ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.P DE

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENGLIHATAN KATARAK DI WISMA MATAHARI UPT PELAKSANA
SOSIAL LANJUT USIA DAN BALITA
WILAYAH BINJAI
MEDAN

OLEH
LA ODE ABDUL ZHOHIR
4312014

AKADEMI KEPERAWATAN SEHAT BINJAI
T.A. 2011/2012

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma
Matahari UPT Pelaksana Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan”.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan

ini.
Selesainya pembuatan laporan ini tidak langsung terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak H. Hasan Basri Nasution SKM. MKes. Selaku ketua Yayasan Akademi
Keperawatan Sehat Binjai.
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar, S.Kep, Selaku direktur Akademi Keperawatan Sehat
Binjai.
3. Ibu Leny suarni S,pd.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk penulis demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
4. Seluruh staf dosen dan pengajar Akademi Keperawatan Sehat Binjai yang telah
memberikan pengetahuan kepada penulis agar tersusunnya laporan ini.
5. Mahasiswa/I Akademi Keperawataan Sehat Binjai, yang telah banyak membantu penulis
dalam pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis menyerahkan diri kepada Allah SWT semoga ilmu yang penulis
dapatkan bermanfaat untuk kita semua.

Binjai, Maret 2013

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................
1.2.1Tujuan Umum...................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................
BAB 2.. LANDASAN TEORITIS............................................................
2.1 Katarak .....................................................................................
2.1.1 Defenisi ........................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi .........................................................
2.1.3Etiologi...........................................................................
2.1.4 Klasifikasi ....................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis.........................................................
2.1.7 Komplikasi
................................................................................................

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ...............................................
2.1.9 Penatalaksanaan ...........................................................
2.2 Asuhan Keperawatan .............................................................
2.2.1 Pengkajian .....................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................
2.2.3 Perencanaan ..................................................................
2.2.4 Evaluasi .........................................................................
BAB 3 STUDI KASUS..............................................................................
3.1. Pengkajian ................................................................................
3.1.1.Riwayat Klien ...............................................................
3.1.2 Riwayat Keluarga .........................................................
3.1.3 Riwayat Pekerjaan ........................................................
3.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup .........................................
3.1.5 Riwayat Rekreasi .........................................................
3.1.6 Sistem Pendukung yang digunakan .............................
3.1.7 Kebiasaan Tidur ............................................................

3.1.8 Status Kesehatan Saat Ini .............................................
3.1.9 Status Kesehatan Masa Lalu .........................................
3.1.10 Riwayat Keluarga ......................................................

3.1.11 Pemeriksaan Fisik .......................................................
3.2. Analisa Data .............................................................................
3.3. Diagnosa Keperawatan ............................................................
3.4. Rencana Tindakan Keperawatan ..............................................
3.5.Catatan Perkembangan ..............................................................
BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................
4.1 Pengkajian..................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
4.3 Intervensi....................................................................................
4.4 Implementasi..............................................................................
4.5 Evaluasi......................................................................................
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
5.1 Kesimpulan.................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia,
semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai
kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup
orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses

penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata
yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan
tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu,
penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami
kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT
pelaksana sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai - Medan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan
Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia dan anak balita
wilayah Binjai - Medan.


2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia dan anak
balita wilayah Binjai - Medan.
3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia dan anak
balita wilayah Binjai - Medan.
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia
dan anak balita wilayah Binjai - Medan.
5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia
dan anak balita wilayah Binjai - Medan.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan
Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut usia dan anak balita wilayah
Binjai - Medan.
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan
dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut
usia dan anak balita wilayah Binjai - Medan.
3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan
dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial lanjut
usia dan anak balita wilayah Binjai - Medan. Matahari
4. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari
pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT pelaksana sosial
lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai - Medan.

BAB 2
LANDASAN TEORITIS

2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
2.1.2

Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang

terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare

- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata

yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea
sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2003).
2.1.3

Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.
2.
3.

4.
5.
6.

Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
Usia

(Tamsuri, 2008)
2.1.4 Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.
Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid
dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak
ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak
akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

2.1.6

Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
2.1.9. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang
dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan

yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma
atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).

2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

`

Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air
mata.

d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana
perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah
(Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
dengan penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan
vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d
tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

2.2.3. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:

Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:


Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.



Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.



Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata , membongkok.



Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.



Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.



Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,
visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.



Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.



Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tibatiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan
pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.



Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Kolaborasi:

 Berikan obat sesuai indikasi:
 Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
 Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).
 Sikloplegis.
 Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:


Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.



Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa kontak
bila menggunakan.



Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.



Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak bengkak ,
drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi:
 Beri obat sesuai indikasi:
 Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).
 Streoid.
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri


Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.



Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.



Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dari anestesia.



Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.



Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.



Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik mungkin ada.



Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:



Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.



Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan
berawan.



Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.



Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien,
contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.



Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk,
merokok (sendiri/orang lain).



Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.



Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.



Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan /
penutup pada malam.



Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata
gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala belakang (bukan
kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuk.



Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan
perabot dari lalu lalang jalan.



Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg
dijual bebas, bila diindikasikan.



Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tibatiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata
berair, fotofobia.
Rasional
Diagnosa keperawatan 1



Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.



Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau
menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka.



Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO



Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan
TIO.



Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.



Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.



Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut menunjukkan TIO
ddan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan
sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangat rentan).



Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau
tekanan mata.



Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah
cedera okuler.



Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada
produksi akueus humor.



Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah
pembedahan bila lensa tidak terganggu.



Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/ mencegah gelisah,
yang dapat mempengaruhi TIO.
Diagnosa Keperawatran 2



Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.



Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.



Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.



Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Adanya
ISK meningkatkan kontaminasi silang.



Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL.



Digunakan untuk menurunkan inflamasi.
Diagnosa Keperawatan 3



Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang
berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata diperbaiki per prosedur.



Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan cemas dan
disorientasi pascaoperasi.



Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbataasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila
pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.



Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.



Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara
bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal harus dilaporkan ke dokter,
tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.



Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung, penglihatan/
meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.



Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.
Diagnosa Keperawatan 4



Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pascaoperasi.



Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul
posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu sampai beberapa tahun
pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk memperbaiki defisit penglihatan.



Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.



Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat beta ,dan agen
antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi;pencetus
dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada
insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.



Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau meningkatkan
TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus pendarahan. Catatan: Iritasi
pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.



Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih
mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh. Catatan:menonton
televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres
dibanding membaca.



Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.



Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko peningkatan TIO
sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.



Mencegah cedera kecelakaan pada mata.



Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.



Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.



Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan
penglihatan.

2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).
Diagnosa Keperawatan 1


Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.



Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.



Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Diagnosa Keperawatan 2



Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan
demam.



Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan 3



Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.



Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.



Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Diagnosa Keperawatan 4



Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.



Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

BAB 3
STUDI KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis
Nama

: Tn.P

Alamat

: Binjai

Telp

: -

Tempat, Tanggal lahir/Umur

: Tanjung keliling,4 maret 1932

Jenis kelamin

: Laki - Laki

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Duda

Pendidikan

: -

Alamat

: Binjai

Orang yang paling dekat di hubungi : Anak Kandung
3.1.2. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang
memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah
tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti
sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P
mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P
keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan
jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.
3.1.3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
3.1.4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat
dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang
mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S
sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P
mengalami kesulitan.
3.1.5. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
3.1.6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.

3.1.7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu
tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.
3.1.8. Status kesehatan saat ini

Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus
mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru
Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi. Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1
dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi
terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai
berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
3.1.9. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang
mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.P
tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya
kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P
belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja.

3.1.10. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari
Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya
meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.
Genogram

Ket :
= Laki-laki (meninggal)
= Perempuan (meninggal)
= Pasien
3.1.11. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
TD
:
190/100 Mmhg
RR
:
28 x/i
Pols
:
84 x/i
Temp :
36 c
b. Pemeriksaan lain
 Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan
dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.P
juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
 Mata
Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P
hanya satu yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada
Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tn.Ptidak
menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia
lanjut.
 Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak
jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar
cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar dengan
baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.

Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada
obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan adanya
pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu
pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.P
mengalami perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi
yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P

Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada,
dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan
pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan
dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi
: strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru

Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami
sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x dalam

sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P
berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P

Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan Tn.Pjuga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun
Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan
baik, walaupun sedikit demi sedikit.

Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai
masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan
alat bantu seperti tongkat.

Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya
belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin
meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P
tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi
respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P putih
dengan uban.

Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena
Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering
mengalami gatal - gatal.

Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku
kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga
mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data
No
1.

2.

3.

4.

Data
 Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas,
pandangan berkabut.
 Do :visus berkurang, penurunan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.
 Ds : Pasien mengatakan cemas
dan takut.
 Do : Nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.
 Ds : Klien mengatakan tidak bisa
melihat dengan jelas, pandangan
kabur.
 Do : Klien tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak acakan.
 Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata.
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

Etiologi

Masalah

Penurunan tajam
penglihatan

Penurunan
persepsi sensori :
Penglihatan

Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit

Ansietas

Penurunan fungsi
penglihatan

Gangguan
perawatan diri

Luka dimata

Nyeri

3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d
visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada
lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang
daerah mata.

3.4 Catatan Perkembangan
No

Tanggal

Diagnosa Keperawatan

Catatan Perkembangan

3 April 2012

Penurunan persepsi sensori
Penglihatan b/d penurunan
ketajaman penglihatan d/d
visus berkurang,
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa
mata.

S: pasien mengatakan pandangan
masih tak jelas
O: masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
A: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit d/d nadi
meningkat, tekanan darah
meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

S : pasien mengatakan sedikit
tenang
O : pasien sudah tenang
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan

meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.
Gangguan perawatan diri
b/d Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien tidak
dapat banyak bergerak,
kondisi tubuh tidak rapi
dan tampak acak - acakan.

S : klien mengatakan pandangan
masih kabur
O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d
Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.

S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
O : pasien meringis menahan sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak

- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
4 April 2012

Penurunan persepsi sensori
Penglihatan b/d penurunan
ketajaman penglihatan d/d
visus berkurang,
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa
mata.

S: pasien mengatakan pandangan
masih tak jelas
O: masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang

S : pasien mengatakan sedikit

pengetahuan tentang
proses penyakit d/d nadi
meningkat, tekanan darah
meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

tenang
O : pasien sudah tenang
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri
b/d Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien tidak
dapat banyak bergerak,
kondisi tubuh tidak rapi
dan tampak acak - acakan.

S : klien mengatakan pandangan
masih kabur
O : klien tidak bisa bergerak
banyak
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d

S : pasien mengatakan pedih

Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.

daerah mata
O : pasien meringis menahan sakit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis
jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.P
Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT Pelayanan Lanjut
Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan memaparkan
hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi :
pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain
tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat
bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau tim terkait.
4.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan. Berdasarkan
kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada kasus dengan
gangguan sistem penglihatan katarak ini.
Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d
tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d
visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada
lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan
sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan
berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang
disekitar klien.

4.4.

Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh pera

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124