Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT
PADA BANK KONVENSIONAL & PEMBIAYAAN
PADA BANK SYARIAH
SKRIPSI OLEH
KHAIRURIZA
080522132
AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2011
Yang Membuat Pernyataan
Khairuriza NIM.080522132
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan pemberian kredit bank konvensional sehingga menjadikan pembiayaan pada bank syariah solusi untuk keluar dari permasalahan yang disebabkan oleh sistem ekonomi konvensionl. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni data yang diperoleh melalui penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan PT. BNI (Persero) Tbk. Data hasil penelitian tersebut disusun, dikelompokkan, kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta yang berlaku di lapangan. Kemudian metode deduktif yakni melalui metode penelitian yang bertitik tolak pada prinsip-prinsip umum yang bersifat teoritis dan kebenarannya telah diterima secara umum, lalu membandingkannya dengan fakta yang berlaku sehingga dapat diperoleh gambaran yang baik antara kedua titik tolak tersebut. Selanjutnya metode kualitatif yakni menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan pengambilan keputusan mengenai hasil analisis yang diteliti. Mengolah data, mengecek data dan tabulasi, membaca tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia kemudian menguraikan dan menafsirkan. Mengumpulkan data dengan aneka macam cara, seperti melalui observasi (pengamatan) pada PT. Bank BNI (Persero) dan PT. BMI, wawancara kepada petugas Bank, intisari dokumen, rekaman kaset, cd, soft copy/hard copy dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan pemberian kredit pada bank konvensional terletak pada sistem bunga yang berubah secara sepihak, juga menunjukkan perbedaan dalam prosedur pemberian kredit antara kredit konvensional dan pembiayaan murabahah. Dalam pemberian kredit bank konvensional pihak bank memberikan uang kepada nasabahnya sedangkan didalam pembiayaan murabahah bank syariah pihak bank memberikan barang kepada nasabahnya dan bukan uang.
(4)
ABSTRACT
This research study to find out the weakness of credit given of conventional banking to make a financing of syariah banking is a solution for solving the problem of conventional economic system maked. This analysis methode is descriptive methode, the data is from the research of Ltd of Bank Muamalat Indonesia,Tbk and Ltd of BNI (persero),Tbk. The results data of the research is arrange, and make to group and then interpretation to get some image about the fact in the field. After that deductive methode via reasech methode point of view a general principle theority and truth is taken general and then we accross the fact and then we get the good image results about the two of point of view. And then a cualitative methode turning appoint about the theory - theory is used by to taked the decission about the research results. Make the data, across the data and tabulation, read the tables, grhapics,or the number who already to analyst and confirmation. Take the data from the any kind of system like observation from Ltd. BNI (persero) and Ltd. BMI, interview the officer from the banking, point of view of the document,cassette recording, CD, soft copy/hard copy and ect.
The results of the research show the weakness about the credit provision of the conventional banking is from the system of the interest that unilaterally changed, and show the different from the procedure credit provision between conventional credit and murabahah financing. In the credi provision conventional banking given money to customer, and in the murabahah financing the syariah banking given a things to customers and not a money.
(5)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, atas Berkat dan Rahmat Allah SWT penulis telah dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Akuntansi S1 Ekstensi Konsentrasi Akuntansi Keuangan di Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang memerlukan. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari pertolongan ALLAH SWT dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
a) Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
b) Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, sebagai Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
(6)
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
d) Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., Sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
e) Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., sebagai Dosen Penguji I yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
f) Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak., sebagai Dosen Penguji II yang juga telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu dengan tulus hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2011 Penulis
Khairuriza NIM.080522132
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Kerangka Konseptual ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Pengertian Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 11
B. Perbedaaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 13
C. Pengertian Kredit dan Pembiayaan Murabahah ... 18
D. Jenis – jenis Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah ... 21
E. Prosedur Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah ... 25
F. Pengembalian Kredit Konvensional dan pembiayaan Murabahah ... 34
(8)
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
A. Jenis Penelitian ... 52
B. Jenis Data ... 52
C. Teknik Pengumpulan Data ... 53
D. Metode Analisa Data... 53
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN ... 56
A. Data Penelitian ... 56
1. PT. Bank Negara Inonesia ( Persero),Tbk ... 56
2. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 71
B. Analisa Hasil Penelitian ... 76
1. Analisa Prosedur Pemberian Kredit Konvensional Pada . PT. BNI (Persero) Tk. SKC Medan ... 81
2. Perhitungan Angsuran Bunga Kredit PT. Bank BNI Konvensional ... 88
3. Analisis Prosedur Pemberian Pembiayaan Pada PT. Bank Muamalat (Persero) Tbk. Cab Medan ... 91
4. Perhitungan Angsuran Margin Bank Syariah ... 101
5. Perjanjian Kredit dan Akad Murabahah... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 16
Tabel 2.2 Perbandingan Sistem Bunga dan Bagi Hasil ... 17
Tabel 2.3 Perhitungan Cicilan Kredit ... 41
Tabel 2.4 Angsuran Kredit ... 44
Tabel 2.5 Angsuran Pembiayaan ... 46
Tabel 3.1 Rencana Waktu Penelitian ... 55
Tabel 4.1 Perubahan Status Hukum Bank BNI ... 58
Tabel 4.2 Perbedaan Prosedur Pemberian Kredit dan Murabahah ... 87
Tabel 4.3 Angsuran Kredit BNI Sistem Flat ... 88
Tabel 4.4 Angsuran Kredit BNI Sistem Efektif ... 89
Tabel 4.5 Angsuran Kredit BNI Sistem Anuitas ... 90
Tabel 4.6 Perhitungan Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat ... 101
Tabel 4.7 Perhitungan Bunga dan Margn Pada Bank Konvensional dan Syariah ... 102
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 10 Gambar 2.1 Prosedur Pemberian Kredit ... 29 Gambar 2.2 Skema Proses Pembiayaan ... 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk Cabang Medan ... 80
Gambar 4.2 Proses Pengumpulan Data ... 93 Gambar 4.3 Langkah Proses Pembiayaan ... 100
(11)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan pemberian kredit bank konvensional sehingga menjadikan pembiayaan pada bank syariah solusi untuk keluar dari permasalahan yang disebabkan oleh sistem ekonomi konvensionl. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni data yang diperoleh melalui penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan PT. BNI (Persero) Tbk. Data hasil penelitian tersebut disusun, dikelompokkan, kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta yang berlaku di lapangan. Kemudian metode deduktif yakni melalui metode penelitian yang bertitik tolak pada prinsip-prinsip umum yang bersifat teoritis dan kebenarannya telah diterima secara umum, lalu membandingkannya dengan fakta yang berlaku sehingga dapat diperoleh gambaran yang baik antara kedua titik tolak tersebut. Selanjutnya metode kualitatif yakni menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan pengambilan keputusan mengenai hasil analisis yang diteliti. Mengolah data, mengecek data dan tabulasi, membaca tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia kemudian menguraikan dan menafsirkan. Mengumpulkan data dengan aneka macam cara, seperti melalui observasi (pengamatan) pada PT. Bank BNI (Persero) dan PT. BMI, wawancara kepada petugas Bank, intisari dokumen, rekaman kaset, cd, soft copy/hard copy dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan pemberian kredit pada bank konvensional terletak pada sistem bunga yang berubah secara sepihak, juga menunjukkan perbedaan dalam prosedur pemberian kredit antara kredit konvensional dan pembiayaan murabahah. Dalam pemberian kredit bank konvensional pihak bank memberikan uang kepada nasabahnya sedangkan didalam pembiayaan murabahah bank syariah pihak bank memberikan barang kepada nasabahnya dan bukan uang.
(12)
ABSTRACT
This research study to find out the weakness of credit given of conventional banking to make a financing of syariah banking is a solution for solving the problem of conventional economic system maked. This analysis methode is descriptive methode, the data is from the research of Ltd of Bank Muamalat Indonesia,Tbk and Ltd of BNI (persero),Tbk. The results data of the research is arrange, and make to group and then interpretation to get some image about the fact in the field. After that deductive methode via reasech methode point of view a general principle theority and truth is taken general and then we accross the fact and then we get the good image results about the two of point of view. And then a cualitative methode turning appoint about the theory - theory is used by to taked the decission about the research results. Make the data, across the data and tabulation, read the tables, grhapics,or the number who already to analyst and confirmation. Take the data from the any kind of system like observation from Ltd. BNI (persero) and Ltd. BMI, interview the officer from the banking, point of view of the document,cassette recording, CD, soft copy/hard copy and ect.
The results of the research show the weakness about the credit provision of the conventional banking is from the system of the interest that unilaterally changed, and show the different from the procedure credit provision between conventional credit and murabahah financing. In the credi provision conventional banking given money to customer, and in the murabahah financing the syariah banking given a things to customers and not a money.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan utama lembaga perbankan, baik bank konvensional ataupun bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan kepada masyarakat yang memerlukan dana, baik untuk investasi, modal kerja maupun konsumsi. Salah satu sumber pendapatan bank, baik bank konvensional ataupun bank syariah adalah dari penyaluran kredit atau pembiayaan, dimana keuntungan tersebut berupa selisih antara bunga, bagi hasil atau margin dari sumber – sumber dana dengan bunga, bagi hasil atau margin yang diterima dari alokasi dana tertentu. Kredit atau pembiayaan yang diberikan atau yang dicairkan oleh bank memperoleh jasa dari debitur sebagai keuntungan bank.
