PERAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN (1)

PERAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
A. Definisi/Pengeretian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikuilum diartikan
sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidkan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswaa
dari awal samapai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian diatas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu:
1. Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa,
2. Adanya tujuan utama, yaitu untuk memperoleh ijazah.
Dengan demkian, implikasinya terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap sswa harus
menguasai seluruh ata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat
penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran
terssebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan beberapa skor yang diperoleh setelah
mengkuti suatu tes atau ujian.
Pengertian kurikulum seperti disebutkan diatas dianggap terlalu sempit atau sangat
sederhana, sehingga perlu dipelajari pula buku-buku dan literature-literatur lainnya tentang
kurikulum terutama yang berkembang di negara-negara maju, maka akan ditemukan banyak
pengerrtian yang lebih luas dan beragam. Istilah kurikulu pada dasarnya tidak hanya terbatas
pada sejulah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning

experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan
teori dan praktek pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum,

maka secara teoritis akan agak sulit untuk menentukan satu pengertian yang dapat merangkum
semua pendapat.

B. Keterkaitan Kurikulum dengan Berbagai Pengertian Kurikulum
Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum. Menurut
R. Ibrahim (2005), kurikulum dikelompokkan dalam 3 dimensi, yaitu: kurikulum sebagai
substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Selain itu, Nana
Syaodih Sukmadinata (2005),mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari 3 dimensi,
yaitu kurikulu sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebaga rencana.
Sementara Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan
2.

Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari


kurikulum sebagai suatu ide
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/relita/Implementasi kurikulum

4.

Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konskekuensi dari kurikulum sebagai suatu

kegiatan.
Selanjutnya, bila merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dengan
mudah dapat mengungkapkan keempat dimens kurikulum tersebut dikaitkan dengan pengertian
kurikulum.
a.

Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide
Pengertian kurikulum sebagai diensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya

mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman
dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.
b. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana

Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan cara
mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk pedoman
penyelenggarakan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.

c.

Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas
Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktivitas memandang kurikulum merupakan

segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

d. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil
Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat
memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan yang telah direncanakan
dan yang telah menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.
Adapun pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim digunakan dalam
dunia pendidikan dan persekolahan di negara kita adalah kurkulum merupakan suatu rencana
tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan
pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa “kurkulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

C. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanankan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawasan, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu:
a.

Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar

memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan social.
Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh
karena itu, siswa pun harus memilki keampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di lingkungannya.
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadipribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadan yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakat.
c.

Fungsi diferensiasi (the differentiation function)
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan

terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi persiapan (the propaedeutic function)
Bahwa kurikulum sebagai alat penddikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain tu,kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat mempersiapkan siswa utnuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

e.

Fungsi pemilihan (the selective function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memerikan kesempatan
kepada siswa untuk memilh program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
niatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena
pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa
tersebut untuk memilih yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

F.

Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan

siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahankelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi
kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.


D. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila drinci secara lebih
mendetal terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yatu peranan knservatif, peranan
kreatif dan peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).

a.

Peranan Konservatif
Bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai

warsan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang
berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan

kenyataan bahwa pendidikan [ada hakikatnya merupakan proses social. Salah satu tugas
pendidikan yaitu memengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang
hidup dilingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan

perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuanpengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.

c.

Peranan Kritis dan Evaluatif
Bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami

perubahan,sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada
masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.

Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk
menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.
Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-

nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan

diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis agar
dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang
menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga
peranan kurikulum tersebut menjad tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan, diantaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Denegan demikian, pihak-pihak yang terkait idealnya dapat memahami tujuan dan isi dari
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang MKOP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006. “Kurikulum dan Pembelajaran”.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan system Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran
yang di lakukan secara masal dan klaksikal, dengan berorientasi pada kuantitas agar mampu melayani
sebanyak-banyaknya peserta didik, sehingga tidak dapat meng akomodir kebutuhan peserta didik secara

