PENGARUH SIKAP DAN TINGKAT INTELEGENSI T

PENGARUH SIKAP DAN TINGKAT INTELEGENSI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS II SMK TRI BHAKTI BANGKO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

M. Jainuri

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi suatu fenomena bahwa adanya kesenjangan
antara sikap belajar dan intelegensi terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas
II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dan pengaruh antara sikap belajar dengan prestasi belajar,
intelegensi dengan prestasi belajar, sikap belajar dengan intelegensi, sikap belajar
dan intelegensi secara bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap belajar (X1)
dan intelegensi (X2) sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat
(Y). Responden penelitian adalah siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun
Pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang sebagai populasi dan sekaligus diambil
sampel. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan

data menggunakan metode angket dengan skala likert untuk sikap belajar, tes
intelegensi untuk mengetahui IQ dan untuk mengukur prestasi belajar siswa
menggunakan metode dokumentasi berupa nilai ulangan harian. Nilai korelasi
analisis validitas skala sikap antara 0,214 - 0,860 dan nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh 0,839.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi Variabel X1
terhadap Y sebesar 0,491 > rtabel atau 0,492 > 0,468 maka Ha diterima dan Ho
ditolak, koefisien korelasi X2 terhadap Y sebesar 0,683 > 0,468 maka Ha diterima dan
Ho ditolak, koefisien korelasi X1 terhadap X2 sebesar 0,423 < 0,468 maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Korelasi ganda antara sikap belajar dan intelegensi secara bersamasama terhadap prestasi belajar sebesar 0,728 dengan Fhitung sebesar 8,466 dan Ftabel
sebesar 3,68. Karena Fhitung > Ftabel atau 8,466 > 3,68 maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan
antara sikap belajar dan intelegensi secara bersama – sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kata kunci : pengaruh, sikap belajar, intelegensi, prestasi belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya
tidak boleh terhenti dan terus berjalan seiring dengan usia manusia. Pendidikan yang
berkualitas tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat


mengoptimalkan potensi sumber daya yang lainnya. Hal ini berarti

pendidikan

diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas
keberadaannya serta mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Untuk itu,
mengingat bahwa pendidikan merupakan masalah yang sangat kompleks dan teramat
penting karena menyangkut berbagai sektor kehidupan bagi pemerintah maupun
masyarakat maka seyogyanya pendidikan diupayakan secara terencana dan sistematis.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang
harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal
material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada
problematika (permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan
sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah
Menengah Kejuruan sampai saat ini masih jauh dari apa yang di harapkan. Betapa kita
masih ingat akan standarisasi Ujian Nasional dengan standar nilai masing – masing
mata pelajaran yang harus dicapai, dikeluhkan oleh para pendidik bahkan oleh orang –
orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus.

Di sisi lain pendidikan juga merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui
sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi
peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge,
tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif

dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung
jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak
hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk
menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan
proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang

penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Dimyati (2006 : 10) belajar merupakan
seperangkat proses yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Sedangkan Slameto (2003 : 2) menyatakan belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian.
Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan
selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar
seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah
yang disebut sebagai prestasi belajar.

Prestasi belajar menurut Purwanto (2008 : 22) adalah hasil yang dicapai
seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai
rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Berkaitan dengan hasil belajar, sikap siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah turut mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan mengacu kepada pengertian
tentang sikap secara umum, maka sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan

siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gagne (dalam Wuryani, 2006 : 220) sikap merupakan kecenderungan bereaksi
seseorang terhadap suatu obyek.
Jika lingkungan belajar memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka
sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa
senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa,
maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu
siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi
dalam belajar, selain harus mempunyai sikap positif seseorang harus juga memiliki
Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial
yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik. Menurut Anastasi dan Urbina (2007 : 331) hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif.

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki intelegensi rendah dan

mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak
mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka.
Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang dengan
intelegensi tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan intelegensi
sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan intelegensi tinggi.

