PROSES DAN KONDISI BELAJAR GERAK
PROSES DAN KONDISI BELAJAR GERAK
semester 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menyajikan tentang proses dan kondisi belajar gerak.
Pembahasan tentang proses gerak meliputi terjadinya fase-fase
dalam belajar gerak menurut Fitts dan Posner, dan menurut
Adam. Pembahasan tentang kondisi belajar gerak meliputi kondisi
internal dan kondisi ekternal yang perlu ada agar proses belajar
bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Materi yang dibahas adalah mengenai hal-hal yang bisa
dihayati dan dilihat dalam proses belajar mengajar, oleh karena
itu akan menarik sekali dan lebih mudah dipahami apabila sambil
mempelajari modul ini anda membandingkannya dengan apa
yang pernah Anda alami atau anda lihat didalam aspek
pengajaran pendidikan jasmani.
Pengetahuan yang Anda peroleh sangat bermanfaat di dalam
Anda menunaikan tugas mengelola tugas belajar mengajar gerak
keolahragaan, karena dengan pemahaman yang baik mengenai
proses kondisi belajar gerak. Anda akan bisa merencanakan dan
melaksanakan program pengajaran dengan lebih baik. Anda akan
lebih bisa menciptakan kondisi yang diperlukan oleh pelajar agar
kemampuannya berkembang secara optimal.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda
dapatmenjelaskan mengenai proses dan kondisi belajar gerak
serta menjelaskan kemungkinan penerapannya dalam
pengelolaan proses belajar gerak keolahragaan. Apa yang
diharapkan dapat dirinci sebagai berikut:
Menjelaskan 3 fase belajar gerak menurut Fitts dan Posner.
Menjelaskan 2 fase belajar gerak menurut Adam, dan
membandingkannya dengan fase belajar menurut Fitts dan
Posner;
Menjelaskan ntentang kondisi internal dalam belajar gerak.
Menjelaskan tentang kondisi eksternal dalam belajar gerak.
Menjelaskan kemungkinan penerapan kondisi belajar gerak di
dalam pengajaran pendidikan Jasmani dan olahraga melalui
penggambaran contoh-contoh yang konkret.
BAB II
PEMBAHASAN
Bejalar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum.
Sebagian bagian dari belajar gerak mempunyai tujuan tertentu.
Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai keterampilan gerak
dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai
bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk
mencapai sasaran tertentu.
Misalnya di dalam belajar gerak keolahragaan, pelajar berusaha
menguasai keterampilan gerak yang sesuai dengan macam
cabang olahraganya, dan kemudian memanfaatkannya agar
keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain,
berlomba atau bertanding olahraga.
Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan
suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. proses belajar
gerak pada hakikatnya berbeda dengan proses'belajar yang lain
berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar afektif.
Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang-dominan
keterlibatannya di dalam proses belajarnya. Yang dominan
keterlibatahnya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan
psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif
adalah aspek pikir; sedangkan yang dominan
keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan
perasaan. Dengan kata dominan disini dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih
intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri pelajar, sementara
aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan intensitas
yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga macam
belajar yang disebutkan diatas semua aspek'fungsi yang ada
pada diri pelajar terlibat di dalam proses belajar namun
intensitasnya berbeda-beda. Di dalam belajar' gerak aspek fisik
dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding serta aspek pikir
serta aspek emosi dan perasaan.
Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan
keterlibatannya di dalam setiap macam belajar tersebut di atas,
mengakibatkan adanya perbedaan-perbedaan dalam hal apa yg
terjadi dalam diri pelajar selama proses belajar berlangsung. Apa
yang terjadi dalam diri pelajar dan apa yg harus diperbuatnya
selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi
dalam diri belajar dan apa yang harus diperbuat dalam proses
belajar kognitif atau belajar afektif. Berdasarkan
kepentingannya yang: perlu dicakup dalam modul ini, dari ketiga
macam belajar yang telah dikemukakan hanya mengenai proses
belajar gerak yang dibahas lebih lanjut.
Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam
kaitannya dengan apa yang terjadi pada diri pelajar apa yg yang
diperbuat oleh pelajar, serta tingkat penguasaan yang dicapai
pada setiap tahapan atau fase belajar. Mengenai hal ini ada
beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya
antara lain adalah paul fiits bersama michel posner, kemudian
juga Adam. Teori yang dikemukakan Fitts dan posner maupun
yang dikemukakan oleh Adam bisa menjelaskan fenomena
belajar gerak. Dengan pembahasa mereka yang agak berbeda
justru bisa digunakan semuanya dan saling melengkapi.
Fits dan Posner di dalam menjelaskan tahapan atau fase belajar
gerak menekankan pada tingkat penguasaan pelajar, sedangkan
Adam lebih menekankan pada bentuk perilaku pelajar. Walaupun
demikian dasar berpikirnya sama. Teori yang
mereka kemukakan adalah sebagai berikut :
fase belajar dan gerak Menurut Fitts dan Posner
Fitts dan posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak
keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar, yaitu :
1. fase kognitif
2. fase asosatif
3. fase otonom
Fase kognitif
kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan.
Fase awal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang
menonjol terjadi pada diri pelajar adalah pelajar menjadi tahu
tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan
geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf
mencoba-coba gerakan.
fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berpikirtentang
gerakan yang dipelajarii. Pelajar berusaha mengetahui dan
memahami gerakan dari. informasi yang diberikan kepadanya.
Informasi ini bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi
verbal adalah informasi yang penjelasan dengan menggunakan
kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Invormasi
visual adalah informasi yang dapat dilihat. lnformasi ini bisa
berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan. disini indera
pelihat aktif berfungsi.
Fase asosiatif
Fase asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai
dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah
mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian
yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap
mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanan gerakan semakin
efisien, lancar, sesuai dengankeinginannya,dan kesalahan
gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan,
pelajar perlu tahu kesalahan yang masihdiperbuatnya melalui
pemberitahuan orang lain yang diamatinya, merasakan gerakan
yang dilakukan, atau melihat gambar rekamaan pelaksanaan
gerakan. Dari ketahuannya tentang kesalahan gerakan yang
dilakukan pelajar perlu mengarahkan perhatiannya untuk
membetulkan selama mempraktekkan berulang-ulang.
Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat
diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk
meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang
leluasa untuk praktek berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan
menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur
penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. setelah
rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka pelajar
segera bisa dikatakan memasuki fase belajar yang disebut fase
otonom.
