PERAN BANK INDONESIA DALAM AKSES KEUANGA
KEBIJAKAN BANK INDONESIA DALAM AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Mata Kuliah :
Kebanksentralan
Dosen Pengampu :
Dr. Moh. Adenan, M.M.
Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Sinta Wulandari
M. Rizqi Iskhaqi
Zannatul Maulida
Fatchur Rozi
Suci Arvilia
(130810101107)
(130810101108)
(130810101116)
(130810101173)
(130810101122)
Kelas : B
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, saya akhirnya dapat makalah ini. Makalah ini saya buat
untuk memenuhi tugas kelompok Kebanksentralan yang berjudul Kebijakan Bank Indonesia
dalam Akses Keuangan dan UMKM Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Jember. Pada kesempatan ini, kami sebagai penyusun juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak lain yang ikut turut membantu dan berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada bapak dosen pengampu, dan kepada teman-teman yang
turut menyumbangkan buah pemikirinnya dalam makalah ini.
Akhir kata, kami selaku penulis, menyampaikan mohon maaf jika dalam makalah ini
banyak kekurangan, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
saya perlukan demi kesempurnaan makalahini di masamendatang. Semoga makalah ini dapat
bemanfaat bagi para pembaca, khususnya para mahasiswa di lingkunganUniversitasJember.
Jember, 2 Desember 2015
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepa dari peranan Pemerintah, lembagalembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku usaha. Pemerintah sebagai pembuat dan pengatur
kebijakan diharapkan
dapat memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, sehingga
lembaga keuangan baik perbankan
maupun nonperbankan serta pelaku usaha di lapangan
mampu memanfaatkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan usaha dengan lancar, yang pada
akhirnya dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Salah satu pelaku usaha yang
memiliki eksistensi penting namun kadang “terlupakan” dalam percaturan kebijakan di negeri
ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Padahaljika kita pahami lebih dalam,
peran UMKM bukanlah sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional. UMKM dalam
perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat
dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam
perekonomianIndonesia.
Pertama, jumlah industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua,
potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dan ketiga, kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56% dari total PDB di tahun 2010 (Biro Pusat
Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2010). Data terbaru tahun 2013 yang dirilis oleh
kementrian koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa, jumlah UMKM pada tahun 2013
mencapai 57.895.721 unit atau mencapai 99,99 % dari semua total usaha yang ada. Sedangkan
sisanya, 0,01% merupakan usaha yang tergolong besar. Dari jumlah unit UMKM tersebut pada
tahun yang sama yaitu tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 114.144.082
orang atau 96,99% dari semua tenaga kerja.
Dari data tersebut cukup menggambarkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian indonesia sangat penting. Ketika terjadikrisis yang
melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah relatif mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karenamayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu
tergantung pada modal besar ataupinjaman dari luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada
fluktuasi nilai tukar,perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan
matauang asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis. Beberapapenelitian
terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal UMKM khususnyadiIndonesia, hampir sebagian
besar berdasar pada investasi pribadi. Sangat sedikit dari mereka yang berhubungan dengan
pihak ketiga untuk mendapatkan dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar,
justru pihak pihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal bank-bank
perkreditan rakyat atau yang lebih sering lagi adalah rentenir. Seperti yang sudah kiya ketahui,
bunga yang dikenakan seringkali sangat
tinggi sehingga sangat membebani peminjam.
Jelas,kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar.
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbuktimerupakan
penggerak utama sektor riil yang berpengaruh langsung terhadappertumbuhan ekonomi
nasional.Namun demikian perkembangan UMKM umumnya masihmengalami berbagai masalah
dan belum sepenuhnya sesuai dengan yangdiharapkan, Masalah yang hingga kini masih menjadi
kendala utama dalampengembangan usaha UMKM adalah keterbatasan modal yang dimiliki
dansulitnya mengakses dana sumber modal UMKM.
Oleh karena itu, untuk mendorong pertumbuhan UMKM dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi dibutuhkanakses keuangan dari berbagai pihak sebagaimana telah disebut
di atas. Salah satunya adalah peran Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga keuangan atau
institusi moneter di negara kita. Peran Bank Indonesia tidak boleh dianggap remeh, mengingat
Bank Indonesia berberan sebagai otoritas moneter dimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia tersebut sangat memberikan dampak yang luas terutama kebijakan terkait
dengan pengembangan UMKM itu sendiri.
Salah satu kebijakan dari Bank Indonesia yang dianggap memberikan dampak terhadap
pengambangan UMKM adalah terkait dengan diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 1999
tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004,kebijakan
Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM mengalami perubahan paradigm yang
cukup mendasar karena BI tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) sehingga peranan Bank Indonesia
dalam pengembangan UMKM
berubah menjadi tidak langsung. Pendekatan yang digunakan kepada UMKM bergeser dari
developmentrole menjadi promotional role. Pendekatan yang memberikan subsidi kredit dan
bunga murah sudah bergeser kepada pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kegiatan
pelatihan kepada petugas bank, penelitian dan penyediaan informasi. Dengan kondisi seperti itu,
Bank Indonesia masih tetap memberikan dukungan, namun kebijakan BI baik dari sisi supply
maupun sisi demandlebih difokuskan dalam rangkamendorong peningkatan fungsi intermediasi
perbankan serta untuk mendukung sistem perbankan yang sehat. Dari sisi supply, Bank
Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan perbankan sehingga dapat meningkatkan pemberian
kredit kepada UMKM namun tetap prudent.
