LESBIAN “BUTCHIE” DALAM NOVEL LESBIAN LAKI-LAKI KARYA DEOJHA SEBUAH KAJIAN EKSPRESIVISME DAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  

LESBIAN “BUTCHIE” DALAM NOVEL LESBIAN LAKI-LAKI

KARYA DEOJHA

SEBUAH KAJIAN EKSPRESIVISME DAN PSIKOLOGI SASTRA

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Diusun Oleh:

Wiraningtyas Ari Pangestuti

024114039

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  PERSEMBAHAN KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK BAPAK PARWOTO DAN IBU ENDANG INDRAYATI SERTA ORANG – ORANG YANG SAYA CINTAI DALAM

  HIDUPKU v

  MOTTO Jangan bayangkan bahwa seseorang harus mendiamkan perasaan berontaknya agar dapat berdialog dengan Allah. Sebaliknya, tepat di saat seseorang mengungkapkan perasaannya, dimulailah dialog kebenaran.

  (Paul Tournier) Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

  (Filipi 4:8) Makna kehidupan adalah menemukan bakatmu: Tujuan kehidupan adalah memberikan bakatmu.

  (Joy J. Golliver) vi

  

ABSTRAK

  Pangestuti, W. Ari. 2008. Lesbian “Butchie” dalam Novel Lesbian Laki – laki karya Deojha Seuah Kajian Ekspresivisme dan Psikologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sastra Indonesia.

  Penelitian ini mengkaji tentang kehidupan lesbian “butchie” dalan novel

  

Lesbian Laki – laki . Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, memaparkan

  latar belakang hubungan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja yang meliputi kajian ekspresivisme antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja yang tentang perbandingan latar belakang kehidupan keluarga dan masa kecil, serta perbandingan kehidupan pada masa dewasa sebagai mahasiswa. Kedua, menganalisis kajian psikologis gambaran dunia lesbian, jenis lesbian dan faktor penyebab lesbianisme terhadap pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja dalam novel Lesbian Laki – laki.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan ekspresivisme dan psikologi sastra. Pendekatan ekspresivisme digunakan untuk menganalisis huungan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja, sedangkan pendekatan psikologi sastra digunakan untuk menganalisis gambaran dunia lesbian, jenis serta faktor penyebab lesbianisme dalam novel yang secara psikologis dialami oleh pengarang dan tokoh utama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hubungan latar belakang pengarang dan tokoh utama. Metode komparatif digunakan untuk menganalisa gambaran kehidupan yang saling berkaitan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja.

  Hasil kajian novel ini berupa deskripsi ekspresivisme (real autor) dari kehidupan pengarang yng digambarkan tokoh fiksi dengan jati diri sebagai lesbian dalm novel Lesbian Laki – laki. Tokoh fiksi yang merupakan tokoh utama penggambaran diri pengarang adalah Sangkhala Senja. Pengungkapan latar belakang kehidupan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja melalui kehidupan masa kecil dan dewasa. Sebagai fase perbandingan ykni (1) kehidupan keluarga dan masa kecil, (2) fase keshidupan dewasa sebagai mahasiswa.

  Hasil kajian psikologi mengungkapkan dunia lesbian yakni 1) perasaan – perasaan yang dirasakan oleh pengarang dan tokoh seperti cinta, cemburu, marah, takut, sedih, dan bahagia, 2) hubungan seksual, 3) media komunitas dan kode komunitas lesbian, serta 4) jenis lesbian dan faktor penyebab lesbian. vii

  

ABSTRACT

  Pangestuti, W. Ari. 2008. Lesbian “Butchie” in Lesbian Laki – laki novel by Deojha : Exspresivism and Literature Psychology. Undergraduated Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Programs. Faculty Of Letters. Sanata Dharma University.

  This research is attempted to study about the of lesbian ‘butchie’ in Deojha’s Lesbian Laki-laki. This study is led to accomplish two main objectives. The first objective is to observe the relation between Deojha as the author and Sangkhala Senja as the main actor, concluding the study of expresivism between their family background, childhood and adult life as the students. The second objective is to analyze the psylogical research about lesbian’s world depiction, the type of lesbian and the main factor of lesbianism on Deojha and Sangkhala Senja in Lesbian Laki-laki.

  In accomplishing the analysis the writer uses expresivism approach and literature psychology. Expresivism approach is applied to analyze the relation between Deojha and Sangkhala Senja, while literature psychology is applied to analyze the lesbian’s world, the type and also the main factor which causing lesbianism in Deojha and Sangkhala Senja psychogically. This research uses descriptive and comparative method. The descriptive method is applied to describe the relationship background between the author and the main actor. The comparative method is used to analyze the life depiction of Deojha and Sangkhala Senja which are connected each other.

  The result of this novel’s study is description of expresivism from the real author’s life which is shown in the fictional actor as the lesbian personality in

  

Lesbian Laki-laki. Sangkhala Senja is the depiction of the author as the fictional

  character. The writer reveals the life background between the author Deojha and the actor Sangkhala Senja by examining their childhood and adulthood. As the compavison (1)family life and childhood (2)adulthood as the students.The result of the psychology study reveals the lesbian’s word, that are (1) ) the author and the actors feeling such as love and jealousy, anger, sadness, scared, and happiness. (2) sexual intercourse, (3) media community and lesbian community code, (4) the type and the main cause of lesbianism. viii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia dan Kehendak- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Lesbian “Butchie”dalam Novel Lesbian Laki-laki karya Deojha sebuah kajian Ekspresivisme dan Psikologi Sastra. Skripsi tidak akan pernah terwujud tanpa bimbingan dan semangat dari semua pihak. Saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia dan Kehendak-Nya.