Fase otonom
Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar
gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dr
mana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara
sistematis. Fase ini dikatakan Sebagai fase otonom karena pelajar
mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh
walaupun pada saat melakukan gerakan itu pelajar harus
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini
bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah dilakuakn secara
otomatis. Contoh dari pencapaian fase otonom, misalnya pada
anak yang belajar bersepeda. Setelah mencapai fase yang
otonom/ia mampu mengendarai sepeda dan tidak jatuh
walaupaun melakukan sambil menengok ke kanan atau ke kiri
memperhatikan pemandangan di sekelilingnya. Ia lagi harus
memikirkan bagaimana gerakan mengayuh atau bagaimana
pegangan tangan agar keseimbangannya terjaga. Contoh lain
misalnya pada pemaain Bola. Voli yang sudah mahir, ia bisa
melakukan semes tanpa memikirkan bagaimana gerakan langkah
awalan,atau.bagaimana meloncat agar bisa memukul bola. Ia bisa
melakukan semes sambil memperhatikan sasaran kemana bola
harus dipukul agar tidak bisa dikembalikan oleh lawan.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulangulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan
kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun
peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar
sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi
otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk
mengubahnya perlu ketekunan.
Fase Belajar Gerak Menurut Adam
Di dalam membahas tentang fase belajar gerak
keterampilanAdam melihatnya dari perilaku yang terjadi pada diri
pelajar. Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak
keterampilan terjadi dalam 2 fase yaitu:
1. Fase gerak verbal
2. fase gerak
apa yang dimaksud dengan kedua fase belajar tersebut adalah
sebagai berikut.
Fase gerak verbal
Fase gerak verbal adalah fase belajar gerak di mana
gerakanyang dipelajari masih berada pada pikiran pelajar. Pelajar
membayangkan dalam pikirannya mengenai gerakan
keterampilan yang dipelajari. Memikirkan gerakan berarti
merangkai gerakan dalam bentuk kata-kata. Misalnya di dalam
mempelajari gerakan mengguling ke depan senam lantai; pelajar
membayangi berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Gerakannya
diawali dengan membungkukkan badan, kemudian kedua telapak
tangan menumpu pada matras dengan jarak selebar bahu, dan
seterusnya.dengan menggunakan rangkaian kata-kata itulah
sebenarnya proses berpikir tentang gerakan bisa dilakukan.
Gerakan yang dipikirkan itu kemudian diwujudkan dalam gerakan
tubuh secara nyata. Pelajar berusaha melakukan gerakan sesuai
dengan yang dipikirkannya. Aktivitas gerak tubuh masih
dipengaruhi oleh aktivitas berpikir. Pada vase ini pada saat
berusaha menguasai gerakan, pikirannya masih tertuju pada
memikirkan gerakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannyadengan benar. Gerakannya belum bisa dilakukan
dengan benar dan lancar, karena itu pelajar masih harus berpikir
mengenai gerakannya itu sendiri. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa pada fase gerak verbal antara aktivitas
melakukan gerakan dengan aktivitas berpikir tentang gerakan
yang harus dilakukan berlangsung bersama-sama.
Fase gerak
Fase gerak merupakan kelanjutan dari fase gerak-verbal. Pada
fase gerak ini karena penguasaan geraknya sudah baik, maka
pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi
gerakan yang sedang dilakukan. Di sini seolah-olah antara
aktivitas gerak tubuh dengan aktivitas berpikir bisa dipisahkan.
Aktivitas berpkir mengenai gerakan hanya sampai pada
kesadaran pemberian komando gerak, untuk selanjutnya
geraknya bisa dilakukan secara otomatis tanpa harus memikirkan
gerakannya itu sendiri. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa
perilaku gerak tubuh independen atau tidak dipengaruhi oleh
aktivitas berpikir pada saat melakukan gerakan.
Fase gerak ini apabila dibandingkan dengan fase-fase belajar
menurut fitts and posner adalah berada pada fase otonom.
pembagian fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Adam
tampaknya lebih realistis untuk menjelaskan fenomena proses
belajar gerak. Di dalam belajar gerak, aktivitas berpikir yang
dilakukan adalah berpikir tentang gerakan yang dipelajari, untuk
kemudian dilakukannya dalam bentuk gerakan nyata. Jadi
aktivitas berpikir yang dilakukan oleh pelajar tidak terpisah dalam
satu fase tersendiri seperti halnya yang dikemukakan oleh
Fittsdan Posner. Namun bagairanapun baik teori yang
dikemukakan oleh Fitts dan Posner maupun yang dikemukakan
oleh Adam, keduanya tetap berguna untuk menjelaskan
fenomena proses belajar gerak.
Kondisi Belajar Gerak
Kondisi belajar merupakan suatu istilah yang digunakan dalam,
dunia pendidikan, yang mempunyai pengertian tertentu.
Kata kondisi bisa berarti keadaan atau syarat.Sedangkan belajar
bisa berarti terjadinya perubahan pembawaan atau kemampuan
setelah terjadi proses edukatif. Dari arti kedua kata tersebut
dapat untuk menjelaskan pengertian kondisi belajar.
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang diperlukan agar
proses belajar bisa berlangsung sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Keadaan yang diperlukan agar proses belajar
terjadi mencakup keadaan yang ada pada diri pelajar dan
perlakuan yang dikenakan kepada pelajar.
Kondisi belajar sangat menentukan pencapaian hasil belajar.
Kondisi belajar yang sesuai dengan keperluannya, bisa
memberikan kemungkinan pencapaian hasil belajar yang baik.
Sebaliknya kondisi belajar yang tidak sesuai dengan keperluan
bisa mengakibatkan pencapaian hasil belajar, yang tidak baik.
Karena kondisi belajar berpengaruh terhadap kualitas pencapaian
hasil belajar, maka kondisi belajar harus disiapkan sebaik-baiknya
dalam proses belajar-mengajar.
kondisi belajar harus disesuaikan dengan jenis belajar yang
ditangani dalam proses belajar-mengajar. Kondisi belajar yang
sesuai untuk belajar kognitif, belajar afektif, dan belajar
gerakadalah berbeda-beda. Masing-masing jenis belajar tersebut
perlu penanganan yang berbeda-beda dalam proses belajarmengajar.
Kondisi Internal dalam Belajar Gerak
Kondisi internal adalah keadaan yang seharusnya ada pada diri
si pelajar. Kondisi internal dalam belajar gerak meliputi 2 macam,
yaitu:
1.Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan
2. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan.
