EKSISTENSI IDENTITAS NASIONAL DI TENGAH
EKSISTENSI IDENTITAS NASIONAL DI TENGAH KEHIDUPAN
GLOBAL
MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai Pengganti Ujian Akhir Semester
Oleh
Silfi Zuhaira Diba (145020301111077)
Dzaid Al Kautsar (145020307111054)
Medy S (145020307111055)
Binar Shabika (145020307111060)
Vera Mardhatillah (145020307111061)
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Identitas suatu bangsa merupakan faktor yang sangat menentukan jati diri sebuah
bangsa ataupun negara yang pada prinsipnya identitas itulah yang menandakan eksistensi
bangsa di lingkungan internasional.Bertolak dari konsep diatas, adalah sangat penting
bagi setiap bangsa untuk mampu mempertahankan identitas nasionalnya demi eksistensi
bangsa tersebut dan harga diri, jati diri, dan kehormatan bangsa tersebut.
Adapun dalam era globalisasi sekarang ini, menuntut penyesuaian bagi setiap negara agar
dapat mempertahankan eksistensinya sebagai negara berdaulat.Demikian halnya dengan
identitas nasional suatu bangsa yang harus dipertahankan agar tidak mengalami
pergeseran nilai identitas nasional tersebut. Hal inilah yang akan menjadi bahan kajian
dalam makalah yang kami (kelompok II) sajikan dengan mengungkap cara–cara atau trick
suatu bangsa dalam mempertahankan identitas nasionalnya. Dalam ulasannya, disajikan
juga kondisi globalisasi sekarang ini yang mengalami kemajuan pesat.Disamping
kemajuan yang pesat itu, tidak dipungkiri lagi ada begitu banyak tantangan yang dihadapi
negara, dengan adanya pergeseran nilai–nilai budaya asli bangsa karena arus globalisasi
yang kian deras sehingga kadang tidak terkendali.
Menyikapi hal ini, perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat yang
bekerjasama dalam merespon masalah–masalah yang timbul dalam arus globalisasi
sekarang ini, dan demi mempertahankan eksistensi identitas nasional. Hal ini akan
dibahas dalam makalah kami ini, dengan menyertakan berbagai sumber terkait demi
keakuratan materi didalamnya.
B. Latar Belakang Masalah
1. Bagaimanakah keberadaan identitas nasional dalam arus globalisasi ?
2. Strategi apakah yang diterapkan untuk mempertahankan identitas nasional dalam arus
globalisasi ?
3. Mengapa identitas nasional perlu dipertahankan di era globalisasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Secara teoritis kegunaan makalah ini dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan
tentang strategi mempertahankan identitas nasional dalam arus globalisasi.
2. Secara praktis bermanfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan mengenai
strategi mempertahankan nasional dalam arus globalisasi, mengembangkan konsep
tentang strategi mempertahankan nasional dalam arus globalisasi, memberikan manfaat
dalam rangka pengembangan konsep, proposisi maupun teori baru tentang identitas
nasional dan arus globalisasi, memberikan manfaat kepada masyarakat umum yang ingin
mengetahui cara mempertahankan nasional dalam arus globalisasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Identitas Nasional
Identitas secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain . Berdasarkan pengertian
tersebut, identitas nasional dapat berarti setiap bangsa memiliki ciri khas, keunikan dan
sifat-sifat yang berbeda dengan bangsa lain. Dengan demikian, identitas nasional
merupakan jati diri bangsa atau kepribadian suatu bangsa.Pada umumnya pengertian atau
istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktorfaktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasaari tingkah laku individu.
Tingkahlaku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang beda
dengan orang lain. Oleh karena itu, kepribadian tercermin pada keseluruhan tingkahlaku
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981:6)Identitas nasional
merupakan kepribadian bangsa. Ketika dapat memahami kepribadian, yang menjadi
pertanyaan apakah pengertian bangsa . Pada hakikatnya bangsa adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga
mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama
serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan nasional.
Dari pengertian kepribadian dan bangsa, maka identitas nasional itu benar-benar melekat
pada setiap individu yang mendiami suatu bangsa.Identitas mampu dianggap sebagai
sebuah sumber nilai dan pembeda antara satu individu dengan individu lain. Identitas
terus berkembang dan prosesnya tidak pernah berakhir. Identitas memicu seseorang
merasa bangga dengan apa yang telah menjadi bagian dari dirinya.
B. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung.Didalam
Konferensi Berlin dari kelompok yang menyebut dirinya sosial demokrat, Shimon Peres
menyatakan kekuatan globalisasi sebagai pengalaman seseorang yang bangun pagi dan
melihat segala sesuatu berubah.Banyak hal yang kita anggap biasa, banyak paradigma
yang kita anggap suatu kebenaran tiba-tiba menghilang tanpa bekas.
Menurut Budi Winarno, globalisasi menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak
wajah) yang menimbulkan beraneka ragam pandangan dan interpretasi, terutama jika
dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusiadi dunia.Kemudian, Lucian W. Pye
mendefinsikan globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama.Terakhir menurut Emanuel Ritcher, globalisasi adalah jaringan kerja
global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa globalisasi
adalah sebuah kondisi yang menghendaki terhapusnya batas batas negara yang
menjadikannya batas, sehingga dunia seolah tanpa batas dan memiliki sistem identitas
yang satu.Globalisasi memfasilitasi pertukaran kebudayaan, informasi, uang, ide, dan
barang antarnegara.Hal tersebut menyebabkan interaksi antar-warga dunia semakin
intensif dan terus berkembang kontinyu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keberadaan Identitas Nasional dalam Era Globalisasi
Globalisasi saat ini bergerak dengan sangat cepatnya, kemajuan teknologi informasi serta
komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa
batas.Setiap orang bisa berbicara dan bertatap muka dengan berbagai masyarakat dari
berbagai belahan dunia lainnya. Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dan
informasi mempengaruhi keberadaan bidang-bidang lain. Misalnya bisnis, transportasi,
pembangunan, pendidikan, budaya. Pengaruh dari adanya kemajuan ini memudahkan
proses transaksi bisnis dan transportasi maka secara otomatis akan memudahkan
masuknya budaya-budaya asing yang akan mempengaruhi identitas nasional. Dalam
identitas nasional, budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa. Pada saat ini
budaya lokal (daerah) perlahan-lahan mulai berubah dan bahkan ada bagian-bagian
tertentu yang hilang, ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berpikir dan
menerapkan budaya nasional dalam tata kehidupan secara format bisnis yang
dibangunnya. Seperti beberapa menu makanan dan tata budaya lokal mulai terasa asing
diterapkan, seperti model keputusan ke daerah mulai ditinggal dan dipakai format
keputusan budaya nasional, padahal kearifan budaya daerah juga mampu menyelesaikan
berbagai macam permasalahan. Pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada masyarakat
perkotaan yang telah mengalami akulturasi dari berbagai budaya, karena masyarakat kota
bersifat heterogen. Contohnya terlihat pada acara-acara pesta perkawinan tertentu yang
diadakan di perkotaan dimana mempelai laki-laki dan perempuan kadangkala ditemui
tidak lagi memakai pakaian adat mereka, namun telah memakai pakaian yang bergaya
barat seperti jas dan gaun. Contoh yang lainnya dapat dilihat dalam penyelesaian konflik
dan proses pengambilan keputusan di masyarakat, yaitu dalam proses penyelesaian
konflik tidak lagi mengedepankan konsep penyelesaian secara adat, padahal penyelesaian
secara adat mampu memberi pengaruh penguatan rasa persaudaraan.
