Analisis Preferensi dan Pengaruh Karakteristik Konsumen terhadap Jumlah Konsumsi Beras di Kecamatan Medan Deli

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Karakteristik Beras
Menurut Yoshida (1981) dalam Makarim dan Suhartantik (2009), beras dalam
pengertian sehari–hari adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan
cara digiling dan disosoh. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya
(sekam) disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit yang
seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan,
disebut beras giling (milled rice).
Beras memiliki kandungan amilosa yang relatif tinggi.Amilosa adalah rangkaian
dari unit-unit gula (glukosa) yang menyusun molekul-molekul besar dari pati
beras.Kandungan amilosa ini mempengaruhi 65 persen rasa nasi, kepulenan nasi,
sifat pemekaran volume beras, dan cepatnya nasi mengeras setelah dimasak.
Semakin kecil kadar amilosa beras, maka nasi akan semakin pulen, semakin tidak
mekar, dan semakin lama menjadi keras satelah dingin. Berdasarkan hal tersebut,
maka beras ketan memiliki kadar amilosa sangat rendah (1-2 persen), sedangkan
beras yang kadar amilosanya lebih besar dari 2 persen disebut beras bukan ketan
atau beras biasa (Astuti, 2008).
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras bukan ketan digolongkan menjadi 4

golongan, yaitu beras beramilosa tinggi (25 – 33 persen), beras beramilosa sedang
(20-25 persen), beras beramilosa rendah (9-20 persen) dan beras dengan kadar
amilosa sangat rendah (2-9 persen). Pada ras indika, kandungan amilosanyasedang

5
Universitas Sumatera Utara

6

sampai tinggi, sedangkan pada japonika kandungan amilosanya rendah sampai
sedang.
Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir sangat panjang (> 7mm),
panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5 mm). Sedangkan
bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong (ramping), sedang, dan
bulat.Di pasaran internasional, beras ukuran panjang mempunyai preferensi yang
tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas.Berbeda dengan di Indonesia,
ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan terhadap harga beras (Damardjati,
1995).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen

Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan
jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya.Tujuan utama dari mengkonsumsi
barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan
yang diperoleh.Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang
diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang
dikeluarkan (Kotler, 2000).
Menurut Engel et al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Sedangkan menurut Simamora (2004), perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu yang mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.

Universitas Sumatera Utara

7

2.2.2 Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan dan
pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi

konsumen.Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena
konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil
keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang
mencari informasi, (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari
informasi lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang
penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang
banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.
Karakteristik konsumen yang berguna untuk mengetahui segmentasi pasar dapat
dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil psikografi, dan
karakteristik kepribadian. Ukuran demografi konsumen yang terdiri dari usia,
jenis kelamin, pendapatan, agama, status perkawinan, pendidikan, etnik dan
kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses segmentasi. Pertama, hal
itu dapat digunakan baik secara terpisah maupun dikombinasikan untuk
mengembangkan berbagai subbudaya dimana para anggotanya saling berbagi
nilai, kebutuhan, ritual, dan perilaku tertentu.Contohnya kombinasi pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan, dapat dipergunakan untuk mengembangkan kelas
sosial konsumen.Manfaat kedua, variabel demografi dapat digunakan untuk
menggambarkan para konsumen yang diklasifikasikan menjadi segmen melalui
sarana lainnya (Sunarto, 2006).


Universitas Sumatera Utara

8

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi beras adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat Pendapatan
Pada umumnya jika tingkat pendapatan

naik, jumlah dan jenis makanan

cenderung membaik juga (Suhardjo, 2008).
Keluarga yang tergolong mampu dalam setiap masyarakat mempunyai persediaan
pangan yang mencukupi bahkan berlebih untuk sepanjang tahun, sedangkan pada
keluarga kurang mampu pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang
pangan. Hal ini menyangkut dalam peluang mencari nafkah (Sajogyo dkk, 1994).
Tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas
makanan yang diperoleh.Pada tingkat pendapatan yang rendah sumber energi
utama diperoleh dari padi-padian, umbi-umbian dan sayur(Suhardjo, 2008).