individual diluar kelompok, pada hakikatnya Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan potensi
kecerdasan serta bakat yang di miliki peserta didik secara optimal sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi diri yang di milikinya menjadi suatu prestasi yang punya nilai jual.
Dalam hal ini jelas bahwa system pendidikan di Indonesia sudah mulai di pokuskan pada keberhasilan pada
peserta didik dengan jaminan kemampuan yang diarahkan pada life skill yang kelak kemudian hari dapat
menopang kesejahtraan peserta didik itu sendiri untuk keluarganya serta masa depannya dengan kehidupan
yang layak di masyarakat. Bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya
manusia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan
nasional, oleh karenanya yang menjadi pra syarat utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusianya yang harus benar-benar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang diimbangi dengan
lajunya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras dengan tujuan pembangunan
nasional yang ingin di capai.
Pendidikan Non Formal merupakan salah satu wadah yang tepat di dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, konsekuensinya pembangunan di bidang pendidikan mutlak harus diutamakan dan
dioptimalkan.
Yang harus di ingat adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus di mulai dari pendidikan informal,
sementara pendidikan non formar merupakan wadah serta pondasi untuk menampung masyarakat dari
keluarga pra sejahtera agar memiliki kualitas serta dapat hidup layak dan sejajar dengan masyarakat dari
keluarga menengah keatas. pendidikan pada jenjang pendidikan non formal merupakan satuan pendidikan
yang membekali dan mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti tumbuh kembangnya dunia ilmu

pengetahuan dan teknologi agar warga belajar menguasai kecakapan khusus sehingga memiliki bekal yang
matang.
Dalam hal in. yang merupakan tantangan bagi tutor atau pamong belajar pada jenjang pendidikan non
formal mengenal lebih jauh tentang fungsi dan peran kurikulum pendidikan non formal guna mampu
menguasai bahan sehingga dapat memenuhi standar prioritas tingkat keberhasilan warga belajar untuk
melangkah pada jenjang pendidikan selanjutnya.
1.1 Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil thema “ Fungsi dan Peran kurikulum dalam Proses
Pembelajaran ” dari mata kuliah Teori dan Proses Pembelajaran PLS/PNF adalah merupakan kajian dari
pengembangan peda pelaksanaan proses pembelajaran bagi warga belajar yang lebih diarahkan pada
penggalian kemampuan yang ada pada diri pesrta didik /warga belajar.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari Penulis menyajikan Tema diatas adalah sejalan dengan standar
pembangunan pendidikan Nasional diarahkan pada komponen penting dalam mencapai target Indek
Pembangunan Manusia yang juga merupakan adopsi dari Konsep Comunnity-Based Education yang lebih
ditekankan kepada pendekatan dimana masyarakat harus terlibat aktif dalam peningkatan serta
pelaksanaan pendidikan bagi anak-anak. Masyarakat diarahkan serta di ajak untuk terlibat aktif dalam
meningkatkan layanan pendidikan bagi generasi muda yang disesuaikan dengan kebutuhan serta potensi
masyarakat yang ada di sekitar wilayahnya masing-masing.
1.3 Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Nasional Pendidikan.
5. Intrusi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar Pendidikan
dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan provinsi.

