PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM TULISAN

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM
KARYA ILMIAH
Kualitas suatu tulisan lazim diukur dari tiga
aspek tulisan, yaitu dari segi isi, bahasa, dan
teknik penulisannya
Isi dan bahasa merupakan aspek tulisan
yang bersifat kreatif dan bahkan inovatif

Sebaliknya, aspek teknis bersifat mekanis
yang mengikuti konvensi penulisan ilmiah

CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA ILMIAH
1. Cendekia
Bahasa yang cendekia adalah bahasa yang
mampu membentuk penyataan yang tepat dan
seksama sehingga gagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima pembaca secara tepat
Contoh
(a) Ini stasiun KA terbaik (tidak cendikia)
(dikutip dari judul berita headline news harian Tribun;
Minggu, 13-1-2013

(b) Ini stasiun kereta api terbaik di Indonesia

1

2. Logis

Bahasa ilmiah bersifat logis dengan pengertian bahwa bahasa ilmiah itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berfikir
logis secara tepat.
(a) Obat gosok ini dapat menghilangkan
tangan dan kaki yang pegal-pegal.
Kalimat-kalimat yang logis mencerminkan
ketelitian yang objektif sehingga suku-suku
kalimatnya mirip dengan proposisi logika
(b) Obat gosok ini dapat menghilangkan
pegal-pegal di tangan dan kaki.

3. Lugas
Pengungkapan secara lugas ialah penyampaian gagasan secara langsung atau menggunakan makna yang sebenarnya.
Pengungkapan secara kias tidak dibenarkan
Perhatikan contoh berikut!

(1)Para pendidik yang kadangkala atau
bahkan sering kena getahnya oleh ulah
sebagian mahasiswa yang mempunyai
tugas yang tidak ringan.

(2) Para pendidik yang kadang-kadang atau
bahkan sering terkena akibat oleh ulah
sebagian mahasiswa yang mempunyai
tugas yang berat.

Kalimat (1) tidak bermakna lugas. Ungkapan
kena getahnya dan tidak ringan merupakan
ungkapan yang tidak mampu menggunakan
Makna secara langsung.
Kedua ungkapan itu masing-masing dapat
diganti dengan terkena akibat dan yang berat
sebagaimana tampak pada kalimat (2).

4. Jelas
Di samping kelugasan, aspek lain yang

perlu dimiliki bahasa ilmiah adalah
kejelasan.
Tulisan yang jelas adalah tulisan yang
kalimat-kalimatnya tidak bertele-tele.
Kalimat yang jelas adalah kalimat yang
satuan-satuan informasi yang terkandung di dalamnya tertata secara
teratur.

Perhatikan contoh berikut!
(1)
Penanaman moral di sekolah

sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penanaman moral di rumah yang
dilaksanakan melalui mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan
mata pelajaran yang paling strategis karena
langsung menyinggung tentang moral
Pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran-mata pelajaran Agama, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan Kesenian.

(2)

Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di
rumah. Penanaman moral di sekolah
dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila yang merupakan mata
pelajaran yang paling strategis karena langsung
menyangkut moral Pancasila. Di samping itu,
penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan
ke dalam mata pelajaran Agama, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan Kesenian.

Gagasan pada kalimat (1) tidak terungkap secara jelas karena kalimatnya berbelit-belit tidak
langsung pada tujuan. Akibatnya satu-an-satuan
informasi yang terkandung dalam kalimat juga

tidak tertata secara teratur.
Sebaliknya, gagasan pada contoh (2) terungkap
secara jelas karena kalimat-kalimat pengungkap
gagasan itu merupakan kalimat-kalimat yang
jelas. Satuan-satuan informasi yang terkandung
dalam setiap kalimat tertata secara teratur.

Hubungan antar-kalimat pada contoh (2) itu
juga terjalin secara teratur sehingga keutuhan
gagasan yang diungkapkan dengan kalimatkalimat itu juga dapat terwujud secara jelas.
Untuk mewujudkan bahasa yang jelas
diperlukan kiat khusus, yaitu Gagasan yang akan
dituangkan dalam teks perlu ditata secara
sistematis.
Jika sebuah gagasan cukup dituangkan dengan
satu kalimat, tidak perlu gagasan itu
diungkapkan dengan banyak kalimat.

