TAHAPAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN menurut ROSTOW

KELAS A

Disusun oleh: Della Ayu Lestari

Estia Ditriyani

Keshia Arindini

Mawaddatun Niswah

Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia

Maret, 2016

PENDAHULUAN

Provinsi Bali

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Di tengah-tengah Pulau Bali terdapat relief dan topografi pegunungan yang terbentang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

 Utara : Laut Bali  Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)  Selatan : Samudera Indonesia  Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529km.

Provinsi Bali terkenal dengan keindahan alam dan pariwisatanya. Bali dikenal oleh masyarakat luas dari sisi budayanya berbarengan dengan Indonesia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Penguasaan Belanda terhadap Indonesia pun pada sekitar abad 17 dan 18 tidak banyak memberi pengaruh pada kehidupan agama dan budaya di Bali. Hindu di Bali pada masa-masa itu bahkan memasuki masa kejayaan ketika kerajaan di Bali. Sejak penguasaan oleh Belanda, Bali seolah dibuka lebar untuk kunjungan orang asing. Bali tidak saja kedatangan orang asing sebagai pelancong namun tak sedikit para pemerhati dan penekun budaya yang datang untuk mencatat keunikan seni budaya Bali. Dari para penekun budaya yang terdiri dari sastrawan, penulis, dan pelukis inilah keunikan Bali kian menyebar di dunia internasional. Penyampaian informasi melalui berbagai media oleh orang asing ternyata mampu menarik minat pelancong untuk mengunjungi Bali. Zaman terus berkembang, namun pemerintah dan masyarakat Bali berusaha untuk menjaga budaya dan tata ruang tradisional Bali sehingga Bali tetap memiliki nilai-nilai budaya yang mampu menjadi tumupuan sektor pariwisata.Dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali meyebabkan perkembangan ekonomi, sosial, politk, dan budaya di Provinsi Bali tersebut.

Teori Tahap Pembangunan Rostow

Prof. W.W. Rostow merupakan seorang ahli sejarah ekonomi yang berasal dari Amerika Serikat, yang menulis buku berjudul The Stages of Economic Growth, A Non-Communist Manifesto . Di dalam buku tersbut dibahas tentang lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Berikut adalah penjelasan kelima tahap tersebut:

1.Tahap Masyarakat Tradisional ( The Traditional Society ). Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang:

a. Memiliki cara-cara memproduksi yang masih primitif dan masyarakat yang cara hidupnya masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku secara turun temurun. Tingkat produksi yang dapat dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara sistematis dan teratur.

b. Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sangat sedikit.

c. Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah yang dipegang oleh tuan- tuan tanah yang berkuasa, dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas. Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth). Tahap prasyarat lepas landas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat tradisional yang sudah ada.

b. Dinamakan Rostow bom free , yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negara-negara tersebut terdiri dari emigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.

3. Tahap Lepas Landas ( Take Off ). Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat. Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:

a. Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).

b. Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi.

c. Adanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional yang akan menciptakan:

1) Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern. 2) Potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan petumbuhan terus-menerus berlangsung.

4. Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan ( The Drive of Maturity ). Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:

a. Kematangan teknologi, di mana struktur keahlian tenaga kerja mengalami perubahan.

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.

c. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5. Tahap Masa Konsumsi Tinggi. Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi. Leading sectors , bergerak ke arah barang-barang konsumsi yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain.

b. Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam sistem perpajakan seperti ini makin besar pendapatan maka makin besar pajaknya.

c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas makanan, pakaian, rumah keluarga secara terpisah dan juga barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah.

PEMBAHASAN

1. Pembangunan Ekonomi di Provinsi Bali

Zaman dahulu, istilah pembangunan sebagian besar digunakan dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan produksi atau konsumsi dari suatu daerah, sedangkan pembangunan ekonomi merupakan peningkatan produksi atau konsumsi tersebut oleh setiap orang. Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk memberikan peningkatan barang dan jasa yang dapat dirasakan oleh penduduk (Morris, 1998).