Dari melihat contoh diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi
budaya yang sudah ada.
B. Strategi Mempertahankan Identitas Nasional
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh berbagai negara,
maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
tersebut.Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa.Untuk
menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang
merupakan jati diri bangsa, diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme,
pendidikan, budaya dan Bela Negara.
Mengembangkan Nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah
memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa .Secara
umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk
segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa
sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :
1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa
cinta dan bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.
2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa
dilakukan
dengan
beberapa
perbuatan
misalkan
membaca,
menonton,
mengunjungi hal-hal yang berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini
bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme yang sudah ada dari masingmasing individu.
3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik,
teknologi dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan
sikap rela berkorban demi bangsa.
Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme
yaitu
:
1. Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan dominasi politik
bangsa asing dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang
berkedaulatan rakyat.
2. Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentyikan
eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari
kemeralatan dan kesengsaraan.
3. Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian
bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman.
Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan
dengan sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari
bangsanya, termasuk budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam
negeri dan adat istiadat masing-masing suku. Dengan demikian, hal ini merupakan
sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mempertahankan identitas
nasional.
Pendidikan
Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal
maupun informal .Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat
dikembangkan melalui pendidikan.Pendidikan nasional mempunyai peran yang
sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia.Salah satu kenyataan
bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dengan
jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya masing-masing merupakan
kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa Indonesia yang
multikultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa,
peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan
untuk mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal .
Hal ini sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan
di blog-nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan
identitas nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa
pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom),
pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena
mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama .
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama
Sputnic pada 4 Oktober 1957, Amerika Serikat “meradang”.Amerika adalah
negara besar dengan kemampuan teknologi yang paling maju merasa didahului
oleh Uni Sovyet.Presiden AS ketika itu memerintahkan untuk membentuk special
unit.Tim ini tidak berkeinginan untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya
adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan
Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang
singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa
kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi
dan harus direvisi.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan
dimensinya.Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana
pendidikan sampai pada sistem evaluasi pendidikan.Usaha mereka dengan sangat
cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa.Pada tanggal 14 Juli 1969 mereka
berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan.Hanya dalam kurun
waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet.Waktu yang
relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar
sampai jenjang perguruan tinggi.(C. Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).
Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia
II dengan dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945. Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan.Bahkan
Kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa
lagi kecuali tanah dan air. Namun sang Kaisar langsung memanggil pucuk
pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih hidup?.Sebuah pertanyaan
sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah awal segalanya.
Dua fenomena diatas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang
telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang.Langkah yang
mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan
berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang
mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran dari bangsanya.
Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep kemerdekaan
Indonesia, elemen bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A. Kartini, HOS
Cokroaminoto, Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara,
sudah memikirkan bangsa ini lewat pendidikan. Tidak lama berselang giliran KH.
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial dan kependidikan dengan nama
Muhammadiyah. Lewat satu Dekade berikutnya KH.Hasyim Asy’ari ikut
mencerdaskan bangsa dengan NUnya.Semua bermuara pada pendidikan. Hasilnya,
semua orang terdidik mulai memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari
penjajahan .
Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan
kemajuan suatu bangsa.Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas
nasional yang dikembangkan melalui pendidikan diharapkan akan memberi
harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk mempertahankan karakteristiknya
sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun, bangsa yang toleran,
bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya tidak
dilakukan setengah hati dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang memacu tumbuhnya identitas dan jatiri bangsa perlu sinergi dari
pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan terutama guru yang
bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa
tugas ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja misalnya
Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan
pendekatan sesuai karakteristik mata pelajaran yang diampuh. Melalui dunia
pendidikan dapat ditanamkan identitas nasional kepada generasi muda yang
merupakan miniatur masyarakat masa depan.
Pelestarian Budaya
Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral
yang hidup di dalam kebudayaan tersebut .Budaya merupakan salah faktor
penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta
manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan
sehari-hari . Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam
waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat,
seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang,
sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada
kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh
budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan
kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus
dilakukan :
1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur
yang benar sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita
mampu mandiri dan bermartabat.
2. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun
legislatif untuk membangun dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat
kebangsaan di setiap hati nurani rakyat.
Selain pembangunan diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya
seperti rumah adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa, dapat memperkokoh identitas
nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan nilai-nilai budaya,
masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan budaya yang
dianutnya, selain itu juga dengan adanya keeratan dari buday ayang ada dapat
membawa nama bangsa indonesia menjadi harum, dalam arti membawa budaya
indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan budaya yang ada ke negara luar.
Bela Negara
Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut menunjukkan
bahwa bela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban bagi setiap warga
negara, ini membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu aturan agar setiap
warga negara harus melakukan tindakan bela negara demi ketahanan dan
eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela negara diartikan dengan
cara mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia berhasil mengalahkan
para penjajah dan merdeka, konsep bela negara berbuah dalam arti tidak tertapaku
lagi harus mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini, setiap orang dapat
melakukan bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya atau
pekerjaannya.Dalam konsep bela negara diinterpretasikan secara labih luas lagi
sehingga meliputi segala bidang dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya
pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan disadasarkan atas kecintaan
terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan seorang dokter
menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi dokter
yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun contoh
yang lain dala dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan kemudian
mengikuti lomba di tingkat internasional dan dapat meraih juara. Dari berbagai
sikap yang dilakukan oleh warga negara sebagai rasa cinta terhadap negara dan
pembelaan negara ini dapat mengharumkan nama bangsa indonesia. Dengan
sendirinya juga setiap warga negara sudah memberikan sumbangsi terhadap
ketahanan nasional dan eksistensi dari pada identitas nasional.
C. Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam
Indonesia, kependudukan Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Menghadapi identitas nasional, bangsa Indonesia sendiri masih
kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana untuk menyatukan negara yang
mempunyai banyak sekali kelompok etnis, yang memiliki pengalaman yang berbeda dari
satu wilayah ke wilayah lainnya.Namun saat ini masyarakat Indonesia masih bingung
dengan identitas bangsanya. Karena kebiasaan atau pun budaya masyarakat kita telah
bercampur dengan kebiasaan dan kebudayaan negara-negara lain. Indikator identitas
nasional itu antara lain pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti
adat-istiadat, tata kelakuan, kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan
negara seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
Arus globalisasi yang demikian pesatnya, ternyata telah mampu mempengaruhi
identitas nasional dan berpotensi merosotnya nilai-nilai budaya bangsa.Masyarakat
budaya tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi punya keinginan dan
dorongan untuk melestarikan.Mereka cenderung mengadopsi dan menerapkan budaya
asing dan mengabaikan budaya sendiri.Budaya yang asli dianggap kuno dibandingkan
dengan budaya asing yang dianggap lebih modern.
Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya nilai-nilai
kebudayaan
asli
bangsa
dan
berpotensi
hilangnya
identitas
bangsa
yang
sebenarnya.Menyikapi hal ini maka dianggap penting untuk mempertahankan identitas
nasional demi eksistensi bangsa. Salah satu alasan pentingnya mepertahankan nilai-nilai
budaya sendiri adalah karena nilai-nilai budaya suatu negara adalah identitas negara
tersebut didepan dunia internasional . Jika kita sebagai masyarakat Indonesia tidak
mengahargai
dan
mempertahankan
budaya
kita
sendiri,
siapa
yang
akan
mempertahankannya? Jika kita tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama saja
dengan kita membuang identitas negeri kita didepan dunia internasional yang akan
membuat negara kita tidak terpandang didepan negara-negara lain. Dengan kita lebih
menghargai dan mempertahankan budaya kita, akan lebih banyak lagi negara-negara yang
akan tahu tentang bangsa kita dan dapat mendatangkan berbagai keuntungan dalam hal
moneter ataupun hal non-moneter seperti nama Indonesia yang terpandang sebagai negara
dengan berbagai keunikan dan keindahan alam.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Krisis Identitas Nasional - lunturnya kebudayaan Indonesia
Negara
merupakan
suatu
gambaran
komunitas
politik
dimana
masyarakat
menyatakandirinya sebagai bagian dari sebuah negara tersebut (Benedict Anderson,1991).
Sedangkan secara umum Identitas Nasional diartikan sebagai keanggotaan seseorang dalam
sebuah negara.Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikan serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari
kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu
yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.Jadi,Identitas Nasional adalah
ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Identitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain sepertikondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia,
demografi atau kependudukan Indonesia, ideologi dan agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Identitas nasional merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya
sendiri.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri dari
berbagai macam sukudari sabang sampai merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman
identitas nasional. Basisdari identitas nasional diantaranya socially (yaitu identitas yang
mengarah kepada peransosial dalam masyarakat berdasarkan proses sosialisasi dari individu yang
berbeda),
culturally
(yaitu
identitas
yang
mengarah
kepada
atribut
kebudayaan),
politically (identitas yang mengarah kepada sumber politik dari peran sosial dalam masyarakat,
contohnya sebagai pemilih dalam pemilu, ataupun sebagai warga negara). Menurut pendapat
kami, identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus dijaga agar bangsa tersebut
tidak mudah dihancurkan
oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang kuat.
Kita
mungkin
terkadang bingung mengenai apa itu identitas nasional bangsa indonesia, oleh karena itu topik
identitas nasional yang kita pelajari dalam pelajaran citizenship ini dapatmembantu kita
memahami arti dari identitas nasional dan bagaimana kita bertindak sesuaidengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Topik identitas nasional dapat menumbuhkan rasa nasionalisme
yang tinggi diantara warga negara indonesia jika setiapwarga negara menyadari dan
mengimplementasikan nilai-nilai identitas nasional yang telah ada. Namun dalam pengamatan
saya, identitas nasional di negara ini mulai memudar. Kurangnya rasa nasionalisme dan rasa “satu
indonesia” membuat identitas nasional negara inimenjadi kacau atau disebut krisis identitas
nasional. Salah satu definisi nasionalisme yaitumenurut Arif Budiman nasionalisme adalah
persatuan secara kelompok dari suatu bangsayang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang
sama dan pengalaman yang sama.
Sejarah mengenai nasionalisme di indonesia dimulai dari berdirinya organisasi Budi
Utomo padatahun 1908 yang menjadi tonggak berdirinya organisasi-organisasi pemuda pada saat
itu.Saat ini dapat kita lihat bahwa indonesia telah mengalami krisis identitas nasional.
Banyak penduduk indonesia telah melupakan unsur unsur kebudayan yang merupakan basis darii
dentitas nasional suatu bangsa. Contohnya yaitu budaya barat yang masuk ke indonesiamelalui
globalisasi telah banyak mengubah pola hidup generasi muda saat ini, salah satunyayaitu
melupakan kultur budaya bangsa indonesia sendiri.
Ada puluhan budaya yg telah diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut ini daftarnya :
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa identitas nasional bangsa indonesia telah
mengalami kelunturan. Hal tersebut ditunjukkan dalam masalah Indonesia-malaysia tersebut.
Dalam kasus ini, saya menyimpulkan bahwa rasa nasionalisme dan identitas bersama sebagai
warga negara indonesia masih sangat kurang. Hal tersebut menyebabkan mudahnya indonesia
dijadikan sasaran dari pihak luar yang bertujuan memecah belah bangsa ini sehingga bangsa
Indonesia hancur. Oleh karena lunturnya rasa nasionalisme dan terjadinya krisis identitasnasional
di kalangan rakyat indonesia saat ini terutama generasi muda diharapkan juga peranserta
pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut selain peran warga negaranya sendiri. Dari
banyaknya kasus-kasus yang mengancam identitas nasional dan kesatuan tanah air indonesia,
maka kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang
telah
ada
dan
terus
menjaga
dan
melestarikannya.
Kita
harus
menyadari bahwa
kita sebagai bangsa indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang harus dipertahankan dan
menjadi ciri dari bangsa indonesia, dan kita harus bangga menjadi bagian dari tanah air kita yaitu
“Indonesia”.
3.2 Krisis Identitas Nasional – Runtuhnya Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai
peranan penting dalam membangun jati diri Indonesia seutuhnya. Dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, berarti kita telah menjunjung tinggi
bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
yaitu :
1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
2. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Bertumpah darah satu, tanah air Indoneria
3. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
Ikrar diatas memberi tahu kita bahwa kita adalah bagian Indonesia. Namun ikrar dalam sumpah
pemuda tersebut seolah hanya diikrarkan saja, tidak menjadi pengabdian bagi masyarakat
Indonesia terutama pada ikrar yang ketiga. Pada ikrar ketiga yang dapat diartikan bahwa putera
dan puteri Indonesia akan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, namun nyatanya
saat ini para pemuda pemudi hampir tidak ada yang mempertahankan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Di era perkembangan teknologi informasi dan globalisasi saat ini
yang notabennya serba canggih membuat pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai bergeser.
Banyak faktor yang yang membuat bergesernya menggunakan bahasa Indonesia di era
globalisasi saat ini. Faktor utama adalah faktor lingkungan, faktor lingkungan ini sangat kuat
pengaruhnya, karena kita berada di dalam lingkungan tersebut. Tentu saja kita akan terbiasa
dengan bahasa yang dipakai dalam lingkungan tersebut karena setiap harinya kita akan berada
dalam lingkup lingkungan tersebut. Faktor yang kedua adalah faktor teman, yang secara tidak
langsung kita cenderung sering mengucapkan bahasa tidak baku yang sama dengan teman kita
ucapkan, karena kita ingin dikatakan gaul. Kita akan minder jika kita menggunakan bahasa
Indonesia yang benar tetapi teman kita tidak. Faktor ketiga adalah pengaruh bahasa daerah,
pengaruh bahasa daerah ini sering kita jumpai saat kita dari berbagai daerah dikumpulkan jadi
satu. Tak sedikit kita dengar seseorang yang tidak sering menggunakan bahasa Indonesia ia akan
janggal saat berbicara, bahkan jika tidak tahu akan berbicara bahasa Indonesia yang benar, orang
tersebuat cenderung akan tidak sengaja mengeluarkan bahasa daerahnya saat berbicara dengan
orang lain dan membuat orang lain tersebut tidak begitu mengerti.
