DOCRPIJM a28710a57c BAB IIBAB 2 PROFIL KABUPATEN
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
BAB II.
2.1.
PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
WILAYAH ADMINISTRASI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur
pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan
tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi
Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat
dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5
Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten
Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha,
dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 0 0
36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten
Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)
Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi
Kepulauan Riau).
Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di
Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan
seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai
wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat
dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur
Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah
pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan.
Disamping sungai, selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada
saat pasang surut, kondisi ini menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal
dengan sebutan “Negeri Seribu Parit”.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
28 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
29 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di
Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 0-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2011
No.
Kecamatan
Luas (Has)
Persentase (%)
1. Keritang
94.642
6,92
2. Reteh
53.183
3,89
3. Enok
44.941
3,29
4. Tanah Merah
47.660
3,49
5. Kuala Indragiri
71.495
5,23
6. Tembilahan
15.164
1,11
7. Tempuling
75.287
5,51
8. Batang Tuaka
39.118
2,86
9. Gaung Anak Serka
64.995
4,75
10. Gaung
207.617
15,18
11. Mandah
174.273
12,74
12. Kateman
48.781
3,57
13. Kemuning
104.984
7,68
14. Tembilahan Hulu
13.899
1,02
15. Pulau Burung
58.050
4,24
16. Pelangiran
85.396
6,24
17. Teluk Balengkong
42.774
3,13
18. Concong
26.348
1,93
19. Kempas
58.453
4,27
20. Sungai Batang
40.489
2,96
1.367.551
100,00
Jumlah
Sumber : Draft RTRW INHIL 2011-2031
2.1.1. KONDISI TOPOGRAFI
Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu
daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau
(mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah
yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya
6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan
laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke
dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
30 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
31 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa
sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan
0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %),
kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha
(2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan
dengan kemiringan 0 – 8 %.
2.1.2. KONDISI GEOHIDROLOGI
Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan
topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten
Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang
dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan
investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya
perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).
Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat paritparit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten
Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai
Negeri Seribu Parit.
Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan
air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah
bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater.
Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air
terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun
dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai
(DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS
Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir
dapat
dilihat
pada
peta
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
dibawah
ini.
32 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
33 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.3. KONDISI GEOLOGI
Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan
sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk
morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok
dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya
terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut
ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan
hutan dataran rendah.
Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di
atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya
tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya
dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.
Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya
membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus
berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai
batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara.
Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai
suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang
mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu
batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar
energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.
Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam
geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah,
struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat
mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap
bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran
kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
34 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera
Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai
akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses
pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut
kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan
sepanjang pantai wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.
Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir
berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai
(Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang
tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas
lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung.
Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam.
Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai
(Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan
setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri
dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik,
memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan
nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).
Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-abu
memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat
pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satu-satunya batuan
keras di wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu
menahan bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter.
Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan
rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama
terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi kadangkadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan beragam, berkisar antara 50-300
cm.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
35 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
36 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Lempung abu-abu, terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan
kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah
mencair dan memiliki nilai unconfined strength kurang dari 2 kg/cm². Selain itu, dalam keadaan
kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle (Rajiyowiryono, 1986).
Pasir, terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa
kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas.
Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter.
Gambut, bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat,
butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga
antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi
dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah,
sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini.
2.1.4. KONDISI KLIMATOLOGI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan
ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa
yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi.
Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan
pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut.
Pada tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 136,15 mm
dengan rata-rata hari hujan adalah 10 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Nopember yaitu 229,8 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 14 hari.
Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2
bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan
sedikit kesulitan terhadap persediaan air bersih, pengairan persawahan, dan sebagainya.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
37 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 0-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012
BULAN
HARI HUJAN (Hari)
CURAH HUJAN (mm)
Januari
6
77,0
Februari
12
170,8
Maret
13
197,8
April
13
196,6
Mei
11
130,0
Juni
6
55,9
Juli
7
92,8
Agustus
5
58,1
September
6
90,1
Oktober
12
177,0
Nopember
14
229,8
Desember
15
157,9
Rata-Rata 10
136,15
Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN/KOTA
2.1.2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH
2.1.2.1.
Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan mayoritas lapangan usaha bagi penduduk di Kabupaten
Indragiri Hilir, yaitu sebanyak 75,87% pada tahun 2012 atau sebanyak 231.250 penduduk pada
usia kerja. Selain itu, lahan untuk kegiatan pertanian juga menempati areal terluas yang dibagi
menjadi pertanian tanaman pangan dan pertanian hortikultura.
1. Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Indragiri Hilir terbagi menjadi 2
macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah tersebar di 14
kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha.
Sedangkan untuk
pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan jumlah luasan kurang lebih
sekitar 644 Ha.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
38 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal
persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas areal
lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak 127.037,46 ton,
dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012 mencapai 41,91 Kw/Ha
(4,191 Ton/Ha).
2. Pertanian Hortikultura
Pertanian hortikultura di Kabupaten Indragiri Hilir berada di kawasan pertanian lahan kering,
dengan komoditas buah-buahan dan sayuran yang berada di Kecamatan Tembilahan Hulu,
Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Keritang.
a. Palawija
Kabupaten Indragiri Hilir juga menghasilkan Kelompok tanaman palawija yang
tersebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah luas areal, produksi dan tingkat
produktivitas komoditas palawija di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012;
-
Komoditas jagung menempati luas areal 2.157 Ha dengan hasil produksi sebanyak
5,062.51 ton atau dengan tingkat produktivitas sebesar 23,47 ton/ha;
-
Komoditas kedelai menempati luas areal 147 Ha dengan hasil produksi sebanyak
164,26 Ha atau dengan tingkat produktivitas 11,7 ton/ Ha.
-
Komoditas kacang tanah menempati luas areal 20 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 19,01 Ha atau dengan tingkat produktivitas 9,5 ton/ Ha.
-
Komoditas kacang hijau menempati luas areal 61 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 62,98 Ha atau dengan tingkat produktivitas 10,32 ton/ Ha.
Komoditas Ubi Kayu menempati luas areal 194 Ha dengan hasil produksi sebanyak
4974,27 Ha atau dengan tingkat produktivitas 256,41 ton/ Ha.
-
Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak
811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.
b. Sayuran
Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlalu banyak
ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan
komoditas sayuran lain umumnya komoditi ini banyak didatangkan dari daerah tetangga.
c. Buah-buahan
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
39 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten Indragiri Hilir meliputi;
mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa komoditas
buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir.
3. Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai kedudukan yang penting.
Perkembangan kegiatan perkebunan di Indragiri Hilir menunjukkan kecenderungan yang
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan, meningkatnya produksi,
dan semakin beragamnya jenis tanaman perkebunan.
Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di
daerah ini adalah kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet, sagu, kopi, kakao, pinang,
gambir dan aneka tanaman. Potensi hasil perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir yakni produksi
kelapa dalam mencapai 294.152,12 ton per tahun dengan luas lahan 384.267 Ha. Dengan
potensi tersebut membuat Kabupaten Indragiri Hilir tercatat sebagai salah satu daerah kelapa
terbesar di dunia, bahkan dijuluki sebagai “Tanah Hamparan Kelapa Dunia” yang menjadi top of
mind and interest para penanam modal. Potensi, Peluang Investasi dan Pemanfaatan lahan
komoditas perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
40 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.1 Tabel Luas dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012/2013
Luas Areal (Ha)
No.
Komodiri
2
1
Mutasi dalam tahun laporan
Luas
Akhir
Semester
Tanaman Tanaman Pengurang
Lalu
Jumlah
Baru
an
Ulang
5
6
7=3+5-6
2012
2013
Kondisi
Jumlah
petani
(KK)
Wujud
produksi
TBM
TM
8
TTM/TR
9
Jumlah
Jumlah (Kg)
12
Rata-rata
Jumlah (Kg)
(Kg/Ha)
10
11=7
384,267
393
214
386
384,095
38,766
258,020
87,312
384,095 297,901,329
2 Kelapa hibrida
37,440
82
21
125
37,336
1,219
29,007
7,112
3 Kelapa Saw it
108,964
141
416
354
109,026
35,112
70,633
3,283
4 Kopi
1,239
10
14
17
1,236
216
617
404
1,236
391,027
754
5 Kakao
1,929
4
48
63
1,914
600
754
561
1,914
320,881
6 Pinang
16,342
59
198
137
16,403
2,784
10,201
3,423
16,403
7 Sagu
17,853
43
92
55
17,890
4,200
6,052
7,638
8 Nipah
13,193
-
5
75
13,123
1,280
9,366
2,479
9 Karet
5,361
5
90
5
5,446
1,532
2,885
12
-
-
-
12
4
586,599
737
1,098
1,217
586,480
85,712
Jumlah
4
Produksi (Kg)
1 Kelapa Dalam
10 Gambir
3
Produksi (Kg)
13
14
Rata-rata
(Kg/Ha)
Pemilik
15
16
1,202
Kopra
78,512
1,508
40,153,396
1,232
Kopra
15,116
2,853 249,603,281
2,560
CPO
36,720
393,555
681
Biji Kering
1,104
299
324,616
319
Biji Kering
391
7,636,076
834
7,595,308
666
Biji Kering
15,930
17,890
7,460,716
1,173
7,475,176
1,172 Tepung Basah
1,889
13,123
11,666,945
1,418
11,464,300
1,397
Daun
1,328
1,030
5,446
3,410,783
1,176
3,552,138
1,176
Ojol
1,702
8
-
12
2,880
360
2,880
360
Gelondong
387,542
113,241
11,877 614,716,771
10,765
37,336
47,560,553
109,026 245,670,470
586,480 622,021,659
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
Tabel 2.2 Luas dan Jumlah Produksi Kelapa Dalam dan Kelapa Hibrida di
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012/2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
17
1,502 294,152,123
41 | P a g e
-
152,691
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Luas Areal Kelapa Dalam (Ha)
No.
