PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI MACAM
LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN

Oleh:
Mike Pilianti (1815162854)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

PERAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN BERBAGAI
MACAM LATAR BELAKANG BUDAYA, ETNIS, DAN KEPERCAYAAN

Mike Pilianti
PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
e-mail : [email protected]

Abstrak
Sekolah merupakan wadah untuk membangun karakter anak yang masing-masing

memiliki latar belakang budaya, ras, agama yang tentunya berbeda-beda. Pendidikan
multikultural sangat efektif untuk membangun rasa kebersamaan, kebhinekaan antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
masyarakat, dan guru dengan masyarakat. Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri jika peserta
didik memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan pada sekolah tersebut, maka
guru lah yang paling berperan untuk senantiasa membangun rasa aman untuk masingmasing peserta didik dalam hal memperoleh pendidikan dengan cara mengajarkan dan
mencontohkan pendidikan multikultural yang secara garis besar ramah anak dalam hal
kesetaraan untuk memiliki haknya yang sama. Bahwasanya pendidikan multikultural ini
fokus dalam hal menghargai perbedaan, dari perbedaan argumen, perbedaan kemampuan,
maupun perbedaan kepercayaan.
Kata kunci : Pendidikan multikultural, peran guru, latar belakang

PENDAHULUAN
Sekolah merupakan wadah

peserta didik dalam usaha mencapai

untuk membangun karakter anak,

tujuan pendidikan yang tercantum


membangun kecerdasan, sikap, dan

pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4

keterampilan

untuk mengahadapi realita kehidupan

yang

berfungsi

mengelola dan menyelenggarakan

di

masa

pengajaran dan pembelajaran kepada


merupakan

mendatang.

Indonesia

negara

kepulauan

(archipelago) yang sangat beragam,

etnis, maupun agama (Mahfud, 2013:

baik dari sisi etnis, agama maupun

185).

budaya (Latif, 2011). Oleh sebab itu


multikultural

perbedaan

penyadaran

yang

telah

terjalin

Pentingnya

pendidikan

adalah

memberikan


kepada

masyarakat,

merupakan suatu fitrah yang sudah

supaya tidak timbul konflik etnis,

didapatkan dari awal kehidupan.

budaya, dan agama (Mahfud, 2013:

Begitu

184). Pada usia siswa sekolah dasar,

pula

dengan


pendidikan,

multikutural adalah suatu realita

siswa

masyarakat dan bangsa Indonesia.

penampilan dan perbedaan pada diri

Realita tersebut memang berposisi

mereka sendiri dan orang lain.

sebagai

Kesadaran

tersebut


akan

menumbuhkan

pertanyaan

pada

objek

pengembangan

dalam

proses

perencanaan

dan


mulai

menyadari

akan

pelaksanaan pendidikan, termasuk di

siswa ketika mengetahui sesuatu yang

dalamnya Pendidikan Multikultural.

berbeda dari seseorang sehingga

Pemikiran multikulturalisme dalam

perlu diajarkan bahwa setiap orang

aspek pendidikan harus diturunkan


memiliki

dalam berbagai term penting yang

menanamkan

menjadi

perbedaan tersebut (Ilahi, 2013: 118).

penyokong

kokohnya

perbedaan
cara

dan


menghargai

kebhinekaan yang ada di Indonesia,

Pendidikan

antara lain: jaminan kebebasan dalam

menjadi landasan untuk menciptakan

beragama,

rasa toleransi dalam keberagaman di

jaminan

adanya

multikulturan


akan

perlindungan akan hak-hak dasar

suatu

kemanusiaan (basic right), budaya

multikulturan

yang demokratis, dan perlindungan

kepada peserta didik untuk bersikap

terhadap kalangan minoritas (Suseno,

lebih toleran, bersikap apresiatif

2003).

berbasis

terhadap budaya orang lain, memberi

mengarahkan

kesadaran bahwa perbedaan adalah

Pembelajaran

multikultural
siswa

dapat

untuk

bersikap

lingkungan.
akan

Pendidikan
mengarahkan

dan

kekayaan bangsa sehingga menjadi

berpandangan toleran dan inklusif

pribadi yang peduli terhadap kondisi

terhadap realitas masyarakat yang

lingkungan yang beragam sebagai

beragam, baik budaya, suku, ras,

hasil dari pembentukan karakter.

