IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TEGA

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA TEGAKAN Melaleuca
cajaputi DI CAGAR ALAM IMOGIRI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Disusun oleh
Hery Hanipan
201410320311067

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya. Atas segala rahmat yang dilimpahkan kepada kami, serta kesehatan
hinnga saat ini, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang
ini.
Laporan ini di susun sebagai syarat hasil Praktek Kerja Lapang. Laporan ini
berisi tentang hasil Praktek Kerja Lapang di wilayah Cagar Alam Imogiri Yogyakarta.
Penulis berharap kegitan Praktek Kerja Lapang ini bisa membantu dalam menambah

wawasan dan membentuk kerjasama yang baik antara kami selaku civitas akademika
dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kami mengucapkan terimaksih kepada Dosen Jurusan

Kehutanan Ir.

Nandang Rahayu, MP yang sudah membimbing dalam pembutan laporan Praktek
Kerja Lapang ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu,
seluruh keluarga, kelompok Pratek Kerja Lapang ini. Penulis mohon maaf apabila di
dalalam Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.

Malang,23 Januari 2017

Penulis

1

HALAMAN PENGESAHAN
Judul


: Identifikasi Hama dan Penyakit pada tegakan Melaleuca cajaputi di
Cagar Alam Imogiri

Nama

: Hery Hanipan

NIM

: 201410320311067
Telah di setujui dan disahkan oleh :
Malang, 23 Desember 2017

Pembimbing Materi

Pembimbing Lapangan

Ir. Nandang Rahayu, MP

Wajudi, S.Hut


NIP : 196310211991011001

NIP : 197309282005011009

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan

Tataq Muttaqin S.Hut. M.Sc
NIP : 1050907473

2

DAFTAR ISI

PRAKATA......................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
ABSTRAKSI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Peneltian................................................................................................2
1.4 Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapang...........................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1 Melaleuca cajaputi.............................................................................................3
2.2 Hama..................................................................................................................4
2.3 Penyakit.............................................................................................................4
2.4 Prinsip Dasar Perlindungan Hutan.....................................................................5
2.5 Cagar Alam Imogiri...........................................................................................6
BAB III METODE KERJA...........................................................................................8
3. 1 Waktu dan Tempat.............................................................................................8
3. 2 Alat dan Bahan..................................................................................................8
3. 3 Metode Pengambilan Data.................................................................................8
3. 4 Analisis..............................................................................................................9
BAB IV HASIL PENGAMATAN...............................................................................12
4.1

Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang...........................................................12


4.2

Pembahasan...................................................................................................13

4.3 Penanggulangan dan Pengaruhnya terhadap Cagar Alam.................................16
BAB V PENUTUP......................................................................................................18
5.1 Kesimpulan........................................................................................................18

3

5.2 Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
LAMPIRAN 1 : Tally sheet pengamatan Hama dan Penyakit....................................20

4

ABSTRAKSI
Identifikasi Hama dan Penyakit Pada Tegakan Tectona grandis di Cagar
Alam Imogiri. Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah: (1) Untuk
mengetahui jenis hama dan penyakit pada tegakan


Tectona grandisi. (2) Untuk

mengetahui intensitas serangan hama dan penyakti pada Tectona grandis (3) Untuk
mengetahui cara pengendalian Hama dan Penyakit pada Tectona grandis di Cagar
Alam Imogiri.
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di BKSDA Daerah Istimewa
Yogyakarta Resort Cagar Alam Imogiri pada tanggal 24 Januari – 4 Februari 2017.
Yaitu terdiri dari penentuan dan pembuatan plot dan pengambilan data lapangan.
Plot Kegiatan Praktek Kerja Lapang Ditentukan dengan Intensitas sampling
sebesar 5% sehingga didapatkan luas plot 0,6 Ha dengan 15 sub plot, masing-masing
sub plot seluas 20x20 m dengan menggunakan metode jalur yang diharapkan dapat
memberikan gambaran secara umum keadaan seluruh kawasan seluas 11,4 Ha.
Dari hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang dapat diketahui terdapat 11 Tectona
grandis dengan 4 pohon sehat dan 7 terserang ringan. Frekuensi Serangan pada
tegakan Tectona grandis sebesar 63,6% dan 36,4% sehat, sehingga kondisi tegakan
jati secara keseluruhan termasuk ke dalam kategori Rusak Ringan.

