EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA:(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015).
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015)
TESIS
Diajukan Sebagai Bagian dan Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling
Oleh
Feida Noor Laila Istiadah 1201138
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF
DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
Feida Noorlaila Istiadah
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Sekolah Pasca Sarjana
© Feida Noorlaila Istiadah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
FEIDA NOORLAILA ISTIADAH 1201138
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I
Prof. Dr. Rochman Natawidjaja NIP.130183131
PEMBIMBING II
Dr. Euis Farida, M.Pd. NIP. 19590110 198403 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004
(4)
v Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Feida Noorlaila Istiadah (2015). Efektivitas Teknik Pelatihan Asertif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015).
Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi di lapangan masih ditemukannya siswa yang kurang bisa mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi, cenderung diam apabila diberikan kesempatan untuk bertanya, tidak bisa mengatakan “tidak” terhadap permintaan orang lain, dan juga sering terjadi kesalahpahaman dalam kelompok teman sebaya sehingga menimbulkan pertengkaran. Komunikasi Interpersonal pada siswa perlu ditingkatkan karena mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam berhubungan dengan orang lain, oleh karena itu perlu diterapkan suatu teknik bimbingan dan konseling yang tepat agar mampu meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi interpersonal adalah dengan menerapkan teknik pelatihan asertif. Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keefektifan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian menggunakan non equivalent control group. Terdapat dua kelompok yang dipilih secara purposif yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan posttest. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal siswa dikumpulkan melalui angket. Data dianalisis dengan Uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan secara umum komunikasi interpersonal siswa SMK Assaabiq tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori sedang. Artinya, memperlihatkan intensitas komunikasi interpersonal yang relatif cukup. Dalam penelitian ini Teknik pelatihan asertif efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq tahun ajaran 2014/2015.
(5)
vi Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Feida Noorlaila Istiadah (2015). The Effectiveness of Assertive training techniques to
improve Student’s interpersonal Communication (Quasi Experimental Research on
XI Class of SMK Assabiq in Academic Year 0f 2014/2015.
This research is held based on the fact that a few students have difficulties to express their opinion in a discussion forum. The students tend to be silent while the opportunity to ask
questions has been given, the students unable to say “no” or to reject other student’s will,
and misconceptions among peer members of discussion group may often lead to a conflict.
Moreover, student’s interpersonal communication has to be improved because it has an
important role in daily life, particularly on social interaction. Therefore, a proper technique
of guidance and counseling is necessary applied in order to improve student’s interpersonal
communication. Assertive training techniques application is one of the ways to improve
student’s interpersonal communication. This research aims to find the result of assertive
training techniques application on student’s interpersonal communication improvement. This
research is a quasi experimental research. Research design of non-equivalent control group is used in this research. Two groups are selected purposively, there are experiment group and control group. Both groups obtain pretest and posttest. The instruments are collected
through questionnaires in order to find student’s interpersonal communication improvement’s result. The data is analyzed by using T-test. In general, the result of this
research shows that student’s interpersonal communication of SMK Assabiq in academic
year of 2014/2015 is in the middle category. In other words, the result shows standard intensity of interpersonal communication. The conclusion of this research shows that
assertive training technique effectively improves student’s interpersonal communication of
SMK Assabiq in academic year of 2014/2015.
(6)
vii Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Struktur Organisasi Tesis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1Pelatihan Asertif ... 9
2.1(1) Pengertian Asertif ... 9
2.1(2) Aspek Perilaku Asertif... 12
2.1(3) Ciri-ciri Perilaku Asertif ... 14
2.1(4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif ... 15
2.1(5) Karakteristik Perilaku Asertif ... 16
2.1(6) Perilaku Asertif Berdasarkan Kebudayaan... 18
2.1(7) Pengertian Pelatihan Asertif ... 19
2.1(8) Tujuan dan Prosedur Pelatihan Asertif ... 20
2.1(9) Sesi Pelatihan Asertif... 22
2.1(10) Tahapan dan Formula Membangun asertif ... 25
2.1(11) Manfaat Pelatihan Asertif ... 27
(7)
viii Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2.2(1) Pengertian Komunikasi ... 27
2.2(2) Elemen-elemen Komunikasi ... 28
2.2(3) Proses Komunikasi ... 29
2.2(4) Jenis-jenis Komunikasi ... 32
2.2(5) Pengertian Komunikasi Interpersonal... 33
2.2(6) Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 35
2.2(7) Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 37
2.2(8) Komponen Komunikasi Interpersonal ... 41
2.2(9) Proses Komunikasi Interpersonal ... 42
2.2(10) Karakteristik Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 42
2.2(11) Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal... 45
2.2(12) Komunikasi Interpersonal pada Masa Remaja ... 46
2.2(13) Peranan BK dalam Komunikasi Interpersonal... 49
2.3Penelitian Terdahulu... 50
2.4Asumsi Penelitian ... 51
2.5Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
3.1Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian... 52
3.2Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian... 53
3.3Definisi Operasional Variabel ... 55
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.5Instrumen Penelitian ... 58
3.6Ujicoba Instrumen Penelitian ... 61
3.7Langkah-langkah Penelitian ... 68
3.8Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73
4.1Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 73
(8)
ix Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 4.1(1.1) Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa
Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 ... 73
4.1(1.2) Analisis Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Siswa yang Memiliki Komunikasi Interpersonal ... 81
4.1(1.3) Rancangan Intervensi Pelatihan Asertif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa ... 86
4.1(1.4) Pelaksanaan Intervensi Teknik Pelatihan Asertif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa ... 88
4.2Efektifitas Teknik Pelatihan Asertif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa ... 88
4.3Keterbatasan Penelitian ... 96
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 97
5.1Simpulan ... 97
5.2Implikasi ... 97
5.3Rekomendasi ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN
(9)
x Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 53
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas XI SMK Assaabiq ... 54
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 58
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Siswa (SebelumUjiCoba) ... 59
Tabel 3.5 Ketentuan Pemberian Skor... 61
Tabel 3.6 Hasil Judgment Angket ... 62
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas ... 63
Tabel 3.8 Klasifikasi Rentang Koefisien Reliabilitas... 64
Tabel 3.9 Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 64
Tabel 3.10 Kisi-kisi Angket Komunikasi Interpersonal Siswa (SetelahUjicoba) ... 65
Tabel 3.11 Kategori Komunikasi Interpersonal Siswa ... 69
Tabel 3.12 Makna Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Siswa ... 69
Tabel 3.13 Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 ... 71
Tabel 4.1 Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 ... 76
Tabel 4.2 Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 pada Setiap Aspek... 76
Tabel 4.3 Karakteristik Komunikasi Interpersonal Siswa ... 81
Tabel 4.4 Rancangan Teknik Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Komunikasi InterpersonalSiswa ... 86
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data (Pretest) ... 89
(10)
xi Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7 Uji Homogenitas (Pretest) ... 92
Tabel 4.8 Uji Homogenitas(Posttest) ... 92
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Selisih Uji t (Pre-post) Kelas Eksperimen ... 93
Tabel 4.10 Perbandingan Skor komunikasi interpersonal (Pre-Post) ... 94
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 ... 73
Grafik 4.2 Gambaran Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 Pada Setiap Aspek ... 74
Grafik 4.3 Gambaran Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Secara Umum dan Pada Setiap Aspek ... 75
Grafik 4.3 Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 89
Grafik 4.4 Uji Normalitas Kelas Kontrol... 90
(11)
xii Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Administrasi Penelitian ... Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... Lampiran 3.Data Penelitian ... Lampiran 4. Program Intervensi ... Lampiran 5. Dokumentasi ...
