahagiaan tanpa
pengetahuan, sikap, dan tindakan
rekayasa (Dawam, 2003: 100). Di
yang
dalam
didik
terpuji
untuk
dalam
menghadapi
yang
lembaga
tidak
dihantui
pendidikan
atau
realita kehidupan yang berkelanjutan
sekolah
di masa depan yang didasari atas
kesadaran kolektif dan kepekaan serta
perbedaan multikultur dan multietnis.
kepeduliaan
Pendidikan multikultural merupakan
kemajemukan, pluralitas bangsa baik
proses
mengembangkan
dari segi etnis, budaya, agama, hingga
seluruh potensi manusia peserta didik
orientasi politik, oleh karena itu
yang
dan
pendidik dan tenaga kependidikan
hiterogenitasnya sebagai konsekuensi
tidak layak jika memperlihatkan atau
dalam keberagaman budaya, etnis,
mencontohkan sikapp dan perilaku
suku, dan agama. Pandangan ini
yang
memiliki keterkaitan yang sangat luas
menghina, melecehkan etnis, budaya,
dalam dunia pendidikan, karena
agama
pendidikan itu sendiri dapat diartikan
sekolah. Sikap yang bersifat respek
sebagai proses pembelajaran tanpa
terhadap multientis, dan multikultural
akhir atau sepanjang hayat. Dengan
harus menjadi bagian dari materi
demikian pendidikan multikultural
pembelajaran
menghendaki
pendidikan
untuk
menghargai
penghargaan
pluralitas
penghormatan
dan
setinggi-tingginya
terhadap harkat dan martabat manusia
perlu
dikembangkan
terhadap
bersifat
di
diskriminatif,
dalam
kehidupan
atau
di
kenyataan
di
kurikulum
berbagai
jenjang
pendidikan, jenis pendidikan baik
dari
sekolah
formal,
informal,
maupun
masyarakat
dalam
harus
mampu
memberikan
dan
membangun dan dalam membangun
mengkaitkan konsep baru dengan
dan mengembangkan budaya baru
pengalaman yang telah dimilikinya.
menuju
Ketiga
masyarakat
multibudaya
yang
menghargai,
yang
berbasis
menghormati
dan
pembelajaran
multikultur menurut Zubaidi (2004:
77) adalah guru dituntut mau dan
harmonis dalam kehidupan berbangsa
mampu
dan bernegara.
pembelajaran
Proses
pembelajaran
yang
dilakukan oleh guru-guru di sekolah
harus memperhatikan aspek-aspek
dengan
Pertama,
cara-cara:
mengajar bukanlah hanya sekadar
berkata-kata, namun harus memberi
kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan serta aktif
dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung untuk mencari serta
mengolah
yang
pengetahuan/informasi
telah
diperoleh,
sehingga
menjadi sebuah pemahaman yang
terintegerasi dengan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh oleh
peserta didik. Kedua, pengembangan
budaya agar dapat difahami dengan
baik dan bersifat sesuai dengan realita
yang
berkembang
di
kehidupan
masyarakat. Ketiga, peserta didik
masing-masing
membawa
pengetahuan awal yang dimilikinya,
sehingga pembelajaran di sekolah
pendidikan
menerapkan
menerapkan
adanya
strategi
kooperatif,
diantaranya
saling
harus
adalah:
ketergantungan,
adanya interaksi tatap muka yang
membangun, pertanggung jawaban
secara individu, keterampilan sosial
dan efektivitas proses pembelajaran
dalam kelompok. Pada dasarnya,
dalam pendidikan multikultural ini
guru dituntut untuk tidak hanya
menguasai ilmu dan profesional
mengajarkan akademik saja, tetapi
juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai
inti
multikultural
dari
pendidikan
seperti
demokrasi,
humanisme, dan pluralisme sebagai
pembentukan karakter peserta didik.