Sementara itu, Bank Indonesia melalui program keuangan inklusif guna menciptakan akses
keuangan termasuk akses keuangan untuk UMKMterangkum dalam enam pilar strategi nasional
keuangan inklusif (SNKI), yaitu edukasi keuangan dalam rangka peningkatan kemampuan
mengelola keuangan termasuk mengenal risiko, penyediaan fasilitas keuangan bagi publik dari
program pemerintah, pemetaan informasi keuangan, penyusunan kebijakan dan peraturan
pendukung, peningkatan intermediasi dan sarana distribusi serta perlindungan konsumen. Terkait
usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM), arah kebijakan Bank Indonesia dalam
pengembangan UMKM bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi (asymmetric
information) antara UMKM dengan perbankan, sebagai bagian dari program keuangan inklusif
kepada UMKM.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak pada konteks di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan dalam makalah ini yang
akan diangkat dalam analisis yaitu,
1. Bagaimana peran Bank Indonesia dalam pengembangan akses keuangan di Indonesia?
2. Bagaimana peran dan kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam pengembangan akses keuangan di
Indonesia.
2.
Untuk mengetahui peran dan kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM di
Indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria yakni :
a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga ratus juta
rupiah)
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :
a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria :
a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
2.2 Potensi dan Peranan UMKM dalam Perekonomian Indonesia
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan kementrian
Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi berbagai jenis kontribusi,
antara lain sebagai berikut :
a.
Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional ; Pembentukan Investasi
Nasional menurut harga berlaku :
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp. 461,10 triliun atau 52,99% dari total
investasi nasional sebesar Rp. 870,17 triliun.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 179,27 triliun atau
sebesar 38,88% menjadi Rp. 640,38 triliun.
b.
Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ; PDB Nasional
menurut harga berlaku :
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat
sebesar Rp. 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat
sebesar Rp. 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%
c.
Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional ; pada tahun 2008, UMKM
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau 97,04% dari total penyerapan
tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar 2,43%.
d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional ; pada tahun 2008 kontribusi
UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas mengalami
peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28, 49%.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama perekonomian
Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya mengembangkan proses bisnis
yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu, adalah sangat
wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia
secara keseluruhan.
120%
30.0%
100%
80%
25.0%
19.4%
22.1%
20.0%
60%
15.3%
15.0%
40%
80.6%10.0%
20%
5.0%
0%
0.0%
Kredit UMKM
Growth Kredit UMKM (Rhs)
Kredit Non UMKM
Growth Kredit Perbankan (Rhs)
Pertumbuhan kredit UMKM pada bulan November adalah sebesar 15,3% (yoy), masih
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 22,1% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar masih disalurkan di sektor perdagangan
(53,3%), yang didominasi penerima kredit dari skala usaha menengah.
Menurut wilayah, penyaluran kredit UMKM masih terpusat di wilayah Jawa sebesar 56,8%
diikuti dengan pulau Sumatera (20,8%) dan pulau Kalimantan serta Sulawesi (masing-
masing 7,4%).
Dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar
33,2% dan dan kredit investasi sebesar 9,8%
Baki debet kredit UMKM Bank Umum pada November 2013 mencapai Rp595,4 Triliun.
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum pada November 2013 sebesar
19,4%
Jumlah Nasabah (dengan pendekatan rekening kredit) UMKM sebesar 8,1 juta rekening
yang terdiri dari 81,1% nasabah usaha mikro, 14,7% nasabah usaha kecil, dan 4,2%
nasabah usaha menengah.
NPL kredit UMKM pada November 2013 (3,47%). Namun demikian, kredit kepada
UMKM masih lebih tinggi dibandingkan NPL kredit perbankan (1,8%).
2.3Kebijakan Bank Indonesiadalam Akses Keuangan UMKM
UMKM mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional. Untuk mendorong peran intermediasi perbankan, Bank Indonesia terus
berupaya untuk meningkatkan akses UMKM kepada bank dan mendorong perbankan untuk
membiayai UMKM. Kebijakan ini diarahkan agar UMKM mampu meningkatakan ejibilitas dan
kapabilitasnya sekaligus mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah. Sebagai upaya
untuk mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah. Sebagai upaya untuk mendorong
perbankan melakukan pembiayaan kepada UMKM, Bank Indonesia telah melaksankan beberapa
kegiatan, antara lain :
1.
Peningkatan akses pembiayaan UMKM kepada perbankan melalui penguatan infrastruktur
keuangan, dalam bentuk kegiatan :
a. Memfasilitasi percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah melalui
b.
berbagai sosialsisasi, yang berkoordinasi dengan beberapa kementerian.
Merencanakan implementasi peringkatan UMKM (credit rating) dalam rangka
persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Saat ini telah
diperoleh hasil pemeringkatan sebanyak 323 peringkat untuk %* UMKM dengan
2.
menggunakan metode masing-masing pemeringkatan.
Peningkatan expertise perbankan tentang UMKM
Program pelatihan dalam rangka bantuan teknis telah diselenggarakan oleh Bank Indonesia
dalam meningkatkan kompetensi SDM perbankan khususnya BPR skla kecil yang bertujuan
untuk meningkatkan expertise perbankan tentang UMKM. Untuk mendorong pembiayaan
perbankan kepada UMKM juga diberikan pelatihan kepada Konsultasn Keuangan Mitra
Bank (KKMB) dalam rangka akrelerasi akses UMKM kepada perbankan.