Kedua macam kondisi internal tersebut bisa dijelaskan sebagai
berikut:
Mengingat bagian gerakan
untuk mempelajari gerakan keterampilan baru, hanya
dimungkinkan apabila pelajar memiliki modal berupa kemampuan
melakukan gerakan-gerakan yang merupakan dasar terbentuknya
gerakan yang baru. Misalnya agar pelajar dimungkinkan
mempelajari keterampilan gerak menggiring bola, harus terlebih
dahulu mampu berjalan atau berlari. Gerakan berjalan atau
berlari tersebut harus dapat diingat dan dilakukan pada saat dia
mempelajari gerakan menggiring; karena tanpa berjalan atau
berlari tidak mungkin bisa menggiring bola. Kemudian mengenai
gerakan menggiring bola juga harus diingat bagian-bagian
geraknya. Pelajar harus mengingat penjelasan dan contoh
gerakan yang diberikan kepadanya. Tanpa mengingat bagaimana
gerakan kaki saat melangkah dan saat menyentuh bola
menggunakan bagian kaki tertentu, pelajar tidak akan melakukan
gerakan menggiring bola tersebut. Contoh lainnya adalah dalam
belajar bermain tenis. Agar pelajar bisa bermain tenis dengan
baik, maka ia harus bisa mengingat bagaimana melakukan
pukulan servis, bagaimana melakukan pukulan apabila bola
berada disebelah kiri dari arah tubuhnya. Tanpa bisa mengingat
bagian-bagian gerakan keterampilan tersebut, ia tidak akan bisa
bermain tennis.
Mengingat urutan rangkaian gerakan
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan rangkaian
dari gerakan-gerakan. Apabila pelajar tidak bisa mengingat
urutan rangkaian dari gerakan-gerakan, maka ia tidak akan
mampu melakukan gerakan keterampilan dengan baik.
Contohnya masih mengenai belajar bermain tenis. Agar ia bisa
bermain dengan baik, ia harus ingat bagaimana urutan gerakan
servis, urutan gerakan mengejar bola kemudian memukulnya dan
sebagainya. Sebelum melakukan pukulan servis, pelajar harus
ingat bahwa terlebih dahulu harus berdiri di luar garis belakang
sambil memegang raket dan boal. Bola dilambungkan terlebih
dahulu, kemudian dipukul sebelum bola jatuh kembali dilapangan.
Selain itu juga harus ingat mengenai apa yang harus dilakukan
selanjutnya.
Kondisi eksternal dalam Belajar Gerak
Kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar
diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar
proses belajar bisa terjadi.
Kondisi eksternal meliputi 4 macam, yaitu:
Sajian instruksi verbal.
Sajian instruksi visual.
Kegiatan praktek
Penyampaian umpan balik.
Sajian instruksi verbal
Instruksi verbal bisa diterjemahkan menjadi pengajaran
menggunakan kata-kata. Instruksi verbal dalam belajar gerak
adalah berupa penjelasan mengenai gerakan yang dipelajari. Di
sini pelajar memperoleh penjelasan mengenai apa yang harus
dilakukan dan bagaimana sebaiknyai melakukannya.
Penjelasan sebaiknya diberikan secara singkat, jelas, dan
menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Penyampaian
instruksi verbal ini hendaknya tidak terlalu lama dan tidak
berbelit-belit, karena justru bisa membingungkan pelajar dan bisa
membosankan. Akibatnya akan menghambat pencapaian hasil
belajar.
Sajian instruksi visual
Instruksi visual adalah pengajaran di mana materi pelajaran
disajikan dalam bentuk sesuatu yang bisa dilihat. Di dalam belajar
gerak instruksi visual diberikandalam bentuk sajian model
gerakan atau contoh gerakan.
Sajian model gerakan bisa diberikan dalam bentuk peragaan
gerakan oleh seseorang atau dalam bentuk gambar bentuk
gerakan. Peragaan gerakan oleh seseorang, yang mungkin
dilakukan oleh guru atau orang lain. yang bisa melakukan, bisa
disebut model hidup. Sedangkan yang berupa gambar
disebutmodel gambar.
Model gambar bisa berupa gambar diam atau berupa gambar
bergerak. Gambar diam bisa diambil dari buku-buku atau lembar
peraga yang memang dibuat untuk tujuan tersebut. Sedangkan
gambar berupa rekaman gambar gerakan-gerakan yang
dipelajari. Rekaman tersebut bisa berbentuk rekaman video kaset
atau rekaman film.
Untuk sajian model gerakan, penggunaan model gambar
bergerak lebih baik dibanding penggunaan model gambar diam.
Gambar diam hanya bisa menyajikan bentuk-bentuk gerakan
pada tahap tahap tertentu, sedangkan gambar gerak bisa
memberikan gambaran keseluruhan gerakan secara utuh serta
bagaimana rangkaian gerakan dilakukan. Namun untuk
mengggunakan model gambar bergerak dalam kegiatan mengajar
sehari-hari masih cukup banyak hendaknya,yaitu dari segi
fasilitas. Untuk menggunakan model gambar bergerak diperlukan
alat-alat yang cukup mahal harganya, dan kadang-kadang sulit
pengadaannya.
Kegiatan praktek
Salah satu kondisi eksternal dalam belajar gerak yang
berbentuk melakukan-melakukan gerakan dipelajari. Gerakan
yang dipelajari dilakukan berulang-ulang. Dengan dilakukan
berulang-ulang pengguasaan gerakan keterampilan bisa
meningkat.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam
pengaturan kondisi praktek yang antara lain sebagai berikut:
Prinsip pengaturan giliran praktek.
Mempraktekkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara
terus menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed
conditions. Dengan cara ini pelajar melakukan gerakan berulangulang terus menerus selama'waktu latihan, tanpaada pengaturan
kapan harus melakukan gerakan dan kapan
harus beristirahat. Pokoknya pelajar terus melakukan gerakan
sampai lelah, kemudian latihan diakhiri.
Cara yang kedua adalah mempraktekkan gerakan dengan
diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat.
Cara ini disebut distributed conditions. Dengan cara ini ada
pengaturan giliran melakukan gerakan beberapa kali, kemudian
diseling istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi.