(12)
1 Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu PENDAHULUAN
Pada bab satu yaitu pendahuluan, membahas hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.
1.1Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan dengan manusia lainnya tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mengetahui gejala di lingkungannya, menuntut manusia untuk berkomunikasi. Menurut Watzlawick (Koprowska, 2008, hlm. 6) seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi. Seseorang akan terisolasi jika kurang berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. Komunikasi bisa dikatakan sangat menentukan proses berlangsungnya kehidupan manusia karena komunikasi sebagai sarana untuk berhubungan antar sesama manusia. Bahkan menurut Everett Kleinjan (Cangara, 1998, hlm. 1) komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup ia perlu berkomunikasi. Menurut Mulyana (2001, hlm. 3) komunikasi merupakan proses penyampaian informasi melalui perilaku verbal dan non verbal.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Karena peranannya sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa, maka pada masa ini terjadi berbagai gejolak. Gejolak atau kemelut ini terutama berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual, juga moral. Hal ini terjadi karena adanya perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat dan mengganggu kestabilan kepribadian siswa. Perubahan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu pada masa yang akan datang (Budiamin, 2006, hlm. 46-47). Menurut Dumbar (Hurlock, 1998, hlm. 192) reaksi afektif terhadap perubahan siswa terutama ditentukan oleh kemampuan
(13)
2
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
berkomunikasi, yakni cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan. Komunikasi dalam hal ini sangat berperan penting dalam kehidupan siswa dan juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian siswa. Apabila siswa mampu berkomunikasi dengan baik di lingkungannya maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi, perasaan,dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan, dan konflikpun dapat dihindari. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan.
Remaja yang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi di lingkungannya mengakibatkan tidak diterima, ditolak, dikucilkan, diabaikan. Kegagalan melakukan komunikasi dengan orang lain akan membuat remaja semakin kesulitan dalam melakukan interaksi yang lebih luas. Sehingga cenderung menarik diri dan melakukan tindakan agresif. Sedangkan remaja yang berhasil melakukan komunikasi dengan baik dan efektif akan memberikan dampak yang baik pula pada dirinya sendiri, prestasi, hubungan social dan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Williams dan Zadiro (Hargie, 2005, hlm. 1) jika seseorang tidak dapat terlibat secara bermakna dengan yang lainnya atau dikucilkan oleh mereka, hasilnya sering kesepian, ketidakbahagiaan dan depresi.
Penelitian yang dilakukan oleh Segrin dan Flora (Hargie, 2005, hlm. 2) menunjukan bahwa seseorang yang mempunyai komunikasi yang baik dalam kehidupannya mempunyai level yang paling tinggi dalam mengatasi stres, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dan lebih kecil kemungkinan untuk menderita depresi, kesepian atau kecemasan. Bentuk komunikasi yang efektif dilakukan yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Brooks (Hargie, 2005, hlm. 12) merupakan proses mencari informasi, pemaknaan, dan perasaan yang ditunjukan oleh seseorang baik pesan secara verbal maupun non verbal. Tingkatan dan konteks komunikasi interpersonal mewakili satuan terkecil interaksi manusia sebelum beranjak ke dalam tingkatan dan berbagai jangkauan
(14)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yaitu komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik, dan komunikasi massa.
Pada penelitian ini komunikasi yang akan dibahas ialah komunikasi interpersonal. karena komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling sering dilakukan oleh siswa untuk mencari informasi. Komunikasi interpersonal sangatlah penting dalam kehidupan siswa. Karena sebagai individu yang sedang mencari jati diri, sering kali siswa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Siswa yang kurang memiliki kemampuan berkomunikasi interpersonal akan merasa rendah diri saat akan mengungkapkan pendapatnya. Siswa yang malu mengungkapkan pendapatnya mungkin saja merupakan siswa yang pintar, namun karena kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal, takut bertanya kepada gurunya sehingga kurang menonjol dikelasnya. Dalam situasi yang lain, siswa yang kurang mampu untuk berkomunikasi interpersonal dengan orang lain dapat membuat siswa tersebut merasa malu untuk memulai suatu hubungan pertemanan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis ketika mengajar di SMK Assabiq dan juga hasil wawancara dengan guru mata pelajaran mengenai komunikasi interpersonal ditemukan masih banyak siswa yang kurang bisa mengungkapkan pendapatnya dalam situasi diskusi, cenderung diam apabila diberikan kesempatan untuk bertanya hal tersebut dapat terlihat saat pelajaran berlangsung atau pada saat bimbingan klasikal, tidak bisa mengatakan “tidak” kepada temannya apabila keberatan pada sesuatu hal misalnya dalam hal membolos sehingga siswa hanya mengikuti apa yang dikatakan temannya dan takut mengatakan hal yang mengganjal dihatinya, adanya kesalahpahaman di dalam kelompok teman sebaya sehingga menimbulkan pertengkaran dapat terlihat pada saat berbicara dengan temannya, selain itu juga masih banyak siswa yang kurang bisa mengkomunikasikan pembicaraannya secara tepat dan jelas kepada orang lain sehingga menimbulkan kesalahan dalam menyampaikan informasi.
Fenomena yang serupa terjadi di lapangan seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Trisnaningtyas dan Nursalim (2010, hlm. 2) di SMP N 1 Krian
(15)
4
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sidoarjo tentang komunikasi interpersonal siswa, dipaparkan permasalahan siswa yang berhubungan dengan komunikasi, dapat diketahui bahwa perilaku siswa kelas VIII-D memiliki permasalahan mengenai hubungan interpersonalnya di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya. Dari pengamatannya terbukti ada sebagian siswa yang masih tidak bertegursapa terlebih dahulu ketika bertemu dengan guru, sulit mengawali dan mengakhiri pembicaraan dengan orang yang lebih tua, sulit mengatakan “tidak” apabila mereka keberatan akan sesuatu hal, dan masih banyak siswa yang sulit mengungkapkan pendapat ketika dalam situasi diskusi atau pembelajaran.
