TUGAS LATAR BELAKANG MASALAH DAN KERANGK

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kenyataan bahwa kemerosotan akhlak akhir-akhir ini tidak
hanya menimpa kalangan orang dewasa tetapi telah merembet pada kalangan
pelajar tunas-tunas muda. Orang tua, pendidik, dan mereka yang berkecimpung
dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluh terhadap perilaku mereka yang
tidak baik. Perilaku mereka yang nakal, keras kapala, mabuk-mabukan, tawuran,
pergaulan bebas, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup mewah dan pendek
kata perilaku mereka tidak mencerminkan pelajar yang berpendidikan.
Melihat kenyataan tersebut, dunia pendidikan bertekad untuk
berbenah diri dan mencari solusi yang tepat dalam upaya mengatasi krisis akhlak
yang melanda para pelajar. Para pemikir pendidikan menyerukan agar
kecerdasan akal diikuti kecerdasan moral dan pendidikan agama. Kiranya
tepatlah kurikulum peningkatan keimanan dan ketaqwaan (imtaq) sebagai
solusinya.
Alasan pemilihan judul penelitian ini adalah pentingnya iman dan
taqwa sebagai ruh dan jiwa ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Pentingnya
pengembangan kurikulum berwawasan imtaq dapat dijelaskan melalui tiga hal,

yaitu : (1) ditinjau dari segi perundang-undangan ; (2) ditinjau dari segi
kecerdasan emosional (EQ), dan (3) ditinjau dari kecerdasan emosional spiritual
(ESQ).
1.

Pentingnya imtaq ditinjau dari segi perundang-undangan
Pengembangan imtaq di sekolah sangat penting sebagai upaya
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sesuai dengan UU NO. 20 Tahum
2003

pasal

3

yang

berbunyi,

“Pendidikan


Nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Dalam pembukaan UUD 1945 dalam Diknas ( 2005 : 2 )
menyebutkan bahwa konsep mencerdaskan kehidupan bangsa harus dimaknai
secara luas, yakni meliputi (a) kecerdasan intelektual, (b) kecerdasan
emosional, dan (c) kecerdasan spiritual. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, pendidik hendaknya tidak hanya membina kecerdasan
intelektual, wawasan dan keterampilan semata, tetapi harus diimbangi dengan
membina kecerdasan emosional dan keagamaan. Dengan kata lain

memberikan nilai-nilai agama atau imtaq dalam ilmu penngetahuan atau
memberikan moralitas agama kepada ilmu.
Selaras dengan hal tersebut, dikatakan oleh Ahmad Djazuli dalam
Diknas ( 2005 : 2 ) bahwa dalam tujuan pendidkan nasional, pembinaan imtaq
merupakan inti tujuan pendidikan nasional. Hal ini berarti bahwa pembinaan
imtaq bukan hanya tugas dari bidang studi pendidikan agama saja melainkan
tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem
pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai satu sistem yang
terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
utuh, sebagai ciri pokoknya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
pasal 3 dikatakan bahwa manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang
berkembang potensinya secara utuh yaitu manusia yang iman dan taqwa
tehadap Tuhan Yang Maha Esa dengan diimbangi pekerti yang mulia,
memiliki ilmu pengetahuan, cakap, sehat jasmani dan rohani, kreatif, mandiri,
tanggung jawab, serta memiliki sikap demokratis. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secara terpadu
dan harus berpusat pada pendidikan keimanan dan ketaqwaan. Untuk
mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa bukan semata-mata tanggung jawab guru pendidikan agama akan tetapi
merupakan tanggung jawab semua guru bidang studi. Guru dalam menyusun

3

program pengajarannya harus terpadu. Keterpaduan yang dimaksud ialah
keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, keterpaduan proses, dan keterpaduan
lembaga pendidikan.
Keterpaduan tujuan menjelaskan

bahwa pencapaian

tujuan

pendidikan itu merupakan tugas aparat pendidikan yang terkait, terutama
kepala sekolah,semua guru (termasuk guru agama), semua pegawai sekolah
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah. Karena keimanan dan
ketaqwaan menjadi inti tujuan, maka pendidikan keimanan dan ketaqwaan
menjadi tanggung jawab semua aparat tersebut. Keterpaduan materi ialah
keterpaduan materi pendidikan secara khas, hal ini berkenaan dengan bahan