Sebaliknya, jika sebuah gagasan tidak cukup
diungkapkan dengan satu kalimat maka gagasan itu

perlu diungkapkan dengan sejumlah kalimat. Contoh
(1) di atas berisi gagasan yang tidak dapat
diungkapkan dengan satu kalimat dan perlu
diungkapkan dengan sejumlah kalimat sebagaimana
tampak pada contoh (2)
Selanjutnya contoh (1) berikut adalahcontoh
pengungkapan gagasan dengan dua buah kalimat
secara salah. Gagasan pada contoh itu dapat
diungkapkan dengan satu kalimat saja seperti tampak
pada contoh (2)

(1) Kalau pada zaman kalijaga kesenian wayang
termasuk dalam ceritanya digunakan sebagai
media penyebaran agama. Maka di masa
sekarang lebih tepat apabila penanaman
budi pekerti dalam cerita wayang melalui
pengajaran apresiasi.
(2) Kalau pada zaman kalijaga kesenian wayang,
termasuk dalam ceritanya, digunakan
sebagai media penyebaran agama, kesenian

wayang itu digunakan sebagai media
penanaman budi pekerti melalui apresiasi.

5. Gagasan sebagai Pangkal Tolak
Gagasan sebagai pangkal tolak maksudnya bahwa suatu tulisan ilmiah harus mengutamakan penyampaian
isi tulisan daripada menyampaikan kemampuan
penulis mengerjakan tulisan tersebut.
(1) Dari uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam menumbuhkan dan membina anak
berbakat guru diharapkan bisa memberi motivasi
dan layanan kepada anak jenius dan cerdas.
(2) Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat
guru diharapkan bisa memberi motivasi dan
layanan kepada anak jenius dan cerdas.

(1) Yang

menjadi sampel penelitian ini
penulis mengambil semua subjek

menjadi sampelnya

(2)

Yang menjadi sampel penelitian ini
diambil dari semua subjeknya

6. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi
ilmiah berciri formal.
Ciri-ciri formal itu tampak pada berbagai lapis
unsur bahasa: kosa kata, bentukan kalimat,
dan tampilan esainya.
Pada lapis kosa kata dapat ditemukan katakata yang berciri formal dan berciri informal
sebagaimana tampak pada daftar berikut.

Kata Berciri Formal Kata Berciri Informal
bagi buat
berkatabilang
daripada ketimbang

hanya cuma, cuman
karena lantaran
korps korp
lepas copot
membuat membikin
saja aja
sudah udah
Suku cadang onderdil, spare parts
tidak nggak, ndak

Ciri keformalan bahasa juga ditampakkan pada unsur
kalimat. Kalimat yang formal ditandai oleh beberapa
ciri.
Ciri Pertama, kelengkapan unsur wajib sehingga
memenuhi kelengkapan isi preposisi. Kalimat
fragmentaris merupakan kalimat yang tidak
memenuhi persyaratan unsur wajib.
Contoh:
(1) Moeliono (1989) menyatakan bahwa bahasa ilmiah
itu lugas dan eksak serta menghindari kesamaran

dan ketaksaan dalam pengungkapan.

(2) Menurut Moeliono (1989) menyatakan bahwa
bahasa ilmiah itu lugas dan eksak serta
menghindari kesamaran dan ketaksaaan dalam
pengungkapan.
Ciri kedua adalah ketepatan penggunaan kata fungsi
atau kata tugas, yaitu kata yang berfungsi atau
bertugas menandai hubungan unsur kalimat.
(1) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat.
(2) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan
pengabdian pada masyarakat.

(3)Penggunaan urea tablet ternyata lebih hemat
daripada urea tabur.
(4) Penggunaan urea tablet ternyata lebih
hemat dari urea tabur.
(5) Bagi petani daerah ini, saluran irigasi
merupakan prasarana pertanian yang sangat

berarti.
(6) Buat petani daerah ini, saluran irigasi
merupakan prasarana pertanian yang sangat
berarti.

(7) Di lembaga tempat mahasiswa dididik
tersedia fasilitas yang cukup untuk
meningkatkan prestasi mahasiswa.
(8) Di lembaga di mana mahasiswa dididik
tersedia fasilitas yang cukup untuk
meningkatkan prestasi mahasiswa.
(9) Gedung-gedung yang akan direnovasi masih
digunakan untuk kegiatan akademik.
(10) Gedung-gedung yang mana akan direnovasi
masih digunakan untuk kegiatan akademik.

Ciri yang ketiga adalah kalimat yang mantiki.
Kalimat yang mantiki adalah kalimat yang mampu
sebagai alat pengungkap penalaran atau disebut
juga dengan kalimat bernalar.
Perhatikan Contoh berikut!

