Efek Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Pola Defekasi Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK LIDAH BUAYA (Aloe vera L) TERHADAP POLA DEFEKASI MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

Noverio Michael S.T, 2010.

Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., Apt., AFK 2. Djusena, dr., AIF

Latar belakang Konstipasi adalah masalah yang umum ditemukan dalam

masyarakat, dimana laksansia merupakan salah satu obat yang banyak digunakan untuk mengatasinya, pemakaiannya terutama lebih berdasarkan sugesti dan kebiasaan, dan salah satu obat tradisional yang dipercaya dapat mengatasi konstipasi adalah lidah buaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek laksansia dari lidah

buaya dengan mengamati pola defekasi mencit.

Metode Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium,

dengan hewan coba berupa 30 ekor mencit Swiss Webster dewasa jantan. Data yang diukur adalah berat feses, frekuensi defekasi. Dan diamati konsistensi feses dengan menggunakan sistem skoring. Tiga kelompok perlakuan diberi infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi masing-masing 20% (kelompok I), 40% (kelompok II), dan 80 % (kelompok III) dan 2 kelompok masing-masing sebagai kontrol pembanding yang diberi Oleum ricini dan kontrol negatif yang diberi Aquadest. Analisa data menggunakan One Way ANOVA untuk berat feses dan frekuensi defekasi yang kemudian yang dilanjutkan dengan LSD Test. Konsistensi feses menggunakan Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test.

Hasil Efek peningkatan berat feses pada kelompok I berbeda signifikan

bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p = 0,05), serta didapatkan juga adanya perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok II dan kelompok III dengan kontrol negatif berturut-turut dengan nilai p = 0,006 dan p = 0,003, dan antara kelompok I,II,III dengan kontrol pembanding tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan berturut-turut dengan nilai p = 0,995, p = 0,343 dan p = 0,250. Kelompok III menunjukkan efek meningkatkan frekuensi defekasi yang berbeda sangat signifikan bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p = 0,008), dan tidak berbeda signifikan bila dibandingkan dengan kontrol pembanding (p = 0,365). Pada pengamatan konsistensi feses terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok III dan kontrol negatif (p = 0,003), dan antara kelompok I,II,III dengan kontrol pembanding didapatkan adanya perbedaan yang sangat signifikan berturut-turut dengan nilai p = 0,000, p = 0,000 dan p = 0,001.

Kesimpulan lidah buaya berefek laksansia tetapi dengan potensi yang

lebih lemah bila dibandingkan Oleum ricini.


(2)

v

ABSTRACT

EFFECT OF ALOE VERA ON DEFECATION PATTERN OF MICE MALE SWISS WEBSTER

Noverio Michael S.T. 2010

Tutor :1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., Apt., AFK 2.Djusena, dr., AIF

Background Constipation is a common problem found in the community, where laxative is one of the preferred drugs in general to deal with, but their use is more based on suggestion, and especially the habit, and one of the traditional medicine which are believed to overcome the constipation is aloe vera.

Objective this study was to determine the laxative effect of aloe vera by observing the pattern defecation of mice.

Method this research using laboratory experimental methods, with experimental animals in the form of 30 mice were adult male Swiss Webster. The observed data is the weight of feces, defecation frequency. And stool consistency using a scoring system, with five groups in which the three treatment groups were given infusa leaf aloe vera with each concentration of 20% (group I), 40% (group II), 80% (group III) and two groups respectively as a comparison control fed Castor oil and as negative control were given water. Data analyzed by One Way ANOVA for fecal weight and defecation frequency then proceed with LSD test. Using the Kruskal wallis for the consistency of feces and followed by Mann-Whitney Test.

Result securities increased stool weight in group I were significantly different when compared with negative control (p = 0,05), and also found a very significant difference between group II, III with negative control respectively with p = 0,006 and p = 0,003, and between groups I,II,II with a control comparison did not differ significantly when compared with comparison control in a row with a value of p = 0,995, p = 0,343, and p = 0,250. Group III showed a significantly different by increasing the frequency of defecation when compared to control negative (p = 0,008), and did not differ significantly when compared with comparative control (p = 0,365). In observation of stool consistency there is a significant difference between group III and negative control (p = 0,003), and between groups I,II,III with a control comparison found a significant differences in a row with a value of p = 0,000, p = 0,000, and p = 0,001.

Conclusion Aloe vera has a laxative effect but with a weaker potency when compared to castor oil (comparative control).


