PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Stu

  PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Juwita Evitaphani NIM : 068114110

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELLITUS PADA

PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI

PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Juwita Evitaphani NIM : 068114110

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  Tanamlah sebatang pohon cinta yang berdaun kesetian berbunga ketulusan berakar kejujuran siramilah dengan kasih & sayang pupuklah dengan kepercayaan

  Karena cinta bukanlah Statistika yang bisa dihitung Cinta bukanlah Pancasil yang selalu di atur oleh pasal Cinta bukanlah Manajemen yang kadang untung dan rugi Cinta bukanlah Kimia yang terkait dengan rumus sarang laba – laba Tapi cinta seperti ilmu Farmasi yang dapat mengobati penyakit "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (Matius 22:37-38)

  Cinta Agape… Karna Cinta, karya indah Sang Pencipta Dimuliakan di Surga… Dirasukkan dalam jiwa Adam dan Hawa Lalu dianak-pinakkan ke setiap jiwa…

  Cinta Storge …adalah kasih orang tua seperti anak & pohon apel

Ketika kita lapar,dia memberikan buah apel untuk dimakan

Ketika kita kekurangan,dia memberikan apel untuk dijual

Ketika kita tidak berumah,dia memberikan ranting untuk membangun Ketika kita dewasa,dia memberikan kayu untuk membuat kapal & berlayar Suatu ketika pohon apel sudah tidak memiliki apapun untuk kita Namun ingatlah bahwa masih ada akar & batang untuk bersandar Cinta Eros…Hanya diperlukan waktu semenit untuk menafsir seseorang, sejam untuk

menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur

hidup untuk melupakan seseorang. Maka ingatlah satu hal “Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka dengan sendirinya cinta itu akan hadir.”

Cinta Philia…Tidak mungkin ada persahabatan tanpa kepercayaan, dan tidak ada

kepercayaan tanpa identitas.Di mana Persahabatan bisa melipatgandakan kebahagiaan dan

mengurangi kesedihan…

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat, dan penyertaanNya sehingga penulisan skripsi berjudul “PERBEDAAN

  

POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN GAKIN

ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK

TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009” dapat terselesaikan.

  Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S.Farm.), Program studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sekaligus sebagai upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia kesehatan maupun khususnya dunia farmasi.

  Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya atas bantuan dan dukungan dari segala pihak yang turut berperan dalam menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih yang tulus hendak penulis haturkan kepada :

  1. Kepala Puskesmas Induk Tegalrejo Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Induk Tegalrejo Kota Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.

  4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

  5. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

  6. Seluruh dokter jaga dan staf bagian pemeriksaan, staf bagian pendaftaran, staf rekam medik, dan staf pelayanan obat atas banyak informasi dan bantuan yang diberikan selama pengambilan data di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta.

  7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengantarkan penulis ke depan pintu gerbang pendidikan sehingga bisa meraih awan impian yang sudah dekat di depan mata, serta bimbingan dan didikan yang tiada henti di setiap langkah hidup penulis.

  8. Keluarga besar di Tamansari atas doa dan dukungan dalam laju langkah menuju gerbang keberhasilan, serta kasih sayang yang membuat hidup lebih bermakna.

  9. Francois Simanjuntak yang telah memberikan semangat dan dukungan, kasih sayang dan cinta, keringat dan air mata, serta pandangan akan masa depan yang lebih cerah untuk selalu mengalahkan putus asa.

  10. Sahabat penulis Deni dan Octa, yang telah menghidupkan setiap suasana gelap menjadi terang dan kebersamaannya dalam setiap kesempatan serta bantuannya dalam penyusunan naskah.

  11. Paulina dan Amelia, yang telah bekerja sama dalam menghadapi kesulitan dan

  

INTISARI

  Pola peresepan obat di puskesmas dapat terpaku pada stok obat yang tersedia disesuaikan dengan periode anggaran obat dari gudang obat pusat kota. Pola peresepan obat dapat diamati dari pemilihan item obat, jumlah obat (unit), dan dosis obat yang diresepkan dengan dibandingkan antara semester I dan semester II sehingga nantinya dapat mengetahui perbedaan pola peresepan obat DM pada pasien Gakin di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009. Penelitian ini berjenis observasional dengan rancangan analitik, serta pengumpulan data secara retrospektif dari rekam medik kemudian dianalisis secara statistik menggunakan paired t-test.

