Efektivitas penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

(1)

INTISARI

Penyakit Hipertensi merupakan silent killer disease atau merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang memiliki angka prevalensi yang tinggi di dunia maupun di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular yang dapat mengakibatkan kematian, sehingga diperlukan evaluasi efektivitas obat dengan mengkaji ketepatan pemilihan dan dosis obat antihipertensi untuk menentukan terapi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat dan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang efektif di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospective dengan rancangan case series. Data diambil dari rekam medis pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015 dan dievaluasi berdasarkan literatur. Terdapat 12 data pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Efektivitas penggunaan obat dilihat dari terjadinya penurunan tekanan darah pada tiap hari rawat.

Pada penelitian terdapat 12 pasien yang menggunakan obat antihipertensi. Kasus terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan (58,3%) dan kelompok umur geriatri (75%). Penggunaan obat antihipertensi tunggal lebih banyak dibandingkan kombinasi yaitu sebesar 83,8%. Proporsi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada seluruh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi pada hari rawat akhir pasien di instalasi rawat Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.


(2)

ABSTRACT

Hypertension is a silent killer disease or the disease is non-communicable diseases, which has a high prevalence rate in the world and in Indonesian. Hypertension is a risk factor of cardiovascular disease that can lead to death, so it is necessary to evaluate the effectiveness of a drug by assessing the accuracy of the antihypertensive drug selection and dose to determine the appropriate therapy. This study aimed to determine the profile of drug usage and the proportion of effective antihypertensive drug use in the Inpatient at Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital at August 2015.

This study is prospective observasional descriptive study with case series design. Data was taken from inpatient medical record of Bakung ward Panembahan Senopati Hospital at August 2015 and evaluated based on the literature. There are 12 patients who entered the data in the inclusion criteria. Effectiveness of drug use seen from the decrease in blood pressure at each day care.

In the study there were 12 cases of the use of antihypertensive drugs. Most cases present in the female sex (58,3%) and the geriatric age group (75%). The use of a monotherapy antihypertensive agents more than a combination that is equal to 83,8%. The proportion of the use of antihypertensive drugs given to all patients have been effective for patients achieve therapeutic outcome at last day care of the patients in the Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital.


(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP BANGSAL BAKUNG RSUD PANEMBAHAN

SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Ira Yosida NIM: 128114119

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP BANGSAL BAKUNG RSUD PANEMBAHAN

SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Ira Yosida NIM: 128114119

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Halaman Persembahan

Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;

Tuhanlah yang menopang aku.

(Mazmur 54: 4)

Kupersembahkan buat: Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku Kedua orang tua, kakak, adik, dan keluarga yang ku cintai Axel Pebrian yang selalu memberiku semangat Keluarga kedua ku Miracle 13 Gereja Mawar Sharon Yogyakarta Teman-teman dan Almamaterku


(8)

(9)

(10)

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberi arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam pengambilan data penelitian kepada penulis

3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi arahan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi

4. Papa dan Mama yang telah membimbing, memberi arahan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi

5. Kakak dan adikku tersayang Daniel Evan Rudyanto, Ester Verawanty, Arbhi Andreas yang selalu memberi semangat dan dukungan.

6. Axel Pebrian yang selalu mendampingi, memberi semangat dan dukungan dari awal penyusunan skripsi hingga akhir


(11)

viii

7. Sahabat terbaikku Tri Yulianti Ardana, Florentiana Sindoro, Arsukma Wiranti, Desi Haryati Dewangga, Tiara Luwita Assa, Aveline Johanes, dan Icha Sitohang yang selalu memberi semangat dan dukungan dari awal penyususnan skripsi hingga akhir

8. Teman-Teman skripsi (Tria, Wulan, Mega) yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi

9. Teman-teman Miracle 13 yang selalu mendukungku dalam doa.

Yogyakarta, 21 Juli 2016 Penulis


(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1.Perumusan Masalah ... 3

2.Keaslian Penelitian ... 3

3.Manfaat Penelitian ... 5

B.Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

BAB II PENELAAH PUSTAKA ... 6


(13)

x

1. Definisi hipertensi ... 6

a. Hipertensi primer ... 6

b. Hipertensi sekunder ... 7

2. Faktor Risiko ... 7

a. Genetik/ riwayat keluarga ... 7

b. Usia ... 8

c. Ras/ etnis ... 8

d. Jenis kelamin ... 8

3. Etiologi ... 9

4. Patofisiologi ... 9

5. Manifestasi Klinik ... 10

6. Diagnosis ... 11

7. Komplikasi ... 11

B. Obat Antihipertensi ... 12

1. Tujuan terapi ... 12

2. Terapi Farmakologi ... 12

a. Angiostensin converting enzyme inhibitor ... 12

b. Diuretik ... 13

c. Calcium chanel blocker ... 13

d. Angiostensin II receptor blocker ... 13

e. Beta bloker ... 13

C. Keterangan Empiris ... 14


(14)

xi

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 16

C. Subyek Penelitian ... 17

D. Instrumen Penelitian... 18

E. Lokasi Penelitian ... 19

F. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Tahap analisis situasi ... 19

2. Tahap pengambilan data ... 20

3. Tahap analisis data ... 20

G. Tata Cara Analisis Data ... 20

H. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ... 21

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 25

1. Karakteristik pasien hipertensi ... 25

1. Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin ... 22

2. Demografi pasien berdasarkan umur ... 24

3. Lama perawatan ... 25

4. Komplikasi... 26

2. Profil penggunaan obat antihipertensi ... 28

a. Penggunaan obat antihipertensi tunggal ... 29

b. Penggunaan obat antihipertensi kombinasi ... 30

3. Hasil evaluasi efektivitas ... 31

a. Ketepatan pemilihan obat antihipertensi ... 31


(15)

xii

c. Proporsi penggunaan obat antihipertensi ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi hipertensi ... 6 Tabel II. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap

Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 23 Tabel III. Distribusi Umur Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 25 Table IV. Distribusi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015... ... 26 Tabel V. Jenis dan Persentase Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap

Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul ... 27 Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien

di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 31 Tabel VII. Ketepatan Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode 2015 ... 33 Tabel VIII. Ketepatan Dosis Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015 ... 34


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Pengambilan Data Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul ... 49 Lampiran 2: Data Efektivitas Obat Antihipertensi pada Pasien Bangsal Bakung

RSUD Panembahan Senopati Periode 2015 ... 50 Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Daerah Istimewa Yogyakarta ... 73 Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPEDA) Kabupaten Bantul ... 74 Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari RSUD Panembahan Senopati Bantul ... 75


(18)

xv

INTISARI

Penyakit Hipertensi merupakan silent killer disease atau merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang memiliki angka prevalensi yang tinggi di dunia maupun di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular yang dapat mengakibatkan kematian, sehingga diperlukan evaluasi efektivitas obat dengan mengkaji ketepatan pemilihan dan dosis obat antihipertensi untuk menentukan terapi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat dan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang efektif di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospective dengan rancangan case series. Data diambil dari rekam medis pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015 dan dievaluasi berdasarkan literatur. Terdapat 12 data pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Efektivitas penggunaan obat dilihat dari terjadinya penurunan tekanan darah pada tiap hari rawat.

Pada penelitian terdapat 12 pasien yang menggunakan obat antihipertensi. Kasus terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan (58,3%) dan kelompok umur geriatri (75%). Penggunaan obat antihipertensi tunggal lebih banyak dibandingkan kombinasi yaitu sebesar 83,8%. Proporsi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada seluruh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi pada hari rawat akhir pasien di instalasi rawat Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.


(19)

xvi

ABSTRACT

Hypertension is a silent killer disease or the disease is non-communicable diseases, which has a high prevalence rate in the world and in Indonesian. Hypertension is a risk factor of cardiovascular disease that can lead to death, so it is necessary to evaluate the effectiveness of a drug by assessing the accuracy of the antihypertensive drug selection and dose to determine the appropriate therapy. This study aimed to determine the profile of drug usage and the proportion of effective antihypertensive drug use in the Inpatient at Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital at August 2015.