Dengan demikian, tidak akan ada

perbedaan masing-masing individu

sikap

(Mahfud, 2013: 185-186).

saling

menyalahkan

akan

A. Peran Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural
Sekolah merupakan lembaga

dari mana pun dia datangnya dan

pendidikan yang memiliki peran yang

berbudaya apa pun dia. Harapannya

sangat penting dalam pembentukkan

adalah terciptanya kedamaian sejati,

karakter, perkembangan kemampuan

keamanan

peserta

memiliki

kecemasan dan kebahagiaan tanpa

pengetahuan, sikap, dan tindakan

rekayasa (Dawam, 2003: 100). Di

yang

dalam

didik

terpuji

untuk

dalam

menghadapi

yang

lembaga

tidak

dihantui

pendidikan

atau

realita kehidupan yang berkelanjutan

sekolah

di masa depan yang didasari atas

kesadaran kolektif dan kepekaan serta

perbedaan multikultur dan multietnis.

kepeduliaan

Pendidikan multikultural merupakan

kemajemukan, pluralitas bangsa baik

proses

mengembangkan

dari segi etnis, budaya, agama, hingga

seluruh potensi manusia peserta didik

orientasi politik, oleh karena itu

yang

dan

pendidik dan tenaga kependidikan

hiterogenitasnya sebagai konsekuensi

tidak layak jika memperlihatkan atau

dalam keberagaman budaya, etnis,

mencontohkan sikapp dan perilaku

suku, dan agama. Pandangan ini

yang

memiliki keterkaitan yang sangat luas

menghina, melecehkan etnis, budaya,

dalam dunia pendidikan, karena

agama

pendidikan itu sendiri dapat diartikan

sekolah. Sikap yang bersifat respek

sebagai proses pembelajaran tanpa

terhadap multientis, dan multikultural

akhir atau sepanjang hayat. Dengan

harus menjadi bagian dari materi

demikian pendidikan multikultural

pembelajaran

menghendaki

pendidikan

untuk

menghargai

penghargaan

pluralitas

penghormatan

dan

setinggi-tingginya

terhadap harkat dan martabat manusia

perlu

dikembangkan

terhadap

bersifat

di

diskriminatif,

dalam

kehidupan

atau
di

kenyataan

di

kurikulum

berbagai

jenjang

pendidikan, jenis pendidikan baik
dari

sekolah

formal,

informal,

maupun

masyarakat

dalam

harus

mampu

memberikan

dan

membangun dan dalam membangun

mengkaitkan konsep baru dengan

dan mengembangkan budaya baru

pengalaman yang telah dimilikinya.

menuju

Ketiga

masyarakat

multibudaya

yang

menghargai,

yang
berbasis

menghormati

dan

pembelajaran

multikultur menurut Zubaidi (2004:
77) adalah guru dituntut mau dan

harmonis dalam kehidupan berbangsa

mampu

dan bernegara.

pembelajaran

Proses

pembelajaran

yang

dilakukan oleh guru-guru di sekolah
harus memperhatikan aspek-aspek
dengan

Pertama,

cara-cara:

mengajar bukanlah hanya sekadar
berkata-kata, namun harus memberi
kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan serta aktif
dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung untuk mencari serta
mengolah
yang

pengetahuan/informasi

telah

diperoleh,

sehingga

menjadi sebuah pemahaman yang
terintegerasi dengan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh oleh
peserta didik. Kedua, pengembangan
budaya agar dapat difahami dengan
baik dan bersifat sesuai dengan realita
yang

berkembang

di

kehidupan

masyarakat. Ketiga, peserta didik
masing-masing

membawa

pengetahuan awal yang dimilikinya,
sehingga pembelajaran di sekolah

pendidikan

menerapkan

menerapkan
adanya

strategi

kooperatif,
diantaranya

saling

harus
adalah:

ketergantungan,

adanya interaksi tatap muka yang
membangun, pertanggung jawaban
secara individu, keterampilan sosial
dan efektivitas proses pembelajaran
dalam kelompok. Pada dasarnya,
dalam pendidikan multikultural ini
guru dituntut untuk tidak hanya
menguasai ilmu dan profesional
mengajarkan akademik saja, tetapi
juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai

inti

multikultural

dari

pendidikan

seperti

demokrasi,

humanisme, dan pluralisme sebagai
pembentukan karakter peserta didik.
Dengan

pendidikan

seperti

itu

diharapkan para peserta didik mampu
menjadi

generasi

yang

selalu

menjunjung tinggi nilai moralitas,
kedisiplinan,

kepedulian,

dan

humanistik dan kejujuran dalam
berperilaku sehari-hari. Implementasi

pendidikan multikultural di sekolah

(2)

memiliki

berdasarkan partisipasi bersama dari

beberapa

spesifikasi.

mengembangkan

Dikatakan oleh Banks (1993: 254)

beberapa

bahwa

memberi

sekolah

komitmen

yang

memiliki

mengembangkan

kohesivitas

kelompok

budaya,

kesempatan

(3)

maksimal

untuk seluruh individu dan kelompok,

pluralisme harus nampak di dalam:

(4)

(1) mengembangkan respek aktivitas

konstruktif yang dapat meningkatkan

sekolah terhadap keragaman etnik,

martabat dan cita-cita demokrasi.

memfasilitasi

perubahan

B. Peran Guru Dalam Pendidikan Multikultural
Pendidikan merupakan alat

hari. Guru sangat berperan penting

proteksi untuk nilai-nilai yang dirasa

dalam membangun kesadaran pada

mampu mendorong perkembangan

peserta didik bahwa setiap orang

dan

memiliki kemampuan, kelebihan, dan

keberlangsungan

masyarakat.

