PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI doc

PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
Guru
Pembimbing

PADA MASA AWAL KEMERDEKAANMARLINA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1) WIRDA PUTRI NENGSIH
2) ARINI FITRI
3) M. HERY
4) RIZKY EKA SAPUTRA
5) ADE SAPUTRA
T.P 2012/2013
MADRASAH ALIYAH ASY-SYAFI’IYAH


A. Keadaan Politik Pada Awal Kemerdekaan Indonesia.
PPKI merupakan lembaga yang memiliki wewenang tersebut. Untuk
itu, PPKI mengadakan beberapa kali siding sebagai berikut :
1. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Agenda sidang pertama PPKI adalah pemilihan presiden dan
wakil presiden. Otto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan
presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Otto
iskandardinata mengajukan Soekarno menjadi presiden dan Moh.
Hatta sebagai wakil presiden. Rapat langsung menyetujui kedua toko
itu secara bulat.
Sidang juga berhasil melakukan pembentukan sebuah komite
Nasional untuk membantu presiden selama MPR dan DPR belum
terbentuk. Sebelum sidang di tutup presiden soekarno menyatakan
bahwa sejak tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah
memperoleh landasan hidup yang bernegara di kenal dengan UUD
1945.
Rumusan pancasila yang autentik (asli dan resmi) adalah
rumusan yang termuat dalam pembukaan UUD 1945.
Berikut hasil Keputusan Sidang Pertama PPKI.

a. Mengesahkan undang undang dasar yang sebelumnya telah
dipersiapkan oleh BPUPKI.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil presiden.
c. Sebelum di bentuk majelis Permusyarawatan Rakyat untuk
sementara waktu tugas presiden di bantu oleh komite National.

2. Sidang PPKI Tanggal 19 Agustus 1945.
Pada tanggal 19 agustus 1945, PPKI mengadakan sidang kedua.
Sidang membahas pembentukan Komite National Indonesia Pusat
(KNIP) yang berpungsi sebagai perwakilan rakyat sebelum DPR hasil
pemilihan umum terbentuk. Sebelum rapat pleno, Presiden Soekarno
menugaskan panitia kecil untuk membahas susunan kementrian.
Susunan kementriannya adalah 12 mentri yang memimpin
departemen dan 4 mentri Negara.
Presiden Siekarno juga menugasi panitia kecil untuk membahas
pembagian wilayah provinsi. Panitia kecil ini terdiri atas Otto
Iskandardinata (ketua), Ahmad subarjo, Sayuti Malik, Iwa Kusuma

Sumantri, Wiranata Kusumah, Dr. Amir, A.A. Hamidhan, Dr. Sam

Ratulangi, dan Mr. I Gusti Ketut Puja.
Hasil pembahasan panitia kecil ini memutuskan untuk membagi
wilayah Republic Indonesia menjadi delapan provinsi yang masingmasing yang dipimpin oleh gubernur.
a.

Semutra

: Teuku Mohammad Hassan

b.

Jawa Barat

: Sutarjo Kartohadikusumo

c.

Jawa Tengah : R. Panji Suroso

d.


Jawa Timur

: R.A. Suryo

e.

Sunda Kecil

: Mr. I Gusti Ketut Puja

f.

Maluku

: Mr. J. Latuharhary

g.

Sulawesi


: Dr. G.S.S.J. Ratulangi

h.

Kalimantan

: Ir. Pangeran Mohammad Noor

3. Sidang PPKI Tanggal 22 Agustus 1945
a. Pembentukan KNI
KNI terdiri atas Komiter Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
berkedudukan di jakarta dan Komite Nasional Indonesia Daerah
(KNID) di proinsi. Pembentukan KNIP secara resmi diumumkan
tanggal 25 Agustus 1945 dan dilantik pada tanggal 29 Agustus
1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta.
Sidang KNIP pertama berhasil memilih Kasman Singodimejo
sebagai ketua dengan dengan wakil ketua III Adam Malik. Oleh
karena situasi yang tidak menentu KNID gagal berbentuk.
KNIP menyelenggarakan rapat pada tanggal 16 Oktober 1945.