  2. Bapak Drs. Yoseph. Yapi.Taum,M. Hum.,selaku Dosen pembimbing I skripsi yang telah membagikan ilmunya kepada saya.

  3. Ibu Susilowati Endah Peni Adji,S.S,M.Hum., selaku Dosen pembimbing II skripsi yang memberikan banyak masukan kepada saya.

  4. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Bapak Drs. B. Rahmato,M. Hum., Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., Bapak Drs. Hery Antono, M.

  Hum., Bapak Drs. Ari Subagyo, M. Hum., Bapak FX Santoso, M.S., Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum.

  5. Bapak Parwoto dan Ibu Endang Indrayati, terima kasih atas segala pengorbanan, doa, nasehat, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. ix

  6. Sahabatku Deojha Git-git, yang telah menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan skripsi. Sekali lagi terima kasih banyak friend, jasamu tak akan terlupakan!! 7. Teman-teman seperjuanganku Genk Baskom, Fany, Eli, Luki, Erda, dan

  Rosa, untuk waktu dan indahya persahabatan kita semoga abadi selamanya.

  8. Keluarga besarku tercinta, Tante Nana, Kak Nupy, Kak Frans, Kak Deby, Adikku gendut Andreas, keponakanku Stefany dan Amelia, untuk doa, semangat dan dukunganya pada penulis.

  9. Kokoku Christoporus Rinno Granada Adiyanto, untuk dukungan, kasih sayang, serta ketulusan hati yang tiada batasnya.

  10. Seluruh teman-teman Prodi Sastra Indonesia Angkatan 2002, Yogi, Bonet, Bangun, Plentong, Sapi, Sumantri, Marta, Lusi, Iren, domex dan teman – teman yang lain, kalian sangat spesial.

  11. Teman- teman KKN, Tanti, Vera, Archi, Mbak Adis, Ciput, Dwi, Rangga, terima kasih atas persahabatan kalian.

  12. Seluruh pihak administrasi Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

  13. Seluruh Staff dan karyawan UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

  14. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungannya. x

  Saya telah berusaha sebaik mungkin sebagaimana pengalaman hidup yang saya jalani, namun saya menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan kemampuan. Apabila terdapat saran untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini saya sangat berterima kasih.

  Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu kepada pengetahuan khususnya di bidang sastra Indonesia di masa yang akan datang.

  Terima kasih.

  Penulis xi

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …..................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………...………...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………….iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.…………………………………...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………….……………………v

HALAMAN MOTTO………………………….……………….…………..vi

ABSTRAK………………………………..………………………………...vii

ABSTRACT

  ………………………..……………………………….............viii

KATA PENGANTAR………………………..…………………….............ix

DAFTAR ISI…………………….…………………………………............xii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah…………….…………………………….1

  1.2 Rumusan Masalah………….………………………….................5

  1.3 Tujuan Penelitian…………….………………………..................6

  1.4 Manfaat Penelitian………………….……………………………6

  1.5 Tinjauan Pustaka……………………………………………........7

  1.6 Landasan Teori……………………………………………...…....7

  1.6.1 Ekspresivisme………………………………………..…….7

  1.6.2Teori Psikologi Sastra……………………………………...11

  1.6.2.1 Pengertian Lesbian………………………...……....13

  1.6.2.2 Faktor Penyebab Lesbian..………………………...16

  1.6.2.3 Jenis – jenis Lesbian…………..…………...……..18

  1.6.2.4 Dunia Lesbian……………………………………..21

  1.6.2.4.1 Perasaan – perasaan………………..…….22

  1.6.2.4.2 Hubungan Seksual…………………...…..23

  1.6.2.4.3 Media Komunitas dan Kode Komunitas Lesbian…………………………………..24 xii

  1.7 Metode Penelitian……………………………………………..26

  1.8 Sumber Data…………………………………………………..28

  1.9 Sistematika Penyajian…………………………………………28

BAB II EKPRESIVISME HUBUNGAN ANTARA PENGARANG DEOJHA DENGAN TOKOH SANGKHALA SENJA

  2.1 Pengantar………………………………………………………29

  2.2 Perbandingan Latar Belakang Kehidupan Keluarga dan Masa Kecil……………………………………………………..29

  2.3 Perbandingan Kehidupan pada Masa Dewasa sebagai Mahasiswa…………………………………………….39

  2.4 Rangkuman…………………………………………………….57

  

BAB III JENIS LESBIAN SERTA FAKTOR PENYEBAB LESBIAN DAN

GAMBARAN PSIKOLOGI DUNIA LESBIAN

  3.1 Pengantar………………………………………………………61

  3.2 Jenis Lesbian dan Faktor Penyebabnya……………...………...61

  3.2.1 Jenis Lesbian…………..………………………………...61

  3.2.2 Faktor Penyebab Lesbian………………………………..64

  3.3 Gambaran Dunia Lesbian……………….…………………….66

  3.3.1 Perasaan - perasaan…..………………………………….66

  3.3.2 Hubungan Seksual……..………………………………..78

  3.3.3 Media Komunitas dan Kode Komunitas Lesbian………80

  3.4 Rangkuman……………………………………………………84

BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan……………………………………………………86

  4.2 Saran…………………………………………………………..91 xiii

  DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….92 LAMPIRAN………………………………………………………………...96 DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………...99