  Pasien terdiagnosis DM lebih banyak perempuan dan terbanyak pada umur 50-59 tahun. Kasus DM yang terbanyak terjadi adalah kasus DM dengan penyakit penyerta, komplikasi terbanyak adalah hipertensi dan penyerta terbanyak adalah osteoarthritis. Obat DM menduduki urutan terbanyak diresepkan kemudian obat neuro-muskular. Uji statistik menunjukkan hasil pada jumlah item obat DM dan obat total yakni berbeda tidak bermakna dan berbeda bermakna. Jumlah unit glibenklamid dan metformin menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna, sedangkan glimepirid berbeda bermakna. Dosis per hari glibenklamid dan metformin berbeda tidak bermakna, sedangkan glimepirid berbeda bermakna. Glimepirid terdapat perbedaan pola peresepan karena hanya diresepkan pada semester II saja.

  Kata kunci (keywords): peresepan obat, obat diabetes mellitus, puskesmas

  

ABSTRACT

  The DM drug prescription pattern can be observed from the selection of type,

  st nd

  amount (unit), and drug dosage that is prescribed by comparing 1 semester and 2 semester so that this observation can be a reference in improving the drug stocks and prescription later on. Thus, can understand the difference of DM drug prescription pattern for patients of poor family in Tegalrejo Main Public Health Centre, Yogyakarta in 2009. This research is a analytic one with retrospective data gathering from medical record; then the data is analyzed statistically by using paired t-test.

  The patients being diagnosed as having DM is mostly females and between 50–59 years old; the DM cases mostly happened is the ones with accompanying diseases; the most complications are hypertension and the most accomplanying diseases are osteoarthritis. The DM medicine occupies the first place of mostly- prescribed medicines, followed by neuro-muscular medicine. The statistic test shows that the results within the DM medicine amount and the medicine total amount are different not significant and different significant, while for glimepirid the results are different significant. The daily dosage of glibenklamid and metformin are different not siginificant, while for the glimepirid the dosage are different significant.

  Keywords : drug prescription, diabetes mellitus drugs, public health centre (puskesmas)

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. iii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………….. vi PRAKATA ………………………………………………………………….. vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………….. x

  INTISARI …………………………………………………………………… xi

  ABSTRACT

  ………………………………………………………………… xii DAFTAR ISI ………………………………………………………………... xiii DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xvii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xix DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xx BAB I PENGANTAR …………..…………………………………………...

  1 A. Latar Belakang ……………………………………………………….

  1 1. Permasalahan …………………………………………………….

  4

  2. Keaslian penelitian ………………………………………………

  4 3. Manfaat penelitian ……………………………………………….

  5 B. Tujuan Penelitian …………………………………………………….

  6

1. Tujuan umum ……………………………………………………

  6 2. Tujuan khusus …………………………………………………...

  6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………..

  7 A. Peresepan Obat ………………………………………………………

  7 B. Diabetes Mellitus …………………………………………………….

  9 1. Definisi …………………………………………………………..

  9 2. Gejala …………………………………………………………….

  9 3. Klasifikasi dan penyebab ………………………………………...

  11 4. Manifestasi klinis ………………………………………………..

  12 5. Kriteria diagnosis ………………………………………………..

  12 6. Penatalaksanaan ………………………………………………….

  13 7. Komplikasi ……………………………………………………….

  15 a. Komplikasi diabetes akut …………………………………...

  15 1) Hipoglikemia …………………………………………….

  15 2) Ketoasidosis diabetik ……………………………………

  15 3) Diabetic hyperosmolar syndrome ………………………

  15

b. Komplikasi diabetes kronis …………………………………

  15 1) Kerusakan saraf (Neuropati) …………………………….

  15 2) Kerusakan ginjal (Nefropati) …………………………....

  16 3) Kerusakan mata ………………………………………….

  16 4) Hipertensi ………………………………………………..

  17 C. Antidiabetika ………………………………………………………...

  18

  1. Insulin ……………………………………………………………

  19 2. Golongan sulfonylurea …………………………………………..