Ketika itu wakil presiden RI mengeluarkan maklumat no. X yang
isinya membarikan kekuasaan dan wewenang legislatif kepada
KNIP untuk ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sebelum MPR terbentuk.
b.Pembentukan PNI (Partai Nasional Indonesia)
Awalnya PNI dibentuk sebagai partai tunggal di Indonesia. Tetapi
keputusan itu ditunda sampai tanggal 31 Agustus 1945. Akan
tetapi, kemudian muncul maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang
menyatakan pembentukan Partai Nasional Indonesia ditunda
karena segala kegiatan dicurahkan untuk Komite Nasional.
c. Pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat)

Dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23
Agustus 1945. BKR dibantuk sebagai pengganti Badan Penolong
Korban Perang (BPKP). BKR terdiri dari BKR pusat dan BKR daerah.
Tugas BKR sebagai penjaga keamanan umum didaerah-daerah
dibawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta,
KNIL, dan heiho segera membentuk BKR didaerah sebagai wadah
perjuangannya.
Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional

karna pertimbangan politik. Pembentukan tentara yang bersifat
nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan
Belanda. Pertimbangan tersebut diambil karena kekuatan nasional
belum mampu menghadapi gabungan tentara sekutu di satu
pihakdan jepang di pihak lain. Para pemuda juga kurang setuju
dengan pembentukan BKR. Mereka menghendaki pembentukan
tentara nasional. Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan
maklumat perintah yang menyatakan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk
Supriyadi. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR
ternyata tidak pernah muncul. Jabatan itu pada akhirnya dipegang
oleh Kolonel Sudirman.
Untuk menindak lanjuti penataan di bidang politik,
pemerintah Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan dibawah ini.
1. Pembentukan Patai Politik
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengeluarkan keputusan
pembentukan Partai Nasional Indonesia.
Perkembangan selanjutnya sebagai upaya penataan dibidang
politik dan pemerintahan BP-KNPI mendesak wakil presidan RI untuk
mengeluarkan peraturan tentang pembentukan partai-partai politik

untuk pembinaan kahidupan yang lebih demokrasi. Akhirnya
keluarlah Maklumat Pemarintah Tanggal 3 Novvember 1945 tentang
Pembentukan Partai-Partai Politik. Dampak dari keluarnya Maklumat
itu adalah munculnya banyak partai politik di Indonesia.
Di antara lain partai-partai itu sebagai berikut.
a. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumin)
b. Partai Komunis Indonesia
c. Partai Buruh Indonesia
d. Partai Rakyat Jakarta.
e. Partai Kristen Indonesia

f. Partai Sosialis Indonesia
g. Partai Nasional Indonesia
h. Partai Rakyat Sosialis
i. Partai Katolik Indonesia
j. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia

2. Perubahan Otoritas KNIP
Pada materi sebelumnya (Bab 1) anda telah mempelajari
ditetapkannya lembaga Komite Nasional Indonesia (KNI) sebagai

pembantu presiden sampai Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terbentuk, Komite Nasional
Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNPI) sampai tingkat kawedanan yang disebut
Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Sutan Syahrir merasa
tidak puas dengan pelaksanaan system kabinet presidensial. Dia
berusaha mempengaruhi anggota KNIP lainnya untuk mengajukan
petisi kepada Soekarno-Hatta tentang tuntutan pemberian setatus
Majelis Permusyawaratan Rakyat kepada KNIP.
Pada rapat pleno KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Drs. Moh.
Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X (Eks) Tahun 1945 yang
menetapkan bahwa :
a. Komite Nasional Indonesia Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR
diserahi kekuasaan legislatif.
b. Komite Nasional Indonesia Pusat ikut menetapkan Garis-Garis
Besar Haluan Negara.
c. Menyetujui bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari sehubungan dengan
gantinya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang
dipilih antaramereka dan bertanggung jawab kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat.