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Menurut Horatius, karya sastra memang bersifat dulce et utile; menyenangkan dan bermanfaat. Demikian pula cerita rekaan sebagai karya sastra seharusnya menarik dan merangsang rasa ingin tahu karena berguna bagi pembacanya. Semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup ini karena bahannya diambilkan dari pengalaman hidup. Pengalaman ini dapat berupa pengalaman langsung, yaitu yang dialami secara langsung oleh pengarang, dapat juga berupa pengalaman tak langsung, yaitu pengalaman orang lain yang secara tak langsung sampai kepada pengarang (Panuti Sudjiman, 1988:12).

  Dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif dibedakan tiga macam pengarang yaitu pengarang yang mengarang berdasarkan pengalaman langsung, pengarang yang mengarang berdasarkan keterampilan dalam penyusunan kembali unsur – unsur penceritaan, dan pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasi (Ratna.2004:56).

  Hal ini yang disuguhkan oleh seorang pengarang bernama Deojha. Ia ingin memperlihatkan suatu realita yang dialami oleh si pengarang dalam sosok seorang tokoh fiksi. Ia ingin memberikan arti dan pemaknaan bahwa dialah tokoh dalam karyanya itu. Novel yang berupa cerita panjang berbentuk semi-biografi yang ditulis Deojha ini, berjudul Lesbian Laki-Laki; sebuah pengakuan getir Kehidupan seorang butchie (yang dimaksud lesbian butchie adalah lesbian yang bertindak sebagai laki-laki). Deojha lahir di Yogyakarta tanggal 23 Juni 1984. Deojha menekuni dunia tulis – menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Deojha baru berani untuk mengirim tulisannya dan dimuat di beberapa media ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ( SMP ). Tidak hanya itu, ia juga sudah menyalurkan bakat dan hobinya dalam menulis cerpen dan puisi sejak di bangku Sekolah Menengah Umum ( SMU ) dan sering dimuat di mading sekolah serta majalah IDOLA BODA (majalah yang diterbitkan di suatu sekolah swasta di Yogyakarta). Ia menyukai dunia sastra sehingga ia memilih kelas jurusan bahasa. Deojha pernah mengenyam bangku kuliah di Jurusan Sastra Inggris di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Namun lantaran faktor ekonomi ia pun tidak menyelesaikannya. Deojha pernah pula bekerja di redaksi LSM Gaya Nusantara Surabaya. Saat ini ia lebih menyibukkan diri di Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (LSM PKBI DIY) sambil tetap menyalurkan hobinya dalam tulis-menulis. Ini adalah novel pertamanya.

  Novel Lesbian Laki-laki ini sempat menimbulkan protes dari beberapa pihak yakni pembaca dan kritikus karena karyanya dianggap meniru atau menjiplak karya novel lesbian yang lain. Seperti kita ketahui banyak buku dan novel yang membahas dan mengangkat serta mengupas tentang kehidupan para lesbian. Dalam hal ini karya Deojha dianggap sama dengan karya Herlinatiens dalam novelnya yang berjudul Garis Tepi Seorang Lesbian (2002) yang beberapa waktu lalu sempat menjadi best seller (Deojha.2006).

  Akan tetapi, dalam acara bedah bukunya yang diadakan pada tanggal 24 November 2006 bertempat di sebuah kafe, ia menuturkan bahwa karyanya serupa tapi tak sama. Setiap karya sastra mempunyai ciri khas tersendiri dalam penyampaiannya. Ketidaksamaan itu adalah bagaimana ia dapat mengemukakan dan menceritakan kisah seorang lesbian “butchie” serta berbagai pengalaman hidup dan kisah cintanya lewat seorang tokoh bernama Sangkhala Senja. Ini merupakan pengakuan yang luar biasa bagi pengarang. Ini merupakan hal yang sangat berani, sehingga Pinus mau membantu menerbitkan novel semi biografi ini. Hal ini dapat membuktikan bahwa karyanya bukan jiplakan semata. Ia ingin mengemukakan perasaan, gagasan, apa yang ia alami, pengalaman serta imajinasinya dalam sebuah karya tulisan. Deojha juga mendapat banyak ancaman setelah novelnya terbit, karena kaum lesbian lain tidak setuju akan pengakuannya yang terang-terangan yang seakan-akan memojokkan kaum lesbian lain, bahwa lesbian hanya berkemelut dalam nuansa roman kisah cintanya tanpa memikirkan dunia luar dan tanpa ada kepentingan serta pemikiran yang lain. Dalam novel tersebut Deojha ingin menggambarkan bagaimana pahitnya kehidupan sebenarnya dari para kaum lesbian karena ia termasuk salah satu dari komunitas mereka (Deojha.2006).

  Dalam Novel Lesbian Laki-laki; Deojha mencoba menceritakan pengalaman hidup dan kisah cinta seorang lesbian melalui tokoh Sangkhala Senja.