Faktor lain yang membuat bergesernya bahasa Indonesia diakibatkan kesalahan akademik atau
para pengajar yang sudah mulai tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan benar kepada anak
didiknya. Para pengajar kurang menekankan kepada anak didik bagaimana cara penulisan kata
dan percakapan bahasa Indonesia yang benar dan baku, akibatnya saat ini banyak anak didik yang
kurang mengerti dan cenderung mengacuhkan bahasa Indonesia itu sendiri. Pelajaran bahasa
Indonesia-pun yang seharusnya dapat dimaksimalkan sejak sekolah dasar, nyatanya saat ini sudah
kalah dengan bahasa asing yang juga sudah dapat dipelajari sejak sekolah dasar.
Menghadapi perkembangan teknologi informasi dan globalisasi saat ini yang
notabennya serba canggih sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia dan tak
terkecuali pemudanya. Saat ini, para pemuda Indonesia cenderung berlomba-lomba menunjukkan
kepada orang lain bahwa dirinya pantas disebut “anak gaul”. Apalagi dengan kebudayaan asing
yang semakin gencar masuk ke Indonesia, para pemuda mudah sekali terhanyut dan terbuai oleh
kebudayaan asing dalam segala bentuk pergaulan dan cara berkomunikasi. Salah satunya adalah
penampilan yang serba mengikuti tren luar negeri bahkan bahasa yang diucapkan sudah tidak
sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia. Di era globalisasi ini, Indonesia perlu dibina agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai
dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini tentu besar kemungkinannya terjadi pada era
globalisasi ini. Batas antar negara yang sudah tidak jelas serta pengaruh alat komunikasi yang
begitu canggih harus dihadapi Indonesia yaitu dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia
sendiri, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa resmi bangsa Indonesia harus sangat mempertahankan kedisiplinan berbahasa nasional,
yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan tetap
memperhatikan situasi dan kondisi pemakaiannya.
Menggunakan bahasa Indonesia yang baku seolah tak ada artinya lagi di era globalisasi saat ini.
Bahasa Indonesia kurang dipergunakan untuk dunia luar, karena masyarakat sendiri cenderung
lebih memetingkan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Melihat bahasa asing lebih
ditonjolkan dari pada bahasa Indonesia membuat eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia hanya ikrar pada sumpah pemuda saja. Bahkan yang sangat prihatin
lagi adalah timbulnya bahasa baru dengan sebutan “bahasa gaul atau bahasa slank” yang
membuat para pemuda Indonesia semakin malu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Padahal penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia
akan memperlihatkan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuannya, yaitu bahasa Indonesia.
Berkembangnya teknologi informasi dan globalisasi menambah parahnya penggunaan bahasa
Indonesia yang baku dikalangan masyarakat umum maupun pemuda. Sifat masyarakat Indonesia
yang konsumtif sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat tentang teknologi maupun bahasa
yang digunakan saat ini dan tak terkecuali para pemuda Indonesia. Bahasa gaul bagi pemuda
seperti sudah menjadi trend dan kebiasaan para pemuda. Hal ini menjadi akhir bahasa Indonesia
mulai tergeser mundur. Dengan kemajuan teknologi informasi dan globalisasi saat ini, pemakaian
bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi lebih baik nyatanya tidak, para pemuda lebih
memilih menggunakan bahasa gaul ataupun bahasa asing untuk berkomonikasi antar pemuda.
Dilihat dari pergaulan sehari- hari jumlah pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, ataupun bahasa
campuran semakin meningkat. Pemakaian bahasa Indonesia yang baku perlahan-lahan berkurang
peminatnya, karena pemuda lebih mengikuti trend pemuda yang gaul, pemuda lebih sering
menggunakan bahasa gaul dalam sehari-hari terutama dalam percakapan antar pemuda. Bahasa
gaul membuat semakin bergesernya bahasa Indonesia yang baku.
Bahasa-bahasa yang tidak baku dalam pembicaraan di kalangan masyarakat umum maupun
pemuda bayak sekali yang sudah tidak sesuai menurut kamus besar bahasa Indonesia,
contohnya : gue, loe, gitu, gini, ngobrol, punya, gak papa, enggak, biarin, bakalan, ngurusin,
emangnya, dan lain-lain. Kata-kata tersebutlah yang sering diucapkan masyarakat maupun
pemuda saat kita berbicara dengan orang lain. Adapun karena seseorang pemuda ingin terlihat
pintar dan gaul terhadap bahasa asing, sering kali masyarakat maupun para pemuda sering pula
mengucapkan bahasa-bahasa seperti : sorry, thank you, and, oke, dan lain-lain. Hal ini juga sangat
mempengaruhi gaya bahasa masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Bahasa Indonesia sudah tidak mendapatkan tempat lagi di hati masyarakat umum maupun
pemuda Indonesia yaitu dengan melihat eksistensi bahasa Indonesia yang baku semakin
terlupakan terutama dikalangan pemuda.
Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Indonesia sekaligus pemuda Indonesia diharapakan
menjujung tinggi bahasa persatuan dan mempertahankan peran bahasa Indonesia sendiri sebagai
suatu kebanggaan kita karena mempunyai bahasa yang resmi, yang juga menyatakan bahwa
bangsa indonesia mempunyai satu bahasa yang dapat memerat tali persaudaraan antar masyarakat
di seluruh Indonesia walaupun Indonesia punya bahasa daerah kurang lebih 546 bahasa.
Indonesia juga perlu dibina agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya
asing yang jelas-jelas tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami kelompok 2 menyimpulkan :
1. Identitas nasional dalam era globalisasi sekarang ini sudah mengalami kemerosotan
dari nilai-nilainya yang merupakan akibat dari lajunya arus globalisasi sehingga proses
masuknya budaya asing kedalam budaya asli bangsa sudah tidak dapat dikendalikan lagi.
Akibatnya budaya asiang dan buday asli bangsa bercampur baur.
2. Untuk menyikapi hal diatas perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas
nasional. Strategi untuk mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan dengan
mengembangkan nasionalisme, melestarikan budaya, pendidikan, dan bela negara.
3. Identitas nasioanal dianggap penting untuk dipertahankan karena alasan berikut:
a. Identitas nasional merupakan jati diri bangsa.
b. Identitas nasional menjadi faktor yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain.