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR GRAFIK... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 2

1.4 Kegunaan Penelitian... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis... 4

1.6 Metodologi... 4

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera)... 5

2.1.1 Klasifikasi... 5


(4)

ix

2.1.3 Morfologi... 6

2.1.4 Budidaya dan Varietas... 6

2.1.5 Bentuk Getah... 7

2.1.6 Kandungan Kimia... 8

2.1.7 Penggunaan Lidah Buaya (Aloe vera L)... 8

2.1.8 Penggunaan Lidah Buaya (Aloe vera L) Sebagai Laksansia... 9

2.2 Saluran Pencernaan Manusia... 10

2.2.1 Bagian-Bagian Saluran Pencernaan dan Fungsinya... 10

2.2.2 Prinsip-Prinsip Umum Motilitas Gastrointestinal... 13

2.2.3 Proses Defekasi... 15

2.2.4 Konstipasi... 16

2.3 Uraian Tentang Laksatif... 18

2.3.1 Definisi Laksatif... 18

2.3.2 Mekanisme Kerja Laksatif... 18

2.3.3 Jenis-Jenis Laksatif... 19

2.3.3.1 Laksatif Pembentuk Massa dan Diet Serat... 19

2.3.3.2 Laksatif Osmotik dan Salin... 19

2.3.3.3 Laksatif Stimulan... 20

2.3.3.4 Minyak Mineral... 20

2.3.4 Laksatif Antrakinon... 20

2.3.5 Minyak Jarak (Oleum ricini)... 21

2.3.6 Indikasi Penggunaan Laksatif... 21

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian... 22

3.1.1 Bahan Penelitan... 22

3.1.2 Alat Penelitian... 22

3.1.3 Hewan Coba... 22

3.2 Metode Penelitian... 22

3.2.1 Desain Penelitian... 23


(5)

x

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 23

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 23

3.2.2.3 Perhitungan Besar Sampel... 25

3.2.3 Cara Penelitian... 26

3.3 Analisis Statistik... 27

3.3.1 Hipotesis Statistik... 27

3.3.2 Kriteria Uji... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 29

4.1.1 Berat Rata-Rata Feses Mencit... 29

4.1.2 Frekuensi Defekasi Mencit... 32

4.1.3 Konsistensi Feses Mencit... 35

4.2 Pembahasan... 39

4.3 Uji Hipotesis... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 43

5.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

LAMPIRAN... 46


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Berat Total Feses Mencit Setelah Diberi Perlakuan... 29 Tabel 4.2 Rerata Berat Feses dan Rerata Berat Feses Setelah

Ditransformasikan ln (x+1) ……… 30

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Untuk Berat Feses Dengan Metode One Way

ANOVA……… 31

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Untuk Berat Feses Dengan LSD Test………. 31 Tabel 4.5 Total Frekuensi Defekasi Mencit Setelah Diberi Perlakuan……. 32 Tabel 4.6 Rerata Frekuensi Defekasi dan Rerata Frekuensi Defekasi

Setelah Ditransformasikan ln (x+1)………. 33 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Untuk Frekuensi Defekasi Dengan Metode

One Way ANOVA………

34

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Untuk Frekuensi Defekasi Dengan LSD

Test………. 34

Tabel 4.9 Konsistensi feses Mencit Setelah Diberi Perlakuan…... 35 Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Untuk Konsistensi Feses Dengan Kruskal

Wallis...

36

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Untuk Konsistensi Feses Dengan Mann-Whitney Test...


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Lidah Buaya... 6 Gambar 2.2 Saluran Pencernaan Manusia... 12 Gambar 3.1 Konsistensi Feses... 25


(8)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rata-Rata Berat Feses Mencit Setelah Diberi Perlakuan... 38 Grafik 4.2 Total Frekuensi Defekasi Mencit Setelah Diberi Perlakuan... 38


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya... 46 Lampiran II Data Hasil Penelitian... 47 Lampiran III Uji Statistik... 50


(10)

46

Lampiran I

Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya

Cara kerja :

1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah dipotong-potong halus.

2. Buat infusa daun lidah buaya konsentrasi 80 % dengan cara mencampur daun lidah buaya 80 gram yang telah dipotong-potong halus dengan air sebanyak 100 ml dalam sebuah panci.

3. Panaskan di dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 900 C.

4. Infusa diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel.

5. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya.

