PERANAN IPTEKS DALAM PENDIDIKAN. pdf

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih
relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Berbagai penemuan-penemuan teori baru terus berlangsung hingga
saat ini dan dipastikan ke depannya akan terus semakin berkembang.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam
bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan baru dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya arahnya tidak hanya
bersifat untuk sekarang tetapi untuk masa depan dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat
mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kepentingan bersama, kepentingan sendiri dan kelangsungan hidup
manusia. Oleh karena itu guru zaman sekarang ini dituntut mampu
mengembangkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan tidak
ketinggalan zaman, setidak-tidaknya menjadikan IPTEKS sebagai landasan untuk
pengembangan kurikulum.
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas,
meliputi semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta meliputi

aspek pendidikan juga. Media massa merupakan salah satu contoh kemajuan
teknologi yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Media massa juga
mempunyai fungsi pendidikan. Contoh kemajuan teknologi yang lain dalam
pendidikan seperti media-media pembelajaran yang saat ini sudah lebih
berkembang, jika dibandingkan dengan media pembelajaran pada masa
sebelumnya. Perkembangan IPTEKS akan memberi pengaruh yang positif selama
kita bisa memanfaatkannya secara maksimal.
Pesatnya perkembangan IPTEKS memberikan perubahan pada paradigma
pembelajaran, namun perkembangan ini perlu diimbangi dengan perkembangan
sumber daya manusia sebagai penyedia sekaligus pengguna IPTEKS tersebut.
Dalam bab ini akan dibahas beberapa peran IPTEKS dalam perubahan paradigma

1

pendidikan yang nantinya mampu dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
yang akan dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan IPTEKS?

2. Bagaimana Pengaruh IPTEKS dalam dunia pendidikan?

C. Tujuan
Makalah ini ditulis dengan beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari IPTEKS;
2. Untuk mengetahui pengaruh IPTEKS terhadap pendidikan;

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEKS
Pengertian ilmu, dalam hal ini, menunjuk pada tiga hal, yaitu; pertama; ilmu
sebagai proses berupa aktifitas kognitif-intelektuali (aktivitas penelitian), kedua;
ilmu sebagai prosedur berupa metode ilmiah, dan ketiga;. Ilmu sebagai hasil atau
produk berupa pengetahuan sistematis. Penjelasannya demikian: Ilmu sebagai
aktifitas, menggambarkan hakikat ilmu sebagai sebuah rangkaian aktivitas
pemikiran rasional, kognitif, dan teleologis (tujuan). Rasional artinya, proses
aktifitas yang menggunakan kemampuan pemikiran untuk menalar dengan tetap

berpegang pada kaidah-kaidah logika, kognitif artinya; aktivitas pemikiran yang
bertalian dengan; pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dalam membangun
pemahaman pemahaman secara terstruktur guna memperoleh pengetahuan, dan
teleologis artinya; proses pemikiran dan penelitian yang mengarah pada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu, misalnya; kebenaran pengetahuan, serta
memberi pemahaman, penjelasan, peramalan, pengendalian, dan aplikasi atau
penerapan. Semua itu dilakukan setiap ilmuwan dalam bentuk penelitian,
pengkajian, atau dalam rangka pengembangan ilmu. Ilmu sebagai prosedur
menunjuk pada pola prosedural, tata langkah, teknik atau cara, serta alat atau
media. Pola prosedural, misalnya; pengamatan, percobaan, pengukuran, survei,
deduksi, induksi, analisis, dan lainnya. Tata langkah, misalnya; penentuan
masalah, perumusan hipotesis (bila diperlukan), pengumpulan data, penarikan
kesimpulan, dan pengujian hasil. Teknik atau cara, misalnya; penyusunan daftar
pertanyaan, wawancara, perhitungan, dan lainnya. Alat dan media, timbangan,
meteran, perapian, komputer, dan lainnya. Ilmu sebagai hasil atau produk berupa
pengetahuan sistematis, ilmu dipahami sebagai seluruh kesatuan ide yang
mengacu ke obyek (dunia obyek) yang sama dan saling berkaitan secara logis.
Ilmu, karena itu, dipandang sebagai sebuah koherensi sistematik, dengan
prosedur, aksioma, dan lambang–lambang yang dapat dilihat dengan jelas melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah. Ilmu memuat di dalam dirinya hipotesis-hipotesis