Kecamatan
Luas
Akhir
Semester
Lalu
Mutasi dalam tahun laporan
Tanaman
Tanaman Pengurang
Baru
an
Ulang
2
1
4
5
6
Produksi (Kg)
2012
2013
Kondisi
Jumlah
TBM
7=3+5-6
TM
TTM/TR
Jumlah
10
11=7
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
12
13
Jumlah
petani
(KK)
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
14
15
Wujud
produksi
Pemilik
8
9
1 Batang Tuaka
2 Concong
24,391
-
-
-
24,391
3,261
17,199
3,931
24,391
18,746,910
1,090
18,746,910
1,090
Kopra
4,978
16,662
11
13
-
16,675
2,007
7,011
7,657
16,675
8,337,600
1,200
8,413,200
1,200
Kopra
3,403
3 Enok
4 GAS
44,123
-
-
5
44,118
2,760
31,945
9,413
44,118
30,227,538
946
30,219,970
946
Kopra
9,004
15,395
29
15
29
15,381
2,425
10,580
2,376
15,381
8,002,161
733
7,755,140
733
Kopra
3,139
5 Gaung
6 Kateman
28,904
55
57
5
28,956
5,472
20,181
3,303
28,956
18,721,728
924
18,645,129
924
Kopra
5,909
37,689
-
-
-
37,689
6,049
24,002
7,638
37,689
28,802,400
1,200
28,802,400
1,200
Kopra
7,692
7 Kempas
8 Keritang
6,100
-
-
-
6,100
1,093
4,436
571
6,100
5,308,800
1,200
5,323,200
1,200
Kopra
1,245
27,115
-
97
245
26,967
999
24,637
1,332
26,967
25,744,950
1,050
25,868,850
1,050
Kopra
5,503
9 Pulau Burung
10 Reteh
11 Teluk Belengkong
3
Produksi (Kg)
16
17
10,879
-
-
-
10,879
1,220
8,143
1,516
10,879
9,764,400
1,200
9,771,600
1,200
Kopra
2,220
24,993
34
-
-
24,993
1,356
12,736
10,901
24,993
17,320,960
1,360
17,320,960
1,360
Kopra
5,101
3,520
-
4
-
3,524
84
3,364
76
3,524
6,053,400
1,800
6,055,200
1,800
Kopra
719
12 Tempuling
13 Kemuning
10,159
50
-
-
10,159
1,359
6,176
2,624
10,159
7,358,400
1,200
7,411,200
1,200
Kopra
2,073
17
-
1
-
18
4
14
1
18
16,800
1,200
16,800
1,200
Kopra
23
14 Mandah
15 Pelangiran
55,216
-
-
-
55,216
3,968
37,866
13,382
55,216
46,383,600
1,200
45,439,200
1,200
Kopra
11,374
15,770
209
-
40
15,730
4,056
10,616
1,058
15,730
15,482,322
1,494
15,860,304
1,494
Kopra
3,210
16 Sei Batang
17 Tanah Merah
14,093
5
5
46
14,052
551
5,938
7,563
14,052
10,762,700
1,300
7,719,400
1,300
Kopra
2,868
10,810
-
3
11
10,802
4
10,796
2
10,802
12,968,400
1,200
12,955,200
1,200
Kopra
2,204
3,645
-
-
-
3,645
92
3,116
437
3,645
3,739,200
7,200
3,739,200
1,200
Kopra
744
9,082
-
-
-
9,082
213
7,196
1,673
9,082
9,606,660
1,335
9,606,660
1,335
Kopra
1,853
25,706
384,267
393
19
214
5
386
25,720
384,095
1,794
38,766
12,068
258,020
11,858
87,312
1,200 14,481,600
1,502 294,152,123
1,200
1,202
Kopra
5,249
78,512
18 Tembilahan Hulu
19 Tembilahan
20 Kuindra
Jumlah
25,720 14,552,400
384,095 297,901,329
Luas Areal Kelapa Hibrida (Ha)
No.
Komodiri
Luas
Akhir
Semester
Lalu
Mutasi dalam tahun laporan
Tanaman
Tanaman Pengurang
Baru
an
Ulang
2
1
3
4
5
6
Produksi (Kg)
Produksi (Kg)
2012
2013
Kondisi
Jumlah
TBM
7=3+5-6
8
TM
TTM/TR
Jumlah
9
10
11=7
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
12
13
Jumlah
petani
(KK)
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
14
15
Wujud
produksi
Pemilik
16
17
1 Batang Tuaka
2 Concong
487
-
-
-
487
-
251
236
487
175,449
699
175,449
699
Kopra
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
3 Enok
4 GAS
492
-
-
-
492
24
242
226
492
224,092
926
224,092
926
Kopra
199
197
2
-
-
-
2
-
2
-
2
800
400
800
400
Kopra
1
5 Gaung
6 Kateman
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
7 Kempas
8 Keritang
4,001
-
-
-
4,001
-
2,826
1,175
4,001
8,478,000
3,000
3,631,410
1,285
Kopra
1,620
9 Pulau Burung
10 Reteh
405
-
-
60
345
-
138
207
345
112,200
850
117,300
850
Kopra
140
10,109
-
-
-
10,109
947
7,608
1,554
10,109
9,260,715
1,220
9,281,760
1,220
Kopra
4,093
144
-
-
15
129
-
65
64
129
135,405
1,593
103,545
1,593
Kopra
52
8,087
-
21
1
8,107
82
6,470
1,555
8,107
10,831,597
1,669
10,798,130
1,669
Kopra
3,282
3,191
-
-
35
3,156
-
2,425
731
3,156
7,275,000
3,000
4,850,000
2,000
Kopra
1,278
2
-
-
1
2
-
2
-
2
840
840
1,680
840
Kopra
1
230
-
-
-
230
-
230
-
230
690,000
3,000
460,000
2,000
Kopra
93
7,136
82
-
7
7,129
165
6,817
147
7,129
8,157,548
1,219
8,309,923
1,219
Kopra
2,886
20
-
-
-
20
-
20
-
20
31,420
1,571
31,420
1,571
Kopra
8
17 Tanah Merah
18 Tembilahan Hulu
782
-
-
4
778
1
777
-
778
860,200
1,100
854,700
1,100
Kopra
315
951
-
-
2
949
-
525
424
949
513,298
1,948
511,350
974
Kopra
384
19 Tembilahan
20 Kuindra
367
-
-
-
367
-
282
85
367
305,124
1,082
305,124
1,082
Kopra
149
1,035
37,440
82
21
125
1,035
37,336
1,219
327
29,007
708
7,112
1,035
37,336
508,865
47,560,553
1,519
1,508
496,713
40,153,396
1,519
1,232
Kopra
11 Teluk Belengkong
12 Tempuling
13 Kemuning
14 Mandah
15 Pelangiran
16 Sei Batang
Jumlah
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
42 | P a g e
-
419
15,116
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir pada akhir tahun 2013 tercatat
384.267 Ha (± 10,5 % dari Luas Nasional), namun produktivitas kelapa dalam di Kab. Indragiri
Hilir sebesar 1,14 ton/ha/tahun setara kopra, masih berada di bawah standar produktivitas kelapa
(1,50 ton/ha). Rendahnya produktivitas lahan perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri
Hilir tidak terlepas dari kondisi tanggul pengaman perkebunan yang rusak dan saluran / parit
yang tidak berfungsi secara normal. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan perkebunan
tergenang air dan ditambah lagi adanya intrusi air laut dan serangan hama sehingga tanaman
kelapa menjadi rusak/tidak mau berbuah.
Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut belum membuahkan hasil
seperti yang diinginkan. Pembangunan tanggul baik manual dan mekanis, peremajaan pohon
kelapa tua, normalisasi saluran / parit dan pembangunan pintu klip sudah dilaksanakan namun
belum maksimal hasilnya sehingga perlu adanya program penanganan lahan kritis / rusak secara
terpadu dan terintegrasi dengan sektor lainnya termasuk system penganggaran dan mekanisme /
teknis penanganan perlu dirumuskan secara bersama oleh seluruh stakeholders perkebunan
kelapa.
4. Peternakan
Pada dasarnya sektor peternakan akan terkait dengan populasi dan produksi ternak.
Sektor peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya diusahakan oleh rumah tangga
dan masih merupakan usaha sampingan. Jenis peternakan yang dikembangkan adalah ternak
besar antara lain ternak sapi, kambing, domba, dan unggas.
Konsumsi terhadap hasil ternak di Kabupaten Indragiri Hilir cukup tinggi namun
pemenuhan kebutuhan dari produksi peternakan lokal di Kabupaten Indragiri Hilir masih jauh dari
yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya terobosan bagi pengembangan peternakan di
Kabupaten Indragiri Hilir mengingat potensi pasar yang cukup besar dan dapat disinergikan
dengan pengembangan pertanian maupun perkebunan mengingat kotoran ternak yang dapat
digunakan sebagai pupuk sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimiawi sekaligus
akan mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
43 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.2.2.
Sektor Perikanan
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial, baik
perikanan perairan umum / sungai, rawa maupun perikanan laut. Seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Indragiri Hilir, memiliki perairan umum (rawa dan sungai) dan budidaya air tawar
(kolam), serta diantaranya memiliki wilayah pesisir, yaitu : Kecamatan Pulau Burung, Kateman,
Mandah, Gaung Anak Serka, Concong, Kuala Indragiri, Tanah Merah, Sungai Batang dan Reteh
merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan budidaya air payau, budidaya laut dan
budidaya pantai.
Keragaman jenis perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir dihasilkan dari sumberdaya dan
budidaya perikanan yang terdiri atas budidaya air tawar, budidaya air payau dan perikanan
tangkap air laut.