Prinsip beban belajar meningkat
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan
dari gerakan-gerakan menjadi unsurnya. Selain itu bahwa
penguasaan gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap
dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa, menjadi bisa, dan
kemudian menjadi terampil melakukan suatu gerakan. Dengan
kenyataan-kenyataan seperti itu hendaknya pengaturan materi
belâjar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih
sukar, atau yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Prinsip kondisi belajar bervariasi
Mempraktekkan gerakan merupakan kondisi belajar yang
paling berat di dalam belajar gerak. Pelajar mengerahkan
tenaganya untuk melakukan gerakan berulang kali. Ia harus
memerangi rasa lelah, dan kadang-kadang harus memerangi rasa
bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak
begitu dirasakan, serta tidak cepat terjadi kebosanan pada diri
pelajar, penciptaan kondisi praktek yang bervariasi sangat
diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru untuk menciptakan
variasi.
Pemberian motivasi dan dorongan semangat
seseorang yang berbuat sesuatu dipengaruhi oleh keadaan
psikologisnya. Di dalam mempraktekka gerakan agar melakukan
sungguh-sungguh, pelajar perlu mempunyai motivasi yang kuat
untuk menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk
berusaha.
Motivasi untuk menguasai gerakan bisa timbul antara lain
apabila pelajar berminat terhadap gerakan. Sedangkan minat bisa
timbul apabila pelajar merasa bahwa gerakayang dipelajari
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya atau paling tidak bisa
memberikan kegembiraan atau kesenangan.
Mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau
ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan
suasanakompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana
kinpetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya
untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Cara yang
lain untuk memberikan dorongan semangat adalah memberikan
instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat
yang membangkitkan keoptimisan pada diri pelajar bahwa ia akan
mampu mencapai keberhasilan melakukan gerakan melalui
mempraktekkannya berulang-ulang. Pujian perlu diberikan
apabila pelajar berhasil dengan baik mempraktekkan gerakan,
dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada pelajar yang
belum berhasil dengan baik.
Penyampaian umpan balik
Umpan balik adalah masukan yang diterima oleh pelajar
sehubungan dengan apa yang telah dikerjakan. Dari umpanbalik
pelajar menjadi tahu apakah yang telah dilakukan adalah benar
atau pelajar menjadi tahu benar atau salah berdasarkan informasi
yang tersampaikan melalui umpan balik.
Informasi yang tersimpan melalui umpan balik bisa berasal dari
2 macam sumber, yaitu sumber dari dalam diri pelajarsendiri dan
bersumber dari luar diri pelajar. Umpan balik yang berasal dari
dalam diri pelajar sendiri disebut umpan balik
internal atau umpan balik, intrinsik; sedangkan umpan balik
yang berasal dari luar diri pelajar disebut umpan balik
eksternal atau umpan balik ekstrinsik.
A. Umpan balik internal.
Umpan balik internal berasal dari apa yang dirasakan selama
melakt kan gerakan. Yang paling berperan dalamumpan balik
internal adalah indera kinestetik. Umpan balik yang berasal dari
indera kinestetik, disebut umpan balik kinestetik. Indera
kinestetik berada pada otot, persendian dan tendon. Indera
kinestetik bisa disebut juga indera penggerak. Dari apa yang
dirasakan selama melakukangerakan, pelaku bisa menandai
gerakannya benar atau salah. gerakan yang dilakukan dengan
benar, biasanya tidak ada pemaksaan-pemaksaan kerja otot pada
bagian tubuh tertentu yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
mendukung gerakan; sehingga gerakan terasa enak dan lancar.
Sebaliknya gerakan yang salah biasanya terasa tidak enak dan
tidak lancar. Dari rasa gerakan yang dilakukan, pelajar bisa
berusaha untuk membenarkan gerakannya.
B. Umpan balik eksternal
.
Umpan balik eksternal berasal dari luar diri pelajar. Proses
penerimaan umpan balik eksternal bisa menggunakan indera
pelihat atau indera pendengar. Umpan balik yang diterima melalui
penglihatan atau disebut umpan balik visual, sedang yang
diterima melalui pendengaran disebut umpan balik auditor.
Umpan balik visual diterima dari perbuatan yang dilakukan
yang dapat dilihat. Misalnya pada seseorang yang bermain tenis.
Pada saat memukul bola ia bisa menerima umpan balik tentang
pukulannya benar atau salah dengan cura melihat posisi raket
yang diayun dan arah serta jatuhnya bola. Apabila ternyata arah
dan jatuhnya bola sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia
memperoleh umpan balik bahwa posisi raket pada saat memukul
sudah benar. Sebaliknya apabila ternyata arah dan jatuhnya bola
tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia memperoleh
umpan balik bahwa posisi raket pada saat memukul tidak benar.
Oleh karena itu pada pukulan berikutnya posisi raket perlu
diubah.
Didalam penyampaian umpan balik, agar manfaatnya bisa
diperoleh sebesar-besarnya oleh pelajar, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru yaitu antara lain:
1. macam gerakan yang dipelajari
2. bentuk umpan balik yang perlu diberikan
3. lamanyawaktu penyampaian
4. siapa yang memerlukan
5. ketepatan saat penyampaian
6. karakteristik pribadi setiap pelajar
7. tingkat Cecerdasan setiap pelajar
8. tingkat keterampilan setiap pelajar.
Kapan sebaiknya umpan balik diberikan, dipertimbangkan
berdasarkan keadaan si pelajar. perlu diperhatikan apakah pelajar
memerlukan dan siap untuk menerimanya. pelajar memerlukan
umpan balik apabila berulangkali melakukan kesalahan yang
sama. sedangkan pelajar yang dianggap siap menerima umpan
balik apabila tampak memiliki minat atau kemampuan
memperbaiki kemampuannya, dan merasa memerlukan umpan
balik. Apabila pelajar tidak ingin meningkatkan kemampuannya
dan merasa tidak perlu diberi umpan balik, maka pemberian
umpan balik justru bisa menimbulkan konflik antara guru dengan
pelajar yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini tidak tepat
saatnya memberikan umpan balik.
Karakteristik pribadi pelajar yang diberi umpan balik perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan cara dan gaya
penyampaian, serta situasi yang tepat untuk menyampaikannya,
Ada pelajar yang perasaannya halus, mudah tersinggung; tetapi
juga ada pelajar yang kasar dan tidak mudah tersinggung.
Perlakuan dalam pemberian umpan balik hendaknya berbeda
untuk setiap kecenderungan karakteristik pribadi
tersebut. Kepada pelajar yang berperasann halus dan mudah
tersinggung, pemberian umpan balik dalam suasana antar pribadi
atau bersifat privacy akan lebih menolong baginya untuk
berkembang lebih baik. Sedangkan bagi pelajar yang perangainya
kasar dan tidak mudah tersinggung, suasana seperti itu kurang
begitu diperlukan.