Fenomena permasalahan yang dialami siswa pada umumnya disebabkan siswa tersebut masih kurang memiliki kemampuan melakukan komunikasi dengan orang lain terutama di lingkungan sekolah. Hal ini dapat menyebabkan siswa sulit untuk beradaptasi secara langsung, tidak mampu untuk menyatakan “tidak”, sulit membuat permintaan maaf serta kurang bisa mengekspresikan perasaan secara penuh kepada orang lain. Permasalahan tersebut sesuai dengan pendapat Supratiknya (1995, hlm. 52) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam hubungan antar pribadi adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan secara efektif. Aneka masalah dalam komunikasi muncul bukan karena perasaan yang kita alami sendiri, melainkan gagal mengomunikasikannya secara efektif. Menurut Jhonson (Supratiknya, 1995, hlm.52) akibat yang timbul apabila perasaan tidak di komunikasikan secara konstruktif antara lain dapat menciptakan masalah dalam hubungan pribadi, dapat menyulitkan kita dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang timbul dalam hubungan antar pribadi, apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja akan berpengaruh terhadap hubungan sosial siswa serta dapat mempengaruhi prestasi akademik maupun non akademik siswa.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara umum bertujuan untuk membantu siswa dalam mengenal dan menerima dirinya, mengenal dan menerima lingkungan secara positif, serta mampu mengambil keputusan sesuai dengan keadaan dirinya. Mengingat begitu pentingnya keterampilan komunikasi
(16)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
interpersonal bagi siswa dalam upaya meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain serta prestasi akademik dan non akademik siswa, sehingga perlu adanya bantuan kepada siswa untuk menunjang hubungan interpersonal dengan orang lain. Berdasarkan kajian literatur di dalam bimbingan konseling terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, salah satu metode yang direkomendasikan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal yaitu dengan pelatihan asertif. Zastrow (Nursalim 2005, hlm. 129) menyatakan bahwa pelatihan asertif dirancang untuk membimbing manusia menyatakan, merasa dan bertindak pada asumsi bahwa mereka memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri dan untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas.
Menurut Khan (Nursalim, 2005, hlm. 127), orang yang bertindak tidak asertif dapat menjadi pasif atau agresif jika menghadapi tantangan. Dalam perilaku agresif individu memberikan respon sebelum orang lain berhenti berbicara, berbicara dengan keras, dan sebagainya. Sebaliknya perilaku individu yang pasif, individu tampak ragu-ragu, berbicara dengan pelan, memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaannya sendiri, dan sebagainya. Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif.
Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang Memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut, dapat berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah orang yang terlalu mudah mengalah atau lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, dan sulit mengadakan komunikasi dengan orang lain.
(17)
6
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam hubungan dengan orang lain seseorang diharapkan dapat berperilaku asertif artinya seseorang mampu mengekspresikan dirinya secara terbuka tanpa menyakiti atau melanggar hak-hak orang lain, maupun mempertahankan dan meningkatkan penguat dalam situasi interpersonal melalui suatu ekspresi perasaan atau keinginan. Latihan asertif pada dasarnya merupakan suatu strategi terapi dalam pendekatan perilaku yang digunakan dalam mengembangkan perilaku asertif pada seseorang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal dalam membina hubungan dengan orang lain, dimana latihan asertif ditetapkan pada penggunaan keterampilan bagi individu yang mengalami ketidakmampuan dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.
Dengan demikian penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Efektivitas
Teknik Pelatihan Asertif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa kelas XI SMK Assaabiq Singaparna”.
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah
Memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik akan memudahkan seorang siswa dalam mengutarakan gagasan, ide, atau pendapat dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya, berangkat dari fenomena yang telah dijelaskan pada latar belakang, di SMK Assaabiq Singaparna masih ada siswa yang kurang memiliki kemampuan dalam komunikasi interpersonal dengan orang lain. Contohnya dalam hal diskusi di kelas masih ada siswa yang kurang bisa mengungkapkan pendapatnya, apabila diberikan kesempatan untuk bertanya siswa cenderung diam, sering terjadi pertengkaran dalam kelompok teman sebaya dikarenakan adanya kesalahpahaman antara siswa, dan juga terjadi kesalahan dalam menyampaikan informasi antara siswa dikarenakan siswa kurang bisa mengkomunikasikan pembicaraannya secara tepat dan jelas kepada orang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah terutama yang berhubungan dengan komunikasi, keluhan yang paling banyak dari guru mata pelajaran dan wali kelas adalah siswa kurang bisa mengkomunikasikan dan
(18)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengekspresikan ide, pendapat, pemikirannya kepada orang lain secara tepat, jelas, dan efektif.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah teknik pelatihan asertif efektif digunakan dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa?”
Secara operasional permasalahan dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimana gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Singaparna Tahun Ajaran 2014/2015?
b. Bagaimana rancangan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa?
c. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi interpersonal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan teknik pelatihan asertif?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keefektifan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.
1.4Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara sistematis dan terukur khususnya mengenai peningkatan komunikasi interpersonal siswa melalui pelatihan asertif.
b. Manfaat praktis
Selain dilihat dari manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan berguna bagi beberapa pihak yaitu:
(19)
8
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sebagai tambahan pengetahuan bagi guru bimbingan dan konseling dalam upaya memberikan layanan bimbingan atau layanan pembelajaran secara tepat. Dengan layanan bimbingan dan layanan pembelajaran secara tepat, maka akan memberikan peningkatan bagi para siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah.
2. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai patokan dalam mengembangkan dan menyempurnakan penelitian mengenai komunikasi interpersonal baik di jenjang yang sama maupun di jenjang yang berbeda.
1.5Struktur Organisasi Tesis
Bab I pendahuluan, berisi tentang latar belakang penelitian mengenai teknik pelatihan asertif dan komunikasi interpersonal, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, manfaat penelitian sebagai hasil apa yang akan diperoleh setelah melakukan penelitian, struktur organisasi penelitian yang menjelaskan rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab. Bab II kajian pustaka, berisi tentang konsep dan teori mengenai teknik pelatihan asertif dan komunikasi interpersonal, penelitian terdahulu yang relevan, lalu asumsi atau kerangka pemikiran untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian dan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Bab III metode penelitian menjelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis penelitian, dan Prosedur Penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan membahas deskripsi hasil penelitian, rancangan program, pelaksanaan intervensi, keefektifan penggunaan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V kesimpulan dan saran menjelaskan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan penelitian termasuk didalamnya terdapat saran atau rekomendasi.
(20)
52
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga yaitu metode penelitian, membahas hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan, metode dan desain penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, ujicoba instrumen penelitian, langkah-langkah penelitian, serta teknik analisis data.