Pihak yang menerima kredit atau pembiayaan diharapkan memperoleh nilai tambah serta dapat mengembangkan usaha agar lebih maju, dan yang paling diperhatikan oleh masyarakat ketika mau mengambil kredit atau pembiayaan adalah berupa bunga yang tinggi atau bagi hasil yang tidak berimbang atau juga margin yang terlalu tinggi. Analisis sistem pemberian kredit pada bank konvensional dan pembiayaan murabahah pada bank syariah memerlukan suatu standar analisis yang meliputi penilaian atas keseluruhan dari aspek-aspek yang perlu mendapatkan perhatian kelayakannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
(14)
calon debitur layak atau tidak layak untuk dibiayai. (Djohan, 2000 ; 109). Lembaga keuangan perbankan, baik bank konvensional ataupun bank syariah menjadi alternatif sumber kredit atau pembiayaan yang tepat, karena bank konvensional ataupun bank syariah adalah sebuah lembaga keuangan perbankan yang menyalurkan produk kredit atau pembiayaan berupa kredit konsumsi, modal kerja dan juga investasi. Jenis-jenis kredit pada PT. Bank BNI (Persero) Tbk, yakni kredit konsumsi, investasi dan juga modal kerja, sedangkan pada Bank Muamalat pembiayaan murabahah terdiri dari pembiayaan murabahah dengan pesanan dengan pembiayaan murabahah tanpa pesanan.
Dalam pelaksanaan pemberian fasilitas kredit kepada nasabahnya bank konvensional dirasa tidak adil dan menimbulkan kondisi yang buruk terhadap perekonomian, tidak hanya menimpa Indonesia, namun juga menerpa banyak negara dan kelompok masyarakat. di berbagai belahan dunia, khususnya kawasan Asia. Hal itu sebagai dampak sistem ekonomi ribawi atau berbasis bunga. Sistem bunga menyebabkan negara-negara dan kelompok masyarakat miskin makin bertambah miskin karena dihisap oleh negara-negara dan kelompok masyarakat kaya. Penggunaan bunga menciptakan kesenjangan yang makin lebar antara masyarakat kaya dan miskin. Orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin. Akibatnya, daya beli menurun.
Umer Chapra, dalam bukunya, Towards a Just Monetary System (1986), mengutip pernyataan mantan Kanselir Jerman Barat, Helmut Schmidt, pertengahan tahun 1970-an, ”Dunia ekonomi telah memasuki suatu fase ketidakstabilan yang luar biasa dan perjalanan masa depannya benar-benar tidak pasti.” Nyatanya, hingga saat ini ketidakstabilan terus berlangsung dan
(15)
ketidakpastian berlanjut. Menurut Umer Chapra, krisis ini juga diperburuk oleh adanya kemiskinan di tengah-tengah orang kaya di semua negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosioekonomi, defisit neraca pembayaran yang besar, dan ketidakmampuan sebagian negara-negara berkembang untuk mencicil utang mereka.
Dr Setiawan Budi Utomo, menegaskan bahwa sebenarnya krisis ekonomi berangkat dari krisis ideologi dan falsafah kehidupan yang berakibat salah memilih sistem. Di antaranya sistem ekonomi kapitalis dan hukum kolonial yang justru menyengsarakan rakyat dan bukan membawa kepada kemakmuran hakiki, lahir dan batin. Permasalahan mendasar dari krisis keuangan yang berdampak pada krisis ekonomi adalah krisis kualitas lembaga-lembaga keuangan yang dipengaruhi oleh penerapan suku bunga sebagai sistem ribawi yang ternyata gagal berfungsi sebagai alat indirect screening mechanism. Bahkan, ia sendiri berpotensi menjadi economic trouble maker yang melahirkan tiga macam krisis, yaitu krisis keuangan dan moneter (financial crisis), krisis pasar saham, dan krisis perbankan yang semuanya itu berpengaruh negatif pada kehidupan sektor riil.
Kalau kita perhatikan praktik-praktik yang terjadi di negara manapun, kredit berbasis bunga ternyata telah menimbulkan berbagai persoalan, baik kepada dunia usaha maupun perekonomian, serta masyarakat. Tarek El Dewany (1997), menyebutkan setiap tahun pemerintah Amerika Serikat membayar ratusan ribu sampai jutaan dolar AS bunga atas utang nasionalnya. Demikian pula, negara-negara yang dianggap kaya harus membayar bunga yang besar sekali atas utang nasional mereka. Umer Chapra (1986) menyebutkan, bunga yang tinggi telah berfungsi sebagai penghambat utama investasi dalam sistem kapitalis. Untuk
(16)
priode 1970-1978, pembayaran bunga mencapai sepertiga dari keuntungan pada modal sebelum pajak. Ini adalah tiga kali lipat pada dasawarsa 1960-an dan enam kali lipat pada dasawarsa 1950-an. Pemerintah Indonesia sendiri harus membayar cicilan pokok dan bunga rekap kepada bank-bank yang diselamatkan pada waktu krisis ekonomi sebesar hampir mencapai Rp.60 triliun dan baru akan berakhir pada tahun 2030 (Rakyat Merdeka, 25 Juli 2008).
Pemberlakuan bunga di awal transaksi, yang tidak mempertimbangkan apakah peminjam akan untung atau rugi dalam usahanya, merupakan sebuah ketidakadilan. Bank konvensional, sebagai bagian dari sistem ekonomi kapitalis, hanya mau tahu berapa bunga yang dia terima dari nasabah peminjam terlepas dari apakah usaha debitur maju atau bangkrut. Kalau peminjam tidak dapat mengembalikan angsuran tepat pada waktunya, maka bank secara otomatis memberlakukan bunga tidak hanya terhadap cicilan yang masih harus dibayar, tapi juga terhadap bunga bulan sebelumnya. Jadi, bunga-berbunga. Sistem bunga sudah tidak adil, apalagi bunga-berbunga, jelas makin tidak adil. Itulah yang selama ini dilakukan oleh bank-bank konvensional. Dalam praktik bank konvensional, hubungan antara pihak bank dan nasabah menjadi tidak seimbang, karena bank selalu berada pada posisi tawar yang lebih tinggi dari pada nasabah. Hal itu mencerminkan ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut. Sebetulnya istilah kreditur-debitur itu sendiri sudah mengandung konotasi bahwa hubungan kedua belah pihak tidak seimbang.
(17)
Penerapan bunga tadi mengakibatkan timbulnya ekonomi biaya tinggi karena adanya penggelembungan. Uang yang dipinjamkan ditambah bunga tapi tidak diikuti dengan tambahan barang dan jasa, sehingga jumlah uang beredar jauh tidak sebanding dengan barang dan jasa yang ada. Di sinilah terjadi kesenjangan. Menurut Umer Chapra, jumlah barang dan jasa yang beredar nilainya hanya 30 persen dari jumlah uang yang beredar. Hal ini akhirnya menyulitkan pengelolaan ekonomi itu sendiri. Muncul instrumen-instrumen canggih untuk mengatasi akibat yang timbul. Misalnya, hedging, forward dan lain-lain. Namun, hal ini pun menimbulkan persoalan-persoalan baru, karena dasarnya tetaplah ekonomi konvensional yang berbasiskan bunga dan adanya hubungan yang tidak seimbang.
Ekonom Dr Didik J Rachbini pernah mengemukakan tentang transaksi keuangan global yang telah menyalahi fungsinya sebagai pendukung sektor riil untuk kegiatan produktif dalam rangka menunjang kesejahteraan umat manusia. Menurutnya, sekitar 92 persen keuangan global tersebut berupa komoditas yang diperdagangkan untuk spekulasi dan keuntungan. Dengan demikian, ekonomi global ini telah masuk ke dalam sistem riba yang parah (Kompas, 22/12/1998).
Sistem bunga mengandung banyak kelemahan, oleh karena itu, tegas Umer Chapra (1986), sistem keuangan dan perbankan (konvensional) itu harus direformasi untuk menghapuskan ekses-ekses dan ketidakseimbangan yang mendorong adanya ketidakmerataan, perilaku konsumtif , dan ekspansi moneter yang tidak sehat yang menyebabkan kerugian bagi semua. Lalu, adakah jalan keluar untuk membebaskan masyarakat dunia, khususnya Indonesia, dari jeratan krisis yang disebabkan oleh sistem ekonomi konvensional? Jawabannya sudah
(18)
diwasiatkan oleh Nabi Muhammad 1.400 tahun silam. Yakni, sistem ekonomi Islam (muamalah) yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia. KH Abdullah Zaky Al Kaaf, dalam bukunya, Ekonomi Dalam Perspektif Islam (2002) mengutip Imam Ghazali, dalam kitabnya yang terkenal, Ihya ‘Ulumuddin juz III, yang menyebutkan, ketika lahirnya agama Islam pada zaman Nabi Muhamamad Saw 14 abad lampau, Arabia sudah meninggalkan sistem barter (tukar-menukar barang), dan memakai sistem jual beli dan perdagangan. Tuhan memberikan peraturan yang lengkap mengenai muamalah, dengan mengadakan adanya peraturan bai dan tijarah, di samping peraturan lain yang meliputi seluruh transaksi ekonomi. Menurut Yusuf Al Qardhawi (2001), selain bercirikan ketuhanan dan moral, sistem ekonomi Islam juga berkarakter kemanusiaan.