Dalam upaya mendorong bank untuk meningkatkan akses kepada UMKM, pada tahun
2012 Bank Indonesia telah mengeluarkan dua ketentuan sebagai berikut:
1. Peraturan Bnak Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan bantuan Teknis Dalam rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah.
Melalui penerbitan ketentuan ini perbankan, baik bank umum konvensional maupun bank
syariah, diwajibkan untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau pembiayaan
kepada UMKM dengan pangsa sebesar minimal 20% secara bertahap yang diikuti dengan
penerapan insentif/disinsensitif. Pembiayaan dimaksud dapat dilakukan melalui kerjasama
pola executing, pola channeling, dan pembiayan bersama. Disamping itu, melalui ketentuan
ini dilakukan harmonisasi pendefinisian criteria UMKM sebagaimana yang ditetapkan dalam
2.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikri, Kecil, dan Menengah.
Peraturan Bank Indonesia No.14/19/PBI/2012 tanggal 30 November 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia No.5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengolahan Kredit
Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program
Penerbitan ketentuan ini bertujuan untuk menegaskan wewenang Bank Indonesia dalam
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengolahan Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) oleh BUMN dan penyaluran KLBI oleh Bank Pelaksana (Bank
Pelaksana adalah bank penerima fasilitas KLBI dalam rangka Kredit Program). Di samping
itu, ketentuan ini mengatur mengenai penetapan suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI)
1 bulan sebagai acuan perhitungan sanksi atas pelanggaran dalam pengelolaan KLBI serta
memperjelas batas waktu penyampaian makalah penerimaan angsuran, penyesuaian baki
debet, penyaluran kembali, dan penulasannya.
2.4 Kebijakan dan Dukungan Bank Indonesia dalam Operasional UMKM
Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan sector riil dan UMKM, Bank Indonesia
berperan aktif dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan penguatan
sector riil dan UMKM. Upaya –upaya yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain:
1. Pendatanganan perpanjangan Kesepakatan Bersama dengan kementrian Kelautan dan
Perikanan KKP) tentang Pengembangan Usaha di Sektor kelautan dan Perikanan pada
tanggal 27 Juni 2012 yang telah dimulai sejak 2009. Adapun tujuan dan kesepakatan
bersama tersebut adalah:
a. Mensinergikan sumber daya dalam rangka pengembangan usaha sector kelautan dan
perikanan;
b. Mendorong peningkatan akses usaha sector kelautan dan perikanan kepada layanan
perbankan.
Salah satu bentuk implementasi dari kesepakatan bersama tersebut antara lain berupa kerja
sama pelatihan bagi KKMB sector kelautan dan perikanan (SKP) dan penyusunan pola
Pembiayaan Usaha Kecil (lending model). Di samping itu, Bank Indonesia juga melakukan
kerjasama dengan KKP dalam rangka meningkatakan sinergi Program Minapolitan yang
merupakan program pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi
kawasan dengan motor penggerak sector kelautan dan perikanan berdasarkan prisip terintegrasi,
efisiensi, dan akselerasi. Tujuan dari program ini adalah meningkatakan produksi, produktivitas,
dan kualitas produk perikanan dan mengembangkan kawasan Minapolitan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Bank Indonesia secara berkesinambungan
melakukan sinergi program kerja dengan KKP yang telah direalisasikan melalui kegiatan :
Pemetaan terhadap kelompok petani/pembudidaya terkait potensi pembiayaan perikanana
budidaya; dan
Pemetaan system perikanan tangkap dalam rangka menemukan pola pembiayaan yang
2.
sesual.
Pendatanganan Nota Kesepahaman antara bank Indonesia dengan Badan
Pertahanan
nasional (BPN) untuk meningkatkan legalitas asset usaha mikro dan usaha kecil (UMK).
Salah satu kendala dalam penyaluran kerdit pada UMKM adalah belum adanya legalitas
yang mewadai atas asset UMK yang akan diagunkan kepada perbankan kepada perbankan
untuk memperoleh pembiayaan. Melalui pendatanganan Nota kesepahaman antara bank
Indonesia dengan BPN pada tanggal 27 Juni 2012 diharapkan akan mengatasi permasalahan
legalitas dalam kepemilikan asset UMK sehingga lebih banyak UMk yang dapat
memperoleh akses pembiayaan kepada perbankan dan dapat diaplikasikan di seluruh wilayah
secara nasioanal. Sebagai tindak lanjut, dilakukan fasilitasi penyediaan calon peserta dengan
melibatkan kementerian terkait (Kementerian pertanian, Kementerian Negara koperasi dan
UKM, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan ) dan Perbankan.
Upaya-upaya lain yang telah dan akan dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
pengembangan UMKM antara lain meliputi :
1.
Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster yang terdiri dari klaster nasional dan
daerah. Khusus untuk program klaster nasional, bank Indonesia telah memfasilitasi
peningkatan kualitas dalam aspek teknologi/budaya/system produksi melalui pelatihan dan
kerjasama dengan stakeholders terkait untuk memfasilitasi peningkatan dalam aspek
pemasaran. Sedangkan untuk klaster daerah telah dilakukan pemetaan dan pendalaman
klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia.
Pemetaan
klaster
tersebut
dilakukan
secara
komprehensif
untuk
mendukung
penyusunanmodel pengembangan klaster yang sesuai dengan kondisi perekonomian masing2.
masing daerah.