Provinsi Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia. Dengan demikian, sektor pariwisata menjadi sektor andalan dalam perekonomian di Bali. Menurut Analisa Pembangunan Provinsi Bali, selama periode 2006-2013, Bali memperlihatkan kinerja perekonomian yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari besarnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang tumbuh dengan laju rata-rata 5,49%. PDRB memiliki tiga pengertian menurut Ritonga (2011), yaitu:

a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Menurut pengerian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor).

Laju pertumbuhan ekonomi berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonominya, semakin kecil tingkat pengangguran suatu daerah. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Bali termasuk rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. TPT Provinsi Bali selama 2006-2013 berkurang sebesar 3,4%.

Selain memperkecil angka pengangguran, pertumbuhan ekonomi juga berdampak positif bagi penurunan kemiskinan wilayah. Presentase penduduk miskin di Provinsi Bali cenderung menurun selama periode 2006-2013, khususnya di perkotaan. Pada tahun 2013 persentase penduduk miskin di Provinsi Bali sebesar 3,95%. Provinsi Bali berada pada peringkat kedua angka kemiskinan terendah di Indonesia. Salah satu faktor pendukung rendahnya angka kemiskinan di Provinsi Bali adalah berkembangnya sektor pariwisata.

Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah dengan sebaran yang cukup tinggi yang mengalami ketidakmerataan dalam percepatan pembangunan antar wilayahnya. Pembangunan yang dilakukan di wilayah bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan per kapita Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah dengan sebaran yang cukup tinggi yang mengalami ketidakmerataan dalam percepatan pembangunan antar wilayahnya. Pembangunan yang dilakukan di wilayah bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan per kapita

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran. Berikut merupakan tabel Rata-rata pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran di Kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012.

Rata-rata

Rata-rata Pertumbuhan Pengurangan Pengurangan

Rata-rata

Kabupaten/Kota

(2008-2012) Jembrana

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran di Kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012.

Peta 1. Rata-rata pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Dari tabel di atas terlihat adanya kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonominya tinggi namun rata-rata pengurangan kemiskinan dan penganggurannya masih tergolong tinggi. Untuk dapat melihat dengan jelas bagaimana dampak pertumbuhan ekonomi terhadap pengurangan kemiskinan (Gambar 1) dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengurangan pengangguran (Gambar 2), berikut garafik perbandingannya.

Gambar 1. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2008-2012

Pertama Kabupaten Buleleng termasuk kabupaten dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mendorong pengurangan kemiskinan secara lebih cepat ( pro-growth, pro- poor ). Kedua, Kabupaten Jembrana, Klungkung, Karangasem, dan Bangli terletak di kuadran

II, termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di atas rata-rata ( low growth, pro-poor ). Ketiga, Kabupaten Tabanan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi ( low growth, less propoor ). Keempat, Kabupaten Gianyar, Badung, dan Kota Denpasar terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata- rata, tapi pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata ( high-growth, less-pro poor ). Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum memberi dampak penurunan angka kemiskinan secara nyata.

Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran Tahun 2008-2012

Pertama, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar termasuk daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mendorong perluasan lapangan kerja ( pro- growth, pro-job ). Kedua, Kabupaten Bangli, Jembrana, Karangasem, dan Klungkung yang terletak di kuadran II termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata- rata, tapi pengurangan pengangguran di atas rata-rata ( low growth, pro-job ). Hal ini mengindikasikan bahwa perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah seperti pertanian dan perikanan. Ketiga, Kabupaten Tabanan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi ( low growth, less projob ). Keempat, Kabupaten Buleleng dan Gianyar terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di bawah rata-rata ( high-growth, less-pro job ). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah pedesaan.

