PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN K

Tugas - 1

PENGARUH PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
MENGGUNAKAN ANIMASI TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH

Seminar dan Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampu : Dr. Marham Sitorus, M.Si.

Oleh:

ARVINA SAFITRI BARUS
Nim : 813 614 2003

PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM STUDI Magister PENDIDIKAN
KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014
PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN ANIMASI
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
(THE EFFECT OF USING STAD COOPERATIVE LEARNING METHOD USING ANIMATION
ON LEARNING OUTCOMES OF STUDENTS IN CHEMISTRY)
Arvina Safitri Barus1
Universitas Negeri Medan, Medan
akuarvina@Yahoo.com, arvinabaroezz@gmail.com, Jl. Seroja I Medan, Hp. 081394780909

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of using STAD cooperative learning method
using animation on learning outcomes of students in chemistry discussion sub material
Concept Mol. This research was conducted in the whole class X which consists of 8 classes.
The research sample was taken by purposive sampling in the top two classes, eksperimen1
and eksperimen2. Class eksperimen1diberi treatment method STAD cooperative learning
with animation, while the class was given treatment eksperimen2 conventional learning with
animations. Observed data is the result of studying chemistry students, who gathered with
some 19 multiple-choice test consisting of about 5 answer choices, which have tested the

validity, reliability, level of difficulty, and the power difference. The data obtained were
analyzed by t-test, which had previously been tested for normality and homogeneity. The
average value of the pre-test grade was 25.61 ± 5.50 eksperimen1 and the average value of
the post-test grade was 84.44 ± 8.62 eksperimen1, while the average value of the pre-test
eksperimen2 class is 24.58 ± 7.08 and the average value of the post-test grade was 75.83 ±
9.27 eksperimen2. T-test analysis results obtained t> t table (6.02> 1.67) at α = 0.05, which
means that Ho is rejected and Ha accepted. This indicates that the learning outcomes of
students were given a chemical treatment with STAD cooperative learning methods using
animation higher than student learning outcomes in the given chemical treatment of
conventional learning. Improved student learning outcomes through STAD cooperative
learning using animation is equal to 84.5%, whereas in the conventional learning with
animations is at 73.6%. And the magnitude of difference in the results obtained by studying
the STAD cooperative learning methods with conventional learning the mole concept
subpokok discussion in SMA 15 field is equal to 14.81%.
Keywords: students teams achievement divisions (STAD), student learning outcomes,
animated media, the concept of the mole
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan animasi terhadap hasil belajar

kimia siswa pada subpokok bahasan Konsep Mol. Penelitian ini dilakukan di seluruh kelas X
yang terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian di ambil secara purposive sampling yang di bagi
atas dua kelas, eksperimen1 dan eksperimen2. Kelas eksperimen1diberi perlakuan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan animasi, sedangkan kelas eksperimen2 di beri
perlakuan pembelajaran konvensional dengan animasi. Data yang diamati adalah hasil
belajar kimia siswa, yang dikumpulkan dengan tes pilihan berganda sebanyak 19 soal terdiri
dari 5 pilihan jawaban, yang telah diujicobakan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya bedanya. Data yang diperoleh di analisis dengan uji-t, yang sebelumnya telah di uji

normalitas dan homogenitasnya. Nilai rata-rata pre-tes kelas eksperimen1 adalah 25,61 ±
5,50 dan nilai rata-rata post-tes kelas eksperimen1 adalah 84,44 ± 8,62, sedangkan nilai ratarata pre-tes kelas eksperimen2 adalah 24,58 ± 7,08 dan nilai rata-rata post-tes kelas
eksperimen2 adalah 75,83 ± 9,27. Hasil analisis uji-t diperoleh t hitung > ttabel (6,02 > 1,67) pada
α = 0,05 yang berarti H o di tolak dan Ha di terima. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
kimia siswa yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan animasi lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang di beri
perlakuan pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan animasi adalah sebesar 84,5%, sedangkan
pada pembelajaran konvensional dengan animasi adalah sebesar 73,6%. Dan diperoleh
besarnya perbedaan hasil belajar pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pembelajaran konvensional pada subpokok bahasan Konsep Mol di SMA Negeri 15 Medan

adalah sebesar 14,81%.
Kata Kunci : students teams achievement divisions (STAD), hasil belajar siswa, media
animasi, konsep mol