6. Untuk pembuatan infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi 40 % dapat dilakukan dengan mencampur infusa daun lidah buaya 80 % sebanyak 50 ml dengan air 50 ml dalam sebuah panci, kemudian lanjutkan sesuai dengan langkah 3, 4, dan 5.

7. Untuk pembuatan infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi 20 % dapat dilakukan dengan mencampur infusa daun lidah buaya 40 % sebanyak 50 ml dengan air 50 ml dalam sebuah panci, kemudian lanjutkan sesuai dengan langkah 3, 4, dan 5.


(11)

48

2. Frekuensi defekasi mencit setelah perlakuan.

Perlakuan No Sebelum perlakuan

Setelah perlakuan yang diamati pada 30 menit ke

I II III IV V VI

Infusa daun lidah buaya

20 %

1 - 3 - - - - -

2 - - - 1 - - -

3 - - - 1 -

4 1 - - - 1 - -

5 3 - - 1 - - -

6 - - - 1

Infusa daun lidah buaya

40 %

1 - 1 - - 1 - -

2 - - - - 1 1 -

3 2 - - 1 - - -

4 - 2 2 1 - 1 -

5 - - - 2 2 - -

6 - - - - 1 - -

Infusa daun lidah buaya

80 %

1 2 - 1 - - 1 2

2 - - - 3 2

3 - - - - 1 - 1

4 2 - 2 - - - 1

5 1 1 4 - - 1 -

6 1 - - - - 2 1

Oleum ricini 1 1 - - 3 - 2 2

2 - - - - 1 2 1

3 - 1 - 1 1 5 2

4 1 - - - -

5 1 - 1 - 2 1 1

6 - - - 3 2 1 -

Aquadest 1 2 1 - - - - -

2 - - - -

3 1 - - - - 1 2

4 1 - - - 1

5 - - - -


(12)

49

3. Konsistensi feses mencit setelah perlakuan.

Perlakuan No Sebelum perlakuan

Setelah perlakuan yang diamati pada 30 menit ke

I II III IV V VI

Infusa daun lidah buaya

20 %

1 1 1,2,3 - - - - -

2 1 2 - 1 - - -

3 1 - - - - 1 -

4 1 - - - 3 - -

5 1 - - 2 - - -

6 1 - - - 3

Infusa daun lidah buaya

40 %

1 1 3 - - 2 - -

2 1 - - - 2 3 -

3 1 - - - -

4 1 3,3 4,4 - - 3 -

5 1 - - - 3,5 - -

6 1 - - - -

Infusa daun lidah buaya

80 %

1 1 - 3 - - 4 5,5

2 1 - - - - 4,4,5 4,5

3 1 - - - 3 - 4

4 1 - 2,4 - - - 4

5 1 2 2,3,4,4 - - 3 -

6 1 - - - - 4,4 5

Oleum ricini 1 1 - - 4,4,5 - 6,6 7,7

2 1 - - - 5 5,5 5

3 1 1 - 3 4 5,5,5,5,7 5,5

4 1 - - - -

5 1 - 3 - 6,5 7 6

6 1 - - 3,4,4 4,5 6 -

Aquadest 1 1 1 - - - - -

2 1 - - - -

3 1 - - - - 3 3,1

4 1 - - - 3

5 1 - - 1 - - -


(13)

47 Lampiran II

Data Hasil Penelitian 1. Berat feses mencit setelah perlakuan.

Perlakuan No

Sebelum perlakuan

(mg)

Setelah perlakuan yang diamati pada 30 menit ke

I II III IV V VI

Infusa daun lidah buaya

20 %

1 - 220 - - - - -

2 - 37 - 78,2 - - -

3 - - - 400,1 -

4 38 - - - 224,5 - -

5 58,79 - - 295,7 - - -

6 - - - 354,5

Infusa daun lidah buaya

40 %

1 - 47,9 - - 229,2 - -

2 - - - - 124,9 288,4 -

3 219,2 - - 636,9 - - -

4 - 610 190,6 230 - 233,8 -

5 - - - 420 139,5 - -

6 - - - - 503 - -

Infusa daun lidah buaya

80 %

1 100 - 273,9 - - 195,5 153,6

2 - - - 552,2 79

3 - - - - 381 - 153,3

4 370 - 356,1 - - - 215

5 100 33,1 598,8 - - 403,3 -

6 530 - - - - 510,2 56,7

Oleum ricini 1 34,8 - - 625 - 288 156,5

2 - - - - 52,6 45,6 48,8

3 - 8,5 - 41 50,4 428,3 235,5

4 5,5 - - - -

5 16,4 - 79,9 - 175,7 103,7 167,4

6 - - - 411,1 241,1 51 -

Aquadest 1 146,4 3,4 - - - - -

2 - - - -

3 123,8 - - - - 371,3 441,9

4 121,4 - - - 167,1

5 - - - 334,3 - - -


(14)