Kesenjangan Pembangunan Ekonomi di Povinsi Bali

Dari data pertumbuhan ekonomi di setiap kabupaten di Provinsi Bali, terdapat kesenjangan dalam pertumbuhan tersebut. Terlihat dari besarnya perbedaan diantara kabupaten atau kota dengan PDRB perkapita tertinggi dan PDRB perkapita terendah (Gambar 3). Kabupaten/kota yang memiliki PDRB perkapita yang tinggi merupakan daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata di Provinsi Bali, yaitu di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar. Dengan Dari data pertumbuhan ekonomi di setiap kabupaten di Provinsi Bali, terdapat kesenjangan dalam pertumbuhan tersebut. Terlihat dari besarnya perbedaan diantara kabupaten atau kota dengan PDRB perkapita tertinggi dan PDRB perkapita terendah (Gambar 3). Kabupaten/kota yang memiliki PDRB perkapita yang tinggi merupakan daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata di Provinsi Bali, yaitu di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar. Dengan

Gambar 3. PDRB perkapita Provinsi Bali Sumber: Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Dewi et al

Untuk melihat kesenjangan pembangunan di Provinsi Bali, berikut pembahasan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Bali.

a. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana Kabupaten Jembrana memiliki luas area persawahan sebesar 6.863 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 6.919 Ha. Total area pertanian adalah 13.782 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Jembrana seluas 84.180 Ha. Jadi sebanyak 16 % dari wilayah Kabupaten Jembrana merupakan area pertanian. Kabupaten Jembrana memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 1.516 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 12% unit usaha terdapat di Kabupaten Jembrana. Dari segi pariwisata, Kabupaten Jembrana memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 722 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3% kamar hotel yang ada di Kabupaten Jembrana. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Jembrana pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 6.434.879,02, merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-5 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Kabupaten Jembrana tidak memiliki banyak area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini kecil. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini juga tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Jembrana. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Jembrana hanya memiliki 3% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Jembrana termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kabupaten Jembrana dan mulai tumbuh industri-industri dan jasa. Selain itu, Kabupaten Jembrana masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

b. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabanan Kabupaten Tabanan memiliki luas area persawahan sebesar 22.184 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 15.809 Ha. Total area pertanian adalah 37.993 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Tabanan seluas 83.933 Ha. Jadi sebanyak 45% dari wilayah Kabupaten Tabanan merupakan area pertanian. Kabupaten Tabanan memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 678 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 5,7% unit usaha terdapat di Kabupaten Tabanan. Dari segi pariwisata, Kabupaten Tabanan memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 1.066 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 4 % kamar hotel yang ada di Kabupaten Tabanan. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 5.642.525 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-6 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Tabanan merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Tabanan. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Tabanan hanya memiliki 4% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Tabanan termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian masih mendominasi Kabupaten Tabanan, namun angkanya tidak mencapai 75% (angka berdasarkan klasifikasi Rostow) dan mulai tumbuh industri-industri dan jasa, walaupun masih dalam jumlah yang kecil. Selain itu, Kabupaten Tabanan masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya, pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di bawah rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum adanya lapangan pekerjaan seperti bidang industri dan jasa yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dapat mengurangi kemiskinan.

c. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung Kabupaten Badung memiliki luas area persawahan sebesar 10.144 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 8.154 Ha. Total area pertanian adalah 18.298 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Badung seluas 41.852 Ha. Jadi sebanyak 43 % dari wilayah Kabupaten Badung merupakan area pertanian. Kabupaten Badung memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 1.111 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 9% unit usaha terdapat di Kabupaten Badung. Dari segi pariwisata, Kabupaten Badung memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 9.797 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 37,6% kamar hotel yang ada di Kabupaten Badung. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Badung pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 13.031.483 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-