7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan Aksara Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Mendiknas Nomor 22 dan 23.
1.4 Hasil Yang Ingin Dicapai.
Secara prioritas dari kajian makalah yang penulis paparkan, ada hal-hal yang ingin di capai dan juga
merupakan salah satu dukungan dari akselerasi Program pengembangan dilapangan terkait kompetensi
dasar berbasis masyarakat berwawasan luas, dalam upaya meningkatan perluasan akses dan kualitas
Pendidikan Non formal sehingga warga belajar memiliki kecakapan hidup untuk kesejahtraan serta
kemandirian generasi muda pada masa yang akan datang dengan mengimbangi lajunya perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern dewasa ini.
BAB II
FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Dalam pengertian sederhana, kurikulum dianggap sebagai sejumlah mata pelajaran (subjects) yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah,
sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum mencakup semua pengalaman belajar (learning
experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga
peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan
peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua
pihak yang terkait dalam proses pendidikan.
2.1 Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang
tua, masyarakat, dan pihak peserta didik itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi peserta didik, kurikulum
memiliki enam fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan,
fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi diagnostik.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya kurikulum tersebut merupakan suatu
kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa komponen, di mana antara komponen satu dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Komponen-komponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi.
Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan.
Dengan demikian suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari
suatu kurikulum. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan
ajar, strategi pembelajaran, media, dan evaluasi. Bahkan dalam berbagai model pengembangan kurikulum,
tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam menentukan komponen-komponen yang lainnya.
Tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan di Indonesia bersifat hierarkis, yang terdiri atas Tujuan
Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Mata Pelajaran, dan Tujuan Instruksional (Umum dan
Khusus).
Isi/materi kurikulum menempati posisi yang penting dan turut menentukan kualitas pendidikan. Secara
umum isi/materi kurikulum merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, dan
keterampilan yang perlu diberikan kepada siswa. Pengetahuan ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak
dan tidak mungkin semuanya dijadikan sebagai isi kurikulum. Oleh karena itu, perlu diadakan pilihanpilihan. Untuk menentukan pengetahuan mana saja yang akan dijadikan isi kurikulum, diperlukan berbagai
kriteria.
Strategi pembelajaran merupakan bagian integral dalam pengkajian tentang kurikulum. Strategi
pembelajaran ini berkaitan dengan siasat, cara atau sistem penyampaian isi kurikulum. Pada dasarnya ada

dua jenis strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
oriented) dan yang berorientasi kepada siswa (student oriented). Strategi pertama disebut model ekspositori
atau model informasi, sedangkan strategi kedua disebut model inkuiri atau problem solving. Strategi mana
yang digunakan atau dipilih biasanya diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan
hakikat tujuan, sifat bahan/isi, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan menilai proses implementasi
kurikulum secara keseluruhan. Hasil evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik untuk mengadakan
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Selain itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam
penentuan kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan tentang kurikulum dan pendidikan. Gambaran
yang komprehensif mengenai kualitas suatu kurikulum, dapat dilihat dari komponen program, komponen
proses pelaksanaan, dan komponen hasil yang dicapai.
Berbicara Kurikulum berarti berbicara kerangka acuan yang harus di kuasai oleh Tutor/Pamong belajar
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik /warga belajar, di dalam kurikululum terdapat
asas-asas kurikulum yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan seperti
misalnya:
a) Tujuan pendidikan yang biasanya terkandung dalam filsafat suatu negara, yang merupakan dasar filsafat.
b) Keadaan masyarakat dengan keaneka ragaman agama, adat istiadat, ekonomi, sosial.politik dan budaya.
c) Psikologi anak, seperti perkembangannya, minat, kesanggupan, serta perbedaan antar individu.
d) Organisasi kurikulum seperti bahan pembelajaran, misalnya, mata pelajaran yang di sajikan dalam
bentuk tertentu
Sebagai dasar wawasan yang memungkinkan penulis untuk dapat mengembangkan yang berkaitan dengan
fungsi dan peran kurikulum, maka terlebih dahulu akan penulis paparkan pengertian dari kurikulum yaitu
pedoman atau acuanyang menginformasikan sejumlah pengalaman dalam proses kegiatan pembelajaran
yang melibatkan perubahan pada mental dan fisik melalui inter aksi antar peserta didik / warga belajar,
peserta didik/warga belajar dengan guru/pamong belajar/tutor, peserta didik/warga belajar dengan
lingkungan serta suber belajar lainnya dalam upaya pencapaian kompetensi dasar.
Kurikulum dengan sendiri merupakan seperangkat rencana program dan pengaturan yang di dalamnya
terdapat isi serta bahan pengajaran, merupakan panduan bagi guru dalam menginformasikan sejumlah
materi pelajaran yang menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara profesional
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, yang teruang dalam tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki dua fungsi, yang terdiri fungsi umum dan fungsi khusus, fungsi umum dalam
kurikulum yaitu sebagai penyedia dan pengembang individu peserta didik, sementara yang di maksud
dengan fungsi khusus adalah terdiri dari dua hal yang harus di perhatikan yaitu :
a. Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
ketetapan kurikulum.
b. Fungsi Korektif yaitu merupakan rambu-rambu sebagai pedoman dalam membetulkan, ketika
pelaksanaan menyimpang dari kurikulum.
c. Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan yang benar bagi pelaksanaan serta pengembangan dengan
berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Dalam fungsi kurikulum ada hal – hal yang harus diperhatikan yang erat kaitannya dengan komponenkomponen dalam fungsi kurikulum yaitu sasaran atau arah yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan
yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang juga merupakan
Tujuan Ideal Pendidikan Bangsa Indonesia.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum yang merupakan tuntutan bagi guru/pamong belajar
dalam mengembangkan daya nalar serta wawasan dimana seorang guru ataupun pamong belajar untuk
pendidikan non formal harus mampu menjabarkan hal – hal seperti :
a) Tujuan Institusional, yang merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan.
b) Tujuan Kurikuler yaitu tujuan yang ingin di capai oleh suatu program study yang merupakan suatu target
yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran yang masih di bagi menjadi tujuan instruksional umum, dan
memerlukan waktu lebih lama (tujuan jangka panjang) memerlukan waktu yang lebih lama serta sukar di
ukur, misalnya penekanan pada peri laku peserta didik/warga belajar.
c) Isi Kurikulum, yaitu terdiri dari pengalaman-pengalaman yang aka di peroleh peserta didik/warga
belajar, dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah yang didalamnya mencakup : tujuan khusus, bahan
ajar, media pembelajaran dan sumber belajar, yang di rancang sedemikian rupa sehingga apa yang diperpleh
peserta didik/ warga belajar sesuai dengan tujuan yang ingi di capai.
d) Metode Pembelajaran, yaitu panduan yang menjembatani kegiatan peserta didik/warga belajar dalam