(15)

51

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: LNBRT LSD

-.7663 .78730 .340 -2.3878 .8551

-.9311 .78730 .248 -2.5526 .6903

-.0048 .78730 .995 -1.6263 1.6166

1.6242* .78730 .050 .0028 3.2457

.7663 .78730 .340 -.8551 2.3878

-.1648 .78730 .836 -1.7863 1.4567

.7615 .78730 .343 -.8600 2.3830

2.3906* .78730 .006 .7691 4.0120

.9311 .78730 .248 -.6903 2.5526

.1648 .78730 .836 -1.4567 1.7863

.9263 .78730 .250 -.6952 2.5478

2.5554* .78730 .003 .9339 4.1769

.0048 .78730 .995 -1.6166 1.6263

-.7615 .78730 .343 -2.3830 .8600

-.9263 .78730 .250 -2.5478 .6952

1.6291* .78730 .049 .0076 3.2506

-1.6242* .78730 .050 -3.2457 -.0028

-2.3906* .78730 .006 -4.0120 -.7691

-2.5554* .78730 .003 -4.1769 -.9339

-1.6291* .78730 .049 -3.2506 -.0076

(J) kelompok ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq (I) kelompok ILB 20 %

ILB 40 %

ILB 80 %

OR

Aq

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(16)

52

2. Uji statistik untuk frekuensi defekasi menggunakan metode one way ANOVA. Oneway

De scriptiv es

LNFRE

6 .1960 .10260 .04189 .0884 .3037 .15 .41

6 .3479 .21357 .08719 .1238 .5721 .15 .69

6 .4848 .14849 .06062 .3290 .6406 .29 .69

6 .5940 .33211 .13558 .2455 .9425 .00 .98

6 .1447 .14842 .06059 -.0111 .3004 .00 .41

30 .3535 .25689 .04690 .2576 .4494 .00 .98

ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Te st of Homogene ity of Variance s

LNFRE

1.426 4 25 .254

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

LNFRE

.861 4 .215 5.114 .004

1.053 25 .042

1.914 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(17)

53

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: LNFRE LSD

-.1519 .11847 .212 -.3959 .0921

-.2888* .11847 .022 -.5327 -.0448

-.3980* .11847 .003 -.6420 -.1540

.0514 .11847 .668 -.1926 .2954

.1519 .11847 .212 -.0921 .3959

-.1368 .11847 .259 -.3808 .1071

-.2461* .11847 .048 -.4901 -.0021

.2033 .11847 .099 -.0407 .4473

.2888* .11847 .022 .0448 .5327

.1368 .11847 .259 -.1071 .3808

-.1092 .11847 .365 -.3532 .1348

.3401* .11847 .008 .0961 .5841

.3980* .11847 .003 .1540 .6420

.2461* .11847 .048 .0021 .4901

.1092 .11847 .365 -.1348 .3532

.4494* .11847 .001 .2054 .6934

-.0514 .11847 .668 -.2954 .1926

-.2033 .11847 .099 -.4473 .0407

-.3401* .11847 .008 -.5841 -.0961

-.4494* .11847 .001 -.6934 -.2054

(J) kelompok ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq (I) kelompok ILB 20 %

ILB 40 %

ILB 80 %

OR

Aq

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(18)

54

3. Uji statistik untuk konsistensi feses menggunakan Kruskal wallis yang kemudian dilanjutkan dengan Mann-Whitney test.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 2.84 1.370 1 5

85 3.76 1.525 1 7

Kelompok Hewan coba Konsistensi

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Kruskal-Wallis Test

Ranks

7 62.21

10 29.05

21 41.45

18 31.11

20 46.35

5 63.50

4 63.50

85 Konsistensi

K KL LK L LC CL C Total Kelompok Hewan coba

N Mean Rank

Te st Statisticsa,b

19.841 6 .003 Chi-Square

df

Asymp. Sig.

