ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF DAN I

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF DAN
INDRA PADA MANUSIA

Laporan
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Oleh

Rivan Rinaldi
1106103010045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang
Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,

sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Adanya pengaturan saraf menyebabkan
terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem ini berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Adanya keselarasan pada kerja organ-organ tubuh, hal tersebut karena di atur
oleh sistem saraf tersebut. sistem saraf pada manusia biasanya berkaitan dengan
sistem indera dan sistem hormon (endokrin). Keseluruhan sistem tersebut akan
bekerja mengatur semua sistem organ agar tercapainya keselarasan dan keteraturan.
Pekerjaan pengaturan dimulai dari menerima rangsangan yang dilakukan oleh indera,
mengolah rangsangan yang dilakukan oleh saraf pusat dan kemudian meneruskan
untuk menanggapi rangsangan yang datang yang dilakukan oleh sistem saraf dan
indera.
Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan

tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi.
Informasi tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Ada
beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang

dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi
untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor
terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam,
yaitu indera penglihat (mata), pendengar (telinga), peraba (kulit), pengecap (lidah),
dan pembau (hidung), untuk membuktikannya perlu dilakukan praktikum dengan
judul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf dan Indera pada Manusia”.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan

sebagai berikut:
1. Bagaimana anatomi sistem saraf pada manusia?
2. Bagaimana


anatomi

indera

penglihatan

(mata),

indera

pendengaran

keseimbangan (telinga), indera peraba (kulit), indera pengecap (lidah), indera
pembau (hidung) pada manusia?
3. Bagaimana sifat-sifat beberapa refleks sederhana pada manusia?

1.3

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk:


1. Mengetahui anatomi sistem saraf pada manusia.
2. Mempelajari

anatomi

indera

penglihatan

(mata),

indera

pendengaran

keseimbangan (telinga), indera peraba (kulit), indera pengecap (lidah), indera
pembau (hidung) pada manusia.
3. Mempelajari sifat-sifat beberapa refleks sederhana pada manusia.


1.4

Manfaat Praktikum
Adanya praktikum ini bermanfaat bagi mahasiswa sebagai tambahan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai anatomi dan fisiologi sistem saraf dan indera pada
manusia.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup praktikum ini meliputi aspek anatomi dan fisiologis,

kuhusunya mengkaji tentang sistem saraf dan indera pada manusia.

1.6

Definisi Istilah

1. Anatomi

Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk tubuh (Gibson, 2003:1).
2. Fisiologi
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi tubuh (Gibson, 2003:1).
3. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang komples dan bersambung serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal, stimulus eksternal dipantau dan diatur (Sloane, 2003:154).
4. Pancaindera
Pancaindera adalah organ-organ terakhir yang dikhususkan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu. Terdapat beberapa jenis pancaindra, yaitu indera
pengecap, penglihatan, penciuman, peraba dan pendengaran (Watson, 2002:61).

BAB II
LANDASAN TEORITIS
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang komples dan bersambung serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal, stimulus eksternal dipantau dan diatur (Sloane, 2003:154). Sistem saraf
memiliki tiga fungsi yaitu menerima rangsang melalui alat indera dan meneruskan ke
sistem saraf pusat (input sensori), mengolah informasi dan memberikan respon atas
rangsang tersebut (integrasi), dan mengirimkan informasi respon kepada efektor

(output motoris). Berdasarkan kecepatan proses integrasi yang dilakukan dapat
dibedakan menjadi respon yang disadari dan refleks (Ginsberg, 2007:61).
Neuron adalah unit dasar sitem persarafan. Terdapat berjuta-juta neuron di
dalam sistem persarafan. Masing-masing mengandung sel-sel saraf dan serat-serat
saraf. Sel-sel saraf bervariasi dalam ukuran dan bentuk sesuai dengan fungsinya.
Masing-masing sel mempuyai nukleus dan sejumlah granula dan fibril dalam
sitoplasmanya. Dendrit adalah serat-serat seperti sikat yang pendek melekat pada
sebelah luar sel, melalui dendrit impuls masuk dari sel ke sel yang lain. Akson adalah
serat dimana impuls saraf ke luar sel untuk ditransmisikan ke sel yang lain (Gibson,
1995: 217).
Adanya pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantar impuls oleh saraf akan menimbulkan suatu gerakan. Gerak pada
umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa di sadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensoris di bawah ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak

kemudian hasilnya berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor (Watson, 2002:61).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat di katakan

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Unit
dasar setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini
terdiri dari alat indra, serat saraf aferen satu atau lebih sinaps yang terdapat di
susunan saraf pusat atau di ganglion simpatios saraf eferent dan efektor (Pearce,
2009:292).
Terjadinya gerak tidak tidak terlepas dari adanya reseptor. Terdapat dua
kelompok reseptor, kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan
dalam tubuh disebut interoreseptor yang terdapat diseluruh tubuh manusia dan
ekstrareseptor yang dikenal ada lima macam, yaitu indera penglihat (mata),
pendengar (telinga), peraba (kulit), pengecap (lidah), dan pembau (hidung)
(Chambell, 2004:219).

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1

Pendekatan/Jenis Praktikum
Jenis praktikum yang digunakan adalah deskriptif, yaitu mengamati kegiatan


praktikum yang dilaksanakan berhubungan dengan sistem saraf dan indera pada
manusia.

3.2

Tempat dan Waktu
Praktikum ini telah dilaksakan di laboratorium FKIP Biologi Unsyiah yang

berlangsung pada tanggal 25 November 2014.

3.3

Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah anatomi sistem saraf dan indera manusia melalui

torso atau gambar yang terkait dengan kedua sistem tersebut.

3.4

Alat dan Bahan

a. Alat
1. Manusia percobaaan
2. Palu ketok
3. Benda Kecil berbentuk silinder (sepotong tongkat)
4. Torso atau gambar sistem saraf

5. Torso atau gambar sistem panca indera

3.4

Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap objek

yang diamati yang dibantu dengan menggunakan torso. Adapun prosedur kerjanya
adalah sebagai berikut:
A. Anatomi sistem saraf dan indera
1. diperhatikan torso atau gambar sel saraf manusia dan digambarkan pada
tabel pengamatan disertai keterangan dan fungsinya.
2. Diperhatikan torso atau gambar sistem pancaindera manusia, dan
digambarkan pada tabel pengamatan disertai keterangan dan fungsinya.

B. Gerakan-gerakan refleks
1. Refleks biseps
Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku
dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji disokong lengan bawah dengan
satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu
refleks. Respons normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps.
2. Refleks patella
Refleks patella ditimbulkan dengan cara diketok tendon patella tepat di
bawah patella. Diketuk ligamentum patella sewaktu subyek sedang duduk
dengan lutut-lutut disilangkan. Diulangi selagi subyek mengepalkan tinju
atau selagi membaca.
3. refleks telapak tangan

diletakkan benda kecil berbentuk silinder (sepotong tongkat) pada telapak
tangan. Diperhatikan bahwa tangan ditutup memegang benda itu.
4. Refleks telapak kaki
Digelitikkan telapak kaki. Diperhatikan efeknya pada jari-jari kaki.
5. Refleks bersin
Diusahakan bersin kuat-kuat. Diperhatikan aksi-aksi kelopak mata,
mengangkat bahu dan lain-lain.
6. Refleks sinar cahaya atau pupil
Ditutup kedua mata untuk satu atau dua menit. Dibuka cepat-cepat dan
diperhatikan perubahan pupil
7. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif.

3.6

Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, ditampilkan dalam bentuk

gambar.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Ginsberg, L. 2007. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga.
Gibson, J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Pearce, E. C. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.