1 di Provinsi Bali. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten

Badung merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong Badung merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong

d. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar memiliki luas area persawahan sebesar 3.843 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 396 Ha. Total area pertanian adalah 4.239 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Gianyar seluas 36.800 Ha. Jadi sebanyak 11 % dari wilayah Kabupaten Gianyar merupakan area pertanian. Kabupaten Gianyar memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 660 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 5,5% unit usaha terdapat di Kabupaten Gianyar. Dari segi pariwisata, Kabupaten Gianyar memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 3.615 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 14% kamar hotel yang ada di Kabupaten Gianyar. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 7.223.660 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-4 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hanya sebagian kecil saja wilayah di Kabupaten Gianyar yang merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat kecil. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Gianyar. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Gianyar memiliki 14% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini sudah mulai maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Gianyar termasuk ke dalam tahap 3, yaitu tahap lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kabupaten Gianyar, meskipun pertumbuhan pada sektor industri belum begitu berkembang, namun pada sektor jasa juga sudah cukup besar. Kabupaten Gianyar masuk ke dalam tahap 3 karena pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata, namun pengurangan kemiskinan dan pengurangan penganggurannya di bawah rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah pedesaan.

e. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Klungkung Kabupaten Klungkung memiliki luas area persawahan sebesar 2.910 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 4.137 Ha. Total area pertanian adalah 7.047 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Klungkung seluas 31.500 Ha. Jadi sebanyak 22 % dari wilayah Kabupaten Klungkung merupakan area pertanian. Kabupaten Klungkung memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 410 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3,4% unit usaha terdapat di Kabupaten Klungkung. Dari segi pariwisata, Kabupaten Klungkung memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 784 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3% kamar hotel yang ada di Kabupaten Klungkung. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Klungkung pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 7.382.865 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-3 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hanya sebagian kecil dari luas wilayah Kabupaten Klungkung merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini kecil. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Klungkung. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Klungkung hanya memiliki 3% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Klungkung termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Meskipun area pertanian di kabupaten ini kecil, namun pada sektor industri dan jasa juga masih kecil kemajuannya. Selain itu, Kabupaten Klungkung masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

f. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangli Kabupaten Bangli memiliki luas area persawahan sebesar 7.157 Ha dan luas area tegalan/kebun

sebesar 20.170 Ha. Total area pertanian adalah 27.327 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Bangli seluas 52.081 Ha. Jadi sebanyak 52 % dari wilayah Kabupaten Bangli merupakan area pertanian. Kabupaten Bangli memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 2.497 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 20,1% unit usaha terdapat di Kabupaten Bangli. Dari segi pariwisata, Kabupaten Bangli memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 247 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 0,9% kamar hotel yang ada di Kabupaten Bangli. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Bangli pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 4.743.456 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-8 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Bangli merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong sedang, mengindikasikan sudah cukup banyak industri di Kabupaten Bangli. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Tabanan hanya memiliki 0,9% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Bangli merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong sedang, mengindikasikan sudah cukup banyak industri di Kabupaten Bangli. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Tabanan hanya memiliki 0,9% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di

g. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karangasem Kabupaten Karangasem memiliki luas area persawahan sebesar 11.047 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 18.394 Ha. Total area pertanian adalah 29.441 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Karangasem seluas 83.954 Ha. Jadi sebanyak 35 % dari wilayah Kabupaten Karangasem merupakan area pertanian. Kabupaten Karangasem memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 424 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3,5% unit usaha terdapat di Kabupaten Karangasem. Dari segi pariwisata, Kabupaten Karangasem memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 1.924 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 7,4% kamar hotel yang ada di Kabupaten Karangasem. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Karangasem pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 4.514.673 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-9 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Karangasem merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini cukup besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Karangasem. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Karangasem hanya memiliki 7,4% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Karangasem termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian masih mendominasi Kabupaten Tabanan dan mulai tumbuh industri-industri dan jasa, walaupun masih dalam jumlah yang kecil. Selain itu Kabupaten Karangasem masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

h. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buleleng Kabupaten Buleleng memiliki luas area persawahan sebesar 2.506 Ha dan luas area

tegalan/kebun sebesar 36.938 Ha. Total area pertanian adalah 39.444 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Buleleng seluas 136.588 Ha. Jadi sebanyak 28 % dari wilayah Kabupaten Buleleng merupakan area pertanian. Kabupaten Buleleng memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 783 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 6,5% tegalan/kebun sebesar 36.938 Ha. Total area pertanian adalah 39.444 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Buleleng seluas 136.588 Ha. Jadi sebanyak 28 % dari wilayah Kabupaten Buleleng merupakan area pertanian. Kabupaten Buleleng memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 783 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 6,5%