ajar. Semua bahan ajar yang disampaikan hendaklah dipadukan, tidak ada
bahan ajar yang terpisah dengan bahan ajar yang lain.
Pengikat keterpaduan itu ialah tujuan pendidikan keimanan dan
ketaqwaan. Jadi selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknya semua
bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertaqwa.
Kurang bijak kiranya jika ada bahan ajar yang bertentangan dengan ajaran
agama, dan merupakan suatu keharusan bahwa bahan ajar tersebut saling
membantu.Dalam keterpaduan proses para pendidik hendaklah menyadari
bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan
dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketaqwaan, bahkan dikehendaki
semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan
bertaqwa.
Keterpaduan lembaga pendidikan menghendaki agar semua
lembaga pendidikan , yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat bekerja sama
secara terpadu untuk mencapai lulusan yang beriman dan bertaqwa. Melihat
hal tersebut begitu pentingnya keterkaitan imtaq dengan semua aspek yang
melingkupi pendidikan. Jadi dalam konteks sebagai institusi, pendidikan
hendaknya dilaksanakan di lembaga formal (sekolah), informal (keluarga),
dan non formal (masyarakat), yang oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki
Hajar Dewantara dalam Diknas ( 2005 : 7 ) disebut sebagai tripusat

pendidikan.

4

2.

Pentingnya wawasan imtaq ditinjau dari segi kecerdasan emosional ( EQ ).
Kecerdasan emosional disebut dalam bahasa Inggris Emosional
Quotient (EQ). Kecerdasan emosional oleh Peter Salovey dan Jack Mayer
dalam Howard E Book ( 2002 : 30 ) dikatakan sebagai kemampuan untuk
mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan
secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Berkaitan dengan kecerdasan emosional, Goleman dalam Abuddin Nata
(2000 : 47 ) mengatakan kecerdasan emosional sebagai kepiawaian,
kepandaian, dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri yang
berhubungan dengan orang lain disekiling mereka dengan menggunakan
seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti inisiatif dan empati,
adaptasi, komunikasi, kerja sama, dan kemampuan persuasi yang secara
keseluruhan telah mempribadi pada diri sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, titik pokok kecerdasan emosional
terletak pada pengarahan perasaan atau pengendalian perasaan (diri, jiwa,
pribadi) dalam rangka memadukan emosi dan intelektual menjadi pribadi
yang baik atau cerdas. Sejalan dengan hal ini berkaitan dengan apa yang
dikatan oleh Toshihiko Izutsu ( 1993 : 246 ) tentang hubungan kata salih dan
iman. Salih dan iman itu seperti bayangan yang mengikuti bentuk bendanya,
di mana pun ada iman, maka terdapat salihat atau perbuatan baik. Jadi
seseorang yang memiliki iman dan taqwa yang tinggi, pasti dia memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi pula.
Menyikapi hal tersebut, begitu pentingnya wawasan imtaq
diberikan pada pendidikan di sekolah. Dengan memberikan wawasan imtaq
pada pengetahuan umum itu berarti memberikan nilai-nilai agama pada
pengetahuan atau kepandaian intelektual. Begitu pentingnya hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh Achmad Djazuli dan kawan-kawan dalam
Diknas ( 2005 : 92 ) dikatakan guru diharapkan memberi nilai-nilai imtaq ke
dalam materi pelajaran sehingga siswa mengetahui dan menyadari bahwa
imtaq dan IPTEK saling menjelaskan dan memiliki sumber serta tujuan yang

5


sama. Dengan diintegrasikanya imtaq dan IPTEK diharapkan dapat
menghilangkan pemikiran dikotomi antara agama dan IPTEK yang telah lama
berjalan di Indonesia.
Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh Howard E Book
( 2002 : 100 ) bahwa IQ yang tinggi bisa menjadi bumerang jika EQ tidak
mengimbanginya. Jadi wawasan imtaq sangat penting untuk memberikan
dasar potensi psikologis seperti inisiatif dan empati, adaptasi, komunikasi,
kerjasama, dan kemampuan persuasi yang mempribadi. Dasar inilah yang
diharapkan membentuk pribadi yang cerdas dengan kecerdasan intelektual
dan emosional yang tinggi.
3.

