Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB IV

(1)

89 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Sebelum membahas tentang hasil penelitian, perlu disampaikan bahwa penelitian ini dilakukan di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana. Merujuk dari pembahasan Bab III, penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan menggunakan model Stringer. Kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi : Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Pada fase perencanaan dilakukan kegiatan: 1) membentuk panitia IHT penyusunan instrumen penilaian ranah sikap; 2) menghubungi ahli yang berkompeten dalam bidang penyusunan instrumen penilaian ranah sikap untuk menjadi trainer; 3) menghubungi/ mengundang guru untuk menjadi peserta IHT; 3) menyiapkan materi ; 4) membuat jadwal pelaksaaan IHT. SK panitia IHT, surat undangan untuk guru dan jadwal pelaksanaan dilampirkan pada lampiran 9, 10, 11.

Pada fase pelaksanaan dilakukan kegiatan: 1) melaksanakan IHT untuk meningkatkan kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap yang terdiri dari 2 siklus; 2) memberikan pretest sebelum


(2)

90 dilakukan sesi pelatihan; 3) melakukan observasi untuk memantau aktivitas trainer dan peserta pelatihan. Pada fase evaluasi dilakukan kegiatan: 1) posttest untuk mengetahui sejauhmana tingkat kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap dapat tercapai; 2) evaluasi program IHT secara keseluruhan mencakup pelaksanaan, kemanfaatan materi pelatihan, kompetensi trainer, kemampuan peserta, kepuasan peserta pelatihan. Daftar hadir pelatihan dan contoh hasil Evaluasi Pelatihan terlampir pada lampiran 12 dan 13.

Berikut dalam Bab IV ini berturut-turut akan dibahas hasil penelitian pada kondisi awal, hasil penelitian tiap siklus yang meliputi siklus I dan II, serta pembahasan.

4.1.1 Kondisi Awal

Kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap masih rendah. Hal ini nampak pada data awal yang dikumpulkan melalui observasi dan angket yang dilakukan terhadap guru. (Instrumen studi pendahuluan dilampirkan pada lampiran 14) Berdasarkan data yang dikumpulkan 31% guru melakukan penilaian mencakup tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, 31% guru melakukan penilaian


(3)

91 non tes jenis skala sikap untuk mengukur sikap siswa, 23% guru yang memiliki pemahaman cukup untuk mengembangkan penilaian sikap dan 15% guru memiliki pemahaman cukup untuk mengembangkan instrumen penilaian skala sikap model Likert. Dalam upaya meningkatkan kemampuan melakukan penilaian ranah sikap terhadap guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana, maka perlu dilakukan tindakan IHT.

4.1.2 Pelaksanaan Setiap Siklus

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada siklus I Pertemuan pertama materi pelatihan yang diberikan mencakup: a) Analisis Kompetensi Dasar, b) pengantar umum penilaian, c) hakikat penilaian sikap. Materi Siklus I pertemuan kedua mencakup materi: d) teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert, dan e) menentukan obyek sikap skala Likert. Pada siklus II pertemuan pertama materi yang diberikan mencakup: a) uji coba instrumen skala Likert, b) menentukan skor hasil uji coba instrumen. Materi Siklus II pertemuan kedua mencakup materi menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap.


(4)

92 4.1.2.1 Siklus I

a. Pertemuan pertama

IHT siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 September 2016. Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 13 guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana ini dilaksanakan mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.40 WIB. Kegiatan pelatihan bertempat di ruang multimedia dan ruang perpustakaan SD Laboratorium Kristen Satya Wacana, yang mana ruangan tersebut sangat representatif sebagai tempat pelaksanaan pelatihan. Adapun materi siklus I pertemuan pertama meliputi: Analisis Kompetensi Dasar, Pengantar Umum Penilaian, dan Hakekat Penilaian Sikap. Dengan nara sumber Mawardi, staf pengajar PGSD FKIP UKSW dan Sunardi, staf pengajar Program Studi Sejarah FKIP UKSW sebagai observer. Surat permohonan dan surat pernyataan menjadi trainer dan observer terlampir dalam lampiran 15 dan 16.

Langkah-langkah kegiatan dalam tindakan pelatihan ini meliputi: Kegiatan pendahuluan yang terdiri dari: 1) pembagian materi IHT, 2) doa pembukaan dipimpin oleh ibu Dian Perdana selaku pembawa acara, yang dilanjutkan dengan pemberian sebuah analogi “kosongkan gelasmu” untuk mengisi


(5)

93 yang baru, 3) Pembacaan CV Trainer serta tujuan pelatihan IHT oleh Bapak Pujiono kepala sekolah SD Laboratorium Kristen Satya Wacana sebagai moderator.

Kegiatan inti : 1) diawali dengan pretest, 2) trainer menyampaikan tujuan pembelajaran, 3) trainer memberikan instruksi kepada peserta untuk membaca materi tentang kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD tahun 2013 dan selanjutnya trainer memberikan penjelasan tentang materi analisis kompetensi dasar, pengantar umum penilaian, hakekat penilaian sikap, 4) dari 13 jumlah guru yang mengikuti pelatihan trainer membagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok diminta untuk menganalisis ranah kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam silabus kurikulum SD tahun 2013, selanjutnya secara berkelompok peserta melakukan analisis kurikulum, 5) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau, membimbing serta membantu kelompok dalam membuat analisis kurikulum, 6) trainer memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya tentang materi yang belum/kurang difahami.

Kegiatan penutup: kegiatan pelatihan diakhiri dengan menyimpulkan materi siklus I pertemuan pertama oleh moderator dan selanjutnya kegiatan


(6)

94 pelatihan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh bapak Rah Seto Sumirat. Kegiatan berikutnya refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. b. Pertemuan kedua

IHT siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 September 2016. Pelatihan yang diikuti oleh 13 guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga ini dilaksanakan dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.40 WIB. Pelatihan bertempat di ruang multimedia dan ruang perpustakaan SD Laboratorium Kristen Satya Wacana. Adapun materi dalam siklus I pertemuan kedua meliputi : 1) teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert dan 2) menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. Sama seperti pertemuan pertama, nara sumber dalam pelatihan pertemuan kedua ini adalah Mawardi, staf pengajar PGSD FKIP UKSW dan Sunardi, staf pengajar program studi sejarah FKIP UKSW sebagai observer.

Langkah-langkah kegiatan dalam tindakan pelatihan ini meliputi : Kegiatan pendahuluan: 1) dibuka dengan doa yang dipimpin oleh ibu Suprihastuti, 2) permainan untuk menebak sifat teman, sebelumnya dibagikan kertas ke semua peserta untuk diisi sifat dari masing-masing peserta,


(7)

95 tujuan dari permainan ini agar peserta mengenali diri sendiri dan selanjutnya akan lebih mudah mengenal orang lain.

Kegiatan inti: 1) trainer menyampaikan materi teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert dan menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan, 2) dari 13 peserta, trainer membagi menjadi 4 kelompok dan selanjutnya peserta secara kelompok melakukan analisis kasus contoh instrumen penilaian sikap yang benar dan kurang benar kemudian dianalisis sesuai dengan langkah-langkah skala sikap model Likert. 3) masih dalam kelompok yang sama peserta melakukan diskusi kelompok untuk menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan, 4) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau, membimbing serta memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menanyakan materi yang belum dikuasai.