B. Saran
Sebagai warga negara yang baik kita harus mampu mempertahnkan identitas
nasional di era globalisasi. Dimana pada saat ini dengan adanya perkembangan di era
globalisasi mempengaruhi budaya-budaya yang sudah ada di indonesia. Disinilah kita
sebagai warga negara harus mampu mengaembangkan jati diri bangsa, jangan sampai
budaya kita diganti dengan budaya asing atau budaya luar.Terlebih kita sebagai
mahasiswa harus berpartisipasi dalam mempertahankan identitas nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://kevinadriel.blogspot.com/2010/05/pentingnyamempertahankanhttp://kelompokkwntekdus.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/17/agenda-memantapkan-identitas-nasional-melaluipendidikan/
http://fikternora.16mb.com/2012/11/strategi-mempertahankan-identitas-nasional-di-eraglobalisasi/
GLOBAL
MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai Pengganti Ujian Akhir Semester
Oleh
Silfi Zuhaira Diba (145020301111077)
Dzaid Al Kautsar (145020307111054)
Medy S (145020307111055)
Binar Shabika (145020307111060)
Vera Mardhatillah (145020307111061)
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Identitas suatu bangsa merupakan faktor yang sangat menentukan jati diri sebuah
bangsa ataupun negara yang pada prinsipnya identitas itulah yang menandakan eksistensi
bangsa di lingkungan internasional.Bertolak dari konsep diatas, adalah sangat penting
bagi setiap bangsa untuk mampu mempertahankan identitas nasionalnya demi eksistensi
bangsa tersebut dan harga diri, jati diri, dan kehormatan bangsa tersebut.
Adapun dalam era globalisasi sekarang ini, menuntut penyesuaian bagi setiap negara agar
dapat mempertahankan eksistensinya sebagai negara berdaulat.Demikian halnya dengan
identitas nasional suatu bangsa yang harus dipertahankan agar tidak mengalami
pergeseran nilai identitas nasional tersebut. Hal inilah yang akan menjadi bahan kajian
dalam makalah yang kami (kelompok II) sajikan dengan mengungkap cara–cara atau trick
suatu bangsa dalam mempertahankan identitas nasionalnya. Dalam ulasannya, disajikan
juga kondisi globalisasi sekarang ini yang mengalami kemajuan pesat.Disamping
kemajuan yang pesat itu, tidak dipungkiri lagi ada begitu banyak tantangan yang dihadapi
negara, dengan adanya pergeseran nilai–nilai budaya asli bangsa karena arus globalisasi
yang kian deras sehingga kadang tidak terkendali.
Menyikapi hal ini, perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat yang
bekerjasama dalam merespon masalah–masalah yang timbul dalam arus globalisasi
sekarang ini, dan demi mempertahankan eksistensi identitas nasional. Hal ini akan
dibahas dalam makalah kami ini, dengan menyertakan berbagai sumber terkait demi
keakuratan materi didalamnya.
B. Latar Belakang Masalah
1. Bagaimanakah keberadaan identitas nasional dalam arus globalisasi ?
2. Strategi apakah yang diterapkan untuk mempertahankan identitas nasional dalam arus
globalisasi ?
3. Mengapa identitas nasional perlu dipertahankan di era globalisasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Secara teoritis kegunaan makalah ini dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan
tentang strategi mempertahankan identitas nasional dalam arus globalisasi.
2. Secara praktis bermanfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan mengenai
strategi mempertahankan nasional dalam arus globalisasi, mengembangkan konsep
tentang strategi mempertahankan nasional dalam arus globalisasi, memberikan manfaat
dalam rangka pengembangan konsep, proposisi maupun teori baru tentang identitas
nasional dan arus globalisasi, memberikan manfaat kepada masyarakat umum yang ingin
mengetahui cara mempertahankan nasional dalam arus globalisasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Identitas Nasional
Identitas secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain . Berdasarkan pengertian
tersebut, identitas nasional dapat berarti setiap bangsa memiliki ciri khas, keunikan dan
sifat-sifat yang berbeda dengan bangsa lain. Dengan demikian, identitas nasional
merupakan jati diri bangsa atau kepribadian suatu bangsa.Pada umumnya pengertian atau
istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktorfaktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasaari tingkah laku individu.
Tingkahlaku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang beda
dengan orang lain. Oleh karena itu, kepribadian tercermin pada keseluruhan tingkahlaku
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981:6)Identitas nasional
merupakan kepribadian bangsa. Ketika dapat memahami kepribadian, yang menjadi
pertanyaan apakah pengertian bangsa . Pada hakikatnya bangsa adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga
mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama
serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan nasional.
Dari pengertian kepribadian dan bangsa, maka identitas nasional itu benar-benar melekat
pada setiap individu yang mendiami suatu bangsa.Identitas mampu dianggap sebagai
sebuah sumber nilai dan pembeda antara satu individu dengan individu lain. Identitas
terus berkembang dan prosesnya tidak pernah berakhir. Identitas memicu seseorang
merasa bangga dengan apa yang telah menjadi bagian dari dirinya.
B. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung.Didalam
Konferensi Berlin dari kelompok yang menyebut dirinya sosial demokrat, Shimon Peres
menyatakan kekuatan globalisasi sebagai pengalaman seseorang yang bangun pagi dan
melihat segala sesuatu berubah.Banyak hal yang kita anggap biasa, banyak paradigma
yang kita anggap suatu kebenaran tiba-tiba menghilang tanpa bekas.
Menurut Budi Winarno, globalisasi menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak
wajah) yang menimbulkan beraneka ragam pandangan dan interpretasi, terutama jika
dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusiadi dunia.Kemudian, Lucian W. Pye
mendefinsikan globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama.Terakhir menurut Emanuel Ritcher, globalisasi adalah jaringan kerja
global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa globalisasi
adalah sebuah kondisi yang menghendaki terhapusnya batas batas negara yang
menjadikannya batas, sehingga dunia seolah tanpa batas dan memiliki sistem identitas
yang satu.Globalisasi memfasilitasi pertukaran kebudayaan, informasi, uang, ide, dan
barang antarnegara.Hal tersebut menyebabkan interaksi antar-warga dunia semakin
intensif dan terus berkembang kontinyu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keberadaan Identitas Nasional dalam Era Globalisasi
Globalisasi saat ini bergerak dengan sangat cepatnya, kemajuan teknologi informasi serta
komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa
batas.Setiap orang bisa berbicara dan bertatap muka dengan berbagai masyarakat dari
berbagai belahan dunia lainnya. Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dan
informasi mempengaruhi keberadaan bidang-bidang lain. Misalnya bisnis, transportasi,
pembangunan, pendidikan, budaya. Pengaruh dari adanya kemajuan ini memudahkan
proses transaksi bisnis dan transportasi maka secara otomatis akan memudahkan
masuknya budaya-budaya asing yang akan mempengaruhi identitas nasional. Dalam
identitas nasional, budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa. Pada saat ini
budaya lokal (daerah) perlahan-lahan mulai berubah dan bahkan ada bagian-bagian
tertentu yang hilang, ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berpikir dan
menerapkan budaya nasional dalam tata kehidupan secara format bisnis yang
dibangunnya. Seperti beberapa menu makanan dan tata budaya lokal mulai terasa asing
diterapkan, seperti model keputusan ke daerah mulai ditinggal dan dipakai format
keputusan budaya nasional, padahal kearifan budaya daerah juga mampu menyelesaikan
berbagai macam permasalahan. Pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada masyarakat
perkotaan yang telah mengalami akulturasi dari berbagai budaya, karena masyarakat kota
bersifat heterogen. Contohnya terlihat pada acara-acara pesta perkawinan tertentu yang
diadakan di perkotaan dimana mempelai laki-laki dan perempuan kadangkala ditemui
tidak lagi memakai pakaian adat mereka, namun telah memakai pakaian yang bergaya
barat seperti jas dan gaun. Contoh yang lainnya dapat dilihat dalam penyelesaian konflik
dan proses pengambilan keputusan di masyarakat, yaitu dalam proses penyelesaian
konflik tidak lagi mengedepankan konsep penyelesaian secara adat, padahal penyelesaian
secara adat mampu memberi pengaruh penguatan rasa persaudaraan.