3.1Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yakni pendekatan penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan menggunakan analisis statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Penelitian eksperimen menurut Creswell (2012, hlm. 229) mengungkapkan bahwa penelitian eksperimen bermaksud meneliti ide (suatu praktek atau prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variabel dependen. Desain penelitian menggunakan non equivalent control group design (Sugiyono, 2009, hlm. 116).
Alasan peneliti memilih penelitian kuasi eksperimen karena suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan dalam eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok adalah kelompok eskperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan seperti keadaan biasanya. Dengan pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih penelitian kuasi eksperimen. Dasar
(21)
53
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
lain peneliti menggunakan penelitian kuasi eksperimen karena penelitian ini termasuk penelitian sosial.
Dalam desain penelitian ini, terdapat pengontrolan terhadap kelompok kontrol atau pembanding, adanya pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (non random) yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan posttest. Perbedaan hasil dalam variabel dependen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menunjukkan efektif atau tidaknya perlakuan yang diberikan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X1 O
Kontrol O -- O
Keterangan :
X1 : Latihan Asertif O : Pretest-posttest
3.2Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMK Assaabiq Singaparna Jl. Borolong No. 175 Cipakat Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 6 kelas. Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di SMK Assaabiq Singaparna diantaranya adalah:
1. Siswa kelas XI merupakan bagian dari remaja tengah yang perkembangan komunikasi interpersonalnya terutama kepada teman sebaya sangat penting pada masa tersebut.
(22)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Siswa kelas XI merupakan siswa yang sudah melalui serangkaian proses interaksi cukup lama dengan teman sebaya di lingkungan sekolah.
3. Siswa kelas XI merupakan bagian dari masa pertengahan remaja (pubertas) yang berada dalam kondisi emosi yang labil karena pada tingkatan kelas ini siswa merasa dirinya mempunyai otoritas atau kekuasaan lebih terhadap sekolah apalagi terhadap adik kelas.
Berikut keseluruhan populasi dari siswa kelas XI SMK Assaabiq Singaparna pada tiap kelasnya tersaji pada Tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2
Jumlah Populasi Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Singaparna Tahun Ajaran 2014/2015
Kelas Jumlah Siswa
XI RPL 19
XI TKJ-1 25
XI TKJ-2 24
XI TSM 40
XI AK 35
XI AP 32
TOTAL175
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposif yaitu teknik penentuan sampel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan atau pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar (Arikunto, 2006, hlm. 139).
(23)
55
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kriteria pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrolnya berdasarkan pada pengambilan sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai dengan struktur penelitian, kriteria yang dimaksud adalah: 1) perolehan nilai kemampuan komunikasi interpersonal yang sama atau
mendekati (homogen).
2) kelompok belajar dengan jumlah peserta didik yang sama atau tidak jauh berbeda.
3) Kelompok belajar dengan jurusan yang sama atau tidak jauh berbeda.
3.3Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pelatihan asertif sebagai variabel bebas (X) dan komunikasi interpersonal sebagai variabel terikat (Y).
1. Pelatihan Asertif
Willis (2004, hlm. 72) menjelaskan bahwa pelatihan asertif merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Menurut Corey (2009, hlm. 87) perilaku asertif adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan. Langsung artinya pernyataan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat terfokus dengan benar. Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan apa yang diarahkannya. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku tersebut juga memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak mementingkan dirinya sendiri. Bishop (2010, hlm.1) berpendapat bahwa:
Menjadi asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan percaya diri tanpa harus menunjukkan perilaku pasif, agresif, atau manipulatif yang meliputi kesadaran diri yang besar untuk mengenal, menyukai dan bertanggung jawab secara nyata terhadap diri sendiri. Hal ini adalah tentang meningkatkan keterampilan individu untuk lebih dapat berkomunikasi secara efektif, mengendalikan stress melalui penanganan masalah yang lebih baik dan pilihan untuk mampu mengekspresikan
(24)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kebutuhan, pendapat, atau perasaan, tanpa mendominasi, mengeksploitasi atau perasaan terpaksa karena harus melawan keinginan sendiri.
Merujuk pada beberapa pengertian di atas, maka pelatihan asertif dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk keterampilan yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling (peneliti) untuk melatih individu mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dipikirkan kepada orang lain, dengan tetap menghormati hak dan perasaan orang lain.
Tujuan pelatihan asertif dalam penelitian ini adalah untuk melatih individu mengungkapkan pendapatnya, mengemukakan apa yang dirasakan dan menyesuaikan diri dalam berinteraksi tanpa adanya rasa cemas karena setiap orang mempunyai hak untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya.
2. Komunikasi Interpersonal
Menurut Montgomery (2006, hlm. 57) komunikasi interpersonal terjadi ketika dua orang atau lebih berinteraksi dengan cara melibatkan perilaku verbal dan nonverbal, pertukaran interpersonal, dan penggunaan perilaku yang sesuai dengan tujuan spesifik dari interaksi komunikatif, hasil yang diinginkan adalah perubahan dalam sikap, perilaku, atau keyakinan dari interactant (orang dengan siapa kita berkomunikasi), dan mungkin resolusi yang konstruktif. Brooks (Hargie, 2005, hlm. 12) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses mencari informasi, pemaknaan dan perasaan yang ditunjukan oleh seseorang baik pesan secara verbal maupun non verbal.Sedangkan komunikasi interpersonal menurut Hartley (1999, hlm. 21) merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun nonverbal, dan tidak hanya dengan apa yang dikatakan (bahasa) tetapi bagaimana dikatakan (nonverbal seperti nada suara dan ekspresi wajah).
(25)
57
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Merujuk pada beberapa pengertian diatas, komunikasi interpersonal dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam proses mencari informasi yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung baik verbal maupun non verbal dan hasil yang di inginkannya yaitu perubahan sikap, perilaku atau keyakinan seseorang.
Aspek komunikasi interpersonal yang diungkap dalam penelitian ini mengacu pada komponen-komponen komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Hartley (1999, hlm. 53-60) yaitu:
a. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
Komunikasi nonverbal yang dimaksud seperti ekspresi wajah, tatapan mata, gesture, nada suara, penampilan).
b. Penguatan (reinforcement)
Penguatan yang dimaksud seperti pemberian pujian dan dukungan kepada orang lain.
c. Bertanya (questioning)
Bertanya dalam hal ini maksudnya seseorang bertanya dengan jelas pada waktu yang tepat. Seperti mengajukan pertanyaan terbuka dengan membolehkan seseorang untuk menjawab apapun yang dipikirkannya, dan pertanyaan tertutup dengan bertanya untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik. Pertanyaan terbuka mendorong seseorang untuk berbicara dan mengembangkan pembicaraan. Sedangkan pertanyaan tertutup mendorong seseorang untuk memberikan jawaban singkat. d. Merefleksikan (reflecting)
Merefleksikan dalam hal ini maksudnya bertindak sebagai isyarat bagi mereka untuk menjelaskan atau memperpanjang apa yang baru saja dikatakan.
e. Membuka dan Menutup (opening and closing)
Hal ini mengacu kepada cara dimana kita mengembangkan dalam memulai dan menutup interaksi.