Kegiatan penutup: diakhiri dengan menyimpulkan materi siklus I pertemuan kedua oleh Kepala Sekolah SD Laboratorium Kristen Satya Wacana sebagai moderator dan selanjutnya kegiatan pelatihan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh bapak Ari Pujianto. Kegiatan berikutnya refleksi


(8)

96 terhadap kegiatan yang sudah dilakukan pada siklus I pertemuan kedua.

4.1.2.2 Siklus II a. Pertemuan pertama

IHT siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 September 2016. Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 15 orang guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana ini dilaksanakan mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.40 WIB. IHT bertempat di ruang multimedia dan ruang perpustakaan SD Laboratorium Kristen Satya Wacana, yang mana ruangan tersebut sangat representatif dan LCD proyektor berfungsi dengan baik. Adapun materi siklus II pertemuan pertama meliputi : uji coba instrumen skala Likert dan cara menentukan skor hasil uji coba instrumen. Nara sumber dalam pelatihan ini adalah Mawardi, staf pengajar PGSD FKIP UKSW dan Sunardi, staf pengajar program studi sejarah FKIP UKSW sebagai observer.

Langkah-langkah kegiatan dalam tindakan pelatihan ini meliputi: Kegiatan pendahuluan: diawali dengan doa yang dipimpin oleh ibu Maria Kristiana, Kegiatan inti: 1) diawali dengan pretest 2) trainer memfasilitasi peserta untuk membaca materi


(9)

97 dalam handout tentang uji coba instrumen skala Likert, 3) peserta melakukan uji coba instrumen skala Likert yang telah disusun pada siklus I pertemuan kedua, 4) trainer memantau pelaksanaan uji coba instrumen skala Likert, 5) trainer mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang cara menentukan skor hasil uji coba instrumen dan memfasilitasi peserta untuk menentukan skor berdasarkan deviasi normal dari hasil uji coba instrumen.

Kegiatan penutup: kegiatan pelatihan diakhiri dengan menyimpulkan materi siklus II pertemuan pertama oleh moderator (Kepala Sekolah SD Laboratorium Kristen Satya Wacana) dan selanjutnya kegiatan pelatihan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh ibu Chrisma Prateila. Kegiatan berikutnya refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan pada siklus II pertemuan pertama.

b. Pertemuan kedua

IHT siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 30 September 2016. Kegiatan pelatihan yang dikuti oleh 15 orang guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana ini dilaksanakan mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.40 WIB. IHT bertempat di ruang multimedia dan ruang perpustakaan SD


(10)

98 Laboratorium Kristen Satya Wacana, dimana ruangan ini sangat representatif dan LCD proyektor berfungsi dengan baik. Adapun materi dalam pertemuan ini adalah menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. Nara sumber dalam pelatihan ini adalah Dr. Mawardi, M.Pd staf pengajar PGSD FKIP UKSW dan Sunardi,S.Pd,M.Pd staf pengajar program studi sejarah FKIP UKSW sebagai observer.

Langkah-langkah kegiatan dalam tindakan pelatihan ini meliputi: Kegiatan pendahuluan: dibuka dengan doa yang dipimpin oleh ibu Ardiani. Kegiatan inti : 1) trainer mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang cara menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap serta memfasilitasi peserta dalam menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap, 2) dari 15 orang guru yang menjadi peserta pelatihan trainer membagi menjadi 4 kelompok dan selanjutnya peserta melakukan diskusi kelompok untuk menghitung tingkat reliabilitas dan validitas, 3) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau, membimbing kelompok dalam menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap, 4) trainer memberikan kesempatan kepada kelompok untuk


(11)

99 bertanya tentang materi yang belum difahami/ dimengerti, 5) melakukan posttest siklus II. Kegiatan penutup: diakhiri dengan menyimpulkan materi siklus II pertemuan kedua oleh Kepala Sekolah SD Laboratorium Kristen Satya Wacana sebagai moderator dan selanjutnya kegiatan pelatihan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh bapak Pujiono. Kegiatan berikutnya refleksi terhadap kegiatan.

4.1.3 Hasil Observasi Setiap Siklus 4.1.3.1 Siklus I

a. Pertemuan Pertama

1) Hasil observasi Aktivitas Trainer Siklus I pertemuan pertama

Observasi siklus I pertemuan pertama dilakukan oleh observer Sunardi, dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas nara sumber dan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan melalui lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Berikut, pada tabel 4.1, merupakan data hasil observasi aktivitas trainer pada siklus I pertemuan pertama.


(12)

100 Tabel 4.1.

Aktivitas Trainer Siklus I Pertemuan pertama No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1. Memberikan pretest siklus I. √ 100 2. Memberikan instruksi

kepa-da peserta untuk membaca materi tentang Kompetensi dasar dalam silabus

kurikulum SD tahun 2013.

√ 100

3. a. Membagi peserta menjadi 4 kelompok.

b.Membimbing peserta untuk melakukan diskusi kelom-pok untuk menganalisis ranah kompetensi pembelajaran yang

ditetapkan dalam silabus kurikulum SD tahun 2013.

√ √

100

100

4. Mendorong/memfasilitasi peserta untuk membaca ma-teri dalam hand out tentang pengantar umum penilaian.

√ 100 5. Mendorong peserta untuk

membaca materi dalam hand out tentang hakekat penilaian sikap.

√ 100 6. Membangun suasana IHT

yang akrab dan menyenang-kan.

√ 100


(13)

101 Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi trainer sebelum menyampaikan materi

IHT, trainer memberikan pretest siklus I kepada peserta untuk mengetahui kemampuan awal, setelah peserta selesai mengerjakan pretest siklus I kemudian trainer memberikan instruksi kepada peserta untuk membaca materi tentang kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD tahun 2013, selanjutnya trainer membagi peserta menjadi 4 kelompok dan memantau serta membimbing peserta melakukan diskusi kelompok dalam menganalisis ranah kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam silabus kurikulum SD tahun 2013.

Selanjutnya trainer mendorong/ memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang pengantar umum penilaian dan mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang hakekat penilaian sikap. Pada konsep dasar penilaian sikap trainer belum memberikan penjelasan secara rinci dan jelas, sehingga banyak peserta yang belum memahami secara betul konsep dasar sikap, meskipun demikian trainer memberikan penjelasan terhadap pertanyaan dengan baik, benar dan jelas dengan menggunakan ilustrasi. Contoh dokumen otentik hasil observasi trainer Siklus I


(14)

102 pertemuan pertama dilampirkan dalam lampiran 17.

Pada awal siklus I pertemuan pertama trainer belum menggunakan pointer-laser tetapi pada pertengahan kegiatan pelatihan trainer sudah menggunakan pointer-laser sehingga proses penyampaian materi pelatihan menjadi lebih jelas dan menarik. Pada pertemuan ini tampak interaksi antara trainer dan peserta terjalin dengan baik.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas trainer mencapai kategori baik. Data hasil observasi menunjukkan bahwa persentase aktivitas trainer pada siklus I pertemuan pertama mencapai 71%. Capaian ini berada pada rentang 60 – 80 %, berarti berapa pada kategori baik.

