Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB I

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan dinilai sudah bertransformasi menjadi suatu kebutuhan mendasar bagi manusia. Mengingat begitu pentingnya pendidikan, manusia semakin gencar menempatkan pendidikan pada poros utama sehingga mampu mengantarkan manusia pada kemajuan jaman. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya hati, akhlak dan keimanan (Mulyasana, 2011:2). Hal ini membuat pendidikan menjadi sangat penting karena seiring berkembangnya jaman, manusia dituntut untuk melepaskan diri dari kebodohan yang melekat karena ketidaktahuan.

Mulyasana (2011:3) mengatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan pendidikan, salah satunya dikatakan bahwa pendidikan membantu melepaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Agar dapat terlepas dari kebodohan, manusia mengusahakan diri untuk bisa mendapatkan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa Indonesia sebelum merdeka, banyak sekali warga yang


(2)

2

belum mengenal pendidikan dimana kehidupan masnusia pada jaman itu sangat rentan untuk dipengaruhi. Semua itu karena warga masih berada dalam lingkaran kebodohan, kemiskinan, serta keterbelakangan. Masyarakat mudah sekali diperas, dibodohi, dan dikendalikan oleh orang lain. Mereka cenderung tidak memiliki prinsip hidup sehingga mudah sekali dijajah oleh bangsa lain. Hal itu berseberangan jika masyarakat mampu mendapatkan pendidikan, sehingga mereka memiliki prinsip dalam bertingkah laku dan berpikir kreatif. Hal ini tentu akan menjadikan orang lain segan dan menghormati mereka.

Pendidikan yang bermutu diharapkan mampu menciptakan kreativitas.. Untuk itulah, pendidikan bermutu menjadi alasan utama seseorang mencari sekolah sebagai tempat belajar. Hal ini didukung oleh Mulyasana (2011:120) yang mengatakan bahwa pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning sistem), dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good governance sistem) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu, khususnya guru. Dengan perpaduan antara sistem perencanaan yang baik, menggunakan sistem dan tata kelola yang baik, serta dilaksanakan oleh guru yang


(3)

3

baik pula, maka pendidikan bermutu telah siap untuk mengikuti perubahan jaman.

Banyak hal yang dapat diamati di lingkungan sekolah, dimana kemajuan jaman memaksa manusia untuk lebih siap menghadapi perubahan, yaitu peralihan sistem dari manual menjadi sistem elektronik. Dalam dunia pendidikan sekarang ini, sudah banyak sekolah yang beralih menggunakan sistem elektronik dalam urusan administrasi maupun proses belajar mengajar. Contoh bentuk perubahan dalam bidang pendidikan misalnya banyak sekolah yang sudah menerapkan e-learning atau e-education pada proses belajar mengajar, serta peralihan bentuk perpustakaan fisik menjadi e-library. Itulah beberapa contoh perubahan sistem yang mengikuti kemajuan jaman. Semua itu tidak akan berjalan seimbang apabila tidak didukung oleh guru bermutu dan pengelolaan yang baik.

Mulyasana (2011:122) mengatakan bahwa pendidikan bermutu lahir dari guru yang bermutu. Guru hendaknya memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi. Selain dibutuhkan guru yang bermutu dan berkompetensi, sekolah harus menyediakan sarana prasarana yang tepat untuk mendukung pendidikan di sekolah tersebut. Hal itu didukung pula oleh Ismanto (2014:2) yang mengatakan bahwa menjadi guru profesional memiliki arti pekerjaan guru hanya bisa


(4)

4

dilakukan oleh seseorang yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik. Apabila seseorang tidak memiliki kualifikasi akademik serta kompetensi yang dimaksud, maka kualitas pendidikan yang dihasilkan akan menurun seiring berjalannya waktu. Dengan adanya guru yang bermutu dan sarana pendidikan yang memadai, pendidikan tentunya harus didukung oleh kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen merupakan sekolah yang tingkat prestasinya tinggi, dilihat dari tryout tingkat kecamatan tahun 2016 yang meraih peringkat ke-9 dari 38 sekolah. Metode pengajaran yang masih bersifat konvensional menjadi kelemahan di SD Negeri Kroyo 1, melihat bahwa ada dua sekolah dasar negeri yang terletak tidak jauh dari SD Negeri Kroyo 1, yang merupakan sekolah yang dahulu menjadi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, dimana proses belajar mengajar sudah menggunakan multimedia, dan memiliki tenaga pendidik yang berkompetensi. Sarana pendidikan yang berupa multimedia di SD Negeri Kroyo 1 tergolong memadai, diantaranya yaitu 3 buah LCD proyektor, 14 unit komputer, 2 buah laptop, dan jaringan internet. Dengan jumlah guru sebanyak 12 orang, hanya 1 atau 2 guru saja yang menggunakan komputer sebagai media pembelajaran, akan tetapi


(5)

5

LCD dan Laptop yang ada tidak digunakan sebagai media pembelajaran.