  Ia seorang lesbian. Benih-benih cintanya terhadap perempuan muncul sejak melihat guru TK-nya yang manis, berkulit bersih dan berambut panjang.

  Pesonanya telah membuat ia ingin selalu berada di dekatnya. Ketika guru itu pun dipindahtugaskan betapa ia merasa sangat kehilangan, dan ia terus menangis.

  Pilihan hidupnya sebagai seorang lesbian lebih banyak ia rasakan pahit dan getir. Ia pernah dipecat dari tempat kerjanya ketika identitasnya sebagai seorang lesbian diketahui oleh atasannya. Begitu pula teman-teman kuliahnya yang lebih suka menghidar dan bersikap dingin terhadapnya.

  Perjalanan cintanya sebagai butchie, (lesbian yang berposisi sebagai laki- laki) tidaklah berarti menempatkannya sebagai seorang yang kuat dan selalu menang. Sebaliknya, ia banyak dikhianati oleh para kekasihnya. Tak sekali cintanya diputus begitu saja oleh para kekasihnya. Lantas para kekasihnya tidak sedikit yang pada akhirnya memilih menikah dengan laki-laki yang sesungguhnya. Laki-laki yang tidak seperti dirinya.

  Berdasarkan ringkasan singkat di atas, tentang kehidupan tokoh Senja, tampak jelas bahwa novel Lesbian Laki-laki ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berbagai bentuk tragedi kehidupan yang dialami tokoh Senja sebagai lesbian butchie, akan banyak memberi gambaran tentang kehidupan kaum lesbian yang kurang kita ketahui keberadaan lesbian butchie ini. Kebanyakan yang kita ketahui hanyalah kaum lesbian dari keseluruhannya bukan bagian-bagian dari mereka. Dalam hal ini kita juga mengetahui bagaimana mereka dalam berteman, bersosialisasi dan kehidupan kisah cintanya. Kita tidak dapat mengingkari bahwa mereka juga berhak mempunyai rasa cinta bukan hanya dalam bidang seks secara lahiriah saja, akan tetapi juga dalam bersosialisasi dengan sesama. Hal ini menarik perhatian peneliti dan mendorongnya melakukan sebuah kajian dari segi karya sastra dan pengarangnya.

  Adapun ketertarikan peneliti menganalisis novel karya Deojha tersebut didasarkan atas dua alasan. Pertama, Novel Lesbian Laki-laki ini menuliskan kehidupan seorang lesbian butchie lewat tokoh Sangkhala Senja yang diduga bersumber pada kehidupan pengarangnya. Kedua, Novel ini menggambarkan sosok seorang butchie yang menderita karena cintanya yang kandas serta getirnya kehidupan untuk dapat diterima di tengah-tengah keluarga, masyarakat agar dapat diakui keberadaanya sebagai seorang lesbian, serta mengkaji kecamuk jiwa yang dialami tokoh Senja. Hal ini menarik untuk dikaji dengan pendekatan psikologis untuk mengungkap faktor-faktor penyebab lesbian.

  Adapun dorongan lain untuk mengkaji novel ini adalah faktor kekaguman dan keingintahuan dalam melakukan kajian terhadap karya sastra berlatar belakang kehidupan nyata pengarang sebagai seorang lesbian.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah hubungan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala

  Senja?

  1.2.2 Bagaimanakah gambaran dunia lesbian dalam novel Lesbian Laki-laki secara psikologis dialami pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai peneliti.

  1.3.1 Mengkaji dan mendeskripsikan hubungan antara pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja.

  1.3.2 Mengkaji dan mendeskripsikan gambaran lesbian dalam novel secara psikologis yang dialami pengarang Deojha dan tokoh Sangkhala Senja yang meliputi : dunia lesbian, jenis lesbian, serta faktor penyebabnya.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini tidak hanya untuk kepentingan peneliti semata. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar bermanfaat sebagai berikut:

  1.4.1 Menambah bahan kajian karya sastra Indonesia khususnya karya sastra novel berlatar belakang kehidupan kaum lesbian dengan tinjauan teori ekspresivisme sastra dan psikologi sastra.

  1.4.2 Untuk menambah wawasan pembaca dan pengamat tentang kehidupan yang dialami tokoh Shangkala Senja sebagai seorang lesbian dalam novel Lesbian Laki-laki karya Doejha.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Selama peneliti melakukan pengamatan terhadap kepustakaan belum ditemukan penelitian tentang novel Lesbian Laki-laki karya Deojha tersebut. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mencoba menganalisis novel Lesbian Laki-laki karya Deojha dengan mendeskripsikan aspek teori ekspresivisme antara karya sastra tersebut dengan cara menganalisa kehidupan tokoh Sangkhala Senja dan kaitannya dengan kehidupan nyata si pengarang (penelitian semi-biografi).

  1.6 Landasan Teori

  Pada analisis ini, penulis akan menggunakan dua landasan teori yakni ekspresivisme dan psikologi sastra. Pendekatan ekspresivisme digunakan untuk menganalisis latar belakang hubungan pengarang Deojha dengan tokoh Sangkhala Senja. Psikologi sastra digunakan untuk menganalisis perasaan-perasaan serta faktor penyebab lesbianisme.