Penyediaan informasi mengenai UMKM. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan
informasi antara perbankan dan UMKM dalam rangka mendorong pemberian kredit UMKM
oleh perbankan. Beberapa informasi yang tersedia antara lain berupa hasil kajian pola
pembiayaan usaha (leading model) komoditi yang layak untuk dibiayai, pengembangan
komoditas, produk, jenis usaha unggulan (KPJU), dan hassil kajian lainnya. Disamping itu,
juga terdapat informasi meneganai profil UMKM, sentra UMKM, serta pengembangan
klaster. Informasi-iinformasi tersebut dipublikasikan melalui media informasi UMKM
berupa microsite info UMKM dalam website BI.
2.5RENCANA PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN UMKM
Rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM merupakan bagian dari Rencana
Bisnis Bank (RBB), yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Bank Umum menyusun dan menyampaikan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM dengan memperhatikan tahapan pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM
b.
terhadap total Kredit atau Pembiayaan, yaitu:
pada tahun 2013 dan tahun 2014, sesuai kemampuan Bank Umum;
tahun 2015, paling rendah 5% (lima persen);
tahun 2016, paling rendah 10% (sepuluh persen);
tahun 2017, paling rendah 15% (lima belas persen); dan
tahun 2018 dan seterusnya, paling rendah 20% (dua puluh persen).
Bank Umum menyusun rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang
dikelompokkan berdasarkan:
lapangan usaha;
jenis penggunaan; dan
propinsi.
Dalam hal terdapat perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dari
rencana yang telah ditetapkan pada tahun berjalan, Bank Umum wajib menyampaikan perubahan
berikut alasannya kepada Bank Indonesia. Selain itu, format, cakupan, dan tata cara pemakalah
rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM maupun pemakalah perubahan rencana
pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan penyampaiannya berpedoman pada ketentuan
Bank Indonesia mengenai rencana bisnis bank.
2.6PENCAPAIAN PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN UMKM
a.
Bank Indonesia melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM secara gabungan untuk seluruh kantor bank umum di dalam negeri posisi akhir
bulan Desember tahun bersangkutan yang bersumber dari Makalah Bulanan Bank Umum
yang disampaikan kepada Bank Indonesia pada bulan Januari tahun berikutnya sesuai batas
waktu penyampaian secara online sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai makalah bulanan bank umum.
b.
Perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana
dimaksud pada poin “a” dilakukan dengan formula sebagai berikut:
c.
Dalam melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM
sebagaimana dimaksud pada huruf B, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1.
Total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah baki debet Kredit atau
Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing, yaitu:
a. Untuk Bank Umum, berasal dari pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada
pelaku usaha yang memenuhi kriteria UMKM yang dilakukan secara langsung;
dan/atautidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola
executing, pola channeling, atau pembiayaan bersama (sindikasi).
b. Untuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran,
berasal dari:
1) pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada pelaku usaha yang memenuhi
kriteria UMKM yang dilakukan secara langsung; dan/atautidak langsung yaitu melalui
kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola executing;
2) pemberian kredit atau pembiayaan untuk produk ekspor non migas.
c. Pedoman rincian komponen kredit atau pembiayaan UMKM dan/atau ekspor non migas
yang diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b mengacu pada Lampiran I.a dan Lampiran I.b yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
2.
Total Kredit atau Pembiayaan adalah jumlah baki debet Kredit atau Pembiayaan dalam
Rupiah dan valuta asing.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Peranan UMKM dalam pereonomian Indonesia sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja dan sumbangan dalam PDB
Indonesia berdasarkan data empiris sebagaimana telah dijelaskna di atas. Oleh karena itu,
untuk mendorong pertumbuhan UMKM dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi
dibutuhkan akses keuangan dari berbagai pihak, dalam pembahasan kali ini adalah peran
b.
Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga keuangan dan otoritas moneter.
Dukungan Bank Indonesia terhadap perkembangan UMKM direalisasikan dalam berbagai
benruk kebijakan yang dikeluarkan guna meningkatkan penyaluran kredit atau pembiayaan
dari perbankan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diperlukan untuk
c.
memperkuat peran UMKM dalam struktur perekonomian nasional.
Beberpa kebijakan aktual Bank Indonesia mengenai UMKM antara lain dengan
dilakukannya perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang
Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Adanya pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif bagi bank umum atas penyaluran kredit atau pembiayaan kepada
UMKM juga merupakan kebijakan Bank Indonesia sebagai bentuk dukungannya terhadap
UMKM. Selain itu, terdapat pula perubahan dari LDR (loan to deposit ratio) menjadi LFR
(loan to funding ratio).
3.2 Saran
Melihat begitu besar potensi dan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia,
maka berbagai kebijakan untuk semakin mendorong dan memajukan UMKM sangatlah
diperlukan, utamanya kebijakan terkait permodalan atau pembiayaan. Menurut kami tidak hanya
bank umum, namun program-program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) diperlukan untuk
meningkatkan akses keuangan bagi UMKM. Programprogram seperti ini akan semakin
memudahkan masyarakat untuk menjangkau akses permodalan sehingga kedepan kegiatan usaha
akan semakin berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal
Bank Indonesia. 2013. Benang Merah Gerai Info 2013. Jakarta: Bank Indonesia
Sudaryanto, Ragimun, Rahma Rina Wijayanti. 2014. Strategi Pemberdayaan UMKM
Menghadapi Pasar Bebas Asean. Jakarta.
