Analisis Preferensi dan Pengaruh Karakteristik Konsumen terhadap Jumlah Konsumsi Beras di Kecamatan Medan Deli
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan penting
baik dari sisi produsen, konsumen, pemerintah, maupun masyarakat dan
lingkungan secara umum.Dari sisi produsen, sebesar 34persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 90
persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, bahkan
30 persendari total pengeluaran rumah tangga miskin digunakan untuk membeli
beras (BPS, 2015).
Menurut Sutrisno (2000) dalam Selamet (2003), segmen konsumen beras berbeda
antara konsumen dengan pendapatan atas, menengah dan bawah. Namun secara
umumsekitar 60% preferensi masyarakat masih memilih beras yang murah dengan
kualitas yang rendah sampai sedang, sementara sisanya sekitar 40% memilih beras
dengan kualitas yang bagus. Perbedaan kebutuhan beras ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pendapatan, umur, kondisi kesehatan, selera
konsumen, kualitas beras dan harga beras.
Menurut Lastry(2006), konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan
sebagai konsumen yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan. Kebutuhan akan
beras oleh penduduk desa juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat
pendapatan serta kurang beragamnya makanan pengganti nasi yang dijual di
daerah perdesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Tabel 1.1 Rata-Rata Konsumsi Kalori Perkapita Sehari Menurut Jenis
Bahan Makanan dan Daerah Perkotaan/Perdesaan (Kkal) Tahun
2013 – 2014
No
Perincian
Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Padi-padian
Umbi-umbian
Ikan
Daging
Telur dan Susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan Lemak
Bahan Minuman
Bumbu-Bumbuan
Konsumsi Lainnya
Makanan
yang
Sudah Jadi
Jumlah Makanan
Desa
Kota+Desa
2013
798,03
13,43
66,30
42,35
65,41
33,28
30,70
40,33
282,82
90,51
11,25
34,90
238,90
2014
805.55
15.79
67.87
48.63
83.61
35.56
44.33
37.67
311.5
91.87
10.93
34.61
214.1
2013
1080,53
24,67
73,91
28,45
42,82
39,55
25,40
37,76
295,41
91,70
11,44
33,14
161,48
2014
1080,25
26.23
73.2
32.09
45.35
40.1
25.53
38.86
297.76
90.27
10.31
35.43
167.82
2013
941,53
19,14
70,16
35,29
53,93
36,47
28,01
39,02
289,22
91,11
11,35
34,00
199,57
2014
944.95
21.09
70.57
40.23
64.19
37.87
34.79
38.27
304.53
91.05
10.62
35.03
190.62
1.748,21
1.802,03
1.946,26
1.963,18
1.848,80
1 883,81
Sumber: BPS Sumut, 2016
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi jenispangan padi-padian
perkapita penduduk Sumatera Utara masih sangat tinggi, baik perdesaan maupun
perkotaan.Dimana konsumsi jenis pangan padi-padian di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan.
Perilaku
konsumen
dalam
pembelian
bahan
pangan
terus
berkembang.Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya
tuntutan
terhadapkualitas.
Perubahan
struktur
demografi
seperti
tingkat
pendidikan, pengetahuan,gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi
mempengaruhi preferensi dankepuasan konsumen.
Pola
konsumsi
masyarakat
juga
berkaitan
erat
dengan
kondisi
kesehatannya.Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif
seperti diabetes melitus meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini
diduga berhubungan dengan cara hidup yang berubah. Komposisi makanan yang
Universitas Sumatera Utara
3
tinggi lemak, garam, dan sedikit serat pada makanan siap saji yang pada akhirakhir ini sangat digemari dikalangan masyarakat Indonesia (Frankilawati, 2013).
Selain itu, tingginya konsumsi beras di Indonesia juga dikarenakan adanya budaya
makan rakyat Indonesia yang merasa “belum makan jika belum mengkonsumsi
nasi”, meskipun kebutuhan karbohidratnya sudah dipenuhi dari makanan lain.