1.6.1 Teori Ekspresivisme

  Teori ekspresivisme muncul bersamaan dengan perubahan-perubahan sistem sosial dan filsafat yang menempatkan manusia sebagai makhluk otonom yang memiliki kebebasan dan keutuhan sebagai individu. Karya-karya manusia sepenuhnya dipandang sebagai pengucapan kreatif pribadi individu tersebut.

  Dalam bidang karya sastra: pecurahan perasaan dan pikiran, bahkan kejiwaan yang berasal dari dalam diri individu tersebut.

  Teori ekspresi sastra (The expressive theory of literature) adalah sebuah teori yang memandang karya sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia batin pengarangnya. Karya sastra dipandang sebagai sarana pengungkap ide, angan-angan, cita-cita, cita rasa, pikiran dan pengalaman pengarang. Dalam ungkapan yang lain, sastra adalah proses imajinatif yang mengatur dan menyintesiskan imajinasi-imajinasi, pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan pengarang (Abrams, 1987:20 via Taum.1997:20).

  Studi sastra dalam model ini berupaya mengungkapkan latar belakang kepribadian dan kehidupan (biografi) pengarang yang dipandang dapat membantu memberikan tentang penjelasan tentang penciptaan karya sastra. Oleh karena itu, teori ini seringkali disebut pendekatan biografis.

  Teori ini merupakan studi yang paling mapan dan tertua dalam sejarah studi sastra (Wellek dan Warren, 1993:82). Teori ini dapat dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya. Dalam teori ini unsur ‘manusia’ sebagai pencipta mendapat perhatian serius. Ditinjau dari segi perkembangan pemikiran manusia, teori ini dapat dianggap tonggak sejarah baru yang membebaskan manusia dari gagasan lama yang mengungkung, bahwa hanya Tuhanlah Sang Pencipta dan manusia hanyalah peniru-peniru belaka.

  Teori ekspresivisme sering disebut pula sebagai teori pendekatan biografis karena tugas utama penelaah sastra adalah menginterprestasikan dokumen, surat, laporan saksi mata, ingatan, maupun pernyataan-pernyataan otobiografis pengarang. Teori ini banyak mendapat kritikan karena mengalihkan pusat perhatian dari karya sastra ke pribadi dan psikologi pengarang (Taum.1997: 20).

  Praktik-praktik kritik ekspresif sastra terpusat pada upaya menyelami jiwa pengarang karya sastra pengarang tersebut. Pengarang dianggap seorang pencipta yang membayangkan imajinasi kehidupan yang terpilih dan teratur. Kedudukan pengarang dan karyanya begitu erat, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya. Tolok ukur sastra yang baik dalam pendekatan ini: orisinalitas, kreativitas, jenialitas, dan individualitas. Benar tidaknya, objektif tidaknya, suatu penilaian sastra sangat tergantung pada intensi pengarang dalam mewujudkan keorisinalan dan kebaruan penciptaan seninya. Data-data biografis dan historis menjadi bahan yang penting dalam studi sastra (Mangunwijaya,1988:25-23 via Taum.1997:20).

  Dalam bahasa (sastra) tulis, pengarang tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan pembacanya. Dengan demikian, jika dalam tulisannya pengarang mempergunakan sudut pandang aku, orang tidak bisa secara langsung mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah diri pengarang. Di sini tampak ambiguitas kedudukan pengarang dengan narator (aku lirik) dalam teks. Dalam bidang naratorologi (teori tentang cerita), Wayne Booth memperkenalkan istilah implied

  

author ( penulis yang tersirat atau tersembunyi) dalam bukunya The Rethory of

Fiction (1963). Istilah implied author atau sering disebut sebagai persona poetica

  dengan instansi (atau fokalisator) yang berperan menyampaikan cerita kepada pembaca. Implied author berdiri di tengah-tengah antara pengarang nyata dengan narator (juru cerita dalam teks) (Booth.1963:137 via Taum,1997:28).

  Konsep implied author mengacu pada peranan yang diberikan teks kepada pengarang, yang bukan hasil abstraksi seorang pengarang nyata. Pengarang tersembunyi itu lebih merupakan tegangan tertentu yang diciptakan oleh pengarang pada saat menuliskan karyanya. Pengarang menciptakan suatu imajinasi dalam dirinya sendiri (semacam dirinya yang kedua, the second self) sebagai juru pisah misalnya yang sedang memperbaikki atap yang bocor, membayar pajak, yang gagal mencari jati dirinya (Booth, 1963:137). Dengan demikian, struktur teks itu sendiri telah menempatkan aktivitas ideasional dan interaksional antara pengarang nyata dengan pengarang tersembunyi (Booth,1963:137 via Taum,1997:28).

  Menurut Juhl, penulis nyata (real author) terlibat dan bertanggung jawab terhadap kalimat-kalimat yang diajukan dalam karyanya. Arti kalimat-kalimatnya sesuai dengan intensi pengarang itu sendiri. Intensi bukanlah rencana yang dipikirkan sebelum penciptaan atau motif yang mendorong penulisan, melainkan apa yang diniatkan oleh kata-kata yang dipergunakan dalam karya-karyanya (Teuw,1988:177-180 via Taum,1997:29).