Capaian hasil observasi 71% meskipun dalam kategori baik belumlah maksimal karena pada kegiatan mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang pengantar umum penilaian dan hakekat penilaian sikap tidak dilakukan oleh trainer.


(15)

103 2) Hasil observasi Aktivitas Peserta pada Siklus I

pertemuan pertama

Bardasarkan hasil observasi (tertera dalam Tabel 4.2), peserta pelatihan sebelum pelatihan masuk pada materi pelatihan terlebih dahulu peserta mengerjakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta. Pretest diikuti 13 orang guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana. Kemudian peserta aktif membaca materi dalam hand out kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD tahun 2013, lalu peserta membentuk kelompok menjadi 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis ranah kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam silabus kurikulum SD tahun 2013. Contoh dokumen otentik hasil observasi peserta Siklus I pertemuan pertama dilampirkan dalam lampiran 18.

Selanjutnya peserta membaca materi pengantar umum penilaian dan hakekat penilaian sikap. Dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok kerjasama dalam kelompok baik, namun masih ada beberapa anggota yang kurang aktif, terdapat 2 guru yang kurang aktif mengikuti pelatihan. Namun demikian secara umum peserta mampu menerima materi


(16)

104 pelatihan dengan baik serta merespon dengan menyampaikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan perilaku serta bagaimana memberikan penilaian sikap. Struktur tempat duduk saat diskusi sudah beragam. Pada siklus I pertemuan pertama nampak antusiasme peserta pelatihan.

Tabel 4.2

Aktivitas Peserta Siklus I Pertemuan pertama No Aspek yang diamati Ya % Tdk % 1. Peserta mengerjakan soal

pretest siklus I. 13 100 0 0 2. Peserta aktif membaca

materi dalam hand out Kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD tahun 2013.

11 85 2 15

3. a. Peserta membentuk kelompok menjadi 4 kelompok.

b. Peserta melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis ranah kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam silabus kurikulum SD tahun 2013.

13

11

100

85 0

2 0


(17)

105 4. Peserta membaca materi

dalam hand out tentang pengantar umum

penilaian.

13 100 0 0

5. Peserta membaca materi dalam hand out tentang hakekat penilaian sikap.

13 100 0 0

6. Antusiasme peserta mengikuti pelatihan selama proses pelatihan.

13 100 0 0

Rerata 12,4 95 0,8 5

Sebagai bahan awal dalam rangka refleksi siklus I, berikut ini disampaikan refleksi siklus I pertemuan pertama: 1) pada siklus I pertemuan pertama nampak bahwa konsep dasar sikap belum banyak dimiliki oleh peserta, maka sebaiknya trainer memberikan penjelasan secara mendalam; 2) Struktur tempat duduk masih konvensional (menghadap ke depan), akan lebih baik pertemuan berikutnya diubah agar lebih bervariasi; dan 3) Kerja sama dalam kelompok sudah baik namun masih ada beberapa peserta yang belum aktif dalam diskusi kelompok.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas guru sebagai peserta pelatihan mencapai kategori


(18)

106 baik. Data hasil observasi aktivitas peserta IHT menunjukkan bahwa persentase aktivitas peserta pada siklus I pertemuan pertama mencapai 95%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.

b. Pertemuan Kedua

1) Hasil observasi Aktivitas Trainer Siklus I pertemuan kedua

Observasi siklus I pertemuan kedua dilakukan oleh Sunardi, dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas nara sumber dan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan melalui lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Tabel 4.3 memaparkan hasil observasi pada siklus I pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi untuk trainer pada siklus I pertemuan kedua kegiatan yang dilakukan trainer meliputi: 1) mendorong atau memfasilitasi peserta untuk mengeksplorasi materi dengan membaca lembar materi dalam hand out tentang teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert dan selanjutnya trainer memberikan kasus tentang contoh skala sikap yang benar dan yang kurang benar dan meminta peserta untuk menganalisis


(19)

107 kesesuaian contoh tersebut dengan contoh skala sikap model Likert. 2) mendorong/ memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan, 3) membagi peserta menjadi 4 kelompok dan membimbing peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. Contoh dokumen otentik hasil observasi trainer Siklus I pertemuan kedua dilampirkan dalam lampiran 19.

Tabel 4.3

Aktivitas Trainer Siklus I Pertemuan kedua No Aspek yang diamati Ya % Tdk % 1. Mendorong/memfasilitasi

peserta untuk mengeks-plorasi materi dengan membaca lembar materi dalam hand out tentang teori penyusunan

instrumen penilaian sikap model skala Likert.

√ 100

2. a. Memberikan kasus tentang contoh skala sikap yang benar dan yang kurang benar. b. Meminta peserta untuk

menganalisis kesesuaian

√ 100


(20)

108 contoh tersebut dengan

contoh skala sikap model Likert.

3. Mendorong/memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan.

√ 100

4. a. Membagi peserta menjadi 4 kelompok. b. Membimbing peserta

untuk melakukan diskusi kelompok tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan.

√ √

100 100

5. Memberikan posttest siklus I.

√ 100 6. Membangun suasana IHT

yang akrab dan menye-nangkan selama proses pelatihan.

√ 100

Rerata Persentase 75 25

Di awal pertemuan ini trainer sudah menggunakan pointer laser sehingga pembelajaran lebih menarik. Dalam pertemuan ini trainer tampak lebih sabar dalam


(21)

109 mendampingi dan melatih peserta menyusun item pernyataan skala sikap. Pada akhir pertemuan siklus I trainer memberikan posttest untuk mengetahui sejauhmana peserta memahami materi yang sudah disampaikan.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas trainer mencapai kategori baik. Data hasil observasi menunjukkan bahwa persentase aktivitas trainer pada siklus I pertemuan kedua mencapai 75%. Capaian ini berada pada rentang 60 – 80 persen, berarti berapa pada kategori baik.

Capaian hasil observasi 75% meskipun dalam kategori baik belumlah maksimal karena pada kegiatan meminta peserta untuk menganalisis kesesuaian contoh skala sikap yang benar dan yang kurang benar dengan contoh skala sikap model Likert serta mendorong peserta membaca materi dalam hand out tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan tidak dilakukan oleh trainer.


(22)

110 2) Hasil observasi Aktivitas Peserta pada Siklus I

pertemuan kedua

Tabel 4.4

Aktivitas Peserta Siklus I Pertemuan pertama No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1. Peserta membaca materi dalam hand out tentang teori penyu-sunan instrumen penilaian ranah sikap skala Likert.

13 100 0 0

2. a. Peserta membentuk menjadi 4 kelompok

b. Melakukan analisis kasus contoh instrumen penilaian sikap yang benar dan kurang benar kemudian dianalisis sesuai dengan langkah-langkah skala sikap model Likert. 13 11 100 85 0 2 0 15

3. Peserta membaca materi dalam hand out tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah

ditentukan.