This study is prospective observasional descriptive study with case series design. Data was taken from inpatient medical record of Bakung ward Panembahan Senopati Hospital at August 2015 and evaluated based on the literature. There are 12 patients who entered the data in the inclusion criteria. Effectiveness of drug use seen from the decrease in blood pressure at each day care.

In the study there were 12 cases of the use of antihypertensive drugs. Most cases present in the female sex (58,3%) and the geriatric age group (75%). The use of a monotherapy antihypertensive agents more than a combination that is equal to 83,8%. The proportion of the use of antihypertensive drugs given to all patients have been effective for patients achieve therapeutic outcome at last day care of the patients in the Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital.


(20)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Pharmaceutical care merupakan penyediaan yang bertanggung jawab dari terapi obat untuk mencapai hasil (outcome) yang pasti dan memiliki maksud untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Mutnick, 2004). Untuk pasien dengan hipertensi diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker untuk mencapai pengontrolan tekanan darah yang optimal. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, memonitor respon pasien melalui farmasi komunitas, adherence terhadap terapi obat dan non obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, serta mencegah atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat (Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen, 2006).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang paling umum terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan masalah kesehatan yang lainnya dan merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular (Porth, 2011). Hipertensi untuk pria dan wanita memiliki prevalensi yang serupa. Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia dan pada orang dewasa tua, prevalensi orang dewasa tertinggi adalah pada orang dewasa hitam non-Hispanik (Nwankwo, et al., 2013).

Menurut WHO, pada tahun 2008 40% orang dewasa usia 25 tahun keatas didiagnosis hipertensi. Pada tahun 1980 jumlah penderita hipertensi adalah sekitar


(21)

600 juta orang, sedangkan tahun 2008 jumlah penderita hipertensi semakin meningkat yaitu 1 miliar. Dari keseluruhan negara-negara di dunia, penderita hipertensi pada negara-negara berpenghasilan tinggi (negara maju) memiliki prevalensi yang lebih rendah yaitu 35%, sedangkan pada negara-negara berkembang prevalensinya yaitu 40% (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Risdeskas) pada tahun 2007 menunjukan bahwa penyakit hipertensi memiliki angka prevalensi yang tinggi di Indonesia yaitu 31,7%. Pada daerah pedesaan angka kematian pada usia 45-54 tahun akibat hipertensi adalah 9,2%, sementara itu di daerah perkotaan hipertensi merupakan penyakit kedua penyebab kematian dengan angka kematian yaitu 8,1% (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Prevalensi dari hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi angka kejadian pada pria dibandingkan pada wanita saat usia 55 tahun, namun sedikit lebih tinggi kejadian pada wanita pada saat pascamenopouse. Hipertensi sangat umum terjadi pada orang tua, menurut NHANES III Study, tingkat prevalensi pada usia > 60 tahun, diperkirakan lebih dari 60% di negara berkembang (Babatsikou and Zavitsanou, 2010).

Penyakit hipertensi dipilih menjadi topik karena hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) dengan jumlah tertinggi yang banyak di jumpai di Indonesia. Laporan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2013 menjelaskan bahwa kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit, khususnya Rumah Sakit Panembahan Senopati sudah di dominasi oleh penyakit tidak menular. Dari


(22)

hal ini dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bantul telah terjadi transepidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi (Dinas kesehatan Kabupaten Bantul, 2014).

Pemilihan Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta karena Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap untuk penyakit dalam.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Seperti apakah profil penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada

pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul?

b. Berapa proporsi pengobatan yang efektif pada terapi pasien di Instalasi

Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul?

2. Keaslian

Bedasarkan penelitian pustaka yang dilakukan, penelitian ini belum pernah dilakukan. Akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan masalah penggunaan obat pada pasien hipertensi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya:

1. Pratama (2013) mengenai “Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Hipertensi di Instalasai Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013”. Penelitian ini berbeda


(23)

dengan penelitian sebelumnya dalam hal waktu, subyek penelitian, dan kajian yang diteliti. Dalam penelitian sebelumnya lebih ditekankan pada interaksi obat hipertensi, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada profil penggunaan obat antihipertensi.

2. Anggriani, Purwanggana, Subhan, dan Wardhani (2013) dalam Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, September 2012, Volume 10: 2, halaman 111-118, mengenai “Evaluasi Penggunaan dan Biaya Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di IRNA-B Rumah Sakit Umum Pusat X Periode Juli-Desember 2010”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal lokasi, waktu dan metode yang digunakan. Dalam penelitian tersebut metode yang digunakan bersifat deskriptif analitis dan dilakukan secara retrospektif, sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif case series yang dilakukan secara prospektif.

3. Ikawati, Djumiani, dan Putu (2008) mengenai “Kajian Keamanan Pemakaian Obat Anti-hipertensi di Poliklinik Usia Lanjut di Instalasi Rawat Jalan RS Dr Sardjito”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal lokasi, waktu, subyek penelitian, dan kajian penelitian. Subyek yang digunakan adalah pasien usia lanjut di Instalasi Rawat Jalan RS Dr Sardjito, sedangkan dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah pasien geriatri di Bangsal Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati periode Juli 2015. Penelitian ini juga lebih menekankan pada keamanan penggunaan obat antihipertensi, sedangkan kajian dalam penelitian ini yaitu mengenai efektivitas penggunaan obat antihipertensi.


(24)

3. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pharmaceutical care untuk pasien dengan tekanan darah tinggi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Panembahan Senopati Bantul serta hasil dari penelitian ini dapat mendukung dan meningkatkan peran farmasis dalam memilih obat antihipertensi yang efektif untuk pasien dengan tekanan darah tinggi.

4. Tujuan

Tujuan umum:

Untuk mengkaji efektivitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Tujuan khusus:

a. Mengidentifikasi profil penggunaan obat yang diberikan pada pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati periode Agustus 2015.

b. Untuk mengetahui proporsi pengobatan yang efektif pada pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.


(25)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai nilai tekanan darah darah systole >140 mmHg dan tekanan darah diastole >90 mmHg. Tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diatasi dengan beberapa cara seperti perubahan gaya hidup dan apabila diperlukan dapat menggunakan obat-obatan. Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga sering disebut dengan “silent killer” (AHA, 2014).

Tabel I. Klasifikasi Hipertensi (AHA/ASA) Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Hipertensi krisis > 180 > 110

(American Heart Association, 2014). Terdapat dua kategori dari hipertensi menurut penyebabnya yaitu hipertensi primer (esensial) dan sekunder (non esensial).

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer (esensial) merupakan hipertensi yang tidak dapat diketahui penyebabnya secara pasti. Tetapi hipertensi ini dapat diatasi dengan cara mengubah gaya hidup dan terapi obat untuk mencegah efek yang tidak diinginkan dari hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan degan hipertensi primer yaitu tingginya tingkat lipid darah, merokok, diabetes, umur kurang lebih >


(26)

60 tahun, jenis kelamin (pada laki-laki dan perempuan pada masa pascamenopouse), dan riwayat penyakit pada keluarga seperti penyakit kardiovaskular (laki-laki < 55 tahun dan perempuan < 65 tahun).

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder (non esensial) merupakan hipertensi yang terjadi setelah seseorang mengalami kondisi lainnya, seperti batu ginjal atau tumor pada ginjal. Terapi yang dilakukan untuk hipertensi sekunder bertujuan untuk memperbaiki kondisi atau menghilangkan penyebabnya. Apabila terapi yang dilakukan berhasil, maka hipertensi akan hilang. Tetapi apabila terapi yang dilakukan tidak berhasil, maka dapat digunakan obat antihipertensi yang sesuai untuk mengontrol tekanan darah (Aschenbrenner, 2009).

2. Faktor Risiko

Penyakit hipertensi memiliki beberapa factor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah sehingga nilai tekanan darah menjadi tinggi. Faktor risiko dari hipertensi, yaitu:

a. Genetik/ Riwayat Keluarga

Faktor genetik pada keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan memiliki risiko terkena hipertensi dua kali ebih besar dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Terjadinya hipertensi berhubungan dengan adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu dengan orang tuanya (Anggraini, Waren, Simutorang, Asputra, Siahaan, 2009).