Tujuan ekonomi Islam adalah menciptakan kehidupan umat manusia yang aman dan sejahtera. Sesuai dengan prinsip rahmatan lil’alamin, maka manusia yang dimaksudkan tidak hanya kaum Muslimin, melainkan umat manusia secara keseluruhan. Menurut Umer Chapra (1986), Islam menyediakan suatu sistem ekonomi yang meniscayakan penggunaan sumber-sumber daya yang diberikan Allah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok umat manusia dan memberikan kepada mereka kondisi kehidupan yang baik. Islam menganggap kekayaan adalah amanah dari Allah dan pemanfaatannya ‘’secara benar” sebagai suatu ujian keimanan. Kekayaan sebenarnya bukanlah milik manusia. Ia adalah milik Allah dan apa yang dimiliki oleh manusia adalah suatu titipan, yang dipercayakan kepadanya untuk dipergunakan dalam merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah, dua di antaranya yang paling pokok adalah kesejahteraan umat manusia secara umum dan keadilan sosioekonomi.
(19)
Fakta sejarah membuktikan Islam datang untuk menghapuskan sistem riba yang diterapkan oleh para saudagar Arab pada masa Jahiliyah. Islam mengorganisasikan keseluruhan produksi dan perdagangan berdasarkan
murabahah dan syirkah dengan prinsip kekeluargaan dan kegotongroyongan dan
dibangun diatas landasan keadilan, kejujuran dan keterbukaan. Dengan terhapusnya bunga, kegiatan ekonomi dalam dunia Islam tidak mengalami kemerosotan, justru terjadi peningkatan kemakmuran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan pengkajian ilmiah terhadap ”Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah”.
B. Perumusan masalah
Untuk mengarahkan dan memudahkan penelitian serta menghindar kesimpangsiuran dalam pembahasan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah kelemahan sistem pemberian kredit pada bank konvensional
sehingga menjadikan sistem pembiayaan pada bank syariah sebagai solusi untuk keluar dari permasalahan yang disebabkan sistem ekonomi konvensional ”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelemahan pemberian kredit pada bank konvensional sehingga menjadikan pembiayaan pada
(20)
bank syariah sebagai solusi untuk keluar dari permasalahan yang disebabkan sistem ekonomi konvensional.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
a. tambahan informasi mengenai dampak bunga yang diberikan bank konvensional terhadap perekonomian dan masyarakat,
b. khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan pada Bank Syariah di Indonesia.
c. bahan pertimbangan dan masukan bagi seluruh stake holder, khususnya perbankan syariah di Indonesia, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk mengkaji tentang analisis perbandingan pemberian kredit bank konvensional dengan pembiayaan murabahah pada bank syariah.
D. Kerangka Konseptual
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan tujuan dan kegunaannya yakni, kredit konsumtif, kredit modal kerja (kredit perdagangan), dan kredit investasi. Sedangkan pembiayaan murabahah terdiri dari murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah tanpa pesanan. Baik bank konvensional maupun bank syariah mempunyai prinsip yang berbeda dalam segi sistem pemberian kredit dan
(21)
pembiayaan murabahah. Studi kelayakan yang diterapkan pada bank konvensional lebih berat dibandingkan dengan bank syariah, karena bank konvensional lebih mengedepankan aspek jaminan yang lengkap, sedangkan di bank syariah hanya pada aspek karakter dari nasabah itu sendiri, artinya bank syariah percaya bahwa nasabah itu bermaksud baik selama melakukan kredit atau pembiayaan dalam jangka waktu tertentu.
Penentuan suku bunga pada bank konvensional dibuat berdasarkan perjanjian dan berpedoman harus selalu untung untuk pihak bank,sedangkan bank syariah pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik, sedangkan pada bank syariah tergantung pada kinerja usaha, bagi hasil meningkat sesuai peningkatan jumlah pendapatan. Intinya krdit pada bank konvensional menerapkan sistem bunga sedangkan bank syariah berdasarkan bagi hasil.
(22)
Berdasarkan penjelasan diatas maka diperoleh kerangka konseptual sebagai berikut :
Sumber : Pemikiran Sendiri
Gambar. 1.1. Kerangka Konseptual
Bank Konvensional
Prosedur Pemberian Kredit (Kredit Konvensional) 1. Kredit Konsumsi 2. Kredit Investasi 3. Kredit Modal Kerja
Bank
Syariah
Prosedur Pemberian Pembiayaan
(Pembiayaan Murabahah) 1. Murabahah tanpa pesanan 2. Murabahah
dedeberdasarkan pesanan
Analisis Perbandingan
Perhitungan keuntungan berdasarkan sistem Bunga
Perhitungan keuntungan menggunakan sistem
Margin / bagi hasil
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Konvensional dan Bank Syariah 1. Bank Konvensional
Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman.Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.
Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan primer,
(24)
cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR.
2. Bank Syariah
Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamala
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.
Kegiat dengan bank konvensional. Penentua kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
(25)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.
B. Perbedaaan Bank Syariah dan Bank konvensional
Dalam beberapa hal, bank syariah mempunyai beberapa persamaan dengan bank konvensional terutama dalam sistem teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,syarat–syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, Proposal, Laporan keuangan dan sebagainya.
Namun yang membedakannya adalah aspek akad dan legalitas, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
1. Akad dan legalitas, ini merupakan kunci utama yang membedakan antara memiliki Dewan Pengawas Syariah sessungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung dari akadnya. Perbedaannya untuk aqad-aqad yang berlangsung pada bank syariah ini hanya aqad yang halal,seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa. Tidak ada unsur riba’ dalam bank syariah ini.
2. Struktur organisasi, dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. DPS ini
(26)
bertugas untuk mengawasi oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
3. Usaha yang dibiayai, Ada aturan bahwa usaha – usaha yang dibiayai oleh bank syariah ini hanyalah usaha yang halal.
4. Lingkungan kerja bank syariah, nuansa yang diciptakan untuk lebih bernuansa islami. Mulai dari cara berpakaian, beretika dan bertingkah laku dari para karyawannya.
Perbedaan lain yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah :
a). perbedaan Falsafah, Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
b). konsep Pengelolaan Dana Nasabah, Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi
(27)
yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. c). kewajiban Mengelola Zakat, Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola
zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana social (zakat, Infak, sedekah ).
Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya, semua transaksi perniagaan melalui bank syariah sistem bunga berbunga atau compound interest yang dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak. (Sigit Triandaru
Dan Totok Budisantoso : 156 : 2006).
Dari studi perbandingan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip-prinsip yang digunakan dalam pertimbangan kelayakan kredit dan pembiayaan adalah sama, yaitu sama-sama mengacu pada prinsip 5 C yaitu,
Character (menilai sifat atau watek dari calon debitur termasuk dengan gaya
hidupnya), Capacity (kemampuan calon debitur dalam bidang bisnisnya), Capital (melihat keefektifan penggunaan modal, dilihat dari laporan keuangan dengan mengukur segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas), Collateral (melihat nilai jaminan baik fisik maupun non fisik) dan Condition of Economy (melihat kondisi
(28)
perekonomian yang dikaitkan dengan bidang usaha). Perbedaannya hanya terletak pada penekanannya dimana bank konvensional lebih menekankan pada aspek jaminannya (collateral) sedangkan pembiayaan pada bank Syariah lebih mengutamakan aspek pribadi / karakter individu (character). Mengenai prosedur, kedua jenis pinjaman ini (kredit maupun pembiayaan) mempunyai prosedur tertentu yang ditentukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh masing-masing bank.
Secara ringkas perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
NO Bank Syariah Bank Konvensional
1 Berinvestasi pada usaha yang halal Bebas nilai 2 Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee Sistem bunga 3 Besaran bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja
usaha
Besarannya tetap 4 Profit dan falah oriented Profit oriented
5 Pola hubungan kemitraan Hubungan debitur-kreditur 6 Ada Dewan Pengawas Syariah Tidak ada lembaga sejenis
(Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso : 2006 : 157)
Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah sering menjadi bahan pertanyaan dan selalu dibandingkan dengan sistem bunga dalam perbankan konvensional. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso ( 2006 : 157) perbandingan antara sistem bagi hasil dengan bunga bisa dilihat dari tabel berikut ;
(29)
Tabel 2.2
Perbandingan Sistem Bunga Dengan Bagi Hasil
NO Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
1 Penentuan suku benga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
2 Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
3 Tidak tergatung kepada kinerja usaha jumlah pembayaran bunga tidak
mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
Tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
4 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk Agama Islam
Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil
5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Jika dilihat dari dua penjelasan diatas antara bank konvensional dengan bank syariah, penulis berpendapat. Bahwa bank syariah lebih baik daripada bank konvensional. karena prinsip utama operasionalnya adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
Larangan terutama yang berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Dalam hukum Islam, bunga adalah riba dan diharamkan. Oleh karena itu dalam menjelaskan kegiatan operasionalnya, bank berdasarkan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak, penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam.