Dalam

hidup

di

pendidikan

kekurangan

yang

berbeda-beda

multikultural, guru dituntut untuk

sebagai karunia Tuhan Yang Maha

tidak hanya menguasai ilmu dan

Esa

profesional mengajarkan akademik

menghormati,

menghargai,

saja,

memahami.

Uraian

tetapi

juga

harus

mampu

dan

manusia

harus

saling
dan

tersebut

menanamkan nilai-nilai inti dari

menjelaskan bahwa sekolah dan guru

pendidikan

seperti

berperan penting dalam memberikan

dan

pelayanan pendidikan kepada seluruh

pembentukan

peserta didik termasuk di dalamnya

demokrasi,

humanisme,

pluralisme
karakter

multikultural

sebagai
peserta

didik.

Dengan

peserta

didik

yang

memiliki

pendidikan seperti itu diharapkan

kebutuhan khusus yang berbeda.

para peserta didik mampu menjadi

Sekolah dan guru juga berperan

generasi yang selalu menjunjung

penting

tinggi nilai moralitas, kedisiplinan,

kesadaran untuk saling menghormati,

kepedulian,

dan

menghargai, dan bersikap toleransi

kejujuran dalam berperilaku sehari-

terhadap segala bentuk perbedaan

dan

humanistik

dalam

menumbuhkan

pada peserta didik itu sendiri. Guru

apapun budaya, ras, etnis, dan agama.

dalam hal ini harus menanamkan

Disinilah peserta didik bisa mengasah

kesadaran

dengan

rasa sensitivitas terhadap kultur-

memupuk semangat empati, equality

kultur minoritas dan menggerakan

dan toleransi kepada peserta didik.

kelompok kultur yang mayoritas

Dengan menekankan bahwa setiap

untuk agar mempunya perasaan dan

orang memiliki latar belakang yang

sikap yang sama dengan kelompok

berbeda-beda

atau kultur lainnya (Parekh, 1997).

multikultural

dan

memiliki

persamaan dalam haknya sebagai

Guru

warga negara. Tidak boleh satu

multikultural merupakan sarana yang

kelompok

dan

paling baik dan efektif untuk proses

melanggar hak kelompok lainnya.

pembentukan karakter. Peserta didik

Kelompok mayoritas tidak boleh

akan terlatih dan tumbuh akan

mendiskriminasi

kesadaran untuk bersikap demokratis,

mendominasi

kelompok

melalui

pendidikan

minoritas. Disinilah nilai pendidikan

humanis,

multikultural

kehidupan mereka. Berkaitan dengan

menjadi

hal

yang

dan

pluralis

dalam

penting untuk kuriku lum pendidikan

peran

di Indonesia. Peserta didik hendaknya

kesadaran

ditanamkan semangat kebersamaan

senantiasa menyikapi keberagaman

dalam

yang ada di Indonesia, maka guru

bekerja

sama

dalam

guru

kesederajatan, kesamaan dan tidak

dapat

melakukan tindakan diskriminasi atas

berikut:

dasar ras, etnis, agama, maupun
gender.

Menurut

dalam
peserta

melakukan

membangun
didik

beberapa

a. Membangun

Abdurrahman

untuk

hal

Sikap

Persamaan (Equality)

Wahid, kata kunci dalam kehidupan

Menurut Bikhu Parekh bahwa banyak

berbangsa adalah adanya persamaan

kajian yang berusaha memahami

perlakuan

mendapatkan

manusia dalam kaitannya dengan

dihormati

teori substantif persamaan, ini lebih

persamaan

banyak memperhitungkan kelompok

untuk

pengakuan
keberadaannya,
mendapatkan

atau

kesempatan,

dan

perlakuan yang sama atas hukum,

marginal atau terpinggirkan (Parekh,
1997).

Persamaan

mensyarakat

adanya pelibatan, kebebasan dan

Guru yang berperan dalam

sama dalam kesempatan dengan latar

pendidikan

multikultural

belakang

diharapkan

mampu

budaya

yang

berbeda.

Derajat paling dasar adalah adanya

menumbuhkan

penghormatan pada hak masing-

yang

masing individu (Parekh, 1997). Guru

berwawasan

dalam hal ini harus menanamkan

perempuan

kesadaran

dengan

peran dan kebebasan dalam

memupuk semangat empati, equality

berbagai sektor kehidupan.

dan toleransi kepada peserta didik.