13 100 0

4. a. Peserta membentuk menjadi 4 kelompok.

b. Peserta melakukan diskusi kelompok untuk menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. 13 11 100 85 0 2 0 15

5. Peserta mengerjakan posttest

siklus I. 13 100 0 0

6. Peserta mengikuti pelatihan

secara antusias. 12 92 1 8


(23)

111 Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi peserta pelatihan pada siklus I pertemuan kedua: 1) 13 peserta pelatihan aktif membaca materi dalam hand out tentang teori penyusunan instrumen penilaian ranah sikap skala Likert, 2) Peserta membentuk menjadi 4 kelompok dan melakukan analisis kasus contoh instrumen penilaian sikap yang benar dan kurang benar kemudian dianalisis sesuai dengan langkah-langkah skala sikap model Likert, 3) 13 peserta aktif membaca materi dalam hand out tentang menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. 4) Peserta membentuk menjadi 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok untuk menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. Contoh dokumen otentik hasil observasi peserta Siklus I pertemuan kedua dilampirkan dalam lampiran 20.

Dalam melakukan diskusi kelompok tampak peserta aktif melakukan kegiatan, namun terdapat 2 peserta yang kurang aktif mengikuti diskusi dan terdapat 1 peserta yang kurang antusias mengikuti pelatihan. Meskipun demikian secara umum tampak interaksi antara


(24)

112 peserta dan trainer komunikatif, peserta lebih aktif berdiskusi untuk menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan. Selanjutnya pada akhir kegiatan peserta mengerjakan posttest siklus I.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas peserta pelatihan mencapai kategori baik. Data hasil observasi aktivitas peserta IHT menunjukkan bahwa persentase aktivitas peserta pada siklus I pertemuan kedua mencapai 95%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.

3) Hasil Belajar Peserta IHT Siklus I

Pada bagain Bab III telah dikemukakan bahwa untuk mengetahui keefektifan IHT ini melakukan pengukuran kemampuan peserta IHT menggunakan instrumen pretest dan posttest (Contoh lembar jawab peserta dilampirkan pada lampiran 21). Data statistik deskriptif hasil pengolahan skor pretest dan posttest dipaparkan pada tabel 4.5, sedangkan data distribusi frekuensi dipaparkan pada tabel 4.6.


(25)

113 Tabel 4.5

Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Kemampuan Peserta IHT pada Siklus I

Pretest Posttest

N Valid 13 13

Missing 0 0

Mean 36,08 64,62

Median 40,00 65,00

Std. Deviation Variance

13,847 191,74

6,602 43,59

Minimum 10 55

Maximum 55 75

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada kenaikan yang berarti antara pretest dan posttest. Pada pretest rerata skor hanya 36,08, sedangkan pada posttest naik menjadi 64,62. Dilihat dari ukuran keragaman data, variabilitas pretest (Std.Deviation = 13,847; variance = 191,74) jauh lebih besar dibandingkan posttest (Std.Deviation = 6,602; variance = 43,59). Data tersebut menunjukkan bahwa sebaran skor pada pretest dan posttest tidak homogen.

Tabel 4.6 memberikan informasi bahwa distribusi data skor peserta IHT pada pretest menunjukkan bahwa tidak ada yang memperoleh


(26)

114 skor ≥ 60. Artinya jika dibandingkan dengan kriteria keberhasilan IHT Siklus I yang telah dipaparkan pada Bab III, tidak satupun peserta IHT yang berhasil. Hal ini wajar karena belum dilakukan pelatihan. Pada posttest ada 10 peserta IHT yang memperoleh skor ≥ 60. Artinya adalah bahwa ada 10 peserta IHT (76,92%) telah berhasil memenuhi KKM.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pretest dan Posttest

Kemampuan Peserta IHT pada Siklus I

Data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan peserta IHT mengalami peningkatan yang cukup drastis pada Siklus I. Secara visual, data komparasi capaian pretest

No Initial Pretest Posttest

1 Sp 40 55

2 Kr 35 55

3 Es 40 70

4 Ag 15 60

5 Iv 40 65

6 Aj 25 65

7 Ap 55 70

8 Mr 25 70

9 Rs 10 55

10 Md 40 75

11 Dp 45 70

12 Ar 50 65


(27)

115 dan posttest peserta pelatihan dapat diilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik data capaian pretest dan posttest Siklus I

Berdasarkan kriteria keberhasilan IHT Siklus I (selanjutnya disebut KKM) bahwa IHT berhasil jika ≥ 80% peserta mendapatkan skor ≥ 60 dan data deskriptif serta distribusinya seperti telah dipaparkan di atas, maka dapat dirangkum hasil pelatihan Siklus I seperti pada tabel 4.7.


(28)

116 Tabel 4.7

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kegiatan IHT Siklus I

No Kriteria Angka %

1 KKM ≥ 60

2 Tuntas 10 orang 76,92%

3 Tidak tuntas 3 orang 23,07%

4 Rata-rata 64,6

5 Nilai tertinggi 75 6 Nilai terendah 55

Berdasarkan temuan pada IHT Siklus I ini, dapat disampaikan beberapa poin refleksi berikut:

a) Suhu di ruang pelatihan agak panas, sehingga terasa kurang nyaman. Perlu diciptakan suasana yang nyaman untuk peserta pelatihan.

b) Struktur duduk masih konvensional (menghadap ke depan). Perlu diperbaiki struktur duduk untuk peserta sehingga hubungan antar peserta pelatihan menjadi lebih akrab. Trainer dan peserta lebih komunikatif.

c) Pencapaian kemampuan hasil belajar pada Siklus I, meskipun telah mencapai KKM sebesar 76, 92% peserta telah memperoleh skor ≥ 60, namun capaian Siklus I ini belum berhasil.


(29)

117 Dilihat dari rerata skor posttest Siklus I juga belum tinggi, baru mencapai 64, 6. Hal ini disebabkan trainer cenderung memaparkan atau mempresentasikan materi ketimbang melakukan kegitan mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out.

4.1.3.2 Siklus II

a. Pertemuan Pertama

1) Hasil observasi aktivitas trainer siklus II pertemuan pertama.

Observasi siklus II pertemuan pertama dilakukan oleh Sunardi. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas nara sumber dan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat oleh penulisi. Tabel 4.8 berikut memaparkan hasil observasi pada siklus II pertemuan pertama. Contoh dokumen otentik hasil observasi trainer Siklus II pertemuan pertama dilampirkan dalam lampiran 22.


(30)

118 Tabel 4.8

Aktivitas Trainer Siklus II Pertemuan pertama No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1. Memberikan soal pretest

siklus II. √ 100

2. Mendorong/memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang uji coba instrumen skala Likert.

100

3. Memberikan tugas untuk me-lakukan uji coba

instrumen skala Likert dan me-mantau pelaksanaan uji coba.

100

100

4. Mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang cara menentukan skor hasil uji coba instrument.

√ 100

5. Memfasilitasi peserta untuk menentukan skor

berdasarkan deviasi normal dari hasil uji coba

instrumen.

√ 100

6. Membangun suasana IHT yang akrab dan menyenang-kan selama proses

pelatihan.