Kelompok Hewan coba

Kruskal Wallis Test a.

Grouping Variable: Konsistensi b.


(19)

55

Mann-Whitney Test

Ranks

23 20.59 473.50

12 13.04 156.50

35 Kelompok Hewan coba

ILB 80% ILB 40% Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

78.500 156.500

-2.151 .031 .037a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

23 22.65 521.00

12 9.08 109.00

35 Kelompok Hewan coba

ILB 80% ILB 20 % Total Konsistensi


(20)

56

Te st Statisticsb

31.000 109.000 -3.822 .000 .000a Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

23 19.91 458.00

32 33.81 1082.00

55 Kelompok Hewan coba

ILB 80% OR Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsa

182.000 458.000 -3.289 .001 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Konsistensi

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba a.


(21)

57

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

23 17.35 399.00

6 6.00 36.00

29 Kelompok Hewan coba

ILB 80% Aq Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

15.000 36.000 -3.007 .003 .002a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba


(22)

58

Mann-Whitney Test

Ranks

12 15.50 186.00

12 9.50 114.00

24 Kelompok Hewan coba

ILB 40% ILB 20 % Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

36.000 114.000

-2.218 .027 .039a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

12 10.54 126.50

32 26.98 863.50

44 Kelompok Hewan coba

ILB 40% OR Total Konsistensi


(23)

59

Te st Statisticsb

48.500 126.500 -3.877 .000 .000a Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

12 11.00 132.00

6 6.50 39.00

18 Kelompok Hewan coba

ILB 40% Aq Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

18.000 39.000 -1.811 .070 .102a Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.


(24)

60

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

12 8.00 96.00

32 27.94 894.00

44 Kelompok Hewan coba

ILB 20 % OR Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

18.000 96.000 -4.674 .000 .000a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba


(25)

61

Mann-Whitney Test

Ranks

12 9.75 117.00

6 9.00 54.00

18 Kelompok Hewan coba

ILB 20 % Aq Total Konsistensi

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st Statisticsb

33.000 54.000 -.302

.763 .820a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.

NPar Tests

De scriptiv e Statistics

85 3.76 1.525 1 7

85 2.84 1.370 1 5

Konsistensi

Kelompok Hewan coba

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Mann-Whitney Test

Ranks

32 22.22 711.00

6 5.00 30.00

38 Kelompok Hewan coba

OR Aq Total Konsistensi


(26)

62

Te st Statisticsb

9.000 30.000 -3.577 .000 .000a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Konsistensi

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Hewan coba b.


(27)

50 Lampiran III

Uji Statistik

1. Uji statistik untuk berat feses menggunakan metode One Way ANOVA. One Way

De scriptiv es

LNBRT

6 3.7519 .43421 .17727 3.2962 4.2075 3.01 4.21

6 4.5182 .49669 .20277 3.9970 5.0394 3.85 5.35

6 4.6830 .23992 .09795 4.4312 4.9348 4.50 5.16

6 3.7567 1.95961 .80001 1.7002 5.8132 .00 5.19

6 2.1276 2.22816 .90964 -.2107 4.4659 .00 4.92

30 3.7675 1.56509 .28574 3.1831 4.3519 .00 5.35

ILB 20 % ILB 40 % ILB 80 % OR Aq Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Te st of Homogene ity of Variance s

LNBRT

10.492 4 25 .000

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

LNBRT

24.548 4 6.137 3.300 .027

46.488 25 1.860

71.035 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(28)

(29)

64

RIWAYAT HIDUP

Nama : Noverio Michael Samban Tarukallo

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710023

Tempat dan Tanggal Lahir : Toraja, 1 November 1988

Alamat : Jl. Sukamekar II no 11 Bandung

Riwayat Pendidikan :

 SD Frater, 2000

 SMP Frater, 2003

 SMA Kristen barana’, 2006


(30)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir semua kalangan medis telah mempunyai pengalaman menghadapi

penderita dengan konstipasi. Kadang-kadang mudah diatasi, tetapi bisa juga menimbulkan problem yang sulit diatasi. Keadaan ini melibatkan fungsi motilitas dan sensorium dari pergerakan usus, bisa diakibatkan kerusakan saraf yang mengatur fungsi ini, atau disebabkan invasi oleh peradangan rektosigmoid ataupun gangguan susunan saraf pusat. Banyak penderita mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat laksansia. Hampir sepertiga dari penderita ini menggunakan laksansia adalah akibat feses yang keras atau frekuensi defekasi yang tidak teratur, sebagian hanya untuk kepuasaan psikologis (Boloni Marpaung, 1997).