Diposting oleh sulaeman sul di 20.46
Kirimkan Ini lewat Email
semester 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menyajikan tentang proses dan kondisi belajar gerak.
Pembahasan tentang proses gerak meliputi terjadinya fase-fase
dalam belajar gerak menurut Fitts dan Posner, dan menurut
Adam. Pembahasan tentang kondisi belajar gerak meliputi kondisi
internal dan kondisi ekternal yang perlu ada agar proses belajar
bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Materi yang dibahas adalah mengenai hal-hal yang bisa
dihayati dan dilihat dalam proses belajar mengajar, oleh karena
itu akan menarik sekali dan lebih mudah dipahami apabila sambil
mempelajari modul ini anda membandingkannya dengan apa
yang pernah Anda alami atau anda lihat didalam aspek
pengajaran pendidikan jasmani.
Pengetahuan yang Anda peroleh sangat bermanfaat di dalam
Anda menunaikan tugas mengelola tugas belajar mengajar gerak
keolahragaan, karena dengan pemahaman yang baik mengenai
proses kondisi belajar gerak. Anda akan bisa merencanakan dan
melaksanakan program pengajaran dengan lebih baik. Anda akan
lebih bisa menciptakan kondisi yang diperlukan oleh pelajar agar
kemampuannya berkembang secara optimal.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda
dapatmenjelaskan mengenai proses dan kondisi belajar gerak
serta menjelaskan kemungkinan penerapannya dalam
pengelolaan proses belajar gerak keolahragaan. Apa yang
diharapkan dapat dirinci sebagai berikut:
Menjelaskan 3 fase belajar gerak menurut Fitts dan Posner.
Menjelaskan 2 fase belajar gerak menurut Adam, dan
membandingkannya dengan fase belajar menurut Fitts dan
Posner;
Menjelaskan ntentang kondisi internal dalam belajar gerak.
Menjelaskan tentang kondisi eksternal dalam belajar gerak.
Menjelaskan kemungkinan penerapan kondisi belajar gerak di
dalam pengajaran pendidikan Jasmani dan olahraga melalui
penggambaran contoh-contoh yang konkret.
BAB II
PEMBAHASAN
Bejalar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum.
Sebagian bagian dari belajar gerak mempunyai tujuan tertentu.
Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai keterampilan gerak
dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai
bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk
mencapai sasaran tertentu.
Misalnya di dalam belajar gerak keolahragaan, pelajar berusaha
menguasai keterampilan gerak yang sesuai dengan macam
cabang olahraganya, dan kemudian memanfaatkannya agar
keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain,
berlomba atau bertanding olahraga.
Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan
suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. proses belajar
gerak pada hakikatnya berbeda dengan proses'belajar yang lain
berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar afektif.
Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang-dominan
keterlibatannya di dalam proses belajarnya. Yang dominan
keterlibatahnya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan
psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif
adalah aspek pikir; sedangkan yang dominan
keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan
perasaan. Dengan kata dominan disini dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih
intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri pelajar, sementara
aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan intensitas
yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga macam
belajar yang disebutkan diatas semua aspek'fungsi yang ada
pada diri pelajar terlibat di dalam proses belajar namun
intensitasnya berbeda-beda. Di dalam belajar' gerak aspek fisik
dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding serta aspek pikir
serta aspek emosi dan perasaan.
Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan
keterlibatannya di dalam setiap macam belajar tersebut di atas,
mengakibatkan adanya perbedaan-perbedaan dalam hal apa yg
terjadi dalam diri pelajar selama proses belajar berlangsung. Apa
yang terjadi dalam diri pelajar dan apa yg harus diperbuatnya
selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi
dalam diri belajar dan apa yang harus diperbuat dalam proses
belajar kognitif atau belajar afektif. Berdasarkan
kepentingannya yang: perlu dicakup dalam modul ini, dari ketiga
macam belajar yang telah dikemukakan hanya mengenai proses
belajar gerak yang dibahas lebih lanjut.
Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam
kaitannya dengan apa yang terjadi pada diri pelajar apa yg yang
diperbuat oleh pelajar, serta tingkat penguasaan yang dicapai
pada setiap tahapan atau fase belajar. Mengenai hal ini ada
beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya
antara lain adalah paul fiits bersama michel posner, kemudian
juga Adam. Teori yang dikemukakan Fitts dan posner maupun
yang dikemukakan oleh Adam bisa menjelaskan fenomena
belajar gerak. Dengan pembahasa mereka yang agak berbeda
justru bisa digunakan semuanya dan saling melengkapi.
Fits dan Posner di dalam menjelaskan tahapan atau fase belajar
gerak menekankan pada tingkat penguasaan pelajar, sedangkan
Adam lebih menekankan pada bentuk perilaku pelajar. Walaupun
demikian dasar berpikirnya sama. Teori yang
mereka kemukakan adalah sebagai berikut :
fase belajar dan gerak Menurut Fitts dan Posner
Fitts dan posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak
keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar, yaitu :
1. fase kognitif
2. fase asosatif
3. fase otonom
Fase kognitif
kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan.
Fase awal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang
menonjol terjadi pada diri pelajar adalah pelajar menjadi tahu
tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan
geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf
mencoba-coba gerakan.
fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berpikirtentang
gerakan yang dipelajarii. Pelajar berusaha mengetahui dan
memahami gerakan dari. informasi yang diberikan kepadanya.
Informasi ini bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi
verbal adalah informasi yang penjelasan dengan menggunakan
kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Invormasi
visual adalah informasi yang dapat dilihat. lnformasi ini bisa
berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan. disini indera
pelihat aktif berfungsi.
Fase asosiatif
Fase asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai
dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah
mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian
yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap
mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanan gerakan semakin
efisien, lancar, sesuai dengankeinginannya,dan kesalahan
gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan,
pelajar perlu tahu kesalahan yang masihdiperbuatnya melalui
pemberitahuan orang lain yang diamatinya, merasakan gerakan
yang dilakukan, atau melihat gambar rekamaan pelaksanaan
gerakan. Dari ketahuannya tentang kesalahan gerakan yang
dilakukan pelajar perlu mengarahkan perhatiannya untuk
membetulkan selama mempraktekkan berulang-ulang.
Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat
diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk
meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang
leluasa untuk praktek berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan
menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur
penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. setelah
rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka pelajar
segera bisa dikatakan memasuki fase belajar yang disebut fase
otonom.
