KRISIS FINANSIAL DI AMERIKA SERIKAT

KRISIS FINANSIAL DI AMERIKA SERIKAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik: Teori dan Isu
Dosen : Prof. Dr. Aleksius Jemadu, M. Si

Oleh :
Ahirul Habib Padilah
170820140512

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga tugas individu
membuat makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ekonomi Politik: Teori dan Isu. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah juga
sebagai penerapan pemahaman penulis terhadap materi kuliah yang telah
disampaikan di kelas. Ada pun permasalahan yang saya angkat adalah tentang
Krisis Finansial di Amerika Serikat.
Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Aleksius
Jemadu, M. Si yang telah banyak membagikan ilmunya kepada penulis dan
menuntun dalam membuat makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi yang membaca dan penulis berharap kritik dan
sarannya guna pengembangan penulisan makalah untuk selanjutnya. terima kasih.
Bandung,

30 Januari 2016

Ahirul Habib Padilah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................


i

Daftar Isi...........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................

1
2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

3


2.1 Krisis Finansial Amerika Serikat ......................................................

3

2.2 Pandangan Teori Merkantilisme .......................................................

6

2.3 Pandangan Teori Liberalisme ...........................................................

9

2.4 Pandangan Teori Marxisme ..............................................................

10

2.5 Argumen dan Teori yang Tepat untuk Menganalisis Krisis Finansial
Amerika Serikat ................................................................................

11


BAB III PENUTUP .........................................................................................

15

3.1Kesimpulan ........................................................................................

15

3.2 Saran .................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Saat ini, fenomena dunia kontemporer yang ditandai oleh menyempitnya
ruang dan waktu1, menipisnya batas-batas teritorial negara bangsa oleh para
pendukung ekstrem globalisasi diungkapkan sebagai state borderless2, serta aliran
modal serta barang-barang melintasi batas-batas negara. Beberapa faktor
penyebabnya dapat diidentifikasi, antara lain adalah surplus kapital yang
mendorong perluasan investasi di wilayah-wilayah baru yang menjanjikan baik
pasar maupun bahan baku agar surplus lebih lanjut. Globalisasi ekonomi dan
perdagangan juga ditopang oleh ketersedian infrastruktur

yang sangat

memungkinkan dilakukannya perdagangan lintas batas negara dalam waktu yang
relatif cepat dengan berbagai pertimbangan seperti pemangkasan biaya demi
memperoleh banyak keuntungan. Revolusi dalam bidang teknologi komunikasi
dan semakin rendahnya biaya transfortasi telah menjadikan katalis penting dalam
dunia globalisasi ekonomi dan perdagangan saat ini. sebagai akibatnya, ekonomi
negara-negara nasional menjadi semakin tergantung satu dengan yang lain dalam
lingkup dunia global.


Ini berarti bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi suatu

negara tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya terhadap negara lain, demikian
juga sebaliknya.
Isu yang sangat menarik belakangan ini adalah isu mengenai wacana
masyarakat internasional tentang berita perlambatan ekonomi di Amerika Serikat
(AS). Melambatnya perekonomian Amerika Serikat pada akhir tahun 2007 sempat
mendorong sebuah spekulasi bahwa Amerika Serikat berada pada ambang resesi,
sebagai akibat dampak krisis kredit sektor perumahan ke sektor manufaktur dan
1

2

David Harvey. 2000. “Time-Space Compression and the Postmodern”. Dalam David Held and
Anthony McGrew (eds.) The Global Transformations Reader: An Introduction to the
Globalization Debate, Cambridge: Polity Press
Kenichi Ohmae, 1995. “The End of Nations State”, The 1995 Panglaykim Memorial Lecture,
Jakarta, 4 Oktober.