  20

  3. Golongan biguanid ………………………………………………

  20 4. Golongan thiazolidinedion ……………………………………...

  20 5. Golongan α glukosidase inhibitor ……………………………….

  21 6. Kombinasi obat ………………………………………………….

  21 D. Landasan Teori ………………………………………………………

  22 E. Hipotesis ……………………………………………………………..

  23 BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………..

  24 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………...

  24 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……………………….

  25 C. Subjek Penelitian …………………………………………………….

  27 D. Bahan Penelitian ……………………………………………………..

  27 E. Lokasi Penelitian …………………………………………………….

  27 F. Tata Cara Pengumpulan Data ………………………………………..

  28 G. Analisis Data …………………………………………………………

  30 H. Kesulitan Penelitian …….……………………………………………

  35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….

  36 A. Profil Pasien ………………………………………………………….

  36 1. Karakteristik jenis kelamin pasien ……………………………...

  36

2. Karakteristik umur pasien ……………………………………….

  38 3. Kasus penyakit …………………………………………………..

  40 B. Profil Obat …………………………………………………………...

  43 C. Pola Peresepan ……………………………………………………….

  47 1. Jumlah item obat ……………………………………………….

  47 2. Jumlah unit obat ……………………………………………….

  50 3. Dosis ……………………………………………………………..

  52 D. Rangkuman Pembahasan …………………………………………….

  55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………..

  57 A. Kesimpulan …………………………………………………………..

  57 B. Saran ………………………………………………………………....

  58 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

  59 LAMPIRAN …………………………………………………………………

  62 BIOGRAFI ………………………………………………………………….. 105

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Target Penatalaksanaan Diabetes ………………………………

  13 Tabel II. Kriteria Pengendalian DM ………………………………………

  14 Tabel III. Jenis Obat Diabetes Mellitus Oral ………………………………

  19 Tabel IV. Sebaran Umur Pasien DM pada Semester I dan Semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………………….

  38 Tabel V. Distribusi Jenis Kasus Penyakit DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………………......

  40 Tabel VI. Distribusi Kasus Komplikasi Penyakit DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………………......

  41 Tabel VII. Kasus Penyakit Penyerta DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………………………...........

  42 Tabel VIII. Penggolongan Obat yang Diresepkan pada pasien DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………

  43 Tabel IX. Perbandingan Jumlah Jenis Obat Target DM dan Obat Non Target di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………..

  48 Tabel X. Perbandingan Jumlah Item Antidiabetika Oral di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………........

  48 Tabel XI. Peresepan Obat Tunggal dan Kombinasi pada pasien DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………….............

  49 Tabel XII. Perbandingan Jumlah Unit Obat Antidiabetika Oral di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………….............

  50 Tabel XIII. Perbandingan Rata-Rata Antidiabetika Oral dalam Jumlah Unit di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ……………….

  54 Tabel XIV. Perbandingan Dosis Rata-Rata per Hari Antidiabetika Oral di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………………....

  54 Tabel XV. Perbandingan Frekuensi Rata-Rata per Hari Antidiabetika Oral di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ……………….

  55

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Sebaran Jenis Kelamin Pasien DM di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………………………………………………….

  37 Gambar 2. Penggunaan Glibenklamid dalam Jumlah Unit di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 ………………………..............

  51 Gambar 3. Penggunaan Metformin dalam Jumlah Unit di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………....

  52 Gambar 4. Penggunaan Glimepirid dalam Jumlah Unit di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009 …………………………....

  52

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Profil Pasien dan Obat yang Diresepkan ………………………

  62 Lampiran 2. Uji Chi-Square Profil Jenis Kelamin Pasien …………………..

  91 Lampiran 3. Uji Chi-Square Profil Umur Pasien ……………………………

  92 Lampiran 4 Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Jumlah Jenis Obat Target dan Uji Paired T Jumlah Jenis Obat Target …..….

  93 Lampiran 5. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Jumlah Jenis Obat Total dan Uji Paired T Jumlah Jenis Obat Total ………...