Pentingnya wawasan imtaq ditinjau dari kecerdasan emosional spiritual (ESQ)
ESQ adalah kecerdasan emosional yang berdasar agama. Dasar
agama yang dipadukan dengan kecerdasar emosi akan melahirkan akhlak
yang baik.Kecerdasan emosi seperti yang dikatakan Goleman dalam Abudin
Nata (2003 : 47) yang diartikan sebagai kepiawaian, kepandaian, dan
ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri merupakan akhlak suatu
pribadi. Ary Ginanjar (2001: XlV) juga mengatakan bahwa agama Islam bisa
dijadikan sebagai landasan pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual, di

mana suara hati adalah suara Tuhan yang terdapat dalam 99 Asmaul Husna.
Suara hati ini terdapat dalam dasar agama Islam yaitu rukun iman
dan rukun Islam. Jadi wawasan imtaq sangat penting bagi ruh Iptek untuk
membentuk pribadi siswa. Penelitian ini juga berkaitan dengan penelitian
Muhammad Samsul Arifin (2000) dengan judul Respon Peserta Didik dan
Orang Tua Terhadap Kegiatan Pendidikan Agama ( Studi Kasus Pembinaan
Ekstrakurikuler Agama di Sekolah Menengah Umum Islam Semarang ).
Penelitian itu berisi tentang usaha-usaha untuk menciptakan suasana yang
Islami di lingkungan sekolah. Usaha ini diciptakan dengan menyelenggarakan
kegiatan ekstra kurikuler PAI. Ekstrakurikuler tersebut adalah pendidikan
akhlak, baca tulis dan pemahaman Qur’an, serta praktik sholat dan kuliah
subuh.

6

Penelitian itu merupakan bagian dari strategi pengembangan
Kurikulum Pendidikan berwawasan imtaq. Penelitian Lina Hayati (2004)
yang berjudul Manajemen Pendidikan Nilai Di Sekolah Umum ( Kajian
Tentang Internalisasi Nilai-Nilai ke- Islaman ) Studi Pada Sekolah Menengah
Umum Negeri 10 “Melati” Samarinda juga berkaitan dengan nilai-nilai iman

dan taqwa. Penelitian Lina Hayati isinya lebih menekankan proses
internalisasi nilai-nilai keislaman pada sekolah umum yang dapat
diinternalisasikan pada diri anak didik yang bernuansa pesantren. Dengan
kata lain penelitian Lina Hayati berusaha melihat keberhasilan upaya
mendidik anak dengan nilai-nilai keislaman yang dikondisikan seperti
pesantren. Dikatakan pula dalam penelitian itu bahwa keberhasilan
internalisasi nilai-nilai keislaman pada diri siswa ditentukan oleh upaya
pelaku manajemen. Pelaku manajemen yang dimaksud adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, para guru, dan pihak asrama.
Upaya internalisasi nilai-nilai keislaman pada siswa dalam bentuk
moral knowing, moral feeling, dan moral action yang pelaksanaannya
melibatkan

semua

pihak

dalam

mengintegrasikan


pada

manajemen

pendidikan nilai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa
internalisasi nilai-nilai keislaman pada siswa masih dilakukan terpisah dengan
IPTEK, walaupun telah melibatkan semua pelaku manajemen pendidikan.
Berbeda dengan penelitian Pengembangan
Kurikulum Pendidikan berwawasan Imtaq Di SMA Pondok
Pesantren Modern Selamat, penelitian ini ingin melihat upaya integrasi imtaq
IPTEK, optimalisasinya, dan hasilnya. Selain dua penelitian di atas, penelitian
ini juga berkaitan dengan yang diteliti oleh Sunarto ( 2001 ) dengan judul
Internalisasi Nilai-Nilai Agama Melalui Penciptaan Suasana Keagamaan di
Lingkungan MTsN Semarang I. Sunarto meneliti suasana keagamaan yang
terjadi di MTsN I Semarang. Penciptaan suasana keagamaan di MTsN I
Semarang dibagi menjadi tiga, yaitu melalui: (1) peningkatan kualitas
pegawai , baik guru maupun karyawan melalui tartil Qur’an, kultum,
pengajian insidental, dan penataran, (2) pemberian peran bagi para guru dan

