pengertian bahasa Latar Belakang. doc

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan
linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya. Karena adapula disiplin lain yang
menjadikan bahasa sebagai objek “sampingan”nya, maka ada baiknya kita bicarakan
dulu, apakah bahasa itu, agar bisa dipahami bagaimana pendekatan linguistik terhadap
objeknya.
Dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebgai objeknya bukan
hanya linguistik, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain, misalnya , ilmu susastra, ilmu
sosial, psikologi dan fisika. Oleh karena itu timbul pertanyaan apa bedanya linguistik
dengan ilmu-imu yang lain itu dalam menangani objek kajiannya yaitu, bahasa.
Jawabannya adalah terletak pada perbedaan pendekatan ilmu-ilmu tersebut terhadap
bahasa.
Ilmu susastramendekati bahsa atau memandangbahasa sebaga wadah seni, sebagai
sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni. Bahasa dilihat dandigunakan sebagai
sarana menciptakan keindahan, yang halnya sama dengan garis dan warna dalam seni
lukis, atu bentuk-bentuk dalam seni patung, atau bunyi nada dalam seni musik. Ilmu
sosial atau sosiologi mendkati dan memandangbahasa sebagai alat interaksi sosialdidalam
masyarakat.
Psikologi memandang dan mendekati bahasa sebagai gejala pelahiran kejiwaan..

sedankan fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yakni
sebagai gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga si pendengar.
Lau, linguistic mendekati dan memandang bahasa sebagai apa? Bisa dijawab, linguistic
mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa. Bukan sebagai sosok yang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu bahasa ?
2. Bagaimanakah bahasa dan hakikat bahasa?
3. Apa saja factor luar bahasa?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian bahasa
2. Mengetahui dan memahami hakikat bahasa
3. Mengetahui dan memahami factor luar bahasa

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BAHASA

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau
pengertian, sehingga sering kali membingingkan. Untuk lebih jelasnya, coba
perhatikan pemakaian kata bahasa dalam kalimat-kalimat berikut!
1) Dika belajar bahasa Inggris, Nita belajar bahasa Jepang.
2) Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.
3) Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.
Kata bahasa pada kalimat (1) jelas menunjuk pada bahasa tertentu.Jadi menurut
peristilahan de Saussure seperti yang sudah dibicarakan pada bab 2 ada sebuah
langue. Pada kalimat (2) kata bahasa menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu
langage. Pada kalimat (3) bahasa berarti ‘sopan santun’.
Sebagai objek kajian linguistik, parole merupakan objek konkret karena parole itu
berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bangsawan dari suatu masyarakat
bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud system
suatu bahasa tertentu secara keseluruhan; sedangkan langage merupakan objek yang
paling abstrak karena dia berwujud system bahasa secara universal. Yang dikaji
linguistik secara langsung itu adalah parole, karena parole itulah yang berwujud
konkret, yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi.
B. HAKIKAT BAHASA
Definisi bahasa dari kridalaksana di atas dan yang sejalan dengan definisi
mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiriakan didapatkan beberapa

cirri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu, antara lain :
1. BAHASA SEBAGAI SISTEM
System berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen
yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional.
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur
tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Perhatikan dua
deretan kata-kata berikut :
(a) Kucing itu melompat ke meja
(b) Kucing melompat meja itu ke

2

Secara instuisi, sebagai penutur bahasa Indonesia kita akan tahu bahwa deretan (a)
adalahsebuah kalimat bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar menurut pola
aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, deretan (b) bukan kalimat bahasa
Indonesia karena tersusun menurut pola aturan atau sistem bahasa Indonesia.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Dengan sistematis artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola , tidak tersusun
secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sitemis artinya, bahasa itu bukan

merupakan system tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem atau sitem bawahan.
Subsistem itu antara lain. subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem
sintaksis, dan subsistem semantik.
Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau
bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga
subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
2. BAHASA SEBAGAI LAMBANG
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah.
Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan
langsung. Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol
dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai selukbeluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu
semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran
atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu
pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi
bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak
ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu
pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami
secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam
struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat.

Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai
lambang.
3. BAHASA ADALAH BUNYI
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang
diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer
adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa
yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat sekunder.
Dari dua pasal diatas telah disebutkan bahwa bahasa adalah sistem dan bahasa
adalah lambang, dan kini bahasa adalah bunyi. Maka keseluruhan bahasa dapat
dikatakan, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi. Jadi, sistem bahasa itu berupa
lambang yang wujudnya berupa bunyi.
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita
dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menuruk kridalaksana (1983:27)

3

bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi pada bahasa atau
yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk

bunyi bahasa. Hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan, dapat kita saksikan
sampai kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk Indonesia, yang hanya punya
bahasa lisan, tidak punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau
belum mengenal sistem aksara.
4. BAHASA ITU BERMAKNA
Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem
lambang yang berwujud buniy. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan.
Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, ide, atau
pemikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa
satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal,
yang berkenaan dengan frase, kluasa, dan kalimat disebut makna gramatikal, dan
yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik, atau makna konteks.
5. BAHASA ITU ARBITRER
Kata arbitrer bias diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana
suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib
antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut.
6. BAHASA ITU KONVENSIONAL

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu
bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Jadi, kalu kearbitreran bahasa terletak pada hubungan antara lambanglambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka konvensional bahasa
terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai
dengan konsep yang dilambangkannya.
7. BAHASA ITU PRODUKTIF
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif
adalah “banyak hasilnya”, atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”. Lalu kalau
bahasa itu dikatakan produtif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsure-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuansatuan bahasa yyang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan
system yang berlaku dalam bahasa itu.