Internet
http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Documents/pbi_171215_rev.pdf. Diakses 29 November
2015
Peraturan
Bank Indonesia. 2015. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015. Jakarta: Bank
Indonesia
Mata Kuliah :
Kebanksentralan
Dosen Pengampu :
Dr. Moh. Adenan, M.M.
Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Sinta Wulandari
M. Rizqi Iskhaqi
Zannatul Maulida
Fatchur Rozi
Suci Arvilia
(130810101107)
(130810101108)
(130810101116)
(130810101173)
(130810101122)
Kelas : B
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, saya akhirnya dapat makalah ini. Makalah ini saya buat
untuk memenuhi tugas kelompok Kebanksentralan yang berjudul Kebijakan Bank Indonesia
dalam Akses Keuangan dan UMKM Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Jember. Pada kesempatan ini, kami sebagai penyusun juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak lain yang ikut turut membantu dan berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada bapak dosen pengampu, dan kepada teman-teman yang
turut menyumbangkan buah pemikirinnya dalam makalah ini.
Akhir kata, kami selaku penulis, menyampaikan mohon maaf jika dalam makalah ini
banyak kekurangan, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
saya perlukan demi kesempurnaan makalahini di masamendatang. Semoga makalah ini dapat
bemanfaat bagi para pembaca, khususnya para mahasiswa di lingkunganUniversitasJember.
Jember, 2 Desember 2015
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepa dari peranan Pemerintah, lembagalembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku usaha. Pemerintah sebagai pembuat dan pengatur
kebijakan diharapkan
dapat memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, sehingga
lembaga keuangan baik perbankan
maupun nonperbankan serta pelaku usaha di lapangan
mampu memanfaatkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan usaha dengan lancar, yang pada
akhirnya dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Salah satu pelaku usaha yang
memiliki eksistensi penting namun kadang “terlupakan” dalam percaturan kebijakan di negeri
ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Padahaljika kita pahami lebih dalam,
peran UMKM bukanlah sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional. UMKM dalam
perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat
dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam
perekonomianIndonesia.
Pertama, jumlah industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua,
potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dan ketiga, kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56% dari total PDB di tahun 2010 (Biro Pusat
Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2010). Data terbaru tahun 2013 yang dirilis oleh
kementrian koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa, jumlah UMKM pada tahun 2013
mencapai 57.895.721 unit atau mencapai 99,99 % dari semua total usaha yang ada. Sedangkan
sisanya, 0,01% merupakan usaha yang tergolong besar. Dari jumlah unit UMKM tersebut pada
tahun yang sama yaitu tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 114.144.082
orang atau 96,99% dari semua tenaga kerja.
Dari data tersebut cukup menggambarkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian indonesia sangat penting. Ketika terjadikrisis yang
melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah relatif mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karenamayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu
tergantung pada modal besar ataupinjaman dari luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada
fluktuasi nilai tukar,perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan
matauang asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis. Beberapapenelitian
terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal UMKM khususnyadiIndonesia, hampir sebagian
besar berdasar pada investasi pribadi. Sangat sedikit dari mereka yang berhubungan dengan
pihak ketiga untuk mendapatkan dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar,
justru pihak pihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal bank-bank
perkreditan rakyat atau yang lebih sering lagi adalah rentenir. Seperti yang sudah kiya ketahui,
bunga yang dikenakan seringkali sangat
tinggi sehingga sangat membebani peminjam.
Jelas,kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar.
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbuktimerupakan
penggerak utama sektor riil yang berpengaruh langsung terhadappertumbuhan ekonomi
nasional.Namun demikian perkembangan UMKM umumnya masihmengalami berbagai masalah
dan belum sepenuhnya sesuai dengan yangdiharapkan, Masalah yang hingga kini masih menjadi
kendala utama dalampengembangan usaha UMKM adalah keterbatasan modal yang dimiliki
dansulitnya mengakses dana sumber modal UMKM.
Oleh karena itu, untuk mendorong pertumbuhan UMKM dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi dibutuhkanakses keuangan dari berbagai pihak sebagaimana telah disebut
di atas. Salah satunya adalah peran Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga keuangan atau
institusi moneter di negara kita. Peran Bank Indonesia tidak boleh dianggap remeh, mengingat
Bank Indonesia berberan sebagai otoritas moneter dimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia tersebut sangat memberikan dampak yang luas terutama kebijakan terkait
dengan pengembangan UMKM itu sendiri.
Salah satu kebijakan dari Bank Indonesia yang dianggap memberikan dampak terhadap
pengambangan UMKM adalah terkait dengan diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 1999
tentang BankIndonesia sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004,kebijakan
Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM mengalami perubahan paradigm yang
cukup mendasar karena BI tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) sehingga peranan Bank Indonesia
dalam pengembangan UMKM
berubah menjadi tidak langsung. Pendekatan yang digunakan kepada UMKM bergeser dari
developmentrole menjadi promotional role. Pendekatan yang memberikan subsidi kredit dan
bunga murah sudah bergeser kepada pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kegiatan
pelatihan kepada petugas bank, penelitian dan penyediaan informasi. Dengan kondisi seperti itu,
Bank Indonesia masih tetap memberikan dukungan, namun kebijakan BI baik dari sisi supply
maupun sisi demandlebih difokuskan dalam rangkamendorong peningkatan fungsi intermediasi
perbankan serta untuk mendukung sistem perbankan yang sehat. Dari sisi supply, Bank
Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan perbankan sehingga dapat meningkatkan pemberian
kredit kepada UMKM namun tetap prudent.
