Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Preferensi Konsumen Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Johor)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Karakteristik Beras
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh
(Astawan, 2004).
Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi
yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa,
kandungan protein, dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul
setelah gabah atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan
mutu beras (Haryadi, 2006).
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras digolongkan menjadi 4 golongan,yaitu
beras beramilosa tinggi (25-33 persen), beras beramilosa sedang (20-25 persen),
beras beramilosa rendah (9-20 persen) dan beras dengan kadar amilosa sangat
rendah (2-9 persen). Pada indika, kandungan amilosa sedang sampai tinggi,
sedangkan pada japonika kandungan amilosa rendah sampai sedang.
Rasa nasi yang disukai masyarakat disebabkan karena aromanya dan sifat – sifat
dari kandungan air. Protein beras tidak mempengaruhi rasa nasi. Karena itu
dikenal beras dengan aroma yang wangi untuk beras giling atau tumbuk yang baru

dan beras berbau apek bagi beras yang lama disimpan (Widyasari, 2011).

7

Universitas Sumatera Utara

Beras akan mengalami perubahan aroma dan rasa khususnya, jika disimpan pada
suhu di atasd 150 C. Setelah 3 – 4 bulan disimpan, akan terjadi perubahan rasa dan
aroma Semakin lama disimpan, semakin menurun rasa dan aroma nasinya.
(Haryadi, 2006).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsumen dan Karakteristik Konsumen
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konsumen individu dan
konsumen organisasi.
Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan
jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi

barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan
yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang
diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang
dikeluarkan (Kotler, 2000).
Menurut Engel et. al. (1994), terdapat tiga variabel yang berguna dalam
menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar target, yaitu
kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon
yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi digunakan sebagai
ukuran operasional dalam gaya hidup, yaitu pada pengukuran kegiatan, minat dan
opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil demografi meliputi usia, jenis
8

Universitas Sumatera Utara

kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, tempat tinggal, ukuran keluarga,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Perbedaan kondisi demografi konsumen
akan mempengaruhi konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan
kebutuhan, selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu mengetahui
dengan pasti variabel demografi yang dijadikan dasar untuk segmentasi pasar
produknya.

Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2003) meliputi pengetahuan dan
pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, serta karakteristik demografi
konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih banyak
mengenai produk akan memiliki informasi yang besar terhadap produk tersebut,
sehingga konsumen cenderung tidak termotivasi untuk mencari informasi karena
konsumen merasa cukup terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
dalam megambil keputusan. Kepribadian konsumen akan berpengaruh pada
motivasi konsumen dalam mencari informasi terhadap produk.
2.2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen
Konsumen memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda antara
konsumen yang satu dengan konsumen yang lain, dimana karakteristik sosial
ekonomi tersebut mempengaruhi keputusan dan perilaku konsumen dalam
membeli barang atau jasa.
Menurut Sumarwan (2004), ada beberapa karakteristik sosial ekonomi yang
berhubungan dengan keputusan dan perilaku konsumen, yaitu :

9

Universitas Sumatera Utara


1. Umur
Umur sangat penting dalam menentukan pola konsumsi suatu masyarakat, karena
konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi pangan yang berbeda juga.
Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu jenis
pangan.
2. Tingkat pendidikan
Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat
responsif terhadap informasi dan mengakibatkan konsumen lebih selektif dalam
memilih jenis pangan yang akan dikonsumsi. Pendidikan yang berbeda juga akan
menyebabkan perbedaan dalam memilih jenis pangan dan juga perbedaan selera.
Pendidikan yang rendah akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta
daya beli konsumen yang rendah sehingga konsumen dengan pendidikan rendah
cenderung tidak memperhatikan jenis pangan yang hendak dikonsumsi.
3. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola
konsumsi pangan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan jumlah anggota
keluarga yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi pangan lebih
banyak dibandingkan dengan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang
lebih sedikit.
4. Pendapatan Rumah Tangga

merupakan salah satu karakteristik konsumen yang paling berpengaruh terhadap
keputusan dan perilaku konsumen. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima
seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Jumlah pendapatan akan
10

Universitas Sumatera Utara

menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Karena alasan inilah
produsen perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya
(Sumarwan, 2004). Besar kecilnya pendapatan yang diterima konsumen
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Pekerjaan akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh. Pendidikan
formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih
baik.
Jumlah pendapatan juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan dari konsumen itu
sendiri. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk
konsumsi makanan mengidentifikasikan rumah tangga yang berpenghasilan
rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa seseorang semakin sejahtera bila
persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase
pengeluaran untuk non makanan (Hasibuan, 2011).