Laksansia merupakan salah satu obat yang banyak digunakan oleh orang daripada pemakaian berdasarkan logika dan ilmu kesehatan. Penggunaannya secara luas yang paling banyak adalah lebih berdasarkan kebiasaan dan sugesti (Friedman, 1997).

Laksansia adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan frekuensi defekasi, menambah berat feses, serta melunakkan konsistensi feses yang disebabkan terutama karena terjadi dehidrasi material yang tinggal terlalu lama dalam usus besar sebelum dikeluarkan. Massa, kelembapan dan derajat dehidrasi feses sangat bergantung pada kadar serat di dalam makanan. Oleh sebab itu, sebenarnya jumlah serat dan air yang memadai yang kita konsumsi dalam makanan merupakan hal-hal yang penting dalam kelancaran defekasi (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).


(31)

2

Pengobatan terhadap konstipasi lebih berdasarkan atas inisiatif masyarakat itu sendiri tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan. Masyarakat dalam mengobati konstipasi ada yang menggunakan obat konvensional, produk yang dijual bebas ataupun dengan pengobatan tradisional menggunakan tanaman berkhasiat obat. Pengobatan tradisional ini semakin digemari terutama karena faktor ekonomis dan kemudahan memperolehnya.

Salah satu tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan konstipasi adalah lidah buaya (Aloe vera Linn) (Dirjen POM, 2000). Bagian dari Aloe vera Linn yang berkhasiat obat adalah gel dari daun, bunga, dan akar. Gel dari daun digunakan antara lain untuk mengatasi sakit kepala, pusing, kejang pada anak, kurang gizi (malnutrisi), batuk rejan (pertusis), muntah darah, radang usus besar (colitis), tukak peptik, Crohn’s disease, kencing manis (Diabetes mellitus), wasir, rambut rontok, dan untuk mengatasi konstipasi (Setiawan Dalimartha, 2008).

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

2. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

3. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

4. Apakah infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek laksansia dari lidah buaya dengan


(32)

3

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manfaat dari lidah buaya.

2. Kegunaan Praktis

Untuk menyakinkan masyarakat dalam penggunaan lidah buaya sebagai terapi alternatif dalam pengobatan konstipasi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Laksansia (pencahar) terutama digunakan untuk mengobati konstipasi

fungsional, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi yang disebabkan keadaan patologis usus (Azalia, Arif, Udin, Sjamsudin, 1995).

Air perasan daun lidah buaya dapat digunakan sebagai laksansia (Dharma, A.P. 1987). Lidah buaya bagi dunia perdagangan obat dipakai sebagai pencahar (Heyne, K, 1988). Dalam saluran pencernaan, daun lidah buaya memiliki efek laksatif yang disebabkan kandungannya, berupa 1,8-dihidroksiantrasen glukosida, aloin A dan B (barbaloin). Setelah penggunaan aloin A dan B secara oral, dimana tidak diabsorpsi pada usus bagian awal, maka akan terhidrolisa dalam usus oleh bakteri usus dan kemudian akan menghasilkan metabolit aktif yaitu aloe-emodin-9-antron (antrakinon). Antrakinon seperti kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman senna (Angusti folia) berfungsi sebagai stimulan dan mengiritasi saluran pencernaan sehingga timbul efek pencahar (WHO, 1999).


(33)

4

1.5.2 Hipotesis

1. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

2. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

3. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

4. Infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

1.6 Metodologi

Metode penelitian adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster dewasa jantan. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi dan berat feses yang dianalisis dengan metode One Way ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan LSD Test. Konsistensi feses dianalisis dengan metode Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas kedokteran

Universitas Kristen Maranatha Bandung pada bulan November 2009 sampai dengan Oktober 2010.


(34)

43

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Infusa daun lidah buaya 20%, 40 % dan 80 % berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

Infusa daun lidah buaya 80 % berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

Infusa daun lidah buaya 80 % berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal tidak memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian selanjutnya dengan menggunakan pelarut ekstrak etanol.