  94 Lampiran 6. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Jumlah Unit Metformin dan Uji Paired T Jumlah Unit Obat Metformin……

  95 Lampiran 7. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Jumlah Unit

  Paired T

  Glibenklamid dan Uji Jumlah Unit Obat Glibenklamid …………………………………………………..

  96 Lampiran 8. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Jumlah Unit Glimepirid dan Uji Paired T Jumlah Unit Obat Glimepirid ….

  97 Lampiran 9. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Dosis Metformin dan Uji Paired T Dosis Obat Metformin ………………………

  98 Kolmogorov – Smirnov Lampiran 10. Normalitas dengan Uji Dosis

  Glibenklamid dan Uji Paired T Dosis Obat Glibenklamid ……

  99 Lampiran 11. Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Dosis Glimepirid dan Uji Paired T Dosis Obat Glimepirid ………………………. 100 Lampiran 12. Tabel Obat DM dari Buku Panduan Pengobatan Puskesmas …. 101 Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian untuk Dinas Perizinan Pemerintah Kota

  Yogyakarta ……………………………………………………. 102 Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian untuk Puskesmas ………………………… 103 Lampiran 15. Komposisi Obat ……………………………………………..... 104

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan tingginya

  kadar gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton dan Hall, 2007). DM dapat menyebabkan komplikasi kronis

  

mikrovaskular , makrovaskular, dan neuropati (Sukandar, 2008). DM merupakan

  salah satu penyakit kronis yang serius dan sering ditemui sehingga telah menjadi penyebab kematian (silent killer) terbesar keempat di dunia yang setiap tahunnya menyebabkan kematian sampai 3,2 juta jiwa. Menurut laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki urutan ketujuh dengan jumlah penderita diabetes melitus 4,5 juta jiwa pada tahun 1995 dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat sebanyak 12,4 juta jiwa yang menderita diabetes melitus dengan urutan kelima terbesar di dunia (Anonim, 2005b).

  Menurut Laporan Profil Kesehatan, pada tahun 2004-2006 DM menjadi penyebab kelima kematian di Yogyakarta (Anonim, 2009). Pada urutan penyakit di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2008, DM termasuk dalam 5 besar penyakit.

  Rata-rata pasien yang datang berobat ke puskesmas tergolong ekonomi rendah yang memakai Kartu Keluarga Miskin (Kartu Gakin). Hal ini tentunya berhubungan keamanan yang sama bagi tiap pasien, namun terjangkau untuk disalurkan kepada pasien (affordable) disesuaikan dengan penyakit yang dialami. Pasien yang menggunakan Kartu Gakin bebas dari biaya pengobatan di puskesmas, namun seharusnya tetap mendapatkan pelayanan pengobatan yang sesuai. Terlebih lagi anggaran untuk Gakin selalu dinaikkan setiap tahunnya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), namun kenyataannya masih banyak Gakin yang dipersulit saat meminta pelayanan kesehatan (Prityono, 2010). Pelayanan kesehatan tersebut dapat dilihat salah satunya dari pemberian resep, apakah pada pasien Gakin disesuaikan stok obat puskesmas atau tidak, dapat dilihat dari item obat, jumlah unit obat, dan dosis obat yang diresepkan. Obat yang tersedia di puskesmas biasanya adalah obat generik.

  Dalam resep obat tercantum nama, dosis, jumlah unit, dan frekuensi pemberian obat. Ketidakrasionalan peresepan obat meliputi banyak hal, termasuk peresepan yang kurang yang terjadi apabila obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup, atau lama pemberian terlalu pendek (Kimin,2009). Hal ini banyak terjadi di institusi pelayanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas sedangkan peresepan obat harus sesuai dengan kondisi pasien guna tercapainya efek terapi yang diinginkan (Anonim, 2008), bukan disesuaikan stok obat yang masih tersedia sehingga nantinya pasien mendapatkan jenis, jumlah, ataupun dosis obat yang tidak sesuai. Peresepan obat yang kurang hanya akan memberi efek subterapi.

  Puskesmas merupakan instansi pemerintah di bidang kesehatan, namun pada kenyataannya puskesmas kadang hanya difasilitasi secara minimal dengan kualitas terkesan memukul rata obat bagi setiap penyakit. Dengan demikian keberadaan puskesmas patut dipertanyakan sejalan dengan alokasi anggaran kesehatan.