  Teori mengenai pengarang yang paling mutakhir dikemukakan oleh Umberto Eco (1992), dengan memperkenalkan istilah liminal author atau Author

  

on the Thresold (pengarang ambang). Pengarang ambang tidak dapat disamakan

  dengan pengarang implisit, karena situasi pengarang ambang tidak dapat dijelaskan, sedangkan pengarang implisit merupakan strategi eksplikasi tekstual yang dapat dikenal melalui permainan bahasa teks (Taum, 1993a:59-66). Pengarang ambang adalah situasi penciptaan teks sastra, dimana pengarang secara intens disugesti oleh kekuatan-kekutan misterius (ghostly). Kekuatan-kekuatan misterius ini tidak bisa dijelaskan secara tepat dengan perhitungan apapun, baik oleh pengarangnya sendiri maupun oleh pembaca (Taum.1997: 28-29).

  1.6. 2 Teori Psikologi Sastra

  Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta aktivitas-aktivitas manusia, di mana tingkah laku dan aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya. Pengertian ini didasarkan pada terjemahan dalam bahasa Yunani: Psiche dan logos. Psiche berarti “jiwa” dan logos berarti “ilmu”. Dengan demikian psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

  Semua ilmu pengetahuan tidak dapat secara mutlak berdiri sendiri, satu sama lain pasti saling memberi dan menerima. Ilmu yang satu dapat memberi penjelasan yang lebih terhadap ilmu yang lain. Sukada (1987:102) mengatakan bahwa sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkannya. Secara tidak langsung sastra dan psikologi sama-sama mempelajari tentang jiwa. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah lama ada dalam jiwanya dan telah melalui proses pengolahan jiwa secara mendalam dalam proses berimajinasi.

  Dalam hal ini psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psike, dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur- unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca (Ratna, 2004:342).

  Dengan demikian, maka psikologi memasuki bidang kritik sastra lewat beberapa jalan: 1) pembahasan tentang proses penciptaan sastra, 2) pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi), 3) pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra, dan 4) pengaruh karya sastra terhadap pembacanya. Maka dengan membahas karya tertentu, seorang kritikus dapat menarik suatu kesimpulan tentang psikologi pribadi pengarangnya. Ia dapat juga mempelajari seluruh tulisan seorang pengarang, lalu mencoba menarik beberapa kesimpulan tentang keadaan jiwa pengarangnya (Hardjana,1981:63).

  Dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra tentang studi mengenai aspek psikologi tokoh Sangkhala Senja dalam karya sastra serta aspek psikologi pengarang terhadap karyanya, penulis hendak menganalisis kehidupan tokoh dan kehidupan nyata pengarang dalam novel Lesbian Laki-laki. Penulis mengkhususkan penelitian ini pada aspek kejiwaan, latar belakang, serta kehidupan dan kaitan antara tokoh Sangkhala Senja dan pengarang Deojha.

1.6.2.1 Pengertian Lesbian

  Jika ada isu yang mampu menyaingi aborsi dalam term intensitas konflik yang terbuka, maka isu tersebut adalah homoseksualitas. Pada saat gerakan hak- hak lesbian dan gay berusaha untuk “menormalisasi” hubungan seks sesama jenis dan mendapatkan hak-hak sipil bagi kepentingan pokok mereka, maka para penentang mereka berjuang untuk mempertahankan gagasan bahwa homo- seksualitas dan biseksualitas merupakan penyimpangan sosial. Identitas gay dan lesbian muncul seiring dengan perkembangan kapitalisme dan peralihan dari masyarakat desa ke masyarakat kota (Adam 1995; D’Emilio 1993; Katz 1995).

  Dengan perkembangan masyarakat modern, makna utama dari seksualitas juga berubah; dari reproduksi dalam keluarga menuju pada keintiman emosional dan kesenangan fisik bagi individu (D’Emilio dan Freedman 1988) (Stagenborg.2003: 92)

  Pada awal abad kedua puluh, benih-benih subbudaya homosekualitas telah tumbuh di kota-kota besar di dunia Barat, termasuk Paris, Berlin, dan New York.

  Walaupun lesbianisme merupakan gaya hidup modis di antara orang-orang New York modern, banyak juga yang tidak menganggapnya serius(Faderman 1991:75).

  Hubungan-hubungan lesbian yang sejati, secara tipikal dipandang sebagai ancaman terhadap perkawinan ideal antara laki-laki dan perempuan (Staggenborg.2003: 94-95).

  Dengan banyaknya laki-laki pergi berperang sementara perempuan bekerja, perempuan merasa lebih beba bersosialisasi bersama. Perang membuat semua perempuan lebih independen dari laki-laki dan keluarganya, karenanya lesbian menjadi “lebih serupa dengan perempuan lain dan lebih mudah diidentifikasi” (Kennedy dan Davis 1993:38). Selama masa perang, perempuan sering terlihat bersama-sama di jalan-jalan dan banyak yang menjadi penjaga bar- bar. Tambahan lagi, banyak perempuan untuk pertama kalinya memakai celana panjang ke tempat kerja dan sering menggunakan seragam kerjanya di depan publik. Lesbian yang memilih menggunakan celana panjang dapat membeli dan memakai secara bebas untuk yang pertama kalinya (Staggenborg. 2003: 97). Walaupun perempuan mulai berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan hiburan di kota-kota di awal abad kedua puluh, namun budaya yang lahir dari aktivitas- aktivitas ini bercorak “heteroseksual”, yang melibatkan laki-laki dan perempuan (Peiss 1986).