(30)
C. Pengertian Kredit dan Pembiayaan Murabahah
Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti kepercayaan. (Veithzal, Andria, dan Ferry, 2007 : 438-439). Kredit diberikan atas dasar kepercayaan, artinya prestasi yang diberikan dan diyakini akan dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat yang telah disepakati bersama. Dalam arti yang lebih luas pengertian kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji dan pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Sesuai dengan isi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang tertulis didalam pasal 1 ayat 11 ” Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga”.
Unsur dalam kredit tersebut adalah terdapat dua pihak, yaitu kreditur (Bank) dan debitur (Nasabah) dan merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan dan didalam perkreditan harus terdapat kepercayaan, persetujuan, penyerahan barang, jasa, atau uang, terdapat unsur waktu, unsur resiko, dan unsur keuntungan (bunga). Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan pihak bank (Kasmir, 2003 : 101). Tujuan dan fungsi kredit itu sendiri adalah mencari keuntungan, membantu nasabah yang kekurangan dana, membantu pemerintah. Dan secara luas fungsi kredit tersebut yaitu untuk meningkatkan daya guna uang, untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas
(31)
uang, untuk meningkatkan daya guna barang, meningkatkan peredaran barang, sebagai alat stabilitas ekonomi, untuk meningkatkan kegairahan berusaha, untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, untuk meningkatkan hubungan internal.
Bai’al murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam bai’al murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp. 10.000.000,-, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp. 750.000,- dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp. 10.750.000,-. pada umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, sebesar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran, kalau memang akan dibayar secara angsuran (Muhammad
Syafi’i Antonio : 2000 : 145).
Jadi singkatnya murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh). Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah sipenjual harus memberi tahu pemberian tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Selama akad belum berakhir maka harga jual beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut akan menjadi batal. Cara pembayaran jangka waktunya disepakati angsuran ini disebut
(32)
bai’bi tsaman ajil. Melalui akad murabahah ini nasabah atau konsumen dapat
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan kata lain nasabah atau konsumen telah memperoleh pembayaran dari bank atau lembaga non bank. (Drs.
Zainul Arifin : 2006 : 23). Didalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah yang termaktub didalam pasal 1 ayat 25 yaitu Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :
1. transakasi bagi hasil dalam bentuk mudharobah dan musyarokah,
2. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijaroh atau sewa beli dalam bentuk ijaroh muntahiya bittamlik,
3. transaksi jual-beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna,
4. transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang, qordhul hasan,
5. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijaroh untuk transaksi multijasa.
Dalam pembiayaan sistem murabahah penjual (bank) harus memberitahu harga produk yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan atau margin sebagai tambahannya. (UU No. 21 Tahun 2008). Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Murabahah dilaksanakan atas dasar saling rela atau suka sama suka dengan tidak keluar dari aturan agama Islam. Didalamnya tidak terdapat penipuan dan ketidak jujuran, dan yang pasti saling terbuka adalah salah satunya syarat dalam pelaksanaan sistem murabahah.
(33)
D. Jenis-jenis Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
1. Jenis-jenis Kredit Pada Bank Konvensional
Penjelasan tentang jenis-jenis kredit dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, jaminannya, orangnya (yang menerima dan memberi kredit), dan tempat kediamannnya. (Veithzal, Andria dan Ferry, 2007 : 441). Beragam jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Dalam praktiknya kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : (Kasmir, 2004 : 76-77).
a. Dilihat dari segi kegunaan
1). Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
2). Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1). Kredit Produktif
(34)
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. 2). Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
3). Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1). Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
2). Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
3). Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang jangka waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.
(35)
d. Dilihat dari segi jaminan
1). Kredit Dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan sicalon debitur.
2). Kredit Tanpa Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik sicalon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
e. Dilihat dari segi sektor usaha
Kredit Pertanian, Kredit Peternakan, Kredit Industri, Kredit Pertambangan, Kredit Pendidikan, Kredit Profesi, Kredit Perumahan, dan sektor-sektor lainnya.
Pembiayaan Murabahah yaitu pembiayaan kepada nasabah dengan prinsip jual - beli antara bank dengan nasabah, sebesar harga perolehan (harga barang yang diperjual belikan) ditambah dengan keuntungan (yang dalam konteks
syariah dikenal sebagai margin) yang disepakati bersama dan pembayaran oleh
nasabah dilakukan secara tangguh artinya dengan dibayar secara sekaligus atau dicicil/angsuran.
(36)
Menurut Wiroso, SE, MBA (32 : 2005), Menyatakan bahwa murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang
beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terikat langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
b. murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya Bank Syariah baru akan
melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.
Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Bersifat mengikat, maksudnya apabila sudah pesan harus beli.
2. Bersifat tidak mengikat, maksudnya walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat, maka nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
Tahapan murabahah berdasarkan pesanan dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu :
a. nasabah melakukan pesanan barang yang akan dibeli kepada Bank Syariah, dan dilakukan negosiasi terhadap harga barang dan keuntungan, syarat penyerahan barang dan syarat pembayaran barang. Dalam proses ini ada yang bersifat mengikat dan yang bersifat tidak mengikat,
b. setelah diperoleh kesepakatan dengan nasabah, bank syariah mencari barang yang dipesan (melakukan pengadaan barang kepada pemasok). Bank syariah juga melakukan negosiasi terhadap harga barang, syarat penyerahan, dan syarat pembayaran. Pengadaan barang yang dipesan nasabah merupakan tanggun jawab bank sebagai penjual,
c. setelah diperoleh kesepakatan antara bank syariah dan pemasok, dilakukan proses jual barang dan penyerahan barang dari pemasok ke bank syariah, d. setelah barang secara menjadi milik bank syariah, dilakukan proses akad jual
(37)
e. penyerahan barang dari penjual yaitu bank syariah kepada pembeli yaitu nasabah, dengan memperhatikan syarat penyerahan barangnya,
f. tahap akhir adalah dilakukan pembayaran yang dapat dilakukan dengan tunai atau tangguh sesuai kesepakatan antara bank syariah dengan nasabah. Apabila Bank Syariah melaksanakan murabahah berdasrkan pesanan, terdapat beberapa risiko yang terkandung dalam transaksi tersebut antara lain : a. murabahah berdasarkan pesanan tidak mengikat
Risiko bagi Bank yang timbul dari transaksi murabahah berdasarkan pesanan dengan sifat tidak mengikat adalah, setelah Bank membeli barang sesuai pesanan pembeli, nasabah menbatalkan barang yang dipesan tersebut. b. murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat
Risiko atas transaksi murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat ini adalah lebih kecil daripada transaksi murabahah berdasarkan pesanan yang besifat tidak mengikat. Salah satu cara mengikat nasabah adalah Bank Syariah meminta uang muka kepada nasabah dan harus disetor ke Bank Syariah.
E. Prosedur Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
1. Prosedur kredit pada bank konvensional
Penjelasan prosedur perkreditan pada bank konvensional meliputi ketentuan dan syarat atau yang harus dilakukan sejak nasabah mengajukan permohonan kredit sampai kredit tersebut dilunaskan oleh nasabah dan untuk jenis kredit tertentu yang mempunyai kekhususan dalam ketentuan dan prosedurnya.
(38)
Tujuan utama prosedur kredit ini adalah :
a. memberikan ketegasan atau tugas-tugas dari seorang account officer sehingga akan lebih memperjelas wewenang dan tanggung jawab para
account officer,
b. agar flow of document dapat diikuti dan ketahui dengan jelas, c. memperlancar arus pekerjaan.
Langkah-langkah yang akan dijelaskan selanjutnya harus benar-benar diketahui dan diikuti oleh para account officer. Prosedur ini berlaku, baik untuk permohonan kredit baru, perpanjangan maupun tambahan yang berlaku secara umum untuk setiap jenis kredit baik untuk jenis kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi. Urutan langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan, yakni meliputi persiapan kredit, penilaian kredit, keputusan atas permohonan kredit, pengawasan kredit, serta pelunasan kredit. (Rivai &Veithzal, 2006 ; 189).
Beberapa jenis kredit tertentu memiliki kekhususan dalam ketentuan dan prosedurnya. Untuk memperoleh pinjaman dari bank, pemohon harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan bank tersebut. Semua permohonan kredit harus diajukan secara tertulis kepada bank tanpa melihat berapa jumlah kredit yang diminta dan hal ini berlaku, baik untuk permohonan baru, permohonan tambahan kredit, permohonan untuk perpanjangan masa berlaku kredit maupun perubahan syarat kredit itu sendiri. Permohonan kredit itu sendiri merupakan syarat yang penting dalam memberikan kredit dan hal tersebut harus diperhatikan benar-benar oleh account officer.