1


menengah ke sektor tenaga kerja. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat
merupakan gejolak global yang saat ini sedang marak dan menjadi sorotan publik
maupun pergunjingan para analis ekonomi di seluruh dunia dan sebuah masalah
fundamental yang menuntut concern atau respons masyarakat dunia karena
memang efek dari krisis di Amerika Serikat ini bersifat global. Dianggap memiliki
efek global dikarenakan permasalahan ini sangat pelik dan mempengaruhi
stabilitas perekonomian global.
Kerusakan ekonomi suatu negara akan dengan mudah menyebar ke negara
lain seperti efek domino3. Oleh karena hal tersebut suatu negara nasional tidak
lagi dapat mengambil kebijakan tanpa mempertimbangkan lingkungan ekonomi
global. Inilah akibat munculnya interdependensi dunia dalam ekonomi dan
perdagangan, yang mendorong timbulnya perdebatan4, yakni interdependensi
timbal

balik

yang setara

di


antara

kelompok-kelompok

negara

yang

mengakibatkan saling tergantung ekonomi yang berakibat semakin mendorong
proses globalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Secara sederhana tulisan ini akan menjelaskan atau menjabarkan tentang
gejolak

ekonomi dunia, interaksi antara negara (state), pasar (market) dan

masyarakat (society), serta lebih khususnya krisis ekonomi yang terjadi di
Amerika Serikat.


3

4

Budi Winarno, 2014. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer . Yogyakarta : Center of Academic
Publishing Service (CAPS), hal. 28.
Alan Russel, 2001. “Trade, Money, and Market”, in Brian White, Richard Little, and Michael
Smith (eds.) 2001. Issues in World Politics. Second Edition. Oxford University Press, hal. 38.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Krisis Finansial Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara adi daya (super power ) yang memberikan
kontribusi sekitar 20 - 30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi Amerika
Serikat memiliki PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sebesar US $ 13, 1 triliun,
setara 20% dari PDB dunia pada tahun 2007. PDB Amerika Serikat naik pada
kuartal ke tiga sebesar 4,9%, bahkan masih memiliki daya beli konsumen yang
tinggi (IKK 90,6), ternyata tidak mampu menopang ekonominya akibat krisis
kredit pada pasar senilai US $ 1,8 triliun5.


Sumber: Bambang Prijambodo

6

Kerusakan ekonomi suatu negara akan dengan mudah menyebar ke negara
lain seperti efek domino7. Relevan dengan kasus krisis keuangan di Amerika
Serikat yang kini dimungkinkan akan berdampak terhadap ekonomi secara global.
5

6

7

Teguh Sihono. 2009. Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat Terhadap Perekonomian Asia .
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Volume 6, Nomor 1. hal. 2
http://www.bappenas.go.id/files/7413/6082/9493/makro-bhs-indonesia-18-februari-20112__20110225174212__2978__0.pdf
Winarno. Loc. Cit.

3


Buktinya, krisis yang terjadi di Amerika Serikat

merambah ke Eropa,

8

menurunnya harga saham global dan dolar AS turun tajam terhadap Euro, berada
pada 1,4168 dolar AS9. Bank yang memiliki networking dengan

investasi

perumahan para pelaku bisnis properti ikut terkena dampaknya, sehingga
membuat kinerja perbankan mengalami goncangan hebat. Pasar saham global
tidak kuasa menanggulangi dampak kredit, sehingga memukul pasar saham pada
level terpuruk, semakin sulit mendapat kepercayaan pelaku pasar modal, baik di
pasar di Amerika maupun di kawasan dunia. Badan usaha sendiri tidak mampu
beradaptasi pada perubahan yang drastis, maka jatuhnya harga saham nyaris
merontokkan portofolio beberapa korporat ternama di dunia.
Terakumulasinya dana besar di sektor perumahan telah melahirkan stagnasi
yang berakibat melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun
2007 yang diperkirakan tumbuh 2,3%, padahal tahun 2006 tumbuh 3,3%.
Keadaan ini juga diikuti dengan memburuknya keadaan sosial dengan tingkat
angka pengangguran sebesar 4,9%, sementara pada tahun 2006 3%. Inflasi pada
tahun 2006 sebesar 2,1% dan tahun 2007 meningkat menjadi 4,3%10.