Pendapatan

rumah

tangga

sangat

besar

pengaruhya

terhadap

tingkat

konsumsi.Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi
semakin tinggi.Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah
tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar.Atau
mungkin juga pola hidup makan konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut

kualitas yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah
masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas
rendah/menengah (Khoirina, 2011).
2. Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Suhardjo (1996), sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin
akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi

Universitas Sumatera Utara

9

makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluargatersebut,
tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut.
3. Usia
Sumarwan (2004) berpendapat bahwa semua penduduk berapapun usianya adalah
konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus memahami distribusi usia penduduk
dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam
proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa.
Seseorang yang berusia relatif muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang
baru.
4. Kondisi Kesehatan
Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti diabetes
melitus meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga berhubungan
dengan cara hidup yang berubah. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola
makan yang tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari
sayuran berubah menjadi pola makan yang kebarat-baratan dan sedikit
serat.Komposisi makanan yang tinggi lemak, garam, dan sedikit serat pada
makanan siap saji, pada akhir-akhir ini sangat digemari di kalangan masyarakat
Indonesia (Frankilawati, 2013).

Universitas Sumatera Utara

10

5. Pendidikan
Menurut Sumarwan (2004), pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang

konsumen. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangan
responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam
pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan
selera konsumen yang berbeda pula. Pendidikan yang rendah juga akan
mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut.
2.2.3 Preferensi Konsumen
Menurut Kotler (2000), preferensi konsumen didefinisikan sebagai suatu pilihan
suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang
dikonsumsi. Preferansi konsumen menunjukkan kesukaan dari berbagai pilihan
produk yang ada.Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan
bagi konsumen. Misalnya ada konsumen yang ingin mengkonsumsi produk
dengan sumberdaya terbatas, maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna
atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai
relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk.Atribut fisik yang
ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat
mempengaruhi konsumen.Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap
konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku
konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.
Konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam menimbang atribut yang dianggap

penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang

Universitas Sumatera Utara

11

memberikan manfaat-manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering
disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen
yang berbeda (Kotler, 2000).
2.2.4 Teori Kepuasan Konsumen
Kepuasan adalah penilaian terhadap penampilan dan kinerja barang atau jasa,
apakah dapat memenuhi tingkat keinginan, hasrat, kebutuhan, harapan dan tujuan
yang sesuai.Artinya kepuasan konsumen adalah sebagai suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui barang atau
jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan
atau ketidakpuasan konsumen terbentuk adalah the expectancydisconfirmation
model, yang mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasankonsumen
merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum
pembelian dengan apa yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang
dibeli tersebut (Sumarwan, 2004).

Berdasarkan fungsinya, produk dibagi menjadi tiga.Pertama, produk yang
berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut sebagai diskonfirmasi positif
(positive disconfirmation). Jika ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas.
Kedua, produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai
konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberikan
rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan konsumen. Konsumen
akan memiliki perasaan netral. Ketiga, produk berfungsi lebih buruk dari yang
diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi negatif (negative
disconfirmation). Produk yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan

Universitas Sumatera Utara

12

konsumen akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak
puas.
Menurut Kotler (2001), menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri konsumen yang
merasa puas. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu loyal terhadap produk, adanya
komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif (rekomendasi kepada calon
konsumen lain dan mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk dan

perusahaan), dan perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli merek
lain.
Empat metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen,
yaitu(Kotler, 2001):
1. Sistem Keluhan dan Saran
2. Ghost Shopping
3. Lost Consumer Analysis
4. Survey Kepuasan Pelanggan
Terdapat tujuh alasan utama mengapa perlu melakukan pengukuran kepuasan
konsumen, yaitu(Gerson, 2008) :
1. Untuk mempelajari persepsi konsumen.
2. Untuk menentukan kebutuhan, keinginan, persyaratan dan harapan konsumen.
3. Untuk menutup kesejahteraan.
4. Untuk memeriksa apakah peningkatan mutu pelayan dan kepuasan konsumen
sesuai dengan harapan anda atau tidak.
5. Kenapa peningkatan kinerja membawa peningkatan laba.
6. Untuk mempelajari bagaimana melakukannya dan apa yang harus dilakukan