Beberapa


penyakit yang ditemukan menyerang tegakan jati yaitu nekrosis, serangan kupu-kupu
putih dan rayap.
Kata Kunci : Hama, Penyakit, Frekuensi Serangan, Intensitas Serangan

5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki hutan yang luas namun masih belum maksimal dalam
menanganinya. Sebagai langkah dasar dalam penanganan hutan diperlukan
persiapan perbaikan kualitas hutan yang dimulai dari kesehatan tanaman itu
sendiri. Dengan mengetahui hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman itu
maka akan mempermudah dalam penentuan tindakan yang dilakukan pada hutan
tersebut.
Pengenalan hama dan penyakit sangat penting untuk dipelajari karena
dapat sebagai dasar perlindungan tanaman yang disebabkan oleh pathogen baik
dari patogen biaotik maupun abiotik. Mengidentifikasi hama dan penyakit yang
disebabkan oleh patogen baik biotik maupun abiotik sangat diperlukan untuk

mengetahui cara mengidentifkasinya dan cara penanggulangannya untuk
perbaikan kualitas tanaman Hama dan penyakit Melaleuca cajaputi belum banyak
diketahui dan terspublikasi secara umum

Hama dan penyakit terjadi karena

bagian dari hasil interaksi antara komponen-komponen dan campur tangan
manusia dalam mengelolanya. Oleh karena itu perlu difahami hakekat berbagai
masalah yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tanaman sebagai dasar untuk
mengatasi masalah hama dan penyakit yang lebih efisien, efektif dan ramah
lingkungan.
Menurut Widyastuti dkk., (2005) Hutan satu jenis dan seumur biasanya
lebih rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini sesuai dengan latar belakang
cagar alam imogiri yang dahulu adalah Hutan Produksi maka diperlukan
informasi mengenai hama dan penyakit pada tanaman Melaleuca cajaputi yang
mendominasi di Cagar Alam Imogiri.

1

1.2 Perumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah pada Kegiatan Praktek Kerja Lapang kali ini
meliputi.
a.

Apa saja Hama dan Penyakit yang menyerang kayu putih di Cagar Alam

b.

Imogiri ?
Berapakah Intensitas Serangan Hama dan Penyakit pada Melaleuca cajaputi

c.

di Cagar Alam Imogiri ?
Berapakah Frekuensi Serangan Hama dan Penyakit pada Melaleuca cajaputi

Cagar Alam Imogiri ?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari Kegiatan Praktek Kerja Lapang kali ini meliputi
a. Untuk mengetahui Hama dan Penyakit pada Melaleuca Cajaputi di Cagar

alam imogiri.
b. Untuk mengetahui Frekuensi Serangan Hama dan Penyakit pada Melaleuca
cajaputi di Cagar Alam Imogiri.
c. Untuk mengetahui Intensitas Serangan Hama dan Penyakit pada Melaleuca
cajaputi di Cagar Alam Imogiri.
1.4 Manfaat Kegiatan
Hasil dari Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat menjadi
sumber informasi Instesitas Serangan pada tegakan Melaleuca cajaputi di Cagar
Alam Imogiri dan pengaruhnya terhadap cagar alam imogiri.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Melaleuca cajaputi
Melaleuca cajuputi dikenal dengan nama daerah kayu putih merupakan
salah satu jenis tanaman yang mempunyai peranan cukup penting dalam industri
minyak atsiri. Jenis ini dapat tumbuh pada lahan marginal yang pada umumnya di
sekitar daerah tersebut dihuni oleh masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
yang lemah. Upaya pendayagunaan lahan marginal mempunyai arti yang penting