(35)

44

DAFTAR PUSTAKA

Azalia, Arif., Udin, Sjamsudin. 1995. Obat lokal. Dalam: G. G .Sulistia, Rianto, Setiabudi, Purwantyastuti, dkk : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 514

Brunton, Laurence L.. 1996. Agents Affecting Gastrointestinal Water Flux and Motility; Emesis And Antimetics; Bile Acids And Pancreatic Enzymes. In Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis Of Therapeutics. Ninenth Edition. New York : Mc Graw-Hill. p 917-925

Boloni Marpaung. 1997. Konstipasi. Dalam Ali ,Sulaiman., Daldiyono,. Nurul Akbar., AzizRani. Gastroenterologi hepatologi. Jakarta: CV. SAGUNG SETO. hal 45-49

Claus, Edward P.. 1961. Pharmacognosy. Fourth Edition. Philadelphia : Lea & Febiger. p 121-127

Dirjen POM. 2000. Acuan sediaan herbal. Dalam: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Edisi pertama. Jakarta: DIRJEN POM. hal 48-51

Dharma, A.P. 1987 .Indonesian Medical Plants. Jakarta: Balai Pustaka. hal 152-154 Friedman, G., Jacobson, E.D, and Mc.Callum, R,. Gastrointestinal pharmacology and

therapeutics. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers. p 159-170

Ganong, F ., William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : EGC. hal 469-491

Guyton, dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9 Jakarta : EGC. hal 987-1059

Heyne, K, 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta Pusat: Badan Litbang Kehutanan. hal 520

http://forums.xkcd.com/viewtopic.php?f=2&t=48553. 22 November 2010.


(36)

45

Kris Pranarki, Rejeki Andayani. 2006. Konstipasi dan Inkontinensia Alvi. Dalam Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 1410-1412

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Bahan Obat Alam, 1993. Pengembangan dan pemanfaatan bahan obat alam. dalam: Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta Pusat. hal 77-79

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : PT raja Grafindo Persada. Hal 12

Mulls, Simon., Bone, Kerry., 2000. Herbal Approaches To System Dysfunction. In Principles And Practice Of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. London: Chuchill Livingstone. p 172-173

Soemarsono. 2006. Cholera. Dalam Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 1750

Setiawan, Dalimartha,. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Pustaka Bunda. Jilid 5. hal 106-107

Syamsuhidayat, Sri Sugati, dan Hutapea, Johnny Ria 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 30-31

Trubus info kit. 2008. Herbal Indonesia berkhasiat, bukti ilmiah dan cara racik. Jakarta: PT Trubus Swadaya .Vol 08. hal 1

WHO Geneva. 1999 .WHO Monographs on Selected Medical Plants. Volume 1. Malta : WHO Geneva. hal 33-40


(1)

2

Pengobatan terhadap konstipasi lebih berdasarkan atas inisiatif masyarakat itu sendiri tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan. Masyarakat dalam mengobati konstipasi ada yang menggunakan obat konvensional, produk yang dijual bebas ataupun dengan pengobatan tradisional menggunakan tanaman berkhasiat obat. Pengobatan tradisional ini semakin digemari terutama karena faktor ekonomis dan kemudahan memperolehnya.

Salah satu tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan konstipasi adalah lidah buaya (Aloe vera Linn) (Dirjen POM, 2000). Bagian dari Aloe vera Linn yang berkhasiat obat adalah gel dari daun, bunga, dan akar. Gel dari daun digunakan antara lain untuk mengatasi sakit kepala, pusing, kejang pada anak, kurang gizi (malnutrisi), batuk rejan (pertusis), muntah darah, radang usus besar (colitis), tukak peptik, Crohn’s disease, kencing manis (Diabetes mellitus), wasir, rambut rontok, dan untuk mengatasi konstipasi (Setiawan Dalimartha, 2008).

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

2. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

3. Apakah infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

4. Apakah infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek laksansia dari lidah buaya dengan mengamati pola defekasi mencit.


(2)

3

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manfaat dari lidah buaya.

2. Kegunaan Praktis

Untuk menyakinkan masyarakat dalam penggunaan lidah buaya sebagai terapi alternatif dalam pengobatan konstipasi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Laksansia (pencahar) terutama digunakan untuk mengobati konstipasi fungsional, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi yang disebabkan keadaan patologis usus (Azalia, Arif, Udin, Sjamsudin, 1995).