Ketua BP-KNIP dipegan oleh Sutan Syahrir dan wakilnya Amir
Syarifuddin. Pada tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan
pengumuman nomor 5 tentang peralihan pertanggungjawaban
mentari-mentari dan presiden kepada BP-KNIP. KNIP diartikan
sebagai MPR dan BP-KNIP disamakan dengan DPR. Dengan demikian,
kekuasaan BP-KNIP sangat bersar karena BP-KNIP maminta
pertanggungjawaban menteri-menteri dan presiden. Kedudukan
presiden bergeser dari kepemimpinan yang nyata menjadi pemimpin
yang hanya symbol saja.
3. Perubahan Sistem Pemarintahan

Adanya perubahan otoritas BP-KNIP menyebabkan perubahan
system presidensial menjadi system parlementer. Perubahan itu
telah disetujui oleh presiden Soekarno, yaitu dengan mengeluarkan
Maklumat Pemarintah Tanggal 14 November 1945. Dengan
demikian, system cabinet presidensial telah diamademen menjadi
system cabinet parlementer. Perubahan itu tidak sesuai dengan UUD
1945 dan merupakan awal penyimpangan UUD 1945 dalam Negara
Republik Indonesia.
4. Ibu Kota Pindah ke Yogyakarta

Pada awal tahun 1946 situasi keamanan ibu kota Jakarta semakin
kacaudan memburuk. Sebagai upaya menyelamatkan Negara
Indonesia. Maka Presiden Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
memindahkan ibu kota Negara Indonesia pada tanggal 4 January
1946 dari Jakarta ke Yogyakarta. Perpindahan tersebut dilakukan
oleh kereta api yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar
Biasa).

B. Keadaan Kehidupan Ekonomi Pemerintahan Indonesia
1. Keadaan Ekonomi-Keuangan Pada Awal Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan, perekonomian Negara Indonesia memburuk.
Memburuknya keadaan ekonomi dan keuangan itu disebabkan hal-hal
sebagai berikut.
a. Mewarisi Sistem Ekonomi Jepang
Negara Republik Indonesia yang baru saja berdiri mewarisi keadaan
ekonomi yang sangat kacau dari jepang. Pemerintah militer jepang
di Indonesia menerapkan suatu kebijakan pengarahan sumber daya
ekonomi untuk mendukung pasukan jepang dalam perang pasifik.
Akibanya terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur
ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat Indonesia menjadi
merosot. Semua hal dilalukan jepang untuk mencapai kemenangan
perang pasifik.
b. Adanya Inflasi
Terjadinya inflasi disebabkan peredaran mata uang jepang yang
tidak terkendali, yaitu sekitar 4 miliar dengan perkiraan yang
beredar di jawa saja sebesar 1,6 miliar, jumlah itu mengalami
penambahan ketika pasukan sekutu berhasil menduduki beberapa
kota besar di Indonesia dan menguasai beberapa bank. Dari bankbank itu sekutu mengadarkan uang sekitar 2,3 miliar untuk
keperluan operasinya. Kelompok masyarakat yang paling menderita

akibat inflasi ini adalah petani karena petanilah yang paling banyak
menyimpan mata uang jepang.
c. Kas Negara Kosong
Penghasilan Negara Indonesia pada saat itu hanya berasal dari
produk petani. Pajak dan bea sangat berkurang sehingga
pendapatan pemerintah semakin tidak sebanding dengan
pengeluarannya. Petani menjadi tulang punggung pemerintah RI di
bidang perekonomian sehingga Negara Indonesia masih bertahan,
walaupun keadaan ekonomi sangat buruk.
d. Blokade Ekonomi oleh Belanda
Belanda memperhitungkan bahwa dengan senjata ekonomi
akan dapat merobohkan RI. Blockade laut mulai dilakukan pada
bulan November 1945, dengan jalan menutup pintu keluar masuk
pandangan RI.
Tujuan belanda melakukan blockade tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Untuk mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke
Indonesia
2) Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik belanda
dan milik asing lainnya.
3) Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang
dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia.
Adanya blockade ini menyebabkan barang-barang dagang
milik pemerintah RI tidak dapat diekspor dan hanya
dibumihanguskan. Selain itu, Indonesia juga kekurangan barangbarang impor yang sangat dibutuhkan.