(26)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sikap ini berhubungan dengan mendengarkan yang efektif (effective listening) dengan melibatkan komunikasi tubuh dan pemikiran internal.
g. Keterbukaan diri (self-disclosure)
Keterbukaan diri mengacu pada proses membagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan angket dalam pengumpulan datanya. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data Jenis data Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen
Siswa Kemampuan
komunikasi interpersonal siswa
Pretest dan posttest
Angket, wawancara, dokumentasi
3.5Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket tertutup dalam bentuk checklist yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda checklist pada kolom jawaban yang sesuai (Arikunto, 2005, hlm. 27). Angket yang digunakan yaitu angket pengungkap komunikasi interpersonal siswa, untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah mengikuti
(27)
59
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
pelatihan asertif. Dimana skala penilaiannya menggunakan skala pengukuran yang disusun oleh peneliti.
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen komunikasi interpersonal siswa dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen berisi pernyataan–pernyataan mengenai komunikasi interpersonal merujuk pada aspek-aspek yang dikembangkan oleh Hartley (1999, hlm. 21-27) yaitu komunikasi non verbal, penguatan, bertanya, merefleksikan, membuka dan menutup, pendengar yang aktif, dan keterbukaan diri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket Pengungkap Komunikasi Interpersonal Siswa di Sekolah (Sebelum Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator Nomor
Item ∑ + -
Komunikasi Interpersonal siswa di sekolah
1. Komunikasi non verbal (non verbal communication)
a. Menunjukan ekspresi sesuai dengan perasaannya b. Menunjukan arah pandangan mata dalam
berkomunikasi terhadap lawan bicara
c. Menunjukan penampilan rapi dan sopan
d. Menyesuaikan nada suara dengan tepat 1,2 ,3 5 7,8 ,9 12, 13 4 6 10, 11 14 4 2 4 3
2. Penguatan (reinforcement)
a. Mampu
memberikan pujian kepada orang lain
15, 16, 17,
(28)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu b. Mampu
memberikan dukungan kepada orang lain
18 20, 21, 22 23, 24 5 3. Bertanya (questioning)
a. Mengajukan pertanyaan terbuka dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya b. Mengajukan pertanyaan tertutup dengan memberikan pertanyaan secara jelas dan berfokus pada tujuan 25, 26 29, 30, 31 27, 28 4 3 4.Merefleksikan (reflecting)
a. Dapat mengolah dan menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri b. Dapat
menjelaskan kembali informasi kepada orang lain
32, 33 35, 36 34 37 3 3
5. Membuka dan menutup (opening and closing)
a. Dapat memulai pembicaraan dengan baik, tepat dan sopan b. Dapat mengakhiri pembicaan dengan baik, tepat, dan sopan 38, 39, 40 41, 42 3 2
6. Pendengar yang aktif (active listening)
a. Mampu menangkap informasi yang diterima dengan jelas b. Mampu
memberikan respon
43, 44 46, 45 50 3 5
(29)
61
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu positif kepada orang lain yang
memberikan perhatian
47, 48, 49
7. Keterbukaan diri (self-disclosure)
a. Mampu berbagi informasi (terbuka) tentang diri sendiri kepada orang lain
51, 52, 53, 54, 55, 56 5
Jumlah 56
2. Pedoman Penyekoran
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala penilaian biasa. Dalam memberi respon, subjek diizinkan memberi dalam lima kategori, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Jadi pernyataan favorable yang direspon Sangat Sesuai (SS) diberi nilai pertimbangan = 5, Sesuai (S) = 4, Ragu (R) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable untuk Sangat Tidak Sesuai (STS) = 5, sampai Sangat Sesuai (SS) = 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Ketentuan Pemberian Skor
Angket Pengungkap Komunikasi Interpersonal
Pernyataan Skor
Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Ragu (R) Tidak Sesuai (TS) Sanga Tidak Sesuai (STS)
Favorable (+) 5 4 3 2 1
Un favorable (-) 1 2 3 4 5
(30)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pengembangan angket dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut :
1. Uji Validitas Rasional
Sebelum instrumen diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen oleh tiga orang ahli (expert judgement). Uji kelayakan instrumen digunakan untuk mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga orang ahli yang dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau masih dapat digunakan dengan revisi.
Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada angket komunikasi interpersonal termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli dapat disimpulkan pada dasarnya item-item pernyataan dapat digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi supaya mudah dipahami siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Hasil Judgment Angket
Kesimpulan No.item Jumlah
Memadai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 ,12,13,14,15,16,17,18, 20,21,22,23,25,26,27, 28,29,30,31,32,33,35, 36,38,40,41,42,43,44, 45,46,47,48,49,50,51,
52,53,54,55,56
(31)
63
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Revisi 19,24,34,37,39,55,56 7
Jumlah 56
2. Uji Keterbacaan Instrumen
Sebelum instrumen diuji secara empiris, terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh subjek penelitian. Pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa kelas XI SMK Assaabiq Singaparna.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Empiris a. Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap komunikasi interpersonal siswa. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 267) uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan di ukur. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji valititas item.
Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap komunikasi interpersonal siswa. Pengujian validitas butir item menggunakan program SPSS 20.0. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
Kesimpulan Item Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,17,19,20,21 ,22,23,25,26,27,28,29,30,31,33,34,35,36,37,
(32)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 40, 41,42,43,44,45,47,48,49,51,52,53,54,56
Tidak Valid 13, 16, 18, 24, 32, 38, 39, 46, 50, 55 10
Jumlah 56
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat konsistensi skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Metode yang digunakan dalam reliabilitas adalah metode alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistik menggunakan SPSS 20.0. Apabila r hitung > r tabel, maka butir item pernyataan reliabel. Apabila r hitung < r tabel, maka butir item pernyataan tidak reliabel.