Air perasan daun lidah buaya dapat digunakan sebagai laksansia (Dharma, A.P. 1987). Lidah buaya bagi dunia perdagangan obat dipakai sebagai pencahar (Heyne, K, 1988). Dalam saluran pencernaan, daun lidah buaya memiliki efek laksatif yang disebabkan kandungannya, berupa 1,8-dihidroksiantrasen glukosida, aloin A dan B (barbaloin). Setelah penggunaan aloin A dan B secara oral, dimana tidak diabsorpsi pada usus bagian awal, maka akan terhidrolisa dalam usus oleh bakteri usus dan kemudian akan menghasilkan metabolit aktif yaitu aloe-emodin-9-antron (antrakinon). Antrakinon seperti kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman senna (Angusti folia) berfungsi sebagai stimulan dan mengiritasi saluran pencernaan sehingga timbul efek pencahar (WHO, 1999).


(3)

4

1.5.2 Hipotesis

1. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

2. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

3. Infusa daun lidah buaya berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

4. Infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

1.6 Metodologi

Metode penelitian adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster dewasa jantan. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi dan berat feses yang dianalisis dengan metode One Way ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan LSD Test. Konsistensi feses dianalisis dengan metode Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung pada bulan November 2009 sampai dengan Oktober 2010.


(4)

43

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Infusa daun lidah buaya 20%, 40 % dan 80 % berefek laksansia dengan meningkatkan berat feses.

Infusa daun lidah buaya 80 % berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

Infusa daun lidah buaya 80 % berefek laksansia dengan melunakkan konsistensi feses.

infusa daun lidah buaya dengan konsentrasi optimal tidak memiliki potensi yang setara dibandingkan dengan Oleum ricini.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian selanjutnya dengan menggunakan pelarut ekstrak etanol.


(5)

44

DAFTAR PUSTAKA

Azalia, Arif., Udin, Sjamsudin. 1995. Obat lokal. Dalam: G. G .Sulistia, Rianto, Setiabudi, Purwantyastuti, dkk : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 514

Brunton, Laurence L.. 1996. Agents Affecting Gastrointestinal Water Flux and Motility; Emesis And Antimetics; Bile Acids And Pancreatic Enzymes. In Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis Of Therapeutics. Ninenth Edition. New York : Mc Graw-Hill. p 917-925

Boloni Marpaung. 1997. Konstipasi. Dalam Ali ,Sulaiman., Daldiyono,. Nurul Akbar., AzizRani. Gastroenterologi hepatologi. Jakarta: CV. SAGUNG SETO. hal 45-49

Claus, Edward P.. 1961. Pharmacognosy. Fourth Edition. Philadelphia : Lea & Febiger. p 121-127

Dirjen POM. 2000. Acuan sediaan herbal. Dalam: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Edisi pertama. Jakarta: DIRJEN POM. hal 48-51

Dharma, A.P. 1987 .Indonesian Medical Plants. Jakarta: Balai Pustaka. hal 152-154

Friedman, G., Jacobson, E.D, and Mc.Callum, R,. Gastrointestinal pharmacology and therapeutics. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers. p 159-170

Ganong, F ., William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : EGC. hal 469-491

Guyton, dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9 Jakarta : EGC. hal 987-1059

Heyne, K, 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta Pusat: Badan Litbang Kehutanan. hal 520

http://forums.xkcd.com/viewtopic.php?f=2&t=48553. 22 November 2010.


(6)

45

Kris Pranarki, Rejeki Andayani. 2006. Konstipasi dan Inkontinensia Alvi. Dalam Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 1410-1412

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Bahan Obat Alam, 1993. Pengembangan dan pemanfaatan bahan obat alam. dalam: Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta Pusat. hal 77-79

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : PT raja Grafindo Persada. Hal 12

Mulls, Simon., Bone, Kerry., 2000. Herbal Approaches To System Dysfunction. In Principles And Practice Of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. London: Chuchill Livingstone. p 172-173

Soemarsono. 2006. Cholera. Dalam Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 1750

Setiawan, Dalimartha,. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Pustaka Bunda. Jilid 5. hal 106-107

Syamsuhidayat, Sri Sugati, dan Hutapea, Johnny Ria 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 30-31

Trubus info kit. 2008. Herbal Indonesia berkhasiat, bukti ilmiah dan cara racik. Jakarta: PT Trubus Swadaya .Vol 08. hal 1

WHO Geneva. 1999 .WHO Monographs on Selected Medical Plants. Volume 1. Malta : WHO Geneva. hal 33-40