Sementara itu, Bank Indonesia melalui program keuangan inklusif guna menciptakan akses
keuangan termasuk akses keuangan untuk UMKMterangkum dalam enam pilar strategi nasional
keuangan inklusif (SNKI), yaitu edukasi keuangan dalam rangka peningkatan kemampuan
mengelola keuangan termasuk mengenal risiko, penyediaan fasilitas keuangan bagi publik dari
program pemerintah, pemetaan informasi keuangan, penyusunan kebijakan dan peraturan
pendukung, peningkatan intermediasi dan sarana distribusi serta perlindungan konsumen. Terkait
usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM), arah kebijakan Bank Indonesia dalam
pengembangan UMKM bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi (asymmetric
information) antara UMKM dengan perbankan, sebagai bagian dari program keuangan inklusif
kepada UMKM.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak pada konteks di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan dalam makalah ini yang
akan diangkat dalam analisis yaitu,
1. Bagaimana peran Bank Indonesia dalam pengembangan akses keuangan di Indonesia?
2. Bagaimana peran dan kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam pengembangan akses keuangan di
Indonesia.
2.
Untuk mengetahui peran dan kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM di
Indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria yakni :
a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga ratus juta
rupiah)
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :
a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria :
a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
2.2 Potensi dan Peranan UMKM dalam Perekonomian Indonesia
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan kementrian
Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi berbagai jenis kontribusi,
antara lain sebagai berikut :
a.
Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional ; Pembentukan Investasi
Nasional menurut harga berlaku :
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp. 461,10 triliun atau 52,99% dari total
investasi nasional sebesar Rp. 870,17 triliun.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 179,27 triliun atau
sebesar 38,88% menjadi Rp. 640,38 triliun.
b.
Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ; PDB Nasional
menurut harga berlaku :
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat
sebesar Rp. 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat
sebesar Rp. 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%
c.
Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional ; pada tahun 2008, UMKM
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau 97,04% dari total penyerapan
tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar 2,43%.
d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional ; pada tahun 2008 kontribusi
UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas mengalami
peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28, 49%.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama perekonomian
Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya mengembangkan proses bisnis
yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu, adalah sangat
wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia
secara keseluruhan.
120%
30.0%
100%
80%
25.0%
19.4%
22.1%
20.0%
60%
15.3%
15.0%
40%
80.6%10.0%
20%
5.0%
0%
0.0%
Kredit UMKM
Growth Kredit UMKM (Rhs)
Kredit Non UMKM
Growth Kredit Perbankan (Rhs)
Pertumbuhan kredit UMKM pada bulan November adalah sebesar 15,3% (yoy), masih
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 22,1% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar masih disalurkan di sektor perdagangan
(53,3%), yang didominasi penerima kredit dari skala usaha menengah.
Menurut wilayah, penyaluran kredit UMKM masih terpusat di wilayah Jawa sebesar 56,8%
diikuti dengan pulau Sumatera (20,8%) dan pulau Kalimantan serta Sulawesi (masing-
masing 7,4%).
Dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar
33,2% dan dan kredit investasi sebesar 9,8%
Baki debet kredit UMKM Bank Umum pada November 2013 mencapai Rp595,4 Triliun.
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum pada November 2013 sebesar
19,4%
Jumlah Nasabah (dengan pendekatan rekening kredit) UMKM sebesar 8,1 juta rekening
yang terdiri dari 81,1% nasabah usaha mikro, 14,7% nasabah usaha kecil, dan 4,2%
nasabah usaha menengah.
NPL kredit UMKM pada November 2013 (3,47%). Namun demikian, kredit kepada
UMKM masih lebih tinggi dibandingkan NPL kredit perbankan (1,8%).
2.3Kebijakan Bank Indonesiadalam Akses Keuangan UMKM
UMKM mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional. Untuk mendorong peran intermediasi perbankan, Bank Indonesia terus
berupaya untuk meningkatkan akses UMKM kepada bank dan mendorong perbankan untuk
membiayai UMKM. Kebijakan ini diarahkan agar UMKM mampu meningkatakan ejibilitas dan
kapabilitasnya sekaligus mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah. Sebagai upaya
untuk mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah. Sebagai upaya untuk mendorong
perbankan melakukan pembiayaan kepada UMKM, Bank Indonesia telah melaksankan beberapa
kegiatan, antara lain :
1.
Peningkatan akses pembiayaan UMKM kepada perbankan melalui penguatan infrastruktur
keuangan, dalam bentuk kegiatan :
a. Memfasilitasi percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah melalui
b.
berbagai sosialsisasi, yang berkoordinasi dengan beberapa kementerian.
Merencanakan implementasi peringkatan UMKM (credit rating) dalam rangka
persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Saat ini telah
diperoleh hasil pemeringkatan sebanyak 323 peringkat untuk %* UMKM dengan
2.
menggunakan metode masing-masing pemeringkatan.
Peningkatan expertise perbankan tentang UMKM
Program pelatihan dalam rangka bantuan teknis telah diselenggarakan oleh Bank Indonesia
dalam meningkatkan kompetensi SDM perbankan khususnya BPR skla kecil yang bertujuan
untuk meningkatkan expertise perbankan tentang UMKM. Untuk mendorong pembiayaan
perbankan kepada UMKM juga diberikan pelatihan kepada Konsultasn Keuangan Mitra
Bank (KKMB) dalam rangka akrelerasi akses UMKM kepada perbankan.