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Kabupaten Buleleng masih terdapat wilayah pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sudah tidak mendominasi. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Buleleng. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Buleleng hanya memiliki 9% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Jembrana termasuk ke dalam tahap

2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kabupaten Buleleng, namun pertumbuhan pada sektor industri dan jasa masih kecil. Kabupaten Buleleng masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata, tapi pengurangan penganggurannya di bawah rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah pedesaan.

i. Pertumbuhan Ekonomi Kota Denpasar Kota Denpasar memiliki luas area persawahan sebesar 2.594 Ha. Total area pertanian adalah

2.594 Ha, sedangkan luas wilayah Kota Denpasar seluas 12.780 Ha. Jadi sebanyak 20% dari wilayah Kota Denpasar merupakan area pertanian. Kota Denpasar memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 3.826 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 32% unit usaha terdapat di Kota Denpasar. Dari segi pariwisata, Kota Denpasar memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 5.511 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 21% kamar hotel yang ada di Kota Denpasar. Nilai PDRB perkapita Kota Denpasar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 8.851.177merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-2 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Kota Denpasar masih terdapat wilayah pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sudah tidak mendominasi. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini besar, mengindikasikan sudah banyak industri di Kota Denpasar. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kota Denpasar memiliki 21% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini sudah maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kota Denpasar termasuk ke dalam tahap 3, yaitu tahap lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kota Denpasar, pertumbuhan pada sektor industri dan jasa juga sudah cukup besar. Kota Denpasar masuk ke dalam tahap 3 karena Kota Denpasar memiliki pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Kota Denpasar masih terdapat wilayah pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sudah tidak mendominasi. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini besar, mengindikasikan sudah banyak industri di Kota Denpasar. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kota Denpasar memiliki 21% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini sudah maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kota Denpasar termasuk ke dalam tahap 3, yaitu tahap lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kota Denpasar, pertumbuhan pada sektor industri dan jasa juga sudah cukup besar. Kota Denpasar masuk ke dalam tahap 3 karena Kota Denpasar memiliki pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan

Struktur perekonomian Provinsi Bali didominasi sektor perdagangan, hotel, restauran yaitu sebesar 29,89 persen dalam PDRB, diikuti oleh sektor pertanian dan jasa-jasa (Gambar 4). Sektor perdagangan, hotel, dan restauran juga menjadi pendorong utama pertumbuhan wilayah Di Provinsi Bali. Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali terlihat juga pada meningkatnya pendapatan yang dihasilkan pada sekor perdagangan, hotel, dan restauran, yaitu dalam bentuk pengeluaran untuk akomodasi, konsumsi makanan, angkutan wisata, dan jasa-jasa lainnya. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Bali menciptakan dampak langsung terhadap sektor perdagangan, hotel, dan restauran yang meningkatkan nilai PDRB wilayah.

Gambar 4. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha (2013) Sumber: Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014, BPS

Berdasarkan teori pembangunan Rostow, Provinsi Bali dalam sektor ekonomi memasuki tahapan ketiga, yaitu tahap lepas landas. Hal tersebut terlihat dari PDRB yang didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa yang sudah sangat mendominasi di Provinsi Bali. Meskipun jika dilihat per-kabupaten dan kota di Provinsi Bali, hanya 2 kabupaten dan 1 kota saja yang termasuk ke dalam tahap 3. Ketiga daerah tersebut memiliki dominasi yang kuat di Provinsi Bali, sehingga kabupaten lain seolah terbawa dengan ketiga kabupaten/kota yang sudh memasuki tahap tiga terlebih dahulu.