(27)

b. Usia

Faktor risiko hipertensi lebih besar di kalangan usia lanjut atau geriatri. Prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu 40% dengan angka kematian 50% pada usia diatas 60 tahun (Rustiana, 2014).

Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya zat kolagen pada lapisan otot sehingga menyebaban pembuluh darah menyempit dan menjadi kaku. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan fisiologis, sehingga pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Anggraini, Waren, Simutorang, Asputra, Siahaan, 2009).

c. Ras/ etnis

Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dan berkembang pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan orang berkulit putih. Komplikasi serius yang sering terjadi pada orang kulit hitam adalah stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal (Mayo Clinic Staff, 2015).

d. Jenis kelamin

Prevalensi hipertensi pada pria sama dengan wanita. Tetapi pada pria risiko terkena kardiovaskular lebih besar dibandingkan dengan wanita premenopouse, karena pada wanita premenopouse masih memiliki hormone esterogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Low (HDL). Kadar HDL yang tinggi dapat mencegah terjadinya proses aterosklerosis pada wanita. Pada wanita setelah postmenopause, hormone esterogen tidak di produksi lagi sehingga risiko terkena kardiovaskular menjadi lebih tinggi (Anggraini, Waren, Simutorang, Asputra, Siahaan, 2009).


(28)

3. Etiologi

Hipertensi primer (esensial) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya yang dihasilkan dari disregulasi mekanisme control homeostatik normal tekanan darah serta tidak terdeteksinya penyebab sekunder yang dapat diketahui. Lebih dari 95% kasus yang terjadi adalah jenis hipertensi primer, sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya gangguan penyakit lain yang mendasarinya. Kasus hipertensi sekunder hanya sekitar 5% dari keseluruhan kasus hipertensi yang sering terjadi (Khatib, 2005).

Ada banyak faktor risiko kebiasaan yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah, termasuk mengkonsumsi makanan yang mengandung terlalu banyak lemak dan garam serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur, sering mengkonsumsi alcohol, kurangnya aktivitas fisik seperti berolahraga, dan stress. Faktor kebiasaan ini sangat dipengaruhi oleh pekerjaan masyarakat dan kondisi hidup (WHO, 2013).

4. Patofisiologi

Tekanan darah merupakan produk dari curah jantung dan resistensi dari vascular sistemik. Pasien dengan hipertensi arteri kemungkinan memiliki peningkatan curah jantung serta peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik atau keduanya. Hipertensi pada usia yang lebih muda terjadi peningkatan curah jantung (Cadiac Output), sedangkan pada usia yang lebih tua terjadi peningkatan resistensi vascular sistemik dan kekakuan pembuluh darah (Nuffield, 2004).

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah arteri sistemik terangkat melampaui normal, sehingga jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk


(29)

mengatasi penngkatan tekanan sistemik agar tetap bisa menyalurkan darah ke jaringan, serta menempatkan pada jantung dan pembuluh darah. Hipertensi dalam jangka panjang mengarah pada disfungsi kardiovaskular yang merupakan penyebab utama dari kematian seperti gagal jantung kongestif, miokard infark, emboli paru, serebral aneurisma, dan gagal ginjal (Dufton, 2011).

Banyak faktor patofisiologi yang terlibat dalam genesis hipertensi esensial yaitu adanya peningkaan aktivitas system saraf simpatik yang mungkin terjadi karena tingginya respon terhadap stress psikososial, kelebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, pola makan seperti asupan natrium yang tinggi, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik, perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, resistensi insulin, meningkatnya aktivitas vascular growth factors ƒ Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular, berubahnya transpor ion dalam sel, kondisi atau riwayat penyakit pasien seperti diabetes Mellitus dan obesitas (Opparl, Zaman, and Calhoun, 2003).

5. Manifestasi klinik

Pada umumya sangat terlihat dari kesehatan pasien atau mungkin keadaan yang berisiko untuk mengalami penyakit kardiovaskular, yaitu: Umur (≥


(30)

55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan), diabetes mellitus, dislipidemia, mikroalbuminuria, riwayat keluarga yang terkena penyakit kardiovaskuler terlalu dini, obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2

), aktivitas fisik, dan merokok. (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, Posey, 2008).

Gejala pada hipertensi pada semua pasien yaitu asimpomatik Terkadang hipertensi menyebabkan gejala seperti sakit kepala, sesak nafas, pusing, nyeri pada dada, jantung berdebar dan pendarahan pada hidung. Tetapi gejala-gejala tersebut belum bisa dipastikan bahwa seseorang terkena hipertensi (WHO, 2013). 6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi ringan, sedang, dan berat tergantung pada tekanan darah rata-ratanya. Hipertensi ringan apabila tekanan darah sistoliknya 140-160 mmHg, dan tekanan darah diastoliknya adalah 90-100 mmHg. Hipertensi sedang apabila tekanan darah sistoliknya adalah 160-200 mmHg dan tekanan darah diastoliknya adalah 100-120 mmHg. Hipertensi berat apabila tekanan darah sistolik > 200 mmhg dan tekanan darah diastoliknya > 120 mmHg. Identifikasi lebih lanjut mengenai hipertensi perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab yang mendasari hipertensi tersebut seperti dengan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui penyebab sekunder hipertensi tersebut (Dufton, 2011).

7. Komplikasi

Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh


(31)

darah besar. Faktor risiko utama dari hipertensi yaitu penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner, gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi (Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen, 2006).

B. Obat Antihipertensi

1. Tujuan

Tujuan utama dari terapi hipertensi menurut guideline ASH (American Society of Hypertension) yaitu mengatasi hipertensi dan mengidentifikasi faktor risiko lainnya yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti gangguan lipid, diabetes, obesitas, dan merokok. Tujuan tekanan darah untuk hipertensi yaitu < 140/90 mmHg (Weber, et.al., 2013).

Untuk mencapai tujuan terapi diperlukan evaluasi efektivitas penggunaan obat. Efektivitas merupakan seberapa jauh obat dapat mencapai efek yang di inginkan dalam praktek klinis (Marley, 2000).

2. Farmakologi

The United Kingdom Guideline, mengelompokan obat untuk hipertensi berdasarkan usia dan ras dimana direkomendasikan ACE Inhibitor sebagai lini pertama untuk pasien < 55 tahun dan CCB serta diuretic tiazid untuk pasien dengan usia > 55 tahun dan untuk pasien yang berkulit hitam (Dipiro, et al, 2008). Berikut ini merupakan beberapa golongan obat antihipertensi, yaitu:

a. ACE Inhibitor

Obat ini menghalangi perubahan Angiostensin I menjadi Angiostensin II baik secara sistemik maupun secara lokal di beberapa jaringan serta plasma.


(32)

Selain itu juga dapat menurunkan jumlah resistensi pembuluh darah perifer, dan terjadinya penurunan tekanan darah tanpa reflek stimulasi denyut jantung dan curah jantung (Arronow, Fleg, Pepine & Artinian, 2011).

b. Diuretik

Obat ini menghasilkan efek antihipertensi dengan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dalam jangka panjang sementara mengurangi volume sirkulasi darah dalam jangka pendek dengan menghambat Na reasorbsi oleh tubulus distal (Kikuchi, et.al., 2009).

c. Ca Chanel Blockers

Menghasilkan efek antihipertensi dengan menghambat L-type-voltage-dependent yang terlibat dalam masuknya ekstrasesluler ion Ca, sehingga terjadi relaksasi pembuluh darah otot polos dan mengurangi resistensi pembuluh darah perifer (Kikuchi, et.al., 2009).

d. ARB (Angiotensin Receptor Blockers)

Obat ini menghasilkan efek antihipertensi yang secara khusus mengikat angiotensin II reseptor tipe 1 dan menghambat vasokonstriksi kuat. Pemberian ARB menyebabkan peningkatan AII darah dan merangsang reseptor tipe 2, yang dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (Kikuchi, et.al., 2009).

e. Beta Blockers

Beta-blockers bekerja dengan menurunkan kerja jantung dan vasodilatasi pembuluh darah, yang menyebabkan detak jantung menjadi lebih lambat. Mekanisme dari Beta-blockers yaitu memblok aksi katekolamin seperti adrenalin dan noradrenalin pada reseptor beta adrenergic. Meskipun beta-blockers memiliki


(33)

efek untuk menurunkan tekanan darah tetapi tidak memiliki banyak efek yang positif dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya. Beta-blockers seperti atenolol tidak direkomendasikan sebagai first-line therapy darai hipertensi karena memiliki risiko yang relative merugikan seperti stroke dan diabetes mellitus tipe 2. Tetapi obat beta-blockers tidak diresepkan untuk penderita asma karena dapat meningkatkan kejang otot di paru-paru (Dufton, 2011).