Guilford (Sugiyono, 2009, hlm. 257) mengatakan harga reabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reabilitas yang diperoleh berada diantara rentangan tersebut. Dimana semakin tinggi harga reabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, dan semakin kecil harga reabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang terjadi. Sugiyono (2009:257) mengemukakan kriteria untuk mengetahui reliabilitas digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Rentang Koefisien Reliabilitas 0,00 - 0,199 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 – 0,399 Derajat reliabilitas rendah 0,40 – 0,599 Derajat reliabilitas sedang/cukup
(33)
65
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 0,80 – 1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Tabel 3.9
Tingkat Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
,969 46
Pada Tabel 3.9 disajikan interpretasi ketercapaian tingkat reliabilitas instrumen. Dari hasil penghitungan data dengan menggunakan software SPSS 20.0 pada 46 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (rhitung) sebesar 0.969 pada α=0.05. Berdasarkan pada Tabel 3.9, diketahui harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan sangat tinggi. Artinya instrumen komunikasi interpersonal mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.
c. Revisi Akhir dan Pengemasan Instrumen bentuk final.
Item-item instrumen yang memenuhi kualifikasi dihimpun dan diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dihasilkan seperangkat instrumen yang siap untuk digunakan dalam pengumpulan data terhadap subjek penelitian.
Tabel 3.10
Kisi-kisi Angket Pengungkap Komunikasi Interpersonal Siswa di Sekolah (Setelah Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator Nomor
Item
∑ + -
Komunikasi Interpersonal siswa di sekolah
1. Komunikasi non verbal (non verbal communication)
a. Menunjukan ekspresi sesuai dengan perasaannya b. Menunjukan arah pandangan mata dalam
berkomunikasi terhadap lawan
1,2,3 5 4 6 4 2
(34)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu bicara
c. Menunjukan penampilan rapi dan sopan
d. Menyesuaikan nada suara dengan tepat 7,8,9 12, 10, 11 13 5 2
2. Penguatan (reinforcement)
a. Mampu
memberikan pujian kepada orang lain
b. Mampu memberikan dukungan kepada orang lain
14, 15, 17, 18, 19 16 20, 3 4 3. Bertanya (questioning)
a. Mengajukan pertanyaan terbuka dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya b. Mengajukan pertanyaan tertutup dengan memberikan pertanyaan secara jelas dan berfokus pada tujuan 21, 22 25, 26, 27 23, 24 4 3 4.Merefleksikan (reflecting)
a. Dapat mengolah dan menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri b. Dapat
menjelaskan kembali informasi kepada orang lain
28 30, 31 29 32 2 3
(35)
67
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu menutup (opening
and closing)
pembicaraan dengan baik, tepat dan sopan b. Dapat mengakhiri pembicaan dengan baik, tepat, dan sopan
34, 35
2
6. Pendengar yang aktif (active listening)
a. Mampu menangkap informasi yang diterima dengan jelas
b. Mampu
memberikan respon positif kepada orang lain yang
memberikan perhatian 36, 37 39, 40, 41
38 3
3
7. Keterbukaan diri (self-disclosure)
a. Mampu berbagi informasi (terbuka) tentang diri sendiri kepada orang lain
42, 43, 44, 45, 46 5
Jumlah 46
3.7Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pre-Test (Tes Awal)
Penyebaran angket dilakukan di kelas XI SMK Asaabiq Singaparna. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre-test) dan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum komunikasi interpersonal siswa yang digunakan.
2. Treatment (Perlakuan)
Pemberian perlakuan (treatment) teknik latihan asertif terhadap siswa yang rata-rata siswa dikelasnya memiliki komunikasi interpersonal rendah berdasarkan
(36)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
hasil pre-test. Rancangan intervensi teknik latihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa disusun berdasarkan hasil pre-test.
3.8Teknik Analisisis Data
Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing- masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:
1. Pertanyaan penelitian satu tentang gambaran umum komunikasi interpersonal siswa dijawab dengan menggunakan persentase dari jawaban siswa tentang komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui patokan skor ideal sehingga menghasilkan 3 kategori yakni rendah, sedang dan tinggi (Sudjana, 1992, hlm. 97). Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrumen penelitian komunikasi interpersonal siswa tersebut dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan skor maksimal ideal (SMI) yakni skor maksimal x jumlah item
b. Menentukan rata-rata/mean ideal (MI) yakni SMI ÷ 2 c. Menentukan standar deviasi ideal yakni MI ÷ 3
Dengan menggunakan rumus di atas, data dapat dikelompokkan dalam tiga ketegori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
a. Kelompok tinggi
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata +1 standar deviasi, ke atas.
b. Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 standar deviasi dan +1 standar deviasi.
c. Kelompok rendah
Semua siswa yang mempunyai skor -1 standar deviasi dan yang kurang dari itu.
(37)
69
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sebagai ilustrasi, berikut diberikan contoh cara memperoleh kualifikasi komunikasi interpersonal siswa.
Jumlah Item yang valid dan reliabel = 46 item Bobot ideal maksimum = 5 Bobot ideal minimum = 1 Skor maksimum ideal = 230 Skor minimum ideal = 46
Skor Maksimal Ideal = Bobot Maksimal x Jumlah Item = 5 x 46
= 230
Rata-Rata Ideal = Skor Maksimal Ideal / 2 = 230 / 2
= 115
Standar Deviasi Ideal = Rata-Rata Ideal / 3 = 115 / 3
= 38.3
Tinggi = Rata-rata Ideal + Standar Deviasi Ideal = 115 + 38.3
= 153
Sedang = (Rendah + 1) dan (Tinggi – 1) = 78 dan 152
Rendah = Rata-rata Ideal – Standar Deviasi ideal = 115 – 38.3
= 77
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, pengelompokan data untuk gambaran umum komunikasi interpersonal siswa sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kategori Komunikasi Interpersonal Siswa
Rentang Skor Kategori
0 - 77 Rendah
(38)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
153 – 230 Tinggi
Setiap kategori mengandung pengertian sebagai berikut: Tabel 3.12
Makna Kategori Komunikasi Interpersonal Siswa
Kategori Deskripsi
Tinggi Siswa pada level ini telah mencapai tingkat komunikasi interpersonal yang maksimal pada sebagian besar aspek dan indikator dalam komunikasi interpersonal, dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi.
Artinya: Siswa sudah memiliki kemampuan dalam sebagian besar aspek komunikasi interpersonal diantaranya dalam aspek komunikasi non verbal yaitu dengan menunjukkan ekspresi sesuai dengan perasaannya, dapat Menunjukan arah pandangan mata dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara, dapat menunjukan penampilan rapi dan sopan serta dapat menyesuaikan nada suara dengan tepat. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek penguatan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memberikan pujian dan dukungan kepada orang lain. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek bertanya yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup kepada orang lain. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek merefleksikan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mengolah dan menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri serta dapat menjelaskan kembali informasi kepada orang lain. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek membuka dan menutup yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan baik, tepat dan sopan. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek mendengarkan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menangkap informasi yang diterima dengan jelas serta kemampuan siswa dalam memberikan respon positif kepada orang lain yang memberikan perhatian. Siswa sudah memiliki kemampuan dalam aspek keterbukaan diri yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam berbagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Sedang Siswa pada level ini telah mencapai tingkat komunikasi interpersonal
yang cukup maksimal pada beberapa aspek dan indikatornya, dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang sedang.