(jawaban-jawaban sementara) dan teori-teori (hipotesis-hipotesis teruji) yang

3

belum mantap sepenuhnya. Ilmu sering disebut pula sebagai konsep pengetahuan
ilmiah karena ilmu harus terbuka bagi pengujian ilmiah (pengujian keilmuan).
Jadi, ilmu cenderung dipahami sebagai pengetahuan yang diilmiahkan atau
pengetahuan yang diilmukan, sebab tidak semua pengetahuan itu bersifat ilmu
atau harus diilmiahkan. Sebagai hasil kegiatan ilmiah, ilmu merupakan
sekelompok pengetahuan (konsep-konsep) mengenai sesuatu hal (pokok soal)
yang menjadi titik minat bagi permasalahan tertentu. Sebuah pengetahuan ilmiah
memiliki 5 (lima) ciri pokok, yaitu; empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan
verifikatif. Ilmu, dalam hal ini, cenderung dilihat dalam hubungan dengan obyek
keilmuan (obyek material dan formal) dan metode keilmuan tertentu. Kesatuan
ilmu bersumber di dalam kesatuan obyeknya. Orang, misalnya kaum peneliti,
membatasi ilmu sebatas metodologi keilmuan. Alasannya, kaitan-kaitan logis
yang dicari di dalam ilmu tidak dicapai dengan penggabungan ide-ide yang
terpisah, tetapi pada pengamatan dan berpikir metodis, yang tertata rapih. Alat
bantu metodologis keilmuan adalah “teknologi ilmiah” dalam menguji-coba atau
mengeksperimentasi konsep-konsep ilmu. Jadi, ilmu adalah rangkaian aktivitas

manusia yang rasional kognitif, dengan berbagai metode berupa anek prosedur
dan tata langkah, sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sitematis
mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, dan keorangan untuk tujuan
mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, atau
penerapan.
Pengetahuan pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan dan ide yang
terkandung di dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala
atau peristiwa, baik yang bersifat alamiah, keorangan, atau kemasyarakat.
Pengetahuan dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu pengetahuan biasa dan
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa adalah bentuk pengetahuan yang biasa
ditemui dalam pikiran atau pandangan umum (common sense) dalam kehidupan
harian, sementara pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang telah diolah
secara kritis menurut prinsip-prinsip keilmuan untuk menjadi ilmu. Pengetahuan
ilmiah (Scientific knowledge) adalah pengetahuan yang disusun bersdasarkan
azas-azas yang cocok dengan pokok soal dan dapat membuktikan kesimpulankesimpulannya. Pengetahuan ilmiah melukiskan suatu obyek khusus tentang jenis

4

pengetahuan yang khusus mengenai obyek dimaksud. Ilmu merupakan
pengetahuan yang tersusun secara sitematis. Jadi, pengetahuan merupakan isi

substantif yang terkandung dalam ilmu. Pengetahuan, karenanya, merupakan
dasar bangunan sebuah ilmu.
Ensiklopedi Nasional Indonesia mengartikan kata Teknologi sebagai ilmu
mengenai teknik. Teknik ialah metode / cara dan keterampilan untuk membuat
sesuatu atau mengerjakan benda-benda. Dalam arti yang sempit teknologi
diartikan dengan peristilahan, dan praktik sains terapan yang mempunyai nilai
praktek atau penggunaan di industri. Dalam arti yang agak lebih luas, teknologi
adalah semua proses yang bersangkutan dengan bahan. Teknologi bukanlah bakat
atau kodrat, melainkan harus dipelajari, baik sebagai sains terapan maupun
sebagai suatu kecakapan tangan.
Teknologi sebenarnya mencakup ilmu pengetahuan dan engineering atau
teknik. Jadi teknologi itu sendiri sebenarnya telah mengandung ilmu pengetahuan
di dalamnya. Namun dalam arti tertentu dan banyak dipakai bahwa teknologi
merupakan

applied science,

yaitu penerangan ilmu

pengetahuan


bagi

kesejahteraan manusia.Jadi sebenarnya, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena saling terkait. Ilmu pengetahuan tanpa
teknologi bagaikan pohon tidak berbuah, sedangkan teknologi tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan pohon tanpa akar.
“Teknologi adalah penggunaan yang efisien dari ilmu, keterampilan, dan
bahan untuk memproduksi benda-benda kebudayaan” (Burhanudin, 2000 : 20).
Lebih lanjut ditegaskan pula bahwa dalam teknologi, kerja sama antara pikiran
dan tangan merupakan alat yang efektif untuk memproduksi barang. Melalui kerja
sama antara pikiran dan tangan, manusia yang tidak lengkap ini mampu bertahan
untuk hidup, tidak saja dalam menghadapi binatang buas dan secara alamiah lebih
diperlengkapi,

tetapi

juga

dalam


menghadapi

keganasan

alam.