7

karyawan agar mereka berperan aktif dalam penciptaan suasana keagamaan di
MTsN I Semarang, dan (3) penyempurnaan sarana yang terkait dengan
penciptaan suasana keagamaan di MTsN I Semarang.
Penelitian Sunarto merupakan bagian dari penelitian ini yang
merupakan optimalisasi nilai-nilai iman dan taqwa dari lingkungan sekolah.
Berbeda dengan penelitian ini,ia tidak hanya optimalisasi nilai-nilai imtaq
pada lingkungan sekolah tetapi lebih mengarah pada integrasi imtaq dan
IPTEK pada semua aspek pendidikan. Jadi berdasarkan penelitian terdahulu,
penelitian ini lebih mendalam. Kedalaman penelitian ini tidak hanya pada
lingkungaan pendidikan tetapi lebih pada integrasi imtaq dan IPTEK yang
diajarkan pada proses pendidikan.
B. Masalah
1. Indentifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dikaji dari kebijakan sekolah,
pelaksana kurikulum, dan sasaran pendidikan. Kajian dalam kebijakan sekolah
dalam hal ini tertuju pada pengelola kebijakan yaitu kepala sekolah. Bagaimana
program kepala sekolah terhadap pengelolaan kurikulum pendidikan dalam
pengembangan imtaq di SMA Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal?.
Program kepala sekolah dapat dikaji administrasi kegiatan, fasilitas, supervisi,
penilaian, dan pelaporan kegiatan. Pada kajian pelaksana kurikulum, tertuju pada
guru. Bagaimana guru mengembangkan kurikulum pendidikan berwawasan
imtaq? Pada kajian sasaran pendidikan jelas tertuju pada siswa. Dari siswa
antara lain dapat dikaji: (1) karya siswa hasil pengembangan kurikulum
berwawasan imtaq, (2) bentuk perilaku dalam hasil pengembangan kurikulum
berwawasan imtaq, dan (3) keterampilan siswa dalam menjawab tantangan
hidup.
2. Fokus Penelitian
Berdasarkan jangkauan masalah yang luas, penelitian ini perlu dibatasi
agar pembahasannya lebih khusus, lebih lengkap, dan lebih mendalam. Masalah

8

penelitian ini dibatasi pada kajian pelaksana kurikulum yaitu pengelola kegiatan
khususnya guru.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Bagaimana

strategi

guru

dalam

mengembangkan

kurikulum

berwawasan imtaq di SMA Pondok Pesantren Modern Selamat?
4. Pertanyaan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikerucutkan dalam
pertanyaan penelitian seb
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran integrasi IPTEK dan IMTAQ pada
pembelajaran ekonomi di SMA Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal ?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran integrasi IPTEK dan IMTAQ pada
pembelajaran ekonomi di SMA Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dari uraian tujuan penelitian diatasnya, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan dorongan untuk mengembangkan kurikulum pendidikan lebih
baik dan memberikan gambaran pelaksanaan pengembangan kurikulum
pendidikan berwawasan imtaq. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
wawasan tentang hasil pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat yang
berkepentingan dengan pendidikan. Mereka yang dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini adalah penentu kebijakan, pengajar, dan mereka yang terkait
dengan pendidikan. Manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Bagi
penentu kebijakan baik kepala sekolah maupun lembaga

9

BAB II
KERANGKA TEORI

A. Iman dan Taqwa dalam Kurikulum
Iman adalah keyakinan dalam hati mengenai ke-Esa-an dan ke-Maha
Kuasa-an Allah yang diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan melalui amal
perbuatan yang baik. Taqwa adalah sikap batin dan perilaku seseorang untuk tetap
konsisten melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. (Diknas. 2005:
2). Berdasakan definisi di atas dapat dikatakan bahwa taqwa adalah perwujudan
iman kepada Allah dalam bentuk perilaku seseorang.
Perihal iman, Rusjdi Hamka ( 1986 : 9 ) mengatakan dalam Hadits Nabi
bahwa iman atau islam itu tersusun dari 69 tingkat. Tingkat tertinggi adalah
mengakui ke-Esa-an Allah, mengakui ke-Rasulan Muhammad, dan tingkat terendah
menyingkirkan duri dari jalan lalu lintas manusia.
Berdasarkan tingkatan iman tersebut yang melahirkan kebudayaan Islam
oleh Ibnu Khaldun ( dalam Rusjdi. 1986:10) dijabarkan dalam 17 perbuatan yang
menunjukkan tanda-tanda seorang raja yang beriman. 17 perbuatan perwujudan
iman tersebut adalah sebagai berikut:
1) Aktif menegakkan perbuatan baik dan menghidupkan sifat-sifat yang baik.
2) Suka menolong.
3) Memaafkan orang lain selagi bisa dimaafkan.
4) Melayani dan melindungi pihak yang lemah.
5) Murah hati terhadap tetamu.
6) Memelihara fakir miskin.
7) Sabar dalam kesusahan.
8) Jujur dalam kata dan tingkah laku.
9) Menghormati agama dan para alim ulama.
10) Menghormati guru dan orang yang lebih tua.
11) Tiada sombong dan takabbur.
12) Suka mendengarkan terhadap kritik yang lebih baik.

