TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRI : STUDI KASUS DI DESA JEGULO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN).

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KASUS ANAK YANG
MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH
KEPADA ISTRI SIRI
(Studi Kasus di Desa Jegulo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban)

SKRIPSI
Oleh
Siti Muallimatun Nisa’
NIM. C51212129

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2016

Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Anak yang Menghalangi Ayah
Memberikan Nafkah Kepada Istri Siri
(Studi Kasus di Desa Jegulo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban)

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Hukum Perdata Islam

Oleh
Siti Muallimatun Nisa’
NIM. C51212129

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul Tinjauan
Yuridis terhadap Anak Menghalangi Ayah Memberikan Nafkah kepada Istri Siri
(Studi Kasus di Desa Jegulo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban). Penelitian ini

bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimana kasus anak
menghalangi ayah memberikan nafkah kepada istri Siri? 2. Bagaimana tinjauan
yuridis terhadap kasus anak mengahalangi ayah memberikan nafkah kepada istri
Siri?.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, deskriptif dan
menggunakan pola pikir deduktif yaitu pengkajian kasus ini dimulai dari kaidahkaidah yang bersifat umum dalam hal ini Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam. Bahwa istri tidak berhak menuntut nafkah dari suaminya
karena dia berstatus siri yaitu perkawinanya yang tidak dicatatkan. Sedangkan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam menjelaskan
bahwa yang berhak mendapatkan nafkah yaitu adanya perkawinan yang sah, dalam
hal ini perkawinan yang sah dijelaskan di Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
dan Kompilasi Hukum Islam yaitu yang melakukan perkawinan sesuai dengan
agamanya dan dicatatkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Handoko melakukan pernikahan siri
dalam hal ini tidak dicatatkan di KUA setempat karena pernikahannya yang tidak
mendapatkan izin dari anak Handoko, akibat dari perkawinan tersebut istri tidak
mendapatkan nafkah baik lahir maupun batin dari suaminya karena dihalangi oleh
anak ayah dengan cara mengambil surat-surat berharga ayah yang berupa akta
tanah, rekening, posisi sebagai pemegang dolog. Dari kasus ini, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam memperbolehkan atau

membenarkan yang dilakukan anak dalam menghalangi ayah memberikan nafkah
terhadap istri siri karena menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dilihat dari status perkawinannya yang siri tidak bisa mendapatkan
nafkah, bahkan dalam konteks hukum perkawinan, perlindungan oleh negara
terhadap pihak-pihak dalam perkawinan terutama terhadap wanita sebagai istri
hanya dapat dilakukan jika perkawinan dilakukan secara sadar sesuai dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang salah satu
syaratnya adalah perkawinan dilakukan dengan dicatatkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari kasus tersebut hendaknya masyarakat lebih berhati-hati dalam
melakukan perkawinan, terutama di Desa Jegulo Kecamatan Soko ini agar
masyarakatnya menambah wawasan mengenai perkawinan baik menurut hukum
Islam maupun hukum positif. Sedangkan dimasa mendatang pembentuk UndangUndang perlu membentukk suatu ketentuan tentang prosedur khusus nafkah bagi
istri sebagai proses penyelesaian langsung terhadap perkara anak menghalangi ayah
memberikan nafkah terhadap istri siri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI


SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ...............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................

iii

PENGESAHAN ....................................................................................................

iv

MOTTO

............................................................................................................


v

PERSEMBAHAN .................................................................................................

vi

ABSTRAK ............................................................................................................
............................................................................................................ ``vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................

viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITASI ...................................................................................... xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1


B. Identifikasi dan Batasan Masalah.................................................

9

C. Rumusan Masalah ........................................................................

10

D. Kajian Pustaka..............................................................................

10

E. Tujuan Penelitian .........................................................................

13

F. Kegunaan Penelitian.....................................................................

14


G. Definisi Operasional.....................................................................

14

H. Metode Penelitian.........................................................................

15

I. Sistematika Penulisan ..................................................................

20

BAB II KETENTUAN NAFKAH DAN PENCATATAN PERKAWINAN
DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANGUNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
A. Ketentuan Nafkah dalam Kompilasi Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
1. Pengertian nafkah ..........................................................................