C. Keterangan Empiris

Efektivitas merupakan seberapa jauh obat dapat mencapai efek yang di inginkan dalam praktek klinis. Penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 diharapkan bisa memberikan informasi mengenai efektivitas penggunaan obat antihipertensi meliputi pemilihan obat dan dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pharmaceutical care di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.


(34)

15

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian efektivitas penggunaan obat pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati periode Agustus 2015 merupakan jenis penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospektif dengan racangan pengambilan data case series.

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif evaluatif karena melakukan pengambilan data dan membandingkan data yang dikumpulkan dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan tertentu layak atau tidak, relevan atau tidak, efektif dan efisien atau tidak (Dharma, 2008).

Rancangan peneltian case series merupakan studi penelitian deskriptif yang tidak menguji hipotesis dari efikasi pengobatan. Rancangan Case series dilakukan dengan mengikuti sekelompok pasien yang memiliki diagnosis yang sama atau sedang menjalani prosedur yang sama selama periode waktu tertentu (Koorista, et.al., 2009). Penelitian prospektif merupakan penelitian yang bersifat longitudinal yang dilakukan untuk mengamati individu, kelompok, atau organisasi yang sama selama rentang atau periode waktu tertentu (Nurdini, 2006).


(35)

B. Variabel dan definisi operasional 1. Variabel penelitian

a. Penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

b. Efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang meliputi pemilihan obat dan dosis obat antihiperteni di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

2. Definisi Operasional

a. Obat antihipertensi merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Obat antihipertensi yang digunakan meliputi golongan antihipertensi ACEi, ARB, dan CCB.

b. Kondisi pasien yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda vital yang terdapat dalam rekam medis yaitu tekanan darah.

c. Evaluasi efektivitas obat mengkaji ketepatan pemilihan obat berdasarkan JNC 8 (2014) untuk hipertensi, AHA/ASA (2014) untuk hipertensi dengan komplikasi stroke dan AHA/ACC/ASH (2015) untuk hipertensi dengan komplikasi gagal jantung. Ketepatan dosis obat antihipertensi berdasarkan yang sesuai dengan Drug Information Handbook (2011).

d. Pemilihan obat adalah ketepatan pemilihan obat yang dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu ketepatan kelas terapi dan jenis obat antihipertensi.


(36)

e. Dosis obat adalah ketepatan jumlah dosis obat antihipertensi yang diterima pasien selama hari rawat.

f. Proporsi penggunaan obat yang efektif adalah jumlah pasien yang menggunakan obat antihipertensi dan mengalami penurunan tekanan darah selama hari rawat hingga mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat pasien. Target tekanan darah pasien yaitu pada umur ≤ 60 tahun adalah <140/90 mmHg dan umur ≥ 60 tahun adalah <150/90 mmHg (JNC 8, 2014). Apabila pasien mengalami stroke maka target tekanan darah pasien yaitu < 150/90 mmHg (AHA/ASA, 2014) dan pada pasien yang mengalami gagal jantung target tekanan darah pasien yaitu < 140/90 mmHg.

g. Komplikasi hipertensi meliputi penyakit gagal jantung dan stroke.

h. Kasus yang dimaksud adalah hari rawat pasien. Kasus digunakan untuk mengevaluasi profil penggunaan obat antihipertensi, ketepatan pemilihan obat, dan ketepatan dosis obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien.

C. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015. Kriteria insklusi subyek adalah pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul yang menerima terapi obat antihipertensi, memiliki diagnosis hipertensi, dan yang masuk Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati melalui poliklinik atau IGD pada bulan Agustus 2015. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien dipindahkan dari Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung ke bangsal atau Rumah Sakit lain, pasien yang menggunakan


(37)

obat hipoglikemia, dan pasien yang meninggal dunia saat menjalani terapi. Sebagai subyek wawancara adalah perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul selama periode Agustus 2015. Tujuan dari wawancara ini yaitu untuk mengklarifikasi mengenai terapi obat yang diberikan kepada pasien apabila terdapat data yang kurang jelas atau tidak dapat terbaca.

Penelitian di Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul selama bulan Agustus 2015 terdapat 17 responden yang memiliki tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Pada penelitian ini terdapat 5 pasien yang di eksklusi, karena 2 pasien meninggal dunia dan 3 pasien menggunakan obat hipoglikemia. Sehingga dari 17 pasien terdapat 12 pasien yang digunakan sebagai subyek penelitian karena memenuhi kriteria inklusi.

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah blanko data yang terdapat pada lampiran I. Blanko pengambilan data mencakup identitas pasien yang meliputi nama, no. RM, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan data pasien yang lainnya meliputi tanggal masuk dan keluar rumah sakit, anamnese, diagnosis penyakit, hasil pengukuran tanda vital, hasil pengukuran laboratorium, obat yang digunakan pasien saat di bangsal, status pulang, obat yang dibawa pulang dan catatan rekomendasi untuk pasien.

Penyusunan blanko data ini disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian. Isi blanko pengambilan data disesuaikan dengan data yang diperlukan untuk penelitian ini.


(38)

E. Lokasi penelitian

Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat antihipertensi dilakukan di ruang rawat inap bangsal Bakung, ruang rekam mendis, dan ruang Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul terletak di jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Bantul, Yogyakarta.

F.Tata cara penelitian

Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul meliputi tiga tahapan dalam penelitian, yaitu analisis situasi, pengambilan data, dan analisis data.

1. Analisis situasi

Tahap analisis situasi dimulai dengan mengidentifikasi obat antihipertensi yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Penelitian di mulai setelah diperoleh ijin dari kantor Gubernur DIY, Bappeda Bantul, dan Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.

Sebelum memulai penelitian di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, dilakukan penelusuran informasi dan pembuatan instrument penelitian. Penelusuran informasi dilakukan dengan wawancara terhadap apoteker untuk mengetahui formularium yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.


(39)

2. Tahap pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti perkembangan pasien melalui rekam medis pasien. Data yang diperoleh dalam instrumen penelitian merupakan data sekunder. Data primer diperoleh ketika melakukan konfirmasi data sekunder kepada perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah sakit Panembahan Senopati Bantul.

3. Tahap analisis data

Tahap analisis data dilakukan dengan mengevaluasi efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang berada pada data pengobatan pasien. Hasil evaluasi dari kajian tersebut disampaikan kepada Apoteker yang bertugas di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati.

Analisis data dilakukan dengan mengevaluasi data pasien satu-persatu dan disajikan dalam bentuk tabel. Data tersebut di evaluasi berdasarkan standar JNC VIII (2014), AHA/ASA (2014), dan AHA/ACC/ASH (2015) untuk melihat ketepatan pemilihan obat dan Drug Information Handbook (2011) untuk melihat ketepatan pemilihan dosis obat.

G. Tata Cara Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengelompokan data dalam bentuk tabel berdasarkan:

1. Mengelompokan obat antihipertensi berdasarkan golongan obatnya yaitu golongan ACEi, ARB, dan CCB.

2. Menyajikan hasil evaluasi efektivitas yang berupa ketepatan pemilihan obat dan dosis obat yang digunakan.


(40)

H. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada penilaian efektivitas obat sehingga tidak dapat mewakili penilaian penggunaan obat antihipertensi secara keseluruhan. Penelitian ini juga terbatas pada pemeriksaan tanda vital pasien yaitu tekanan darah sehingga tidak dapat mengevaluasi pemilihan obat dan dosis obat dari hasil pemeriksaan pasien lainnya. Hasil pemeriksaan pasien yang lainnya yaitu berupa hasil laboratorium pasien yang meliputi fungsi organ pasien yaitu seperti fungsi ginjal dan hati.