Peta 2. Klasifikasi Tahap Pembangunan Rostow dari Segi Ekonomi

2. Keadaan Sosial di Provinsi Bali

Penduduk merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan. Posisi pembangunan sebagai objek sekaligus subjek pembangunan dapat mendukung proses pembangunan dan juga dapat menjadikannya sumber permasalahan. Isu kependudukan yang paling hangat dibicarakan di Indonesia saat ini adalah bonus (kelebihan) demografi. Suatu wilayah dikatakan mendapatkan bonus demografi ketika satu orang penduduk usia non produktif ditanggung oleh minimal dua orang usia produktif. Provinsi Bali memiliki keunikan tersendiri dalam tata pemerintahan dinas dan adat yang terkenal. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi filsafah Tri Hita Karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraan yang perlu diseimbangkan dan diharmonisasikan, yaitu: a) hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), b) hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), dan c) hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

Kependudukan pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi yaitu penduduk sebagai beban pembangunan dan potensi pembangunan. Penduduk sebagai beban pembangunan karena ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penduduk sebagai potensi pembangunan akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan itu sendiri karena dengan adanya penduduk yang besar akan menciptakan permintaan sehingga secara kumulatif berdampak positif terhadap kegiatan pembangunan yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakatnya. Perubahan penduduk tidak hanya diakibatkan oleh kelahiran dan Kependudukan pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi yaitu penduduk sebagai beban pembangunan dan potensi pembangunan. Penduduk sebagai beban pembangunan karena ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penduduk sebagai potensi pembangunan akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan itu sendiri karena dengan adanya penduduk yang besar akan menciptakan permintaan sehingga secara kumulatif berdampak positif terhadap kegiatan pembangunan yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakatnya. Perubahan penduduk tidak hanya diakibatkan oleh kelahiran dan

a. Keadaan Sosial Kabupaten Jembrana Berdasarkan data BPS 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana adalah sebanyak

317.117 jiwa atau 6,78% dari total penduduk Bali. Ditinjau dari perkembangan penduduknya, wilayah di Kabupaten Jembrana relatif memiliki perkembangan yang cenderung statis. Hal ini dapat terlihat oleh nilai rata-rata pertahun perkembangan penduduk sebesar 1,09%. Tata kehidupan kemasyarakatan di Kabupaten Jembrana terbagi menjadi 2 sistem kemasyarakatan, yaitu; a) sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku dan dipengaruhi oleh adanya klen keluarga, b) sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah adminstrasi dan teritorial adat. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten (BAPPEDA, 2011). Berdasarkan karakteristiknya, Kabupaten Jembrana diasumsikan berada di tahap kedua pada teori pembangunan industri Rostow, dibuktikan dengan adanya perpindahan penduduk dari desa menuju kota karena melihat adanya peluang pekerjaan yang lebih baik.

b. Keadaan Sosial Kabupaten Tabanan Kabupaten Tabanan memiliki topografi pegunungan yang berbukit di bagian utara dan

melandai ke arah selatan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah lumbung pangan Provinsi Bali kaena 26,29% sawah di Bali berada disini mengakibatkan struktur penduduk mata pencaharian penduduknya sebagian besar berada di sektor pertanian. Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan

pada tahun 2010 adalah 420.913 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 501/km 2 . Laju pertumbuhan penduduk lebih terkonsentrasi di Kota Tabanan akibat adanya urbanisasi yang

tersebar ke perumahan BTN dan pembukaan pemukiman penduduk baru. Keberhasilan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan terhadap pengendalian penduduk ditandai dengan kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga yang disebabkan oleh adanya menundaan usia kawin wanita yang rata-rata mencapai 24,2 tahun. Suksesnya penanganan kependudukan ini dikarenakan adanya dukungan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam perekonomian. Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki Kabupaten Tabanan, penulis mengasumsikan bahwa kegiatan sosial menurut Teori Rostow sudah berada pada tahap kedua (persiapan untuk landas). Hal ini dicirikan dengan adanya urbanisasi dari desa-desa yang ada di Kabupaten Tabanan menuju Kota Tabanan.