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
sumber daya manusia sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menuntun manusia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menurut hasil survey World
Competitiveness Year Book, dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan indonesia
berada dalam urutan sebagai berikut : pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti,
Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang di survei, Indonesia
berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara, Indonesia bera pada urutan 47 dan pada
tahun 2007 dari 55 negara yang di survei, Indonesia menempati urutan ke-53. [1]
Dalam hal peningkatan mutu pendidikan, guru juga ikut memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas siswa dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar dan guru
harus benar-benar memperhatikan, memikirkan sekaligus merencanakan proses belajar
mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau
terlibar dalam proses belajar mengajar, sehingga pengajaran tesebut efektif. [2]
Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran yaitu belum
dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik.

Hal tersebut lebih dipersulit lagi oleh suatu kondisi yang turun temurun, dimana guru
mendominasi kegiatan pembelajaran.[3]
Pembelajaran yang masih bersifat teacher center menyebabkan siswa menjadi pasif
dan cenderung menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan siswa. [4].

Guru harus menentukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan
dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus di
capai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh guru menunjuk variasi juga dan tidak
sama antara jenis belajar yang satu dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling
dominan dalam segala jenis belajar.
Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar menggajar dapat membangkitkan
motivasi dan minat siswa serta dapat meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. [5].
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu metode pembelajaran yang
berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif, berfikir kritis, dan ada
kemauan membantu teman[6], maka sebaiknya pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan,
menurut siswa untuk menemukan konsep kerjasama dengan temannya. Salah satu
contohnya adalah pada pokok bahasan Konsep Mol. Maka perlu kiranya dikembangkan
suatu metode yang dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa berupa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan animasi untuk memberikan kesempatan kepada
siswa dalam mengemukakan gagasan terhadap suatu pemecahan masalah dalam
kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
Menggunakan Animasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Medan pada siswa kelas X semester 1
tahun ajaran 2009/2010. Rancangan penelitian ini adalah ”Group Pretest-Posttest Design
(rancangan uji awal dan akhir)” yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Penelitian
Group Pretest-Posttest Design
Kelompok
Eksperimen1

Tes Awal
T1

Perlakuan

X1

Tes Akhir
T2

Eksperimen2

T1

X2

T2

Keterangan:
T1 = Pretest
T2 = Posttest
Xa = Pembelajaran metode STAD dengan media animasi.
Xb = Pembelajaran metode konvensional dengan media animasi.
Teknik analisis data terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang normal atau tidak. Dalam

penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors. Sedangkan untuk
menguji homogenitas digunakan metode uji kesamaan dua varians. Uji hipotesis yang
digunakan adalah Uji-t pihak kanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian adalah nilai prestasi belajar pada materi Konsep
Mol. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif yang diambil dari kelas eksperimen I
(metode STAD dengan media animasi) dan kelas eksperimen II (metode konvensional
dengan media animasi). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 72 siswa yang
terdiri dari 36 siswa kelas X-3 dan 36 siswa kelas X-4 SMA Negeri 15 Medan tahun pelajaran
2009/2010. Data rerata nilai prestasi belajar aspek kognitif dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan standar deviasi
Kelas eksperimen1
Pre-tes
Post-test
Rerata
SD
rerata
SD
25,61
5,50

84,44
8,62

Kelas eksperimen2
Pre-tes
Post-tes
rerata
SD
Rerata
SD
24,58
7,08
75,83
9,27

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh rata-rata nilai post-tes untuk kelas eksperimen1
(metode STAD dengan animasi) lebih tinggi dari kelas eksperimen II (metode konvensional
dengan animasi). Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif STAD
memberikan kontribusi pencapaian prestasi kognitif yang lebih tinggi dari metode
konvensional.

Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan analisis uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Uji yang digunakan adalah:
1) Uji Normalitas
2) Uji Homogenitas.
Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors dan hasilnya dapat
dilihat dalam Tabel 3
Tabel 3. Uji Normalitas Data Kemampuan awal (X) dan hasil belajar siswa (Y)
Kelas Eksperimen1 dan eksperimen2.
Kelas
Eksperimen1

Sampel
36

Eksperimen2

36


Variabel
X
Y
X
Y

Lhitung
0,1384
0,1112
0,1263
0,1452

Ltabel
0,1477
0,1477

Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji kesamaan dua varians dengan taraf
signifikasi 5% dan hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Kelas
Eksperimen1
Eksperimen2

Simpangan
S2 = 30,23
S2 = 50,08

Fhitung
1,65

Ftabel
1,75

α
0,05

Keterangan
Homogen

Uji-t dapat dilakukan apabila data memenuhi syarat yaitu normal dan homogen. Data
dikatakan normal jika Lhitung < Ltabel. Sedangkan data dikatakan homogen jika F hitung <
Ftabel.
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t satu pihak yaitu uji t-pihak kanan. H a diterima
jika thitung > ttabel, pada taraf α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2).
Tabel 5. Hasil Uji hipotesis
Kelas
Eksperimen1
Eksperimen2

Varians
8,62
9,27

thitung
6,02

ttabel
1,67

kriteria
H0 ditolak

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa thitung = 6,02 sedangkan ttabel = 1,67. Sehingga
H0 yang berbunyi “hasil belajar siswa yang di ajar dengan metode pembelajaran kooperatif

STAD dan animasi tidak lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang di ajar dengan
pembelajaran konvensional dan animasi” ditolak. Dengan kata lain Ha diterima.
Berdasarkan perhitungan disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen1 masuk ke
dalam kategori gain tinggi (g = 0,845), pada kelas eksperimen2 disimpulkan bahwa rata-rata
kelas eksperimen2 masuk ke dalam kategori gain tinggi (g = 0,736).
Tabel 6. Peningkatan hasil belajar
Kelas
Eksperimen1
Eksperimen2

g (gain)
84,5%
73,6%

Peningkatan
14,81%

Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa eksperimen1 lebih
tinggi dari hasil belajar siswa eksperimen2, dimana peningkatan pada kelas eksperimen1
sebesar 84,5 % dan peningkatan pada kelas eksperimen2 sebesar 73,6%. Maka besarnya
peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen1 dibandingkan dengan kelas
eksperimen2 adalah sebesar 14,81%.
Pada umumnya proses pada kedua kelas eksperimen dapat berjalan dengan optimal.
Penerapan metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) dapat
memicu siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dimana
setiap siswa dituntut untuk dapat aktif berdiskusi dalam proses pembelajaran.
Dengan

demikian,

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa

penerapan

metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD bermanfaat untuk :
1. Membantu siswa untuk bekerja sama dan mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2. Membantu dan mendorong semangat siswa untuk sama-sama berhasil.
3. Membantu interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
4. Siswa lebih berpartisipasi terhadap pelajaran.
5. Mampu menjelaskan persoalan pelajaran lewat diskusi dan kerja kelompok.
Sedangkan pembelajaran dengan animasi sengaja dirancang yang berguna untuk
memudahkan siswa dalam membangun pengetahuannya dalam jangka waktu yang singkat,
perpaduan metode kooperatif tipe STAD dengan animasi juga menjadikan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran meningkat dan bertahan lama.

Jadi dalam penelitian ini didapat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan animasi baik digunakan pada pembelajaran kimia, karena
dengan penggunaan variasi metode yang lebih dari satu, aktivitas belajar anak akan
bertambah, minat belajar anak akan berubah dan anak akan termotivasi untuk memperbaiki
minat terhadap pelajaran kimia sehingga anak akan lebih dekat dengan kimia dan memahami
pelajaran kimia. Dengan pahamnya siswa terhadap materi kimia, maka siswa akan dapat
meningkatkan hasil belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) yang dilengkapi dengan animasi
menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan metode
pembelajaran konvensional dengan animasi pada materi pokok konsep mol.

DAFTAR REFERENSI
[1] Muhliz, (2009), Urutan Kualitas Pendidikan Dunia, http://t4belajar.wordpress.com.
[2] Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
[3] Mulyasa, E. (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung.
[4] Dimyati dan Mujiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
[5] Arsyad, A., (2008), Media Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
[6] Isjoni., (2011), Cooperative Learning., Bandung: Alfabeta.
UCAPAN TERIMAKASIH

-

Kepala Sekolah dan guru-guru SMA Negeri 15 Medan

-

Dosen pembimbing

-

Siswa-siswa SMA Negeri 15 Medan