Dengan
pendidikan
seperti
itu
diharapkan para peserta didik mampu
menjadi
generasi
yang
selalu
menjunjung tinggi nilai moralitas,
kedisiplinan,
kepedulian,
dan
humanistik dan kejujuran dalam
berperilaku sehari-hari. Implementasi
pendidikan multikultural di sekolah
(2)
memiliki
berdasarkan partisipasi bersama dari
beberapa
spesifikasi.
mengembangkan
Dikatakan oleh Banks (1993: 254)
beberapa
bahwa
memberi
sekolah
komitmen
yang
memiliki
mengembangkan
kohesivitas
kelompok
budaya,
kesempatan
(3)
maksimal
untuk seluruh individu dan kelompok,
pluralisme harus nampak di dalam:
(4)
(1) mengembangkan respek aktivitas
konstruktif yang dapat meningkatkan
sekolah terhadap keragaman etnik,
martabat dan cita-cita demokrasi.
memfasilitasi
perubahan
B. Peran Guru Dalam Pendidikan Multikultural
Pendidikan merupakan alat
hari. Guru sangat berperan penting
proteksi untuk nilai-nilai yang dirasa
dalam membangun kesadaran pada
mampu mendorong perkembangan
peserta didik bahwa setiap orang
dan
memiliki kemampuan, kelebihan, dan
keberlangsungan
masyarakat.
Dalam
hidup
di
pendidikan
kekurangan
yang
berbeda-beda
multikultural, guru dituntut untuk
sebagai karunia Tuhan Yang Maha
tidak hanya menguasai ilmu dan
Esa
profesional mengajarkan akademik
menghormati,
menghargai,
saja,
memahami.
Uraian
tetapi
juga
harus
mampu
dan
manusia
harus
saling
dan
tersebut
menanamkan nilai-nilai inti dari
menjelaskan bahwa sekolah dan guru
pendidikan
seperti
berperan penting dalam memberikan
dan
pelayanan pendidikan kepada seluruh
pembentukan
peserta didik termasuk di dalamnya
demokrasi,
humanisme,
pluralisme
karakter
multikultural
sebagai
peserta
didik.
Dengan
peserta
didik
yang
memiliki
pendidikan seperti itu diharapkan
kebutuhan khusus yang berbeda.
para peserta didik mampu menjadi
Sekolah dan guru juga berperan
generasi yang selalu menjunjung
penting
tinggi nilai moralitas, kedisiplinan,
kesadaran untuk saling menghormati,
kepedulian,
dan
menghargai, dan bersikap toleransi
kejujuran dalam berperilaku sehari-
terhadap segala bentuk perbedaan
dan
humanistik
dalam
menumbuhkan
pada peserta didik itu sendiri. Guru
apapun budaya, ras, etnis, dan agama.
dalam hal ini harus menanamkan
Disinilah peserta didik bisa mengasah
kesadaran
dengan
rasa sensitivitas terhadap kultur-
memupuk semangat empati, equality
kultur minoritas dan menggerakan
dan toleransi kepada peserta didik.
kelompok kultur yang mayoritas
Dengan menekankan bahwa setiap
untuk agar mempunya perasaan dan
orang memiliki latar belakang yang
sikap yang sama dengan kelompok
berbeda-beda
atau kultur lainnya (Parekh, 1997).
multikultural
dan
memiliki
persamaan dalam haknya sebagai
Guru
warga negara. Tidak boleh satu
multikultural merupakan sarana yang
kelompok
dan
paling baik dan efektif untuk proses
melanggar hak kelompok lainnya.
pembentukan karakter. Peserta didik
Kelompok mayoritas tidak boleh
akan terlatih dan tumbuh akan
mendiskriminasi
kesadaran untuk bersikap demokratis,
mendominasi
kelompok
melalui
pendidikan
minoritas. Disinilah nilai pendidikan
humanis,
multikultural
kehidupan mereka. Berkaitan dengan
menjadi
hal
yang
dan
pluralis
dalam
penting untuk kuriku lum pendidikan
peran
di Indonesia. Peserta didik hendaknya
kesadaran
ditanamkan semangat kebersamaan
senantiasa menyikapi keberagaman
dalam
yang ada di Indonesia, maka guru
bekerja
sama
dalam
guru
kesederajatan, kesamaan dan tidak
dapat
melakukan tindakan diskriminasi atas
berikut:
dasar ras, etnis, agama, maupun
gender.