c. Keadaan Sosial Kabupaten Badung Penduduk Kabupaten Badung awalnya adalah masyarakat agraris dengan dilandasi ajaran

agama Hindu dan adat yang kuat. Menurut Bagus et al. (1977:101-103), kehidupan komunal masyarakat agraris Kabupaten Badung biasa hidup berkelompok dalam sistem kekerabatan keluarga batih (terbentuk setelah terjadi perkawinan) , keluarga luas (terbentuk dari satu agama Hindu dan adat yang kuat. Menurut Bagus et al. (1977:101-103), kehidupan komunal masyarakat agraris Kabupaten Badung biasa hidup berkelompok dalam sistem kekerabatan keluarga batih (terbentuk setelah terjadi perkawinan) , keluarga luas (terbentuk dari satu

Pada periode 2000-2014, rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi terjadi di Kabupaten Badung, yaitu sebesar 4,06%. Tingginya migrasi masuk menjadi faktor utama tingginya laju pertumbuhan penduduk di wilayah ini. Ketersediaan fasilitas serta luasnya peluang kerja menjadi daya tarik bagi para pendatang. Kabupaten Badung memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangunan jalan tol sebagai alternatif pemecah permasalahan transportasi di wilayah Bali Selatan dengan adanya kegiatan pariwisata. Menurut Kepala Badan Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) Kabupaten Badung, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi disebabkan angka migrasi baik dari sejumlah daerah di Bali maupun luar Bali yang mencoba mengadu nasib di daerah pusat pariwisata Bali (Rahaja, 2010). Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki, Kabupaten Badung diasumsikan berada pada tahap ketiga (tahap tinggal landas) bila berdasarkan teori pembangunan ekonomi Rostow. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, berupa terbukanya pasar- pasar baru. Pada tahap ini juga ada kemampuan daerah tersebut untuk mengerahkan sumber- sumber modal lokal yang ada. Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah tujuan migran. Hal ini disebabkan oleh pembangunan cenderung dilakukan di wilayah ini dengan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, perdagangan, pusat aktivitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar dalam perkembangan perekonomian di Provinsi Bali (Antari, 2008).

d. Keadaan Sosial Kabupaten Klungkung Jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung pada tahun 2010 adalah 176.822 jiwa dengan

dominasi mata pencaharian penduduknya di bidang pertanian. penyebaran penduduk tidak merata di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, 73% dari penduduknya berada di dataran Kecamatan Klungkung dan sisanya berada di Kepulauan Nusa Penida yang relatif masih jarang penduduk dengan luas wilayah terbesar. Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,8% per tahun. Bila dilihat proporsi untuk wilayah perkotaan dan perdesaan sekitar 46,09% berdomisili di perkotaan dan sisanya 53,91% di pedesaan. Berbeda dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Bali, persebaran Kabupaten Klungkung tidak bersentral di Ibukota Kabupaten, hal ini dikarenakan bidang pertanian yang menjamin kehidupannya sehingga penduduk tidak perlu melakukan urbanisasi. Berkembangnya jumlah penduduk memberikan meningkatnya peluang sektor industri dan pengolahan makanan maupun industri dan perdagangan karena adanya perkembangan pariwisata. Sebagai daerah tujuan wisata, Kabupaten Klungkung memberi peluang positif bagi perkembangan ekonomi dengan adanya pemasukan uang wisatawan dalam jumlah banyak memberi dampak positif terhadap perkembangan sektor jasa.