Surono (1998) dalam Selamet (2003) menyatakanbahwa pola konsumsi beras
masyarakat Indonesia tidak dapat diubah secaradrastis karena berkaitan dengan
budaya masyarakat yang sudah demikian melekat.Hal tersebut merupakan
cerminan sosial budaya dari interaksi potensi produksidan preferensi dalam proses
waktu, sehingga menghasilkan suatu pola konsumsi bahan pangan pada setiap
etnis.
Mengingat tingginya konsumsi akan beras dan banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah konsumsi beras itu sendiri, maka dalam menyusun
kebijakan perberasan yang tepat dibutuhkan berbagai informasi mengenai
karakteristik dan preferensi konsumen yang akan mempengaruhi jumlah konsumsi
beras.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana karakteristik konsumen berasdi Kecamatan Medan Deli?
2.
Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras (jenis,
kepulenan, aroma, daya tahan, harga, bentuk beras, kemasan dan lokasi
pembelian)di Kecamatan Medan Deli?
Universitas Sumatera Utara
4
3.
Bagaimana pengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah konsumsi beras
di Kecamatan Medan Deli?
4.
Bagaimana hubungan preferensi konsumen pada atribut-atribut beras dengan
jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisiskarakteristik konsumen berasdi Kecamatan Medan Deli.
2.
Untuk menganalisispreferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras (jenis,
kepulenan, aroma, daya tahan, harga, bentuk beras, kemasan dan lokasi
pembelian) di Kecamatan Medan Deli.
3.
Untuk menganalisispengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah
konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli.
4.
Untuk menganalisis hubungan preferensi konsumen pada atribut beras dengan
jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi produsen atau pengusaha
beras
untuk
memilih
jenis
dan
kualitas
beras
yang
akan
diproduksi/dipasarkan.
2.
Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan
kebijakan perberasan.
3.
Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengadakan
penelitian
lebih
lanjut
tentang
komoditas
beras.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan penting
baik dari sisi produsen, konsumen, pemerintah, maupun masyarakat dan
lingkungan secara umum.Dari sisi produsen, sebesar 34persen penduduk
Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 90
persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, bahkan
30 persendari total pengeluaran rumah tangga miskin digunakan untuk membeli
beras (BPS, 2015).
Menurut Sutrisno (2000) dalam Selamet (2003), segmen konsumen beras berbeda
antara konsumen dengan pendapatan atas, menengah dan bawah. Namun secara
umumsekitar 60% preferensi masyarakat masih memilih beras yang murah dengan
kualitas yang rendah sampai sedang, sementara sisanya sekitar 40% memilih beras
dengan kualitas yang bagus. Perbedaan kebutuhan beras ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pendapatan, umur, kondisi kesehatan, selera
konsumen, kualitas beras dan harga beras.
Menurut Lastry(2006), konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan
sebagai konsumen yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan. Kebutuhan akan
beras oleh penduduk desa juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat
pendapatan serta kurang beragamnya makanan pengganti nasi yang dijual di
daerah perdesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Tabel 1.1 Rata-Rata Konsumsi Kalori Perkapita Sehari Menurut Jenis
Bahan Makanan dan Daerah Perkotaan/Perdesaan (Kkal) Tahun
2013 – 2014
No
Perincian
Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Padi-padian
Umbi-umbian
Ikan
Daging
Telur dan Susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan Lemak
Bahan Minuman
Bumbu-Bumbuan
Konsumsi Lainnya
Makanan
yang
Sudah Jadi
Jumlah Makanan
Desa
Kota+Desa
2013
798,03
13,43
66,30
42,35
65,41
33,28
30,70
40,33
282,82
90,51
11,25
34,90
238,90
2014
805.55
15.79
67.87
48.63
83.61
35.56
44.33
37.67
311.5
91.87
10.93
34.61
214.1
2013
1080,53
24,67
73,91
28,45
42,82
39,55
25,40
37,76
295,41
91,70
11,44
33,14
161,48
2014
1080,25
26.23
73.2
32.09
45.35
40.1
25.53
38.86
297.76
90.27
10.31
35.43
167.82
2013
941,53
19,14
70,16
35,29
53,93
36,47
28,01
39,02
289,22
91,11
11,35
34,00
199,57
2014
944.95
21.09
70.57
40.23
64.19
37.87
34.79
38.27
304.53
91.05
10.62
35.03
190.62
1.748,21
1.802,03
1.946,26
1.963,18
1.848,80
1 883,81
Sumber: BPS Sumut, 2016
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi jenispangan padi-padian
perkapita penduduk Sumatera Utara masih sangat tinggi, baik perdesaan maupun
perkotaan.Dimana konsumsi jenis pangan padi-padian di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan.