1. Perikanan Tangkap
Perairan laut Kabupaten Indragiri Hilir memiliki posisi yang strategis dimana berhadapan
langsung dengan Selat Berhala dan Laut Cina Selatan yang diyakini banyak menyimpan
kekayaan sumberdaya hayati, berupa ikan dan berbagai jenis hewan air serta tumbuhan laut
lainnya. Sumberdaya ikan tersebut di atas antara lain adalah ikan pelagis dan demersal yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan yang tergolong pelagis antara lain: tenggiri
(Scomberomerus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar
(Selaroides spp.), belanak (Mugil spp.), gulamah (Sciaenidae spp.), kuwe (Caranx spp.), cumi
(Loligo spp.), senangin (Polynemus spp.) dan ikan yang tergolong demersal yaitu: kakap (Lates
calcarifer), bawal hitam (Formio niger), bawal putih (Pampus argenteus), pari (Trigonidae), kurau
(Eleutheronema tetradactylum), kitang serta binatang yang berkulit keras yaitu: udang putih
(Peneus semisulcatus), udang barong (Penulirus spp.), udang dogol (Metapenaeus spp.),
rajungan (Portunus spp.), kepiting (Scylla serrata), udang nenek (Uratos guilla nepa sp.) dan
masih banyak jenis ikan dan binatang lainnya. Selain dari perairan laut, potensi perikanan
tangkap juga berasal dari perairan umum seperti sungai, danau, parit dan rawa dimana pada
tahun 2013 sumberdaya perikanan tangkap dari perairan laut dan perairan umum menghasilkan
produksi sebanyak 45,080,17 ton dengan jumlah tenaga kerja 9.074 KK.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
44 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2. Perikanan Budidaya
Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif usaha bagi masyarakat di Indragiri
Hilir. Adanya potensi hutan bakau dan kebun kelapa kritis yang luas di Indragiri Hilir mendorong
masyarakat untuk mendapatkan penghasilan melalui usaha budidaya perikanan. Salah satu
budidaya perikanan yang cukup menjanjikan adalah melalui tambak yang merupakan budidaya
perikanan air payau. Pada tahun 2013, areal tambak seluas 1.404 Ha dapat menghasilkan
produk ikan budidaya sebanyak 3.001 ton dengan jumlah rumah tangga yang terlibat adalah
1.439 KK. Kecamatan Reteh memiliki tambak yang terluas membudidayakan perikanan air payau
yakni 650 Ha dengan melibatkan 40 rumah tangga dengan jumlah produksi mencapai 2.150 ton.
.2.1.
2.1.2.3. Sektor Kehutanan
Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya memanfaatkan sumber daya hutan
secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan ekologi dan sosial
masyarakat untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat terutama masyarakat tempatan.
Oleh karena itu potensi kehutanan harus diolah sebaik mungkin sebagai salah satu pendorong
penting kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan kehutanan harus melingkupi berbagai
usaha pemanfaatan hutan secara maksimal dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan hidup
dalam arti luas, pada hakekatnya harus berprinsip dapat memberikan manfaat optimal jangka
panjang, meliputi sistem dan manajemen pengelolaan kawasan hutan beserta isinya sebagai
sumber pendapatan daerah dan masyarakat agar sejahtera dan berkeadilan. Namun pada
kenyataannya banyak dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam sistem dan manajemen
pengelolaan hutan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdampak
negatif bahkan sudah mencapai pada taraf “ancaman hari depan”. Untuk itu perlu adanya
peninjauan terhadap sistem dan manajemen pengelolaan hutan beserta peraturan dan
pengaturan yang berlaku baik langsung maupun yang saling terkait.
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kawasan hutan yang sudah di tata batas adalah
seluas 395.634, 94 Ha, dengan rincian sebagai berikut :
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
45 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.3 Luas Kawasan Hutan yang sudah di Tata Batas Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
Fungsi/Nama Kawasan
Hutan lindung Pulau Airtawar, Pulau Bakung, Pulau Cawan, Pulau
Pisang
Hutan Produksi Sungai Gaung
Hutan Produksi Terbatas
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Kawasan Hutan Bakau
Luas
(Ha)
34.973,05
217.634,62
54.731,34
24.761,92
63.534,01
Sumber : Inhil Dalam Angka 2012
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
46 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Secara umum, kebijakan sistem pengelolaan kawasan hutan selama ini adalah untuk
kepentingan pengembangan industri agribisnis khususnya komoditi perkebunan yang dikelola
dengan kemitraan pola PIR, perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan rakyat swadaya,
terutama pada kawasan hutan konversi. Tetapi sayangnya sasaran peningkatan kesejahteraan
petani/masyarakat masih belum dapat tercapai, bahkan kemiskinan terbanyak justru berada di
pedesaan terutama masyarakat desa tradisional Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan
pendapatan utama dari usaha perkebunan. Sebaliknya tidak sedikit kawasan hutan konversi
dikuasai secara berlebihan oleh beberapa perusahaan perkebunan swasta, perorangan dan
pemodal besar, sedangkan masyarakat petani pedesaan hanya mampu menguasai luas lahan
usaha perkebunan terbatas rata-rata kurang dari 2 hektar setiap kepala keluarga.
2.1.2.4.
Sektor Pertambangan
Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan
keberadaannya terikat pada ruang tertentu serta mempunyai jumlah yang terbatas di alam.
Apabila sumberdaya tersebut dikelola dengan baik dapat berperan sebagai modal dasar
pembangunan. Sumberdaya mineral merupakan salah satu andalan utama bagi sumber
pendapatan dalam mendukung pendapatan daerah. Namun dalam pelaksanaannya, merupakan
bagian dalam kerangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan dijalankan melalui
kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan.
Struktur geologi di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terjadi karena adanya aktivitas
tektonik zaman karbon sampai dengan Resen, maka terdapat kemungkinan terbentuknya potensi
bahan galian. Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai potensi sumberdaya mineral cukup besar
antara lain batubara, granit, pasir, pasir sungai, pasir kuarsa, tanah liat, kaolin, gambut dan tanah
urug.
Usaha Pertambangan Umum di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilaksanakan oleh
perusahaan jika perusahaan sudah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri dari IUP
Ekplorasi dan IUP Operasi Produksi Izin-izin terkait lainnya. Sampai saat ini untuk kegiatan
pertambangan terdapat 14 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Indragiri Hilir.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
47 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.2.5.
Sektor Industri
Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan lahan untuk berbagai komoditas pertanian,
perkebunan dan perikanan telah mendorong terciptanya berbagai peluang pengembangan
industry pengolahan antara lain pengembangan industry tanaman pangan berupa pengolahan
minuman dari buah-buahan dengan bahan baku jeruk dan nenas serta industry berbahan baku
tanaman pangan lainnya.
Peluang lainnya berupa industri pengolahan terpadu berbahan baku kelapa dengan jenis
produksi berupa minyak, bungkil, sabut kelapa, arang tempurung (karbon aktif), nata de coco,
meubel dan produksi industri hilir lainnya. Industry ini berorientasi ekspor dengan negara tujuan
Singapura dan Malaysia, terutama untuk dikembangkan menjadi perabot rumah tangga, selain itu
terdapat industri pengolahan kelapa sawit yang berkembang dengan pesatnya, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kabupaten Indragiri Hilir.
Saat ini sedang dipersiapkan Kawasan Industri Kuala Enok dengan luas 880 Ha yang
lokasinya sangat strategis berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
dimana sudah dibangun Pelabuhan Samudera Kuala Enok. Kawasan ini memiliki prospek
pengembangan yang sangat besar bagi industry pembekuan (cold storage) ikan dan udang,
minyak ikan dan tepung udang, minyak jagung bungkil kopra, pengolahan kelapa sawit,
margarine, stearin, oleic acid, fatty alcohol.
2.1.2.6.
Sektor Pariwisata
Potensi wisata di Kabupaten Indragiri Hilir berupa wisata alam, religi, budaya dan
belanja, namun masih memerlukan pengembangan dan penataan lebih lanjut baik dari
segi infrastruktur maupun kondisi objek yang bersangkutan. Di Kecamatan Tembilahan
terdapat obyek wisata belanja seperti Pasar Pajak atau lebih dikenal PJ pada masa
jayanya sekitar tahun 80-an dan hingga saat ini masih menjadi trend mark dan
primadona belanja di Tembilahan.
Khusus untuk obyek wisata Air Terjun 86 dan Air Terjun Tembulon Rusa yang
terletak di Kecamatan Kemuning telah dilakukan Penyusunan Masterplan (Tahun 2013)
untuk pengembangan taman wisata alam. Selanjutnya, pada masa yang akan datang
diharapkan daya tarik obyek-obyek wisata di Kabupaten Indragiri Hilir dapat menarik
wisatawan sehingga dapat menjadi sumber pendapatan daerah.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
48 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.4 Jenis, Lokasi, Luas, Waktu Tempuh dan Kondisi Objek Wisata di
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013
o
.
Jenis Objek Wisata
Lokasi
Jarak
Tempuh dari
Ibukota /
Transportasi
Kondis
i
WISATA ALAM
Pantai Solop
Kec. Mandah
± 45 Menit / Laut
Baik
Air Terjun Tembulon Rusa
Kec. Kemuning
± 4 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Air Terjun Selensen Salak
Kec. Kemuning
± 4 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Air Terjun 86
Kec. Kemuning
± 5 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Bukit Berbunga
Kec. Kemuning
± 5 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Wisata Agro
Kec. Tbh Hulu,
Tempuling
Kemuning
± 25 Menit / Darat
± 45 Menit / Darat
± 4 Jam / Darat
Baik
.
.
.
.
.
.
.
WISATA RELIGI
Makam Syech H. Abdulrahman
Siddik
Hidayat Sapat
± 25 Menit / Laut
Baik
.
Kec. Keritang
± 3 Jam / Darat
Baik
.
Makam Syech H. Abdulrahman
Yakup
Kecamatan
Tembilahan
± 10 Menit / Darat
Baik
Gema Muharram
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Grebeg Suro
Kec. Kempas
± 60 Menit / Darat
.
WISATA BELANJA
Pasar Pajak /Pasar Jongkok (PJ)
.
.
WISATA BUDAYA
.
.
Pacu Sampan Leper
.
Kec.
Tembilahan
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
± 20 Menit / Darat
49 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Jenis Objek Wisata
o
Lokasi
Lomba Selodang
Jarak
Tempuh dari
Ibukota /
Transportasi
Kec. Gaung
± 60 Menit / Laut
Menongkah
Kec. Tanah Merah
± 45 Menit / Laut
Festival Bumi Serumpun
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Ajang Pemilihan Bujang dan Dara
Inhil
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Kondis
i
.
.
.
.