Sumber: Bambang Prijambodo

8
9
10
11

11

Sihono. Loc. Cit.
http://hizbut-tahrir.or.id/2008/10/30/keuangan-amerika-sekarat-dunia-tertipu/
Sihono. Loc. Cit.
http://www.bappenas.go.id/files/7413/6082/9493/makro-bhs-indonesia-18-februari-20112__20110225174212__2978__0.pdf

Menurut Bank Dunia12 ekspansi di negara-negara berkembang akan
membantu membatasi dampak perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2008 sebesar 3,3%, sedangkan tahun
2007 sebesar 3,6%. Prediksi IMF angka pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
pada tahun 2008 tidak lebih dari 1,5% sedang tahun 2007 masih 2,2%13. The Fed
memprediksikan

antara

1,3%

sampai

2,0%,

dan

prediksi

Departemen

Perdagangan Amerika Serikat merosot tajam dari 4,9% kuartal III/2007 menjadi
0,6% pada kuartal IV/200714. Buruknya kondisi ekonomi Amerika Serikat ini,
menunjukkan lemahnya keuangan, dan

gejolak pasar uang yang meliputi:

asuransi, sekuriti, sistem perbankan, kartu kredit, kredit individu dan korporasi
yang ada.

Sumber: Bambang Prijambodo

15

Sebagai akibat dari sebuah krisis keuangan yang terjadi, utang Amerika
Serikat menjadi meningkat dari tahun ke tahun bila kita lihat tabel di atas. Saat ini,

12
13
14
15

http://www.worldbank.org/
Sihono. Loc. Cit.
https://id.wikipedia.org/wiki/Federal_Reserve_System
Op. Cit.

menurut Pengamat valuta asing (valas) Nico Omer16 utang AS sudah mencapai
USD18,2 triliun dan itu belum termasuk tanggungan pemerintah kepada
masyarakat berupa tunjangan kesehatan dan tunjangan pensiun (unfunded
liabilities).

2.2 Pandangan Teori Merkantilisme
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti dan marquis de
Mirabeau pada tahun 1763, kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun
1776. Pada kenyataannya, Adam Smith menjadi orang pertama kali menyebutkan
kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang berjudul The
Wealth of Nations. Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin mercari,

yang berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata merx, berarti
"komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus seperti
Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan dan diadopsi
oleh para sejarawan.17
Merkantilisme merupakan teori tentang pandangan dunia elit-elit politik
yang berada pada garis depan pembangunan negara modern. Dalam pandangan
utama teori merkantilisme ekonomi merupakan alat bagi kepentingan politik atau
sebagai dasar dari kekuasaan politik.18 Negara merupakan aktor utama yang
dianggap mampu menjalankan kepentingan nasional atau mensejahterakan
rakyatnya. Merkantilisme merupakan teori yang dominan di Eropa dari 16 ke abad
ke-18,19 yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara
untuk tujuan menambah kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan
nasional saingannya. Ini adalah mitra dari politik ekonomi absolutisme atau
monarki absolut. Merkantilisme termasuk kebijakan ekonomi nasional yang
bertujuan untuk mengumpulkan cadangan moneter melalui keseimbangan

16

17
18

19

http://ekbis.sindonews.com/read/1037306/35/utang-menumpuk-as-diramal-akan-bangkrutseperti-yunani-1440578853
https://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
Robert Jackson & George Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 231.
Ibid.

perdagangan positif, terutama barang. Secara historis, kebijakan tersebut sering
menyebabkan perang dan juga termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial.
Teori merkantilis bervariasi dalam penerapannya terkini dari satu penulis ke yang
penulis lain dan telah berkembang dari waktu ke waktu. Tarif tinggi, terutama
pada barang-barang manufaktur, merupakan fitur yang hampir universal dari
kebijakan merkantilis. Kebijakan lainnya yang termasuk20 yaitu menciptakan
koloni di luar negeri, melarang daerah koloni untuk melakukan perdagangan
dengan negara-negara lain, Memonopoli pasar dengan port pokok, melarang
ekspor emas dan perak (bahkan untuk alat pembayaran), melarang perdagangan
untuk dibawa dalam kapal asing, Subsidi ekspor, mempromosikan manufaktur
melalui penelitian atau subsidi langsung, membatasi upah, memaksimalkan
penggunaan sumber daya dalam negeri, dan membatasi konsumsi domestik
melalui hambatan non-tarif untuk perdagangan.
Merkantilisme sendiri tidak percaya dengan sistem perdagangan bebas (free
trade) karena merkantilisme melihat bahwa perekonomian internasional sebagai