2.2.3 Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih
disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi konsumen terhadap
produk. Assael (1992) membatasi kata persepsi sebagai perhatian kepada pesan,
yang mengarah ke pemahaman dan ingatan. Persepsi yang sudah mengendap dan
melekat dalam pikiran akan menjadi preferensi.
Preferensi konsumen merupakan suatu tindakan konsumen dalam memilih suatu
barang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Preferensi dapat terbentuk melalui
pola pikir konsumen yang didasari oleh beberapa alasan, antara lain (Bilson
Simamora, 2004) :
11

Universitas Sumatera Utara

a. Pengalaman yang diperolehnya
Konsumen merasakan kepuasan dalam membeli produk dan merasakan
kecocokan dalam mengkonsumsi produk yang dibelinya, maka konsumen akan
terus-menerus menggunakan produk tersebut.
b. Kepercayaan turun-temurun
Kepercayaan ini dikarenakan kebiasaan dari keluarga menggunakan produk

tersebut, setia terhadap produk yang selalu dipakainya karena manfaat dalam
pemakaian produk tersebut, sehingga konsumen memperoleh kepuasan dan
manfaat dari produk tersebut.
Menurut Sanjur (1982), preferensi terbentuk dari persepsi suatu produk. Preferensi
adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen.
Menurut Suhardjo (1989), jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain
dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi terhadap
makanan tersebut.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai
relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut fisik yang
ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat
mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap
konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku
konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.
Konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam menimbang atribut yang dianggap
penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang
memberikan manfaat-manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering
12

Universitas Sumatera Utara


disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen
yang berbeda (Kotler, 2000).
Setiap individu memiliki preferensi dalam menentukan berbagai pilihan untuk
memenuhi kebutuhannya. Dalam melakukan pemenuhan kebutuhan, konsumen pasti
memiliki kendala-kendala yang dihadapinya seperti pendapatan yang dimiliki, waktu,
selera, dan kendala lainnya ( Aryanti dan Yana, 2012) .

Preferensi pangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti pengalaman
seseorang, pengaruh budaya, dan manfaat kesehatan yang dirasakan. Rasa dan
aroma tidak dapat dibantah menjadi penentu utama apakah makanan disukai atau
tidak disukai. Perbedaan individu pada persepsi pahit, manis, asin, atau asam
dapat mempengaruhi kebiasaan makan, dimana dapat berpengaruh pada status gizi
dan resiko penyakit kronis. Aroma juga penentu penting persepsi bermacammacam aroma, dan keanekaragaman penciuman dapat mempengaruhi preferensi
pangan (El-Sohemy 2009).
Penelitian Drewnowski & Hann (1999) menyatakan bahwa variabel demografi
memiliki pengaruh terhadap preferensi pangan termasuk umur, jenis kelamin,
status kesehatan, suku, pendidikan, dan pendapatan.
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
preferensi terhadap makanan, yaitu karakteristik individu, makanan, dan

lingkungan. Harga juga berpengaruh dalam pemilihan pangan, namun harga
sering dikesampingkan oleh pertimbangan prestice, rasa, dan kemudahan dalam
penyiapannya sehingga harga bukanlah faktor utama dalam hal pemilihan pangan.

13

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi preferensi pangan termasuk
musim, lokasi geografis, suku, mobilitas, dan tingkat urbanisasi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian

Metode Pengambilan
Sampel dan Populasi
Analisis
Metode pengambilan
sampel adalah metode
Preferensi

Konsumen Bakso proportional accidental
Bakar
(Studi sampling, yaitu dengan
melakukan
Kasus:
Kecamatan
penelusuran terhadap
Medan Tembung, konsumen
yang
Kota Medan)
membeli bakso bakar
berdasarkan
tempat
Rizki
Hardiansyah
membelinya
dengan
(2014)
penentuan sampel yang
proportional

dan
merata.

Sikap Dan
Preferensi
Konsumen Buah

Metode pengambilan
sampel yang dipilih
adalah sampel tanpa

Metode
Analisis Data
Metode analisis
yang digunakan
adalah deskriptif
yang didukung
dengan
uji
korelasi Rank
Spearman, dan
uji
koefisien
konkordansi
Kendalls

Kesimpulan

Karakteristik konsumen
bakso
bakar
di
Kecamatan
Medan
Tembung
adalah
perempuan,berusia
antara 13-15 tahun.
Hubungan
antara
karakteristik konsumen
dengan
keputusan
konsumen dari sisi
frekuensi
pembelian
dan jumlah pembelian
dengan uji korelasi
Rank Spearman pada
signifikansi
95%,
hasilnya menunjukkan
bahwa umur dan tingkat
pendidikan konsumen
berhubungan
secara
signifikan
dengan
frekuensi
pembelian,
sedangkan pendapatan
konsumen tidak ada
hubungan
yang
signifikan.
Preferensi
konsumen
terhadap atribut produk
bakso bakar yang paling
disukai adalah bakso
bakar yang berasa pedas
manis, berjenis bakso
bakar lapis kulit tahu,
berbentuk kotak
Metode
Hasil
analisis
pengolahan dan menunjukkan responden
analisis
data lebih menyukai untuk