(39)
Untuk mempercepat dan mempermudah bagi bank dalam mempertimbangkan permohonan nasabah, surat permohonan kredit hendaknya disertakan dengan informasi yang lengkap seperti informasi mengenai keuangan, jaminan, jumlah kredit yang dibutuhkan, tujuan, jangka waktu, dan sebagainya. Informasi umum dan data kuantitatif yang sekurang-kurangnya harus diberikan calon nasabah ketika mengajukan permohonan kredit adalah mengenai nama dan alamat jelas si pemohon, nama para pemilik, atau pemegang saham dari perusahaan, susunan pengurus perusahaan sebelum menjadi nasabah bank, bidang usaha, hubungan dengan bank yang bersangkutan maupun dengan bank lain, hubungan dengan perusahaan lain yang merupakan satu kelompok atau satu group sehingga dengan data sementara tersebut bank dapat mengenal dan berkomunikasi dengan calon nasabah. Selain itu perlu pula diperoleh informasi data keuangan calon nasabah yang meliputi data proyeksi yang menggambarkan rencana usaha yang dilakukan. Data proyeksi tersebut umumnya dikenal ”cash budget ”.
Data keuangan lainnya meliputi realisasi keuangan yang dicapai pada periode yang lalu yang disusun dalam bentuk analisis sumber dana maupun penanamannya dimasa yang lalu. Data keuangan dimaksud umumnya sebagai data ”historis”. Informasi mengenai jaminan yang akan diserahkan meliputi jumlah atau dan jenis jaminan seperti aktiva tetap, aktiva tidak tetap, yang terdiri atas persediaan barang maupun piutangnya.
Informasi mengenai jumlah kredit yang diperlukan calon nasabah dikaitkan dengan pembiayaan modal sendiri, sedangkan jangka waktu kredit dikaitkan dengan pendapatan dan angsuran pelunasan kredit. Pemohon kredit diharuskan
(40)
mengisi borang yang telah disediakan bank, yang disebut surat permohonan kredit.
Adapun prosedur kredit untuk bank konvensional tersebut dapat dirincikan sbb : 1). permohonan kredit, Jenis, jumlah dan jangka waktu kredit yang diminta, 2). tujuan penggunaan kredit dan jenis kredit, penyidikan, analisis kredit, 3). rincian penggunaan kredit,
4). sumber dana penggunaan kredit, 5). rencana pelunasan kredit,
6). susunan pengurus / struktur organisasi, seluruh aspek-aspek kredit, 7). hubungan pengurus / perusahaan dengan perusahaan lain,
8). jenis fasilitas yang diterima dari bank, 9). hubungan pemasaran dengan bank,
10). hubungan nasabah dengan giro Jumlah / plafond kredit atau pinjaman, 12). pengalaman perusahaan dibidang usaha sesuai dengan pemohon kredit,
(41)
13). referensi / rekomendasi, permodalan, tenaga kerja, ikhtisar neraca 2 tahun terakhir, rencana kerja, dan nilai jaminan yang disediakan (Rivai & Veithzal, 2006 ; 192).
Layak diteruskan Tidak
Data Kurang Layak diteruskan Tidak
Data Kurang Disetujui Tidak
Data Kurang Ada Masalah Hukum Tidak Dapat diselesaikan
Membahayakan Bank
Gbr 2.1 : Prosedur Pemberian Kredit Sumber : Jusuf (2003) ; 15
Permohonan Kredit
Pengumpulan Data Usaha & Peninjauan Jaminan
Analisa Kredit
Penyelesaian Proposal Kredit
Pengumpulan data lengkap
Pengikatan Kredit & Pengikatan Jaminan
Administrasi Kredit Pencairan Dana atau Pemberian Fasilitas T o l a k P e r m o h o n a n K r e d i t
(42)
b. Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
Proses pemberian pembiayaan murabahah meliputi :
1. Surat Permohonan Pembiayaan
Dalam surat permohonan ini berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk beberapa lama, berapa limit/plafond yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan. Disamping itu surat diatas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain : identitas pemohon, legalitas (akta pendirian/perubahan, surat keputusan menteri, perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).
2. Proses Evaluasi
Dalam menilai suatu permohonan, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat. Proses penilaian dimaksud meliputi :
a. Didasarkan pada surat permohonan yang lengkap
Dengan kata lain, permohonan yang tidak didukung data dan dokumen yang lengkap tidak dapat diproses. Biasanya cepat lambatnya pemrosesan suatu permohonan pembiayaan, terutama ditentukan pada tahap ini. Jika dipaksakan (baik oleh nasabah maupun pimpinan bank), hasil akhirnya sangat riskan, yang kemungkinan besar menimbulkan kerugian dipihak bank dan nasabah yang bersangkutan (Muhammad, 2005 ; 45).
(43)
1). Kantor Pusat/Kantor Wilayah
a). Permohonan dari kantor cabang
b). Unit penilai dikantor pusat / wilayah melakukan review atas permohonan nasabah yang telah dilakukan penilaian oleh kantor cabang
c). Komite Pembiayaan (Kantor Pusat /Wilayah) d). Keputusan
e). Unit Penilai (Kantor Pusat/Wilayah) meneruskan keputusan kantor pusat / wilayah kekantor cabang yang bersangkutan.
f). Keputusan diterima Kantor Cabang, dengan macam keputusan :
(1). Ditolak
Bila permohonan nasabah ditolak, maka keputusan Kanpus/Kanwil tersebut diteruskan kepemohon yang bersangkutan.
(2). Diterima
(a). Persetujuan Kanpus / Kanwil diteruskan kepemohonan (b). Penandatanganan akad
(c). Pengamanan Pembiayaan : Misalnya penutupan asuransi dan pengikatan agunan (jika perlu)
(d). Realisasi (e). Pemantauan
(44)
2). Kantor Cabang
a. Pembuatan nota / memo penilaian oleh unit penilai kantor cabang. b. Proses pengambilan keputusan oleh komite pembiayaan.
c. Keputusan : 1) ditolak
Oleh unit penilai, keputusan ini diteruskan kenasabah pemohon 2) disetujui
a). Oleh unit penilai, keputusan ini dibuatkan surat persetujuan yang memuat persyaratan serta klausula lainnya,
b). Penandatanganan akad pembiayaan, c). Pengamanan Pembiayaan,
d). Pemantauan,
e). Pelunasan / Perpanjangan / tambahan plafond/ dan lainnya.
3. Format Memo / Nota Penilaian
Meliputi antara lain :
a. informasi Umum : Perusahaan, Status Hukum, Pemegang Saham, b. aspek Legalitas : SIUP, TDP, SITU, HO,
c. aspek Manajemen : Struktur organisasi, reputasi perusahaan, independensi, integritas, management policies/practices & control, umur & tingkat kesehatan, gaya manajemen, tipe manajemen, dll
d. aspek Pemasaran : Produk, pemasaran dan kompetisi, e. aspek Sosial Ekonomi : Manfaat perusahaan, dampak lain,
f. aspek Tenaga Kerja : Dapatkah menyerap / mengurangi pengangguran disekitar lingkungan perusahaan,
(45)
g. sspek Teknis : Lokasi usaha, Bangunan, mesin, teknologi, lay out, fasilitas alat-alat perusahaan,
h. aspek Keuangan : Sifat laporan keuangan, kewajaran laporan keuangan, analisa rasio, tingkat pertumbuhan, analisa sumber dan penggunaan dana, proyeksi aliran kas, perhitungan modal kerja, investasi, konsumsi, i. aspek Komersil : Peminat produk, bahan mentah, proses,
j. aspek Jaminan / Agunan : Status kepemilikan, status hukum, nilai taksasi,
k. analisa Resiko : resiko-resiko yang mungkin terjadi serta penanggulangan,
(46)
l. pertimbangan, kesimpulan, saran, keputusan.
Sumber : Zulkifli (2003)
Gbr. 2.2. : Skema Proses Pembiayaan
F. Pengembalian Kredit Konvensional dan Pembiayaan Murabahah 1. Bunga Kredit Pada Bank Konvensional
Teknik perhitungan bunga kredit pada nasabah praktiknya ada beberapa cara yang lazim digunakan, tergantung pada jenis kredit yang diminta nasabah atau jenis kredit yang ditawarkan oleh bank. Setiap teknik perhitungan suku bunga
Permohonan Pembiayaan
Pengumpulan Data & Investigasi
Analisis Pembiayaan
Komite Persetujuan
Pengumpulan Data Tambahan
Pengikatan
Pencairan
(47)
kredit yang manapun yang akan digunakan berbeda satu sama lainnya sehingga untuk kepentingan perencanaan kredit, perlu diperhitungkan dan dipahami secara baik. Dengan demikian perencanaan kredit yang disusun akan lebih realistis dan dapat digunakan sebagai pedoman kerja. Teknik perhitungan suku bunga kredit bank tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Single Interest ; Perhitungan bunga kredit dengan cara ini didasarkan pada
saldo debet dari rekening satu periode keperiode tertentu dan dikalikan dengan suku bunga kreditnya. Rumusannya adalah sebagai berikut :
P P I = M x = x 100 360 MPW
I = K
I = MW x p / k Catatan :
I = Interest M = Modal P = Persentase W = Waktu
K = Konstanta (360 atau 365 hari dalam 1 tahun)
Dengan cara ini, apabila terjadi tunggakan bunga pada periode tertentu, bunga tidak diperhitungkan karena bunga hanya akan dibebankan hanya pada utang pokok saja.