Menurut
dalam
peserta
melakukan
membangun
didik
beberapa
a. Membangun
Abdurrahman
untuk
hal
Sikap
Persamaan (Equality)
Wahid, kata kunci dalam kehidupan
Menurut Bikhu Parekh bahwa banyak
berbangsa adalah adanya persamaan
kajian yang berusaha memahami
perlakuan
mendapatkan
manusia dalam kaitannya dengan
dihormati
teori substantif persamaan, ini lebih
persamaan
banyak memperhitungkan kelompok
untuk
pengakuan
keberadaannya,
mendapatkan
atau
kesempatan,
dan
perlakuan yang sama atas hukum,
marginal atau terpinggirkan (Parekh,
1997).
Persamaan
mensyarakat
adanya pelibatan, kebebasan dan
Guru yang berperan dalam
sama dalam kesempatan dengan latar
pendidikan
multikultural
belakang
diharapkan
mampu
budaya
yang
berbeda.
Derajat paling dasar adalah adanya
menumbuhkan
penghormatan pada hak masing-
yang
masing individu (Parekh, 1997). Guru
berwawasan
dalam hal ini harus menanamkan
perempuan
kesadaran
dengan
peran dan kebebasan dalam
memupuk semangat empati, equality
berbagai sektor kehidupan.
dan toleransi kepada peserta didik.
James A.
multikultural
b. Mendorong
Demokrasi
Substansial
Guru
humanis
dan
gender,
agar
memppunyai
Bangks
(1993,
1994-a), mengidentifikasi ada
lima
dengan
pemahaman
dimensi
pendidikan
pendidikan
multikultural
yang
multikulturalnya
selalu
diperkirakan
dapat
mendorong
untuk
membantuguru
dalam
menegakkan
sebagai
demokrasi
sarana
membangun
seluruh
menginginkan
demokrasi
konsesensus
warga
Pendidikan
untuk
negara.
multikultural
adanya
yang
substansional, bukan hanya
prosedural. Demokrasi yang
mengimplementasikan
beberapa
program
yang
mampu merespon terhadap
perbedaan
peserta
didik
(Sumarni, 2010), yaitu:
1. Dimensi
integrasi
materi
isi/
(contect
integeration).
2. Dimensi
konstruksi
sesungguhnya bukan hanya
pengetahuan (knowledge
budaya bangsa belaka. Karena
construction).
persamaan demokrasi akan
3. Dimensi
selalu mendorong keadilan
prasangka
untuk warga negara di mata
ruduction).
hukum.
c. Membangun Gender Equelity
pengurangan
(prejudice
4. Dimensi
sama/
pendidikan
adil
pedagogy).
yang
(equitable
5. Dimensi
pemberdayaan
budaya sekolah dan struktur
sosial (empowering school
culture and social structure).
SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian diatas,
tetapi
juga
harus
mampu
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
menanamkan nilai-nilai inti dari
berikut:
pendidikan multikultural seperti
1. Sekolah
merupakan
lembaga
demokrasi,
humanisme,
dan
pendidikan yang memiliki peran yang
pluralisme sebagai pembentukan
sangat penting dalam pembentukkan
karakter peserta didik.
karakter, perkembangan kemampuan
peserta
didik
untuk
memiliki
3. Berkaitan dengan peran guru
dalam
membangun
kesadaran
pengetahuan, sikap, dan tindakan
peserta didik untuk senantiasa
yang
menghadapi
menyikapi keberagaman yang ada
realita kehidupan yang berkelanjutan
di Indonesia, maka guru dapat
di masa depan yang didasari atas
melakukan beberapa hal berikut:
perbedaan multikultur dan multietnis.
a. Membangun
terpuji
dalam
2. Dalam pendidikan multikultural,
Persamaan (Equality)
guru dituntut untuk tidak hanya
b. Mendorong
menguasai ilmu dan profesional
Substansial
mengajarkan
akademik
saja,
Sikap
Demokrasi
c. Membangun Gender Equelity
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi. Terj. Annisa.
Nuriowandari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilahi, Mohammad Takdir. (2013). Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Islamudin. (2010). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, M., (2003). Teologi Pluralis-Multikultural, Jakarta: Kompas.