Tujuan dan Orientasi Penelitian
Manfaat secara umum yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
memberi informasi faktual tentang pengaruh sikap dan intelegensi terhadap prestasi
belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran
2009/2010. Bagi peneliti : (1) Sebagai referensi dan masukan dalam penelitian
berikutnya khususnya yang berkaitan dengan sikap dan intelegensi terhadap prestasi
belajar siswa dan (2) Menambah pengetahuan bagi peneliti lain tentang sikap dan
intelegensi terhadap prestasi belajar matematika siswa. Bagi pihak terkait, guru : (1)
sebagai bahan masukan agar selektif dalam memilih metode, pendekatan dan strategi
pembelajaran terutama menyangkut masalah sikap dan tingkat intelegensi siswa, (2)
sebagai acuan dalam mengupayakan peningkatan kualitas belajar mata pelajaran
matematika dan (3) sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan
mengenai sikap dan intelegensi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
matematika. Bagi siswa : (1) berguna untuk membantu merubah sikap negatif ke arah

sikap yang lebih baik, (2) berguna untuk merangsang siswa meningkatkan tingkat
kecerdasan intelektual atau intelegensinya dan (3) sebagai motivasi dalam mencapai
keberhasilan belajar dengan cara meningkatkan prestasi belajar matematika. Bagi
sekolah : (1) sebagai bahan pertimbangan menyusun strategi dan manajemen sekolah

dalam peningkatan kualitas belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika dan (2)
sebagai acuan dalam proses membantu siswa yang lemah tingkat intelegensinya
dengan memberikan bimbingan khusus.
Sedangkan

orientasi penelitian

ini bermaksud menelaah sikap, tingkat

intelegensi dan prestasi belajar matematika di SMK Tri Bhakti Bangko. Keluaran
penelitian yang berupa identifikasi sikap siswa, tingkat intelegensi siswa memberikan
informasi yang dapat dipergunakan untuk merancang strategi pembelajaran yang
demokratis dan disusun berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang heteregon.
Sehingga dpada muaranya dapat meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.


KAJIAN TEORITIK
Sikap Belajar
Sikap atau attitude merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang
(stimuli). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena
suatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-situasi mengenai
dirinya.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang.
Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti
adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasan,
dan juga situasi lingkungan. Demikian pula sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu
atau perangsang yang sama mungkin juga tidak selalu sama.
Hadis (2006 : 38) mengatakan: "Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan
seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsangan tertentu". Sedangkan
menurut Bruno (dalam Syah, 2007 : 120) berpandangan bahwa sikap (attitude) adalah

kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau barang tertentu.
Senada dengan hal tersebut Anastasi dan Urbina (2007 : 445) menyatakan
bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak

menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk, seperti kelompok etnis,
nasional, adat-istiadat atau lembaga. Sedangkan Kartono (1985 : 310) mengatakan
bahwa sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momenmomen kemauan yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, sehingga
sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada setiap tingkah laku.
Sedangkan menurut Bogardus (dalam Kartono, 1985 : 311) sikap merupakan
“tendensi untuk bereaksi terhadap faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif,
atau bisa bersifat negatif”.
Dari pendapat-pendapat di atas pada prinsipnya sikap (attitude) dapat dianggap
sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal
ini perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya

kecenderungan-

kecenderungan baru yang telah berimbas (lebih maju dan lugas) terhadap suatu obyek,
tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
Dalam kaitan sikap dalam belajar Dimyati (2006 : 239) menyatakan bahwa
sikap belajar merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, merasa senang dan tidak senang
dalam melakukan aktifitas belajar.

Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum, maka sikap
belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran
di sekolah. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak senang yang

ditunjukan oleh siswa di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa ialah kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas, metode,
pendekatan dan strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, media
pembelajaran, sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kelas, manajemen kelas
dan berbagai faktor lain yang turut mempengaruhi sikap siswa.
Jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka
sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa
senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa,
maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu
siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
Perilaku yang diperlihatkan siswa yang bersifat negatif atau tidak senang
terhadap proses pembelajaran berupa sikap acuh tak acuh ( apatis ), siswa tidak aktif
mengikuti pembelajaran, mengganggu teman sekelasnya, tidak mengerjakan atau
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, keluar masuk kelas dan
berbagai bentuk perilaku yang menyimpang lainnya.