memperoleh pengalaman belajar dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan.
e) Evaluasi Kurikulum, adalah media untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di jangkau dapat
tercapai atau tidak, evaluasi adalah tolak ukur dari kompetensi belajar peserta didik, apakahmateri pelajara
yang telah di sampaikan itu dapat di kuasai oleh peserta didik atau tidak, evaluasi kurikulum juga adalah
merupakan upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan kurikulum, juga tingkat keberhasilan proses
kurikulum.
2.2 Peran Kurikulum
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah
hidup bangsa memegang peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas,
terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus diberikan
kepada peserta didik semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami,
diterima, dan dilakukan.
Kurikulum sekolah merupakan instrumen strategis untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia
baik jangka pendek maupun jangka panjang, kurikulum sekolah juga memiliki koherensi yang amat dekat
dengan upaya pencapaian tujuan sekolah dan atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan
pembaruan kurikulum harus mengikuti perkembangan, menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan
menghadapi tantangan yang akan datang serta menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Karim (Susilo, 2007:10) bahwa: ‘’Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, salah satunya
adalah dengan perubahan kurikulum, sehingga mulai Cawu 2 Tahun Ajaran 2001/2002 sudah diperkenalkan
kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994, dan kini dikenalkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan kurkulum berbasis kompetensi”.
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi ((Susilo, 2007:10)) bahwa: “saat terjadi
perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu segera
dianggap dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Di mana peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap
pengembangan kurikulum seperti pembaruan dan diversifikasi kurikulum”.
Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya
dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan pelaksanaan evaluasi
terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna. Kurikulum berbasis kompetensi
dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,
pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan, untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan
cerdas dalam mengemban identitas budaya bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial serta membudayakan
dan mewujudkan karakter nasional. Juga untuk memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar
yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal
sebagaimana yang telah dicetuskan oleh UNESCO sejak 1970 yakni: learning to know, learning to do,
learning to life together dan learning to be.
KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso maupun mikro.
Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan yaitu
desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan
daerah tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan
lembaga pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya yaitu sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepeduliaan pemerintah terhadap gejalagejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian
otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi
seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna
mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, KTSP tampil sebagai
alternatif kurikulum yang ditawarkan.
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan
pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar sekolah dapat leluasa
mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dituntut agar lebih memahami pendidikan
membantu, serta mengontrol pengelolaan pendidikan. Dalam konsep ini sekolah dituntut memiliki tanggung
jawab yang tinggi, baik kepada orang tua, masyarakat, maupun pemerintah.
Otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para
staf, menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pendidikan. Otonomi sekolah juga berperan dalam menampung konsensus umum tentang
pemberdayaan sekolah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin
keputusan dan seharusnya dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (line staf) yang bertanggung
jawab secara langsung terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena akibat dari kebijakan tersebut, baik
guru maupun kepala sekolah.
Keterlibatan kepada sekolah dan guru dalam pengambilan keputusan sekolah juga mendorong rasa
kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolah yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan
sumber daya yang ada efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Tujuan utama KTSP adalah
memandirikan dan memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemberian wewenang (otonomi) kepada sekolah
diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Di samping lulusan yang kompeten, peningkatan mutu dalam KTSP antara lain akan diperoleh melalui
reformasi sekolah (school reform), yang ditandai dengan peningkatan partisipasi orang tua, kerjasama
dengan dunia industri, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah
dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan budaya mutu dalam
suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan akan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat
terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab
pemerintah.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk
pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau
pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses
pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama proses pembelajaran dapat dimulai dari menganalisis setiap
komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang
dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas
dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen itu
keberadaannya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.
Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah
komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung
dengan siswa sebagai subyek dan obyek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan,
bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai
stndar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Meyakinkan setiap orang
khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaannya merupakan pekerjaan profesional merupakan upaya
pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses sesuai dengan harapan.
Mengapa demikian, sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan
jabatan profesional. Ada yang beranggapan setiap orang bisa menjadi guru walaupun mereka tidak
memahami ilmu keguruan dapat saja dianggap sebagai guru, asal paham materi pelajaran yang akan
diajarkannya. Apabila mengajar dianggap hanya sebagai proses penyampaian materi pelajaran, pendapat
seperti itu ada benarnya. Konsep mengajar yang demikian, tuntutannya sangat sederhana, yaitu asal paham
informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia dapat menjadi guru. Tetapi, mengajar tidak
sesederhana itu. Mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses
mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar
terdapat kegiatan membimbing siswa agar bisa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya,
melatih keterampilan baik intelektual maupun motorik sehingga sisiwa dapat dan berani hidup di
masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat memecahkan
berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang

memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai
strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf
perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk
menjamin efektivitas pembelajaran.
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin
dimiliki oleh orang yang bukan guru. Menurut James M .Cooper (1990:64): “A teacher is person charged
with the responsibility of helping others to learn and to behave in new different ways”. Itulah sebabnya guru
adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusu hasil proses pendidikan yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Menurut Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. (2007:15) bahwa
syarat-syarat pokok dari pekerjaan profesional antara lain:
A. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh
dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang
dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
B. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis
profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas;
C. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang
dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademis sesuai
dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tngkat
penghargaan yang diterimanya;
D. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan,
sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari
pekerjaan profesinya itu.
Dengan deikian, guru yang profesional berarti dituntut memiliki ilmu yang bisa dipertanggung jawabkan
secara ilmiah; memiliki keahlian sesuai dengan bidang yang ditekuninya; keahliannya harus sesuai dengan
latar belakang pendidikan yang didapatnya dan profesi guru yang profesional memiliki dampak sosial
kemasyarakatan, baik kepada siswa, keluarga maupun masyarakat.
KESIMPULAN
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya kurikulum tersebut merupakan suatu
kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa komponen, di mana antara komponen satu dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Komponen-komponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi
Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
ketetapan kurikulum.
Fungsi Korektif yaitu merupakan rambu-rambu sebagai pedoman dalam membetulkan, ketika pelaksanaan
menyimpang dari kurikulum.
Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan yang benar bagi pelaksanaan serta pengembangan dengan
berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Dalam fungsi kurikulum ada hal – hal yang harus diperhatikan yang erat kaitannya dengan komponenkomponen dalam fungsi kurikulum yaitu sasaran atau arah yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan
yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang juga merupakan
Tujuan Ideal Pendidikan Bangsa Indonesia. Yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas,
maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan
untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu
semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang
dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam
kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan
diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga
peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan
peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua
pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Berdasarkan beberapa uraian tentang Fungsi dan Peran
kurikulum, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah
hidup bangsa memegang peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas,
terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus diberikan
kepada peserta didik semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami,
diterima, dan dilakukan. Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang
berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai
berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan
untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu
semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang
dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam
kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan
diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru & Dosen Indonesia: Idealis, Profesional, Sejahtera. Jakarta: Pustaka
Indonesia.
Cooper, James M. (ed.) 1990. Classroom Teaching Skill. Lexington, Massachusetts Toronto: D.C. Heath and
Company.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Prismasophie.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Susilo, Muhammad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyajarta: Pustaka Pelajar Offset.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar

Belakang

Masalah

Penilaian tentang kinerja individu guru semakin penting ketika lembaga akan melakukan
reposisi. Artinya bagaimana lembaga harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja. Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program
pengembangan SDM sacara optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan
mencerminkan derajat kompetisi suatu lembaga.
Maju dan mundurnya suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh kinerja dari individu guru
yang ada di lembaga tersebut. Begitu juga dengan kualitas pendidikannya tidak terlepas
dari peran kinerja individu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Peran kinerja individu sangat diperlukan untuk memajukan mutu pendidikan. Tanpa
kinerja yang baik maka tujuan akan sangat jauh tercapai bak jauh api dari panggang.
Maka kinerja individu guru sangat diperluan dalam dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam peran kinerja individu guru dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sebagai berikut:
A. Pengertian Kinerja
B. Faktor-faktor kinerja guru
C. Strategi
C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang peran kinerja
individu guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus lagi di negeri
Indonesia yang tercinta ini.
BAB II
KINERJA INDIVIDU GURU
A. Pengertian Kinerja
Apakah sebenarnya arti kinerja itu? Dalam buku “Performance Appraisal”,
karangan Veithzal Rivai Ahmad Fawzi MB, 2005, Rajagrafindo Persada disebutkan
bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata
performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika
Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries”
yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2)
memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as
vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete
an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin
(to do what is expected of a person machine).
Pengertian kinerja yang lain yaitu sebagai berikut:
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps:
1992).

2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja
(Griffin: 1987).
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux: 1993).
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan, seseorang harus memliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya( Hersey and Blanchard: 1993).
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio:
1992).
6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik
dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson
and Ivancevich: 1994).
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolok ukur kinerja
individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas
individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996).
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang
dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and
Osborn: 1991).
9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau
motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O).
Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan
(Robbins: 1996).
Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan,

motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi
yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-ringtangan yang mengendalakan
karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada
rintangan yang menjadi penghambat.
Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance
sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan
(thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorng atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara
legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
B. Elemen Teknologi Kinerja
Kinerja dapat dilihat dari sudut pandang “individu, tim, organisasi” yang berarti hasil
terkait dengan masukan (input) dalam kaitan elemen teknologi yang terdiri dari : people,
procesess, resources dan tools.
Keadaan elemen teknologi untuk pemecahan masalah atau menjawab kebutuhan
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. People - Knowledge (cognitife), keahlian/skill(psycomo- toric), motivasi, disiplin,
pengalaman (affectif); Ada dua pengetahuan (knowledges) yaitu knowledge expleasite
dan knowledge tacit.
b. Procesess - metode, cara, peraturan mau pun prosedur kerja yang diperlukan dalam
melaksanakan program yang sudah ditetapan untuk dikerjakan dan dicapai hasilnya
sesuai tujuan/sasaran.
c. Resources - Sumber-sumber material/bahan baku yg dibutuhkan dalam proses produksi
untuk mencapai tujuan/sasaran individu/organisasi.

d. Tools - Peralatan kerja yang mendukung dan dapat digunakan oleh people, melalui
metode untuk mengolah resources yang ada. Prestasi kerja maupun bagaimana proses
kerja berlangsung yang menghasilkan sesuatu sesuai tujuan, yang diukur secara
kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam mengukur kinerja individu-lazim disebut produktivitas kerja, sedangkan
produktivitas itu sendiri adalah nilai hasil kerja (output) selama waktu tertentu.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individu. Kinerja dalam menjalankan
fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat
imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh
karena itu, men