Artinya: Siswa cukup memiliki kemampuan pada beberapa aspek komunikasi interpersonal diantaranya dalam aspek komunikasi non verbal yaitu dengan menunjukkan ekspresi sesuai dengan perasaannya, cukup menunjukan arah pandangan mata dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara, cukup menunjukan penampilan rapi dan sopan serta
(39)
71
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kategori Deskripsi
cukup menyesuaikan nada suara dengan tepat. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek penguatan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memberikan pujian dan dukungan kepada orang lain. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek bertanya yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup kepada orang lain. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek merefleksikan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mengolah dan menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri serta dapat menjelaskan kembali informasi kepada orang lain. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek membuka dan menutup yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan baik, tepat dan sopan. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek mendengarkan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menangkap informasi yang diterima dengan jelas serta kemampuan siswa dalam memberikan respon positif kepada orang lain yang memberikan perhatian. Siswa cukup memiliki kemampuan dalam aspek keterbukaan diri yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam berbagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Rendah Siswa pada level ini mempunyai komunikasi interpersonal yang belum
maksimal, siswa hanya memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pada sebagian kecil aspek dan indikatornya, dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang rendah.
Artinya: Siswa hanya memiliki kemampuan dalam sebagian kecil aspek komunikasi interpersonal diantaranya dalam aspek komunikasi non verbal yaitu dengan kurang menunjukkan ekspresi sesuai dengan perasaannya, kurang menunjukan arah pandangan mata dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara, kurang menunjukan penampilan rapi dan sopan serta cukup menyesuaikan nada suara dengan tepat. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek penguatan yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memberikan pujian dan dukungan kepada orang lain. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek bertanya yaitu ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup kepada orang lain. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek merefleksikan yaitu ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam mengolah dan menyampaikan informasi dengan bahasanya sendiri serta dapat menjelaskan kembali informasi kepada orang lain. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek membuka dan menutup yaitu ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan baik, tepat dan sopan. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek
(40)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kategori Deskripsi
mendengarkan yaitu ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap informasi yang diterima dengan jelas serta kurangnya kemampuan siswa dalam memberikan respon positif kepada orang lain yang memberikan perhatian. Siswa kurang memiliki kemampuan dalam aspek keterbukaan diri yaitu ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam berbagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain.
Gambaran umum komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Gambaran Umum Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015
Kategorisasi Rentang skor Rata-rata aktual Rendah 0 - 77
150.9 Sedang 78 - 152
Tinggi 153 - 230
Dari Tabel 3.13 dapat disimpulkan bahwa secara umum komunikasi interpersonal siswa jika dilihat dari rata-rata aktualnya yaitu 150.9 berada pada kategori sedang. Artinya siswa kelas XI SMK Assaabiq memperlihatkan intensitas komunikasi interpersonal yang relatif cukup pada beberapa aspek dan indikator komunikasi interpersonal. Meskipun secara umum berada pada kategori sedang tetapi perlu ditingkatkan lagi kemampuan komunikasi interpersonalnya agar semakin baik dan lebih meningkat.
2. Pertanyaan penelitian dua tentang rancangan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa dirancang setelah penyebaran pre-test. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK) teknik pelatihan asertif didasarkan pada skor aspek terendah. Hasil rancangan program intervensi teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa tersaji di lampiran.
(41)
73
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
3. Pertanyaan penelitian tiga dirumuskan ke dalam hipotesis “apakah terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan asertif”. Keefektifan treatment terhadap sampel penelitian dapat diketahui melalui pengolahan dan analisis data penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif. Uji statistik untuk kelompok treatment dan kelompok kontrol yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata berpasangan (paired t- test) untuk melihat perbedaan kedua data sebelum dan sesudah treatment dengan menggunakan SPSS 20.0 for windows.
(42)
97 Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Pada bab lima yaitu simpulan, implikasi dan rekomendasi. Membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian, implikasi, dan juga rekomendasi yang ditujukan untuk guru bimbingan konseling dan juga untuk peneliti selanjutnya.
5.1Simpulan
Sesuai dengan masalah yang dikaji dan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Gambaran umum komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada ketegori sedang. Artinya siswa di sekolah tersebut memperlihatkan intensitas komunikasi interpersonal yang relatif cukup pada beberapa aspek dan indikator dalam komunikasi interpersonal.
b. Rancangan intervensi melalui teknik pelatihan asertif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa berfokus pada peningkatan nilai skor sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Struktur intervensi dirancang dalam 7 rangkaian sesi.
c. Hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa dalam kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal menunjukkan perubahan yang signifikan pada komunikasi interpersonal siswa dari sebelum dengan sesudah diberi perlakuan teknik pelatihan asertif. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa teknik pelatihan asertif efektif dalam meningkatan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015.
5.2Implikasi
Seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi. Komunikasi bisa dikatakan sangat menentukan proses berlangsungnya kehidupan manusia karena komunikasi
(1)
97 Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Pada bab lima yaitu simpulan, implikasi dan rekomendasi. Membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian, implikasi, dan juga rekomendasi yang ditujukan untuk guru bimbingan konseling dan juga untuk peneliti selanjutnya.
5.1Simpulan
Sesuai dengan masalah yang dikaji dan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Gambaran umum komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada ketegori sedang. Artinya siswa di sekolah tersebut memperlihatkan intensitas komunikasi interpersonal yang relatif cukup pada beberapa aspek dan indikator dalam komunikasi interpersonal.
b. Rancangan intervensi melalui teknik pelatihan asertif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa berfokus pada peningkatan nilai skor sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Struktur intervensi dirancang dalam 7 rangkaian sesi.
c. Hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa dalam kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal menunjukkan perubahan yang signifikan pada komunikasi interpersonal siswa dari sebelum dengan sesudah diberi perlakuan teknik pelatihan asertif. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa teknik pelatihan asertif efektif dalam meningkatan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Assaabiq Tahun Ajaran 2014/2015.
5.2Implikasi
Seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi. Komunikasi bisa dikatakan sangat menentukan proses berlangsungnya kehidupan manusia karena komunikasi
(2)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sebagai sarana untuk berhubungan antar sesama manusia. Salah satu tujuan komunikasi adalah untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Serta berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Oleh karena itu seluruh staf sekolah diharapkan dapat berkerjasama dalam membantu meningkatkan komunikasi interpersonal siswa di sekolah karena komunikasi dalam hal ini sangat berperan penting dalam kehidupan siswa dan juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian siswa.