10

13) Memiliki semangat persatuan.
14) Menghargai dan menghormati lawan.
15) Menempatkan orang yang layak dalam pekerjaan yang layak.
16) Menjauhi hidup mewah yang cenderung kepada pemborosan.
17) Giat bekerja, tahan uji, tidak putus asa dan seterusnya.
Muhammad Nawawi ( 1996: 1) Menjelaskan bahwa iman memiliki 77
cabang iman. Tujuh puluh tujuh cabang iman itu adalah sebagai berikut:
1) Iman kepada Allah ;
2) Iman kepada Malaikat ;
3) Iman kepada kitab-kitab Allah ;
4) Iman kepada para nabi ;
5) Iman kepada hancurnya alam ;
6) Iman kepada kebangkitan manusia dari kematian ;
7) Iman kepada takdir ;
8) Iman kepada hasyr ;
9) Iman kepada surga dan neraka jahannam ;
10) Cinta kepada Allah ;
11) Takut kepada siksa Allah ;
12) Mengharap rahmat Allah ;
13) Tawakal ( pasrah ) kepada Allah ;
14) Cinta kepada nabi Muhammad Saw. ;
15) Mengagungkan derajat nabi Muhammad Saw. ;
16) Kikir dengan memegang teguh agama islam ( teguh pendirian ) ;
17) Mencari ilmu ;
18) Menyebarluaskan ilmu syariat ;
19) Mengagungkan dan memuliakan Al qur’an ;
20) Bersuci ;
21) Menjalankan sholat 5 waktu pada waktunya dengan sempurna ;
22) Membayar zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya ;
23) Berpuasa di bulan Ramadhan ;
24) I’tikaf ;

11

25) Haji ;
26) Berjuang melawan orang kafir untuk menolong agama islam ;
27) Mebentengi kaum muslim dari serangan orang kafir ;
28) Bertahan di dalam kancah perang dan tidak melarikan diri darinya ;
29) Menyerahkan harta jarahan perang kepada pemimpin atau pembantunya ;
30) Memerdekakan budak yang muslim ;
31) Bersedia membayar kifarah ( denda ) ;
32) Menepati janji ;
33) Bersyukur ;
34) Menjaga lisan dari hal-hal yang tidak layak ;
35) Menjaga kemaluan dari hal-hal yang dilarang Allah ;
36) Menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya ;
37) Tidak membunuh kepada sesama manusia muslim ;
38) Menghindari makan dan minuman yang haram ;
39) Menghindari dari harta yang haram ;
40) Menghindari pakaian, perhiasan, dan perabot yang haram ;
41) Menghindari permainan sia-sia yang dilarang ;
42) Sederhana dalam memberikan nafakah, tidak berlebihan dan tidak irit ;
43) Tidak menyimpan dendam dan kedengkian ;
44) Tidak mencela kaum muslimin dihadapan ;
45) Ikhlas dalam setiap amal perbuatan karena Allah ;
46) Merasa bahagia dengan ketaatan kepada Allah ;
47) Bertaubat ;
48) Melakukan penyembelihan qurban, aqiqah, dan hadiah ;
49) Taat kepada pemerintah ;
50) Berpegang teguh pada nilai yang dianut jamaah ;
51) Menjalankan hukum diantara manusia secara adil ;
52) Memerintahkan kepada kebaaikan dan mencegah dari kejahatan ;
53) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketaqwaan ;
54) Malu kepada Allah ;
55) Bersikap baik kepada orang tua ;