Dengan demikian penelitian ini tidak dapat mewakili penilaian efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien. Hal ini mempengaruhi informasi yang didapatkan tidak menyeluruh sehingga analisis data tidak dapat diperoleh secara lengkap pada setiap kasusnya.


(41)

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan Obat antihipertensi Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 dilakukan dengan cara menelusuri kasus pasien rawat inap yang menggunakan obat antihipertensi.

Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibahas menjadi tiga bagian, yaitu karakteristik pasien hipertensi meliputi demografi pasien hipertensi. Bagian kedua yaitu profil pennggunaan obat berdasarkan golongannya. Bagian ketiga yaitu efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang meliputi ketepatan pemilihan obat dan ketepatan dosis dilihat dari waktu terjadinya perbaikan kondisi pada pasien.

1. Karakteristik pasien hipertensi

Selama periode Agustus 2015 terdapat 12 pasien yang memiliki diagnosis hipertensi dan menggunakan obat antihipertensi. Demografi pasien hipertensi di lihat berdasarkan jenis kelamin dan umur.

a. Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin

Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel II. Dari tabel II tersebut dapat dilihat terdapat 7 pasien (58,3%) perempuan dan 5 pasien (41,7%) laki-laki dengan dari 12 pasien yang menerima terapi antihipertensi. Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, pasien yang paling banyak mengalami hipertensi adalah pasien perempuan.


(42)

Tabel II. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus

2015

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%) Pasien

Laki-laki 5 41,7 H,I,J,K,L

Perempuan 7 58,3 A,B,C,D,E,F,G

Total 12 100

Adanya perbedaan jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang menderita hipertensi sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu prevalensi perempuan yang menderita hipertensi lebih tinggi yaitu 58,3% dibandingkan dengan laki-laki (Novian, 2014). Tingginya prevalensi hipertensi pada perempuan sering terjadi setelah mengalami menopause karena berhentinya produksi endogen esterogen yang menyebabkan tubuh tidak dapat mempertahankan vasodilatasi yang dapat mengontrol tekanan darah (Barton and Meyer, 2009).

Hormon pada laki-laki dan perempuan memiliki efek untuk mengatur sistem RAS (Renin-Angiotensin System) dan mempengaruhi produksi angiotensinogen dan metabolisme natrium. Sehingga pada perempuan yang sudah tua dan mengalami menopause tekanan darah sistolik meningkat dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan perubahan hormonal pada saat mendekati masa menopause. Penurunan rasio esterogen/androgen mengurangi efek vasorelaksan esterogen pada dinding vessel dan meningkatkan faktor vasokontriksi seperti endotelin. Terjadinya penurunan hormon esterogen ini meningkatkan regulasi RAS dengan meningkatkan aktivitas plasma renin (Maas and Franke, 2009).


(43)

Faktor risiko terjadinya hipertensi pada perempuan selain disebabkan karena usia, jenis kelamin dan genetik dapat juga disebabkan karena penggunaan kontrasepsi pil yang mengandung hormon esterogen dan progesteron. Peningkatan tekanan darah disebabkan terjadinya hipertropi jantung dan peningkatan respon presor angiotensin II dengan melibatkan jalur Renin Angiotensin System (Pangaribuan, 2015).

Tingginya dosis esterogen pada kontrasepsi pil hormonal yang diberikan, maka semakin besar kemungkinan esterogen akan mempengaruhi metabolism elektrolit yang dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan ketahan perifer dan venous return yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah yang terjadi disebabkan adanya kemiripan sifat kimia dari hormone esterogenik terhadap hormon andrenokortek yang terkandung di dalam pil KB. Esterogen yang terkadung dalam kontrasepsi hormonal seperti aldosteron dan beberapa hormon adrenokorteks lainnya dapat menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal (Nafisah, Wahjudi, dan Ramani, 2014).

b. Demografi pasien berdasarkan umur

Pengelompokan umur pasien dilakukan berdasarkan pustaka Pratama (2011), umur pasien hipertensi dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu pediatri, adult, dan geriatri. Pediatri memiliki rentang umur 0-21, adult yaitu 22-59 tahun, dan geriatri memiliki rentang umur ≥ 60 tahun. Distribusi pasien hipertensi di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel III. Dari tabel III tersebut dapat dilihat bahwa kejadian hipertensi paling banyak terjadi pada kelompok umur geriatri yaitu


(44)

sebanyak 9 pasien (75%) dari 12 pasien. Kejadian paling banyak kedua adalah kelompok umur adult yaitu sebanyak 3 pasien (25%) dari 12 pasien. Pada penelitian ini tidak terdapat pasien hipertensi pada kelompok umur pediatri.

Tabel III. Distribusi Umur Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode

Agustus 2015 Kelompok Umur (tahun) Jumlah

Pasien

Persentase

(%) Pasien

Pediatri (0-21) 0 0 -

Adult (22 - 59 tahun) 3 25 F,H,L

Geriatri (≥ 60 tahun) 9 75 A,B,C,D,E,G,I

,J,K

Total 12 100

Penyakit hipertensi umumnya semakin berkembang ketika mencapai usia paruh baya yaitu ketika berusia lebih dari 40 tahun bahkan lebih dari usia 60 tahun ke atas. Dengan bertambahnya umur risiko terkena hipertensi jauh lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar diatas 65 tahun (Sarasati, 2011).

Menurut penelitian Putri (2012), dengan bertambahnya umur maka tekanan darah akan semakin meningkat. Tekanan darah mulai meningkat setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot , sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

c. Lama Perawatan

Hasil penelitian berdasarkan pengelompokan durasi lama perawatan pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 yang menggunakan obat antihipertensi disajikan pada Tabel IV. Lama perawatan pasien yaitu 3 hari rawat pada batas


(45)

bawah dan 10 hari rawat pada batas atas dengan rata-rata lama perawatan pasien adalah 5 hari. Tabel IV menunjukan bahwa rata-rata lama perawatan pasien adalah 5-6 hari.

Tabel IV. Distribusi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 Lama Perawatan

(Hari) Jumlah Pasien Persentase (%) Pasien

3-4 5-6 7-8 9-10

3 6 1 2

14,7 47.1 10,3 27,9

F,G,H A,D.E,I,K,L

B C

Total 12 100

Pasien dengan hipertensi harus rutin dalam mengontrol tekanan darah agar tetap sesuai dengan target tekanan darah yaitu bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang disebabkan karena kardiovaskular. Target tekanan darah harus tercapai terutama untuk pasien dengan usia lanjut dan pada pasien dengan hipertensi terisolasi (Dipiro, 2008).

Menurut penelitian Weber (2011) pada jurnal Hypertension, pasien dengan tekanan darah tinggi sekitar 180/110 mmHg segera dievaluasi dan diberi pengobatan selama satu minggu, tergantung pada situasi klinis dan komplikasinya (Weder, 2011).

d.Komplikasi

Komplikasi meruapakan suatu kondisi seseorang yang menderita penyakit gabungan dari dua atau lebih penyakit sebagai lanjutan dari penyakit yang sebelumnya telah diderita.

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan tingginya faktor risiko penyakit kardiovaskular yang merupakan komplikasi dari hipertensi. Komplikasi


(46)

ini muncul karena tekanan darah yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan tekanan darah pasien menjadi tinggi. Pada beberapa kasus pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015 menderita hipertensi disertai dengan adanya penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.

Komplikasi penyakit yang sering dialami oleh pasien dengan hipertensi adalah myocardial infarction (MI), left ventricular hypertrophy, gagal jantung (CHF), aneurisma, stroke, dan penyakit gagal ginjal kronik (nefropati hipertensi) and retinopati hipertensi (Sawicka, et al., 2011).

Berdasarkan pengelompokan jenis dan persentase kelompok komplikasi yang disajikan dalam tabel V, dari 12 pasien sebanyak 3 pasien (25%) yang mengalami komplikasi gagal jantung, 3 pasien (25%) mengalami komplikasi stroke dan 6 pasien tidak mengalami komplikasi tetapi memiliki penyakit penyerta seperti hemiparese sinestra, ISK, GERD, vertigo, dispnea, bronkitis akut, PPOK akut, metabolit enselopati, bronchopneumonia, hemiparesis.