Dalam upaya mendorong bank untuk meningkatkan akses kepada UMKM, pada tahun
2012 Bank Indonesia telah mengeluarkan dua ketentuan sebagai berikut:
1. Peraturan Bnak Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan bantuan Teknis Dalam rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah.
Melalui penerbitan ketentuan ini perbankan, baik bank umum konvensional maupun bank
syariah, diwajibkan untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau pembiayaan
kepada UMKM dengan pangsa sebesar minimal 20% secara bertahap yang diikuti dengan
penerapan insentif/disinsensitif. Pembiayaan dimaksud dapat dilakukan melalui kerjasama
pola executing, pola channeling, dan pembiayan bersama. Disamping itu, melalui ketentuan
ini dilakukan harmonisasi pendefinisian criteria UMKM sebagaimana yang ditetapkan dalam
2.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikri, Kecil, dan Menengah.
Peraturan Bank Indonesia No.14/19/PBI/2012 tanggal 30 November 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia No.5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengolahan Kredit
Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program
Penerbitan ketentuan ini bertujuan untuk menegaskan wewenang Bank Indonesia dalam
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengolahan Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) oleh BUMN dan penyaluran KLBI oleh Bank Pelaksana (Bank
Pelaksana adalah bank penerima fasilitas KLBI dalam rangka Kredit Program). Di samping
itu, ketentuan ini mengatur mengenai penetapan suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI)
1 bulan sebagai acuan perhitungan sanksi atas pelanggaran dalam pengelolaan KLBI serta
memperjelas batas waktu penyampaian makalah penerimaan angsuran, penyesuaian baki
debet, penyaluran kembali, dan penulasannya.
2.4 Kebijakan dan Dukungan Bank Indonesia dalam Operasional UMKM
Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan sector riil dan UMKM, Bank Indonesia
berperan aktif dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan penguatan
sector riil dan UMKM. Upaya –upaya yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain:
1. Pendatanganan perpanjangan Kesepakatan Bersama dengan kementrian Kelautan dan
Perikanan KKP) tentang Pengembangan Usaha di Sektor kelautan dan Perikanan pada
tanggal 27 Juni 2012 yang telah dimulai sejak 2009. Adapun tujuan dan kesepakatan
bersama tersebut adalah:
a. Mensinergikan sumber daya dalam rangka pengembangan usaha sector kelautan dan
perikanan;
b. Mendorong peningkatan akses usaha sector kelautan dan perikanan kepada layanan
perbankan.
Salah satu bentuk implementasi dari kesepakatan bersama tersebut antara lain berupa kerja
sama pelatihan bagi KKMB sector kelautan dan perikanan (SKP) dan penyusunan pola
Pembiayaan Usaha Kecil (lending model). Di samping itu, Bank Indonesia juga melakukan
kerjasama dengan KKP dalam rangka meningkatakan sinergi Program Minapolitan yang
merupakan program pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi
kawasan dengan motor penggerak sector kelautan dan perikanan berdasarkan prisip terintegrasi,
efisiensi, dan akselerasi. Tujuan dari program ini adalah meningkatakan produksi, produktivitas,
dan kualitas produk perikanan dan mengembangkan kawasan Minapolitan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Bank Indonesia secara berkesinambungan
melakukan sinergi program kerja dengan KKP yang telah direalisasikan melalui kegiatan :
Pemetaan terhadap kelompok petani/pembudidaya terkait potensi pembiayaan perikanana
budidaya; dan
Pemetaan system perikanan tangkap dalam rangka menemukan pola pembiayaan yang
2.
sesual.
Pendatanganan Nota Kesepahaman antara bank Indonesia dengan Badan
Pertahanan
nasional (BPN) untuk meningkatkan legalitas asset usaha mikro dan usaha kecil (UMK).
Salah satu kendala dalam penyaluran kerdit pada UMKM adalah belum adanya legalitas
yang mewadai atas asset UMK yang akan diagunkan kepada perbankan kepada perbankan
untuk memperoleh pembiayaan. Melalui pendatanganan Nota kesepahaman antara bank
Indonesia dengan BPN pada tanggal 27 Juni 2012 diharapkan akan mengatasi permasalahan
legalitas dalam kepemilikan asset UMK sehingga lebih banyak UMk yang dapat
memperoleh akses pembiayaan kepada perbankan dan dapat diaplikasikan di seluruh wilayah
secara nasioanal. Sebagai tindak lanjut, dilakukan fasilitasi penyediaan calon peserta dengan
melibatkan kementerian terkait (Kementerian pertanian, Kementerian Negara koperasi dan
UKM, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan ) dan Perbankan.
Upaya-upaya lain yang telah dan akan dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
pengembangan UMKM antara lain meliputi :
1.
Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster yang terdiri dari klaster nasional dan
daerah. Khusus untuk program klaster nasional, bank Indonesia telah memfasilitasi
peningkatan kualitas dalam aspek teknologi/budaya/system produksi melalui pelatihan dan
kerjasama dengan stakeholders terkait untuk memfasilitasi peningkatan dalam aspek
pemasaran. Sedangkan untuk klaster daerah telah dilakukan pemetaan dan pendalaman
klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia.
Pemetaan
klaster
tersebut
dilakukan
secara
komprehensif
untuk
mendukung
penyusunanmodel pengembangan klaster yang sesuai dengan kondisi perekonomian masing2.
masing daerah.