(1)Sifat objektif sebuah kalimat tidak cukup hanya
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak
tetapi kalimat aktif intransitif tidak memerlukan
objek. (Kesalahan intra kalimat)
(2)Universitas Quality memiliki fakultas Ekonomi,
Hukum, Teknik, pertanian, dan KIP. Kampus USU
Padang Bulan direncanakan akan pindah.
(Kesalahan antarkalimat)

Ciri Keempat: Tampilan esai formal
. Ciri ini menuntut pengungkapan gagasan secar utuh
dalam bentuk kalimat. Potongan-potongan gagasan
dalam kalimat diintegrasikan secara langsung dalam
kalimat. Perhatikan contoh berikut!

(1) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan:
-fabel
-legende
-mite
-sage
-penggeli hati

(2) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan: (a)

fabel, (b) legende, (c) mite, (d) sage, dan (e)
penggeli hati

Tampilan esai formal tidak hanya ditampakkan pada
tatanan unsur-unsur kalimat, tetapi juga tampak pada
penempatan kalimat dalam konteks kalimat-kalimat
yang lain dalam rangka membentuk teks.
Tampilan pada contoh (1) berikut bukan tampilan esai
formal, sedangkan pada (2) adalah tampilan esai
formal.
(1) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan atas
fabel, legende, mite, sage, dan penggeli hati.
Fabel adalah cerita tentang binatang yang dapat
berkata-kata dan berpikir seperti manusia.

Legende adalah cerita yang berhubungan dengan
keajaiban alam.
Mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau cerita
yang berhubungan dengan kepercayaan.
Sage adalah cerita yang berisi kiasan atau ibarat
yang di dalamnya terkandung ajaran hidup.
Penggeli hati adalah cerita yang mengandung
kelucuan-kelucuan atau perbuatan yang
menggelikan
(2) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan atas
fabel, legende, mite, sage, dan penggeli hati.
Fabel adalah cerita tentang binatang yang dapat
berkata-kata dan berpikir seperti manusia.

Legende adalah cerita yang berhubungan
dengan keajaiban alam. Mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau cerita yang berhubungan
dengan kepercayaan. Sage adalah cerita yang
berisi kiasan atau ibarat yang di dalamnya terkandung ajaran hidup. Penggeli hati adalah cerita yang mengandung kelucuan-kelucuan atau
perbuatan yang menggelikan.

7. Objektif
Keobjektifan bahasa ilmiah dapat terwujud
dengan penggunaan kata dan struktur .
Kata-kata yang menunjukkan sifat
subjektif/emosional tidak digunakan.
Perhatikan contoh berikut!
(1) Contoh-contoh itu telah memberikan bukti
alangkah besarnya peranan orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak.

(2) Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan

bahwa pengajaran berbicara di sekolah dasar
tidak terpancang pada salah satu metode.
(3) Contoh-contoh itu telah memberikan bukti
besarnya peranan orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak.
(4) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengajaran berbicara di sekolah dasar tidak
terpancang pada salah satu metode.

8. Ringkas dan Padat
Bahasa ilmiah berciri ringkas dan padat. Ciri ringkas
direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa
yang tidak diperlukan. Contoh:
(1) Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan
dasar pegangan hidup bagi setiap warga negara
Indonesia.
(2) Nilai etis tersebut menjadi pedoman hidup bagi
setiap warga negara Indonesia.
(3) Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa adanya dukungan dari orang tua
dalam keluarga.
(4) Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa dukungan dari orang tua.

9. Konsisten
Yang dimaksud dengan konsisten adalah pemakaian
unsur-unsur bahasa, ejaan, tanda baca digunakan
secara konsisiten. Sekali sebuah unsur digunakan
sesuai kaidah, maka unsur tersebut selanjutnya
digunakan secara konsisiten sesuai penggunaannya.
Contohnya adalah penggunaan kata tugas untuk
dan bagi yang digunakan dengan kaidah berikut:
Kata untuk digunakan sebagai pengantar keterangan
tujuan, sedangkan kata bagi digunakan sebagai
objek berkepentingan.

stilah-istilah juga digunakan secara konsisiten. Istilah
bedah bermakna sama dengan operasi. Akan tetapi,
sekali Jangan ditemukan lagikata operasi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD
Negeri 091667 Sipiongot. Subjek dari PTK ini adalah
seluruh siswa Kelas V SD Neg. 091667 Sipiongot.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan terdiri
atas dua siklus.

SEKIAN
&

TERIMA KASIH