Huda, MH. N. (2005). Multikulturalisme Dalam Bayang-Bayang Histografi Resmi Nasional,
Sururin (ed.), Bandung: Nuansa.
J. David dan Julia J., (1991). "Multiculturalism". Dictionary of Sociology, New York: Harper.
Latif, Y., (2011). Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, F., (2003). "Faktor-Faktor yang Mendasari Terjadinya Konflik Antar Etnis
dan Agama di Indonesia. Pencegahan dan pemecahan," dalam Konflik Komunal di Indonesia
Saat Ini, Jakarta: INIS.
Muhammad, H., (1994). Fiqh Perempuan. Refleksi Kyai Atas Wacana aan Gender, Jakarta:
The Wahid Institute.
Parekh, B., (1997). "National Culture and Multiculturalism" dalam Kenneth Thomson (ed.),
Media and Cultural Regulation, London: Sage Publications.
Rachman, B.M., (2001). Islam Pluralis. Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta:
Paramadina.
Rozi, Syafuan dkk., (2006). Kekerasan Komunal; Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparlan, P., (2002). "Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti Dalam Masyarakat
Majemuk Indonesia". Jurnal Antropologi Indonesia, No. 6.
Umar, N. (1999). Persepektif Gender Dalam Al-Qur'an, Disertasi PPs IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Ulfa Masamah dan Muhammad Zamhari.
Wahid, A., (1999). "Refleksi Teologis Perkawinan Dalam Islam", dalam Syafiq Hasyim (ed.),
Menakar Harga Perempuan. Eksplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Perempuan Dalam Islam,
Bandung: Mizan.
Wahid, A.,, (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS.
Yaqin, M. A., (2005). Pendidikan Multikultural. Cross-Cultural Understanding Untuk
Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.
PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI MACAM
LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN
Oleh:
Mike Pilianti (1815162854)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI
MACAM LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN
Mike Pilianti
PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
e-mail : [email protected]
Abstrak
Sekolah merupakan wadah untuk membangun karakter anak yang masing-masing
memiliki latar belakang budaya, ras, agama yang tentunya berbeda-beda. Pendidikan
multikultural sangat efektif untuk membangun rasa kebersamaan, kebhinekaan antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
masyarakat, dan guru dengan masyarakat. Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri jika peserta
didik memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan pada sekolah tersebut, maka
guru lah yang paling berperan untuk senantiasa membangun rasa aman untuk masingmasing peserta didik dalam hal memperoleh pendidikan dengan cara mengajarkan dan
mencontohkan pendidikan multikultural yang secara garis besar ramah anak dalam hal
kesetaraan untuk memiliki haknya yang sama. Bahwasanya pendidikan multikultural ini
fokus dalam hal menghargai perbedaan, dari perbedaan argumen, perbedaan kemampuan,
maupun perbedaan kepercayaan.
Kata kunci : Pendidikan multikultural, peran guru, latar belakang
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan wadah
peserta didik dalam usaha mencapai
untuk membangun karakter anak,
tujuan pendidikan yang tercantum
membangun kecerdasan, sikap, dan
pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4
keterampilan
untuk mengahadapi realita kehidupan
yang
berfungsi
mengelola dan menyelenggarakan
di
masa
pengajaran dan pembelajaran kepada
merupakan
mendatang.
Indonesia
negara
kepulauan
(archipelago) yang sangat beragam,
etnis, maupun agama (Mahfud, 2013:
baik dari sisi etnis, agama maupun
185).
budaya (Latif, 2011). Oleh sebab itu
multikultural
perbedaan
penyadaran
yang
telah
terjalin
Pentingnya
pendidikan
adalah
memberikan
kepada
masyarakat,
merupakan suatu fitrah yang sudah
supaya tidak timbul konflik etnis,
didapatkan dari awal kehidupan.
budaya, dan agama (Mahfud, 2013:
Begitu
184). Pada usia siswa sekolah dasar,
pula
dengan
pendidikan,
multikutural adalah suatu realita
siswa
masyarakat dan bangsa Indonesia.
penampilan dan perbedaan pada diri
Realita tersebut memang berposisi
mereka sendiri dan orang lain.