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
2.3. KONDISI DEMOGRAFI DAN URBANISASI
2.3.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Berdasarkan data statistik yang ada, diketahui jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir
pada tahun 2012 adalah sebanyak 689.938 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2013). Dari
jumlah penduduk tersebut terdiri dari 170.762 Kepala Keluarga (Rumah Tangga). Tingkat
kepadatan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir tergolong amat rendah, yaitu 84,80 jiwa per Km²
dan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa.
Pada umumnya distribusi penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir cukup merata untuk
setiap wilayah kecamatan. Distribusi penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Gaung
Anak Serak, dengan distribusi penduduk sekitar 10,50 5 atau 71.193 jiwa. Selain itu, untuk
memudahkan pergerakan, maka penduduk juga memilih untuk membangun rumah yang berada
di sekitar tepi jalan dan tepi sungai/parit.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
50 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1
Kemuning
94,642
64,029
67.65
2
Reteh
53,183
43,991
82.72
3
Enok
44,941
34,340
76.41
4
Tanah Merah
47,660
31,201
65.47
5
Kuala Indragiri
71,495
19,469
27.23
6
Tembilahan
15,164
72,446
477.75
7
Tempuling
75,287
30,768
40.87
8
Batang Tuaka
39,118
27,412
70.08
9
Gaung Anak Serka
64,995
22,237
34.21
10 Gaung
207,617
40,164
19.35
11 Mandah
174,273
40,185
23.06
12 Kateman
48,781
45,630
93.54
13 Kemuning
104,984
30,887
29.42
14 Tembilahan Hulu
13,899
44,451
319.81
15 Pulau Burung
58,050
22,474
38.71
16 Pelangiran
85,396
43,838
51.33
17 Teluk Balengkong
42,774
16,794
39.26
18 Concong
26,348
13,340
50.63
19 Kempas
58,453
33,959
58.10
20 Sungai Batang
40,489
12,323
30.44
1,367,551
689,938
84.80
Jumlah
Sumber : BPS Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
51 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.3.2. Tingkat Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir meningkat pesat sejak tahun 1990
yang hanya berjumlah 426.196 jiwa (RUTR Kab. Indragiri Hilir : 1992), tahun 1995 sebanyak 567.864
jiwa (BPS Kab. Ingriri Hilir : 1994 – 1997), pada tahun 2001 sebanyak 542.226 jiwa (Kabupaten Inhil
Dalam Angka 2002), tahun 2006 sebanyak 647.512 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2007),
sebanyak 658.178 jiwa pada tahun 2007 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2008) dan menjadi
sebanyak 670.834 jiwa pada tahun 2008 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2009).
Bagan 2-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 (jiwa)
Sumber : Analisis data BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
Dari perkembangan jumlah penduduk tersebut maka laju pertumbuhan penduduk ratarata per tahun selama kurun waktu 13 tahun terakhir (1990-2003) adalah 10.718 jiwa per tahun,
atau sebesar 2.24 % per tahun. Jika dilihat secara periodik pertumbuhan penduduk dari hasil
Sensus Penduduk 2000 berjumlah 555.666 jiwa Jika dibandingkan dengan Sensus Penduduk
1990 sebanyak 477.276 jiwa, sehingga angka pertumbuhannya sebesar 1.58%. Pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir sedikit mengalami penurunan jika dibanding dengan
pertumbahan penduduk periode tahun 1980-1990 sebesar 1.83 %.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
52 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 adalah 662.185
jiwa (RTRW 2011-2031) dan tahun 2011 sebanyak 685.698 jiwa (INHIL dalam Angka 2012)
sehingga rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 20.361 jiwa per tahun, atau sebesar. 3.577 %
per tahun. Dari tahun 20011-2012, pertumbuhan penduduk pertahun Kabupaten Indragiri Hilir
adalah 0,618% atau meningkat sebesar 4.240 jiwa per tahun. Dari dua tahun tersebut diambil
pertumbuhan rata-rata sebesar 2.093% pertahun. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat tabel berikut.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
53 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2-6. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2007-2012
JUMLAH PEN DUDUK
N o.
KECAMATAN
LUAS (H A)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
KEPADATAN
(Jiwa/Km2)
1
Keritang
94,642
59,469
60,610
61,743
61,433
63,636
64,029
2
Reteh
53,183
46,883
48,054
48,952
42,111
43,722
43,991
82.72
3
Enok
44,941
36,557
37,259
37,956
32,968
34,129
34,340
76.41
4
Tanah Merah
47,660
35,007
35,679
36,346
29,948
31,009
31,201
65.47
5
Kuala Indragiri
71,495
21,379
21,550
21,953
18,688
19,349
19,469
27.23
6
Tembilahan
15,164
64,128
65,324
66,545
69,524
72,001
72,446
477.75
7
Tempuling
75,287
27,553
28,144
28,670
29,534
30,579
30,768
40.87
8
Batang Tuaka
39,118
24,570
25,140
25,610
26,317
27,244
27,412
70.08
9
Gaung Anak Serka
64,995
23,282
23,735
24,179
21,339
22,100
22,237
34.21
10 Gaung
207,617
42,422
43,359
44,170
38,559
39,918
40,164
19.35
11 Mandah
174,273
48,207
48,442
49,327
38,568
39,938
40,185
23.06
12 Kateman
48,781
46,153
47,288
48,172
43,813
45,350
45,630
93.54
13 Kemuning
104,984
14,835
15,278
15,564
29,656
30,697
30,887
29.42
13,899
36,281
36,985
37,676
42,654
44,177
44,451
319.81
14 Tembilahan Hulu
67.65
15 Pulau Burung
58,050
14,848
30,934
31,512
21,585
22,335
22,474
38.71
16 Pelangiran
85,396
30,408
31,717
32,310
42,132
43,568
43,838
51.33
17 Teluk Balengkong
42,774
31,206
15,095
15,377
16,124
16,690
16,794
39.26
18 Concong
26,348
13,302
13,620
13,875
12,804
13,258
13,340
50.63
19 Kempas
58,453
28,259
28,956
29,497
32,602
33,750
33,959
58.10
20 Sungai Batang
Jumla h
40,489
13,429
13,665
13,920
11,826
12,248
12,323
1 ,3 6 7 ,5 4 9
6 5 8 ,1 7 8
6 7 0 ,8 3 4
6 8 3 ,3 5 4
6 6 2 ,1 8 5
6 8 5 ,6 9 8
6 8 9 ,9 3 8
30.44
8 4 .8 0
Sumber : INHIL DALAM ANGKA & RTRW 2011-2031
2.3.3. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dihitung berdasarkan tingkat laju pertambahan penduduk
yang dihitung berdasarkan peningkatan jumlah penduduk selama 2 tahun terakhir yang dianggap
stabil. Hal ini dikarenakan dalam 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi yang sangat bervariatif hingga
pertumbuhan minus di sebagian kecamatan yang berarti terjadi migrasi/perpindahan penduduk
dari wilayah tersebut.
Dengan memperhatikan karakter laju pertumbuhan penduduk menurut masing-masing
kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, dan jumlah penduduk tahun dasar prediksi adalah jumlah
penduduk mutakhir yang ada yaitu tahun 2012, prediksi tahun 2013 maka dihitung prediksi
jumlah penduduk sampai tahun 2018.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
54 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2-7. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018 s/d 2018
Basis Data
No.
KECAMATAN
LUAS (HA)
LPP (%)
PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK 5TH
2013
2012
2014
2015
2016
2017
2018
1
Keritang
94.642
2,113
64.029
65.382
66.763
68.174
69.614
71.085
72.587
2
Reteh
53.183
2,232
43.991
44.973
45.977
47.003
48.052
49.125
50.222
3
Enok
44.941
2,081
34.340
35.055
35.784
36.529
37.289
38.065
38.857
4
Tanah Merah
47.660
2,092
31.201
31.854
32.520
33.200
33.895
34.604
35.328
5
Kuala Indragiri
71.495
2,090
19.469
19.876
20.291
20.715
21.148
21.590
22.041
6
Tembilahan
15.164
2,101
72.446
73.968
75.523
77.110
78.730
80.385
82.074
7
Tempuling
75.287
2,089
30.768
31.411
32.067
32.737
33.421
34.119
34.832
8
Batang Tuaka
39.118
2,080
27.412
27.982
28.564
29.159
29.765
30.385
31.017
9
Gaung Anak Serka
64.995
2,104
22.237
22.705
23.183
23.670
24.168
24.677
25.196
10
Gaung
207.617
2,081
40.164
41.000
41.853
42.724
43.613
44.521
45.448
11
Mandah
174.273
2,096
40.185
41.027
41.887
42.766
43.662
44.577
45.512
12
Kateman
48.781
2,074
45.630
46.576
47.542
48.528
49.534
50.561
51.610
13
Kemuning
104.984
2,075
30.887
31.528
32.182
32.850
33.532
34.228
34.938
14
Tembilahan Hulu
13.899
2,106
44.451
45.387
46.343
47.320
48.316
49.334
50.373
15
Pulau Burung
58.050
2,059
22.474
22.937
23.409
23.891
24.383
24.885
25.398
16
Pelangiran
85.396
2,025
43.838
44.726
45.631
46.555
47.497
48.459
49.440
17
Teluk Balengkong
42.774
2,078
16.794
17.143
17.499
17.863
18.234
18.613
18.999
18
Concong
26.348
2,093
13.340
13.619
13.904
14.195
14.492
14.796
15.105
19
Kempas
58.453
2,081
33.959
34.666
35.387
36.124
36.875
37.643
38.426
20
Sungai Batang
40.489
2,101
12.323
12.582
12.846
13.116
13.392
13.673
13.961
2,093
689.938
704.396
719.158
734.229
749.615
765.325
781.364
Jumlah
1.367.549
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
55 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN
RTRW KABUPATEN/KOTA
Dalam analisis kegiatan ekonomi, pembahasan akan dilakukan terhadap peran dan
pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada sistem ekonomi regional, perkembangan dan struktur
ekonomi, aliran dan pola pergerakan barang dan jasa serta pengembangan kegiatan ekonomi
dan investasi.
2.4.1. Kondisi Sosial
A. Indeks Pembangu
BAB II.
2.1.
PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
WILAYAH ADMINISTRASI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur
pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan
tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi
Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat
dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5
Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten
Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha,
dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 0 0
36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten
Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)
Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi
Kepulauan Riau).
Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di
Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan
seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai
wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat
dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur
Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah
pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan.
Disamping sungai, selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada
saat pasang surut, kondisi ini menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal
dengan sebutan “Negeri Seribu Parit”.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
28 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
29 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di
Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 0-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2011
No.
Kecamatan
Luas (Has)
Persentase (%)
1. Keritang
94.642
6,92
2. Reteh
53.183
3,89
3. Enok
44.941
3,29
4. Tanah Merah
47.660
3,49
5. Kuala Indragiri
71.495
5,23
6. Tembilahan
15.164
1,11
7. Tempuling
75.287
5,51
8. Batang Tuaka
39.118
2,86
9. Gaung Anak Serka
64.995
4,75
10. Gaung
207.617
15,18
11. Mandah
174.273
12,74
12. Kateman
48.781
3,57
13. Kemuning
104.984
7,68
14. Tembilahan Hulu
13.899
1,02
15. Pulau Burung
58.050
4,24
16. Pelangiran
85.396
6,24
17. Teluk Balengkong
42.774
3,13
18. Concong
26.348
1,93
19. Kempas
58.453
4,27
20. Sungai Batang
40.489
2,96
1.367.551
100,00
Jumlah
Sumber : Draft RTRW INHIL 2011-2031
2.1.1. KONDISI TOPOGRAFI
Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu
daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau
(mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah
yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya
6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan
laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke
dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
30 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
31 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa
sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan
0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %),
kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha
(2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan
dengan kemiringan 0 – 8 %.
2.1.2. KONDISI GEOHIDROLOGI
Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan
topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten
Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang
dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan
investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya
perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).
Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat paritparit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten
Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai
Negeri Seribu Parit.
Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan
air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah
bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater.
Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air
terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun
dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai
(DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS
Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir
dapat
dilihat
pada
peta
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
dibawah
ini.
32 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
33 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.3. KONDISI GEOLOGI
Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan
sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk
morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok
dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya
terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut
ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan
hutan dataran rendah.
Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di
atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya
tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya
dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.
Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya
membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus
berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai
batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara.
Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai
suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang
mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu
batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar
energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.
Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam
geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah,
struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat
mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap
bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran
kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
34 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera
Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai
akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses
pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut
kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan
sepanjang pantai wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.
Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir
berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai
(Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang
tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas
lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung.
Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam.
Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai
(Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan
setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri
dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik,
memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan
nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).
Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-abu
memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat
pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satu-satunya batuan
keras di wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu
menahan bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter.
Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan
rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama
terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi kadangkadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan beragam, berkisar antara 50-300
cm.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
35 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
36 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Lempung abu-abu, terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan
kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah
mencair dan memiliki nilai unconfined strength kurang dari 2 kg/cm². Selain itu, dalam keadaan
kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle (Rajiyowiryono, 1986).
Pasir, terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa
kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas.
Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter.
Gambut, bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat,
butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga
antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi
dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah,
sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini.
2.1.4. KONDISI KLIMATOLOGI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan
ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa
yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi.
Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan
pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut.
Pada tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 136,15 mm
dengan rata-rata hari hujan adalah 10 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Nopember yaitu 229,8 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 14 hari.
Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2
bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan
sedikit kesulitan terhadap persediaan air bersih, pengairan persawahan, dan sebagainya.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
37 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 0-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012
BULAN
HARI HUJAN (Hari)
CURAH HUJAN (mm)
Januari
6
77,0
Februari
12
170,8
Maret
13
197,8
April
13
196,6
Mei
11
130,0
Juni
6
55,9
Juli
7
92,8
Agustus
5
58,1
September
6
90,1
Oktober
12
177,0
Nopember
14
229,8
Desember
15
157,9
Rata-Rata 10
136,15
Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN/KOTA
2.1.2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH
2.1.2.1.
Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan mayoritas lapangan usaha bagi penduduk di Kabupaten
Indragiri Hilir, yaitu sebanyak 75,87% pada tahun 2012 atau sebanyak 231.250 penduduk pada
usia kerja. Selain itu, lahan untuk kegiatan pertanian juga menempati areal terluas yang dibagi
menjadi pertanian tanaman pangan dan pertanian hortikultura.
1. Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Indragiri Hilir terbagi menjadi 2
macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah tersebar di 14
kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha.
Sedangkan untuk
pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan jumlah luasan kurang lebih
sekitar 644 Ha.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
38 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal
persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas areal
lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak 127.037,46 ton,
dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012 mencapai 41,91 Kw/Ha
(4,191 Ton/Ha).
2. Pertanian Hortikultura
Pertanian hortikultura di Kabupaten Indragiri Hilir berada di kawasan pertanian lahan kering,
dengan komoditas buah-buahan dan sayuran yang berada di Kecamatan Tembilahan Hulu,
Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Keritang.
a. Palawija
Kabupaten Indragiri Hilir juga menghasilkan Kelompok tanaman palawija yang
tersebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah luas areal, produksi dan tingkat
produktivitas komoditas palawija di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012;
-
Komoditas jagung menempati luas areal 2.157 Ha dengan hasil produksi sebanyak
5,062.51 ton atau dengan tingkat produktivitas sebesar 23,47 ton/ha;
-
Komoditas kedelai menempati luas areal 147 Ha dengan hasil produksi sebanyak
164,26 Ha atau dengan tingkat produktivitas 11,7 ton/ Ha.
-
Komoditas kacang tanah menempati luas areal 20 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 19,01 Ha atau dengan tingkat produktivitas 9,5 ton/ Ha.
-
Komoditas kacang hijau menempati luas areal 61 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 62,98 Ha atau dengan tingkat produktivitas 10,32 ton/ Ha.
Komoditas Ubi Kayu menempati luas areal 194 Ha dengan hasil produksi sebanyak
4974,27 Ha atau dengan tingkat produktivitas 256,41 ton/ Ha.
-
Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak
811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.
b. Sayuran
Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlalu banyak
ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan
komoditas sayuran lain umumnya komoditi ini banyak didatangkan dari daerah tetangga.
c. Buah-buahan
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
39 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten Indragiri Hilir meliputi;
mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa komoditas
buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir.
3. Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai kedudukan yang penting.
Perkembangan kegiatan perkebunan di Indragiri Hilir menunjukkan kecenderungan yang
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan, meningkatnya produksi,
dan semakin beragamnya jenis tanaman perkebunan.
Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di
daerah ini adalah kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet, sagu, kopi, kakao, pinang,
gambir dan aneka tanaman. Potensi hasil perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir yakni produksi
kelapa dalam mencapai 294.152,12 ton per tahun dengan luas lahan 384.267 Ha. Dengan
potensi tersebut membuat Kabupaten Indragiri Hilir tercatat sebagai salah satu daerah kelapa
terbesar di dunia, bahkan dijuluki sebagai “Tanah Hamparan Kelapa Dunia” yang menjadi top of
mind and interest para penanam modal. Potensi, Peluang Investasi dan Pemanfaatan lahan
komoditas perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
40 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.1 Tabel Luas dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012/2013
Luas Areal (Ha)
No.
Komodiri
2
1
Mutasi dalam tahun laporan
Luas
Akhir
Semester
Tanaman Tanaman Pengurang
Lalu
Jumlah
Baru
an
Ulang
5
6
7=3+5-6
2012
2013
Kondisi
Jumlah
petani
(KK)
Wujud
produksi
TBM
TM
8
TTM/TR
9
Jumlah
Jumlah (Kg)
12
Rata-rata
Jumlah (Kg)
(Kg/Ha)
10
11=7
384,267
393
214
386
384,095
38,766
258,020
87,312
384,095 297,901,329
2 Kelapa hibrida
37,440
82
21
125
37,336
1,219
29,007
7,112
3 Kelapa Saw it
108,964
141
416
354
109,026
35,112
70,633
3,283
4 Kopi
1,239
10
14
17
1,236
216
617
404
1,236
391,027
754
5 Kakao
1,929
4
48
63
1,914
600
754
561
1,914
320,881
6 Pinang
16,342
59
198
137
16,403
2,784
10,201
3,423
16,403
7 Sagu
17,853
43
92
55
17,890
4,200
6,052
7,638
8 Nipah
13,193
-
5
75
13,123
1,280
9,366
2,479
9 Karet
5,361
5
90
5
5,446
1,532
2,885
12
-
-
-
12
4
586,599
737
1,098
1,217
586,480
85,712
Jumlah
4
Produksi (Kg)
1 Kelapa Dalam
10 Gambir
3
Produksi (Kg)
13
14
Rata-rata
(Kg/Ha)
Pemilik
15
16
1,202
Kopra
78,512
1,508
40,153,396
1,232
Kopra
15,116
2,853 249,603,281
2,560
CPO
36,720
393,555
681
Biji Kering
1,104
299
324,616
319
Biji Kering
391
7,636,076
834
7,595,308
666
Biji Kering
15,930
17,890
7,460,716
1,173
7,475,176
1,172 Tepung Basah
1,889
13,123
11,666,945
1,418
11,464,300
1,397
Daun
1,328
1,030
5,446
3,410,783
1,176
3,552,138
1,176
Ojol
1,702
8
-
12
2,880
360
2,880
360
Gelondong
387,542
113,241
11,877 614,716,771
10,765
37,336
47,560,553
109,026 245,670,470
586,480 622,021,659
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
Tabel 2.2 Luas dan Jumlah Produksi Kelapa Dalam dan Kelapa Hibrida di
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012/2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
17
1,502 294,152,123
41 | P a g e
-
152,691
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Luas Areal Kelapa Dalam (Ha)
No.