  Pengkajian Sumber Daya Kesehatan (PSDK) bidang Farmasi juga menemukan fakta paling tidak 42% puskesmas pernah mengalami kekosongan obat (stock out) selama periode pelayanan (Dwiprahasto,2004). Kekosongan obat dipengaruhi pengelolaan obat yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pencatatan obat. Perencanaan obat oleh tim perencana obat berdasarkan pada obat yang keluar pada tahun sebelumnya dengan metode konsumsi dan metode morbiditas.

  Pada pengadaan obat harus ada kesesuaian jenis dan jumlah obat yang direncanakan untuk mencegah kekurangan atau kelebihan obat. Penyimpanan obat dengan kartu stok dan didistribusikan secara FIFO (First In First Out) untuk mencegah obat rusak dan kadaluwarsa. Pendistribusian obat dari gudang farmasi pusat kota ke puskesmas dilakukan secara bijaksana agar tersebar merata memenuhi kebutuhan setiap puskesmas. Evaluasi kesesuaian pengadaan obat dilakukan dengan pencatatan total semua jenis obat pada pasien puskesmas, sisa stok obat, dan pola penyakit untuk direncanakan permintaan obat pada tahun mendatang (Anonim, 2005c). Proses pengelolaan obat yang berjalan dengan baik akan dapat menghindari kekosongan obat di puskesmas. Penelitian dilakukan di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta karena sebagai puskesmas induk diharapkan dapat mewakili penelitian dengan jumlah pasien DM yang cukup banyak dan lokasinya di kota dapat mewakili pola peresepan dan stok obat puskesmas kota, melihat bahwa banyak pusat pelayanan kesehatan lain

  Sehubungan dengan hal di atas, maka timbul pertanyaan mengenai peresepan obat DM akibat kekosongan stok obat sehingga dilakukan penelitian tentang “PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELITUS PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS

  INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009” yang meliputi jumlah item, jumlah unit, dan dosis obat yang diresepkan. Penelitian ini diharapkan dapat mewakili pola peresepan sebuah puskesmas sebagai instansi pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat.

1. Permasalahan

  Permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

  a. Seperti apakah profil pasien Gakin yang menerima obat DM antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009 yang meliputi jenis kelamin, umur, dan kasus penyakit komplikasi dan penyakit penyerta?

b. Seperti apakah profil obat secara umum pada pasien Gakin yang menerima obat

  DM antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009 menurut golongan obat? c. Apakah ada perbedaan pola peresepan obat DM pada pasien Gakin antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009 yang meliputi jumlah item obat, jumlah unit obat, dan dosis obat?

2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang sudah pernah dilakukan menyangkut terapi terhadap pasien a. “Gambaran Penatalaksanaan Diabetes melitus pada Pasien rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Juli – Desember 2003” oleh Utomo (2005).

  b. “Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta antara Pasien yang Diberi Informasi vs Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Antidiabetes)” oleh Nastiti (2009).

  c. “Analisis Biaya Rawat Jalan Pasien DM Tipe II Peserta Askes yang Menggunakan Antidiabetik Oral di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari - Juni 2009” oleh Cahyani (2009).

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah penelitian ini lebih terfokus pada pola peresepan obat DM yang dibandingkan pada dua semester yang kemungkinan terkait dengan adanya stok obat dari Gudang Farmasi Kota Yogyakarta. Dengan demikian belum ditemukan penelitian yang sama terkait perbedaan peresepan obat DM pada pasien gakin di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2009 oleh peneliti lain.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberi informasi dan sebagai referensi guna mengetahui perbandingan peresepan obat DM pada pasien Gakin.

  b. Manfaat praktis Disamping manfaat teoritis penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih apabila terjadi perbedaan peresepan obat DM di puskesmas, serta meningkatkan pelayanan peresepan obat yang rasional guna mencapai efek terapetik yang diinginkan.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengamati perbedaan pola peresepan obat DM pada pasien Gakin antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009.