5.3Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan Konseling
a. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik pelatihan asertif efektif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa pada siswa SMA/SMK dengan berpedoman pada program yang telah disusun (terlampir).
b. Guru bimbingan konseling hendaknya memverifikasi secara menyeluruh profil komunikasi interpersonal siswa yang dihasilkan penelitian ini, melakukan pengukuran tingkat komunikasi interpersonal siswa pada setiap jenjang tahun akademik sebagai analisis kebutuhan penunjang, memberikan layanan bimbingan yang lebih lanjut terhadap siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang rendah dengan memperhatikan setiap aspek dan indikator yang mana merupakan kesatuan utuh dalam pembentukan komunikasi interpersonal siswa.
c. Sebelum melaksanakan program layanan mengenai pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa pada setiap jenjang tahun akademik, guru bimbingan konseling sebaiknya melakukan need asessment terlebih dahulu untuk mengetahui gambaran umum komunikasi interpersonal siswa di sekolah pada setiap jenjang tahun akademik.
(3)
99
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
d. Sebelum memberikan treatment, guru bimbingan konseling dapat berkoordinasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas untuk memperoleh data mengenai kondisi belajar dan keseharian siswa yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya, yaitu:
a. Komunikasi interpersonal tidak hanya dialami oleh siswa SMK/SMA, namun dapat pula dialami oleh siswa SD, SMP dan Perguruan Tinggi. Untuk itu penggunaan teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa dapat dilakukan pada jenjang sekolah yang berbeda misalnya pada jenjang siswa SD, SMP, Perguruan Tinggi atau berbeda status sosial misalnya anak jalanan atau berbeda gender yaitu laki- laki dan perempuan.
b. Teknik pelatihan asertif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal dapat dilakukan secara studi kasus, peneliti selanjutnya dapat memfokuskan subjek penelitian pada sampel single subject sehingga validitas data tidak hanya bersifat statistik akan tetapi data deskriptif kualitatif.
c. Membandingkan gambaran umum tingkat komunikasi interpersonal siswa dengan pengelompokkan usia, jenis kelamin, lingkungan, teman sebaya, dan kondisi ekonomi berdasarkan teori, konsep, dan aspek-aspek pembentuk komunikasi interpersonal yang berbeda.
(4)
100
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Gerald & Gullota, Thomas. (1983). Adolescent life experience. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Adler, Ronald B. (2006). Interplay: The process of interpersonal communication. New York: Oxford University Press.
Alberti, Robert & Emmons, M. (2002). Your perfect right: panduan praktis hidup lebih ekpresif dan jujur pada diri sendiri. Alih bahasa Ursula G Buditjahya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Aminudin, Djoni. (2012). Efektivitas bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Disertasi. BK SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Anugrah, Deti. (2012). Teknik konseling assertive training untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP N 1 Batujajar. Tesis. BK SPs UPI. tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2011). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Bishop, Sue. (2010). Develop your assertiveness (2nd ed). London & Philadelphia: Kogan Page.
Budiamin, Amin., et al. (2006). Perkembangan peserta didik. Bandung: UPI Press.
Budiamin, Amin. 2011. Peranan bimbingan dan konseling terhadap komunikasi interpersonal siswa. [Online].
Tersedia: http://www.ilmucerdaspendidikan.wordpress.com/2011/03/12/85/ [1 Oktober 2013]
Cangara, Hafied. (1998). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Press.
Corey, Gerald.(2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Alih bahasa Koswara. Bandung: PT Refika Aditama.
Creswell, W. John. (2012). Educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research (4thed). New Jersey: Pearson Prentice-Hall.
Effendi, Onong Uchjaya. (2002). Ilmu komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ertyastuti, Adhisty et al. (2012). Pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan. Jurnal Psikologi Universitas Sebelas Maret. Vol 2, no. 1 pp 172-203
(5)
101
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Fensterheim, Herbert & Baer.(1980). Alih Bahasa: Abul Hiyadh. Don’t say yes when you want to say no (jangan bilang “ya” bila anda akan mengatakan “tidak”. Jakarta: Gunung Jati.
Gainau, Maryam. (2008). Keterbukaan diri siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya dalam konseling. Jurnal Psikologi Univeritas Sebelas Maret. Vol 1. No. 1 pp 1-25 Gowi, Abdul. (2011). Pengaruh latihan asertif terhadap perilaku kekerasan orang tua pada
anak usia sekolah di kelurahan Tanjungpura kabupaten Karawang Tahun 2011. Tesis. FIK UI: tidak diterbitkan.
Hargie, Owen & Dickson, David. (2005). Skilled interpersonal communication (4thed). London: Routledge.
Hurlock, E. B (1998). Alih Bahasa Istiwidayati & Soedjarwo. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
Hartley, Peter. (1999). Interpersonal communication (2nded). New York: Routledge.
Koprowska, Juliet. (2008). Communication and interpersonal skill in social work. Southerhay East: Learning Matters Ltd.
Lilliweri, A. (1997). Komunikasi antar pribadi. Bandung:Cipta Aditya Bakti.
Maharani, Anita et al. (2009). Faktor-faktor pendukung kompetensi interpersonal: studi kasus pada mahasiswa tingkat pertama di Universitas Paramadina. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 6, No.1. pp 25-44
Montgomery, Judy. (2006). The art of interpersonal communication. Journal of Communication Disorder Quarterly. Vol 28, no. 1 pp 56-58
Muhammad, Arni. (2004). Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nursalim, Mochamad.(2005).Strategi konseling. Surabaya: Unesa University Press.
Rakos, Richard F. (1991). Asertive behavior: theory, research, and training. London: Routledge.
Rakhmat, Jalaludin.(2003). Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ramaraju. S. (2012). Phychological perspective of interpersonal communication. Journal of Arts, Science, and Commerce.Vol 3. No. 4. pp68-73
Rathus, S. A. & Nevid. (1991). Adjustment and growth: the challenges of life (2nded). New York: CBS Collage Publishing.
(6)
Feida Noor Laila Istiadah, 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PELATIHAN ASERTIF D ALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sunardi. (2010). “Latihan asertif”. Makalah PLB FIP UPI. Bandung.
Supratiknya. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Surya, Mohamad. (2003). Psikologi konseling. Bandung: Maestro.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta
Townsend, Anni. (1991). Developing assertiveness. London: Routledge.
Trisnaningtyas, Esti & Nursalim. (2010). Penerapan latihan asertif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. [Online].
Tersedia:http://mochamadnursalim.cv.unesa.ac.id/bank/201105/2._artikel_esti_dan_nur salim1.pdf. [8 Februari 2014].
Willis, Sofyan. (2004). Konseling individual: teori dan praktek. Bandung: Alphabeta. Willis, Sofyan. (2005). Remaja dan permasalahannya. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. (2009). Program bimbingan dan konseling di sekolah (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Quraisy.