Dari melihat contoh diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi
budaya yang sudah ada.
B. Strategi Mempertahankan Identitas Nasional
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh berbagai negara,
maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
tersebut.Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa.Untuk
menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang
merupakan jati diri bangsa, diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme,
pendidikan, budaya dan Bela Negara.
Mengembangkan Nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah
memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa .Secara
umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk
segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa
sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :
1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa
cinta dan bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.
2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa
dilakukan
dengan
beberapa
perbuatan
misalkan
membaca,
menonton,
mengunjungi hal-hal yang berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini
bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme yang sudah ada dari masingmasing individu.
3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik,
teknologi dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan
sikap rela berkorban demi bangsa.
Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme
yaitu
:
1. Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan dominasi politik
bangsa asing dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang
berkedaulatan rakyat.
2. Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentyikan
eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari
kemeralatan dan kesengsaraan.
3. Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian
bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman.
Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan
dengan sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari
bangsanya, termasuk budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam
negeri dan adat istiadat masing-masing suku. Dengan demikian, hal ini merupakan
sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mempertahankan identitas
nasional.
Pendidikan
Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal
maupun informal .Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat
dikembangkan melalui pendidikan.Pendidikan nasional mempunyai peran yang
sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia.Salah satu kenyataan
bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dengan
jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya masing-masing merupakan
kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa Indonesia yang
multikultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa,
peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan
untuk mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal .
Hal ini sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan
di blog-nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan
identitas nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa
pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom),
pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena
mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama .
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama
Sputnic pada 4 Oktober 1957, Amerika Serikat “meradang”.Amerika adalah
negara besar dengan kemampuan teknologi yang paling maju merasa didahului
oleh Uni Sovyet.Presiden AS ketika itu memerintahkan untuk membentuk special
unit.Tim ini tidak berkeinginan untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya
adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan
Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang
singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa
kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi
dan harus direvisi.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan
dimensinya.Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana
pendidikan sampai pada sistem evaluasi pendidikan.Usaha mereka dengan sangat
cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa.Pada tanggal 14 Juli 1969 mereka
berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan.Hanya dalam kurun
waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet.Waktu yang
relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar
sampai jenjang perguruan tinggi.(C. Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).
Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia
II dengan dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945. Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan.Bahkan
Kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa
lagi kecuali tanah dan air. Namun sang Kaisar langsung memanggil pucuk
pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih hidup?.Sebuah pertanyaan
sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah awal segalanya.
Dua fenomena diatas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang
telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang.Langkah yang
mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan
berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang
mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran dari bangsanya.
Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep kemerdekaan
Indonesia, elemen bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A. Kartini, HOS
Cokroaminoto, Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara,
sudah memikirkan bangsa ini lewat pendidikan. Tidak lama berselang giliran KH.
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial dan kependidikan dengan nama
Muhammadiyah. Lewat satu Dekade berikutnya KH.Hasyim Asy’ari ikut
mencerdaskan bangsa dengan NUnya.Semua bermuara pada pendidikan. Hasilnya,
semua orang terdidik mulai memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari
penjajahan .
Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan
kemajuan suatu bangsa.Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas
nasional yang dikembangkan melalui pendidikan diharapkan akan memberi
harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk mempertahankan karakteristiknya
sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun, bangsa yang toleran,
bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya tidak
dilakukan setengah hati dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang memacu tumbuhnya identitas dan jatiri bangsa perlu sinergi dari
pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan terutama guru yang
bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa
tugas ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja misalnya
Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan
pendekatan sesuai karakteristik mata pelajaran yang diampuh. Melalui dunia
pendidikan dapat ditanamkan identitas nasional kepada generasi muda yang
merupakan miniatur masyarakat masa depan.
Pelestarian Budaya
Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral
yang hidup di dalam kebudayaan tersebut .Budaya merupakan salah faktor
penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta
manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan
sehari-hari . Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam
waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat,
seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang,
sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada
kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh
budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan
kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus
dilakukan :
1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur
yang benar sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita
mampu mandiri dan bermartabat.
2. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun
legislatif untuk membangun dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat
kebangsaan di setiap hati nurani rakyat.
Selain pembangunan diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya
seperti rumah adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa, dapat memperkokoh identitas
nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan nilai-nilai budaya,
masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan budaya yang
dianutnya, selain itu juga dengan adanya keeratan dari buday ayang ada dapat
membawa nama bangsa indonesia menjadi harum, dalam arti membawa budaya
indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan budaya yang ada ke negara luar.
Bela Negara
Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut menunjukkan
bahwa bela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban bagi setiap warga
negara, ini membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu aturan agar setiap
warga negara harus melakukan tindakan bela negara demi ketahanan dan
eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela negara diartikan dengan
cara mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia berhasil mengalahkan
para penjajah dan merdeka, konsep bela negara berbuah dalam arti tidak tertapaku
lagi harus mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini, setiap orang dapat
melakukan bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya atau
pekerjaannya.Dalam konsep bela negara diinterpretasikan secara labih luas lagi
sehingga meliputi segala bidang dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya
pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan disadasarkan atas kecintaan
terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan seorang dokter
menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi dokter
yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun contoh
yang lain dala dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan kemudian
mengikuti lomba di tingkat internasional dan dapat meraih juara. Dari berbagai
sikap yang dilakukan oleh warga negara sebagai rasa cinta terhadap negara dan
pembelaan negara ini dapat mengharumkan nama bangsa indonesia. Dengan
sendirinya juga setiap warga negara sudah memberikan sumbangsi terhadap
ketahanan nasional dan eksistensi dari pada identitas nasional.
C. Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam
Indonesia, kependudukan Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Menghadapi identitas nasional, bangsa Indonesia sendiri masih
kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana untuk menyatukan negara yang
mempunyai banyak sekali kelompok etnis, yang memiliki pengalaman yang berbeda dari
satu wilayah ke wilayah lainnya.Namun saat ini masyarakat Indonesia masih bingung
dengan identitas bangsanya. Karena kebiasaan atau pun budaya masyarakat kita telah
bercampur dengan kebiasaan dan kebudayaan negara-negara lain. Indikator identitas
nasional itu antara lain pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti
adat-istiadat, tata kelakuan, kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan
negara seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
Arus globalisasi yang demikian pesatnya, ternyata telah mampu mempengaruhi
identitas nasional dan berpotensi merosotnya nilai-nilai budaya bangsa.Masyarakat
budaya tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi punya keinginan dan
dorongan untuk melestarikan.Mereka cenderung mengadopsi dan menerapkan budaya
asing dan mengabaikan budaya sendiri.Budaya yang asli dianggap kuno dibandingkan
dengan budaya asing yang dianggap lebih modern.
Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya nilai-nilai
kebudayaan
asli
bangsa
dan
berpotensi
hilangnya
identitas
bangsa
yang
sebenarnya.Menyikapi hal ini maka dianggap penting untuk mempertahankan identitas
nasional demi eksistensi bangsa. Salah satu alasan pentingnya mepertahankan nilai-nilai
budaya sendiri adalah karena nilai-nilai budaya suatu negara adalah identitas negara
tersebut didepan dunia internasional . Jika kita sebagai masyarakat Indonesia tidak
mengahargai
dan
mempertahankan
budaya
kita
sendiri,
siapa
yang
akan
mempertahankannya? Jika kita tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama saja
dengan kita membuang identitas negeri kita didepan dunia internasional yang akan
membuat negara kita tidak terpandang didepan negara-negara lain. Dengan kita lebih
menghargai dan mempertahankan budaya kita, akan lebih banyak lagi negara-negara yang
akan tahu tentang bangsa kita dan dapat mendatangkan berbagai keuntungan dalam hal
moneter ataupun hal non-moneter seperti nama Indonesia yang terpandang sebagai negara
dengan berbagai keunikan dan keindahan alam.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Krisis Identitas Nasional - lunturnya kebudayaan Indonesia
Negara
merupakan
suatu
gambaran
komunitas
politik
dimana
masyarakat
menyatakandirinya sebagai bagian dari sebuah negara tersebut (Benedict Anderson,1991).
Sedangkan secara umum Identitas Nasional diartikan sebagai keanggotaan seseorang dalam
sebuah negara.Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikan serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari
kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu
yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.Jadi,Identitas Nasional adalah
ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Identitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain sepertikondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia,
demografi atau kependudukan Indonesia, ideologi dan agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Identitas nasional merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya
sendiri.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri dari
berbagai macam sukudari sabang sampai merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman
identitas nasional. Basisdari identitas nasional diantaranya socially (yaitu identitas yang
mengarah kepada peransosial dalam masyarakat berdasarkan proses sosialisasi dari individu yang
berbeda),
culturally
(yaitu
identitas
yang
mengarah
kepada
atribut
kebudayaan),
politically (identitas yang mengarah kepada sumber politik dari peran sosial dalam masyarakat,
contohnya sebagai pemilih dalam pemilu, ataupun sebagai warga negara). Menurut pendapat
kami, identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus dijaga agar bangsa tersebut
tidak mudah dihancurkan
oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang kuat.
Kita
mungkin
terkadang bingung mengenai apa itu identitas nasional bangsa indonesia, oleh karena itu topik
identitas nasional yang kita pelajari dalam pelajaran citizenship ini dapatmembantu kita
memahami arti dari identitas nasional dan bagaimana kita bertindak sesuaidengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Topik identitas nasional dapat menumbuhkan rasa nasionalisme
yang tinggi diantara warga negara indonesia jika setiapwarga negara menyadari dan
mengimplementasikan nilai-nilai identitas nasional yang telah ada. Namun dalam pengamatan
saya, identitas nasional di negara ini mulai memudar. Kurangnya rasa nasionalisme dan rasa “satu
indonesia” membuat identitas nasional negara inimenjadi kacau atau disebut krisis identitas
nasional. Salah satu definisi nasionalisme yaitumenurut Arif Budiman nasionalisme adalah
persatuan secara kelompok dari suatu bangsayang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang
sama dan pengalaman yang sama.
Sejarah mengenai nasionalisme di indonesia dimulai dari berdirinya organisasi Budi
Utomo padatahun 1908 yang menjadi tonggak berdirinya organisasi-organisasi pemuda pada saat
itu.Saat ini dapat kita lihat bahwa indonesia telah mengalami krisis identitas nasional.
Banyak penduduk indonesia telah melupakan unsur unsur kebudayan yang merupakan basis darii
dentitas nasional suatu bangsa. Contohnya yaitu budaya barat yang masuk ke indonesiamelalui
globalisasi telah banyak mengubah pola hidup generasi muda saat ini, salah satunyayaitu
melupakan kultur budaya bangsa indonesia sendiri.
Ada puluhan budaya yg telah diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut ini daftarnya :
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa identitas nasional bangsa indonesia telah
mengalami kelunturan. Hal tersebut ditunjukkan dalam masalah Indonesia-malaysia tersebut.
Dalam kasus ini, saya menyimpulkan bahwa rasa nasionalisme dan identitas bersama sebagai
warga negara indonesia masih sangat kurang. Hal tersebut menyebabkan mudahnya indonesia
dijadikan sasaran dari pihak luar yang bertujuan memecah belah bangsa ini sehingga bangsa
Indonesia hancur. Oleh karena lunturnya rasa nasionalisme dan terjadinya krisis identitasnasional
di kalangan rakyat indonesia saat ini terutama generasi muda diharapkan juga peranserta
pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut selain peran warga negaranya sendiri. Dari
banyaknya kasus-kasus yang mengancam identitas nasional dan kesatuan tanah air indonesia,
maka kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang
telah
ada
dan
terus
menjaga
dan
melestarikannya.
Kita
harus
menyadari bahwa
kita sebagai bangsa indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang harus dipertahankan dan
menjadi ciri dari bangsa indonesia, dan kita harus bangga menjadi bagian dari tanah air kita yaitu
“Indonesia”.
3.2 Krisis Identitas Nasional – Runtuhnya Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai
peranan penting dalam membangun jati diri Indonesia seutuhnya. Dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, berarti kita telah menjunjung tinggi
bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
yaitu :
1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
2. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Bertumpah darah satu, tanah air Indoneria
3. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku, Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
Ikrar diatas memberi tahu kita bahwa kita adalah bagian Indonesia. Namun ikrar dalam sumpah
pemuda tersebut seolah hanya diikrarkan saja, tidak menjadi pengabdian bagi masyarakat
Indonesia terutama pada ikrar yang ketiga. Pada ikrar ketiga yang dapat diartikan bahwa putera
dan puteri Indonesia akan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, namun nyatanya
saat ini para pemuda pemudi hampir tidak ada yang mempertahankan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Di era perkembangan teknologi informasi dan globalisasi saat ini
yang notabennya serba canggih membuat pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai bergeser.
Banyak faktor yang yang membuat bergesernya menggunakan bahasa Indonesia di era
globalisasi saat ini. Faktor utama adalah faktor lingkungan, faktor lingkungan ini sangat kuat
pengaruhnya, karena kita berada di dalam lingkungan tersebut. Tentu saja kita akan terbiasa
dengan bahasa yang dipakai dalam lingkungan tersebut karena setiap harinya kita akan berada
dalam lingkup lingkungan tersebut. Faktor yang kedua adalah faktor teman, yang secara tidak
langsung kita cenderung sering mengucapkan bahasa tidak baku yang sama dengan teman kita
ucapkan, karena kita ingin dikatakan gaul. Kita akan minder jika kita menggunakan bahasa
Indonesia yang benar tetapi teman kita tidak. Faktor ketiga adalah pengaruh bahasa daerah,
pengaruh bahasa daerah ini sering kita jumpai saat kita dari berbagai daerah dikumpulkan jadi
satu. Tak sedikit kita dengar seseorang yang tidak sering menggunakan bahasa Indonesia ia akan
janggal saat berbicara, bahkan jika tidak tahu akan berbicara bahasa Indonesia yang benar, orang
tersebuat cenderung akan tidak sengaja mengeluarkan bahasa daerahnya saat berbicara dengan
orang lain dan membuat orang lain tersebut tidak begitu mengerti.