dalam usaha memperbaiki lahan yang rusak sebagai akibat pembangunan atau
kerusakan oleh alam (Na’iem dkk., 2014).
Secara taksonomi, Melaleuca cajuputi subsp cajuput diklasifikasikan ke
dalam Divisi Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae, Klas Dicotyledonae, Ordo
Myrtales, Familia Myrtaceae, Genus Melaleuca, dan Spesies Melaleuca cajuputi,
Sub spesies Melaleuca cajuputi subsp cajuputi. Dalam tatanama lama Melaleuca
cajuputi subsp cajuputi disebut Melaleuca leucadendron, tetapi tatanama spesies
tersebut telah direvisi menjadi Melaleuca cajuputi subsp cajuputi (Na’iem dkk.,
2014).
Brophy dan Doran (1996) menyebutkan bahwa kayuputih tersebar secara
alami di Kepulauan Maluku, Pulau Timor, Australia bagian utara dan barat daya.
Spesies ini tumbuh pada ketinggian antara 5-400 m di atas permukaan laut,
dengan zona iklim tropis, curah hujan ratarata 1.300-1.750 mm per tahun.
Kayuputih mampu tumbuh baik pada lahan-lahan marginal maupun di daerah
rawa-rawa dan genangan air. Di Kepulauan Maluku, kayuputih tumbuh pada
berbagai kondisi tapak, baik di dataran tinggi maupun rendah yang berbatasan
dengan hutan pantai dan tumbuh secara monokultur. Di samping itu kayuputih
mampu beradaptasi pada tanah dengan drainase jelek, tahan terhadap kebakaran
dan toleran terhadap tanah dengan kadar garam rendah – tinggi.
2.2 Hama
Menurut Tjahjadi (2011), hama tumbuhan adalah organisme yang
menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu.
Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng,

3

tungau, rayap dan ulat. Serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut
mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat,
hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat
bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat
merusak tanaman hias , bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi
lainnya.
Dalam Pengendalian Hama Terpadu bahwa hama bukan hanya pada
serangga tetapi bisa pada vertebrata, tungau, virus, bateri, gulma dan organisme
pengganggu tanaman lainnya sehingga Hama dapat disebut sebagai semua
organisme atau agen biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan
dengan kepentingan manusia (Tamam, 2013).
Dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi
kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau
binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan
manusia (Tamam, 2013).
2.3 Penyakit
Pohon penyusun hutan pada umumnya berumur panjang, dan dalam
rentang pertumbuhannya selalu berinteraksi dengan faktor lingkungan baik biotik
maupun abiotik. Tingkat kesehatan pohon atau kelompok pohon, tiap saat, pada
dasarnya merupakan hasil akhir interaksi antar pohon dan faktor-faktor tersebut
yang juga saling berinteraksi. Pada kondisi tertentu, interaksi dengan faktor-faktor
lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pohon penyusun hutan dan sebagian
besarnya merupakan berupa kerusakan fisiologis (Widyastuti dkk., 2005).
Penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu
atau lebih bagian dari rangkaian proses fisologi penggunaan energi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam inang(host). Termasuk di dalamnya
gangguan dan kemunduran aktivitas seluler, yang biasanya ditunjukan oleh
perubaha morfologi inang yang disebut gejala (symptom) (Sinaga, 2003).

4

Penyakit tumbuhan sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara
aktivitas mikroorganisme dan inangnya. Penyebab penyakit yang disebut patogen
dapat berupa virus, bakteri, fungi, atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyebab
penyakit tumbuhan juga dapat berupa faktor lingkungan fisik/kimia baik tempat
tumbuh maupun lingkungannya. Lebih dari satu penyebab seringkali berinteraksi
atau bersama-sama menyebabkan penyakit pada pohon penyusun hutan. Pohonpohon di dalam hutan seringkali baru dapat diserang oleh patogen setelah menjadi
lemah pertumbuhannya karena kondisi lingkungan yang tidak optimal.
Penyimpangan kondisi lingkungan sendiri seringkali berpeluang besar untuk
menyebabkan penyakit pada pohon-pohon penyusun hutan yang tumbuh dalam
rentang waktu yang panjang (Widyastuti dkk., 2005)
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus
secara hati-hati dan tepat guna. Pengunaan pestisida yang berlebihan dan tidak
tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan
karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh
karena itu pengguna obat-obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan
seminimal dan sebijak mungkin (Tjahjadi, 2011).
2.4 Prinsip Dasar Perlindungan Hutan
Menurut Widyastuti dkk., (2005) Tujuan pengelolaan penyakit hutan
adalah untuk mencegah agar suatu penyakit tidak terjadi, atau tidak berkembang,
atau tingkat keparahan penyakit ditekan sekecil mungkin. Sangat sedikit penyakit
yang dapat dihilangkan sama sekali dari dalam komonitas hutan. Oleh karena itu
pengelolaan penyakit hutan pada umumnya diarahkan untuk menekan kerugian
yang terjadi sekecil mungkin. Melindungi hutan dari kerusakan oleh penyakit,
seperti halnya terhadap penyebab kerusakan yang lain (Misalnya serangga hama,
kebakaran, gulma dll.), merupakan bagian penting dalam silvikultur.
Menurut widyastuti dkk., (2005) Program pengelolaan penyakit (atau
kesehatan)