Tabel V. Jenis dan Persentase Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Komplikasi Jumlah

Pasien

Persentase

(%) Pasien

Hipertensi + Gagal jantung Hipertensi + Stroke

3 3

25 25

F,G I,J,K

Hipertensi + Penyakit Penyerta 6 50

A,B,C,D,E,H ,L

12 100

Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung karena pada pasien hipertensi otot jantung bekerja lebih keras sehingga menyebabkan pembesaran otot jantung , terutama pada ventrikel kiri yang merupakan ruang pompa utama


(47)

pada jantung. Terjadinya pembesaran ini menyebabkan jaringan otot jantung menjadi lemah sehingga berkembang menjadi gagal jantung.

Stroke terjadi ketika otak kekurangan oksigen dan nutrisi yang menyebabkan matinya sel-sel otak. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya stroke dengan merusak dan melemahkan pembuluh darah otak yang menyebabkan sempitnya atau pecahnya pembuluh darah otak. Tekanan darah yang tinggi juga dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk dalam arteri yang menuju ke otak, sehingga menghalangi aliran darah dan mengakibatkan terjadinya stroke.

2. Profil Penggunaan Obat Antihipertensi

Seluruh pasien dalam penelitian di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015 dikelompokan berdasarkan golongan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien selama menjalani perawatan di Rumah Sakit. Obat antihipertensi yang diterima pasien berupa obat antihipertensi tunggal dan kombinasi.

Golongan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien adalah ACEi, ARB, dan CCB. Pada Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Periode Agustus 2015, golongan antihipertensi yang banyak diterima oleh pasien adalah golongan ARB. Dari 68 kasus terdapat 57 kasus (83,8%) yang menggunakan obat antihipertensi tunggal dan 11 kasus (16,2%) menggunakan obat antihipertensi kombinasi.


(48)

a. Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal

Penggunaan obat antihipertensi secara tunggal diberikan secara peroral. Tabel VI menunjukan gambaran penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015. Dari hasil analisis data didapatkan hasil bahwa dari 68 kasus penggunaan obat antihipertensi terdapat 57 kasus (83,8%) yang menggunakan obat antihipertensi sebagai monoterapi. Pada penelitian ini obat antihipertensi yang diberikan secara tunggal adalah golongan ARB yaitu valsartan dan candesartan serta golongan CCB yaitu amlodipine.

Antihipertensi golongan ARB memiliki keunggulan yaitu dapat mengurangi risiko terjadinya kardiovaskular. Antihipertensi golongan ARB tidak menurunkan tingkat sirkulasi angiotensin II. Ketika ARB memblok reseptor AT1, pada waktu yang bersamaan ARB merangsang reseptor AT2 sehingga efek yang ditimbulkan oleh ARB karena adanya stimulasi pada reseptor AT2 (Schmieder,2005).

Antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh remodeling jantung dengan merangsang reseptor AT2 yang dapat menghambat penebalan arteri koroner dan fibrosis perivaskular. Selain itu, valsartan melemahkan kerja dari MCP-1, TNF, IL-6, IL-1, serta infiltrasi dari leukosit dan makrofag ke dalam arteri yang terluka, sehingga menunjukkan efek penghambatan pada inflamasi vaskular (Schmieder,2005).

Antihipertensi golongan CCB dapat mencegah atau mengeblok kalsium masuk ke dalam dinding pembuluh darah. Kalsium diperlukan otot untuk


(49)

melakukan kontraksi, karena kalsium di hambat maka sel-sel otot polos pembuluh darah akan mengalami relaksasi, yang akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah (Eliot and Ram, 2011).

b. Penggunaan Obat Antihipertensi Kombinasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 11 (16,2%) dari 68 kasus yang menggunakan kombinasi obat antihipertensi. Kombinasi yang diterima oleh pasien yaitu 2 macam kombinasi golongan obat antihipertensi. Golongan antihipertensi yang digunakan untuk kombinasi yaitu ACEi, ARB, dan CCB.

Dalam penelitian ini terdapat 7 kasus (10,3%) dari 68 kasus yang mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi golongan ARB dan CCB. Sedangkan 4 kasus (5,9%) mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi golongan ACEi dan CCB. Penggunaan obat antihipertensi digambarkan pada tabel VI.

Penggunaan terapi dengan menggunakan kombinasi 2 obat antihipertensi dianjurkan untuk pasien yang memiliki tekanan darah yang sangat tinggi yaitu nilai tekanan darah yang jauh dari target nilai tekanan darah yang seharusnya. Kombinasi obat antihipertensi sering diperlukan untuk dapat mengontrol nilai tekanan darah dan kebanyakan pasien memerlukan kombinasi 2 atau lebih penggunaan obat antihipertensi (Dipiro, 2008).

Kombinasi obat antihipertensi idealnya menggunakan golongan diuretik, yaitu golongan diuretik tiazid. Diuretik bila dikombinasikan dengan beberapa agen antihipertensi yang lain seperti ACEi, ARB, atau β-bloker dapat menimbulkan efek aditif dari agen antihipertensi tersebut yaitu dapat menghindari hilangnya cairan. Menggunakan kombinasi antihipertensi dengan dosis yang


(50)

rendah lebih efektif mengurangi timbulnya efek samping dibandingkan dengan menggunakan monoterapi antihipertensi dengan dosis yang tinggi (Dipiro, 2008).

Kombinasi antihipertensi yang tidak dapat diberikan menurut JNC 8 yaitu kombinasi antihipertensi golongan ACEi dan golongan ARB, karena kedua agen hipertensi ini dapat meningkatkan serum kreatinin dan dapat menghasilkan efek metabolik seperti hiperkalemia, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (James, et al, 2014). Berdasarkan penelitian tidak terdapat kasus yang menggunakan kombinasi antihipertensi golongan ACEi dengan golongan ARB.

Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Periode Agustus 2015 Tunggal

Golongan Jumlah

Pasien

Jumlah Kasus

Persentase (%)

Pasien

ARB 8 47 69,1 A,C,D,E,

G,H,I,J

CCB 2 10 14,7 K,L

Kombinasi

ARB + CCB ACEi + CCB

1 1

7 4

10,3 5,9

B F

Total 12 68 100

3. Hasil Evaluasi Efektivitas a. Ketepatan Pemilihan Obat

Menurut JNC 8, obat antihipertensi yang di rekomendasikan adalah golongan diuretik tiazid, ACEi, ARB, dan CCB. Keempat golongan obat antihipertensi ini dipilih sebagai rekomendasi karena keempat golongan obat antihipertensi ini memiliki efek yang sebanding pada kematian secara keseluruhan serta outcome dari penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan ginjal.


(51)

Pada penelitian ini terdapat beberapa pasien yang memiliki komplikasi gagal jantung dan stroke. Menurut rekomendasi AHA/ACC/ASH (2015) obat antihipertensi yang di rekomendasikan untuk gagal jantung adalah golongan diuretik tiazid, β-bloker (carvedilol, metoprolol succinate, bisoprolol, atau nebivolol), ACEi, ARB, dan aldosteron agonis reseptor (class I, Level of Evidence A). Sedangkan rekomendasi obat antihipertensi dari AHA/ASA (2014) yang digunakan untuk hipertensi dan stroke adalah golongan diuretik thiazide yang diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan ACEi (class I, Level of Evidence A).

Class I menunjukan bahwa manfaat yang ditimbulkan pada saat terapi lebih besar dibandingkan dengan risiko, sehingga prosedur/terapi sebaiknya dilakukan. Sedangkan Level of Evidence A menunjukan bahwa rekomendasi/ prosedur terapi tergolong efektif dan hal tersebut terbukti dari beberapa uji klinis acak data meta analisis (PERDOSSI,2011)

Pada tabel VIII disajikan ketepatan pemilihan obat berdasarkan rekomendasi dari JNC 8 (2014), AHA/ASA (2014), dan AHA/ACC/ASH (2015). Dari 68 kasus terdapat 49 kasus yang tepat pemilihan obat dan 19 kasus tidak tepat pemilihan obat. Ketidaktepatan pemilihan obat, karena tidak sesuai dengan standar terapi dari AHA/ASA (2014) yang merekomendasikan golongan antihipertensi diuretik secara tunggal atau dikombinasikan dengan golongan ACEi pada pasien hipertensi dengan komplikasi stroke.