Universitas Sumatera Utara

13

kemudian.
7. Untuk menerapkan proses perbaikan berkesinambungan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh karakteristik dan preferensi konsumen terhadap
jumlah

konsumsi

beras

telah

banyak

dilakukan

oleh

peneliti-peneliti

terdahulu.Penelitian tersebut dapat digunakan sebagai rujukan yang relevan bagi
penelitian ini.Untuk pemaparan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Identifikasi
Masalah
Astuti
Analisis
1. Mengkaji
(2008)
Preferensi dan karakteristik
Kepuasan
konsumen
Konsumen
beras
Terhadap Beras 2.Menganalisi
Di Kecamatan s
proses
Mulyorejo
pengambilan
Surabaya Jawa keputusan
yang
Timur
dilakukan
konsumen
dalam
pembelian
beras
3.Menganalisi
s preferensi
konsumen
terhadap
atribut-atribut
beras
4.Menganalisi
s
kepuasan
konsumen
terhadap
atribut-atribut
beras
5. Menyusun
rekomendasi
bauran

Metode
Analisis
Penelitian
ini
menggunakan
analisis
deskriptif untuk
meringkas dan
mempermudah
pemahaman
mengenai
karakteristik
dan
proses
pengambilan
keputusan
dalam
pembelian beras
oleh responden.
Selain
itu,
digunakan juga
Important&Perf
ormance
Analisis (IPA)
dan Customer
Satisfaction
Index
(CSI)
untuk melihat
preferensi dan
kepuasan
konsumen
terhadap
atribut-atribut

Hasil
Penelitian
Hasil
dari
analisis
karakteristik
responden
adalah sebagian
besar responden
berjenis kelamin
perempuan,
telah menikah,
pekerjaan
ibu
rumah tangga,
bersuku Jawa,
dan
berada
dalam
usia
matang sebagai
pengambil
keputusan
terkait dengan
konsumsi beras.
Beberapa
perbedaan
karakteristik
responden
berdasarkan
kelas
sosial
terkait tingkat
pendidikan dan
pendapatan
keluarga
per

Universitas Sumatera Utara

14

Peneliti

Judul

Identifikasi
Metode
Masalah
Analisis
pemasaran
beras.
yang sesuai
berdasarkan
studi perilaku
konsumen

Cahyani Analisis
Pola 1.Bagaiman
ngsih, R Konsumsi
pola konsumsi
(2008)
Pangan
Di pangan
Provinsi Jawa sumber
karbohidrat
Barat
dan protein
menurut tipe
daerah?
2.Bagaimana
pola konsumsi
pangan
sumber
karbohidrat
dan protein
menurut
golongan
pengeluaran?
3. Bagaimana
tingkat
dan
keanekaragam
an konsumsi
pangan
menurut
tipe
daerah
dan golongan
pengeluaran?

Pengolahan data
dilakukan
dengan
menggunakan
software
“Program
Aplikasi
Perencanaan
Pangan
dan
Gizi”
yang
dikembangkan
oleh Heryatno,
Baliwati,
Martianto,
&
Herawati 2004
dan
program
komputer
Microsoft
Excel,
kemudian
dianalisis secara
deskriptif

Hasil
Penelitian
bulan. Semakin
tinggi
kelas
sosial, tingkat
pendidikan dan
rata-rata
pendapatan per
bulan
keluarganya
akan
semakin
tinggi. Hal ini
mempengaruhi
perilaku
konsumen
dalam
mengkonsumsi
beras.
Konsumsi beras
masih
mendominasi
pola konsumsi
sumber
karbohidrat,
baik
di
pedesaan,
perkotaan,
maupun wilayah
jawa
barat.
Apabila dilihat
dari tipe daerah
terlihat bahwa
rata-rata
konsumsi beras
rumah tangga di
pedesaan lebih
tinggi
dari
perkotaan.
Selain itu, terigu
juga
menjadi
pola konsumsi
pangan sumber
karbohidrat di
pedesaan,
perkotaan
maupun wilayah
Jawa Barat.