hutan

yang

baik

adalah

apabila

dalm

pendekatannya

mempertimbangkan kaidah-kaidah komonitas, perilaku dan sifat sifat populasi

5

patogen dan pembatasan nilai ekonomis. Prinsip-prinsip pengelolaan penyakit
yang dapat dikembangkan dalam program kesehatan hutan adalah :
a) Resistensi atau pemanfaatan galur-galur tahan atau tidak berpeluang
terinfeksi patogen. Prinsip ini juga meliputi cara-cara untuk meningkatkan
vigoritas tanaman yang sehat.
b) Eradikasi yaitu pembunuhan, pengurangan patogen, atau pembuatan
patogen tidak aktif dalam areal komonitas hutan maupun pada individu
pohon.
c) Eksklusi atau pencegahan perkembangan patogen pada areal yang
sebelumnya bukan daerah infeksinya.
d) Penghindaran atau penanaman hutan pada daerah atau pada waktu patogen
tidak aktif atau tidak ada.
e) Terapi atau penyembuhan yaitu penguranagn tingkat keparahan penyakit
pada daerah (hutan) yang terinfeksi patogen.
Pelaksanaan program pengelolaan penyakit hutan yang efektif harus
diawali oleh survey penyakit. Kegiatan ini meliputi pengenalan, penilaian, dan
identifikasi cara-cara pengendalian yang mungkin dapat dilakukan. Survey
penyakit juga memungkinkan diperoleh informasi tentang pengenalan jenis
penyakit dan penyebab, lingkup serangan, biaya pengelolaan dan cara
pengendalian yang efektif.
2.5 Cagar Alam Imogiri
Cagar Alam Imogiri merupakan salah satu kawasan suaka alam di Provinsi
D.I.Yogyakarta yang ditunjuk berdasarkan SK Menhutbun Nomor 171/KptsII/2000 dengan luas 11,4 hektar. Terletak di antara dua desa, yaitu Desa Wukirsari
dan Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Kawasan ini berfungsi
sebagai kawasan konservasi. Merupakan daerah wisata sekaligus tempat yang
memiliki nilai budaya yang hingga saat ini masih dikeramatkan oleh masyarakat
sekitar khususnya dan masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Sebagai pagar

6

hidup oleh karena keberadaan makam raja-raja Mataram Islam, serta raja-raja dan
kerabat keluarga dari Kraton Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta,
maupun makam Seniman dan penduduk sekitar (BKSDA Yogyakarta, 2010).
Kawasan ini merupakan daerah berbukit dengan ketinggian rata-sata 100
meter dpl, memiliki hawa yang sejuk oleh karena alam di sekitarnya banyak
ditumbuhi pepohonan rindang, yang tidak terganggu oleh karena memiliki
kesakralan yang dipatuhi oleh masyarakat. Sehingga bangunan sejarah yang
dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1632 masehi sebagai raja Mataram Islam
terbesar, bangunan bercorak Hindu tersebut masih terlihat baik. (BKSDA
Yogyakarta, 2010).
Sebelum kawasan Cagar Alam Imogiri Ditetapkan oleh Menteri Kehutanan
kawasan ini adalah merupakan kawasan Hutan Produksi yang berisi tegakan kayu
putih (Melaleuca cajaputi). Yang dikelola dengan konsep kelas perusahaan tebang
pangkas. Tegakan tersebut merupakan hasil tanaman tahun 1945 yang dilakukan
oleh dinas kehutanan Provinsi D.I Yogyakarta. Selain jenis kayu putih terdapat
tanaman pengkayaan yang berupa pinus (Pinus merkusii) yang ditanam tahun
1989/1992 dan beberapa jenis tanaman campuran lainya yang tumbuh secara
alami dan ditanam untuk pengkayaan/penyulaman yaitu jati, sono keeling, dan
akasia. Kerapatan tegakannya cukup rapat khususnya untuk jenis tanaman kayu
putih, namun produktifitasnya sudah rendah karena berumur tua (BKSDA
Yogyakarta, 2010).