Merujuk pada instruksi rapat Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen yang memberi informasi bahwa pergantian tahun ajaran 2016/2017, di Kabupaten Sragen akan mulai kembali menerapkan Kurikulum 2013, maka kepala sekolah SD Negeri Kroyo 1 sudah mulai mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan pada penerapan Kurikulum 2013 tersebut. SD Negeri Kroyo 1 sudah pernah menerapkan uji coba kurikulum 2013 pada tahun 2013 lalu, maka guru-guru SD Negeri Kroyo 1 sudah banyak mengetahui sistem pengajarannya. Kurikulum 2013 yang bersifat tematik ini membutuhkan materi yang tidak hanya mengacu pada 1 bahan ajar seperti textbook yang dibagikan oleh sekolah saja, akan tetapi materi dapat diperoleh dari sumber manapun seperti internet maupun buku-buku lain yang dapat dijadikan sebagai sumber. Jawaban yang berbeda dari setiap siswa dan berasal dari sumber-sumber lain yang berbeda, mengharuskan guru untuk membuat rangkuman dan menyajikannya kembali kepada siswa. Agar lebih menarik, rangkuman yang dibuat oleh guru dapat disajikan menggunakan media audio visual atau multimedia. Menurut Phillip yang dikutip oleh Reddi (2003:4), multimedia merupakan alat presentasi yang memiliki karakteristik kombinasi fungsional dari teks, gambar, suara,


(6)

6

animasi, dan video, yang beberapa diantaranya atau seluruhnya diorganisasikan menjadi suatu program yang koheren.

Dengan menggunakan media pembelajaran yang berbentuk multimedia, maka guru-guru dapat memanfaatkan sarana pendidikan yang ada dengan tepat. Didukung oleh teknologi pembelajaran dan pendidikan, maka proses belajar mengajar diharapkan dapat berlangsung dengan lebih menarik. Bertentangan dengan hal itu, kompetensi guru dalam memanfaatkan multimedia tersebut sangat terbatas yang pada akhirnya menyebabkan terkendalanya penggunaan multimedia di SD Negeri Kroyo 1, karena menurut Musfah (2011) penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat mengajarkan sesuatu yang baru pada murid dan sekolah mampu menghadapi perubahan dengan percaya diri. Untuk menyiasati hal itu, kompetensi Information and Communication Technology (ICT) guru perlu ditingkatkan. Salah satu strategi untuk meningkatkan kompetensi ICT guru adalah melalui In-House Training.

1.2 Identifikasi Masalah

Implementasi kurikulum 2013 memaksa guru untuk mempertajam kompetensi ICT sebagai bagian dari kompetensi pedagogik, dimana kompetensi ICT menjadi poin yang cukup penting dalam bagian


(7)

7

kurikulum 2013. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan, karena menurut Irwantoro & Suryana (2016:292) apabila guru mengabaikan tuntutan kompetensi ini, maka mereka cepat atau lambat akan berada di fase ketertinggalan informasi, keterbatasan sumber belajar, kelambatan dalam proses pembelajaran, dan ketimpangan kemampuan dengan peserta didik yang sudah mengenal penggunaan internet dan multimedia. Ketertinggalan informasi tidak dapat ditoleransi, karena dapat mengakibatkan kelambatan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama, maka proses belajar mengajar menjadi terganggu dan penyerapan materi pembelajaran menjadi tidak optimal. Sekarang ini banyak siswa SD yang sudah menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Mereka sudah terbiasa menggunakan multimedia dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat bahwa mereka sudah mulai mengikuti perkembangan jaman. Apabila guru tidak mengikuti perkembangan jaman, maka akan terjadi ketimpangan yang sangat mencolok antara guru dengan siswa.

Penggunaan multimedia di SD Negeri Kroyo 1 sebagai media pembelajaran mendesak untuk diterapkan sesegera mungkin, mengingat tahun ajaran 2016/2017 sudah mulai diterapkan Kurikulum 2013.


(8)

8

Selain guru mengumpulkan pekerjaan siswa dan merangkumnya, guru hendaknya mampu mencari materi dari berbagai sumber, salah satunya dari internet. Melihat perkembangan tekhnologi yang begitu cepat, menyebabkan guru-guru era lama sulit untuk menyesuaikan dan memilih untuk berdiam diri terhadap perkembangan teknologi.

Akan tetapi, keharusan menggunakan internet sebagai sumber dalam mencari materi pembelajaran membuat guru-guru mau tidak mau harus belajar dalam keterbatasan. Setelah mendapatkan materi pembelajaran dari internet, guru diharapkan mampu merangkum dan menyajikan kembali di depan kelas dengan memanfaatkan multimedia yang ada. Untuk mempresentasikan materi pembelajaran, guru dapat menggunakan media presentasi Microsoft Power Point agar penyampaian pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Akan tetapi, keterbatasan kompetensi guru menyebabkan pemanfaatan internet dan Power Point menjadi terkendala.