22


2. Dasar hukum nafkah ......................................................................

25

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Syarat-syarat istri berhak menerima nafkah ..................................

31

4. Kadar nafkah .................................................................................

32

5. Gugurnya kewajiban memberi nafkah...........................................

35


B. Ketentuan Perkawinan Dalam Kompilasi Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

BAB

1. Pengertian perkawinan ..................................................................

34

2. Rukun dan syarat perkawinan .......................................................

38

3. Akibat hukum dari perkawinan yang sah ......................................

42

III
PENYAJIAN DATA KASUS ANAK YANG

MENGAHALANGI
AYAH
MEMBERIKAN
NAFKAH
KEPADA ISTRI SIRRI di DESA JEGULO KECAMATAN
SOKO KABUPATEN TUBAN
A. Deskripsi Umum Desa Jegulo
1. Karakteristik wilayah ................................................................

49

2. Karakteristik penduduk / demografi .........................................

50

3. Organisasi pemerintahan desa ..................................................

51

4. Organisasi lembaga kemasyarakatan desa ( LKMD) ...............


53

5. Keadaan sosial-budaya .............................................................

54

B. Kasus Anak Menghalangi Ayah Memberikan Nafkah kepada Istri
siri

1. Latar belakang perkawinan ...............................................................

57

2. Alasan anak mengahalangi ayah memberikan nafkah kepada
istri ............................................................................................

58

3. Bentuk penghalangan anak kepada ayah memberikan nafkah
kepada istri .......................................................................................

BAB IV

ANALISA
TERHADAP
MENGHALANGI
AYAH
KEPADA ISTRI SIRRI
1.

60

KASUS
ANAK
YANG
MEMBERIKAN
NAFKAH

Ketentuan Nafkah dalam KHI dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 ...............................................................................

63

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2.

BAB V

Ketentuan Pencatatan Perkawinan dalam KHI dan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 ..................................................

69

PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................

70

B. Saran .............................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang
menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan”,
berasal dari kata nikah (‫)نكاح‬

yang menurut bahasa artinya mengumpulkan,

saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (‫)الوطء‬. 1
Di

antara

manfaat

perkawinan

ialah

bahwa

perkawinan

menentramkan jiwa, meredam emosi, menutup pandangan dari segala yang
dilarang Allah dan untuk mendapatkan kasih sayang suami istri yang
dihalalkan Allah, sesuai dengan firman Allah dalam QS. ar-Ru>
m ayat 21
yang berbunyi:
Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ

∩⊄⊇∪ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. arRu>
m: 21) 2
Manfaat lainnya adalah bahwa perkawinan itu akan mengembangkan
keturunan dan menjaga kelangsungan hidup, Nabi saw. bersabda:
                                                            
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),7. 
2
Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Depok: Al-Huda, 2002), 407. 

1


 
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


 