7

BAB III
METODOLOGI KERJA

3. 1

Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di BKSDA Daerah

Istimewa Yogyakarta Resort Cagar Alam Imogiri pada tanggal 24 Januari – 4
Februari 2017.
3. 2

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah :

Thally sheet, untuk mencatat data pengukuran di lapangan, Tabel skor serangan
hama dan penyakit, Kamera, untuk dokumentasi, dan Pita ukur, untuk mengukur
keliling batang pohon.
3. 3 Metode Pengambilan Data
Plot Kegiatan Praktek Kerja Lapang Ditentukan dengan Intensitas sampling
sebanyak 5% sehingga didapatkan luas plot 0,6 Ha dengan 15 sub plot, masingmasing sub plot seluas 20x20 m dengan menggunakan metode jalur yang
diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum keadaan seluruh kawasan
seluas 11,4 Ha.
Pengambilan data di lapangan pada tanaman, dilakukan pengamatan pada
bagian pohon khususnya batang dan daun untuk melihat secara visual ada
tidaknya cacat yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit atau faktor yang
lain. Adapun penentuan kriteria dan skor untuk serangan pada setiap tanaman
(Mardji, 2000) dapat dilihat pada Tabel 1.

8

Table 1 Penentuan nilai skor pada penyakit Tanaman
Kriteria
Sehat

Gejala Serangan
Tidak ada serangan atau ada serangan pada daun tetapi
jumlah daun yang terserang dan luas serangan sangat
kecil dibandingkan jumlah/luas seluruh daun

Skor
0

Terserang Ringan

Jumlah daun yang terserang sedikit dan jumlah

1

serangan pada masing-masing daun yang terserang
sedikit atau daun rontok atau klorosis sedikit atau
tanaman tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti
Terserang sedang

kanker batang
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada

2

masing-masing daun yang terserang agak banyak atau
daun rontok atau klorosis agak banyak atau disertai
dengan gejala lain seperti kanker batang atau mati
Terserang Berat

pucuk
Jumlah daun yang terserang dan jumlah daun serangan

3

masing-masing daun yang terserang banyak atau daun
rontok atau klorosis banyak atau disertai gejala lain
Mati

seperti kanker batang atau mati pucuk
Seluruh daun rontok atau tidak ada tanda-tanda

4

kehidupan
3. 4

Analisis
Frekuensi serangan (F) dihitung dengan membandingkan jumlah pohon

yang terserang dengan jumlah pohon secara keseluruhan yang diamati, dinyatakan
dalam persen (%) dengan rumus sebagai berikut :

9

Mencari Frekuensi Serangan
Y
x 100
X

FS=

Keterangan:
FS : Frekuensi serangan
Y : Jumlah pohon yang terserang
X : Jumlah pohon yang diamati
Intensitas serangan (IS) dihitung dengan menggunakan rumus menurut
Singh dan Mishra (1992) yang digunakan untuk menentukan kondisi keseluruhan
tegakan. Lalu dilakukan perubahan model rumusnya oleh Mardji (2000) sebagai
berikut:
Mencari Intensitas Serangan
IS=

X 1 Y 1+ X 2Y 2+ X 3 Y 3+ X 4 Y 4
X 100
XY

Keterangan:
IS = Intensitas Serangan
X = jumlah pohon yang diamati
Y = jumlah kriteria skor (4)
X1 = jumlah pohon yang terserang ringan (skor 1)
X2 = jumlah pohon yang terserang sedang (skor 2)
X3 = jumlah pohon yang terserang berat (skor 3)
X4 = jumlah pohon yang mati (skor 4)
Y1 = Nilai 1 dengan kriteria terserang ringan
Y2 = Nilai 2 dengan kriteria terserang sedang
Y3 = Nilai 3 dengan kriteria terserang berat
Y4 = Nilai 4 dengan kriteria mati atau tidak ada tanda-tanda kehidupan

10

Untuk menggambarkan kondisi Melaleuca cajaputi akibat serangan hama dan
penyakit yang telah dilakukuan pengamatan secara fisik di lapangan dan datanya
telah diolah dapat diketahui berdasarkan kriteria menurut Mardji (2003) dapat
dilihat pada Tabel 2.
Table 2 Menetukan Kondisi keselurahan tegakan melalui Intensitas serangan
Intensitas Serangan (%)
0-1
>1-25
>25-50
>50-75
>75-100

Kondisi Tegakan
Sehat
Rusak Ringan (RR)
Rusak Sedang (RS)
Rusak Berat (RB)
Rusak Sangar Berat (RSB)