Fase otonom
Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar
gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dr
mana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara
sistematis. Fase ini dikatakan Sebagai fase otonom karena pelajar
mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh
walaupun pada saat melakukan gerakan itu pelajar harus
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini
bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah dilakuakn secara
otomatis. Contoh dari pencapaian fase otonom, misalnya pada
anak yang belajar bersepeda. Setelah mencapai fase yang
otonom/ia mampu mengendarai sepeda dan tidak jatuh
walaupaun melakukan sambil menengok ke kanan atau ke kiri
memperhatikan pemandangan di sekelilingnya. Ia lagi harus
memikirkan bagaimana gerakan mengayuh atau bagaimana
pegangan tangan agar keseimbangannya terjaga. Contoh lain
misalnya pada pemaain Bola. Voli yang sudah mahir, ia bisa
melakukan semes tanpa memikirkan bagaimana gerakan langkah
awalan,atau.bagaimana meloncat agar bisa memukul bola. Ia bisa
melakukan semes sambil memperhatikan sasaran kemana bola
harus dipukul agar tidak bisa dikembalikan oleh lawan.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulangulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan
kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun
peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar
sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi
otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk
mengubahnya perlu ketekunan.
Fase Belajar Gerak Menurut Adam
Di dalam membahas tentang fase belajar gerak
keterampilanAdam melihatnya dari perilaku yang terjadi pada diri
pelajar. Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak
keterampilan terjadi dalam 2 fase yaitu:
1. Fase gerak verbal
2. fase gerak
apa yang dimaksud dengan kedua fase belajar tersebut adalah
sebagai berikut.
Fase gerak verbal
Fase gerak verbal adalah fase belajar gerak di mana
gerakanyang dipelajari masih berada pada pikiran pelajar. Pelajar
membayangkan dalam pikirannya mengenai gerakan
keterampilan yang dipelajari. Memikirkan gerakan berarti
merangkai gerakan dalam bentuk kata-kata. Misalnya di dalam
mempelajari gerakan mengguling ke depan senam lantai; pelajar
membayangi berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Gerakannya
diawali dengan membungkukkan badan, kemudian kedua telapak
tangan menumpu pada matras dengan jarak selebar bahu, dan
seterusnya.dengan menggunakan rangkaian kata-kata itulah
sebenarnya proses berpikir tentang gerakan bisa dilakukan.
Gerakan yang dipikirkan itu kemudian diwujudkan dalam gerakan
tubuh secara nyata. Pelajar berusaha melakukan gerakan sesuai
dengan yang dipikirkannya. Aktivitas gerak tubuh masih
dipengaruhi oleh aktivitas berpikir. Pada vase ini pada saat
berusaha menguasai gerakan, pikirannya masih tertuju pada
memikirkan gerakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannyadengan benar. Gerakannya belum bisa dilakukan
dengan benar dan lancar, karena itu pelajar masih harus berpikir
mengenai gerakannya itu sendiri. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa pada fase gerak verbal antara aktivitas
melakukan gerakan dengan aktivitas berpikir tentang gerakan
yang harus dilakukan berlangsung bersama-sama.
Fase gerak
Fase gerak merupakan kelanjutan dari fase gerak-verbal. Pada
fase gerak ini karena penguasaan geraknya sudah baik, maka
pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi
gerakan yang sedang dilakukan. Di sini seolah-olah antara
aktivitas gerak tubuh dengan aktivitas berpikir bisa dipisahkan.
Aktivitas berpkir mengenai gerakan hanya sampai pada
kesadaran pemberian komando gerak, untuk selanjutnya
geraknya bisa dilakukan secara otomatis tanpa harus memikirkan
gerakannya itu sendiri. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa
perilaku gerak tubuh independen atau tidak dipengaruhi oleh
aktivitas berpikir pada saat melakukan gerakan.
Fase gerak ini apabila dibandingkan dengan fase-fase belajar
menurut fitts and posner adalah berada pada fase otonom.
pembagian fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Adam
tampaknya lebih realistis untuk menjelaskan fenomena proses
belajar gerak. Di dalam belajar gerak, aktivitas berpikir yang
dilakukan adalah berpikir tentang gerakan yang dipelajari, untuk
kemudian dilakukannya dalam bentuk gerakan nyata. Jadi
aktivitas berpikir yang dilakukan oleh pelajar tidak terpisah dalam
satu fase tersendiri seperti halnya yang dikemukakan oleh
Fittsdan Posner. Namun bagairanapun baik teori yang
dikemukakan oleh Fitts dan Posner maupun yang dikemukakan
oleh Adam, keduanya tetap berguna untuk menjelaskan
fenomena proses belajar gerak.
Kondisi Belajar Gerak
Kondisi belajar merupakan suatu istilah yang digunakan dalam,
dunia pendidikan, yang mempunyai pengertian tertentu.
Kata kondisi bisa berarti keadaan atau syarat.Sedangkan belajar
bisa berarti terjadinya perubahan pembawaan atau kemampuan
setelah terjadi proses edukatif. Dari arti kedua kata tersebut
dapat untuk menjelaskan pengertian kondisi belajar.
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang diperlukan agar
proses belajar bisa berlangsung sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Keadaan yang diperlukan agar proses belajar
terjadi mencakup keadaan yang ada pada diri pelajar dan
perlakuan yang dikenakan kepada pelajar.
Kondisi belajar sangat menentukan pencapaian hasil belajar.
Kondisi belajar yang sesuai dengan keperluannya, bisa
memberikan kemungkinan pencapaian hasil belajar yang baik.
Sebaliknya kondisi belajar yang tidak sesuai dengan keperluan
bisa mengakibatkan pencapaian hasil belajar, yang tidak baik.
Karena kondisi belajar berpengaruh terhadap kualitas pencapaian
hasil belajar, maka kondisi belajar harus disiapkan sebaik-baiknya
dalam proses belajar-mengajar.
kondisi belajar harus disesuaikan dengan jenis belajar yang
ditangani dalam proses belajar-mengajar. Kondisi belajar yang
sesuai untuk belajar kognitif, belajar afektif, dan belajar
gerakadalah berbeda-beda. Masing-masing jenis belajar tersebut
perlu penanganan yang berbeda-beda dalam proses belajarmengajar.
Kondisi Internal dalam Belajar Gerak
Kondisi internal adalah keadaan yang seharusnya ada pada diri
si pelajar. Kondisi internal dalam belajar gerak meliputi 2 macam,
yaitu:
1.Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan
2. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan.