arena konflik kepentingan nasional yang bertentangan dengan wilayah kerjasama
yang saling menguntungkan. Menurut pemikir merkantilisme, persaingan
ekonomi antarnegara adalah sebuah permaianan zero-sum di mana keuntungan
suatu negara merupakan kerugian bagi negara lain.21
Menurut Gilpin (1987:32) persaingan ekonomi antarnegara bisa dibagi
menjadi dua bentuk yang berbeda22. Pertama, merkantilisme bertahan atau
‘ramah’ (benign mercantilism) yang berarti negara memelihara kepentingan
ekonomi nasionalnya yang merupakan unsur terpenting demi keamanan
nasionalnya yang tidak memiliki dampak negatif terhadap negara lain melalui
kebijakan tersebut. Kedua, merkantilisme agresif atau ‘jahat’ (malevolent
mercantilism),

di mana negara-negara berupaya mengeksploitasi

sistem

perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi. Contohnya, imperialisme

20
21
22

Ibid.
Ibid.
Ibid.

kekuatan kolonial Bangsa Eropa di Asia dan Afrika. Oleh karena itu,
merkantilisme identik dengan nasionalis.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa peran sebuah negara
dalam perdagangan internasional di era globalisasi ini sangatlah penting dan
merupakan sesuatu yang dianggap bisa menentukan arah masa depan dalam
mensejahterakan rakyat. Selain itu, Nngara harus bisa menjadi pemenang dalam
kompetisi perdagangan internasional. Merkantilisme didukung oleh beberapa
politisi dan ekonom terkemuka seperti Alexander Hamilton yang merupakan salah
seorang pendiri Amerika Serikat. Ia mendukung merkantilisme dalam bentuk
kebijakan proteksionis yang dimaksudkan untuk kemajuan industri domestik di
Amerika Serikat.23 Selain Alexander Hamilto, pendukung lainnya adalah
Friedrich List, tahun 1840 List mengembangkan sebuah teori bernama “kekuatan
produksi” yang menekankan pada kemampuan menghasilkan lebih penting dari
hasil produksi. Dengan kata lain, kesejahteraan suatu negara tidak semata-mata
tergantung pada banyaknya tumpukan kekayaan, namun pada kekuatan negara
tersebut dalam mengembangkan kekuatan produksinya.
Ringkasan Merkantilisme

Hubungan antara ekonomi & Politik:

Politik menentukan

Aktor utama/unit analisis:

Negara

Sifat hubungan ekonomi:

Konfliktual, zero-sum game

Tujuan ekonomis:

Kekuatan negara

Sumber : Robert Jackson & George Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 235

23

Ibid., hal. 233.

2.3 Pandangan Teori Liberalisme
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama24. Dalam masyarakat
modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini
dikarenakan keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan mayoritas.25
Liberalisme sendiri telah dikenal dan terapkan sejak abad ke 16, yang
kemudian terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai perkembangan
zaman pada abad ke 20 dan menjadi Neoliberalisme yang sekarang banyak di
terapkan oleh berbagai negara di dunia. Kunci utama dari Liberalisme adalah
kerjasama demi mendapatkan keuntungan bersama-sama, dalam hal ini pandangan
liberalisme mengandalkan kerjasama antar negara bukan semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan saja. Selain itu pandangan liberalisme juga percaya
bahwa hal ini dapat menghindarkan perang antar negara karena sudah saling
bergantung satu sama lainnya dalam berbagai bidang kerjasama.
Menurut Adam Smith, pemikiran mahzab ekonomi klasik merupakan dasar
sistem ekonomi kapitalis. Sementara menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan
pandangan yang mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai masalah
ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat
yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang secara wajar
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah
Adam Smith (1723-1790) mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas, oleh
Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran.
Pertama , haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik.
Kedua , perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor apa dan

kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan harga barang.
Ketiga , pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan

ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala
24
25

Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Alumni
http://www.liberal-international.org/editorial.asp?ia_id=535

kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar dimana kedudukan
manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.26
Tentunya sebuah teori memiliki kelebihan dan kekurangan, liberalisme mungkin
di lihat orang-orang sebagai teori yang kejam di mana suatu negara dapat
menguasai sistem global hanya dengan melalui perdagangan tetapi walau
demikian liberalisme tidak sekejam Komunisme. Dalam Liberalisme, jika
negara berkembang ingin maju mereka harus bisa berinovasi dan melakukan
perbaikan pemerintahan dengan baik agar bisa berkembang dan menyusul negara
maju yang sudah jauh lebih dulu start point dari negara berkembang.
Perbedaan teori liberlisme dengan teori merkantilisme adalah liberalisme
percaya bahwa perdagangan bebas dan kerjasama akan membawa keuntungan
bagi kedua belah pihak (positive sum game) dan ekonomi pasar merupakan
sumber utama kemajuan, kerjasama, dan kesejahteraan. Menurut Adam Smith,
kalaborasi antara politik dan peraturan negara tidak ekonomis, bisa menyebabkan
kemunduran dan menimbulkan sebuah konflik.27
2.4 Pandangan Teori Marxisme
Marxisme merupakan dasar dari teori komunisme modern di mana teori ini
termuat dalam sebuah buku Manifesto Komunis yang ditulis oleh Marx dan
Friedrich Engels.28 Marxisme sendiri muncul sebagai bentuk protes Marx
terhadap kaum kapitalisme yang mengumpulkan uang dengan mengekplorasi
kaum proletar secara berlebihan. Hal ini menyebabkan kondisi kaum proletar
sangat memprihatinkan. Selain harus tinggal di daerah pinggiran serta kumuh,
mereka terpaksa bekerja berjam-jam dengan upah yang sangat minimum
sementara hasil pekerjaan mereka berjam-jam tersebut hampir keseluruhannya
dinikmati oleh kaum kapitalis.

Marx memandang bahwa permasalahan

kesenjangan hidup ini terjadi karena adanya “kepemilikan pribadi” dan
penguasaan terhadap kekayaan yang didominasi oleh orang-orang kapitalis. Bila
26
27
28

https://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme
Jackson & Sorensen. Op. Cit., hal. 235.
Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 572-575.

kondisi ini terus terjadi dan dibiarkan maka kaum proletar akan memberontak dan
menuntut sebuah keadilan, inilah yang akhirnya menjadi dasar dari lahirnya teori
marxisme.29
Teori marxisme ini memiliki persamaan dengan teori merkantilisme yang
bersifat konfliktual dan zero sum game. Sementara, persamaan teori marxisme
dengan liberalisme pada sisi aktor non-negaranya. Unit analisis dan aktor utama
dalam teori ini adalah kelas-kelas yang ada dalam masyarakat dan tercapainya
kepentingan kelas sebagai tujuan ekonominya. Ekonomi menjadi faktor penentu
dalam perspektif ini. Marxisme sangat identik dengan eksploitasi kaum borjuis
terhadap kelas proletar dalam praktek kepemilikan modal, di mana pemilik modal
(kaum borjuis) akan selalu berusaha agar yang tidak memiliki modal (kaum
proletar) selalu tergantung kepada mereka. Dalam konteks sebuah negara, Andrew
Gunder Frank menyatakan negara-negara kuat atau pemilik modal akan selalu
berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan posisinya dengan cara
mengeksploitasi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan lain sebagainya
dari negara berkembang atau negara miskin agar selalu tergantung sama mereka.
2.5 Argumen dan Teori yang Tepat untuk Menganalisis Krisis Financial
Amerika Serikat
Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat menuai banyak tanggapan
dan pendapat para ahli dunia maupun lokal mengenai dampaknya terhadap
perekonomian global. Penulis memiliki pendapat bahwa apa yang terjadi di
Amerika Serikat merupakan sebagai akibat dari kelemahan perspektif liberalisme
dalam mengatur lembaga-lembaga keuangan dan pasar modal sehingga sistemnya
menjadi liberal. Karena hal ini yang mendorong dan dianggap sebagai faktor
utama penyebab krisis Amerika Serikat yang memuncak pada tahun 2008. Para
ekonom menyebut krisis finansial ini “The Globalization Crisis”. 30