Faktor lain yang membuat bergesernya bahasa Indonesia diakibatkan kesalahan akademik atau
para pengajar yang sudah mulai tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan benar kepada anak
didiknya. Para pengajar kurang menekankan kepada anak didik bagaimana cara penulisan kata
dan percakapan bahasa Indonesia yang benar dan baku, akibatnya saat ini banyak anak didik yang
kurang mengerti dan cenderung mengacuhkan bahasa Indonesia itu sendiri. Pelajaran bahasa
Indonesia-pun yang seharusnya dapat dimaksimalkan sejak sekolah dasar, nyatanya saat ini sudah
kalah dengan bahasa asing yang juga sudah dapat dipelajari sejak sekolah dasar.
Menghadapi perkembangan teknologi informasi dan globalisasi saat ini yang
notabennya serba canggih sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia dan tak
terkecuali pemudanya. Saat ini, para pemuda Indonesia cenderung berlomba-lomba menunjukkan
kepada orang lain bahwa dirinya pantas disebut “anak gaul”. Apalagi dengan kebudayaan asing
yang semakin gencar masuk ke Indonesia, para pemuda mudah sekali terhanyut dan terbuai oleh
kebudayaan asing dalam segala bentuk pergaulan dan cara berkomunikasi. Salah satunya adalah
penampilan yang serba mengikuti tren luar negeri bahkan bahasa yang diucapkan sudah tidak
sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia. Di era globalisasi ini, Indonesia perlu dibina agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai
dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini tentu besar kemungkinannya terjadi pada era
globalisasi ini. Batas antar negara yang sudah tidak jelas serta pengaruh alat komunikasi yang
begitu canggih harus dihadapi Indonesia yaitu dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia
sendiri, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa resmi bangsa Indonesia harus sangat mempertahankan kedisiplinan berbahasa nasional,
yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan tetap
memperhatikan situasi dan kondisi pemakaiannya.
Menggunakan bahasa Indonesia yang baku seolah tak ada artinya lagi di era globalisasi saat ini.
Bahasa Indonesia kurang dipergunakan untuk dunia luar, karena masyarakat sendiri cenderung
lebih memetingkan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Melihat bahasa asing lebih
ditonjolkan dari pada bahasa Indonesia membuat eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia hanya ikrar pada sumpah pemuda saja. Bahkan yang sangat prihatin
lagi adalah timbulnya bahasa baru dengan sebutan “bahasa gaul atau bahasa slank” yang
membuat para pemuda Indonesia semakin malu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Padahal penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia
akan memperlihatkan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuannya, yaitu bahasa Indonesia.
Berkembangnya teknologi informasi dan globalisasi menambah parahnya penggunaan bahasa
Indonesia yang baku dikalangan masyarakat umum maupun pemuda. Sifat masyarakat Indonesia
yang konsumtif sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat tentang teknologi maupun bahasa
yang digunakan saat ini dan tak terkecuali para pemuda Indonesia. Bahasa gaul bagi pemuda
seperti sudah menjadi trend dan kebiasaan para pemuda. Hal ini menjadi akhir bahasa Indonesia
mulai tergeser mundur. Dengan kemajuan teknologi informasi dan globalisasi saat ini, pemakaian
bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi lebih baik nyatanya tidak, para pemuda lebih
memilih menggunakan bahasa gaul ataupun bahasa asing untuk berkomonikasi antar pemuda.
Dilihat dari pergaulan sehari- hari jumlah pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, ataupun bahasa
campuran semakin meningkat. Pemakaian bahasa Indonesia yang baku perlahan-lahan berkurang
peminatnya, karena pemuda lebih mengikuti trend pemuda yang gaul, pemuda lebih sering
menggunakan bahasa gaul dalam sehari-hari terutama dalam percakapan antar pemuda. Bahasa
gaul membuat semakin bergesernya bahasa Indonesia yang baku.
Bahasa-bahasa yang tidak baku dalam pembicaraan di kalangan masyarakat umum maupun
pemuda bayak sekali yang sudah tidak sesuai menurut kamus besar bahasa Indonesia,
contohnya : gue, loe, gitu, gini, ngobrol, punya, gak papa, enggak, biarin, bakalan, ngurusin,
emangnya, dan lain-lain. Kata-kata tersebutlah yang sering diucapkan masyarakat maupun
pemuda saat kita berbicara dengan orang lain. Adapun karena seseorang pemuda ingin terlihat
pintar dan gaul terhadap bahasa asing, sering kali masyarakat maupun para pemuda sering pula
mengucapkan bahasa-bahasa seperti : sorry, thank you, and, oke, dan lain-lain. Hal ini juga sangat
mempengaruhi gaya bahasa masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Bahasa Indonesia sudah tidak mendapatkan tempat lagi di hati masyarakat umum maupun
pemuda Indonesia yaitu dengan melihat eksistensi bahasa Indonesia yang baku semakin
terlupakan terutama dikalangan pemuda.
Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Indonesia sekaligus pemuda Indonesia diharapakan
menjujung tinggi bahasa persatuan dan mempertahankan peran bahasa Indonesia sendiri sebagai
suatu kebanggaan kita karena mempunyai bahasa yang resmi, yang juga menyatakan bahwa
bangsa indonesia mempunyai satu bahasa yang dapat memerat tali persaudaraan antar masyarakat
di seluruh Indonesia walaupun Indonesia punya bahasa daerah kurang lebih 546 bahasa.
Indonesia juga perlu dibina agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya
asing yang jelas-jelas tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami kelompok 2 menyimpulkan :
1. Identitas nasional dalam era globalisasi sekarang ini sudah mengalami kemerosotan
dari nilai-nilainya yang merupakan akibat dari lajunya arus globalisasi sehingga proses
masuknya budaya asing kedalam budaya asli bangsa sudah tidak dapat dikendalikan lagi.
Akibatnya budaya asiang dan buday asli bangsa bercampur baur.
2. Untuk menyikapi hal diatas perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas
nasional. Strategi untuk mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan dengan
mengembangkan nasionalisme, melestarikan budaya, pendidikan, dan bela negara.
3. Identitas nasioanal dianggap penting untuk dipertahankan karena alasan berikut:
a. Identitas nasional merupakan jati diri bangsa.
b. Identitas nasional menjadi faktor yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain.
B. Saran
Sebagai warga negara yang baik kita harus mampu mempertahnkan identitas
nasional di era globalisasi. Dimana pada saat ini dengan adanya perkembangan di era
globalisasi mempengaruhi budaya-budaya yang sudah ada di indonesia. Disinilah kita
sebagai warga negara harus mampu mengaembangkan jati diri bangsa, jangan sampai
budaya kita diganti dengan budaya asing atau budaya luar.Terlebih kita sebagai
mahasiswa harus berpartisipasi dalam mempertahankan identitas nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://kevinadriel.blogspot.com/2010/05/pentingnyamempertahankanhttp://kelompokkwntekdus.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/17/agenda-memantapkan-identitas-nasional-melaluipendidikan/
http://fikternora.16mb.com/2012/11/strategi-mempertahankan-identitas-nasional-di-eraglobalisasi/