Untuk

mempertahankan diri terhadap binatang buas misalnya, manusia primitif membuat
senjata. Sedangkan untuk mempertahankan diri terhadap perubahan cuaca, mereka
membuat baju, tempat tinggal, membuat api, dan lain-lain. Melalui teknologi
orang telah mampu memperluas jangkauannya membuat gerobak, kapal, mobil,
dan kapal terbang. Disamping memperkuat dan memperluas jangkauan tangan,

5

teknologi juga mampu menyempurnakan organ-organ tubuh lainnya. Alat-alat
optik misalnya, mampu membantu mata melihat benda-benda yang sangat kecil
atau yang letaknya sangat jauh. Telepon dan radio mampu meningkatkan

kemampuan manusia dalam mendengar dan komputer dalam berpikir.
Bila dipandang secara keseluruhan maka perkembangan teknologi
menunjukkan kemajuan yang terus-menerus. Pada tahap pertama perkembangan
kebudayaan, teknologi baru membantu pekerjaan yang dilakukan dengan tangan
manusia. Kemudian dengan digunakannya binatang, roda, dan as, setahap demi
setahap tenaga alam menggantikan tenaga manusia. Mesin-mesin makin lama
makin disempurnakan dan menjadi lebih kuat sesuai dengan adanya
perkembangan di bidang tenaga uap, tenaga listrik, dan tenaga nuklir. Sejalan
dengan perubahan setahap demi setahap dari penggunaan secara langsung tangan
manusia pada alat-alat dan mesin maka terjadi pula perubahan dari penggunaan
hasil alam secara langsung kepada penggunaan bahan-bahan sintetis hasil
teknologi.
Sekarang

kemajuan

teknologi

sudah


sampai

pada

pengembangan

otomatisasi. Masalahnya sudah bukan lagi pada peningkatan kemampuan organorgan tubuh manusia, akan tetapi sudah sampai pada meniru perbuatan manusia
sebagai suatu sistem tertutup. Dalam otomatisasi, mesin mengambil alih segala
pekerjaan yang tadinya dilakukan manusia.
Kemajuan teknologi ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan individual, sosial, dan kebudayaan. Dengan adanya peningkatan
produksi yang tinggi maka berbagai macam kebutuhan manusia dapat dipenuhi
dengan lebih baik. Tetapi di lain pihak teknologi cenderung membuat manusia
menjadi suatu unit yang abstrak dalam hubungan yang abstrak dari suatu
masyarakat dan kebudayaan teknologi. Jadi, inti dari masalah kehidupan modern
adalah proses menjadi abstrak, yang dapat melemahkan kehidupan pribadi dan
hubungan sosial. Kepribadian kehilangan perasaan aman, dan dalam kehidupan
sosial, perasaan setia kawan menjadi berkurang.
Teknologi, pada dasarnya adalah suatu hasil dari proses evaluasi secara
teoretis dan ekonomis. Proses evaluasi secara teoretis menghasilkan pengetahuan

yang diperlukan tentang alam. Sedangkan proses evaluasi secara ekonomis

6

memungkinkan adanya efisiensi dalam pembuatan benda-benda berdasarkan
pengetahuan teoretis. Karena itu, prestasi terbesar dari teknologi adalah dalam
lingkungan kehidupan ekonomi, yaitu dalam menghasilkan benda-benda ekonomi.
Akan tetapi, tentu saja masalah efisiensi ini juga penting pada benda-benda
kebudayaan lainnya.
Teknologi tidaklah hanya menjangkau benda-benda yang bersifat materi
saja. Teknologi dapat juga menjangkau ruang lingkup benda-benda nonmateri,
seperti konsep, ide, gagasan, cita-cita, norma, dan sebagainya. Dalam ruang
lingkup benda-benda nonmateri, peranan benda-benda instrumen seperti isyarat
dan simbol sangatlah penting. Bahasa merupakan suatu sistem dari simbol.
Teknologi yang berhasil dikembangkan akan bersentuhan dengan nilai-nilai
seni atau keindahan. Seni merupakan hasil aktivitas batin yang direfleksikan
dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain. Dalam
pengertian ini yang termasuk seni adalah kegiatan yang menghasilkan karya
indah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPTEKS merupakan ilmu pengetahuan
yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari dan
dituangkan dalam sebuah perangkat ide, metode, teknik benda-benda material
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
B. Pengaruh Perkembangan IPTEKS Dalam Pendidikan
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas,
meliputi semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan,
etika dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi.
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan
merupakan salah satu aspek sosial. Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan
formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal, sebab pendidikan meliputi
segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan, memperoleh keterampilan dan membentuk sikap-sikap tertentu.
Kemajuan di bidang komunikasi massa juga sangat berpengaruh terhadap
pendidikan. Sebab media massa juga merupakan media pendidikan. Dengan kata
lain, melalui media massa, dapat berlangsung proses pendidikan. Baik tayangan-