sebagai
Kesadaran
tersebut
akan
menumbuhkan
pertanyaan
pada
objek
pengembangan
dalam
proses
perencanaan
dan
mulai
menyadari
akan
pelaksanaan pendidikan, termasuk di
siswa ketika mengetahui sesuatu yang
dalamnya Pendidikan Multikultural.
berbeda dari seseorang sehingga
Pemikiran multikulturalisme dalam
perlu diajarkan bahwa setiap orang
aspek pendidikan harus diturunkan
memiliki
dalam berbagai term penting yang
menanamkan
menjadi
perbedaan tersebut (Ilahi, 2013: 118).
penyokong
kokohnya
perbedaan
cara
dan
menghargai
kebhinekaan yang ada di Indonesia,
Pendidikan
antara lain: jaminan kebebasan dalam
menjadi landasan untuk menciptakan
beragama,
rasa toleransi dalam keberagaman di
jaminan
adanya
multikulturan
akan
perlindungan akan hak-hak dasar
suatu
kemanusiaan (basic right), budaya
multikulturan
yang demokratis, dan perlindungan
kepada peserta didik untuk bersikap
terhadap kalangan minoritas (Suseno,
lebih toleran, bersikap apresiatif
2003).
berbasis
terhadap budaya orang lain, memberi
mengarahkan
kesadaran bahwa perbedaan adalah
Pembelajaran
multikultural
siswa
dapat
untuk
bersikap
lingkungan.
akan
Pendidikan
mengarahkan
dan
kekayaan bangsa sehingga menjadi
berpandangan toleran dan inklusif
pribadi yang peduli terhadap kondisi
terhadap realitas masyarakat yang
lingkungan yang beragam sebagai
beragam, baik budaya, suku, ras,
hasil dari pembentukan karakter.
Dengan demikian, tidak akan ada
perbedaan masing-masing individu
sikap
(Mahfud, 2013: 185-186).
saling
menyalahkan
akan
A. Peran Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural
Sekolah merupakan lembaga
dari mana pun dia datangnya dan
pendidikan yang memiliki peran yang
berbudaya apa pun dia. Harapannya
sangat penting dalam pembentukkan
adalah terciptanya kedamaian sejati,
karakter, perkembangan kemampuan
keamanan
peserta
memiliki
kecemasan dan kebahagiaan tanpa
pengetahuan, sikap, dan tindakan
rekayasa (Dawam, 2003: 100). Di
yang
dalam
didik
terpuji
untuk
dalam
menghadapi
yang
lembaga
tidak
dihantui
pendidikan
atau
realita kehidupan yang berkelanjutan
sekolah
di masa depan yang didasari atas
kesadaran kolektif dan kepekaan serta
perbedaan multikultur dan multietnis.
kepeduliaan
Pendidikan multikultural merupakan
kemajemukan, pluralitas bangsa baik
proses
mengembangkan
dari segi etnis, budaya, agama, hingga
seluruh potensi manusia peserta didik
orientasi politik, oleh karena itu
yang
dan
pendidik dan tenaga kependidikan
hiterogenitasnya sebagai konsekuensi
tidak layak jika memperlihatkan atau
dalam keberagaman budaya, etnis,
mencontohkan sikapp dan perilaku
suku, dan agama. Pandangan ini
yang
memiliki keterkaitan yang sangat luas
menghina, melecehkan etnis, budaya,
dalam dunia pendidikan, karena
agama
pendidikan itu sendiri dapat diartikan
sekolah. Sikap yang bersifat respek
sebagai proses pembelajaran tanpa
terhadap multientis, dan multikultural
akhir atau sepanjang hayat. Dengan
harus menjadi bagian dari materi
demikian pendidikan multikultural
pembelajaran
menghendaki
pendidikan
untuk
menghargai
penghargaan
pluralitas
penghormatan
dan
setinggi-tingginya
terhadap harkat dan martabat manusia
perlu
dikembangkan
terhadap
bersifat
di
diskriminatif,
dalam
kehidupan
atau
di
kenyataan
di
kurikulum
berbagai
jenjang
pendidikan, jenis pendidikan baik
dari
sekolah
formal,
informal,
maupun
masyarakat
dalam
harus
mampu
memberikan
dan
membangun dan dalam membangun
mengkaitkan konsep baru dengan
dan mengembangkan budaya baru
pengalaman yang telah dimilikinya.