Angka beban ketergantungan berdasarkan SUNSES tahun 2007 menunjukkan bahwa penduduk laki-laki memiliki angka lebih rendah dibanding perempuan yaitu 48,3% (laki-laki) dan 53,0% (perempuan), fenomena tersebut hanya berlaku di pedesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk perempuan di Kabupaten Klungkung menjadi beban yang lebih besar secara ekonomi (dalam hal penafkahan). Berdasarkan karakteristik Kabupaten Klungkung, penulis mengasumsikan kabupaten ini berada di tahap kedua. Hal ini dapat terlihat dengan adanya perkembangan daerah pariwisata yang dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan sektor jasa.

e. Keadaan Sosial Kabupaten Bangli Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan penduduk Kabupaten Bangli mengalami

peningkatan menjadi 215.353 jiwa. Pada tahun 2008, migrasi penduduk Kabupaten Bangli Berdasarkan hasil SUSEDA, sebanyak 6.837 jiwa untuk migrasi risen/sementara dan 8.417 jiwa migrasi seumur hidup. Pekerjaan penduduk di Kabupaten Bangli terbagi menjadi 3; a) sektor primer yaitu sektor yang memanfaatkan sumberdaya alam secara langsung seperti pertanian, perikanan, dan lain-lain, b) sektor sekunder yaitu sektor yang mengolah hasil sektor primer menjadi barang jadi seperti manufatur dan konstruksi, dan c) sektor ekonomi tersier yang dikenal sebagai sektor jasa, yaitu menghasilkan suatu jasa dari produk akhir seperti sektor sekunder. Kabupaten Bangli sebagian besar penduduknya bekerja di sektor primer sebesar 78.749 orang (Bali 746.487 orang), sektor sekunder 25.977 orang (Bali 400.948 orang) dan sektor tersier 35.909 orang (Bali 887.182 orang). Bila melihat karakteristik Kabupaten Bangli, dapat diasumsikan bahwa Kabupaten Bangli telah berada di tahap kedua, yaitu adanya urbanisasi ke kota dan adanya penduduk yang bekerja pada klasifikasi sektor primer, sekunder, atau tersier.

f. Keadaan Sosial Kabupaten Karangasem Kepadatan penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalah 518 jiwa per km 2 dengan jumlah penduduk 434.563 jiwa (BPS, 2010). Keberadaan Industri kecil yang ada di Kabupaten

Karangasem beraneka ragam dengan berbagai produk barang/ jasa yang dihasilkan seperti halnya industri yang bergerak bidang makanan, minuman, keperluan rumah tangga dan perkantoran, jasa service maupun kerajinan. Diantara industri kecil yang ada, industri kecil bidang kerajinan merupakan jumlah yang paling banyak. Kota Amlapura merupakan Ibu Kota Karangasem yang terletak dan menjadi bagian dari Kecamatan Karangasem. Kota Amlapura merupakan pusat dari segala aktifitas masyarakat Kabupaten Karangasem dengan luas wilayah

34.48km 2 atau (3.448 Ha) dengan jumlah penduduk 34.012 jiwa. Kota Karangasem yang kemudian bernama Amlapura, di masa lalu merupakan kota yang sangat sederhana namun kini

mengalami perkembangan pesat, terlebih setelah dilakukan penataan fisik bangunan pertokoan dengan arsitektur Bali (JKPI, 2013). Bila melihat karakteristik Kabupaten Karangasem, penulis mengasumsikan bahwa kabupaten ini sudah berada di tahap kedua, yaitu dimana persiapan untuk landas dengan adanya urbanisasi dilihat dari timpangnya distribusi penduduk di kota dan desa.

g. Keadaan Sosial Kabupaten Buleleng Jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi pada tahun 2009 berjumlah 786.972 jiwa dari

jumlah 210.739 Kepala Keluarga. Dari jumlah tersebut terdiri dari penduduk perempuan sebanyak 390.863 jiwa atau 49,67 persen dan penduduk laki-laki sebanyak 396.109 jiwa atau 50,33 persen. Dari kondisi tersebut tercermin bahwa jumlah penduduk laki-laki relatif dominan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan (PKPBM, 2010). Kecamatan Buleleng memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu 2558 jiwa/km 2 yang jauh lebih besar diatas kependudukan Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 479 jiwa/km 2 , hal ini menunjukkan bahwa