Kecamatan
Luas
Akhir
Semester
Lalu
Mutasi dalam tahun laporan
Tanaman
Tanaman Pengurang
Baru
an
Ulang
2
1
4
5
6
Produksi (Kg)
2012
2013
Kondisi
Jumlah
TBM
7=3+5-6
TM
TTM/TR
Jumlah
10
11=7
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
12
13
Jumlah
petani
(KK)
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
14
15
Wujud
produksi
Pemilik
8
9
1 Batang Tuaka
2 Concong
24,391
-
-
-
24,391
3,261
17,199
3,931
24,391
18,746,910
1,090
18,746,910
1,090
Kopra
4,978
16,662
11
13
-
16,675
2,007
7,011
7,657
16,675
8,337,600
1,200
8,413,200
1,200
Kopra
3,403
3 Enok
4 GAS
44,123
-
-
5
44,118
2,760
31,945
9,413
44,118
30,227,538
946
30,219,970
946
Kopra
9,004
15,395
29
15
29
15,381
2,425
10,580
2,376
15,381
8,002,161
733
7,755,140
733
Kopra
3,139
5 Gaung
6 Kateman
28,904
55
57
5
28,956
5,472
20,181
3,303
28,956
18,721,728
924
18,645,129
924
Kopra
5,909
37,689
-
-
-
37,689
6,049
24,002
7,638
37,689
28,802,400
1,200
28,802,400
1,200
Kopra
7,692
7 Kempas
8 Keritang
6,100
-
-
-
6,100
1,093
4,436
571
6,100
5,308,800
1,200
5,323,200
1,200
Kopra
1,245
27,115
-
97
245
26,967
999
24,637
1,332
26,967
25,744,950
1,050
25,868,850
1,050
Kopra
5,503
9 Pulau Burung
10 Reteh
11 Teluk Belengkong
3
Produksi (Kg)
16
17
10,879
-
-
-
10,879
1,220
8,143
1,516
10,879
9,764,400
1,200
9,771,600
1,200
Kopra
2,220
24,993
34
-
-
24,993
1,356
12,736
10,901
24,993
17,320,960
1,360
17,320,960
1,360
Kopra
5,101
3,520
-
4
-
3,524
84
3,364
76
3,524
6,053,400
1,800
6,055,200
1,800
Kopra
719
12 Tempuling
13 Kemuning
10,159
50
-
-
10,159
1,359
6,176
2,624
10,159
7,358,400
1,200
7,411,200
1,200
Kopra
2,073
17
-
1
-
18
4
14
1
18
16,800
1,200
16,800
1,200
Kopra
23
14 Mandah
15 Pelangiran
55,216
-
-
-
55,216
3,968
37,866
13,382
55,216
46,383,600
1,200
45,439,200
1,200
Kopra
11,374
15,770
209
-
40
15,730
4,056
10,616
1,058
15,730
15,482,322
1,494
15,860,304
1,494
Kopra
3,210
16 Sei Batang
17 Tanah Merah
14,093
5
5
46
14,052
551
5,938
7,563
14,052
10,762,700
1,300
7,719,400
1,300
Kopra
2,868
10,810
-
3
11
10,802
4
10,796
2
10,802
12,968,400
1,200
12,955,200
1,200
Kopra
2,204
3,645
-
-
-
3,645
92
3,116
437
3,645
3,739,200
7,200
3,739,200
1,200
Kopra
744
9,082
-
-
-
9,082
213
7,196
1,673
9,082
9,606,660
1,335
9,606,660
1,335
Kopra
1,853
25,706
384,267
393
19
214
5
386
25,720
384,095
1,794
38,766
12,068
258,020
11,858
87,312
1,200 14,481,600
1,502 294,152,123
1,200
1,202
Kopra
5,249
78,512
18 Tembilahan Hulu
19 Tembilahan
20 Kuindra
Jumlah
25,720 14,552,400
384,095 297,901,329
Luas Areal Kelapa Hibrida (Ha)
No.
Komodiri
Luas
Akhir
Semester
Lalu
Mutasi dalam tahun laporan
Tanaman
Tanaman Pengurang
Baru
an
Ulang
2
1
3
4
5
6
Produksi (Kg)
Produksi (Kg)
2012
2013
Kondisi
Jumlah
TBM
7=3+5-6
8
TM
TTM/TR
Jumlah
9
10
11=7
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
12
13
Jumlah
petani
(KK)
Jumlah (Kg)
Rata-rata
(Kg/Ha)
14
15
Wujud
produksi
Pemilik
16
17
1 Batang Tuaka
2 Concong
487
-
-
-
487
-
251
236
487
175,449
699
175,449
699
Kopra
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
3 Enok
4 GAS
492
-
-
-
492
24
242
226
492
224,092
926
224,092
926
Kopra
199
197
2
-
-
-
2
-
2
-
2
800
400
800
400
Kopra
1
5 Gaung
6 Kateman
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kopra
-
7 Kempas
8 Keritang
4,001
-
-
-
4,001
-
2,826
1,175
4,001
8,478,000
3,000
3,631,410
1,285
Kopra
1,620
9 Pulau Burung
10 Reteh
405
-
-
60
345
-
138
207
345
112,200
850
117,300
850
Kopra
140
10,109
-
-
-
10,109
947
7,608
1,554
10,109
9,260,715
1,220
9,281,760
1,220
Kopra
4,093
144
-
-
15
129
-
65
64
129
135,405
1,593
103,545
1,593
Kopra
52
8,087
-
21
1
8,107
82
6,470
1,555
8,107
10,831,597
1,669
10,798,130
1,669
Kopra
3,282
3,191
-
-
35
3,156
-
2,425
731
3,156
7,275,000
3,000
4,850,000
2,000
Kopra
1,278
2
-
-
1
2
-
2
-
2
840
840
1,680
840
Kopra
1
230
-
-
-
230
-
230
-
230
690,000
3,000
460,000
2,000
Kopra
93
7,136
82
-
7
7,129
165
6,817
147
7,129
8,157,548
1,219
8,309,923
1,219
Kopra
2,886
20
-
-
-
20
-
20
-
20
31,420
1,571
31,420
1,571
Kopra
8
17 Tanah Merah
18 Tembilahan Hulu
782
-
-
4
778
1
777
-
778
860,200
1,100
854,700
1,100
Kopra
315
951
-
-
2
949
-
525
424
949
513,298
1,948
511,350
974
Kopra
384
19 Tembilahan
20 Kuindra
367
-
-
-
367
-
282
85
367
305,124
1,082
305,124
1,082
Kopra
149
1,035
37,440
82
21
125
1,035
37,336
1,219
327
29,007
708
7,112
1,035
37,336
508,865
47,560,553
1,519
1,508
496,713
40,153,396
1,519
1,232
Kopra
11 Teluk Belengkong
12 Tempuling
13 Kemuning
14 Mandah
15 Pelangiran
16 Sei Batang
Jumlah
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
42 | P a g e
-
419
15,116
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir pada akhir tahun 2013 tercatat
384.267 Ha (± 10,5 % dari Luas Nasional), namun produktivitas kelapa dalam di Kab. Indragiri
Hilir sebesar 1,14 ton/ha/tahun setara kopra, masih berada di bawah standar produktivitas kelapa
(1,50 ton/ha). Rendahnya produktivitas lahan perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri
Hilir tidak terlepas dari kondisi tanggul pengaman perkebunan yang rusak dan saluran / parit
yang tidak berfungsi secara normal. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan perkebunan
tergenang air dan ditambah lagi adanya intrusi air laut dan serangan hama sehingga tanaman
kelapa menjadi rusak/tidak mau berbuah.
Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut belum membuahkan hasil
seperti yang diinginkan. Pembangunan tanggul baik manual dan mekanis, peremajaan pohon
kelapa tua, normalisasi saluran / parit dan pembangunan pintu klip sudah dilaksanakan namun
belum maksimal hasilnya sehingga perlu adanya program penanganan lahan kritis / rusak secara
terpadu dan terintegrasi dengan sektor lainnya termasuk system penganggaran dan mekanisme /
teknis penanganan perlu dirumuskan secara bersama oleh seluruh stakeholders perkebunan
kelapa.
4. Peternakan
Pada dasarnya sektor peternakan akan terkait dengan populasi dan produksi ternak.
Sektor peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya diusahakan oleh rumah tangga
dan masih merupakan usaha sampingan. Jenis peternakan yang dikembangkan adalah ternak
besar antara lain ternak sapi, kambing, domba, dan unggas.
Konsumsi terhadap hasil ternak di Kabupaten Indragiri Hilir cukup tinggi namun
pemenuhan kebutuhan dari produksi peternakan lokal di Kabupaten Indragiri Hilir masih jauh dari
yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya terobosan bagi pengembangan peternakan di
Kabupaten Indragiri Hilir mengingat potensi pasar yang cukup besar dan dapat disinergikan
dengan pengembangan pertanian maupun perkebunan mengingat kotoran ternak yang dapat
digunakan sebagai pupuk sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimiawi sekaligus
akan mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
43 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.2.2.
Sektor Perikanan
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial, baik
perikanan perairan umum / sungai, rawa maupun perikanan laut. Seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Indragiri Hilir, memiliki perairan umum (rawa dan sungai) dan budidaya air tawar
(kolam), serta diantaranya memiliki wilayah pesisir, yaitu : Kecamatan Pulau Burung, Kateman,
Mandah, Gaung Anak Serka, Concong, Kuala Indragiri, Tanah Merah, Sungai Batang dan Reteh
merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan budidaya air payau, budidaya laut dan
budidaya pantai.
Keragaman jenis perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir dihasilkan dari sumberdaya dan
budidaya perikanan yang terdiri atas budidaya air tawar, budidaya air payau dan perikanan
tangkap air laut.