11

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang
a. Frekuensi Serangan
Frekuensi serangan hama dan penyakit dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

Y
FS= x 100
X

Keterangan:
FS : Frekuensi serangan
Y : Jumlah pohon yang terserang
X : Jumlah pohon yang diamati

FS=

191
x 100 =92
207

b. Intensitas Serangan
Intensitas serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
IS=

X 1 Y 1+ X 2Y 2+ X 3 Y 3+ X 4 Y 4
X 100
XY

Keterangan:
IS = Intensitas Serangan
X = jumlah pohon yang diamati
Y = jumlah kriteria skor (4)
X1 = jumlah pohon yang terserang ringan (skor 1)
X2 = jumlah pohon yang terserang sedang (skor 2)
X3 = jumlah pohon yang terserang berat (skor 3)
X4 = jumlah pohon yang mati (skor 4)

12

Y1 = Nilai 1 dengan kriteria terserang ringan
Y2 = Nilai 2 dengan kriteria terserang sedang
Y3 = Nilai 3 dengan kriteria terserang berat
Y4 = Nilai 4 dengan kriteria mati atau tidak ada tanda-tanda kehidupan
IS=

60.1+73.2+ 46.3+12.4
X 100
207.4

IS=

392
X 100=47 %
828

4.2 Pembahasan
a. Frekuensi serangan
Dari hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang dapat diketahui terdapat 207
Melaleuca cajaputi dengan 16 pohon sehat, 60 terserang ringan, 73 terserang
sedang, 46 terserang berat, dan 12 mati.
Dari hasil perhitungan Frekuensi Serangan pada plot Kegiatan Praktek
Kerja Lapang sebesar 92% yang berarti bahwa hampir semua jenis Melaleuca
cajaputi terindikasi ada serangan hama dan penyakit sedangkan yang 8% adalah
sehat. Pada plot Kegiatan Praktek Kerja Lapang terdapat 207 Melaleuca cajaputi
yang diamati dari 15 sub plot.
Berdasarkan Identifikasi ada beberapa hama dan penyakit yang ditemui
pada Melaleuca cajaputi seperti serangan jamur, kutil daun, dan serangan rayap.
Menurut Rahayu (1999) Penyakit kutil pada daun kayu putih telah banyak
menyerang pertanaman kayu putih di Indonesia. Intensitas penyakit sangat
bervariasi tergantung pada lokasi pertanaman. Gejala serangan penyakit kutil daun
dapat terlihat dengan terbentuknya kutil berwarna kuning muda pada permukaan
atas daun. Kutil daun tersebut berkembang membentuk kutil berukuran besar.
Perkembangan kutil daun dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau mengelompok.
Serangan penyakit kutil daun dapat mengakibatkan sel-sel daun mengalami
degenerasi bahkan ada yang mengalami kerusakan. Sedangkan sel-sel minyak
tersebar di antara sel-sel daun, baik di dalam jaringan palisade maupun di dalam
13

jaringan bunga karang, sehingga sel-sel tersebut ikut mengalami kerusakan yang
sama (Rahayu, 1999)
Menurut Rahayu (1999) Penyakit kutil daun disebabkan oleh sejenis tungau
dengan nama Eriophyoes sp. Serangga tungau ini dapat bertahan pada tanaman
bawah dan gulma. Serangga tungau sangat sulit untuk dikendalikan. Namun untuk
menekan serangan penyakit dapat dilakukan dengan cara (a) Melakukan sanitasi
dan eradikasi bersamaan dengan waktu pemangkasan tanaman. (b) Melakukan
monitoring secara cermat agar Intensitas serangan tetap di bawah ambang
ekonomi (c) Menggunakan bibit tanaman kayu putih yang relative tahan terhadap
penyakit kutil daun.
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang
hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga,
hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air,
serangga, atau sentuhan tangan.(Jumani dan Emawati, 2014)
Ketersediaan air atau kelembaban dalam lingkungan tempat tumbuh
merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup fungi, walaupun jumlah
kebutuhan berbagai jenis fungi berbeda. Jenis fungi pelapuk kayu, Poria
incrassata, paling tidak memerlukan air bebas yang ada di antara sel-sel kayu.
Oleh karenanya kayu tidak akan terkena pelapukan apabila sebelum digunakan
dikeringkan sampai pada titik jenuh serat (kadar air sekitar 28%). Air berperan
dalam berbagai reaksi kimia dan dapat menjadi komponen utama protoplasma sel.
Fungi akana tumbuh efektif dalam kayu apabila lumen sel kayu mengandung air.
Fungisida kadang kadang digunakan utuk melindungi hutan dan kayu dari
serangan hama serangga atau penyakit. Dari segi lingkungan, penggunaan
fungisida harus dapat di pertanggungjawabkan secara ekologis maupun secara
ekonomis (Widyastuti dkk., 2005)
Rayap menyerang batang tanaman, sumber infestasi dapat berasal dari
aktifitas manusia dan lingkungan sekitar tegakan. Rayap menyerang bagian
tengah pohon serta beberapa spesies juga ditemukan merusak bagian batang yang
dekat atau tertutup tanah (Badaruddin, 2006). Sampai saat ini para ahli hama telah