7

tayangan yang berbentuk informasi ataupun tayangan yang bersifat hiburan juga
mempunyai nilai-nilai pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan banyak
perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual,
maupun material. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru, dan sikap hidup baru. Hal-hal
tersebut menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan pendidikan bukan
hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga
mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan
datang.
Dengan

demikian,

perkembangan

menyebabkan

perkembangan

perkembangan

ilmu

pula

pengetahuan

ilmu

pada
dan

pengetahuan
dunia

teknologi

dan

teknologi

pendidikan.

Pengaruh

bukan

hanya

dalam

bentuk hardware tetapi juga software dan hubungan antar manusia. Sekolah atau
lembaga-lembaga pendidikan lainnya, merupakan tempat pemindahan teknologi
yang bersifat software dan hubungan antar manusia. Di sekolah, perguruan tinggi
atau lembaga pendidikan lainnya, dipelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip,
kaidah-kaidah, cara-cara, dan pendekatan-pendekatan baru, untuk memahami dan
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan di rumah dan masyarakat,
dalam pekerjaan serta dalam hubungan-hubungan yang lebih luas. Hal-hal
tersebut juga menuntut selalu adanya perkembangan dari pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun
tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi, materi,
atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung
adalah

perkembangan

ilmu

perkembangan masyarakat,
problema-problema

baru

pengetahuan

teknologi,

menyebabkan

dan perkembangan masyarakat

menimbulkan

yang

menuntut

dan

pemecahan

masalah

dengan

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam
pendidikan.
Era informasi dan pengenalan ICT di dunia pendidikan telah mengubah
paradigma pembelajaran. Di era ini, menurut UNESCO, lembaga-lembaga

8

pendidikan tidak hanya dituntut untuk mendorong peserta didik untuk belajar (to
learn), tetapi juga dituntut untuk dapat mendorong peserta didik untuk belajar

menguasai ilmu (learning to acquire knowledge), mempromosikan aktivitas
belajar bertindak (learning to act), belajar hidup bersama (learning to live
together ), dan belajar untuk kehidupan (learning for life), dengan paradigma

belajar sepanjang hayat (life long learnng).
Di tengah arus informasi yang mengalir deras dan semakin mudah diakses,
lembaga-lembaga

pendidikan

tidak

bisa

lagi

sekedar

menjadi

tempat

berlangsungnya transmisi informasi dari guru kepada murid dalam periode waktu
dan batasan ruang tertentu. Lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk dapat
berperan sebagai fasilitator bagi para pendidik dan peserta didik untuk
mengembangkan aktivitas pembelajaran yang mobile, dinamis, dan menembus
batasan ruang (spaceless), batasan waktu (timeless), dan batasan kenegaraan
(borderless). Dukungan ICT memungkinkan proses pembelajaran terjadi
kapanpun dan dimanapun. Dalam konteks ini maka guru tidak lagi menjadi figur
sentral dan sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya lingkungan belajar bagi
peserta didik. Guru dan sekolah hanyalah fasilitator dan mediator pembelajaran.
Sarana ICT membuat proses pebelajaran bersifat multi dimensi dan multi
purposes.
Perubahan paradigma pembelajaran beriringan dengan perubahan paradigma
tentang literasi (melek huruf). Di era informasi, menurut seorang futurist, Alvin
Toffler (1990), orang yang disebut buta huruf bukanlah orang yang tidak bisa
membaca dan menulis, tetapi orang yang tidak bisa belajar (learn), tidak bisa
mengubah kebiasaan (unlearn), dan tidak bisa belajar kembali (relearn). Toffler
agaknya ingin mengingatkan kita bahwa masyarakat yang hidup di era informasi
dituntut untuk memiliki tradisi belajar yang kuat, agar para anggotanya mampu
menyerap, mengelolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan selektif.
Masyarakat yang kuat dan unggul di era informasi adalah masyarakat yang
menguasai atau mengendalikan informasi, dan masyarakat yang menguasai
informasi adalah masyarakat yang menguasai ICT. Jika tidak disertai dengan
tradisi belajar yang kuat, penguasaan ICT hanya akan memberikan kesenangan,
tidak memberikan ilmu pengetahuan. Dengan tradisi belajar yangg kuat, semua