James A.

multikultural

b. Mendorong

Demokrasi

Substansial
Guru

humanis

dan

gender,

agar

memppunyai

Bangks

(1993,

1994-a), mengidentifikasi ada
lima

dengan

pemahaman

dimensi

pendidikan

pendidikan

multikultural

yang

multikulturalnya

selalu

diperkirakan

dapat

mendorong

untuk

membantuguru

dalam

menegakkan
sebagai

demokrasi
sarana

membangun
seluruh

menginginkan
demokrasi

konsesensus

warga

Pendidikan

untuk

negara.

multikultural
adanya
yang

substansional, bukan hanya
prosedural. Demokrasi yang

mengimplementasikan
beberapa

program

yang

mampu merespon terhadap
perbedaan

peserta

didik

(Sumarni, 2010), yaitu:
1. Dimensi

integrasi

materi

isi/

(contect

integeration).
2. Dimensi

konstruksi

sesungguhnya bukan hanya

pengetahuan (knowledge

budaya bangsa belaka. Karena

construction).

persamaan demokrasi akan

3. Dimensi

selalu mendorong keadilan

prasangka

untuk warga negara di mata

ruduction).

hukum.
c. Membangun Gender Equelity

pengurangan
(prejudice

4. Dimensi
sama/

pendidikan
adil

pedagogy).

yang

(equitable

5. Dimensi

pemberdayaan

budaya sekolah dan struktur
sosial (empowering school
culture and social structure).

SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian diatas,

tetapi

juga

harus

mampu

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

menanamkan nilai-nilai inti dari

berikut:

pendidikan multikultural seperti

1. Sekolah

merupakan

lembaga

demokrasi,

humanisme,

dan

pendidikan yang memiliki peran yang

pluralisme sebagai pembentukan

sangat penting dalam pembentukkan

karakter peserta didik.

karakter, perkembangan kemampuan
peserta

didik

untuk

memiliki

3. Berkaitan dengan peran guru
dalam

membangun

kesadaran

pengetahuan, sikap, dan tindakan

peserta didik untuk senantiasa

yang

menghadapi

menyikapi keberagaman yang ada

realita kehidupan yang berkelanjutan

di Indonesia, maka guru dapat

di masa depan yang didasari atas

melakukan beberapa hal berikut:

perbedaan multikultur dan multietnis.

a. Membangun

terpuji

dalam

2. Dalam pendidikan multikultural,

Persamaan (Equality)

guru dituntut untuk tidak hanya

b. Mendorong

menguasai ilmu dan profesional

Substansial

mengajarkan

akademik

saja,

Sikap

Demokrasi

c. Membangun Gender Equelity

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi. Terj. Annisa.
Nuriowandari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilahi, Mohammad Takdir. (2013). Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Islamudin. (2010). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, M., (2003). Teologi Pluralis-Multikultural, Jakarta: Kompas.
Huda, MH. N. (2005). Multikulturalisme Dalam Bayang-Bayang Histografi Resmi Nasional,
Sururin (ed.), Bandung: Nuansa.
J. David dan Julia J., (1991). "Multiculturalism". Dictionary of Sociology, New York: Harper.
Latif, Y., (2011). Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, F., (2003). "Faktor-Faktor yang Mendasari Terjadinya Konflik Antar Etnis
dan Agama di Indonesia. Pencegahan dan pemecahan," dalam Konflik Komunal di Indonesia
Saat Ini, Jakarta: INIS.
Muhammad, H., (1994). Fiqh Perempuan. Refleksi Kyai Atas Wacana aan Gender, Jakarta:
The Wahid Institute.
Parekh, B., (1997). "National Culture and Multiculturalism" dalam Kenneth Thomson (ed.),
Media and Cultural Regulation, London: Sage Publications.
Rachman, B.M., (2001). Islam Pluralis. Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta:
Paramadina.
Rozi, Syafuan dkk., (2006). Kekerasan Komunal; Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparlan, P., (2002). "Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti Dalam Masyarakat
Majemuk Indonesia". Jurnal Antropologi Indonesia, No. 6.
Umar, N. (1999). Persepektif Gender Dalam Al-Qur'an, Disertasi PPs IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Ulfa Masamah dan Muhammad Zamhari.

Wahid, A., (1999). "Refleksi Teologis Perkawinan Dalam Islam", dalam Syafiq Hasyim (ed.),
Menakar Harga Perempuan. Eksplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Perempuan Dalam Islam,
Bandung: Mizan.
Wahid, A.,, (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS.
Yaqin, M. A., (2005). Pendidikan Multikultural. Cross-Cultural Understanding Untuk
Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.