12

56) Menyambung tali persaudaraan ;
57) Budi pekerti yang baik ;
58) Memperlakukan hamba sahaya dengan baik ;
59) Ketaatan seorang hamba kepada tuannya ;
60) Menjaga hak-hak istri dan anak-anak ;
61) Mencintai ahli agama ;
62) Menjawab salam dari orang islam ;
63) Menjenguk orang sakit ;
64) Melakukan shalat jenazah untuk orang yang islam ;
65) Mendoakan orang islam yang bersin ;
67) Menghormati tetangga ;
68) Menghormati tamu ;
69) Menyembunyikan cela orang lain ;
70) Sabar ;
71) Zuhud ;
72) Cemburu dan tidak membiarkan pria bergaul bebas denngan wanita lain ;
73) Berpaling diri dari percakapan yang tidak bermanfaat ;
74) Kedermawanan ;
75) Menghormati orang tua dan mngasihi anak kecil ;
76) Merukunkan antara orang islam ;
77) Mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya.
Berdasarkan 77 cabang iman dan 17 perbuatan sebagai wujud iman tersebut
dapat disimpulkan menjadi 85 perbuatan sebagai wujud taqwa. Ke 85 perbuatan
tersebut akan diungkap kembali dalam kerangka teori.
B. Strategi Integrasi Imtaq dalam Pembelajaran IPTEK
Strategi secara harfiah bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran secara khusus. Strategi pada bahasan ini adalah cara yang
digunakan untuk menyampaikan wawasan imtaq dalam pengajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adapun model-model pembelajaran imtaq Model H M
Husni dan Safril dalam Mata Pelajaran Ekonomi sebagai berikut :
a. Model I

13

H.M Husni dan Syafril (200 : 9-12 ) menjabarkan tentang harga
keseimbangan dan harga pasar. Tentang pengertian harga, kecenderungan pembeli
ialah menginginkan harga murah kualitas barang bagus, sedangkan penjual
cenderung mendapatkan keuntungan yang banyak. Dalam QS. An Nisa’ ayat 29
disebutkan Yang artinya ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perdagangan
yang berlaku suka sama suka diantara kamu”.
Dengan prinsip ekonomi harga diatas yang didasari Al Qur’an diharapkan
pengertian siswa tentang harga dalam berusaha tetap mencari untung dengan jalan
yang diridai Allah SWT. Dengan pemaduan ini diharapkan keimanan dan
ketaqawaan akan tumbuh dalam berusaha. Berkaitan dengan harga pasar, yaitu
harga yang diperolah dari hasil tawar menawar antara pembeli dengan penjual,
ternyata sangat dipengaruhi oleh faktor produksi, faktor produksi yang berupa alam,
tenaga kerja, modal dan kewirausahaan yang dikehandaki dalam islam agar
masiang-masing faktor terbentuk secara adil. Adil dalam hal membayar faktor
produksi yang dilakukan oleh pemakai jasa. Berkaitan dengan harga pasar atau
membayar harga dengan adil, dijelaskan dalam QS. As- Syura ayat 183 yang
artinya “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan jannganlah
kamu merajalela dimuka bumi denngan membuat kerusakan.” Dan QS Hud ayat 85
disebutkan yang artinya “Dan Syu’eb berkata : Hai kaumku cukupkanlah takaran
dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hakhak mereka janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat
kerusakan”.
Dengan pembatasan dan penguatan harga pasar dan pembayaran harga yang
adil yang dijelaskan oleh Al Qur’an diharapkan dapat memupuk iman dan taqwa
siswa sehingga mereka dalam setiap berusaha selalu bertujuan untuk mencari rida
Allah Swt.
b. Model II
Husni dan Syafril ( 2001: 44 ) menjelaskan materi kewirausahaan sebagai
berikut. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan
seseorang dalam menangani kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