  2. Tujuan khusus

  Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

  a. Mengetahui profil pasien Gakin yang menerima obat DM antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009 meliputi jenis kelamin, umur, dan kasus penyakit komplikasi dan penyakit penyerta.

  b. Mengetahui profil obat secara umum pada pasien Gakin yang menerima obat DM antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009 menurut golongan obat.

  c. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pola peresepan obat DM pada pasien Gakin meliputi jenis obat, jumlah unit obat, dan dosis obat antara semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Peresepan Obat Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk

  membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Resep tersebut harus ditulis secara lengkap dan jelas (Anief, 2005). Biasanya satu resep yang ditulis dokter hanya untuk satu penderita. Pada kenyataannya resep lebih besar maknanya dari yang disebutkan diatas, karena resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Kenyataannya dalam praktek, sering dijumpai kebiasaan pengobatan (peresepan / prescribing habit) yang tidak berdasarkan proses dan tahap ilmiah tersebut (Wibowo, 2009).

  Adanya ketidaksesuaian peresepan yang rasional akibat stok obat yang tidak memenuhi dapat mengakibatkan subterapi pengobatan. Dosis obat subterapeutik tersebut mengakibatkan ketidakefektifan terapi obat. Hal ini dapat disebabkan oleh: 1. dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang dikendaki 2. konsentrasi obat dalam plasma penderita berada di bawah rentang terapi yang dikehendaki 3. saat profilaksis tidak tepat bagi penderita 4. obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai

  6. terapi obat dialihkan terutama untuk uji klinik (Anonim, 2005c).

  Dalam penulisan dosis pada resep pun harus benar agar terhindar dari kesalahan dosis, dan dengan penulisan jelas tanpa kehilangan satuannya, misalnya paracetamol 3 x 1 tablet, seharusnya 3 x 500mg (1 tablet) (Sutedjo, 2008).

  Peresepan obat dapat ditinjau dari pemilihan jenis obat, jumlah obat, dan dosis obat yang diberikan. Pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan terapi tidak tercapai sehingga penderita dirugikan. Hal ini disebabkan oleh : 1. penderita memiliki masalah kesehatan, tetapi obat yang digunakan tidak efektif 2. penderita alergi dengan obat yang diberikan 3. penderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi yang diobati 4. obat yang digunakan berkontraindikasi, misalnya penggunaan obat–obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati–hati atau dihindari pada penderita lanjut usia, wanita hamil, penderita dengan gangguan fungsi hati, atau gangguan fungsi ginjal yang parah

  5. obat yang digunakan efektif tetapi bukan obat yang paling murah 6. obat yang digunakan efektif tetapi bukan obat yang paling aman 7. penderita resisten dengan obat yang digunakan 8. penderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk sediaan kurang tepat

  9. penderita menerima kombinasi produk yang tidak perlu, misalnya polifarmasi sesama obat hipoglikemik oral yang bekerja pada titik tangkap kerja yang sama dan diberikan pada saat yang bersamaan (Anonim, 2005c).

B. Diabetes Mellitus

  1. Definisi

  Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan berkelanjutan dan penanganan oleh pasien itu sendiri untuk mengatasi komplikasi akut dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi jangka panjang (Anonim, 2005a). Menurut Sukandar (2008), Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitsas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.

  2. Gejala

  Meningkatnya kadar glukosa darah atau hiperglikemia ditandai dengan poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan polifagi (mudah lapar) (Anonim, 2007b). Penyebab poliuri adalah kurangnya hormon insulin yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisme, namun glukosa pada hiperglikemia justru bertumpuk di dalam darah sehingga karena berlebihan, ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang berlebihan di dalam darah dan kemih meningkat dan adanya glukosa dalam kemih (glycosuria) (Tjay dan Rahardja, 2007). Selain itu, penderita juga akan merasa haus dan banyak minum (polidipsi) untuk mengatasi dehidrasi karena kehilangan cairan. Sebagai kompensasi dari poliuri dan polidipsi, penderita mulai banyak makan (polifagi) sehingga pada mulanya berat badan meningkat, tetapi lama kelamaan otot tidak mendapat cukup glukosa untuk tumbuh dan mendapatkan cukup energi. Oleh karena itu, jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga berat badan menjadi turun meskipun banyak makan. Gejala lainnya disebutkan oleh Tandra (2007) seperti:

  a. Rasa seperti flu dan lemah Rasa seperti sakit flu, rasa capek, lemah, dan nafsu makan menurun karena glukosa bukan lagi sebagai sumber energi karena glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi energi.