Power Point dipilih karena Menurut Jonnes (2003), ada beberapa alasan menggunakan Power Point diantaranya adalah: (1) penggunaan Power Point yang tepat dapat meningkatkan pengalaman belajar mengajar baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik; (2) menggunakan Power Point dapat menjadi gaya mengajar tenaga pendidik yang pada akhirnya dapat


(9)

9

memberi stimulus bagi peserta didik untuk belajar menggunakan media audiovisual; dan (3) materi pembelajaran dari Power Point berupa format file, sehingga materi dapat didistribusikan dan dimodifikasi dengan mudah. Melihat karakter Kurikulum 2013 yang bersifat tematik, siswa dan guru membutuhkan materi yang diperoleh dari berbagai sumber. Materi-materi tersebut jika disajikan secara langsung akan sangat banyak dan membingungkan. Untuk itu guru perlu membuat rangkuman dan menyajikan kembali untuk siswa. Apabila materi pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media Power Point dengan tepat, guru dan siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang baru.

Dari identifikasi masalah yang ada, penulis ingin mengembangkan modul In-House Training untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar. Apabila tersedia modul seperti yang diharapkan, maka modul tersebut dapat digunakan sebagai media pelatihan bagi kalangan guru Sekolah Dasar, sehingga kompetensi ICT kalangan guru Sekolah Dasar dapat meningkat.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan. Masalah yang terjadi di SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang


(10)

10

Kabupaten Sragen perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan. Hal ini dikarenakan permasalahan yang ada membutuhkan informasi dari lapangan untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dipilih. Langkah-langkah pemecahan masalah yang dipilih harus memiliki signifikansi dengan masalah yang terjadi. Hal ini dilakukan agar solusi tersebut memang dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan asas-asas keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya membangun. Permasalahan di SD Negeri Kroyo 1 kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen ini layak diteliti apabila dilihat dari penting dan mendesaknya penelitian dalam latar belakang yang telah diuraikan.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah melihat peta permasalahan dari uraian latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana mengembangkan modul IHT untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul In-House Training yang dapat


(11)

11

digunakan untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini memberikan kontribusi dan manfaat dalam hal peningkatan kompetensi ICT. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training dengan menggunakan modul sebagai media IHT. Penelitian ini memberikan kontribusi secara praktik dan teori.

i. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah, dapat dijadikan media pembinaan dan pendampingan untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam meningkatkan kompetensi ICT.

b. Bagi kalangan guru, penelitian ini memiliki manfaat dapat meningkatkan kompetensi ICT. ii. Manfaat Teoritis

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat menguatkan teori Danim (2010) tentang peningkatan kompetensi guru yang dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training. Disamping itu, penelitian ini juga memantapkan teori Daryanto (2013) tentang manfaat


(12)

12

modul yang dapat mengembangkan kemampuan peserta.

1.7 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Penelitian ini akan menghasilkan produk penelitian berupa modul In-House Training yang akan digunakan sebagai media untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar, yang jika modul tersebut digunakan dalam pelatihan maka diharapkan akan meningkatkan kompetensi ICT. Spesifikasi modul In-House Training dikemas menggunakan sistematika seperti terdapat dalam Lampiran 1.

1.8 Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa pengembangan ini masih banyak kekurangan. Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini cocok digunakan di kalangan guru Sekolah Dasar dengan menggunakan subyek guru SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen, dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan. Produk pengembangan ini dapat digunakan di sekolah lain dengan dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi masalah yang ada.


(1)

7

kurikulum 2013. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan, karena menurut Irwantoro & Suryana (2016:292) apabila guru mengabaikan tuntutan kompetensi ini, maka mereka cepat atau lambat akan berada di fase ketertinggalan informasi, keterbatasan sumber belajar, kelambatan dalam proses pembelajaran, dan ketimpangan kemampuan dengan peserta didik yang sudah mengenal penggunaan internet dan multimedia. Ketertinggalan informasi tidak dapat ditoleransi, karena dapat mengakibatkan kelambatan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama, maka proses belajar mengajar menjadi terganggu dan penyerapan materi pembelajaran menjadi tidak optimal. Sekarang ini banyak siswa SD yang sudah menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Mereka sudah terbiasa menggunakan multimedia dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat bahwa mereka sudah mulai mengikuti perkembangan jaman. Apabila guru tidak mengikuti perkembangan jaman, maka akan terjadi ketimpangan yang sangat mencolok antara guru dengan siswa.