100


(31)

119 Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi untuk trainer pada siklus II pertemuan pertama sebelum menyampaikan materi trainer memberikan pretestt siklus II lalu trainer mendorong/memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang uji coba instrumen skala Likert. Selanjutnya trainer memberikan tugas untuk melakukan uji coba instrumen skala Likert dan memantau pelaksanaan uji coba.

Setelah peserta melakukan uji coba intrumen trainer mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang cara menentukan skor hasil uji coba instrumen dan memfasilitasi peserta untuk menentukan skor berdasarkan deviasi normal dari hasil uji coba instrumen. Trainer memberikan penjelasan dengan sangat baik serta memberikan penjelasan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dengan baik dan jelas dengan menggunakan ilustrasi. Contoh-contoh yang diberikan sebagai penjelasan dari materi sangat menarik. Pada siklus II pertemuan pertama ini terlihat bahwa hubungan atau interaksi antara trainer dan peserta terjalin dengan baik.


(32)

120 Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas trainer mencapai kategori baik. Data hasil observasi menunjukkan bahwa persentase aktivitas trainer pada siklus II pertemuan pertama mencapai 100%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.

2) Hasil observasi aktivitas peserta siklus II pertemuan pertama.

Tabel 4.9

Aktivitas Peserta Siklus II Pertemuan pertama

No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1. Mengerjakan soal pretest siklus II. 15 100 0 0 2. Peserta membaca materi dalam

hand out tentang uji coba instrumen skala Likert.

15 100 0 0

3. Melakukan uji coba instrumen

skala Likert. 14 93 1 7

4. Peserta membaca materi dalam hand out tentang cara

menentukan skor hasil uji coba instrument.

15 100 0 0

5. Peserta menentukan skor berdasarkan deviasi normal dari hasil uji coba instrumen.

14 93 1 7

6. Antusiasme peserta mengikuti

pelatihan selama proses pelatihan 15 100 0 0 Rerata 14,6 98 0,4 2


(33)

121 Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi peserta pelatihan sebelum menerima materi IHT siklus II pertemuan pertama peserta mengerjakan pretest silkus II yang diberikan oleh trainer (Contoh dokumen otentik hasil observasi peserta Siklus II pertemuan pertama dilampirkan dalam lampiran 23).

Selanjutnya peserta membaca materi dalam hand out tentang uji coba instrumen skala Likert, serta melakukan uji coba instrumen yang dilanjutkan pembacaan materi dalam hand out tentang cara menentukan skor hasil uji coba instrumen. Kemudian peserta menentukan skor berdasarkan deviasi normal dari hasil uji coba instrumen. Dalam mengikuti pelatihan peserta tampak menyimak materi yang disampaikan oleh trainer dengan baik. Hal ini tampak melalui respon peserta dalam menyampaikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan uji coba instrumen skala Likert dan cara menentukan skor hasil uji coba instrumen. Selain itu, dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok serta kerjasama kelompok terlihat aktif.

Struktur tempat duduk saat diskusi sudah nampak beragam. Hanya saja terdapat 1 peserta yang tampak kurang aktif dalam mengikuti


(34)

122 pelatihan. Sebagai bahan refleksi pada pertemuan pertama siklus II dikemukakan hal-hal berikut: a) pada siklus II pertemuan pertama hampir semua peserta pelatihan tampak lebih antusias mengikuti pelatihan; b) Struktur tempat duduk menjadi lebih menarik karena diubah menjadi “Leter U” dan oleh karena partisipasi peserta menjadi lebih meningkat; c) Kerja sama dan diskusi dalam kelompok sangat baik; d) Materi pelatihan yang disampaikan sangat menarik; dan e) Trainer lebih sabar dalam membimbing diskusi kelompok dan menyampaikan materi dengan lebih menarik.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas guru sebagai peserta pelatihan mencapai kategori baik. Data hasil observasi aktivitas peserta IHT menunjukkan bahwa persentase aktivitas peserta pada siklus II pertemuan pertama mencapai 98%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.


(35)

123 b. Pertemuan Kedua.

1) Hasil observasi aktivitas trainer siklus II pertemuan kedua

Observasi siklus II pertemuan kedua dilakukan oleh Sunardi, dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas nara sumber dan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan melalui lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Berikut pada tabel 4.10 dapat dicermati hasil observasi pada siklus II pertemuan kedua:

Tabel 4.10

Aktivitas Trainer Siklus II Pertemuan kedua No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1.

Mendorong/memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out

tentang menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap.

√ 100

2.

a. Membagi peserta dalam 4 kelompok.

b. Membimbing peserta untuk melakukan

diskusi kelompok dalam menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap.

√ √

100


(36)

124 3. Memberikan soal posttest

siklus II.

√ 100

4.

Membangun suasana IHT

yang akrab dan

menyenangkan selama proses pelatihan

√ 100

Rerata Persentase 100

Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi untuk trainer pada siklus II pertemuan kedua trainer mendorong/ memfasilitasi peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap lalu membagi peserta dalam 4 kelompok dan membimbing peserta untuk melakukan diskusi kelompok dalam menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. Pada pertemuan ini trainer membuat materi yang lebih sederhana sehingga materi lebih mudah diterima dan difahami oleh peserta, trainer juga sangat terbuka, menjelaskan dengan sangat terang sehingga peserta mudah menerimannya. Dalam memantau dan membimbing diskusi tampak trainer lebih sabar. Selanjutnya kegiatan diakhiri dengan posttest untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang sudah


(37)

125 diberikan. Interaksi antara trainer dan peserta sangat baik. Contoh dokumen otentik hasil observasi trainer Siklus II pertemuan kedua dilampirkan dalam lampiran 24.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas trainer mencapai kategori baik. Data hasil observasi menunjukkan bahwa persentase aktivitas trainer pada siklus II pertemuan kedua mencapai 100%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.


(38)

126 2) Hasil observasi aktivitas peserta siklus II

pertemuan kedua

Tabel 4.11

Aktivitas Peserta Siklus II Pertemuan kedua No Aspek yang diamati Ya % Tdk %

1. Peserta membaca materi dalam hand out tentang menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap.

14 93 1 7

2. a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok.

b. Peserta melakukan diskusi kelompok untuk menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. 15 12 100 80 0 3 0 20

3. Mengerjakan soal posttest

siklus II. 15 100 0 0

4. Antusiasme peserta mengikuti pelatihan selama proses pelatihan.

14 93 1 7

Rerata 14 93.2 1 6.8

Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi peserta pelatihan pada siklus II pertemuan kedua peserta membaca materi dalam hand out tentang menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap lalu peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok untuk menghitung tingkat


(39)

127 reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. Dalam pertemuan ini tampak 1 peserta kurang aktif mengikuti pelatihan, 3 peserta kurang aktif dalam diskusi. Namun secara umum peserta pelatihan semakin antusias mengikuti pelatihan. Pada pertemuan ini tampak hubungan antar peserta sangat akrab dan hangat. Peserta berhasil menganalisis hasil uji coba instrumen skala sikap dengan menghitung tingkat reliabilitas dan validitas secara kelompok. Selanjutnya pada akhir pertemuan peserta pelatihan mengerjakan posttest siklus II. Contoh dokumen otentik hasil observasi peserta Siklus II pertemuan kedua dilampirkan dalam lampiran 25.

Berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan penerapan pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila skor aktivitas peserta pelatihan mencapai kategori baik. Data hasil observasi aktivitas peserta IHT menunjukkan bahwa persentase aktivitas peserta pada siklus II pertemuan kedua mencapai 93,2%. Capaian ini berada pada rentang 81 – 100 persen, berarti berapa pada kategori sangat baik.


(40)

128 3) Hasil Belajar Peserta IHT Siklus II

Pada bagian Bab III telah dikemukakan bahwa untuk mengetahui keefektifan IHT ini lakukan pengukuran kemampuan peserta IHT menggunakan instrumen pretest dan posttest (contoh lembar jawaban peserta dilampirkan pada lampiran 26). Data statistik deskriptif hasil pengolahan skor pretest dan posttest dipaparkan pada tabel 4.12. Data distribusi frekuensi dipaparkan pada tabel 4.13 Sedangkan visualisasi distribusi frekuensi data hasil tes dapat dilihat pada gambar 4.2.

Tabel 4.12

Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest

Kemampuan Peserta IHT pada Siklus II

pretest Posttest

N Valid 15 15

Missing 0 0

Mean 42,33 61,00

Median 40,00 60,00

Std. Deviation Variance

7,98 63,81

6,036 36,42

Minimum 30 45


(41)

129 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ada kenaikan yang berarti antara pretest dan posttest. Pada pretest rerata skor hanya 42,33, sedangkan pada posttest naik menjadi 61,62. Dilihat dari ukuran keragaman data, variabilitas pretest (Std.Deviation = 7,98; variance = 63,81) lebih besar dibandingkan posttest (Std.Deviation = 6,036; variance = 36,42). Data tersebut menunjukkan bahwa sebaran skor pada pretest dan posttest Siklus II tidak homogen.

Berkaitan dengan data distribusi skor, tabel 4.13 memberikan informasi bahwa distribusi data skor peserta IHT pada pretest menunjukkan bahwa tidak ada yang memperoleh skor ≥ 60. Artinya jika dibandingkan dengan kriteria keberhasilan IHT Siklus I yang telah dipaparkan pada Bab III, tidak satupun peserta IHT yang berhasil. Pada posttest ada 12 peserta IHT yang memperoleh skor ≥ 60. Artinya adalah bahwa ada 12 peserta IHT (80%) dari peserta IHT telah berhasil memenuhi KKM.


(42)

130 Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Pretest dan Posttest

Kemampuan Peserta IHT pada Siklus II

D

Data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan peserta IHT pada Siklus II mengalami peningkatan persentase peserta yang memenuhi KKM. Secara visual, data capaia pretest dan posttest peserta pelatihan dapat diilihat pada gambar 4.2.

No Initial Pretest Posttest

1 Sp 45 55

2 Kr 40 60

3 Es 40 60

4 Ag 45 65

5 Iv 40 60

6 Aj 35 65

7 Ap 55 65

8 Mr 40 60

9 Rs 30 65

10 Md 50 70

11 Dp 45 65

12 Ar 55 65

13 Ch 50 60

14 Rb 35 45


(43)

131 Gambar 4.2. Grafik data capaian pretest dan posttest

Siklus II

Berdasarkan kriteria keberhasilan IHT Siklus II (sama seperti siklus I selanjutnya disebut KKM) dan data deskriptif dan distribusinya seperti telah dipaparkan di atas, maka dapat dirangkum hasil pelatihan Siklus II pada tabel 4.14.


(44)

132 Tabel 4.14

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kegiatan IHT Siklus II

No Kriteria Angka %

1 KKM ≥ 60

2 Tuntas 12 80%

3 Tidak tuntas 3 20%

4 Rata-rata 60,33

5 Nilai tertinggi 70 6 Nilai terendah 45

Berdasarkan temuan pada IHT Siklus II ini, dapat disampaikan beberapa refleksi berikut:

a) Peserta berhasil menyusun instrumen skala sikap, melakukan uji coba instrumen, menentukan skor hasil uji coba instrumen dan melakukan analisis item dengan menghitung tingkat reliabilitas dan validitas. Contoh produk pelatihan dan foto pelatihan dilampirkan pada lampiran 27 dan 28.

b) Peserta semakin faham dengan tugas guru.

c) Pencapaian kemampuan hasil belajar pada Siklus II telah berhasil, karena terdapat 80% peserta IHT memperoleh skor ≥ 60. Meskipun rerata capaian kemampuan belajar peserta masih


(45)

133 rendah, yaitu 60,33. Data rerata ini lebih rendah dari rerata kemampuan hasil belajar Siklus I (64,6).

4.1.3.3 Komparasi Aktivitas Trainer, Peserta IHT

dan kemampuan hasil posttest siklus I dan II

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas trainer dan peserta IHT pada siklus I dan siklus II, dapat dilaporkan komparasi temuan persentase aktivitas trainer dan peserta IHT beserta kategorinya berikut (lihat tabel 4.15).

Tabel 4.15

Komparasi persentase aktivitas trainer dan peserta

IHT beserta kategorinya pada siklus I dan II Deskripsi Siklus I Pertemuan ke: Siklus II Pertemuan ke:

1 2 1 2

Persentase

aktivitas trainer 71% 75% 100% 100% Kategori

aktivitas trainer Baik Baik

Sangat baik Sangat baik Persentase aktivitas peserta IHT

95% 95% 98% 93,2%

Kategori aktivitas peserta IHT

Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik


(46)

134 Berdasarkan data pada tabel 4.15 terlihat bahwa persentase seluruh aktivitas trainer maupun peserta IHT ≥ 71%, artinya berada pada kategiri baik dan sangat baik. Jika temuan ini dikaitkan dengan kriteria keberhasilan PTS yang telah dipaparkan pada Bab III, maka dapat dikatakan bahwa PTS siklus I dan II semuanya berhasil.

Simpulan ini berbeda jika dikaitkan dengan data hasil pengukuran posttest yang dilakukan pada siklus I dan II. Komparasi hasil posttest Siklus I dan II menunjukkan bahwa tidak semua siklus dapat dikatakan berhasil. Secara visual komparasi pretest dan posttest siklus I dan II dapat dicermati pada grafik dalam gambar 4.3 berikut.


(47)

135 Gambar 4.3. Grafik Komparasi Rerata dan Persentase

Capaian Kemampuan Hasil IHT Siklus I dan II.

Berdasarkan data komparasi seperti di atas, dapat dikemukakan beberapa temuan berikut: a) IHT penulisan instrumen penilaian kawasan afektif pada Siklus I belum berhasil. Ketidak berhasilan ini didasarkan pada temuan hasil belajar peserta IHT yang baru mencapai 76, 92%, padahal berdasarkan kriteria IHT berhasil jika minimal 80% peserta mencapat skor ≥ 60; b) IHT penulisan instrumen penilaian kawasan afektif pada Siklus II berhasil. Keberhasilan ini didasarkan pada temuan hasil belajar peserta IHT yang telah mencapai minimal 80% peserta mendapat skor ≥ 60; meskipun ada


(48)

136 penurunan rerata skor dari 64,6 pada Siklus I menjadi 60,33 pada Siklus II.