1. Perikanan Tangkap
Perairan laut Kabupaten Indragiri Hilir memiliki posisi yang strategis dimana berhadapan
langsung dengan Selat Berhala dan Laut Cina Selatan yang diyakini banyak menyimpan
kekayaan sumberdaya hayati, berupa ikan dan berbagai jenis hewan air serta tumbuhan laut
lainnya. Sumberdaya ikan tersebut di atas antara lain adalah ikan pelagis dan demersal yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan yang tergolong pelagis antara lain: tenggiri
(Scomberomerus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar
(Selaroides spp.), belanak (Mugil spp.), gulamah (Sciaenidae spp.), kuwe (Caranx spp.), cumi
(Loligo spp.), senangin (Polynemus spp.) dan ikan yang tergolong demersal yaitu: kakap (Lates
calcarifer), bawal hitam (Formio niger), bawal putih (Pampus argenteus), pari (Trigonidae), kurau
(Eleutheronema tetradactylum), kitang serta binatang yang berkulit keras yaitu: udang putih
(Peneus semisulcatus), udang barong (Penulirus spp.), udang dogol (Metapenaeus spp.),
rajungan (Portunus spp.), kepiting (Scylla serrata), udang nenek (Uratos guilla nepa sp.) dan
masih banyak jenis ikan dan binatang lainnya. Selain dari perairan laut, potensi perikanan
tangkap juga berasal dari perairan umum seperti sungai, danau, parit dan rawa dimana pada
tahun 2013 sumberdaya perikanan tangkap dari perairan laut dan perairan umum menghasilkan
produksi sebanyak 45,080,17 ton dengan jumlah tenaga kerja 9.074 KK.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
44 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2. Perikanan Budidaya
Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif usaha bagi masyarakat di Indragiri
Hilir. Adanya potensi hutan bakau dan kebun kelapa kritis yang luas di Indragiri Hilir mendorong
masyarakat untuk mendapatkan penghasilan melalui usaha budidaya perikanan. Salah satu
budidaya perikanan yang cukup menjanjikan adalah melalui tambak yang merupakan budidaya
perikanan air payau. Pada tahun 2013, areal tambak seluas 1.404 Ha dapat menghasilkan
produk ikan budidaya sebanyak 3.001 ton dengan jumlah rumah tangga yang terlibat adalah
1.439 KK. Kecamatan Reteh memiliki tambak yang terluas membudidayakan perikanan air payau
yakni 650 Ha dengan melibatkan 40 rumah tangga dengan jumlah produksi mencapai 2.150 ton.
.2.1.
2.1.2.3. Sektor Kehutanan
Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya memanfaatkan sumber daya hutan
secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan ekologi dan sosial
masyarakat untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat terutama masyarakat tempatan.
Oleh karena itu potensi kehutanan harus diolah sebaik mungkin sebagai salah satu pendorong
penting kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan kehutanan harus melingkupi berbagai
usaha pemanfaatan hutan secara maksimal dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan hidup
dalam arti luas, pada hakekatnya harus berprinsip dapat memberikan manfaat optimal jangka
panjang, meliputi sistem dan manajemen pengelolaan kawasan hutan beserta isinya sebagai
sumber pendapatan daerah dan masyarakat agar sejahtera dan berkeadilan. Namun pada
kenyataannya banyak dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam sistem dan manajemen
pengelolaan hutan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdampak
negatif bahkan sudah mencapai pada taraf “ancaman hari depan”. Untuk itu perlu adanya
peninjauan terhadap sistem dan manajemen pengelolaan hutan beserta peraturan dan
pengaturan yang berlaku baik langsung maupun yang saling terkait.
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kawasan hutan yang sudah di tata batas adalah
seluas 395.634, 94 Ha, dengan rincian sebagai berikut :
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
45 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.3 Luas Kawasan Hutan yang sudah di Tata Batas Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
Fungsi/Nama Kawasan
Hutan lindung Pulau Airtawar, Pulau Bakung, Pulau Cawan, Pulau
Pisang
Hutan Produksi Sungai Gaung
Hutan Produksi Terbatas
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Kawasan Hutan Bakau
Luas
(Ha)
34.973,05
217.634,62
54.731,34
24.761,92
63.534,01
Sumber : Inhil Dalam Angka 2012
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
46 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Secara umum, kebijakan sistem pengelolaan kawasan hutan selama ini adalah untuk
kepentingan pengembangan industri agribisnis khususnya komoditi perkebunan yang dikelola
dengan kemitraan pola PIR, perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan rakyat swadaya,
terutama pada kawasan hutan konversi. Tetapi sayangnya sasaran peningkatan kesejahteraan
petani/masyarakat masih belum dapat tercapai, bahkan kemiskinan terbanyak justru berada di
pedesaan terutama masyarakat desa tradisional Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan
pendapatan utama dari usaha perkebunan. Sebaliknya tidak sedikit kawasan hutan konversi
dikuasai secara berlebihan oleh beberapa perusahaan perkebunan swasta, perorangan dan
pemodal besar, sedangkan masyarakat petani pedesaan hanya mampu menguasai luas lahan
usaha perkebunan terbatas rata-rata kurang dari 2 hektar setiap kepala keluarga.
2.1.2.4.
Sektor Pertambangan
Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan
keberadaannya terikat pada ruang tertentu serta mempunyai jumlah yang terbatas di alam.
Apabila sumberdaya tersebut dikelola dengan baik dapat berperan sebagai modal dasar
pembangunan. Sumberdaya mineral merupakan salah satu andalan utama bagi sumber
pendapatan dalam mendukung pendapatan daerah. Namun dalam pelaksanaannya, merupakan
bagian dalam kerangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan dijalankan melalui
kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan.
Struktur geologi di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terjadi karena adanya aktivitas
tektonik zaman karbon sampai dengan Resen, maka terdapat kemungkinan terbentuknya potensi
bahan galian. Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai potensi sumberdaya mineral cukup besar
antara lain batubara, granit, pasir, pasir sungai, pasir kuarsa, tanah liat, kaolin, gambut dan tanah
urug.
Usaha Pertambangan Umum di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilaksanakan oleh
perusahaan jika perusahaan sudah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri dari IUP
Ekplorasi dan IUP Operasi Produksi Izin-izin terkait lainnya. Sampai saat ini untuk kegiatan
pertambangan terdapat 14 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Indragiri Hilir.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
47 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.1.2.5.
Sektor Industri
Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan lahan untuk berbagai komoditas pertanian,
perkebunan dan perikanan telah mendorong terciptanya berbagai peluang pengembangan
industry pengolahan antara lain pengembangan industry tanaman pangan berupa pengolahan
minuman dari buah-buahan dengan bahan baku jeruk dan nenas serta industry berbahan baku
tanaman pangan lainnya.
Peluang lainnya berupa industri pengolahan terpadu berbahan baku kelapa dengan jenis
produksi berupa minyak, bungkil, sabut kelapa, arang tempurung (karbon aktif), nata de coco,
meubel dan produksi industri hilir lainnya. Industry ini berorientasi ekspor dengan negara tujuan
Singapura dan Malaysia, terutama untuk dikembangkan menjadi perabot rumah tangga, selain itu
terdapat industri pengolahan kelapa sawit yang berkembang dengan pesatnya, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kabupaten Indragiri Hilir.
Saat ini sedang dipersiapkan Kawasan Industri Kuala Enok dengan luas 880 Ha yang
lokasinya sangat strategis berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
dimana sudah dibangun Pelabuhan Samudera Kuala Enok. Kawasan ini memiliki prospek
pengembangan yang sangat besar bagi industry pembekuan (cold storage) ikan dan udang,
minyak ikan dan tepung udang, minyak jagung bungkil kopra, pengolahan kelapa sawit,
margarine, stearin, oleic acid, fatty alcohol.
2.1.2.6.
Sektor Pariwisata
Potensi wisata di Kabupaten Indragiri Hilir berupa wisata alam, religi, budaya dan
belanja, namun masih memerlukan pengembangan dan penataan lebih lanjut baik dari
segi infrastruktur maupun kondisi objek yang bersangkutan. Di Kecamatan Tembilahan
terdapat obyek wisata belanja seperti Pasar Pajak atau lebih dikenal PJ pada masa
jayanya sekitar tahun 80-an dan hingga saat ini masih menjadi trend mark dan
primadona belanja di Tembilahan.
Khusus untuk obyek wisata Air Terjun 86 dan Air Terjun Tembulon Rusa yang
terletak di Kecamatan Kemuning telah dilakukan Penyusunan Masterplan (Tahun 2013)
untuk pengembangan taman wisata alam. Selanjutnya, pada masa yang akan datang
diharapkan daya tarik obyek-obyek wisata di Kabupaten Indragiri Hilir dapat menarik
wisatawan sehingga dapat menjadi sumber pendapatan daerah.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
48 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.4 Jenis, Lokasi, Luas, Waktu Tempuh dan Kondisi Objek Wisata di
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013
o
.
Jenis Objek Wisata
Lokasi
Jarak
Tempuh dari
Ibukota /
Transportasi
Kondis
i
WISATA ALAM
Pantai Solop
Kec. Mandah
± 45 Menit / Laut
Baik
Air Terjun Tembulon Rusa
Kec. Kemuning
± 4 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Air Terjun Selensen Salak
Kec. Kemuning
± 4 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Air Terjun 86
Kec. Kemuning
± 5 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Bukit Berbunga
Kec. Kemuning
± 5 Jam / Darat
Jalan
Setapak
Wisata Agro
Kec. Tbh Hulu,
Tempuling
Kemuning
± 25 Menit / Darat
± 45 Menit / Darat
± 4 Jam / Darat
Baik
.
.
.
.
.
.
.
WISATA RELIGI
Makam Syech H. Abdulrahman
Siddik
Hidayat Sapat
± 25 Menit / Laut
Baik
.
Kec. Keritang
± 3 Jam / Darat
Baik
.
Makam Syech H. Abdulrahman
Yakup
Kecamatan
Tembilahan
± 10 Menit / Darat
Baik
Gema Muharram
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Grebeg Suro
Kec. Kempas
± 60 Menit / Darat
.
WISATA BELANJA
Pasar Pajak /Pasar Jongkok (PJ)
.
.
WISATA BUDAYA
.
.
Pacu Sampan Leper
.
Kec.
Tembilahan
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
± 20 Menit / Darat
49 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Jenis Objek Wisata
o
Lokasi
Lomba Selodang
Jarak
Tempuh dari
Ibukota /
Transportasi
Kec. Gaung
± 60 Menit / Laut
Menongkah
Kec. Tanah Merah
± 45 Menit / Laut
Festival Bumi Serumpun
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Ajang Pemilihan Bujang dan Dara
Inhil
Kec. Tembilahan
± 15 Menit / Darat
Kondis
i
.
.
.
.