Penyediaan informasi mengenai UMKM. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan
informasi antara perbankan dan UMKM dalam rangka mendorong pemberian kredit UMKM
oleh perbankan. Beberapa informasi yang tersedia antara lain berupa hasil kajian pola
pembiayaan usaha (leading model) komoditi yang layak untuk dibiayai, pengembangan
komoditas, produk, jenis usaha unggulan (KPJU), dan hassil kajian lainnya. Disamping itu,
juga terdapat informasi meneganai profil UMKM, sentra UMKM, serta pengembangan
klaster. Informasi-iinformasi tersebut dipublikasikan melalui media informasi UMKM
berupa microsite info UMKM dalam website BI.
2.5RENCANA PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN UMKM
Rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM merupakan bagian dari Rencana
Bisnis Bank (RBB), yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Bank Umum menyusun dan menyampaikan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM dengan memperhatikan tahapan pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM
b.
terhadap total Kredit atau Pembiayaan, yaitu:
pada tahun 2013 dan tahun 2014, sesuai kemampuan Bank Umum;
tahun 2015, paling rendah 5% (lima persen);
tahun 2016, paling rendah 10% (sepuluh persen);
tahun 2017, paling rendah 15% (lima belas persen); dan
tahun 2018 dan seterusnya, paling rendah 20% (dua puluh persen).
Bank Umum menyusun rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang
dikelompokkan berdasarkan:
lapangan usaha;
jenis penggunaan; dan
propinsi.
Dalam hal terdapat perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dari
rencana yang telah ditetapkan pada tahun berjalan, Bank Umum wajib menyampaikan perubahan
berikut alasannya kepada Bank Indonesia. Selain itu, format, cakupan, dan tata cara pemakalah
rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM maupun pemakalah perubahan rencana
pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan penyampaiannya berpedoman pada ketentuan
Bank Indonesia mengenai rencana bisnis bank.
2.6PENCAPAIAN PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN UMKM
a.
Bank Indonesia melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM secara gabungan untuk seluruh kantor bank umum di dalam negeri posisi akhir
bulan Desember tahun bersangkutan yang bersumber dari Makalah Bulanan Bank Umum
yang disampaikan kepada Bank Indonesia pada bulan Januari tahun berikutnya sesuai batas
waktu penyampaian secara online sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai makalah bulanan bank umum.
b.
Perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana
dimaksud pada poin “a” dilakukan dengan formula sebagai berikut:
c.
Dalam melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM
sebagaimana dimaksud pada huruf B, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1.
Total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah baki debet Kredit atau
Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing, yaitu:
a. Untuk Bank Umum, berasal dari pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada
pelaku usaha yang memenuhi kriteria UMKM yang dilakukan secara langsung;
dan/atautidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola
executing, pola channeling, atau pembiayaan bersama (sindikasi).
b. Untuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran,
berasal dari:
1) pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada pelaku usaha yang memenuhi
kriteria UMKM yang dilakukan secara langsung; dan/atautidak langsung yaitu melalui
kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola executing;
2) pemberian kredit atau pembiayaan untuk produk ekspor non migas.
c. Pedoman rincian komponen kredit atau pembiayaan UMKM dan/atau ekspor non migas
yang diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b mengacu pada Lampiran I.a dan Lampiran I.b yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
2.
Total Kredit atau Pembiayaan adalah jumlah baki debet Kredit atau Pembiayaan dalam
Rupiah dan valuta asing.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Peranan UMKM dalam pereonomian Indonesia sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja dan sumbangan dalam PDB
Indonesia berdasarkan data empiris sebagaimana telah dijelaskna di atas. Oleh karena itu,
untuk mendorong pertumbuhan UMKM dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi
dibutuhkan akses keuangan dari berbagai pihak, dalam pembahasan kali ini adalah peran
b.
Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga keuangan dan otoritas moneter.
Dukungan Bank Indonesia terhadap perkembangan UMKM direalisasikan dalam berbagai
benruk kebijakan yang dikeluarkan guna meningkatkan penyaluran kredit atau pembiayaan
dari perbankan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diperlukan untuk
c.
memperkuat peran UMKM dalam struktur perekonomian nasional.
Beberpa kebijakan aktual Bank Indonesia mengenai UMKM antara lain dengan
dilakukannya perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang
Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Adanya pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif bagi bank umum atas penyaluran kredit atau pembiayaan kepada
UMKM juga merupakan kebijakan Bank Indonesia sebagai bentuk dukungannya terhadap
UMKM. Selain itu, terdapat pula perubahan dari LDR (loan to deposit ratio) menjadi LFR
(loan to funding ratio).
3.2 Saran
Melihat begitu besar potensi dan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia,
maka berbagai kebijakan untuk semakin mendorong dan memajukan UMKM sangatlah
diperlukan, utamanya kebijakan terkait permodalan atau pembiayaan. Menurut kami tidak hanya
bank umum, namun program-program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) diperlukan untuk
meningkatkan akses keuangan bagi UMKM. Programprogram seperti ini akan semakin
memudahkan masyarakat untuk menjangkau akses permodalan sehingga kedepan kegiatan usaha
akan semakin berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal
Bank Indonesia. 2013. Benang Merah Gerai Info 2013. Jakarta: Bank Indonesia
Sudaryanto, Ragimun, Rahma Rina Wijayanti. 2014. Strategi Pemberdayaan UMKM
Menghadapi Pasar Bebas Asean. Jakarta.
Internet
http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Documents/pbi_171215_rev.pdf. Diakses 29 November
2015
Peraturan
Bank Indonesia. 2015. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015. Jakarta: Bank
Indonesia