  Lesbianisme berasal dari kata Lesbos. Lesbos adalah nama sebuah pulau di luar Aegea, yang merupakan tempat lahir Sappho. Sappho adalah seorang perempuan yang dikenal sebagai pecinta perempuan, ia hidup pada zaman Yunani Kuno (550 SM). Sejak saat itu ia disebut sebagai Sapphosm (Cunnilingus), nama tersebut dikaitkan dengan perilaku hidup dalam kegiatan seksualnya (Kristantini,1991:28).

  Lesbian adalah homoseksual perempuan yang merupakan suatu hubungan sosial maupun seksual di antara sesama perempuan sebagai pasangan hidupnya, dan memiliki keterikatan erat secara emosional kepada sesama perempuan (Dewi,2003:27).

  Sidney Abbot dan Barbara Love (dalam Kristantini, 191:28) mengemukakan bahwa lesbian adalah: a.

  Perempuan yang mempertahankan hidup tanpa laki-laki, baik dalam hal emosional maupun finansial.

  b.

  Perempuan yang setiap saat selalu berjuang untuk menunjukkan, bahwa mereka sungguh-sungguh manusia seutuhnya dan tidak sekedar anggota badan lelaki.

  c.

  Perempuan yang dihukum oleh lingkungan karena perilaku seksual mereka, lebih dari perempuan lain di dunia ini.

  d.

  Perempuan yang memilih mencintai jenis kelamin sama yaitu perempuan lain.

  Namun tidak berarti bahwa kaum lesbian termasuk kelompok pembenci laki-laki, walaupun banyak di antara kaum lesbian yang membenci laki-laki karena berbagai macam alasan. Secara umum, kaum lesbian tidak melihat laki-laki sebagai pihak yang mengancam atau menekan mereka secara personal. Kaum lesbian memiliki sikap positif terhadap perempuan lain dan tidak berpikir bahwa kehidupannya sebagai penolakan yang agresif terhadap jenis kelamin lain atau lawan jenis. Kaum lesbian secara aktif mencari jalan untuk melepaskan diri dari dominasi laki-laki. Bila dibanding dengan perempuan lain pada umumnya, lesbian hanya berbeda dalam hal perilaku seksual mereka. Selebihnya mereka sama dengan perempuan lain, ada yang menikah dan mempunyai anak, ada yang berhasil dalam hal ekonomi, memiliki karier yang bagus, ada yang miskin, dan sebagainya.

1.6.2.2 Faktor-faktor Penyebab Lesbian

  Dari beberapa artikel, referensi, dan juga laporan-laporan penelitian, diperoleh beberapa keterangan yang diperkirakan menjadi penyebab lesbianisme. Kisker (dalam Kristantini, 1991; 30) menerangkan melalui 3 teori yaitu: a. Teori biologis menerangkan bahwa penyebab lesbianisme ini dibawa sejak lahir dan berkaitan erat dengan mekanisme genetik yang melibatkan derajat kelaki-lakian (maleness) dan perempuan (femaleness) .

  b. Teori psikologis memberi gambaran, bahwa perilaku seksual diperoleh melalui pengkondisian pada awal kehidupan. Pada lingkungan awal kehidupan ini, memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pilihan peran seksual dalam kehidupan selanjutnya.

  c. Teori sosiologis menerangkan bahwa penekanan pada adanya kesalahan pada hubungan keluarga dengan bapak dan ibu yang patogenik. Kenyon (dalam Widiastuti, 1998: 18) mengemukakan 6 faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lesbian, yaitu: a. Faktor Biologis

  Pangkahila (2000) mengemukakan bahwa faktor biologis, yaitu adanya kelainan di otak atau genetik.

  b. Gaya Hidup Zaman sekarang banyak perempuan menjadi perempuan karir yang mempunyai kebutuhan keintiman dengan orang lain, meskipun mereka menganggap bahwa pernikahan akan membuat karirnya terhambat. Antar mereka akan saling mengisi kekosongan sampai akhirnya melakukan hubungan seks, yang jelas mereka tidak menanggung resiko hamil sehingga tetap menjadi perempuan karir. Bila kebiasaan ini dilanjutkan, lama-kelamaan hal ini menjadi gaya hidup, karena secara psikologis orang ingin mengidentifikasikan diri dengan kelompok yang dianggap eksklusif tersebut.

  c. Perilaku-perilaku Seksual Banyaknya variasi perilaku seksual yang pada awalnya dilakukan oleh beberapa orang, namun akhirnya menyebar karena adanya informasi dari masyarakat maupun mass media lainnya, sehingga orang ingin mencoba hal yang berbeda dan baru.

  d. Latar Belakang Keluarga Ayah yang dominan dan ibu yang pasif, dengan demikian anak perempuan tidak merasakan kehadiran ibu, yang akhirnya ibu gagal menjadi model pribadi perempuan bagi anak perempuan dan akibatnya anak perempuan mengambil sifat-sifat ayahnya termasuk mencintai perempuan. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab lesbian. Juga karena orang tua menginginkan anak laki-laki, tetapi yang lahir adalah perempuan dan orang tua memperlakukan anak perempuannya seperti laki-laki. Selain itu, keadaan lesbian dapat juga disebabkan, anak perempuan sejak kecil ingin menjadi laki- laki.

  e. Kekecewaan pada Laki-laki Seseorang perempuan mendapat perlakuan tidak baik dari laki-laki, misalnya dikhianati, tidak dihargai, dan tidak diperlakukan sebagai pendamping, tetapi lebih sebagai perempuan yang harus selalu siap melayani. Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi suatu pengalaman yang menyakitkan bagi perempuan.

  f. Lingkungan Lingkungan setempat yang didominasi oleh kaum perempuan yang sejenis dapat membuat perempuan terdorong menjadi lesbian, misalnya dipenjara.