14

menemukan kira-kira 2.000 jenis rayap yang tersebar di seluruh dunia, sedangkan
di Indonesia sendiri telah ditemukan tidak kurang dari 200 genus (marga). Secara
garis besar jenis rayap tersebut terbagi dalam 7 famili, 15 sub famili dan 200
genus. Tidak kurang dari 200 jenis rayap atau 10 % dari keragaman rayap yang
tersebar di dunia merupakan bagian dari berbagai tipe ekosistem di Indonesia
yang terdiri dari 3 famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan Termitidae
(Prasetiyo dan Yusuf, 2005)

Gambar 1 Serangan jamur

Gambar 2 Serangan Rayap

Gambar 2 Gejala penyakit kutil daun

Gambar 3 Pohon mati

b. Intensitas Serangan

15

Dari hasi perhitungan Intensitas serangan hama dan penyakit dari jenis
tegakan Melaleuca cajaputi 47%, dimana termasuk ke dalam kategori rusak
sedang. Hal ini sependapat dengan Novizan (2003), kerusakan tanaman oleh
serangan hama dan penyakit pada suatu areal belum dapat dikatakan sebagai hama
dan penyakit jika jumlahnya masih dapat dikendalikan oleh musuh alaminya.
Sedangkan menurut Mardji (2003), bahwa kerusakan yang ditimbulkan secara
ekonomis tidak begitu berarti. Ambang ekonomi hama dan penyakit yaitu batasan
jumlah tertentu dari populasi organisme pengganggu tanaman yang cukup
membuat kerusakan tanaman dan secara ekonomis mulai merugikan. Dari hasil
pengamatan belum perlu adanya tindakan untuk pemberantasan tetapi perlu
dilakukan pengkayaan tanaman hal ini dikarenakan dalam plot Kegiatan Praktek
Kerja Lapang tidak ditemukannya anakan atau semai Melaleuca cajaputi.
Pembatasan aktifitas manusia dalam kawasan tersebut perlu karna akan
mengakibatkan hama dan penyakit baru akibat aktifitas manusia. Perlunya
pembatasan aktifitas manusia karena lokasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang
termasuk kawasan Cagar Alam dimana perlu di jaga keasliannya.
4.3 Penanggulangan dan Pengaruhnya terhadap Cagar Alam
Pencegahan terhadap hama dan penyakit terutama pada jenis Kayu Putih
di kawasan Cagar Alam Imogiri yang perlu di pertimbangkan adalah penambahan
tanaman jenis kayu putih hal ini dikarenakan tidak adanya ditemukan anakan atau
semai kayu putih dalam seluruh plot Kegiatan Praktek Kerja Lapang, Penambahan
dapat dilakukan dengan melakukan penanaman di lahan kosong yang bebas dari
gulma untuk menghindari semai dari hama dan penyakit. Dan penggunaan
fungisida ataupun Insektisida sangat tidak dianjurkan karena menurut Widyastuti
dkk., (2005) Fungisida kadang-kadang digunakan untuk melindungi hutan dan
kayu dari serangan hama serangga atau penyakit. Biasanya, fungisida digunakan
apabila cara-cara penanggulangan secara teknis, dan biologis tidak mungkin
dilakukan, Hal ini dikarenakan fungsida akan mempengaruhi tumbuhnya penyakit
baru pada suatu kawasan.