Tingkah laku yang positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang
ditunjukkan siswa ialah siswa aktif, tekun, ulet, menyelesaikan tugas-tugas belajar
dengan baik, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas, menghormati guru dan
teman sekelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerja
sama yang baik dengan teman kelas dan melakukan tugas-tugas belajar secara
berkelompok dan sebagainya. Sedangkan sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika dapat dilihat dari bagaimana siswa memahami tujuan dan isi mata
pelajaran matematika, cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika,

sikap siswa terhadap guru mata pelajaran matematika dan sikap siswa dalam usaha
memperdalam mata pelajaran matematika.
Menurut Sudjana (2008 : 82) Sikap siswa dalam memahami tujuan dan isi
mata pelajaran matematika dapat dilihat dari (1) paham dan yakin akan pentingnya
tujuan dan isi matematika, (2) kemauan untuk mempelajari materi matematika, (3)
kemauan untuk menerapkan atau menggunakn konsep matematika dan (4) senang
membaca atau mempelajari buku matematika.
Di bagian lain Sudjana (2008 : 83) menyatakan :
Cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika dapat ditinjau dari
(1) kesulitan mempelajari matematika, (2) konsep matematika perlu dipelajari
dengan menggunakan alat peraga, (3) perlu banyak latihan, (4) konsep
matematika diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan (5) pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari – hari menggunakan matematika. Dan untuk
sikap siswa terhadap guru yang mengajarkan indikatornya adalah pemberian
pekarjaan rumah.

Lebih jauh Sudjana (2008 : 84) menyatakan bahwa upaya memperdalam mata
pelajaran matematika dapat ditinjau dari (1) kesulitan mempelajari matematika, (2)
mempelajari konsep matematika memerlukan berbagai buku matematika, (3)
memperbanyak latihan dalam memecahkan soal – soal matematika.

Tingkat Intelegensi ( Kecerdasan Intelektual )
Perkataan intelegensi atau intelektual berasal dari kata Latin intelligere yang
berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan dengan yang lain (to
organize, to relate, to bind together). Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
berpikir merupakan hal mutlak dalam intelegensi. Intelegensi secara umum dipahami
pada dua tingkat, yaitu : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai
kemampuan untuk memproses infomasi sehingga masalah – masalah yang dihadapi

dapat dipecahkan (problem solved) dan kecerdasan merupakan pemandu untuk
mencapai sasaran – sasaran secara efektif dan efisien.
Menurut Yandianto, (1997 : 189) intelegensi didefinisikan sebagai :
Daya membuat atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik
maupun mental terhadap pengalaman – pengalaman baru, membuat
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila
dihadapkan pada fakta – fakta atau kondisi baru, kecerdasan.

Menurut Stern (dalam Djaali, 2008 : 63) intelegensi ialah daya menyesuaikan
diri pada keadaan baru dengan mempergunakan alat – alat berpikir menurut tujuannya.
Di sini terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri
(adjusment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang
intelegensinya tinggi (cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah
baru yang dihadapi, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
Di bagian lain Stern mengemukakan bahwa intelegensi sebagian besar
tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu
berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Dari batasan yang dikemukakan, dapat kita
ketahui bahwa: (1) intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat
bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan
sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang), (2) kita hanya dapat
mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi
hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan
intelegensinya”, (3) bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang
dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun
memegang peranan.
Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuantujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan

dan mencapai tujuan itu Sedangkan Purwanto (1996 : 52) berpendapat bahwa
intelegensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang
berbuat sesuai dengan cara – cara tertentu. Sementara Mulyasa (2005 : 122)
menyatakan intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum
(general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah,
menyesuaikan diri dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupan berpikir
seseorang.
Dari pendapat – pendapat di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan
harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Seperti diketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda – beda. Hal ini didasarkan pada pandangan yang menekankan bawaan
(kualitatif ) dan penekanan pada proses belajar ( kuantitatif ), sehingga dengan adanya
pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Syah (2007 : 132) dan Slameto (2003 : 131) faktor – faktor yang
mempengaruhi intelegensi adalah : (1) faktor bawaan, (2) faktor lingkungan, (3)
stabilitas intelegensi dan IQ, (4) faktor kematangan, (5) faktor pembentukan, (6)
faktor minat dan pembawaan yang khas dan (7) faktor kebebasan.

Prestasi belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena
memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus

dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar
yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar
siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Gagne (dalam Wuryani, 2006 : 217) berpendapat bahwa prestasi belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sedangkan Bloom (dalam Arikunto, 2009 :
117) menyatakan prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Menurut Purwanto (2008 : 22) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil
yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi
belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada
jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan
dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang
dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut rapor.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami
kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi
dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang
dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu
diperhatikan. Menurut Suryabrata (2007 : 233) dan Slameto (2003 : 54), secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal : (1) .
Faktor fisiologis atau jasmaniah dan (2) faktor psikologis:

intelligensi, sikap,

motivasi. Faktor eksternal meliputi : (1) faktor lingkungan keluarga ; sosial ekonomi
keluarga, pendidikan orang tua, perhatian orang tua dan suasana hubungan antara
anggota keluarga, (2) faktor lingkungan sekolah ; sarana dan prasarana, kompetensi
guru dan siswa, kurikulum dan metode mengajar, (3) faktor lingkungan masyarakat ;
sosial budaya, partisipasi terhadap pendidikan.
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,
mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat
bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan
ilmu pengetahuan

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap belajar (X1)
dan intelegensi (X2) sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat
(Y). Responden penelitian adalah siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun
Pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang sebagai populasi dan sekaligus diambil
sampel. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan
data menggunakan metode angket dengan skala likert untuk sikap belajar, tes
intelegensi untuk mengetahui IQ

dan untuk mengukur prestasi belajar siswa

menggunakan metode dokumentasi berupa nilai ulangan harian. Untuk menguji

validitasa angket digunakan rumus Product – Moment dari Pearson dan uji reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Sebelum diadakan analisis, data perlu diuji persyaratan analisisnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui rumus statistik yang sesuai untuk dipergunakan.
Pengujian normalitas data menggunakan rumus Chi Kuadrat dan linearitas
menggunakan rumus Anova (anlisis of varians). Menurut Sudjana (2001 : 78) statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tergantung kepada isi rumusan
hipotesis.

Sedangkan

Sugiyono

(2008

:

153)

untuk

menguji

hipotesis

assosiatif/hubungan digunakan Korelasi Product Moment, Korelasi Ganda dan
Analisis Regresi untuk melakukan prediksi.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang dikemukakan yaitu merupakan hipotesis
assosiatif maka untuk menguji dan menganalisis data-data yang terkumpul digunakan
Rumus Korelasi Product-Moment, Rumus Korelasi Ganda, Rumus Uji – t, Rumus Uji
– F, Rumus Regresi Linier Sederhana dan Rumus Regresi Linier Ganda. Dan cara
penghitungannya dibantu dengan program SPSS 15.0 for windows.

PEMBAHASAN
Pengaruh antara Sikap Belajar ( X1 ) terhadap Prestasi Belajar ( Y ).
Berdasarkan analisis data besarnya hubungan sikap belajar (X1) terhadap
pretasi belajar (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,491 atau (rx1y =
0,491). Hal ini menunjukkan hubungan yang sedang antara sikap belajar (X1) terhadap
pretasi belajar (Y), sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur
dari nilai probablilitas menghasilkan angka 0,008. Karena probabilitas jauh lebih kecil
dari 5% atau 0,008 < 0,005 maka hubungan antara sikap belajar ( X1 ) terhadap

prestasi belajar ( Y ) signifikan, sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap
prestasi belajar sebesar 24,11%.
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6
menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + bX1 = 64,146 + 0,277 X1
Di mana :