b. Ad on Basis ; menghitung bunga dengan cara ini, pada tahap awal bunga
(48)
perhitungannya dibagi sesuai dengan jangka waktu kredit. Rumusannya adalah sebagai berikut :
M + i (M x n) A =
n Catatan :
A = Angsuran M = Modal
I = Tingkat Suku Bunga Kredit n = Jangka Waktu Kredit
Dengan cara ini, tiap periode pertahun akan diperoleh jumlah angsuran kredit (utang pokok + bunga ) yang sama hingga pinjaman nasabah lunas, meskipun jumlah saldo debetnya dari waktu kewaktu menurun. Cara ini lazim juga disebut dengan flat rate (karena bunganya diperhitungkan pada awal kredit diperoleh). Bunga Flat adalah sistem perhitungan suku bunga yang besarannya mengacu pada pokok hutang awal. Biasanya diterapkan untuk kredit barang konsumsi seperti handphone, home appliances, mobil atau kredit tanpa agunan (KTA). Dengan menggunakan sistem bunga flat ini maka porsi bunga dan pokok dalam angsuran bulanan akan tetap sama. Misalnya besarnya angsuran adalah satu juta rupiah dengan komposisi porsi pokok 750 ribu dan bunga 250 ribu. Maka, sejak angsuran pertama hingga terakhir porsinya akan tetap sama. Yang banyak digunakan oleh bank atau perusahaan leasing ketika nasabah meminta kredit untuk pembelian kendaraan bermotor.
c. Compound Interest ; perhitungan bunga dengan cara ini prinsifnya sama
dengan single interest, yaitu yang didasarkan pada saldo debet selama jangka waktu tertentu. Bila pada periode tertentu terjadi tunggakan bunga, tunggakan
(49)
bunga tersebut juga dibebankan bunga lagi (bunga berbunga). Rumusnya adalah sebagai berikut :
Hn = K (1 + i)n
SnP = (1 + i)n
1 K = Hn
(1 + 1) n
1 AnP =
(1 + 1) n
Hn Hn (1 + i) n = atau SnP = x K K
Catatan :
Hn = Jumlah Pokok Pinjaman + Bunga
K = Jumlah Pokok Pinjaman N = Periode Pinjaman
SnO = Nilai akhir dari satuan modal yang diperbungakan dengan P % selama
n Periode
AnO = Nilai kontan dari satuan modal kerja pada n periode dengan compount
interest p % (persentase)
d. Single Disconto ; perhitungan bunga dengan cara ini kebalikan dari
perhitungan bunga tunggal dimuka. Dengan perhitungan cara ini, bunga dibayar dimuka dan langsung mengurangi jumlah saldo pinjaman yang seharusnya diterima nasabah.
(50)
Pada akhir masa pinjaman, nasabah membayar utang pokok kepada bank secara penuh sesuai nilai nominal pinjaman. Rumusnya adalah sebagai berikut:
P W D = A x x 100 360 P W
T = A x 100 360 T = A (1-N)
Catatan : D : Diskonto A : Nilai Nominal P : Persentase W : Waktu
T : Nilai Tunai
N : Masa/Waktu/Periode
i : Tingkat persentase suku bunga kredit yang berlaku untuk jangka waktu tertentu
Karena bunga diterima dimuka secara efektif, suku bunga diskonto harus lebih besar dari suku bunga kredit tunggal.
e. Rente ; melalui perhitungan dengan cara ini, jumlah besarnya angsuran dan
bunga yang harus dibayar nasabah pada setiap periode jumlahnya sama. Cara ini hampir serupa dengan add on basis tetapi bunga adalah bunga majemuk. Perhitungan bunga cara ini sesuai dengan kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kenderaan bermotor (KKB), dan kredit investasi lainnya. Cara
(51)
perhitungan ini ditujukan untuk kredit yang sekali tarik (aflopend). Rumusnya adalah sebagai berikut :
1 – (R + i) n R = An
i i R = An x
1 – (1 + i) n
Catatan :
R = Besarnya angsuran dan bunga yang harus dibayar setiap tahun An = Besarnya pinjaman
i = Suku Bunga n = Jangka Waktu
f. Bunga Fixed Versus Floating. Suku bunga fixed artinya suku bunga itu
bersifat tetap selama periode tertentu atau bahkan selama masa kredit, sedangkan suku bunga floating, artinya bunga dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar. Jadi jika membandingkan maka flat >< efektif dan
fixed >< floating. Biasanya terdapat kombinasi, yaitu flat-fixed, artinya
bunganya pakai sistem flat dan bersifat tetap selama masa kredit; dan
effective-floating, yaitu menggunakan sistem bunga efektif dan besaran bunga
bisa berubah tergantung kondisi pasar finansial. Perhitungan suku bunga diatas didasarkan pada perhitungan suku bunga kredit yang tetap tarifnya, hingga kredit tersebut dilunasi oleh nasabah. Akan tetapi, bila kondisi moneter dan perekonomian tidak stabil (berfluktuasi) sehingga suku bunga kredit didasarkan pada SIBOR atau LIBOR ditambah dengan persentase tertentu sebagai margin bank. Dengan demikian suku bunga kredit akan berubah dari
(52)
waktu-kewaktu sesuai dengan perkembangan pasar keuangan dan bank akan tetap mendapatkan margin yang sama, meskipun SIBOR atau LIBOR berubah. Secara bisnis cara ini dirasakan cukup adil, baik dari sisi bank maupun dari sisi nasabah, terutama bank akan memperoleh laba yang relatif tetap
Contoh perhitungan kredit metode flat rate dan sliding rate :
Tuan Abdul Wahab mendapat persetujuan kredit investasi senilai Rp. 12.000.000,- untuk jangka waktu 6 bulan. Bunga yang dibebankan sebesar 15 % pa.
Pinjaman Pokok Rp. 12.000.000,-
Cicilan Pokok = = = Rp. 2.000.000,- Bulan Selama Pinjam 6
Metode Flat Rate :
Rp. 12.000.000,- x 15 %
Bunga = = Rp. 150.000,- 12
Total cicilan perbulan dengan metode flat rate adalah : Rp. 2.000.000,- + Rp. 150.000,- = Rp. 2.150.000,-
Metode Sliding Rate :
Cicilan Bunga Bulan Pertama
Rp. 12.000.000,- x 15 %
Bunga = = Rp. 150.000,- 12
Total cicilan bulan pertama adalah :
Rp. 2.000.000,- + Rp. 150.000,- = Rp. 2.150.000,-
Cicilan Bunga Bulan Kedua : Karena bulan pertama sudah membayar
Rp. 2. 000.000,- maka pokok pinjaman menjadi sisa Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,- x 15 %
Bunga = = Rp. 125.000,- 12
(53)
Total cicilan bulan kedua adalah :
Rp. 2.000.000,- + Rp. 125.000,- = Rp. 2.125.000,-
Cicilan Bunga Bulan Ketiga
Rp. 8.000.000,- x 15 %
Bunga = = Rp. 100.000,- 12
Total cicilan bulan ketiga hádala :
Rp. 2.000.000,- + Rp. 100.000,- = Rp. 2.100.000,-
Dan seterusnya sampai bulan keenam
Tabel 2.1. Perhitungan Cicilan Kredit
Bln Sisa Pinjaman
Cicilan Pokok
Flat Rate Sliding Rate Bunga Total
Cicilan Bunga
Total Cicilan
0 12.000.000 0 0
1 10.000.000 2.000.000 150.000 2.150.000 150.000 2.150.000
2 8.000.000 2.000.000 150.000 2.150.000 125.000 2.125.000
3 6.000.000 2.000.000 150.000 2.150.000 100.000 2.100.000
4 4.000.000 2.000.000 150.000 2.150.000 75.000 2.075000
5 2.000.000 2.000.000 150.000 2.150.000 50.000 2.050.000
6 0 2.000.000 150.000 2.150.000 25.000 2.025.000
Total 900.000 12.900.000 525.000 12.525.000
Flat Rate Sliding Rate Jadi terdapat perbedaan yang cukup besar, untuk perhitungan dengan metode flat rate dan sliding rate. Selisih tersebut adalah 12.900.000 dan 12.525.000
g. Bunga Efektif (Sliding Rate) adalah kebalikan dari sistem bunga flat, yaitu
porsi bunga dihitung berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi bunga dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda, meski besaran angsuran per bulannya tetap sama. Sistem bunga efektif ini biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka panjang semisal KPR atau kredit investasi. Sumber dana yang digunakan bank dalam menyalurkan kredit kepada nasabah tidak selalu dana rupiah, tetapi mungkin saja bank akan memperoleh dana valas. Penggunaan dana valas dalam penyaluran kredit rupiah mengandung resiko
(54)
yang besar sebagai akibat perubahan kurs yang tidak diduga sebelumnya. Ketika kredit disalurkan, kurs menunjukkan US $ 1 = Rp. 10.000 dan suatu ketika dalam perjalanan bisa saja terjadi perubahan kurs menjadi US $ 1= Rp. 11.000. dengan demikian, kewajiban nasabah ketika kredit telah jatuh tempo akan meningkat dari perhitungan semula ketika pertama kali nasabah mendapatkan pinjaman dari bank, dimana ketika tiba saatnya nasabah harus mengembalikan pinjaman yang harus dibayar oleh nasabah, tingkat suku bunga (sesuai kesepakatan semula) ditambah karena adanya perubahan kurs sehingga suku bunga kredit yang rill akan jauh lebih besar dari biaya dana itu sendiri. Rumusan ini dapat melindungi bank dari adanya kenaikan kurs valuta asing dengan kurs yang lebih tinggi. Inilah resiko kredit yang dibiayai dengan dana valas. Rumusan tingkat suku bunga tersebut dapat digambarkan berikut ini.