4

8. BAHASA ITU UNIK
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang
lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini

bias menyangkut sistem bunyi,sistem pembentukan kata, sistem pembentukan
kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis.
9. BAHASA ITU UNIVERSAL
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang
sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri universal
tentunya merupakan unsure bahasa yang paling umum, yang bias dikaitkan dengan
ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka cirri
universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.
10. BAHASA ITU DINAMIS
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhlik yang
berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai dengan
bahasa.
Karena keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di
dalam masyarakatkegiatan manusia itu tidk tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu
juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah,
bahasa disebut dinamis.
11. BAHASA ITU BERVARIASI

Mengenai variasi bahasa ada tiga istikah yang peril diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat
perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan
ragam bahasa yang baku dan untuk situasi tidak formal digunakan ragam bahasa tidak
baku.
12. BAHASA ITU MANUSIAWI
Manusia sering disebut sebagai homo sapien ‘manusia berpikir’, homo sosio
‘makhluk yang bermasyarakat’, homo faber ‘makhluk pencipta alat-alat’, dan juga
animal rationale ‘makhluk rasional yang berakal budi’. Maka dengan segala macam

5

kelebihannya jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang
akan dating, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat komunikasinya,
yaitu bahasa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang
namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.

C. BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu
sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan
faktor-faktor diluar bahasa.
Pada pembahasan sebelunya telah dibicarakan bahasa sebagai bahasa, yaitu yang
menjadi objek kajian linguistik mikro, dengan cara melihat ciri-ciri yang merupakan
hal yang hakiki dari bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, hal-hal yang menjadi objek
kajian linguistik makro itu sangat luas dan beragam.
1. MASYARAKAT BAHASA
Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah
yang relative banyak), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal
atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama. Masyarakat bahasa adalah
sekolompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
2. VARIASI DAN STATUS SOSIAL BAHASA
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota
masyarakat penutur bahasaan itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan
untuk keperluan yang beragam. Berdasarkan penuturannya kita mengenal adanya
dialek-dialek diseluruh wilayah.

3. PENGGUNAAN BAHASA

Hymes (1974) seorang pakar sosiolingustik mengatakan, bahwa suatu komunikasi
dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yakni :
1. Setting and scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
2. Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
4. Act Sequences, yaitu hal yang menunjukan pada bentuk dan isi percakapan.

6

5. Key, yaitu yang menunjukan pada cara atau semangat dalam melaksanakan
percakapan.
6. Instrumentalities, yaitu yang menunjukan pada jalur percakapan.
7. Norms, yaitu yang menunjukan pada norma perilaku peserta percakapan.
8. Genres, yaitu yang menunjukan pada katagori atau ragam bahasa yang digunakan.

4. KONTAK BAHASA
Dalam masyarakat yang terbuka, artinya para anggotanya dapat menerima
kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu
masyarakat, akan terjadilah yang disebut kontak bahasa.
Hal yang sangat menonjol yang bias terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya yang disebut bilingualism dan multilingualisme dengan berbagai macan
kasusnya. Seperti interferensi, inegrasi, alihkode, dan campur kode.
Orang yang hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau
monoglot. Yang menguasai dua bahasa disebut bilingual, sedangkan yang menguasai
lebih dari dua bahasa disebut multilingual, plurilingual, atau poliglot.
5. BAHASA DAN BUDAYA
Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai
hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini di keluarkan oleh dua orang
pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf (dan oleh kerena itu disebut
hipotesis Sapir-Whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan.

7

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting sebagai

alat

komunikasi, bahasa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan
manusia. Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu
makna atau pengertian, sehingga sering kali membingingkan.
Sebagai objek kajian linguistik, parole merupakan objek konkret
karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para
bangsawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang
abstrak karena langue itu berwujud system suatu bahasa tertentu secara
keseluruhan; sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak
karena dia berwujud system bahasa secara universal. Yang dikaji linguistik
secara langsung itu adalah parole, karena parole itulah yang berwujud
konkret, yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi.
Hakikatnya

yaitu:

bahasa

sebagai

system,bahasa

sebagai

lambang,bahasa adalah bunyi, bahasa itu bermakna, bahasa itu arbitrer,
bahasa itu konvensional,bahasa itu produktif,bahasa itu produktif,bahasa itu
unik,bahasa itu universal,bahasa itu dinamis,dan bahasa itu bervariasi.
8

B. SARAN

Setelah mengetahui dan memahami tentang objek linguistik bahasa,
maka di harapkanan kita sebagai generasi penerus bangsa kita harus
menjunjung tinggi nilai-nilai kebahasaan dan selain itu sebagai generasi
muda kita harus bangga menggunakan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.2007.Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta

9