X1 = sikap belajar, Y = prestasi belajar

Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai
variabel sikap belajar (X1), maka nilai prestasi belajar (Y) adalah 64,146. Koefisien
sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau
nilai sikap belajar akan mengalami peningkatan skor sebesar 0,277. Dari analisis data
diperoleh rhitung untuk variabel sikap belajar ( X1 ) sebesar 0,491 dan nilai rtabel dengan
signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,491 >
0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara sikap belajar dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri
Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.

Pengaruh antara Intelegensi (X2) terhadap Pretasi Belajar (Y)
Besarnya hubungan intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y) yang dihitung
dengan koefisien korelasi adalah 0,683 atau (rx2y = 0,683). Hal ini menunjukkan
hubungan yang kuat antara intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y), sedangkan
tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas
menghasilkan angka 0,002. Karena probabilitas jauh di bawah dari 5% atau 0,002 <

0,05 maka hubungan antara intelegensi ( X2 ) terhadap pretasi belajar ( Y ) signifikan,
sedangkan kontribusi variabel intelegensi terhadap prestasi belajar sebesar 46,65%.
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6
menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + bX2 = 64,146 + 0,801 X2
Di mana :

X2 = intelegensi, Y = prestasi belajar

Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai
variabel intelegensi ( X2 ), maka nilai prestasi belajar ( Y ) adalah 64,146. Koefisien
sebesar 0,801 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau
nilai intelegensi akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,801. Dari analisis
diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,683 dan nilai rtabel dengan
signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,683
> 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara intelegensi dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti
Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.

Pengaruh antara Sikap Belajar (X1) dengan Intelegensi (X2)
Besarnya hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) yang
dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,423 atau (rx1x2 = 0,423). Tingkat
signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas menghasilkan
angka 0,081. Karena probabilitas jauh di atas dari 5 % atau 0,081 > 0,05 maka
hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) tidak signifikan,
sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap intelegensi sebesar 17,89%. Dari

hasil analisis diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,423 dan nilai
rtabel dengan signifikansi ( α ) 5 % dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung <
rtabel atau 0,423 < 0,468 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap belajar dengan intelegensi siswa Kelas II SMK
Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.

Pengaruh antara Sikap Belajar (X1) dan Intelegensi (X2) Secara Bersama – Sama
terhadap Prestasi Belajar (Y).
Dari analisis data diperoleh nilai korleasi ganda (R) sebesar 0,728 dan
koefisien determinasinya (R Square) sebesar 0,530 (R2 = 0,7282). Dalam hal ini
berarti 53% kontribusi variabel sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) terhadap
prestasi belajar (Y) sedangkan sisanya 100% - 53% = 47 % dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Jadi sikap belajar dan intelegensi secara bersamasama terhadap prestasi belajar memberi kontribusi sebesar 53 %. Persamaan regresi
ganda adalah sebagai berkut :
Y = a + bX1 + cX2 = 64,146 + 0,277X1 + 0,801X2
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,466 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
dipergunakan untuk memprediksi prestasi belajar. Dari output SPSS diperoleh Fhitung
sebesar 8,466 dan Ftabel dengan α = 5%, dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 15
diperoleh sebesar 3,68. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 8,466 > 3,68 maka signifikan
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intelegensi secara
bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti
Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, besarnya
pengaruh secara bersama – sama (simultan) antara variabel sikap belajar (X1) dan
intelegensi (X2) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti
Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010 tergolong kuat. Sedangkan kontribusi secara
bersama – sama variabel X1 dan X2 terhadap Y = R2 x 100% atau 0,7282 x 100% =
53% dan sisanya 47% ditentukan oleh variabel lain. Kemudian mengenai naik –
turunnya atau besar kecilnya prestasi belajar dapat diprediksi melalui persamaan
regresi Y = 64,146 + 0,277X1 + 0,801X2 sehingga dari hasil penelitian ini dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) besarnya pengaruh variabel sikap
belajar terhadap prestasi belajar adalah 0,491 sedangkan kontribusi variabel X1
terhadap Y sebesar 24,11% kemudian sisanya 75,89% ditentukan oleh variabel lain.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap belajar berpengaruh yang sedang terhadap prestasi
belajar. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa sikap belajar siswa terhadap
mata pelajaran matematika di sekolah masih begitu rendah dan siswa. (2) besarnya
pengaruh variabel intelegensi terhadap prestasi belajar adalah 0,683 sedangkan
kontribusi variabel X2 terhadap Y sebesar 46,65% kemudian sisanya 53,35%
ditentukan oleh variabel lain. Hal ini memberikan keterangan bahwa variabel
intelegensi memberikan pengaruh kuat terhadap prestasi belajar. Temuan penelitian
ini menerangkan bahwa faktor intelegensi sangat mempengaruhi siswa dalam
pencapaian prestasi belajarnya. (3) besarnya hubungan sikap belajar dengan
intelegensi adalah sebesar 0,423 kemudian kontribusi variabel X1 dengan X2 sebesar
17, 89% sedangkan sisa 82,1 % ditentukan oleh variabel lain. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa sikap belajar tidak mempunyai hubungan secara lansung dengan
intelegensi. Dengan demikian sikap belajar perlu mendapat perhatian yang lebih