NT Rp. MTA (n)
EIR = x 1 + TB. MTA (n) - 1 NT. Rp. MTA
Catatan :
EI = Effective Interest Rate
NT Rp. MTA = Nilai tukar antara rupiah dengan mata uang asing yang akan diperbandingkan
NT Rp. MTA (n) = Perkiraan nilai tukar antara rupiah dengan mata uang asing yang akan diperbandingkan setelah n hari
TB. MTA (n) = Tingkat suku bunga mata uang asing yang bersangkutan selama n hari
(55)
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh perhitungan bunga kredit. Dalam praktik perbankan, ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam perhitungan bunga kredit kepada para nasabahnya. Masing-masing teknik tersebut menghasilkan perhitungan bunga yang berbeda satu sama lain. Beberapa tata cara perhitungan bunga kredit antara lain sebagai berikut :
1. Tarif bunga efektif (Effective Rate)
Pada sistem ini bank menggunakan bunga tahunan (tahunan atau bulanan) yang dikenakan pada sisa pokok utang (saldo efektif). Cicilan bulanan tetap besarnya dan terdiri dari cicilan pokok utang (principal repayment) dan cicilan bunga. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat contoh soal dibawah ini.
Contoh Soal :
Pada tanggal 1 Januari 2009 Tuan Abdul Wahab meminjam uang di Bank BNI sebesar Rp. 10.000.000,00 untuk jangka waktu 2 tahun dengan asumsi bunga efektif pertahun = 12 % (1 % / Bulan). Angsuran perbulan yang harus dibayar oleh Tuan Abdul Wahab adalah sebagai berikut : (1 + i)n
Anuitas = i x M
(1 + i)n - 1 A : Besarnya anuitas
M : Pinjaman i : Suku Bunga n : Banyaknya anuitas
(1 + 1 %)24
Anuitas / Bulan = 1 % x 10.000.000.00 x = Rp. 470.734.72 (1 + 1 %)24 - 1
Pada kasus ini Tuan Abdul Wahab menerima seluruh uang yang dipinjamnya pada tanggal 1 Januari 2009 mulai membayar cicilan utang pertamanya pada akhir
(56)
bulan Januari 2009. serta dapat dilihat pada tabel dibawah ini angsuran utang yang dibayar Tuan Abdul Wahab kepada bank BNI setiap bulannya dan besarnya bunga kredit yang menurun dari posisi awal pembayaran angsuran utang sampai angsuran pada bulan berikutnya. Hal ini disebabkan oleh sisa pokok utang (outstanding principal ) yang mengecil.
Tabel 2.2 Angsuran Kredit
(Dalam Rp) Bulan
Ke Kredit
Anuitas
Sisa Kredit Bunga (1 % /
Bln)
Angsuran Kredit
1 10.000.000 100.000 370.734 9.629.265
2 9.629.265 96.292 374.442 9.254.823
3 9.254.823 92.548 378.186 8.876.636
4 8.876.636 88.766 381.968 8.494.668
5 8.494.668 84.946 385.788 8.108.880
6 8.108.880 81.088 389.645 7.719.234
7 7.719.234 77.192 393.542 7.325.692
8 7.325.692 73.256 397.477 6.928.214
9 6.928.214 69.282 401.452 6.526.761
10 6.526.761 65.267 405.467 6.121.294
11 6.121.294 61.212 409.521 5.711.772
12 5.711.772 57.117 413.616 5.298.155
Dan seterusnya sampai 24 bulan (hingga total bulan ke 24) yakni :
24 466.073 4.660 466.073 0.00
Total 1.297.633 10.000.000 -
Sumber : Rivai & Veithzal, 2006 : 13
2. Margin Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
Margin adalah keuntungan yang didapat oleh bank dari akad jual beli
diantaranya murobahah, salam, dan istisna, dengan kesepakatan tertentu. Atau sejumlah uang yang merupakan keuntungan yang menjadi hak bank atas transaksi pembiayaan murabahah. Sedangkan harga jual adalah harga beli ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati dalam akad pembiayaan Murabahah dan
tidak dapat berubah selama masa akad. Setelah memperoleh referensi margin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah
(57)
penjumlahan harga beli /harga pokok/harga perolehan bank dan margin keuntungan.
+ =
Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli / pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran di Bank Muamalat dihitung dengan menggunakan metode margin keuntungan annuitas Margin keuntungan annuitas adalah margin keutungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun.
Margin keuntungan = f (plafond) hanya bisa dihitung apabila ada komponen-komponen seperti, jenis perhitungan margin keuntungan, plafond pembiayaan sesuai jenis, jangka waktu pembiayaan, tingkat margin keuntungan pembiayaan, pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun margin keuntungan). Tanggal jatuh tempo tagihan merupakan tanggal yang tidak termasuk dalam perhitungan hari margin keuntungan.
Contoh Perhitungan Margin Keuntungan Anuitas
a). Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100.000.000,-
b). Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun Referensi Margin
Keuntungan
Harga Beli
(Harga Pokok Bank) Harga Jual
(58)
c). Tingkat margin keuntungan setahun. MRJ = 16 % d). k = Angsuran ke 1,2,3,...,... dan seterusnya
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut : a). Pencairan 05-03-2009 sejumlah Rp. 100.000.000,-
Tabel 2.3 Angsuran Pembiayaan
No Tanggal Pokok Margin Keuntungan
1 05-04-2009 APPB (No) AMPB (No)
2 05-05-2009 APPB (2) AMPB (No)
3 05-06-2009 APPB (3) AMPB (3)
12 05-04-2010 APPB (12) AMPB (12) Dimana angsuran (k) =
(1 + MRJ / 12))(k-1)
APPB (k) = Harga Pokok (k) = x PLFNx (MRJ/12)
(1 + MRJ / 12))(JWK) -1
(1 + MRJ / 12))(k-1)
AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) = -1xHargaPokok(k) (1 + MRJ / 12))(JWK)-1
Misalnya kita ingin mengetahui angsuran (3) ketiga : Angsuran Harga Pokok
3. Ketentuan Pembiayaan Murabahah Rukun Murabahah :
a. Penjual b.Pembeli c.Obyek/barang
(59)
d.Harga
e. Ijab qabul
Syarat Murabahah :
a. pembeli harus mengetahui harga pembelian barang yang akan dibeli, b. jumlah keuntungan penjual harus diketahui oleh pembeli,
c. barang yang dibeli harus jelas kriteria, jumlah, ukuran, dan sifat-sifatnya, d. barang yang dijual sudah dimiliki oleh penjual,
e. penjual & pembeli harus saling ridho,
f. penjual & pembeli mempunyai mempunyai kekuasaan & cakap hukum dalam transakai jual beli,
g. sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama,
h. Harga jual tidak boleh berubah sejak aqad sampai dengan pembayaran, i. Jika jual beli dilakukan dengan pembayaran tempo, dan saat jatuh tempo
si pembeli tidak dapat melunasinya, maka harga jualnya tidak boleh ditambah.
Objek Barang :
a. mengenai jenis, misalnya berupa mobil, pesawat,
b. mengenai tipe, misalnya mobil kijang, rumah tipe RSS, dan lain-lain, c. mengenai kualitas,
d. mengenai kuantitas (Berapa jumlah unit atau berat dan lain-lain).
Harga :
a. harus mengetahui dan diketahui oleh kedua belah atau semua pihak, b. bisa dibayarkan pada waktu akad, secara cicilan, atau ditangguhkan pada
(60)
Tujuan margin keuntungan :
a. untuk menarik nasabah atau investor sebanyak mungkin karena baik penentuan keuntungan, besarnya persentase, pembayaran jumlah pembayaran dan eksistensinya berbeda,
b. untuk menjalankan syariat islam dengan baik dalam hal memperoleh keuntungan (margin).
G. Analisis Perbandingan Kredit dan Pembiayaan Murabahah
Perbandingan kredit Bank konvensional dengan Bank syariah yang umum banyak berkembang di masyarakat (Sudarsono, 2005 : 42). Pertama perlu di bahas tentang persamaannya, yakni ada persamaan dalam hal sisi teknis penerimaan uang, persamaan dalam hal mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan maupun dalam hal syarat-syarat umum untuk mendapat kredit dan pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Dalam hal persamaan ini semua hal yang terjadi pada Bank Syariah itu sama persis dengan yang terjadi pada Bank Konvensional, nyaris tidak ada perbedaan. Selanjutnya, mengenai perbedaannya, antara lain meliputi aspek akad, legalitas, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Yang pertama tentang akad dan legalitas. Akad dan legalitas ini merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional. Dalam hal ini bergantung dari aqadnya. Perbedaannya untuk aqad-aqad yang berlangsung pada bank syariah ini hanya aqad yang halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa. Tidak ada unsur riba’ dalam bank syariah ini. Perbedaan selanjutnya yaitu dalam hal struktur organisasi bank. Dalam bank syariah ada keharusan untuk
(61)
memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. DPS ini bertugas untuk mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS biasanya ditempatkan pada posisi setingkat dengan dewan komisaris. DPS ini ditetapkan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setiap tahunnya.