29

30

P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, hal. 111-117.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/12/15/krisis-ekonomi-di-as-dan-eropa-mencarikesempatan-dalam-kesempitan-419028.html

Isu krisis finansial Amerika Serikat bila kita kaitkan dengan teori marxisme
yang unit analisisnya adalah perjuangan kelas dalam mengkategorikan negaranegara yang ada di dunia. Dalam pandangan marxisme ada negara core, negara
semi-periphery, dan negara periphery31. Amerika serikat dalam hal ini masuk

dalam kategori negara core, yang memiliki power untuk mengontrol dan
memonopoli dunia melalui kekuasaannya dalam berbagai hal. Misalnya dari segi
ekonomi, banyak negara yang mempercayakan Amerika Serikat sebagai negara
tujuan investasi. Menurut analisis penulis, penyebab krisis yang terjadi salah
satunya adalah usaha Amerika Serikat yang tetap ingin mempertahankan kelasnya
atau image sebagai negara core di mata internasional.

Sumber: Bambang Prijambodo

32

Walau sedang mengalami defisit Amerika Serikat masih bisa membantu
negara lain. Sebagai contoh, Pakistan yang mendapatkan bantuan dana sebesar 7
miliar33. Namun, bantuan ini tentu memiliki sebuah tujuan, yaitu untuk tetap
mengikat negara-negara berkembang (miskin) agar terus tergantung sama mereka
yang mana bila kita lihat kembali teori interdependensi dalam teori marxis.
31
32
33

Op. Cit.
Op. Cit.
www.Javanewsonline.com

Amerika Serikat masih dengan mudah bisa mengeksploitasi resource negaranegara berkembang (miskin).
Dalam menganalisis kasus ini, penulis menggunakan teori merkantilisme
yang dirasa cukup tepat dalam memahami krisis finansial yang terjadi di Amerika
Serikat. Dengan alasan bahwa bila kita lihat pemaparan di atas sangat jelas bahwa
munculnya krisis dan yang bisa menyelesaikannya hanyalah negara sebagai aktor
utama. Sesuai dengan teori merkantilisme bahwa negara merupakan aktor utama
yang harus bisa menyelesaikan berbagai permasalahn yang terjadi. Penulis
menyatakan bahwa negara sebagai penyebab munculnya permasalahan krisis
finansial di Amerika Serikat dikarenakan pada masa pemerintahan Presiden
Ronald Reagan pada tahun 1981 sudah meregulasikan kepada lembaga-lembaga
keuangan dan investasi. Selain itu, negara mempunyai otoritas untuk memberikan
bantuan kepada negara lain demi mempertahankan statusnya sebagai negara core
agar ketergantungan negara lain kepada Amerika Serikat terus berlanjut.
Untuk menangani krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat juga
negara memiliki bahkan memainkan peran penting. Terlihat dan tergambar jelas
dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Amerika Serikat
memproteksi perekonomian yang semakin diperketat. Bila kita lihat kembali teori
merkantilisme bahwa negara merupakan aktor utama, perdagangan internasional
memiliki sifat konfliktual, zero sum game, dan politik berada di atas negara sangat
sesuai dengan apa yang di lakukan oleh negara atau pemerintahan Amerika
Serikat dalam melindungi perekonomiannya melalui sistem negara.
Sehingga penulis mengasumsikan bahwa penyebab utama krisis Amerika
Serikat dikarenakan kebijakan politik yang tidak tepat atau salah sasaran yang
mengakibatkan terpuruknya perekonomian mereka. Bila kebijakan politik suatu
negara berjalan dengan baik, maka secara otomatis perekonomian akan berjalan
sesuai dengan tujuan dan apa yang diharapkan. Kebijakan-kebijakan yang tidak
tepat dari Presiden sebelumnya membawa pengaruh sampai periode Presiden
Amerika Serikat yang sekarang yaitu Barack Obama. Jadi, menurut penulis teori

merkantilismelah yang paling coock dan tepat dalam mengatasi krisis ini, dan
negara memiliki tanggung jawab untuk memulihkan kembali perekonomian dari
keterpurukannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerusakan ekonomi suatu negara akan dengan mudah menyebar ke negara
lain seperti efek domino. Oleh karena hal tersebut suatu negara nasional tidak lagi
dapat mengambil kebijakan tanpa mempertimbangkan lingkungan ekonomi
global. Inilah akibat munculnya interdependensi dunia dalam ekonomi dan
perdagangan, yang mendorong timbulnya perdebatan, yakni interdependensi
timbal