14

menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelajaran yang lebih baik atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berkaitan dengan semangat, sikap, dan
perilaku diatas sejalan dengan sabda Rasul Saw. yang artinya “ Bekerjalah untuk
kepentingan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamannya, dan
bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besuk hari”.
Kewirausahaan ini juga berdasarkan QS. Ar Ra’du ayat 11 yang artinya
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum
sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Dengan dasar
ini diharapkan akan tumbuh semangat berwirausaha dari diri sendiri.
c. Model III
Husni dan Syafril (2001 : 31 ) menjelaskan materi koperasi sebagai berikut.
Koperasi dapat membantu meningkatkan kesejahteraan anggota bila dijalankan
dengan cakap, jujur, dan sesuai dengan ajaran agama. Allah berfirman dalam QS
Al Maidah :2 yang artinya betolong- tolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan
taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dengan Firman Allah tersebut, diharapkan terwujud perilaku tolong menolong pada
sesama manusia. Dari penjelasan di atas, Hasan dan Syafril berusaha menjelaskan
imtaq dengan mewujudkannya dalam perilaku manusia pada sesamanya.
C. Kerangka Teori
Berdasarkan kajian pustaka dari berbagi sumber dapat dirumuskan kerangka
teori penelitian sebagai berikut.
1. Iman dan Taqwa
Ada 85 perbuatan sebagai wujud taqwa sebagai berikut.
1) Iman kepada Allah ;
2) Iman kepada Malaikat ;
3) Iman kepada kitab-kitab Allah ;
4) Iman kepada para nabi ;
5) Iman kepada hancurnya alam ;
6) Iman kepada kebangkitan manusia dari kematian ;
7) Iman kepada takdir ;

15

8) Iman kepada hasyr ;
9) Iman kepada surga dan neraka jahannam ;
10) Cinta kepada Allah ;
11) Takut kepada siksa Allah ;
12) Mengharap rahmat Allah ;
13) Tawakal ( pasrah ) kepada Allah ;
14) Cinta kepada nabi Muhammad Saw. ;
15) Mengagungkan derajat nabi Muhammad Saw. ;
16) Kikir dengan memegang teguh agama islam ( teguh pendirian ) ;
17) Mencari ilmu ;
18) Menyebarluaskan ilmu syariat ;
19) Mengagungkan dan memuliakan Al qur’an ;
20) Bersuci ;
21) Menjalankan sholat 5 waktu pada waktunya dengan sempurna ;
22) Membayar zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya ;
23) Berpuasa di bulan Ramadhan ;
24) I’tikaf ;
25) Haji ;
26) Berjuang melawan orang kafir untuk menolong agama islam ;
27) Mebentengi kaum muslim dari serangan orang kafir ;
28) Bertahan di dalam kancah perang dan tidak melarikan diri darinya ;
29) Menyerahkan harta jarahan perang kepada pemimpin atau pembantunya ;
30) Memerdekakan budak yang muslim ;
31) Bersedia membayar kifarah ( denda ) ;
32) Menepati janji ;
33) Bersyukur ;
34) Menjaga lisan dari hal-hal yang tidak layak ;
35) Menjaga kemaluan dari hal-hal yang dilarang Allah ;
36) Menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya ;
37) Tidak membunuh kepada sesama manusia muslim ;
38) Menghindari makan dan minuman yang haram ;

16

39) Menghindari dari harta yang haram ;
40) Menghindari pakaian, perhiasan, dan perabot yang haram ;
41) Menghindari permainan sia-sia yang dilarang ;
42) Sederhana dalam memberikan nafakah, tidak berlebihan dan tidak irit ;
43) Tidak menyimpan dendam dan kedengkian ;
44) Tidak mencela kaum muslimin dihadapan ;
45) Ikhlas dalam setiap amal perbuatan karena Allah ;
46) Merasa bahagia dengan ketaatan kepada Allah ;
47) Bertaubat ;
48) Melakukan penyembelihan qurban, aqiqah, dan hadiah ;
49) Taat kepada pemerintah ;
50) Berpegang teguh pada nilai yang dianut jamaah ;
51) Menjalankan hukum diantara manusia secara adil ;
52) Memerintahkan kepada kebaaikan dan mencegah dari kejahatan ;
53) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketaqwaan ;
54) Malu kepada Allah ;
55) Bersikap baik kepada orang tua ;
56) Menyambung tali persaudaraan ;
57) Budi pekerti yang baik ;
58) Memperlakukan hamba sahaya dengan baik ;
59) Ketaatan seorang hamba kepada tuannya ;
60) Menjaga hak-hak istri dan anak-anak ;
61) Mencintai ahli agama ;
62) Menjawab salam dari orang islam ;
63) Menjenguk orang sakit ;
64) Melakukan shalat jenazah untuk orang yang islam ;
65) Mendoakan orang islam yang bersin ;
67) Menghormati tetangga ;
68) Menghormati tamu ;
69) Menyembunyikan cela orang lain ;
70) Sabar ;