menuju
Ketiga
masyarakat
multibudaya
yang
menghargai,
yang
berbasis
menghormati
dan
pembelajaran
multikultur menurut Zubaidi (2004:
77) adalah guru dituntut mau dan
harmonis dalam kehidupan berbangsa
mampu
dan bernegara.
pembelajaran
Proses
pembelajaran
yang
dilakukan oleh guru-guru di sekolah
harus memperhatikan aspek-aspek
dengan
Pertama,
cara-cara:
mengajar bukanlah hanya sekadar
berkata-kata, namun harus memberi
kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan serta aktif
dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung untuk mencari serta
mengolah
yang
pengetahuan/informasi
telah
diperoleh,
sehingga
menjadi sebuah pemahaman yang
terintegerasi dengan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh oleh
peserta didik. Kedua, pengembangan
budaya agar dapat difahami dengan
baik dan bersifat sesuai dengan realita
yang
berkembang
di
kehidupan
masyarakat. Ketiga, peserta didik
masing-masing
membawa
pengetahuan awal yang dimilikinya,
sehingga pembelajaran di sekolah
pendidikan
menerapkan
menerapkan
adanya
strategi
kooperatif,
diantaranya
saling
harus
adalah:
ketergantungan,
adanya interaksi tatap muka yang
membangun, pertanggung jawaban
secara individu, keterampilan sosial
dan efektivitas proses pembelajaran
dalam kelompok. Pada dasarnya,
dalam pendidikan multikultural ini
guru dituntut untuk tidak hanya
menguasai ilmu dan profesional
mengajarkan akademik saja, tetapi
juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai
inti
multikultural
dari
pendidikan
seperti
demokrasi,
humanisme, dan pluralisme sebagai
pembentukan karakter peserta didik.
Dengan
pendidikan
seperti
itu
diharapkan para peserta didik mampu
menjadi
generasi
yang
selalu
menjunjung tinggi nilai moralitas,
kedisiplinan,
kepedulian,
dan
humanistik dan kejujuran dalam
berperilaku sehari-hari. Implementasi
pendidikan multikultural di sekolah
(2)
memiliki
berdasarkan partisipasi bersama dari
beberapa
spesifikasi.
mengembangkan
Dikatakan oleh Banks (1993: 254)
beberapa
bahwa
memberi
sekolah
komitmen
yang
memiliki
mengembangkan
kohesivitas
kelompok
budaya,
kesempatan
(3)
maksimal
untuk seluruh individu dan kelompok,
pluralisme harus nampak di dalam:
(4)
(1) mengembangkan respek aktivitas
konstruktif yang dapat meningkatkan
sekolah terhadap keragaman etnik,
martabat dan cita-cita demokrasi.
memfasilitasi
perubahan
B. Peran Guru Dalam Pendidikan Multikultural
Pendidikan merupakan alat
hari. Guru sangat berperan penting
proteksi untuk nilai-nilai yang dirasa
dalam membangun kesadaran pada
mampu mendorong perkembangan
peserta didik bahwa setiap orang
dan
memiliki kemampuan, kelebihan, dan
keberlangsungan
masyarakat.
Dalam
hidup
di
pendidikan
kekurangan
yang
berbeda-beda
multikultural, guru dituntut untuk
sebagai karunia Tuhan Yang Maha
tidak hanya menguasai ilmu dan
Esa
profesional mengajarkan akademik
menghormati,
menghargai,
saja,
memahami.
Uraian
tetapi
juga
harus
mampu
dan
manusia
harus
saling
dan
tersebut
menanamkan nilai-nilai inti dari
menjelaskan bahwa sekolah dan guru
pendidikan
seperti
berperan penting dalam memberikan
dan
pelayanan pendidikan kepada seluruh
pembentukan
peserta didik termasuk di dalamnya
demokrasi,
humanisme,
pluralisme
karakter
multikultural
sebagai
peserta
didik.