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hilir, 2013
2.3. KONDISI DEMOGRAFI DAN URBANISASI
2.3.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Berdasarkan data statistik yang ada, diketahui jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir
pada tahun 2012 adalah sebanyak 689.938 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2013). Dari
jumlah penduduk tersebut terdiri dari 170.762 Kepala Keluarga (Rumah Tangga). Tingkat
kepadatan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir tergolong amat rendah, yaitu 84,80 jiwa per Km²
dan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa.
Pada umumnya distribusi penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir cukup merata untuk
setiap wilayah kecamatan. Distribusi penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Gaung
Anak Serak, dengan distribusi penduduk sekitar 10,50 5 atau 71.193 jiwa. Selain itu, untuk
memudahkan pergerakan, maka penduduk juga memilih untuk membangun rumah yang berada
di sekitar tepi jalan dan tepi sungai/parit.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
50 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1
Kemuning
94,642
64,029
67.65
2
Reteh
53,183
43,991
82.72
3
Enok
44,941
34,340
76.41
4
Tanah Merah
47,660
31,201
65.47
5
Kuala Indragiri
71,495
19,469
27.23
6
Tembilahan
15,164
72,446
477.75
7
Tempuling
75,287
30,768
40.87
8
Batang Tuaka
39,118
27,412
70.08
9
Gaung Anak Serka
64,995
22,237
34.21
10 Gaung
207,617
40,164
19.35
11 Mandah
174,273
40,185
23.06
12 Kateman
48,781
45,630
93.54
13 Kemuning
104,984
30,887
29.42
14 Tembilahan Hulu
13,899
44,451
319.81
15 Pulau Burung
58,050
22,474
38.71
16 Pelangiran
85,396
43,838
51.33
17 Teluk Balengkong
42,774
16,794
39.26
18 Concong
26,348
13,340
50.63
19 Kempas
58,453
33,959
58.10
20 Sungai Batang
40,489
12,323
30.44
1,367,551
689,938
84.80
Jumlah
Sumber : BPS Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2013
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
51 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.3.2. Tingkat Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir meningkat pesat sejak tahun 1990
yang hanya berjumlah 426.196 jiwa (RUTR Kab. Indragiri Hilir : 1992), tahun 1995 sebanyak 567.864
jiwa (BPS Kab. Ingriri Hilir : 1994 – 1997), pada tahun 2001 sebanyak 542.226 jiwa (Kabupaten Inhil
Dalam Angka 2002), tahun 2006 sebanyak 647.512 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2007),
sebanyak 658.178 jiwa pada tahun 2007 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2008) dan menjadi
sebanyak 670.834 jiwa pada tahun 2008 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2009).
Bagan 2-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 (jiwa)
Sumber : Analisis data BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
Dari perkembangan jumlah penduduk tersebut maka laju pertumbuhan penduduk ratarata per tahun selama kurun waktu 13 tahun terakhir (1990-2003) adalah 10.718 jiwa per tahun,
atau sebesar 2.24 % per tahun. Jika dilihat secara periodik pertumbuhan penduduk dari hasil
Sensus Penduduk 2000 berjumlah 555.666 jiwa Jika dibandingkan dengan Sensus Penduduk
1990 sebanyak 477.276 jiwa, sehingga angka pertumbuhannya sebesar 1.58%. Pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir sedikit mengalami penurunan jika dibanding dengan
pertumbahan penduduk periode tahun 1980-1990 sebesar 1.83 %.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
52 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 adalah 662.185
jiwa (RTRW 2011-2031) dan tahun 2011 sebanyak 685.698 jiwa (INHIL dalam Angka 2012)
sehingga rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 20.361 jiwa per tahun, atau sebesar. 3.577 %
per tahun. Dari tahun 20011-2012, pertumbuhan penduduk pertahun Kabupaten Indragiri Hilir
adalah 0,618% atau meningkat sebesar 4.240 jiwa per tahun. Dari dua tahun tersebut diambil
pertumbuhan rata-rata sebesar 2.093% pertahun. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat tabel berikut.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
53 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2-6. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2007-2012
JUMLAH PEN DUDUK
N o.
KECAMATAN
LUAS (H A)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
KEPADATAN
(Jiwa/Km2)
1
Keritang
94,642
59,469
60,610
61,743
61,433
63,636
64,029
2
Reteh
53,183
46,883
48,054
48,952
42,111
43,722
43,991
82.72
3
Enok
44,941
36,557
37,259
37,956
32,968
34,129
34,340
76.41
4
Tanah Merah
47,660
35,007
35,679
36,346
29,948
31,009
31,201
65.47
5
Kuala Indragiri
71,495
21,379
21,550
21,953
18,688
19,349
19,469
27.23
6
Tembilahan
15,164
64,128
65,324
66,545
69,524
72,001
72,446
477.75
7
Tempuling
75,287
27,553
28,144
28,670
29,534
30,579
30,768
40.87
8
Batang Tuaka
39,118
24,570
25,140
25,610
26,317
27,244
27,412
70.08
9
Gaung Anak Serka
64,995
23,282
23,735
24,179
21,339
22,100
22,237
34.21
10 Gaung
207,617
42,422
43,359
44,170
38,559
39,918
40,164
19.35
11 Mandah
174,273
48,207
48,442
49,327
38,568
39,938
40,185
23.06
12 Kateman
48,781
46,153
47,288
48,172
43,813
45,350
45,630
93.54
13 Kemuning
104,984
14,835
15,278
15,564
29,656
30,697
30,887
29.42
13,899
36,281
36,985
37,676
42,654
44,177
44,451
319.81
14 Tembilahan Hulu
67.65
15 Pulau Burung
58,050
14,848
30,934
31,512
21,585
22,335
22,474
38.71
16 Pelangiran
85,396
30,408
31,717
32,310
42,132
43,568
43,838
51.33
17 Teluk Balengkong
42,774
31,206
15,095
15,377
16,124
16,690
16,794
39.26
18 Concong
26,348
13,302
13,620
13,875
12,804
13,258
13,340
50.63
19 Kempas
58,453
28,259
28,956
29,497
32,602
33,750
33,959
58.10
20 Sungai Batang
Jumla h
40,489
13,429
13,665
13,920
11,826
12,248
12,323
1 ,3 6 7 ,5 4 9
6 5 8 ,1 7 8
6 7 0 ,8 3 4
6 8 3 ,3 5 4
6 6 2 ,1 8 5
6 8 5 ,6 9 8
6 8 9 ,9 3 8
30.44
8 4 .8 0
Sumber : INHIL DALAM ANGKA & RTRW 2011-2031
2.3.3. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dihitung berdasarkan tingkat laju pertambahan penduduk
yang dihitung berdasarkan peningkatan jumlah penduduk selama 2 tahun terakhir yang dianggap
stabil. Hal ini dikarenakan dalam 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi yang sangat bervariatif hingga
pertumbuhan minus di sebagian kecamatan yang berarti terjadi migrasi/perpindahan penduduk
dari wilayah tersebut.
Dengan memperhatikan karakter laju pertumbuhan penduduk menurut masing-masing
kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, dan jumlah penduduk tahun dasar prediksi adalah jumlah
penduduk mutakhir yang ada yaitu tahun 2012, prediksi tahun 2013 maka dihitung prediksi
jumlah penduduk sampai tahun 2018.
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
54 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Tabel 2-7. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018 s/d 2018
Basis Data
No.
KECAMATAN
LUAS (HA)
LPP (%)
PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK 5TH
2013
2012
2014
2015
2016
2017
2018
1
Keritang
94.642
2,113
64.029
65.382
66.763
68.174
69.614
71.085
72.587
2
Reteh
53.183
2,232
43.991
44.973
45.977
47.003
48.052
49.125
50.222
3
Enok
44.941
2,081
34.340
35.055
35.784
36.529
37.289
38.065
38.857
4
Tanah Merah
47.660
2,092
31.201
31.854
32.520
33.200
33.895
34.604
35.328
5
Kuala Indragiri
71.495
2,090
19.469
19.876
20.291
20.715
21.148
21.590
22.041
6
Tembilahan
15.164
2,101
72.446
73.968
75.523
77.110
78.730
80.385
82.074
7
Tempuling
75.287
2,089
30.768
31.411
32.067
32.737
33.421
34.119
34.832
8
Batang Tuaka
39.118
2,080
27.412
27.982
28.564
29.159
29.765
30.385
31.017
9
Gaung Anak Serka
64.995
2,104
22.237
22.705
23.183
23.670
24.168
24.677
25.196
10
Gaung
207.617
2,081
40.164
41.000
41.853
42.724
43.613
44.521
45.448
11
Mandah
174.273
2,096
40.185
41.027
41.887
42.766
43.662
44.577
45.512
12
Kateman
48.781
2,074
45.630
46.576
47.542
48.528
49.534
50.561
51.610
13
Kemuning
104.984
2,075
30.887
31.528
32.182
32.850
33.532
34.228
34.938
14
Tembilahan Hulu
13.899
2,106
44.451
45.387
46.343
47.320
48.316
49.334
50.373
15
Pulau Burung
58.050
2,059
22.474
22.937
23.409
23.891
24.383
24.885
25.398
16
Pelangiran
85.396
2,025
43.838
44.726
45.631
46.555
47.497
48.459
49.440
17
Teluk Balengkong
42.774
2,078
16.794
17.143
17.499
17.863
18.234
18.613
18.999
18
Concong
26.348
2,093
13.340
13.619
13.904
14.195
14.492
14.796
15.105
19
Kempas
58.453
2,081
33.959
34.666
35.387
36.124
36.875
37.643
38.426
20
Sungai Batang
40.489
2,101
12.323
12.582
12.846
13.116
13.392
13.673
13.961
2,093
689.938
704.396
719.158
734.229
749.615
765.325
781.364
Jumlah
1.367.549
Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
55 | P a g e
RPIJM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN
RTRW KABUPATEN/KOTA
Dalam analisis kegiatan ekonomi, pembahasan akan dilakukan terhadap peran dan
pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada sistem ekonomi regional, perkembangan dan struktur
ekonomi, aliran dan pola pergerakan barang dan jasa serta pengembangan kegiatan ekonomi
dan investasi.
2.4.1. Kondisi Sosial
A. Indeks Pembangu