Perilaku
konsumen
dalam
pembelian
bahan
pangan
terus
berkembang.Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya
tuntutan
terhadapkualitas.
Perubahan
struktur
demografi
seperti
tingkat
pendidikan, pengetahuan,gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi
mempengaruhi preferensi dankepuasan konsumen.
Pola
konsumsi
masyarakat
juga
berkaitan
erat
dengan
kondisi
kesehatannya.Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif
seperti diabetes melitus meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini
diduga berhubungan dengan cara hidup yang berubah. Komposisi makanan yang
Universitas Sumatera Utara
3
tinggi lemak, garam, dan sedikit serat pada makanan siap saji yang pada akhirakhir ini sangat digemari dikalangan masyarakat Indonesia (Frankilawati, 2013).
Selain itu, tingginya konsumsi beras di Indonesia juga dikarenakan adanya budaya
makan rakyat Indonesia yang merasa “belum makan jika belum mengkonsumsi
nasi”, meskipun kebutuhan karbohidratnya sudah dipenuhi dari makanan lain.
Surono (1998) dalam Selamet (2003) menyatakanbahwa pola konsumsi beras
masyarakat Indonesia tidak dapat diubah secaradrastis karena berkaitan dengan
budaya masyarakat yang sudah demikian melekat.Hal tersebut merupakan
cerminan sosial budaya dari interaksi potensi produksidan preferensi dalam proses
waktu, sehingga menghasilkan suatu pola konsumsi bahan pangan pada setiap
etnis.
Mengingat tingginya konsumsi akan beras dan banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah konsumsi beras itu sendiri, maka dalam menyusun
kebijakan perberasan yang tepat dibutuhkan berbagai informasi mengenai
karakteristik dan preferensi konsumen yang akan mempengaruhi jumlah konsumsi
beras.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana karakteristik konsumen berasdi Kecamatan Medan Deli?
2.
Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras (jenis,
kepulenan, aroma, daya tahan, harga, bentuk beras, kemasan dan lokasi
pembelian)di Kecamatan Medan Deli?
Universitas Sumatera Utara
4
3.
Bagaimana pengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah konsumsi beras
di Kecamatan Medan Deli?
4.
Bagaimana hubungan preferensi konsumen pada atribut-atribut beras dengan
jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisiskarakteristik konsumen berasdi Kecamatan Medan Deli.
2.
Untuk menganalisispreferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras (jenis,
kepulenan, aroma, daya tahan, harga, bentuk beras, kemasan dan lokasi
pembelian) di Kecamatan Medan Deli.
3.
Untuk menganalisispengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah
konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli.
4.
Untuk menganalisis hubungan preferensi konsumen pada atribut beras dengan
jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Deli.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi produsen atau pengusaha
beras
untuk
memilih
jenis
dan
kualitas
beras
yang
akan
diproduksi/dipasarkan.
2.
Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan
kebijakan perberasan.
3.
Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengadakan
penelitian
lebih
lanjut
tentang
komoditas
beras.
Universitas Sumatera Utara