Dengan
peserta
didik
yang
memiliki
pendidikan seperti itu diharapkan
kebutuhan khusus yang berbeda.
para peserta didik mampu menjadi
Sekolah dan guru juga berperan
generasi yang selalu menjunjung
penting
tinggi nilai moralitas, kedisiplinan,
kesadaran untuk saling menghormati,
kepedulian,
dan
menghargai, dan bersikap toleransi
kejujuran dalam berperilaku sehari-
terhadap segala bentuk perbedaan
dan
humanistik
dalam
menumbuhkan
pada peserta didik itu sendiri. Guru
apapun budaya, ras, etnis, dan agama.
dalam hal ini harus menanamkan
Disinilah peserta didik bisa mengasah
kesadaran
dengan
rasa sensitivitas terhadap kultur-
memupuk semangat empati, equality
kultur minoritas dan menggerakan
dan toleransi kepada peserta didik.
kelompok kultur yang mayoritas
Dengan menekankan bahwa setiap
untuk agar mempunya perasaan dan
orang memiliki latar belakang yang
sikap yang sama dengan kelompok
berbeda-beda
atau kultur lainnya (Parekh, 1997).
multikultural
dan
memiliki
persamaan dalam haknya sebagai
Guru
warga negara. Tidak boleh satu
multikultural merupakan sarana yang
kelompok
dan
paling baik dan efektif untuk proses
melanggar hak kelompok lainnya.
pembentukan karakter. Peserta didik
Kelompok mayoritas tidak boleh
akan terlatih dan tumbuh akan
mendiskriminasi
kesadaran untuk bersikap demokratis,
mendominasi
kelompok
melalui
pendidikan
minoritas. Disinilah nilai pendidikan
humanis,
multikultural
kehidupan mereka. Berkaitan dengan
menjadi
hal
yang
dan
pluralis
dalam
penting untuk kuriku lum pendidikan
peran
di Indonesia. Peserta didik hendaknya
kesadaran
ditanamkan semangat kebersamaan
senantiasa menyikapi keberagaman
dalam
yang ada di Indonesia, maka guru
bekerja
sama
dalam
guru
kesederajatan, kesamaan dan tidak
dapat
melakukan tindakan diskriminasi atas
berikut:
dasar ras, etnis, agama, maupun
gender.
Menurut
dalam
peserta
melakukan
membangun
didik
beberapa
a. Membangun
Abdurrahman
untuk
hal
Sikap
Persamaan (Equality)
Wahid, kata kunci dalam kehidupan
Menurut Bikhu Parekh bahwa banyak
berbangsa adalah adanya persamaan
kajian yang berusaha memahami
perlakuan
mendapatkan
manusia dalam kaitannya dengan
dihormati
teori substantif persamaan, ini lebih
persamaan
banyak memperhitungkan kelompok
untuk
pengakuan
keberadaannya,
mendapatkan
atau
kesempatan,
dan
perlakuan yang sama atas hukum,
marginal atau terpinggirkan (Parekh,
1997).
Persamaan
mensyarakat
adanya pelibatan, kebebasan dan
Guru yang berperan dalam
sama dalam kesempatan dengan latar
pendidikan
multikultural
belakang
diharapkan
mampu
budaya
yang
berbeda.
Derajat paling dasar adalah adanya
menumbuhkan
penghormatan pada hak masing-
yang
masing individu (Parekh, 1997). Guru
berwawasan
dalam hal ini harus menanamkan
perempuan
kesadaran
dengan
peran dan kebebasan dalam
memupuk semangat empati, equality
berbagai sektor kehidupan.
dan toleransi kepada peserta didik.
James A.
multikultural
b. Mendorong
Demokrasi
Substansial
Guru
humanis
dan
gender,
agar
memppunyai
Bangks
(1993,
1994-a), mengidentifikasi ada
lima
dengan
pemahaman
dimensi
pendidikan
pendidikan
multikultural
yang
multikulturalnya
selalu
diperkirakan
dapat
mendorong
untuk
membantuguru
dalam
menegakkan
sebagai
demokrasi
sarana
membangun
seluruh
menginginkan
demokrasi
konsesensus
warga
Pendidikan
untuk
negara.
multikultural
adanya
yang
substansional, bukan hanya
prosedural. Demokrasi yang
mengimplementasikan
beberapa
program
yang
mampu merespon terhadap
perbedaan
peserta
didik
(Sumarni, 2010), yaitu:
1. Dimensi
integrasi
materi
isi/
(contect
integeration).