Perbandingan yang lebih dominan antara kredit pada Bank Konvensional dan pembiayaan sistem murabahah pada bank syariah adalah bahwa pada kredit Bank Konvensional memakai sistem dan prinsip bunga atau riba serta memungut bunga dalam persen, sedangkan pada pembiayaan sistem murabahah pada Bank
Syari’ah mengenakan expected of profit (perkiraan keuntungan / margin) dalam
jumlah uang. Dalam memberikan fasilitas kredit / murabahah ini, Bank konvensional dan Syari’ah mengadakan perjanjian terlebih dahulu dengan calon nasabah, yaitu perjanjian kredit atau pembiayaan. Perjanjian kredit atau pembiayaan tersebut merupakan suatu persetujuan antara pihak bank dan nasabah. Dengan adanya perjanjian ini, maka timbul suatu hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab dari masing-masing pihak.
Adapun proses pelaksanaan pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut : 1. bank dan nasabah mengadakan negosiasi dan persyaratan untuk pelaksanaan
kredit atau pembiayaan murabahah,
2. setelah adanya negosiasi dan sesuai dengan persayaratan nasabah, maka selanjutnya bank dan nasabah mengadakan perjanjian kredit atau akad jual beli sesuai dengan permintaan nasabah, sehingga terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak,
(1)
5. Perjanjian Kredit dan Akad Murabahah
Perjanjian kredit dan akad murabahah pada bank konvensional berbeda dengan bank syariah. Analisis kredit dan pembiayaan setiap aplikasi pada umumnya sama (baik Konvensional dan Syariah), hanya ada penekanan khusus pada hal-hal yang bersinggungan dengan aspek syariah. Penerapan asas prudential banking pada ekspansi pembiayaan tetap jadi perhatian.
Didalam Bank Syariah aspek karakter sangat penting dalam pemberian kredit, lain halnya dengan Bank Konvensional yang lebih menekankan aspek jaminan. Bank Syariah tidak mengenal pembiayaan untuk minuman keras, perjudian, prostitusi, pornografi, paganistik, peramalan, dan usaha yang haram lainnya. Pembiayaan didalam Bank Syariah harus halal, dalam arti bersih dari riba, tanpa spekulasi, transparan, keuntungan wajar dan adil, jujur dan benar.
Lain halnya dengan Bank Konvensional yang dapat memberikan kredit pada semua aspek kegiatan dan usaha tanpa batas tertentu dan tidak memandang halal atau haram dari usaha tesebut. Didalam perjanjian kredit pada bank Bank Konvensional memakai sistem bunga dalam memperoleh keuntungan sedangkan pada bank Bank Syariah memakai sistem bagi hasil atau margin dalam memperoleh keuntungan yang ditetapkan didalam akad murabahah.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah membahas teori dan menganalisa hasil penelitian pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Cabang Medan dan PT. Bank Muamalat, Tbk Cabang Medan, maka pada bab ini akan dibuat beberapa kesimpulan
1. Prosedur pemberian kredit dan pembiayaan murabahah PT BNI tidak jauh berbeda antara kredit konvensional dan pembiayaan murabahah bank syariah, hanya paling dominan pada aspek akad, jaminan dan karakter nasabah.
2. Pemberian kredit bank konvensional memberatkan nasabah karena besarnya persentase bunga tergantung dari jumlah uang yang dipinjamkan sedangkan bank syariah besarnya bagi hasil tergantung pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
3. Perhitungan Margin keuntungan dari pembiayaan murabahah ditetapkan diawal akad dan tidak berubah persentase margin keuntungannya sampai berakhirnya akad murabahah, perhitungan Bunga kredit didalam peraturan Bank BNI terbagi tiga yakni flat rate, effectif rate, fix and floating hingga dapat terjadi ketidak pastian dari tingkat suku bunga. 4. Pada bank konvensional, kredit yang digunakan adalah berdasarkan akad
pinjaman, dimana nasabah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut beserta bunganya di masa yang akan datang, sedangkan pada bank dengan prinsip syariah, konsep bunga sama sekali
(3)
dihindarkan, melainkan menggunakan sistem bagi hasil yang tidak ditentang atau bertentangan dengan agama.
5. Dalam Bank Konvensional (Bank Negara Indonesia), utang nasabah adalah sebesar pokok kredit ditambah dengan bunga. Bila dibayar secara angsuran, utang nasabah akan berkurang sebesar pokok kredit dan pembayaran bunga jadi perbankan konvensional ada yang disebut utang pokok dan utang bunga. Sedangkan dalam Bank Syariah (Bank Muamalat Indonesia) yaitu jual beli murabahah, utang nasabah adalah sebesar harga jual. Harga jual adalah harga perolehan/pembelian barang ditambah keuntungan yang disepakati. Apabila nasabah mengangsur utangnya, utang nasabah itu akan berkurang sebesar pembayaran angsuran yang dilakukan, jadi tidak membedakan lagi unsur pokok dan keuntungan.
6. Tujuan kredit yang diperlukan nasabah dibank syariah tidak boleh bertujuan untuk hal-hal yang melanggar syariah islam (atau hal-hal yang haram), dan nasabah yang meminjam di bank konvensioal tidak ditetapkan halal haramnya (bebas berkontrak dalam segala objek).
B. SARAN
1. Disarankan kepada Bank Muamalat agar lebih gencar lagi mempromosikan produk pembiayaan agar masyarakat mengetahui kelebihan pembiayaan di bank syariah dan produk – produk yang ada di bank syariah.
(4)
2. Disarankan kepada Bank Konvensional dan Bank Syariah untuk dapat mensosialisasikan prosedur pemberian kredit dan pembiayaan dalam berbagai sektor kepada khalayak ramai (masyarakat luas) agar masyarakat tahu dan memahami cara-cara memperoleh kredit atau pembiayaan.
3. Disarankan kepada pegawai bahagian Analisis Kredit / Pembiayaan dan penyelia pemasaran PT BNI (Persero) Tbk dan PT. Bank Muamalat Tbk untuk dapat lebih kreatif lagi dalam menyalurkan kredit kedalam beberapa sektor, agar masyarakat yang belum mengenal produk kredit BNI akan dapat memahami prosedur pemberian kredit BNI
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Zulkifli. 2003, Manajemen Sistem Informasi, Gramedia, Jakarta. Amin, A.Riawan. 2003, Bank Syariah Sebagai Solusi Yang Berkadilan Dan
Berkerakyatan, Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2005, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Jusuf, Jopie. 2003, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Kasmir . 2004, Manajemen Perbankan, Ed. 1. Cet ke 5. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir. 2003, Dasar-dasar Perbankan, Ed.1. Cet ke 2. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M. Iqbal, Hasan. 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Muchdarsyah Sinungan.2000, Strategi Manajemen Bank, Edisi Revisi, Rineka Cipta. Jakarta.
Muhammad. 2005, Manajemen Dana Bank Syariah, Edisi I, Cet. Ke 2, Ekonisia, Yogyakarta.
Mulyono, Teguh Pudjo.1999, Manajemen Perkreditan, BPFE UGM, Yogyakarta. Rahmat Firdaus, 2001,Kredit Bank Konvensional, Gema Insani, Jakarta.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006, Bank dan lembaga keuangan lain, Edisi 2 Salemba Empat, Jakarta.
Sudarsono, Heri. 2005 Bank dan Lembaga Keuangan Syaria, deskripsi dan iluustrasi, Cetakan ke 3, Ekonisia, Yogyakarta.
Sugiono. 2007, Metopel Bisnis, Cetakan ke 10 CV. Alfabeto, Bandung. (UU No 10 Thn 1998 dan UU No 21 Thn 2008).
Veithzal, Andria, dan Ferry N. Idroes. 2007, Bank and Financial Institution Management, Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
(6)
Wahab, Abdul. 2006, Analisis Perbandingan Prosedur Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional. (Studi Kasus Pada PT. Bank BNI Medan), Skripsi, USU, Medan (Tidak dipublikasikan).
Wiroso, SE, MBA.2005, Jual Beli Murabahah, UII Press, Yogyakarta. Zainul Arifin. 2006, Bank dan Lembaga keuangan, Gema Insani. Jakarta.
http sayriah. Diakses oleh Khairuriza. Tanggal 28 Juli 2010.
http :// kamale.wordpress.com/2006/06/15/bank syariah-dan-bank umum. Diakses oleh Khairuriza. Tanggal 28 Juli 2010.
http ://grhoback.blogspot.com/2010/05/landasan-hukum-bank-syariah.html. Tanggal 28 Juli 2010.