2. Usaha Mengatasi Keadaan Ekonomi Keuangan pada Awal
Kemerdekaan
Kebijakan-kebijakan sebagai upaya dalam menata kahidupan ekonomi
keuangan sebagai berikut.
a. Pemberlakuan Tiga Mata Uang di Indonesia
Pada saat diproklamasikan, Negara Republik Indonesia belum
memiliki mata uang sendiri dan terjadi peredaran mata uang
jepang yang tidak terkendali, ditambah dengan pemberlakuan uang
NICA. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan

kebijakan untuk menetapkan tiga mata uang di wilayah RI, yaitu
mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintahan Hindia
Belanda, dan mata uang penduduk jepang.
Keadaan perekonomian semakin sulit ketika panglima AFNEI
yang baru, Letnan Jendral Sir Montagu Stamford
mengumumkan berlakunya uang nica di daerah-daerah yang
diduduki sekutu berarti telah melanggar persetujuan yang telah
disepakati yaitu selama belum ada penyelesaian politik mengenai
status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru. Pemerintahan RI
akhirnya juga melakukan hal yang sama, yaitu mengeluarkan uang
kertas baru yang disebut Oeang Republik Indonesia (ORI)sebagai
pengganti uang jepang.
b. Melakukan Pinjaman Nasional
Mentri keuangan Ir. Surachman atas persetujuan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) mengeluarkan seruan
untuk melakukan pinjaman nasional yang akan dibayar kembali
selambat-lambatnya 40 tahun. Rakyat merespon positif kebijakan
ini dengan mendatangi Kantor Bank Tabungan Pos dan Penggadaian
untuk meminjamkan uangnya kepada Negara.
c. Membentuk Bank Negara Indonesia
Pada tanggal 1 November 1946, perintah Indonesia membentuk
Bank Negara Indonesia. Tujuan kebijakan itu untuk melaksanakan
koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi keuangan. Bank ini
pada awalnya adalaj Yayasan Pusat Bank yang didirikan oleh
Margono Joyohadikusumo pada bulan Juli 1946. Tugas Bank
Negara Indonesia adalah mengatur nilai tukar ORI dengan valuta
asing.
d. Usaha Menembus Blokade Ekonomi
Kebijakan pemerintah Indonesia untuk menembus blockade
ekonomi belanda dilaksanakan dengan melakukan beberapa usaha.
Usaha-usaha tersebut sebagai berikut.
1) Memberikan Bantuan Beras kepada India
Bantuan beras Indonesia kepada pemerintah india bersifat
politis dari ekonomis. Ketika mendengar kabar kelaparan
melanda india, pemerintah RI segera menyatakan kesediaannya
untuk membantu pemerintah india dengan mengirimkan 500.000
ton beras Harga yang ditawarkan sangat rendah.
Sebaliknya, india menjanjikan akan mengirimkan bahan
pakaian yang sangat di butuhkan oleh rakyat Indonesia.

Keuntungan politik pemerintah RI adalah terjalinnyahubungan
dekat antara india dan Indonesia. India adalah Negara asia yang
paling aktif membantu perjuangan kemerdekaan RI. Dari segi
kemanusiaan, hal itu memang perlu dilakukan.
2) Mengadakan Hubungan Dagang Langsung dengan Luar
Negeri
Indonesia menjalin hubungan dengan perusahaan swasta
Amerika. Yaitu Isbrantsen Inc. Usaha itu dirintis oleh Banking and
Trading Corporation (BTC), suatu badan berdagang semipemerintah yang dipimpin oleh Dr. Sumitro Joyohadikusumo
dan Dr. Ong Eng Die. Amerika sirikat bersedia membeli barangbarang ekspor dari Indonesia seperti gula, karet, the, dan
sebagainya.
3) Membentuk Indonesia Office (Indof)

Indonesia Office (Indof) merupakan perwakilan resmi Indonesia di
Singapura. Lembaga ini bentuk pada tahun 1947. Tugasnya
adalah memperjuangkan kepentingan luar negeri Indonesia,
menembus blockade Belanda. Serta melakukan perdagangan
barter.
4) Membentuk Kementrian Pertahanan Usaha Luar Negeri
(KPLULN)
Kementrian pertahanan membentuk perwakilannya diluar
negeri yang disebut Kementrian Pertahanan Usaha Luar Negeri
(KPLULN). Lembaga ini dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas
pokok lembaga ini adalah membeli senjata dan perlengkapan
angkatan perang. Pelaksanaan usaha menembus blockade ini
adalah John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh dan Chris
Tampanawes.