Universitas Sumatera Utara

15

Peneliti

Silalahi
(2015)

Judul

Identifikasi
Masalah

Metode
Analisis

Hasil
Penelitian

Tingkat
dan
Pola Konsumsi
Beras
Masyarakat
Kota
Medan
Serta
FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi
nya
(Studi
Kasus
:
Perumahan
Taman
Setia
Budi
Indah
(TASBI)
Kelurahan
Tanjung
Sari
Kecamatan
Medan
Selayang.

1.Untuk
mengetahui
tingkat
konsumsi
beras
masyarakat
Kota Medan
di
daerah
penelitian.
2.Untuk
mengetahui
pola konsumsi
beras
masyarakat
Kota Medan
di daerah
penelitian.
3.Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i
pola
konsumsi
beras
masyarakat
Kota Medan
yang dilihat
dari frekuensi
makan nasi di
daerah
penelitian.

Metode
pengambilan
sampel
ditentukan
dengan metode
Sampling
Kuota. Sistem
pengambilan
sampel
dilakukan
secara simple
random
sampling
(secara acak).

Dari
hasil
penelitian
diperoleh bahwa
Kebutuhan
beras
di
masyarakat
Kelas
Bawah
lebih
besar
dibandingkan
dengan
kebutuhan beras
masyarakat
Kelas
Menengah dan
Kelas Atas; pola
konsumsi beras
responden
di
kelas atas lebih
kecil baik itu
pada
waktu
sarapan, makan
siang maupun
makan malam
jika
dibandingkan
dengan
pola
makanan
di
kelas menengah
dan bawah; dan
faktor-faktor
sosial ekonomi
(tingkat
pendidikan,
jumlah
tanggungan
keluarga, tingkat
pendidikan,
usia, harga beras
dan
frekuensi
konsumsi
makanan
pengganti beras)
secara serempak
tidak
mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

16

Peneliti

Agung
Anggoro
(2015)

Judul

Identifikasi
Masalah

Analisis
1. Bagaimana
Konsumsi
pola konsumsi
Pangan
pangan
di
Penduduk
DKI Jakarta?
Provinsi DKI 2.
FaktorJakarta
faktor apa saja
yang
mempengaruh
i
pola
konsumsi
pangan
di
DKI
Jakarta?

Metode
Analisis

Hasil
Penelitian
pola konsumsi
beras responden
(frekuensi
konsumsi nasi).
Sedangkan
secara parsial,
faktor
sosial
ekonomi yang
berpengaruh
secara
nyataadalah
harga beras.

Pengolahan data
yang diperoleh
dilakukan
dengan
menggunakan
program
komputer
Microsoft
Office
Excel
dan SPSS 16.0.
Proses
pengolahan data
yang
dilakukan
adalah editing,
cleaning,
dan
analisis. Proses
cleaning
dilakukan
terhadap data
berat badandan
konsumsi yang
tidak lengkap
serta
sampel
yang
sesuai dengan
kriteria inklusi
dan
ekslusi.Data
dianalisis
dengan
menggunakan
analisis

Rata-rata
konsumsi energi
rumah
tangga
sebesar
1500
±711.48
kkal/kap/hari,
sedangkan
untuk
protein
sebesar 50.82 ±
27.10
g/kap/hari.
Tingkat
Konsumsi
Energi (TKE)
sebagian besar
rumah
tangga
(53.1%)
termasuk dalam
kategori defisit
tingkat
berat.Tingkat
Konsumsi
Protein
(TKP)rumah
tangga
sebagian besar
(47.2%)
termasuk dalam
kategori normal
dan
lebih.Kualitas
konsumsi
penduduk DKI

Universitas Sumatera Utara

17

Peneliti

Judul

Identifikasi
Masalah

Metode
Analisis
deskriptif, uji
normalitas,
serta
korelasiSpearm
an.