konkrit dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terutama pada mata pelajaran
matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Ahmadi, Abu, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Anastasi, Anne dan Urbina, Susana, 2007. Tes Psikologi. Jakarta : PT. Indeks
Arikunto, Suharsimi, 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
_________________, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Dalyono, 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Daniel, Moehar, 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara
Dimyati, Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Dzunaidi, http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2009_01_01_archive.html
Ferianita, Melati, 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara
Hadis, Abdul, 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Kartono, Kartini, 1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.
Jakarta : CV. Rajawali
Masykur, Moch dan Abdul Halim Fathani, 2007. Mathematicall Intellegence.
Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Syah, Muhibbin, 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Moch, 1988. Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pura, Widyo, 2006. Cara Mudah Mengunakan SPSS Data Entry. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo
Purwanto, Ngalim, 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
_______________, 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung : Alfabeta
Santoso, Gempur, 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
Soemanto, Wasty, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito
Sudjana, Nana, 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-TesisDesertasi, Bandung : Sinar Baru Algesindo
____________, 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Remaja Rosdakarya

Bandung : PT.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Sukardi, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta :
PT. Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Syaodih, Nana, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Umar, Husein, 2001. Meode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT.
Raja Grapindo Perkasa
Wuryani, Esti, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo
Walgito, Bimo, 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Yandianto, 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2S
Zaman, Saefull dan Dyan R. Helmi, 2007. Soal – Soal Tes Potensi Akademik (TPA).
Jakarta : Kawan Pustaka

Biodata Penulis
M. JAINURI, lahir tanggal 09 Juli 1972 di Nganjuk - Jawa Timur.
Pendidikan mulai SD Negeri No. 039 Simpang Kanan – Bengkalis Provinsi Riau
(1987), SMP Negeri 2 Tabir Hitam Ulu I (SPA) tamat tahun 1991, SMA Negeri 2
Tabir (1994). Alumni STKIP YPM Bangko Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Matematika.
Di samping senang terhadap ilmu – ilmu eksata, penulis jua mempunyai hobby
pada kesusatraan. Terutama kegiatan tulis menulis berupa fiksi dan nonfiksi. Essay
sastra, cerpen, puisi dan feature banyak dimuat di media masa.Hobby dengan dunia
komputer dan internet, aktif diskusi di forum, mailing list, dan jejaring sosial seperti
FB, FS dan Twitter sekarang mengelola beberapa webblog, yaitu :
http://www.sastrafresh.co.cc
http://www.mtkstkip.co.cc
Alamat E-Mail :
jen_kelana42@yahoo.co.id
jenkelana@gmail.com