14

Universitas Sumatera Utara

Jeruk Lokal Dan
Jeruk Impor
(Kasus Kota
Bandar
Lampung,
Lampung)
Mutia
Savitri
(2015)

peluang
(non-probability
sampling), yaitu
dengan teknik
convinient sampling,
yaitu siapa
saja yang secara
Intan kebetulan ditemui oleh
Herista peneliti ketika
mendatangi lokasi
pengambilan sampel.

Analisis Conjoint
Terhadap
Preferensi
Konsumen
Produk Minyak
Goreng Kelapa
Sawit Di Kota
Medan
Dela Agustina
Sarumaha
( 2015 )

yang digunakan
dalam penelitian
ini
adalah
analisis
deskriptif dan
Analisis
Conjoint
analysis.

Metode pengukuran
sampel yang dilakukan
di daerah penelitian ini
adalah
purposive
sampling yaitu dengan
memilih
konsumen
yang membeli produk
minyak
goreng
kemasan di lokasi
penelitian.
Metode
yang digunakan dalam
pengambilan sampel
adalah
metode
Accidentalyaitu
metode pengambilan
sampel
dengan
memilih siapa
yang kebetulan ada/
dijumpai
dilokasi
penelitian.

mengkonsumsi
buah
jeruk lokal. Atribut
yang menjadi kesukaan
atau pilihan responen
lebih mengarah ke jeruk
lokal.
Berdasarkan
analisis,
preferensi
konsumen buah jeruk di
Bandar
lampung
mengarah pada buah
yang rasanya manis,
berukuran
sedang,
warnanya
hijau
kekuningan,
mengandung
banyak
air, tidak berbiji dan
berada di selang harga
Rp 25 000- Rp 35 000
Penelitian ini
Hasil
penelitian
menjelaskan
bahwa
menggunakan
analisis Conjoint preferensi
konsumen
berfokus pada hasil
stimuli
kombinasi
terbaik
berdasarkan
nilai kegunaan dari
perhitungan yang di
dapat,
dan
tingkat
kepentingan atribut di
dalamnya.
Hasil kombinasi terbaik
diperoleh
yakni
kombinasi kejernihan
minyak yang bening,
warna minyak kuning
keemasan,
proses
pemanasan
minyak
cepat panas, proses
penirisan minyak cepat
tiris,

2.4 Kerangka Pemikiran
Penduduk Kota Medan, sama dengan penduduk Indonesia lainnya yang
merupakan konsumen beras. Konsumsi beras rata-rata di Sumatera Utara pada
tahun 2009 sebesar 134,13, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 131,46. Konsumsi
15

Universitas Sumatera Utara

beras rata rata perkapita di Kota Medan sebesar 134 kg/kapita bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi beras rata rata nasional sebesar 114 kg/kapita,
data ini diperoleh berdasarkan data BPS/Kemendag. Berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dimana rata-rata konsumsi beras per kapita
dalam rumah tangga adalah 87,63 kg/tahun atau 240 gr/hari. Data takaran neraca
beras Kementan menyatakan bahwa konsumsi beras sebesar 124 kg/tahun atau
340 gr/hari. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik dimana rata-rata
konsumsi beras tingkat nasional dapat mencapai sekitar 27 juta ton.
Preferensi konsumen beras berbeda beda. Perbedaan ini dipengaruhi karakteristik
sosial ekonomi dan atribut beras yang akan dibeli oleh konsumen. Bagaimana
perbedaan karakteristik sosial ekonomi terhadap preferensi konsumen beras akan
dikaji dalam kajian ini secara komprehensif. Kajian ini dilakukan secara
deskriptif, dan selanjutnya bagaimana pengaruh karakteristik konsumen terhadap
preferensi konsumen beras akan dianalisis. Secara rinci kerangka kajian ini
digambarkan dalam Gambar 1,

16

Universitas Sumatera Utara

Umur

Pendidikan

Jumlah Anggota
Keluarga
Preferensi
Konsumen Beras
Jumlah Konsumsi

Pendapatan
Rumah Tangga
Tingkat Kepulenan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :
: Menyatakan Pengaruh

17

Universitas Sumatera Utara

2.5 Hipotesis Penelitian
Karakterisitik sosial ekonomi konsumen (umur, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, jumlah konsumsi, pendapatan rumah tangga dan tingkat kepulenan)
secara serempak berpengaruh nyata terhadap preferensi konsumen beras di
Kecamatan Medan Johor.

18

Universitas Sumatera Utara