ِ ْ ِ ‫ﻒ ْ ُ ﺴﺧ ِ ﺴﻔﺔﺴ ﺴﺣﺪﺛﺴِ ﺴﺣ ْﻔ ُ ْ ُ ﻋُ ﺴ ﺴﺮ ﺴﻋ ْ أﺴﺴ‬
ُ ‫ﺴﺣﺪﺛﺴـﺴﺎ ُﺣ ﺴ ْ ﺲ ﺴو ﺴﻋﻔﺎ ُن ﺴ ﺴﺎﻻ ﺴﺣﺪﺛﺴـﺴﺎ ﺴﺧ ﺴ‬
ِ
ِ ُ ‫ﺎل ﺴ ﺎ ﺴن ر‬
ِ
‫ﺎء ِة ﺴوﺴـ ْـ ﺴﻬﻰ ﺴﻋ ْ ﺒ ﺴ ِ ﺴـ ْﻬًﺎ‬
‫ﺴ ﺎِ ﺳ ﺴ ﺴ‬
ُ‫ﺴ‬
‫ﻮل ﺒ ﻪ ﺴ ﻰ ﺒ ﻪُ ﺴﻋ ﺴْﻪ ﺴو ﺴ ﺴ ﺴﺄْ ُ ُﺮ ﺎ ْﺴ ﺴ‬
ِ ِ
.◌ِ 3‫ﺎء ﺴـ ْﻮﺴم ﺒ ْ ِ ﺴﺎ ﺴﺔ‬
ُ ُ ‫ﺴﺷ ِﺪ ًﺪﺒ ﺴوﺴـ‬
‫ود ﺒ ﺴْﻮُ ﺴ‬
‫ﻮل ﺴـ ﺴﺰو ُﺟﻮﺒ ﺒ ﺴْﻮ ُد ﺴ‬
‫ﻮد إِﱢ ُ ﺴ ﺎﺛ ﺲﺮ ْﺒﻷﺴْ ﺴ ﺴ‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Husain dan Affan
berkata, Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Khalifah
telah bercerita kepadaku Hafs bin Umar dari Anas bin Malik
berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam memerintahkan
kita untuk menikah dan melarang dari membujang dengan
larangan yang keras, dan Beliau Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
Sallam bersabda: "Menikahlah dengan seorang wanita yang
memiliki kasih sayang serta manghasilan banyak keturunan,
karena sesungguhnya saya berlomba-lomba untuk saling
memperbanyak umat dengan para Nabi pada hari kiamat."
(Riwayat Imam Ahmad).

Perkawinan yang sah, menurut Undang–Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan Pasal 2 Ayat (1) adalah perkawinan yang
dilakukan menurut Hukum Agama. Perkawinan yang dilakukan menurut
Agama adalah suatu “peristiwa hukum” yang tidak dapat dianulir oleh pasal
2 ayat (2) Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang
menentukan

tentang

“pencatatan

perkawinan”. 4

Mengenai

sahnya

perkawinan juga ditentukan dalam pasal 4 KHI, bahwa: “perkawinan adalah

sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1)
Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan”. 5 Dengan
demikian, dapat dikemukakan bahwa rumusan Pasal 4 KHI mempertegas
bahwa perkawinan yang sah adalah perkawinan menurut Hukum Islam,
sesuai pasal 2 ayat (1) Undang–undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
                                                            
3
Imam Ahmad bin Hanbal,  Musnad Imam Ahmad Bin Hambal Jilid ke 3 (Beirut: Dar al Fikr.
t.t), 158. 
Neng Djubaidah, Pencatatan perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatatkan, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 213. 
5
 Inpres nomor 1 Tahun 1997 tentang Kompilasi Hukum Islam, 2. 
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


 

perkawinan. Adapun pencatatan perkawinan juga diatur dalam Pasal 5 KHI,
yaitu :1. Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap
perkawinan harus dicatat, 2. Pencatatan perkawinan sebagaimana pada ayat
(1) dilakukan oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana diatur dalam
Undang–Undang nomor 22 Tahun 1946 jo. Undang–Undang Nomor 32 tahun
1954. 6
Berdasarkan rumusan dalam pasal–pasal tersebut dapat dikemukakan
bahwa meskipun perkawinan itu sah menurut hukum islam (Pasal 3), apabila
perkawinan itu tidak dicatat oleh pejabat pencatat nikah karena perkawinan
tidak dilakukan di hadapan pejabat pencatat nikah, maka perkawinan itu
tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak berhak mendapatkan jaminan
hukum. Ketentuan pencatatan perkawinan berkaitan dengan pembuktian
perkawinan, menurut Pasal 6 ayat (1) RUU-HT-PA-BPerkwn Tahun 2005
bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat
oleh pencatat nikah. 7
Pernikahan yang dilangsungkan dengan persyaratan dan rukunnya
yang sempurna maka menjadi sah, berikutnya mempunyai akibat hukum
yang mengikat berupa hak dan kewajiban baik yang pada suami saja, istri
saja, maupun yang ada pada keduanya, dua pihak secara bersama. 8
Adapun kewajiban suami sebagaimana yang ditetapkan pada KHI
pada bagian ketiga pasal 80 yaitu:
                                                            