16

Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus
secara hati-hati dan tepat guna. Pengunaan pestisida yang berlebihan dan tidak
tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan
karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh
karena itu pengguna obat-obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan
seminimal dan sebijak mungkin (Tjahjadi, 2011).
Selain itu dapat dilakukan dengan pengkayaan dengan jenis tanaman yang
berbeda. Hal ini dilihat dari latar belakang Cagar Alam Imogiri yang dahulunya
adalah Hutan Produksi dan sesuai dengan Menurut Widyastuti dkk., (2005) Hutan
satu jenis dan seumur biasanya lebih rentan terhadap serangan penyakit, lebihlebih apabila hutan tanaman terdiri atas klon yang sama pada lahan yang luas.
Oleh karena itu pencampuran jenis tidak hanya bermanfaat dalam melindungi
hutan dari penyakit tetapi juga dalam pengambilan unsur hara dan air yang
tersedia di dalam tanah. Pencampuran akan lebih menguntungkan apabila jenis
yang dicampur mempunyai pola perkembangan akar yang berlainan sehingga
tidak terjadi persaingan dalam pengambilan unsur hara dan air dalam tanah. Dari
hasil pengamatan belum perlu adanya tindakan untuk pemberantasan tetapi sangat
diperlukan untuk pencegahan yaitu berupa pembatasan aktifitas manusia dalam
kawasan.

17

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hama dan Penyakit yang ditemukan menyerang Melaleuca cajaputi adalah
Kutil daun, Jamur, dan Serangan Rayap
2. Frekuensi Serangan hama dan penyakit pada tegakan Melaleuca cajaputi di
kawasan Cagar Alam Imogiri sebesar 92%.
3. Instensitas Serangan Hama dan Penyakit pada tegakan Melaleuca cajaputi di
kawasan Cagar Alam Imogiri termasuk Rusak sedang dengan Intensitas
serangan 47%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapang disarankan
1. Frekuansi dan Intensitas Serangan hama penyakit dalam keadaan belum
merugikan maka perlu adanya pengawasan untuk menjaga keseimbangan
lingkungan.
2. Dari hasil pengamatan belum perlu adanya tindakan untuk pemberantasan
tetapi sangat diperlukan untuk pencegahan yaitu berupa pembatasan aktifitas
manusia dalam kawasan tersebut karena akan memperparah kesimbangan
ekologis disamping akan mengakibatkan hama dan penyakit baru akibat
aktifitas manusia. Perlunya pembatasan aktifitas manusia karena lokasi
Kegiatan Praktek Kerja Lapang termasuk kawasan Cagar Alam yang harus
dijaga untuk penyelamatan aset hutan dan budaya lingkungan sekitar, Selain itu
hutan dapat sebagai obyek Penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

18

Badaruddiin. 2006. Identifikasi Rayap dan serangannya di Hutan Pendidikan
Unlam Mandiangin Kalimantan Selatan. Volume . Jurnal Hutan
Tropis Borneo No. 18, Maret 2007 (20) : 56 – 70
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta. 2010.
kawasan Konservasi Daerah Istimewa Yogyakarta. BKSDA
Yogyakarta
Brophy, J.J. and Doran, J.C. 1996. Essential Oils of Tropical Asteromyrtus,
Callistemon and Melaleuca Species: In Search of Interesting Oils with
Commercial Potential. ACIAR Monograph No. 40
Mardji, D. 2003. Identifikasi dan Penanggulangan Penyakit pada Tanaman
Kehutanan. Pelatihan Bidang Perlindungan Hutan di PT ITCI Kartika
Utama, Samarinda
Na’iem. Mohammad., Mahfudz., Prabawa. 2014. Budidaya dan Prospek
Pengembangan Kayu putih (Melaleuca cajaputi). IPB Press. Jakarta
Novizan. 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Prasetiyo, K.W. dan S. Yusuf. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara
Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agro Media Pustaka, Depok.
Rahayu Sri, S.1999. Penyakit Tanaman Hutan Di Indonesia. Gejala, Penyebab,
dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.
Sinaga, Suradji. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta
Tamam. 2013. Sehat Itu Indah. Online. Di Akses Pada 23 Februari 2017.
http://sehatituindah.wordpress.com
Tjahjadi, N. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Jakarta.
Widyastuti., Sumardi. dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada
University. Yogyakarta

19

LAMPIRAN 1 : Tally sheet pengamatan Hama dan Penyakit

20

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25