Kedua macam kondisi internal tersebut bisa dijelaskan sebagai
berikut:
Mengingat bagian gerakan
untuk mempelajari gerakan keterampilan baru, hanya
dimungkinkan apabila pelajar memiliki modal berupa kemampuan
melakukan gerakan-gerakan yang merupakan dasar terbentuknya
gerakan yang baru. Misalnya agar pelajar dimungkinkan
mempelajari keterampilan gerak menggiring bola, harus terlebih
dahulu mampu berjalan atau berlari. Gerakan berjalan atau
berlari tersebut harus dapat diingat dan dilakukan pada saat dia
mempelajari gerakan menggiring; karena tanpa berjalan atau
berlari tidak mungkin bisa menggiring bola. Kemudian mengenai
gerakan menggiring bola juga harus diingat bagian-bagian
geraknya. Pelajar harus mengingat penjelasan dan contoh
gerakan yang diberikan kepadanya. Tanpa mengingat bagaimana
gerakan kaki saat melangkah dan saat menyentuh bola
menggunakan bagian kaki tertentu, pelajar tidak akan melakukan
gerakan menggiring bola tersebut. Contoh lainnya adalah dalam
belajar bermain tenis. Agar pelajar bisa bermain tenis dengan
baik, maka ia harus bisa mengingat bagaimana melakukan
pukulan servis, bagaimana melakukan pukulan apabila bola
berada disebelah kiri dari arah tubuhnya. Tanpa bisa mengingat
bagian-bagian gerakan keterampilan tersebut, ia tidak akan bisa
bermain tennis.
Mengingat urutan rangkaian gerakan
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan rangkaian
dari gerakan-gerakan. Apabila pelajar tidak bisa mengingat
urutan rangkaian dari gerakan-gerakan, maka ia tidak akan
mampu melakukan gerakan keterampilan dengan baik.
Contohnya masih mengenai belajar bermain tenis. Agar ia bisa
bermain dengan baik, ia harus ingat bagaimana urutan gerakan
servis, urutan gerakan mengejar bola kemudian memukulnya dan
sebagainya. Sebelum melakukan pukulan servis, pelajar harus
ingat bahwa terlebih dahulu harus berdiri di luar garis belakang
sambil memegang raket dan boal. Bola dilambungkan terlebih
dahulu, kemudian dipukul sebelum bola jatuh kembali dilapangan.
Selain itu juga harus ingat mengenai apa yang harus dilakukan
selanjutnya.
Kondisi eksternal dalam Belajar Gerak
Kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar
diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar
proses belajar bisa terjadi.
Kondisi eksternal meliputi 4 macam, yaitu:
Sajian instruksi verbal.
Sajian instruksi visual.
Kegiatan praktek
Penyampaian umpan balik.
Sajian instruksi verbal
Instruksi verbal bisa diterjemahkan menjadi pengajaran
menggunakan kata-kata. Instruksi verbal dalam belajar gerak
adalah berupa penjelasan mengenai gerakan yang dipelajari. Di
sini pelajar memperoleh penjelasan mengenai apa yang harus
dilakukan dan bagaimana sebaiknyai melakukannya.
Penjelasan sebaiknya diberikan secara singkat, jelas, dan
menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Penyampaian
instruksi verbal ini hendaknya tidak terlalu lama dan tidak
berbelit-belit, karena justru bisa membingungkan pelajar dan bisa
membosankan. Akibatnya akan menghambat pencapaian hasil
belajar.
Sajian instruksi visual
Instruksi visual adalah pengajaran di mana materi pelajaran
disajikan dalam bentuk sesuatu yang bisa dilihat. Di dalam belajar
gerak instruksi visual diberikandalam bentuk sajian model
gerakan atau contoh gerakan.
Sajian model gerakan bisa diberikan dalam bentuk peragaan
gerakan oleh seseorang atau dalam bentuk gambar bentuk
gerakan. Peragaan gerakan oleh seseorang, yang mungkin
dilakukan oleh guru atau orang lain. yang bisa melakukan, bisa
disebut model hidup. Sedangkan yang berupa gambar
disebutmodel gambar.
Model gambar bisa berupa gambar diam atau berupa gambar
bergerak. Gambar diam bisa diambil dari buku-buku atau lembar
peraga yang memang dibuat untuk tujuan tersebut. Sedangkan
gambar berupa rekaman gambar gerakan-gerakan yang
dipelajari. Rekaman tersebut bisa berbentuk rekaman video kaset
atau rekaman film.
Untuk sajian model gerakan, penggunaan model gambar
bergerak lebih baik dibanding penggunaan model gambar diam.
Gambar diam hanya bisa menyajikan bentuk-bentuk gerakan
pada tahap tahap tertentu, sedangkan gambar gerak bisa
memberikan gambaran keseluruhan gerakan secara utuh serta
bagaimana rangkaian gerakan dilakukan. Namun untuk
mengggunakan model gambar bergerak dalam kegiatan mengajar
sehari-hari masih cukup banyak hendaknya,yaitu dari segi
fasilitas. Untuk menggunakan model gambar bergerak diperlukan
alat-alat yang cukup mahal harganya, dan kadang-kadang sulit
pengadaannya.
Kegiatan praktek
Salah satu kondisi eksternal dalam belajar gerak yang
berbentuk melakukan-melakukan gerakan dipelajari. Gerakan
yang dipelajari dilakukan berulang-ulang. Dengan dilakukan
berulang-ulang pengguasaan gerakan keterampilan bisa
meningkat.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam
pengaturan kondisi praktek yang antara lain sebagai berikut:
Prinsip pengaturan giliran praktek.
Mempraktekkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara
terus menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed
conditions. Dengan cara ini pelajar melakukan gerakan berulangulang terus menerus selama'waktu latihan, tanpaada pengaturan
kapan harus melakukan gerakan dan kapan
harus beristirahat. Pokoknya pelajar terus melakukan gerakan
sampai lelah, kemudian latihan diakhiri.
Cara yang kedua adalah mempraktekkan gerakan dengan
diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat.
Cara ini disebut distributed conditions. Dengan cara ini ada
pengaturan giliran melakukan gerakan beberapa kali, kemudian
diseling istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi.
Prinsip beban belajar meningkat
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan
dari gerakan-gerakan menjadi unsurnya. Selain itu bahwa
penguasaan gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap
dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa, menjadi bisa, dan
kemudian menjadi terampil melakukan suatu gerakan. Dengan
kenyataan-kenyataan seperti itu hendaknya pengaturan materi
belâjar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih
sukar, atau yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Prinsip kondisi belajar bervariasi
Mempraktekkan gerakan merupakan kondisi belajar yang
paling berat di dalam belajar gerak. Pelajar mengerahkan
tenaganya untuk melakukan gerakan berulang kali. Ia harus
memerangi rasa lelah, dan kadang-kadang harus memerangi rasa
bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak
begitu dirasakan, serta tidak cepat terjadi kebosanan pada diri
pelajar, penciptaan kondisi praktek yang bervariasi sangat
diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru untuk menciptakan
variasi.