1.6.2.3 Macam-macam Lesbian

  Bar merupakan tempat yang penting bagi perkembangan komunitas lesbian kelas pekerja. Di dalam budaya bar, para lesbian kelas pekerja secara tipikal dapat mengambil peran sebagai “butch”, yang penampilannya maskulin, atau “fem”, yang secara tradisional feminis. Walau “kode tingkah laku personal untuk berdandan dan berperilaku mengambil model dari masyarakat heteroseksual, tetapi ini tidak hanya sekedar meniru” (Kennedy dan Davis 1993:163). Para

  “Butch” tidak melampaui diri menjadi seperti laki-laki, mereka hanya

  mengembangkan cara baru menjadi perempuan. Mereka mengembangkan cara unik berpakaian, sebagai contoh, termasuk yang biasa terdapat pada celana panjang laki-laki (hal.155). dengan gaya seperti itu di depan publik,”butches” mengambil resiko berani menentang norma-norma gender. Sementara itu “fems” menggunakan gaya perempuan heteroeksual, seperti sepatu tumit tinggi, namun bagaimanapun, mereka juga menantang norma-norma yang ada karena berpasangan dengan “butches”. Dari sebuah prespektif kontemporer, model ”butch-fem” tampaknya bersifat terbatas, dan telah dikritik oleh para feminis karena hanya merupakan imitasi peran gender patriarkal (Staggenborg. 2003: 98). . Secara garis besar, terdapat tiga macam lesbian pertama, butch

  (Butchie ;lesbian yang berposisi sebagai laki-laki), lesbian yang

  berpenampilan tomboy, kelaki-lakian, lebih suka berpakaian yang umumnya dikenakan laki-laki. Kedua, femme (lesbian yang berposisi sebagai perempuan), lesbian yang berpenampilan feminim, lembut, layaknya perempuan heteroseks biasanya, berpakaian gaun perempuan.

  Ketiga, andro( androgyny;lesbian yang bisa berposisi sebagai laki-laki dan perempuan), perpaduan antara femme dan butch. Walau mungkin dalam penampilan luarnya seorang lesbian bisa saja berpenampilan maskulin atau feminim, dalam relasi seksual, keterbukaan dan kesadaran perempuan akan seksualitas tubuhnya membuat relasi seksual lesbian sekarang ini lebih mutual(Tri Utama.2007).

  Kitzinger (dalam Dewi, 2003: 31) mengelompokkan menjadi 2 macam lesbian, yaitu: a. Act lesbian, yaitu apabila seseorang menjadi lesbian hanya pada situasi tertentu. Kemungkinan besar penyebabnya adalah frustasi terhadap sesuatu pengalaman yang menyakitkan, misalnya kekecewaan yang mendalam pada laki-laki, keluarga yang tidak memperhatikannya, sehingga mencari ketenangan di luar keluarga dan tidak sengaja bertemu dengan seorang lesbian yang sangat memberi perhatian padanya. Lesbian seperti ini dapat dengan mudah mengubah orientasi seksualnya sewaktu-waktu.

  b. True lesbian, yaitu tidak tertarik secara seksual pada laki-laki bahkan sama sekali tidak tertarik pada laki-laki, dan mempunyai pengulangan atau ketetapan aktivitas seksual dengan perempuan dan sulit mengubah orientasi seksualnya.

  Menurut PPDGJ-II (1983) lesbian dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu: a.

  Lesbian Ego Distonik, yaitu apabila seseorang yang memiliki kecenderungan lesbian tidak menerima keberadaan orientasi seksualnya.

  Lesbian semacam ini termasuk dalam kategori “terganggu” dengan keberadaan lesbiannya.

  b.

  Lesbian Ego Sintonik, yaitu apabila seseorang yang memiliki kecenderungan lesbian menerima keberadaan lesbiannya.

Dokumen yang terkait

KEHIDUPAN HOMOSEKSUAL LESBIAN DALAM NOVEL LESBIAN LAKI-LAKI KARYA DEOJHA DAN NOVEL RE: KARYA MAMAN SUHERMAN.

61 188 161

KONFLIK BATIN TOKOH BASRI DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI (ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA) Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 1 93

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 117

PROSES PERJUANGAN KELAS DALAM NOVEL KABUT DAN MIMPI KARYA BUDI SARDJONO SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

1 3 102

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 145

GAYA HIDUP POSMODERN TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL MATA MATAHARI KARYA ANA MARYAM SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 108

TEKANAN BATIN TOKOH PANCE DALAM NOVEL TOPENG JERO KETUT KARYA SUNARYONO BASUKI KS TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 71

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 139

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 97

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 2 94