4.2 Pembahasan

Penelitian Tindakan Sekolah menggunakan model IHT ini bermula dari permasalahan praktik penilaian di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana yang belum menggunakan instrumen penilaian ranah sikap. Salah satu penyebab adalah kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap masih belum memadai. Kepala sekolah memutuskan bahwa tindakan pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan sekolah (PTS).

Ada dua pertanyaan penelitian yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan PTS ini, yaitu: bagaimanakah langkah-langkah pelatihan model In House Training yang dapat meningkatkan kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen ranah sikap; dan Apakah pelatihan model In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap? Berdasarkan dua pertanyaan penelitian di atas,


(49)

137 berikut ini dipaparkan temuan dan pembahasan dua permasalahan tersebut.

4.2.1 Langkah-langkah pelatihan model In House

Training yang dapat meningkatkan

kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen ranah sikap

IHT dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi. Melalui diklat model IHT, guru mengasah kemampuan secara aktif dengan mengeksplorasi materi pelatihan secara konsisten, persisten dan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dan kemudian mengelaborasi dengan mengerjakan tugas-tugas mandiri maupun kelompok. Langkah-langkah pelatihan model IHT yang menyebabkan keberhasilan pelatihan ini terlihat dari aktivitas setiap langkah IHT, terutama langkah-langkah pada fase proses penyelenggaraan IHT.

Tabel 4.15 terlihat bahwa persentase seluruh aktivitas trainer maupun peserta IHT ≥ 71%, artinya berada pada kategori baik dan sangat baik. Jika temuan ini dikaitkan dengan kriteria keberhasilan PTS yang telah dipaparkan


(50)

138 pada Bab III, maka dapat dikatakan bahwa PTS siklus I dan II semuanya berhasil.

Keberhasilan aktivitas PTS pada siklus I ditunjukkan oleh langkah-langkah berikut: a) trainer menyampaikan materi teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert; b) trainer membagi menjadi 4 kelompok dan selanjutnya peserta secara kelompok melakukan analisis kasus contoh instrumen penilaian sikap yang benar dan kurang benar kemudian dianalisis sesuai dengan langkah-langkah skala sikap model Likert; c) selanjutnya peserta melakukan diskusi kelompok untuk menyusun item pernyataan skala sikap sesuai obyek sikap yang telah ditentukan; d) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau, membimbing serta memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menanyakan materi yang belum dikuasai.

Berdasarkan hasil refleksi bahwa aktivitas IHT pada siklus I berhasil, maka Pada siklus II langkah-langkah IHT secara umum sama, yaitu: a) trainer mendorong peserta untuk membaca materi dalam hand out tentang berbagai teori mengenai instrumen penilaian skala sikap; b) trainer membagi peserta menjadi 4 kelompok dan selanjutnya peserta melakukan diskusi


(51)

139 kelompok; c) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau dan membimbing setiap; dan d) trainer memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya tentang materi yang belum difahami/ dimengerti.

Hasil evaluasi pelaksanaan IHT berkaitan dengan pertanyaan apakah materi bermanfaat bagi peserta, 97% peserta menyatakan bermanfaat. Hal ini didukung juga oleh respon terhadap pertanyaan apakah interaksi antara trainer dengan peserta dan penggunaan alat bantu pelatihan efektif. Responnya berturut-turut mencapai 96% dan 96% menyatakan efektif.

Keefektifan langkah-langkah IHT ini sejalan dengan pandangan Marwansyah (2012: 170) yang menjelaskan bahwa IHT jika dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi.

Temuan keberhasilan langkah-langkah PTS ini mendukung juga teori In House Training, yang merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri dan diupayakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan pekerjaannya dengan


(52)

140 penggunaan alat peraga, dan dilaksanakan di sekolah tempat guru tersebut bekerja (Sujoko (2012: 40; dan Danim, 2011:94).

4.2.2 Peningkatan kemampuan guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa IHT yang dilaksanakan di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun intrumen penilaian ranah sikap. Pada saat kondisi awal hanya 15% guru atau hanya 2 guru yang memiliki pemahaman yang cukup untuk mengembangkan instrumen penilaian skala sikap model Likert. Dari data yang sudah dipaparkan di atas tampak pada siklus I tingkat ketuntasan mencapai 76.9% atau 10 guru dari 13 guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu mencapai skor 60. Meskipun capaian ini belum dikatakan berhasil. Baru pada siklus II tingkat ketuntasan mencapai 80% atau 12 guru dari 15 guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu mencapai skor 60. Dengan


(53)

141 demikian capaian ketuntasan peserta IHT pada siklus ke II ini dikatakan berhasil.

Temuan keberhasilan langkah-langkah PTS ini sesuai dengan Tujuan IHT menurut Lulu Kamaludin (2011: 2) dan Meldona (2009: 234) yaitu: a) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); b) memperbaiki kinerja, c) menciptakan interaksi antara peserta; d) mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan; serta e) meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Dari sisi keuntungan Lulu Kamaludin (2011: 2) menyebutkan: a) Hasilnya lebih maksimal, b) Materinya lebih spesifik, c) Biaya lebih murah.

Temuan keberhasilan IHT untuk meningkatkan kemampuan guru ini senada dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Fidyawati (2013) melakukan penelitian tentang Efektifitas In House Training dalam Peningkatan Kompetensi Guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, menemukan bahwa In House Training mempunyai peranan yang sangat penting bagi guru PKn dalam meningkatkan kompetensi melalui pelatihan-pelatihan.


(54)

142 Temuan penelitian ini mendukung penelitian tindakan yang dilakukan penulis khususnya tentang Efektifitas In House Training dalam meningkatkan kemampuan guru. Seperti penelitian Heldy Eriston (2011) melakukan penelitian tindakan sekolah tentang Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat Powerpoint melalui In House Training di SMK Teknik Industri Purwakarta. Hasilnya menyimpulkan In House Training bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran. Tindakan yang telah mencapai hasil 86% melampaui indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% menunjukan bahwa IHT dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran. Temuan lain dikemukakan oleh Shakoor, A., Ghumman, M.S., Mahmood, T. (2013) meneliti tentang pengaruh In Service Training terhadap kapasitas kerja dan kinerja guru sain di tingkat menengah. Hasil penelitian menunjukkan In Service Training memiliki dampak capaian yang tinggi dan positif pada kompetensi profesional, serta membuat pelaksanaan kurikulum lebih efektif. Demikian juga dengan penelitian Naill Hegarty (2014)


(55)

143 menulis tentang keefektifan program pelatihan dalam hal tujuan pembelajaran, sebagai sebuah media untuk meningkatkan karir individu, dan sebagai suatu bentuk dari pendidikan yang diakui. Hasil temuan menunjukkan program pelatihan sangat penting, karena melalui perbaikan program pelatihan tujuan organisasi maupun individu dapat tercapai.

Kontribusi temuan penelitian tindakan sekolah melalui In House Training ini adalah memberikan pembuktian bahwa peningkatan kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap dapat ditingkatkan melalui kegiatan In House Training. Kemampuan-kemampuan yang meningkat berkaitan dengan pemahaman konsep mengenai kemampuan memahami pengantar umum penilaian, memahami hakekat penilaian sikap, mendiskripsikan teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert. Kontribusi penelitian ini secara teoritis memantapkan/ menguatkan teori Azwar tentang langkah-langkah penyusunan skala sikap model skala Likert.