Menurut beberapa hasil penelitian yang terdapat dalam jurnal AHA/ASA (2014) menunjukan bahwa penggunaan diuretik secara tunggal maupun


(52)

dikombinasikan dengan ACEi secara signifikan mengurangi kejadian stroke berulang pada pasien yang memiliki riwayat stroke. Pada penelitian ini pasien menggunakan golongan ARB yaitu valsartan. Dalam AHA/ASA (2014) terdapat penelitian golongan ARB yaitu eprosartan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien stroke, tetapi tidak menunjukan hasil yang signifikan dari eprosartan.

Tabel VII. Ketepatan Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta Periode 2015

Keterangan Jumlah

Pasien

Jumlah Kasus

Persentase

(%) Pasien

Tepat Pemilihan Obat

9 49 72,1 A,C,D,E,F,G,

H

Tidak Tepat Pemilihan

Obat 3 19 27,9 I,J,K

Total 12 68 100

b. Ketepatan Dosis

Ketepatan dosis merupakan kesesuaian dosis dari obat antihipertensi yang diberikan serta frekuensi pemberian obat antihipertensi sesuai dengan standar DIH (2011). Dari keseluruhan kasus terdapat 68 penggunaan obat antihipertensi baik yang digunakan secara tunggal maupun kombinasi. Ketepatan dosis antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 disajikan dalam tabel IX.

Dari hasil evaluasi ketepatan dosis pada tabel IX, diketahui bahwa jumlah penggunaan obat antihipertensi secara keseluruhan adalah 68 baik penggunaan obat secara tunggal maupun kombinasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dosis yang diterima oleh pasien telah sesuai dengan standar DIH (2011).


(53)

Tabel VIII. Ketepatan Dosis Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015

Tunggal

Golongan Obat Jenis Obat Keterangan Jumlah kasus Penggunaan Obat

Persentase (%) ARB Valsartan

Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis

31 0

45,6 -

Candesartan Tepat Dosis

Tidak Tepat Dosis

16 0 23,5 - CCB Amlodipine Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis

10 0

14,7 -

Kombinasi ARB + CCB

Valsartan + Amlodipine

Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis

7 0

10,3 -

ACEi + CCB

Captopril + Amlodipine

Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis

4 0

5,9 0

Total 68 100

c. Proporsi Penggunaan Obat Antihipertensi

Evaluasi proporsi penggunaan obat antihipertensi dilakukan untuk mengetahui jumlah obat antihipertensi yang efektif dalam menurunkan tekanan darah. Penggunaan obat antihipertensi dikatakan efektif apabila pasien mengalami penurunan tekanan darah hingga mencapai target tekanan darah yang diharapkan pada akhir hari rawat pasien atau dapat dikatakan pasien mencapai outcome terapi pada saat pasien keluar dari rumah sakit. Outcome terapi yang dimaksud adalah keberhasilan pengobatan pada pasien yang terdiagnosis hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Indikator keberhasilan suatu pengobatan di rumah sakit salah satunya dapat dilihat dari keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit tersebut. Outcome/ luaran pengobatan juga dapat dilihat dari perkembangan tanda-tanda fisik pasien


(54)

dan lama rawat pasien di rumah sakit (Tyashapsari dan Zulkarnain, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi parameter keberhasilan terapi adalah penurunan tekanan darah pasien ke nilai target.

Berikut ini merupakan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang efektif pada pasien di instalasi rawat inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 :

a. Pasien A berusia 66 tahun memiliki diagnosis hipertensi urgensi, GERD, dan hemiparesis. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 220/110 mmHg dan pasien di rawat selama 5 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 160 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat golongan ARB sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien A mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 140/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien A sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

b. Pasien B berusia 70 tahun memiliki diagnosis hipertensi urgensi, metabolit enselopati, bronchopneumonia, dan epilepsi. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 220/120 mmHg dan pasien di rawat selama 7 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi kombinasi golongan ARB yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1 dan golongan CCB yaitu amlodipine 5 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang


(55)

digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Menurut alogaritma JNC 8 (2014) terapi dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain yang di rekomendasikan oleh JNC 8 (2014). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien B mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 140/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien B sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

c. Pasien C berusia 79 tahun memiliki diagnosis hipertensi dan PPOK akut. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 160/90 mmHg dan pasien di rawat selama 10 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu candesartan 8 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien C mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 140/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien C sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

d. Pasien D berusia 78 tahun memiliki diagnosis hipertensi, CHF (congestive heart failure), bronkitis akut. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 160/110 mmHg dan pasien di rawat selama 6 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 80 mg


(56)

dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar ASA/ACC/ASH (2015) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 140/90 mmHg dan pasien D mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 110/80 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien D sudah efektif karena mencapai outcome terapi.

e. Pasien E berusia 75 tahun memiliki diagnosis hipertensi, CHF (congestive heart failure), dispnea. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 150/90 mmHg dan pasien di rawat selama 6 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu candesartan 8 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar ASA/ACC/ASH (2015) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 140/90 mmHg dan pasien E mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 120/80 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien sudah efektif karena mencapai outcome terapi.

f. Pasien F berusia 55 tahun memiliki diagnosis hipertensi stage II, GERD (gastroesophangeal reflux disease), dan ISK (Infeksi Saluran Kemih). Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 160/90 mmHg dan pasien di rawat selama 4 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi kombinasi golongan ACEi yaitu captopril 25 mg dengan dosis 3x1 dan


(57)

golongan CCB yaitu amlodipine 10 mg dengan dosis pemberian 1x1 . Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 140/90 mmHg dan pasien F mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 130/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

g. Pasien G berusia 39 tahun memiliki diagnosis hipertensi stage I, CHF (congestive heart failure), dan vertigo. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 150/100 mmHg dan pasien di rawat selama 3 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar ASA/ACC/ASH (2015) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 140/90 mmHg dan pasien G mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 100/70 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi. h. Pasien H berusia 57 tahun memiliki diagnosis hipertensi stage II dan

hemiparese sinistra. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 160/100 dan pasien di rawat selama 3 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1.


(58)

Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah 140/90 mmHg dan pasien H mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 110/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

i. Pasien I berusia 64 tahun memiliki diagnosis stroke ICH (intracerebral hemmorage), hemiparese, dan ISK (infeksi saluran kemih). Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 160/110 mmHg dan pasien di rawat selama 5 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan kepada pasien I tidak sesuai dengan standar yang digunakan yaitu AHA/ASA (2014) untuk pemilihan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi stroke. Sehingga pemilihan obat antihipertensi pada pasien I tidak tepat karena tidak sesuai dengan standar yang digunakan. Terapi yang sesuai dengan standar AHA/ASA adalah diuretik tiazid yaitu indapamide dengan dosis 1x1 (1,25 mg-5 mg) atau di kombinasikan dengan ACEi (perindopril) dengan dosis 2x1 (4 mg-16 mg). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien I mencapai target tekanan darah yaitu 110/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima pasien sudah efektif meskipun obat yang digunakan tidak tepat, karena pasien mencapai outcome terapi.