Penggunaan multimedia di SD Negeri Kroyo 1 sebagai media pembelajaran mendesak untuk diterapkan sesegera mungkin, mengingat tahun ajaran 2016/2017 sudah mulai diterapkan Kurikulum 2013.


(2)

8

Selain guru mengumpulkan pekerjaan siswa dan merangkumnya, guru hendaknya mampu mencari materi dari berbagai sumber, salah satunya dari internet. Melihat perkembangan tekhnologi yang begitu cepat, menyebabkan guru-guru era lama sulit untuk menyesuaikan dan memilih untuk berdiam diri terhadap perkembangan teknologi.

Akan tetapi, keharusan menggunakan internet sebagai sumber dalam mencari materi pembelajaran membuat guru-guru mau tidak mau harus belajar dalam keterbatasan. Setelah mendapatkan materi pembelajaran dari internet, guru diharapkan mampu merangkum dan menyajikan kembali di depan kelas dengan memanfaatkan multimedia yang ada. Untuk mempresentasikan materi pembelajaran, guru dapat menggunakan media presentasi Microsoft Power Point agar penyampaian pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Akan tetapi, keterbatasan kompetensi guru menyebabkan pemanfaatan internet dan Power Point menjadi terkendala.

Power Point dipilih karena Menurut Jonnes (2003), ada beberapa alasan menggunakan Power Point diantaranya adalah: (1) penggunaan Power Point yang tepat dapat meningkatkan pengalaman belajar mengajar baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik; (2) menggunakan Power Point dapat menjadi gaya mengajar tenaga pendidik yang pada akhirnya dapat


(3)

9

memberi stimulus bagi peserta didik untuk belajar menggunakan media audiovisual; dan (3) materi pembelajaran dari Power Point berupa format file, sehingga materi dapat didistribusikan dan dimodifikasi dengan mudah. Melihat karakter Kurikulum 2013 yang bersifat tematik, siswa dan guru membutuhkan materi yang diperoleh dari berbagai sumber. Materi-materi tersebut jika disajikan secara langsung akan sangat banyak dan membingungkan. Untuk itu guru perlu membuat rangkuman dan menyajikan kembali untuk siswa. Apabila materi pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media Power Point dengan tepat, guru dan siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang baru.

Dari identifikasi masalah yang ada, penulis ingin mengembangkan modul In-House Training untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar. Apabila tersedia modul seperti yang diharapkan, maka modul tersebut dapat digunakan sebagai media pelatihan bagi kalangan guru Sekolah Dasar, sehingga kompetensi ICT kalangan guru Sekolah Dasar dapat meningkat.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan. Masalah yang terjadi di SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang


(4)

10

Kabupaten Sragen perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan. Hal ini dikarenakan permasalahan yang ada membutuhkan informasi dari lapangan untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dipilih. Langkah-langkah pemecahan masalah yang dipilih harus memiliki signifikansi dengan masalah yang terjadi. Hal ini dilakukan agar solusi tersebut memang dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan asas-asas keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya membangun. Permasalahan di SD Negeri Kroyo 1 kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen ini layak diteliti apabila dilihat dari penting dan mendesaknya penelitian dalam latar belakang yang telah diuraikan.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah melihat peta permasalahan dari uraian latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana mengembangkan modul IHT untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul In-House Training yang dapat


(5)

11

digunakan untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini memberikan kontribusi dan manfaat dalam hal peningkatan kompetensi ICT. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training dengan menggunakan modul sebagai media IHT. Penelitian ini memberikan kontribusi secara praktik dan teori.

i. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah, dapat dijadikan media pembinaan dan pendampingan untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam meningkatkan kompetensi ICT.

b. Bagi kalangan guru, penelitian ini memiliki manfaat dapat meningkatkan kompetensi ICT. ii. Manfaat Teoritis

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat menguatkan teori Danim (2010) tentang peningkatan kompetensi guru yang dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training. Disamping itu, penelitian ini juga memantapkan teori Daryanto (2013) tentang manfaat


(6)

12

modul yang dapat mengembangkan kemampuan peserta.

1.7 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Penelitian ini akan menghasilkan produk penelitian berupa modul In-House Training yang akan digunakan sebagai media untuk meningkatkan kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar, yang jika modul tersebut digunakan dalam pelatihan maka diharapkan akan meningkatkan kompetensi ICT. Spesifikasi modul In-House Training dikemas menggunakan sistematika seperti terdapat dalam Lampiran 1.

1.8 Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa pengembangan ini masih banyak kekurangan. Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini cocok digunakan di kalangan guru Sekolah Dasar dengan menggunakan subyek guru SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen, dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan. Produk pengembangan ini dapat digunakan di sekolah lain dengan dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi masalah yang ada.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB IV

2 52 56

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB I

0 0 8

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB I

0 0 10