17

71) Zuhud ;
72) Cemburu dan tidak membiarkan pria bergaul bebas denngan wanita lain ;
73) Berpaling diri dari percakapan yang tidak bermanfaat ;
74) Kedermawanan ;
75) Menghormati orang tua dan mngasihi anak kecil ;
76) Merukunkan antara orang islam ;
77) Mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya;
78) Melayani dan melindungi pihak yang lemah;
79) Tiada sombong dan takabur;
80) Suka mendengarkan terhadap kritik yang lebih baik;
81) Memiliki semangat persatuan;
82) Menghargai dan menghormati lawan;
83) Menempatkan orang yang layak dalam pekerjaan yang layak;
84) Menjauhi hidup mewah yang cenderung kepada pemborosan; dan
85) Giat bekerja, tahan uji, tidak putu asa .
2. Strategi Integrasi Imtaq dalam Pembelajaran IPTEK
Berdasarkan model-model pembelajaran Imtaq dalam beberapa mata
pelajaran seperti yang telah dijelaskan terdahulu, dapat disimpulkan menjadi 6
strategi. Adapun strategi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Strategi Terjemah
Strategi ini cenderung bersifat menjelaskan ilmu dengan memberikan
dasar pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits.
b. Strategi Aktualisasi Imtaq dalam Perilaku Kehidupan Manusia
Strategi ini berusaha memberikan dasar Imtaq dalam pembelajaran yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan manusia. Strategi ini dibedakan
menjadi 3, yaitu (1) aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada diri sendiri;
(2) aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada sesamanya; dan (3)
aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada lingkungan ala sekitar. Strategi
tersebut terlihat dalam model-model berikut. Strategi aktualisasi Imtaq dalam
perilaku manusia pada diri sendiri terlihat dalam model II H.M Husni dan Syafril
dalam mata pelajaran ekonomi. Strategi aktualisasi Imtaq dalam perilaku

18

manusia pada sesamanya terlihat dalam model III H.M Husni dan Syafril dalam
mata pelajaran ekonomi.
c. Strategi Integrasi Imtaq
Integrasi berarti penyatuan. Dalam strategi ini ada dua integrasi, yaaitu
(1) integrasi dengan bahan pelajaran atau pelajaran dan (2) integrasi dengan
keterampilan berbahasa. Bahan pelajaran dalam hal ini adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan pelajaran atau kompetensi dasar yang
diajarkan. Pelajaran dalam hal ini adalah kompetensi dasar yang diajarkan.
Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Strategi tersebut terlihat dalam model berikut. Strategi
Integrasi Imtaq dengan bahan pelajaran atau pelajaran terlihat dalam model I
Zaidan Hendy dan Sunarno
d. Strategi Menyelipkan Materi Imtaq
Menyelipkan adalah memasukkan sesuatu yang tidak sama di antara dua
benda. Strategi menyelipkan materi Imtaq adalah memasukkan Imtaq dalam
pembelajaran tetapi di luar pokok pembicaraan. Strategi Pengarahan
Pengetahuan dengan Imtaq
Pengarahan pengetahuan dalam hal ini adalah memberi tempat atau
wadah terhadap pengetahuan. Jika pengetahuan diibaratkan air, maka ia akan
berubah sesuai tempat. Pengetahuan dalam hal ini cenderung pada bidang
kesenian..
e. Strategi Optimalisasi Imtaq
Pemberian wawasan Imtaq terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
selain diberikan di luar jam pelajaran di kelas juga dapat diberikan di luar jam
pelajaran.

19

TUGAS LATAR BELAKANG MASALAH DAN
KERANGKA TEORI
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN
MENGINTEGRASIKAN IMTAQ DAN IPTEK DI SMA
PONDOK PESANTREN MODERN SELAMAT KENDAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi pendidikan ekonomi
Dosen Pengampu

: Dr Kardoyo, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Kemal Budi Mulyono
NIM

: 0701512001

Prodi : Pendidikan Ekonomi S2

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013