(59)

j. Pasien J berusia 86 tahun memiliki diagnosis stroke iskemik akut, hipertensi, dan OA (osteoarthritis). Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 150/90 mmHg dan pasien di rawat selama 9 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan CCB yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan kepada pasien J tidak sesuai dengan standar yang digunakan yaitu AHA/ASA (2014) untuk pemilihan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi stroke. Sehingga pemilihan obat antihipertensi pada pasien J tidak tepat karena tidak sesuai dengan standar yang digunakan. Terapi yang sesuai dengan standar AHA/ASA adalah diuretik tiazid yaitu indapamide dengan dosis 1x1 (1,25 mg-5 mg) atau di kombinasikan dengan ACEi (perindopril) dengan dosis 2x1 (4 mg-16 mg). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien J mencapai target tekanan darah yaitu 110/70 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima pasien sudah efektif meskipun obat yang digunakan tidak tepat, karena pasien mencapai outcome terapi.

k. Pasien K berusia 78 tahun memiliki diagnosis stroke non hemorage, hipertensi, dan ISK (infeksi saluran kemih). Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 170/100 mmHg dan pasien di rawat selama 5 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan CCB yaitu amlodipine 10 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan kepada pasien K tidak sesuai dengan standar yang digunakan yaitu AHA/ASA (2014) untuk pemilihan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi stroke. Sehingga pemilihan obat antihipertensi pada pasien K tidak tepat karena tidak sesuai


(60)

dengan standar yang digunakan. Terapi yang sesuai dengan standar AHA/ASA adalah diuretik tiazid yaitu indapamide dengan dosis 1x1 (1,25 mg-5 mg) atau di kombinasikan dengan ACEi (perindopril) dengan dosis 2x1 (4 mg-16 mg). Target tekanan darah pasien adalah < 150/90 mmHg dan pasien K mencapai target tekanan darah yaitu 120/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima pasien sudah efektif meskipun obat yang digunakan tidak tepat, karena pasien mencapai outcome terapi.

l. Pasien L berusia 64 tahun memiliki diagnosis ischalgia sinistra, hipertensi, dan HNP (hernia nucleus polposus). Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 140/90 mmHg dan pasien di rawat selama 5 hari. Selama perawatan pasien menerima terapi antihipertensi golongan CCB yaitu amlodipine 5 mg dengan dosis 1x1. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar, yaitu pemilihan obat sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah < 140/90 mmHg dan pasien L mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat yaitu 130/80 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima oleh pasien C sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.

Dari data pasien diatas terdapat penggunaan obat yang tidak tepat yaitu pada pasien I, J, dan K, tetapi ketiga pasien ini mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat. Maka dapat disimpulkan bahwa proporsi pengobatan antihipertensi yang diberikan kepada pasien sudah efektif, karena seluruh pasien yang menerima pengobatan antihipertensi di instalasi rawat inap Bangsal Bakung


(61)

periode Agustus 2015 mencapai outcome terapi pada akhir hari rawat atau pada saat pasien keluar dari rumah sakit


(62)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Obat antihipertensi yang diterima oleh pasien berupa obat antihipertensi tunggal yaitu sebayak 57 kasus dan kombinasi sebanyak 11 kasus dari 68 kasus. Penggunaan obat antihipertensi yang digunakan di Rumah Sakit Panembahan Senopati periode Agustus 2015 adalah golongan ARB, ACEi, dan CCB.

2. Proporsi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien sudah efektif yaitu seluruh pasien mencapai outcome terapi. Outcome terapi tercapai apabila pasien mencapai target tekanan darah pada akhir hari rawat atau saat pasien keluar dari rumah sakit.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan evaluasi efektivitas obat antihipertensi tidak hanya dari pemeriksaan tekanan darah tetapi juga dari pemeriksaan kondisi pasien yang lainnya yang berupa hasil pemeriksaan laboratorium yang meliputi fungsi organ seperti fungsi hati dan ginjal. Karena pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal dan hati diperlukan penyesuaian dosis (adjustment dose).


(63)

Daftar Pustaka

American Heart Association (AHA), 2014, Understanding and Managing High Blood Pressure, Abror Pharmaceutical LLC, USA, p. 3-4.

Anggraini, A.D., Waren, A., Simutorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S., 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008, Faculty of Medicine,University of Riau Pekan Baru, Riau.

Aronow, W.S., Fleg, J.L., Pepine, C.J., Artinian, N.T., 2011, ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on Hypertension in Elderly: A Report of American College of Cardiology Foundation Task Force on Clinical Expert Consensus Document, JACC, Vol. 57 (20), 2474-2475.

Babatsikou, F., and Zavitsanou, A., 2010, Epidemiology of Hypertension in Elderly, HSJ, 4 (1), 25-26.

Barton, M., Meyer, M.R., 2009, Postmenopousal Hypertension Mechanism and Therapy, Hypertension, 54, 1.

Danim, S., 2002, Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 52.

Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit hipertensi, Bakti Husada, Jakarta, hal. 1-7.

Dharma, S., 2008, Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Sosial, Jakarta, hal. 14.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., et al., 2005, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, Sixth Edition, MC Graw-Hill, USA, pp. 197-198.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., et al., 2008, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, Seventh Edition, MC Graw-Hill, USA, pp. 140-144, 166.

Dufton, J., 2011, The Pathophysiology and Pharmaceutical Treatment of Hypertension, Faculty and Accreditor Disclosure Statements, USA, p. 1-3. Eliot, W.J., Ram, C.V.S., 2011, Calcium Chanel Blocker, The Journal of Clinical

Hypertension, Vol. 13 (9), 687.

Gumus, A., Kayhan, S., Cinarka, H., Sahin, U., 2013, The Effect of Cigarette Smoking on Blood Pressure and Hypertension, ABCmed, 1: 7-9.


(1)

Pasien

No. Rekam

Medis

Umur

(Tahun) Indikasi

No. Kasus

Hari Rawat

ke-

Jenis Obat Dosis Pemberian Tekanan Darah (mmHg) Target Tekanan Darah (mmHg)

Ketepatan Pemilihan Ketepatan Dosis Efektif Ya=1 Tidak=0 Tepat=1,

Tidak=0 Terapi Standar

Dosis Standar (DIH, 2011) Sesuai=1, Tidak=0 L (SUH)

492XXX 54 Ischalgia sinistra, Hipertensi, HNP (Hernia Nukleus Polposus)

64 1 Amlodipine

(CCB) 5 mg 1x1

140/90

140/90 < 140/90 0

Pemberian terapi secara tunggal atau kombinasi (golongan yang di

rekomendasikan: diuretik tiazid,

ACEi, ARB, CCB) (JNC 8,

2014)

2.5-10 mg 1 kali

sehari 1

1 65 2 Amlodipine

(CCB) 5 mg 1x1

120/80 120/80 120/90

< 140/90 0

Pemberian terapi secara tunggal atau kombinasi (golongan yang di

rekomendasikan: diuretik tiazid,

ACEi, ARB, CCB) (JNC 8,

2014)

2.5-10 mg 1 kali

sehari 1

66 3 Amlodipine

(CCB) 5 mg 1x1

120/90 140/80 140/90

< 140/90 0

Pemberian terapi secara tunggal atau kombinasi (golongan yang di

rekomendasikan: diuretik tiazid,

ACEi, ARB, CCB) (JNC 8,

2014)

2.5-10 mg 1 kali


(2)

Pasien Rekam Medis

Umur

(Tahun) Indikasi

No.

Kasus Rawat ke-

Jenis Obat Dosis

Pemberian Darah (mmHg) Tekanan Darah (mmHg) Ya=1 Tidak=0 Tepat=1,

Tidak=0 Terapi Standar

Dosis Standar (DIH, 2011)

Sesuai=1, Tidak=0

67 4 Amlodipine

(CCB) 5 mg 1x1

150/100 140/80 140/90

< 140/90 0

Pemberian terapi secara tunggal atau kombinasi (golongan yang di

rekomendasikan: diuretik tiazid,

ACEi, ARB, CCB) (JNC 8,

2014)

2.5-10 mg 1 kali

sehari 1

68 5 Amlodipine

(CCB) 5 mg 1x1

140/80

130/80 < 140/90 0

Pemberian terapi secara tunggal atau kombinasi (golongan yang di

rekomendasikan: diuretik tiazid,

ACEi, ARB, CCB) (JNC 8,

2014)

2.5-10 mg 1 kali


(3)

(4)

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPEDA) Kabupaten Bantul


(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Ira Yosida lahir di Banjarnegara, 29 September

1994 merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari

pasangan Edhy Hoko Irianto dan Liharwati. Penulis

telah menempuh pendidikan dari SD Negeri 1

Krandegan Banjarnegara pada tahun 2000

2006, SMP

Negeri 1 Banjarnegara pada tahun 2006

2009, SMA

Negeri 1 Banjarnegara pada tahun 2009

2012,

kemudian pada tahun 2012 melanjutkan ke perguruan tinggi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain

Kampanye Informasi Obat (KIO) pada tahun 2012.