2. Dimensi
konstruksi
sesungguhnya bukan hanya
pengetahuan (knowledge
budaya bangsa belaka. Karena
construction).
persamaan demokrasi akan
3. Dimensi
selalu mendorong keadilan
prasangka
untuk warga negara di mata
ruduction).
hukum.
c. Membangun Gender Equelity
pengurangan
(prejudice
4. Dimensi
sama/
pendidikan
adil
pedagogy).
yang
(equitable
5. Dimensi
pemberdayaan
budaya sekolah dan struktur
sosial (empowering school
culture and social structure).
SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian diatas,
tetapi
juga
harus
mampu
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
menanamkan nilai-nilai inti dari
berikut:
pendidikan multikultural seperti
1. Sekolah
merupakan
lembaga
demokrasi,
humanisme,
dan
pendidikan yang memiliki peran yang
pluralisme sebagai pembentukan
sangat penting dalam pembentukkan
karakter peserta didik.
karakter, perkembangan kemampuan
peserta
didik
untuk
memiliki
3. Berkaitan dengan peran guru
dalam
membangun
kesadaran
pengetahuan, sikap, dan tindakan
peserta didik untuk senantiasa
yang
menghadapi
menyikapi keberagaman yang ada
realita kehidupan yang berkelanjutan
di Indonesia, maka guru dapat
di masa depan yang didasari atas
melakukan beberapa hal berikut:
perbedaan multikultur dan multietnis.
a. Membangun
terpuji
dalam
2. Dalam pendidikan multikultural,
Persamaan (Equality)
guru dituntut untuk tidak hanya
b. Mendorong
menguasai ilmu dan profesional
Substansial
mengajarkan
akademik
saja,
Sikap
Demokrasi
c. Membangun Gender Equelity
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi. Terj. Annisa.
Nuriowandari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilahi, Mohammad Takdir. (2013). Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Islamudin. (2010). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, M., (2003). Teologi Pluralis-Multikultural, Jakarta: Kompas.
Huda, MH. N. (2005). Multikulturalisme Dalam Bayang-Bayang Histografi Resmi Nasional,
Sururin (ed.), Bandung: Nuansa.
J. David dan Julia J., (1991). "Multiculturalism". Dictionary of Sociology, New York: Harper.
Latif, Y., (2011). Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, F., (2003). "Faktor-Faktor yang Mendasari Terjadinya Konflik Antar Etnis
dan Agama di Indonesia. Pencegahan dan pemecahan," dalam Konflik Komunal di Indonesia
Saat Ini, Jakarta: INIS.
Muhammad, H., (1994). Fiqh Perempuan. Refleksi Kyai Atas Wacana aan Gender, Jakarta:
The Wahid Institute.
Parekh, B., (1997). "National Culture and Multiculturalism" dalam Kenneth Thomson (ed.),
Media and Cultural Regulation, London: Sage Publications.
Rachman, B.M., (2001). Islam Pluralis. Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta:
Paramadina.
Rozi, Syafuan dkk., (2006). Kekerasan Komunal; Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparlan, P., (2002). "Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti Dalam Masyarakat
Majemuk Indonesia". Jurnal Antropologi Indonesia, No. 6.
Umar, N. (1999). Persepektif Gender Dalam Al-Qur'an, Disertasi PPs IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Ulfa Masamah dan Muhammad Zamhari.
Wahid, A., (1999). "Refleksi Teologis Perkawinan Dalam Islam", dalam Syafiq Hasyim (ed.),
Menakar Harga Perempuan. Eksplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Perempuan Dalam Islam,
Bandung: Mizan.
Wahid, A.,, (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS.
Yaqin, M. A., (2005). Pendidikan Multikultural. Cross-Cultural Understanding Untuk
Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.