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak diCatat , (Jakarta: Sinar Grafika

6

2012), 214. 
Ibid. 244. 
8
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Bandung: PT Rajagrafindo Persada 1999), hlm.27. 
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


 

1. Suami adalah pembimbing, terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetap
mengenai hal – hal urusan rumah tangga yang penting–penting diputuskan
oleh suami istri bersama.
2. Suami wajib melindingi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi
agama, nusa dan bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilanya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak,
c. Biaya pendidikan bagi anak
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a
dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri
nushuz. 9
Ibnu Rusyd al-Hafid dalam kitabnya, Bidayat al-Mujtahid wa
Nihayat al-Muqtasid mengatakan bahwa ulama’ telah sepakat bahwa hak
istri terhadap suaminya adalah mendapatkan nafkah dan kiswah
(pakaian). 10
Nafkah tersebut akan diperoleh oleh sang istri jika telah terpenuhi
persyaratan berikut:
1. Antara istri dan suami yang memberikan nafkah telah terjadi akad
nikah yang sah, atau dengan kata lain pernikahan itu memenuhi rukun
dan syarat. Apabila perkawinan mereka termasuk nikah fasid
(rusak/batal ) karena nikah fasid harus dibatalkan.
2. Istri bersedia menyerahkan dirinya kepada suaminya, sekalipun belum
melakukan hubungan senggama.
3. Suami dapat menikmati dirinya
4. istri sedia di ajak pindah tempat oleh suami jika dikehendakinya,
seorang suami berhak menawarkan kepada istrinya untuk pindah pada
tempat yang ditentukan olehnya. Apabila istri menaati ajakan itu maka
                                                            

9

Inpres nomor tahun 1997 tentang Kompilasi Hukum Islam, .44. 
Ibnu Rusyd al-Hafid, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid (Surabaya: al-Hidayah),
40. 

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


 

istri berhak secara mutlak untuk mendapatkan nafkah dari suaminya,
namun jika menolak dengan alasan yang tidak dibenarkan secara syar’i
maka hak nafkah menjadi hilang.
5. Istri taat dan patuh pada suaminya, apabila istri itu tidak patuh dan
taat seperti istri nushuz, maka suami tidak wajib membayar nafkahnya.
Apabila nushuz itu munculnya dari suami, maka istri tetap berhak
mendapatkan nafkah dari suaminya itu. 11
6. Kedua – duanya saling dapat menikmati.
Adapun yang dapat menghilangkan hak nafkah yaitu:
1. Istri melakukan perbuatan yang secara nyata menentang kehendak
suami dengan alasan yang tidak bisa dibenarkan secara syara’

(nushu>
z). 12
2. Istri sudah tidak lagi mempunyai hubungan perkawinan dengan
suami (cerai).
Adapun dasar hukum memberi nafkah terhadap keluarga wajib atas
suami, terdapat dalam surah Al-baqarah (2) ayat 233, yang berbunyi:
…ã&s! ÏŠθä9öθpRùQ$# ’n?tãuρ 4 sπtã$|ʧ9$# ¨ΛÉ⎢ムβr& yŠ#u‘r& ô⎯yϑÏ9 ( È⎦÷⎫n=ÏΒ%x. È⎦÷,s!öθym £⎯èδy‰≈s9÷ρr& z⎯÷èÅÊöムßN≡t$Î!≡uθø9$#uρ *
׊θä9öθtΒ Ÿωuρ $yδÏ$s!uθÎ/ 8οt$Î!≡uρ §‘!$ŸÒè? Ÿω 4 $yγyèó™ãρ ωÎ) ë§øtΡ ß#¯=s3è? Ÿω 4 Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ £⎯åκèEuθó¡Ï.uρ £⎯ßγè%ø—Í‘

Ÿξsù 9‘ãρ$t±s?uρ $uΚåκ÷]ÏiΒ