  b. Mata kabur Glukosa darah yang tinggi akan menarik pula cairan dari dalam lensa mata sehingga lensa menjadi tipis dan mata akan mengalami kesulitan untuk fokus dan penglihatan menjadi kabur. Jika kadar glukosa dapat dikontrol dengan baik, maka penglihatan akan membaik karena lensa mata kembali normal.

c. Luka yang sukar sembuh

  Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : (1) infeksi yang hebat, kuman, atau jamur yang mudah tumbuh pada kondisi gula darah yang tinggi; (2) kerusakan dinding pembuluh darah, aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah tidak terasa menyebabkan penderita diabetes tidak menaruh perhatian pada luka itu dan membiarkan lukanya makin membusuk.

3. Klasifikasi dan penyebab

  Pasien DM dibagi menjadi 2 golongan, yakni DM tipe I (10% dari semua kasus diabetes) dan DM tipe II (90% dari semua kasus diabetes). Biasanya DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) ini dialami oleh anak-anak atau pada masa awal dewasa yang disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas akibat autoimun sehingga terjadi defisiensi insulin absolut. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya autoimun tidak diketahui, tetapi proses itu diperantarai oleh makrofag dan limfosit T dengan autoantibodi yang bersirkulasi ke berbagai antigen sel

  β (misalnya antibodi sel islet, antibodi insulin). DM tipe II atau Noninsulin Dependent Diabetes

  Mellitus

  (NIDDM) biasanya ditandai dengan retensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe II ini biasannya disebabkan karena gaya hidup penderita DM (obesitas, kurang olahraga, kelebihan kalori) (Sukandar, 2008).

  Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus diabetes) termasuk gangguan endokrin (misalnya akromegali, sindrom Cushing), diabetes melitus gestational (DMG), penyakit pankreas eksokrin (pankreatitis), dan karena obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-interferon). DM gestational yakni

  4. Manifestasi klinis

  Penderita DM tipe I biasanya memiliki badan yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis (DKA) karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormon glukagon. Penderita DM tipe II sering bersifat asimptomatik yakni tanpa gejala. Munculnya komplikasi menandakan pasien sudah bertahun – tahun menderita DM (Sukandar, 2008).

  5. Kriteria diagnosis

  Kriteria untuk diagnosis DM menurut Triplitt, et al. (2005) seperti yang tercantum di bawah ini: a. gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah dalam keadaan biasa

  ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L). Keadaan biasa disini maksudnya adalah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir. Gejala klasik diabetes adalah polidipsi, poliuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

  b. kadar glukosa plasma puasa ≥ 126mg/dL (7,0mmol/L). Puasa disini maksudnya adalah tidak ada masukan kalori selama minimal 8 jam.

  c. kadar glukosa dalam plasma selama 2 jam setelah pemberian glukosa ≥ 200mg/dL ditetapkan dengan OGTT (Oral Glucose Tolerance Test).

  Pada pemeriksaan OGTT, pengambilan darah untuk pemeriksaan gula darah dilakukan 2 kali yaitu pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam setelah pemberian larutan glukosa 75g per 250ml air (Tara, 2003).

6. Penatalaksanaan

  Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan utuk mencapai 2 target utama, yaitu:

  a. menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal

  b. mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes (Anonim, 2005d).

  Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes:

  

Tabel I. Target Penatalaksanaan Diabetes (Anonim, 2005a)

Parameter Kadar yang Diharapkan Kadar Glukosa Darah Puasa 80 – 120mg/dL

  Kadar Glukosa Plasma Puasa 90 – 130mg/dL Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose) 100 – 140mg/dL Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose) 110 – 150mg/dL Kadar Insulin

  < 7 % Kadar HbA1c < 7mg/dL Kadar Kolesterol HDL (pria)

  > 45mg/dL Kadar Kolesterol HDL (wanita) > 55mg/dL Kadar Trigliserida

  < 200mg/dL Tekanan Darah <130/80mmHg