Kontribusi penelitian ini secara praktik dapat meningkatkan kemampuan menganalisis


(56)

144 kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD 2013, menyusun instrumen penilaian sikap model skala Likert, melakukan uji coba instrumen, menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. Dan selanjutnya menyusun instrumen penilaian ranah sikap dalam pembelajaran pada topik-topik tertentu.

Kontribusi secara konsep dan praktek yang telah diuraikan itulah yang membedakan dengan hasil penelitian relevan hasil terdahulu. Temuan Fidyawati (2013) sebatas peran In House Training dalam meningkatkan kompetensi guru PKn. Temuan Heldy Eriston (2011) sebatas manfaat In House Training dalam meningkatkan kemampuan guru membuat power point untuk media pembelajaran. Temuan Shakoor, A., Ghumman, M.S., Mahmood, T. (2013) sebatas dampak In Service Training pada kompetensi guru. Temuan Nail Hegarty (2014) sebatas pentingnya program pelatihan untuk tercapainya tujuan organisasi maupun individu.


(1)

139 kelompok; c) trainer berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau dan membimbing setiap; dan d) trainer memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya tentang materi yang belum difahami/ dimengerti.

Hasil evaluasi pelaksanaan IHT berkaitan dengan pertanyaan apakah materi bermanfaat bagi peserta, 97% peserta menyatakan bermanfaat. Hal ini didukung juga oleh respon terhadap pertanyaan apakah interaksi antara trainer dengan peserta dan penggunaan alat bantu pelatihan efektif. Responnya berturut-turut mencapai 96% dan 96% menyatakan efektif.

Keefektifan langkah-langkah IHT ini sejalan dengan pandangan Marwansyah (2012: 170) yang menjelaskan bahwa IHT jika dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi.

Temuan keberhasilan langkah-langkah PTS ini mendukung juga teori In House Training, yang merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri dan diupayakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan pekerjaannya dengan


(2)

140 penggunaan alat peraga, dan dilaksanakan di sekolah tempat guru tersebut bekerja (Sujoko (2012: 40; dan Danim, 2011:94).

4.2.2 Peningkatan kemampuan guru SD

Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa IHT yang dilaksanakan di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun intrumen penilaian ranah sikap. Pada saat kondisi awal hanya 15% guru atau hanya 2 guru yang memiliki pemahaman yang cukup untuk mengembangkan instrumen penilaian skala sikap model Likert. Dari data yang sudah dipaparkan di atas tampak pada siklus I tingkat ketuntasan mencapai 76.9% atau 10 guru dari 13 guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu mencapai skor 60. Meskipun capaian ini belum dikatakan berhasil. Baru pada siklus II tingkat ketuntasan mencapai 80% atau 12 guru dari 15 guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu mencapai skor 60. Dengan


(3)

141 demikian capaian ketuntasan peserta IHT pada siklus ke II ini dikatakan berhasil.

Temuan keberhasilan langkah-langkah PTS ini sesuai dengan Tujuan IHT menurut Lulu Kamaludin (2011: 2) dan Meldona (2009: 234) yaitu: a) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); b) memperbaiki kinerja, c) menciptakan interaksi antara peserta; d) mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan; serta e) meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Dari sisi keuntungan Lulu Kamaludin (2011: 2) menyebutkan: a) Hasilnya lebih maksimal, b) Materinya lebih spesifik, c) Biaya lebih murah.

Temuan keberhasilan IHT untuk meningkatkan kemampuan guru ini senada dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Fidyawati (2013) melakukan penelitian tentang Efektifitas In House Training dalam Peningkatan Kompetensi Guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, menemukan bahwa In House Training mempunyai peranan yang sangat penting bagi guru PKn dalam meningkatkan kompetensi melalui pelatihan-pelatihan.


(4)

142 Temuan penelitian ini mendukung penelitian tindakan yang dilakukan penulis khususnya tentang Efektifitas In House Training dalam meningkatkan kemampuan guru. Seperti penelitian Heldy Eriston (2011) melakukan penelitian tindakan sekolah tentang Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat Powerpoint melalui In House Training di SMK Teknik Industri Purwakarta. Hasilnya menyimpulkan In House Training bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran. Tindakan yang telah mencapai hasil 86% melampaui indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% menunjukan bahwa IHT dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran. Temuan lain dikemukakan oleh Shakoor, A., Ghumman, M.S., Mahmood, T. (2013) meneliti tentang pengaruh In Service Training terhadap kapasitas kerja dan kinerja guru sain di tingkat menengah. Hasil penelitian menunjukkan In Service Training memiliki dampak capaian yang tinggi dan positif pada kompetensi profesional, serta membuat pelaksanaan kurikulum lebih efektif. Demikian juga dengan penelitian Naill Hegarty (2014)


(5)

143 menulis tentang keefektifan program pelatihan dalam hal tujuan pembelajaran, sebagai sebuah media untuk meningkatkan karir individu, dan sebagai suatu bentuk dari pendidikan yang diakui. Hasil temuan menunjukkan program pelatihan sangat penting, karena melalui perbaikan program pelatihan tujuan organisasi maupun individu dapat tercapai.

Kontribusi temuan penelitian tindakan sekolah melalui In House Training ini adalah memberikan pembuktian bahwa peningkatan kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap dapat ditingkatkan melalui kegiatan In House Training. Kemampuan-kemampuan yang meningkat berkaitan dengan pemahaman konsep mengenai kemampuan memahami pengantar umum penilaian, memahami hakekat penilaian sikap, mendiskripsikan teori penyusunan instrumen penilaian sikap model skala Likert. Kontribusi penelitian ini secara teoritis memantapkan/ menguatkan teori Azwar tentang langkah-langkah penyusunan skala sikap model skala Likert.

Kontribusi penelitian ini secara praktik dapat meningkatkan kemampuan menganalisis


(6)

144 kompetensi dasar dalam silabus kurikulum SD 2013, menyusun instrumen penilaian sikap model skala Likert, melakukan uji coba instrumen, menghitung tingkat reliabilitas dan validitas instrumen skala sikap. Dan selanjutnya menyusun instrumen penilaian ranah sikap dalam pembelajaran pada topik-topik tertentu.

Kontribusi secara konsep dan praktek yang telah diuraikan itulah yang membedakan dengan hasil penelitian relevan hasil terdahulu. Temuan Fidyawati (2013) sebatas peran In House Training dalam meningkatkan kompetensi guru PKn. Temuan Heldy Eriston (2011) sebatas manfaat In House Training dalam meningkatkan kemampuan guru membuat power point untuk media pembelajaran. Temuan Shakoor, A., Ghumman, M.S., Mahmood, T. (2013) sebatas dampak In Service Training pada kompetensi guru. Temuan Nail Hegarty (2014) sebatas pentingnya program pelatihan untuk tercapainya tujuan organisasi maupun individu.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap

0 0 129

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB IV

0 0 78

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Guru Mandiri dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV

0 1 35