Pemberian motivasi dan dorongan semangat
seseorang yang berbuat sesuatu dipengaruhi oleh keadaan
psikologisnya. Di dalam mempraktekka gerakan agar melakukan
sungguh-sungguh, pelajar perlu mempunyai motivasi yang kuat
untuk menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk
berusaha.
Motivasi untuk menguasai gerakan bisa timbul antara lain
apabila pelajar berminat terhadap gerakan. Sedangkan minat bisa
timbul apabila pelajar merasa bahwa gerakayang dipelajari
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya atau paling tidak bisa
memberikan kegembiraan atau kesenangan.
Mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau
ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan
suasanakompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana
kinpetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya
untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Cara yang
lain untuk memberikan dorongan semangat adalah memberikan
instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat
yang membangkitkan keoptimisan pada diri pelajar bahwa ia akan
mampu mencapai keberhasilan melakukan gerakan melalui
mempraktekkannya berulang-ulang. Pujian perlu diberikan
apabila pelajar berhasil dengan baik mempraktekkan gerakan,
dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada pelajar yang
belum berhasil dengan baik.
Penyampaian umpan balik
Umpan balik adalah masukan yang diterima oleh pelajar
sehubungan dengan apa yang telah dikerjakan. Dari umpanbalik
pelajar menjadi tahu apakah yang telah dilakukan adalah benar
atau pelajar menjadi tahu benar atau salah berdasarkan informasi
yang tersampaikan melalui umpan balik.
Informasi yang tersimpan melalui umpan balik bisa berasal dari
2 macam sumber, yaitu sumber dari dalam diri pelajarsendiri dan
bersumber dari luar diri pelajar. Umpan balik yang berasal dari
dalam diri pelajar sendiri disebut umpan balik
internal atau umpan balik, intrinsik; sedangkan umpan balik
yang berasal dari luar diri pelajar disebut umpan balik
eksternal atau umpan balik ekstrinsik.
A. Umpan balik internal.
Umpan balik internal berasal dari apa yang dirasakan selama
melakt kan gerakan. Yang paling berperan dalamumpan balik
internal adalah indera kinestetik. Umpan balik yang berasal dari
indera kinestetik, disebut umpan balik kinestetik. Indera
kinestetik berada pada otot, persendian dan tendon. Indera
kinestetik bisa disebut juga indera penggerak. Dari apa yang
dirasakan selama melakukangerakan, pelaku bisa menandai
gerakannya benar atau salah. gerakan yang dilakukan dengan
benar, biasanya tidak ada pemaksaan-pemaksaan kerja otot pada
bagian tubuh tertentu yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
mendukung gerakan; sehingga gerakan terasa enak dan lancar.
Sebaliknya gerakan yang salah biasanya terasa tidak enak dan
tidak lancar. Dari rasa gerakan yang dilakukan, pelajar bisa
berusaha untuk membenarkan gerakannya.
B. Umpan balik eksternal
.
Umpan balik eksternal berasal dari luar diri pelajar. Proses
penerimaan umpan balik eksternal bisa menggunakan indera
pelihat atau indera pendengar. Umpan balik yang diterima melalui
penglihatan atau disebut umpan balik visual, sedang yang
diterima melalui pendengaran disebut umpan balik auditor.
Umpan balik visual diterima dari perbuatan yang dilakukan
yang dapat dilihat. Misalnya pada seseorang yang bermain tenis.
Pada saat memukul bola ia bisa menerima umpan balik tentang
pukulannya benar atau salah dengan cura melihat posisi raket
yang diayun dan arah serta jatuhnya bola. Apabila ternyata arah
dan jatuhnya bola sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia
memperoleh umpan balik bahwa posisi raket pada saat memukul
sudah benar. Sebaliknya apabila ternyata arah dan jatuhnya bola
tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia memperoleh
umpan balik bahwa posisi raket pada saat memukul tidak benar.
Oleh karena itu pada pukulan berikutnya posisi raket perlu
diubah.
Didalam penyampaian umpan balik, agar manfaatnya bisa
diperoleh sebesar-besarnya oleh pelajar, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru yaitu antara lain:
1. macam gerakan yang dipelajari
2. bentuk umpan balik yang perlu diberikan
3. lamanyawaktu penyampaian
4. siapa yang memerlukan
5. ketepatan saat penyampaian
6. karakteristik pribadi setiap pelajar
7. tingkat Cecerdasan setiap pelajar
8. tingkat keterampilan setiap pelajar.
Kapan sebaiknya umpan balik diberikan, dipertimbangkan
berdasarkan keadaan si pelajar. perlu diperhatikan apakah pelajar
memerlukan dan siap untuk menerimanya. pelajar memerlukan
umpan balik apabila berulangkali melakukan kesalahan yang
sama. sedangkan pelajar yang dianggap siap menerima umpan
balik apabila tampak memiliki minat atau kemampuan
memperbaiki kemampuannya, dan merasa memerlukan umpan
balik. Apabila pelajar tidak ingin meningkatkan kemampuannya
dan merasa tidak perlu diberi umpan balik, maka pemberian
umpan balik justru bisa menimbulkan konflik antara guru dengan
pelajar yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini tidak tepat
saatnya memberikan umpan balik.
Karakteristik pribadi pelajar yang diberi umpan balik perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan cara dan gaya
penyampaian, serta situasi yang tepat untuk menyampaikannya,
Ada pelajar yang perasaannya halus, mudah tersinggung; tetapi
juga ada pelajar yang kasar dan tidak mudah tersinggung.
Perlakuan dalam pemberian umpan balik hendaknya berbeda
untuk setiap kecenderungan karakteristik pribadi
tersebut. Kepada pelajar yang berperasann halus dan mudah
tersinggung, pemberian umpan balik dalam suasana antar pribadi
atau bersifat privacy akan lebih menolong baginya untuk
berkembang lebih baik. Sedangkan bagi pelajar yang perangainya
kasar dan tidak mudah tersinggung, suasana seperti itu kurang
begitu diperlukan.
Diposting oleh sulaeman sul di 20.46
Kirimkan Ini lewat Email