Tahun 1946, belanda hanya berhasil menduduki pelabuhan
belalawan saja. Padahal, perairan di Sumatra sangat luas.
Dengan demikian, hasil-hasil dari Sumatra terutama karet
banyak yang berhasil diselundupkan keluar negeri, terutama ke
singapura.
5) Konsep Ketahanan Ekonomi
Sejak bulan februari 1946 pemerintah membuat konsepkonsep penanggulangan masalah ekonomi yang semakin
memburuk dengan langkah – langkah sebagai berikut.

a. Konferesi Ekonomi ( Februari 1946 )
Tujuan konferesi adalah utuk memperoleh kesepakatan yang
bulat dalam menanggulangi masalah – masalah ekonomi yang
mendesak, masalah itu adalah sebagai berikut :
1) Masalah Produksi dan Distribusi Makanan
2) Masalah sandang
3) Status dan Administrasi Perkebunan – Perkebunan
b. konferensi Ekonomi II
Pada saat itu, wakil Presiden Drs. Moh. Hatta memberikan
saran tentang rehabilitasi pabrik gula karena gula merupakan
bahan ekspor yang penting sehingga pengusahaannya harus di
kuasai oleh Negara, sarat Drs. Moh. Hatta direalisasikan pada
tanggal 21 Mai 1946 dengan di bentuknya badan penyelenggara
perusahaan gula Negara ( BPPGN ) berdasarkan peraturan no.
3/1946. Peraturan tersebut di sempurnakan melalui peraturan
pemerintah no. 4 Tahun 1946, tanggal 6 Juni 1946 mengenai
pembentukan perusahaan perkebunan Negara ( PPN ).
c. Rera 1948 (Rekonstruksi Dan Rasionalisasi Angkatan
Perang)
Rera diprakarsai oleh Moh. Hatta. Maksud program ini untuk
mengurangi beban Negara dalam bidang ekonomi, di samping
meningkatkan efisiansi. Rasionalisasi ini meliputi penyempurnaan
admistrasi Negara, angkatan perang dan aparat ekonomi.

d. Plan Kasimo
Mentri Urusan Bahan Makanan I.J. Kasimo, membuat rencana
produksi tiga tahun, 1948 – 1950. Kebijakan di bidang pertanian ini
di sebut Plan Kasimo.
Adapun langkah - langkah dalam Plan Kasimo, yaitu sbb.
1. Mengadakan program intensifikasi di jawa, yaitu penanaman
padi bibit unggul.

2. Menyediakan kebun bibit di setiap desa untuk menyediakan
bibit unggul bagi rakyat.
3. Menanami tanah – tanah yang kosong, terutama di Sumatra.
4. Pemeliharaan hewan secara baik, pencegahan
penyembelian hewan pertanian.
5. Melaksanakan Program Transmigrasi, terutama dari jawa ke
Sumatra.
e. PTE (Persatuan Tenaga Ekonomi)
PTE di pimpin oleh B.R.Motik dengan tujuan untuk menggiatkan
kembali partisipasi pengusaha swasta. PTN di bentuk dengan
harapan dapat melenyapkan indifidualisasi di kalangan
organisasi pedagang sehingga dapat memperkukuh ketahanan
ekonomi bangsa Indonesia. Namun, ternyata PTE tidak dapat
berjalan dengan baik dan hanya mampu mendirikan bank PTE di
Yogyakarta dengan modal awal Rp 5.000.000.- kegiatan PTE
semakin mundur akibat adanya agresi militer belanda.