Hasil
Penelitian
Jakarta
masih
rendah, ditandai
dengan
skor
PPH sebesar
76.6 masih jauh
dari
standar
pelayanan
minimal (SPM)
sebesar 90 dan
skor ideal
100.
Berdasarkan
hasil uji korelasi
Spearman tidak
ada hubungan
(p>0.05)
antara
pendidikan ibu
rumah tangga,
besar keluarga
dan pengeluaran
pangan
rumah
tangga
dengan
TKE
dan TKP rumah
tangga.

2.4 Kerangka Pemikiran
Konsumsi beras rata-rata di Sumatera Utara pada tahun 2009 sebesar 134,13,
sedangkan pada tahun 2013 sebesar 131,46. Konsumsi beras rata-rata perkapita di
Kota Medan sebesar 134 kg/kapita bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan
konsumsi beras rata-rata nasional sebesar 114 kg/kapita, data ini diperoleh
berdasarkan data BPS/Kemendag.
Jumlah konsumsi dan preferensi konsumen terhadap beras berbeda-beda.
Perbedaan ini dipengaruhi karakteristik konsumen dan atribut beras yang

Universitas Sumatera Utara

18

akandibeli oleh konsumen. Bagaimana perbedaan karakteristik dan preferensi
konsumen akan dikaji dalam kajian ini secara komprehensif.
Kajian ini membagi konsumen dalam karakteristik yang bervariasi yakni
berdasarkan usia, pendapatan, jumlah anggota keluarga, kondisi kesehatan, dan
pendidikan.Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis
makanan cenderung membaik juga.Pada tingkat pendapatan yang rendah sumber
energi utama diperoleh dari padi-padian, umbi-umbian dan sayur.
Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang miskin akan lebih mudah
memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya
sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup
untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluargatersebut, tetapi tidak cukup
untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut.
Dilihat dari segi usia, perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap produk. Dengan demikian perbedaaan usia juga akan
mempengaruhi perbedaan jumlah konsumsinya. Begitu juga dengan kondisi
kesehatan, konsumsi beras erat kaitannya dengan penyakit diabetes militus dan
kolesterol, perubahan kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
mengkonsumsi nasi (beras).
Tingkat pendidikan terhadap jumlah konsumsi konsumen. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula jenis
pekerjaannya, dan ini akan mempengaruhi tingkat pendapatannya. Tingkat
pendapatan itu sendiri juga akan berpengaruh terhadap daya beli, selera, dan

Universitas Sumatera Utara

19

jumlah yang di konsumsi oleh konsumen. Selain itu, pendidikan juga
mempengaruhi pengetahuan konsumen tentang produk beras.
Preferensi konsumen terhadap beras akan dianalisis berdasarkan atribut-atribut
beras yakni jenis beras, kepulenan, aroma, daya tahan, harga, bentuk beras,
kemasan, dan lokasi pembelian. Kedua variabel tersebut akan dianalisis
pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi beras. Secara rinci kerangka kajian ini
digambarkan dalam Gambar 2.1.
Konsumen Beras

Karakteristik Konsumen

Preferensi Konsumen
Terhadap Beras

Usia

Jenis Beras

Pendapatan

Kepulenan

Jumlah Anggota Keluarga

Aroma
Daya Tahan

Kondisi Kesehatan

Harga

Pendidikan

Bentuk Beras
Kemasan
Lokasi Pembelian
Jumlah Konsumsi Beras
Keterangan :
: Menyatakan Pengaruh
: Menyatakan Alur
: Menyatakan Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

20

2.5 Hipotesis
1. Karakteristik konsumen yaitu usia, pendapatan, jumlah anggota keluarga,
kondisi kesehatan, dan pendidikan berpengaruh nyata secara parsial dan
serempak terhadap jumlah konsumsi beras.
2. Preferensi konsumen terhadap beras yaitu jenis beras, kepulenan, aroma, daya
tahan, harga, bentuk beras, kemaasan dan lokasi pembelian memiliki
hubungan nyata dengan jumlah konsumsi beras.

Universitas Sumatera Utara