balik

yang setara

di

antara

kelompok-kelompok

negara

yang

mengakibatkan saling tergantung ekonomi yang berakibat semakin mendorong
proses globalisasi.
Krisis kredit sebagai akibat krisis properti (subprime mortgate) di Amerika
Serikat akhirnya meluas ke sektor manufaktur dan tenaga kerja. Market failure
dan government failure sebagai akibat secara kolektif kenaikan harga komoditi,
dan kegagalan twins problems yang mengarah pada resesi dunia. Resesi akan
berakibat penurunan aktivitas ekonomi. Kendati terjadi perlambatan bahkan
menurunnya perekonomian Amerika Serikat belum mengarah pada depresi dunia,
namun akan mempengaruhi perekonomian negara-negara di dunia secara global,
karena Amerika Serikat menguasai 20 - 30% perputaran aktivitas ekonomi dunia.
3.2 Saran
Sebuah negara nasional tidak lagi dapat mengambil kebijakan tanpa
mempertimbangkan lingkungan ekonomi global. Karena mengambil keputusan
sebuah kebijakan tanpa mempertimbangkan dampak internasionalnya akan
mengakibatkan jatuhnya ekonomi secara global. Maka dari itu para pembuat
kebijakan dalam sebuah negara ketika membuat kebijakan bukan hanya
mementingkan kepentingan nasionalnya yang ingin selalu untung namun harus
mempertimbangkan dampak globalnya.

15

DAFTAR PUSTAKA

Audi, Robert. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom:
Cambridge University Press
Bagus, Lorens. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Harvey, David. 2000. “Time-Space Compression and the Postmodern”. Dalam
David Held and Anthony McGrew (eds.) The Global Transformations
Reader: An Introduction to the Globalization Debate. Cambridge: Polity
Press
Held, David. et al. 1999. Global Transformations: Politics, Economic, and
Culture, Stanford. California: Stanford University Press
Jackson, Robert H. dan Georg Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ohmae, Kenichi. 1995. “The End of Nations State”, The 1995 Panglaykim
Memorial Lecture, Jakarta, 4 Oktober
Pals, Daniel L. 1996. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam.
Russel, Alan. 2001. “Trade, Money, and Market”, in Brian White, Richard Little,
and Michael Smith (eds.) 2001. Issues in World Politics. Second Edition.
Oxford University Press
Steans, Jill & Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional : Perpektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Alumni
Teguh Sihono. 2009. Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat Terhadap
Perekonomian Asia . Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Volume 6, Nomor 1.
Weij, P. A. van der. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Winarno, Budi. 2014. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer . Yogyakarta: Center
of Academic Publishing Service (CAPS
Online

http://ekbis.sindonews.com/read/1037306/35/utang-menumpuk-as-diramal-akanbangkrut-seperti-yunani-1440578853 diakses 27 Januari 2016
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/12/15/krisis-ekonomi-di-as-daneropa-mencari-kesempatan-dalam-kesempitan-419028.html
diakses
Januari 2016

30

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/10/30/keuangan-amerika-sekarat-dunia-tertipu/
diakses 24 Januari 2016
http://www.bappenas.go.id/files/7413/6082/9493/makro-bhs-indonesia-18februari-2011-2__20110225174212__2978__0.pdf diakses 24 Januari 2016
http://www.bappenas.go.id/files/7413/6082/9493/makro-bhs-indonesia-18februari-2011-2__20110225174212__2978__0.pdf. diakses 25 Januari 2016
http://www.liberal-international.org/editorial.asp?ia_id=535 diakses 30 Januari
2016
http://www.worldbank.org/ diakses 25 Januari 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Federal_Reserve_System diakses 27 Januari 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme diakses 30 Januari 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme diakses 27 Januari 2016
https://www.academia.edu/9324543/AsumsiNeo-Marxisme_Pada
Januari 2016
www.Javanewsonline.com diakses 30 Januari 2016

diakses

24