9

anggota masyarakat memiliki kemauan keras untuk belajar, selalu siap untuk
berubah (open minded), dan terus belajar sampai akhir hayat (lifelong education).
Pentingnya tradisi belajar yang kuat bagi satu masyarakat diingatkan pula oleh
salah satu Presiden Amerika Serikat, Benjamin Franklin, melalui ungkapannya
sebagai berikut: “Being ignorant is not so much a shame, as being unwilling to
learn” (menjadi orang yang enggan belajar lebih memalukan daripada menjadi
orang yang tidak tahu apa-apa).
Tradisi belajar akan menentukan tingkat literasi. Di era informasi, tingkat
literasi yag dibutuhkan oleh satu masyarakat untuk dapat berkembang dan
bersaing sangat tinggi dan bervariasi. Di era ini, menurut Alvin Toffler (1990),
seseorang dituntut untuk melek dalam enam aspek. Pertama , melek fungsional
(functional literacy) atau melek visual (visual literacy), yaitu memiliki
kemampuan untuk menangkap makna dan mengekspresikan ide-ide melalui
berbagai media, termasuk penggunaan images, graphics, video, dan charts. Kedua ,
melek ilmiah (scientific literacy), mampu memahami aspek-aspek teoritis dan
aplikatif dari sains dan matematika. Ketiga , melek teknologi (technological
literacy), berkompeten dalam menggunakan berbagai teknologi komunikasi dan

informasi. Keempat, melek informasi (information literacy), mampu menggali,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara tepat, termasuk dengan
menggunakan TIK. Kelima , melek budaya (cultural literacy), mengapresiasi
keragaman budaya. Keenam, kesadaran global (global awareness), memahami
bagaimana berbagai bangsa, korporasi, dan komunitas di seluruh dunia terhubung
satu sama lain.
Tingkat literasi yang sangat tinggi dan bervariasi menuntut lembaga-lembaga
pendidikan untuk tidak hanya berperan sebagai pusat belajar (center for learning),
tetapi juga sebagai pusat budaya (center for culture), dan pusat peradaban (center
for civilization).

Peran yang sangat penting dan strategis sebagai pusat belajar, pusat budaya,
dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat
mengembangkan aktivitas pembelajaran yang memiliki paradigma yang jelas dan
daya jangkau yang luas. Dalam konteks inilah sarana ICT menjadi sangat urgen,
karena sarana ICT memberikan nilai manfaat yang sangat banyak. Menurut

10

penelusuran UNESCO (2013), ada lima manfaat yang dapat diraih melalui
penerapan ICT dalam sistem pendidikan: (1) mempermudah dan memperluas
akses terhadap pendidikan; (2) meningkatkan kesetaraan pendidikan (equity in
education); (3) meningkatkan mutu pembelajaran (the delivery of quality learning
and teaching); meningkatkan profesionalisme guru (teachers’ professional
development); dan (4) meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, tata
kelola, dan administrasi pendidikan.
Selain menggambarkan fenomena integrasi ICT ke dalam sistem pendidikan
yang terus berkembang dan meluas, jargon-jargon dan berbagai perkembangan
yang ada juga menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh perkembangan ICT
terhadap

dunia

pendidikan,

khususnya

terhadap

pergeseran

paradigma

pembelajaran dan paradigma pengelolaan lembaga pendidikan. Fenomena ini
mengingatkan kita betapa ironisnya jika di era informasi sekarang ini masih ada
lembaga-lembaga pendidikan dan aktivitas pebelajaran yang tidak tersentuh oleh
ICT atau jika masih ada pendidik dan peserta didik yang tidak terekspose pada
aplikasi ICT dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. Dan yang lebih ironis
lagi jika di era informasi ini masih ada penentu kebijakan pendidikan (educational
policy maker) yang menomorduakan atau mengabaikan sarana ICT dalam
berbagai agenda pembangunan pendidikan.
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada
tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses
kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga
pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan
dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan
dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk
membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya
perkembangan TIK,

maka telah terjadi

pergeseran pandangan

tentang

pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di
masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang
sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3)
satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter,
(5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-

11

satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan
TIK

telah

terjadi

perubahan

pandangan

mengenai

pembelajaran

yaitu

pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan
pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif
dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan,
minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas,
perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran
guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama
informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator
pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2)
dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih

banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap
siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran
telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi
partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali
pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari
pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran
berkolaboratif dengan siswa lain.
Beberapa model pembelajaran yang menggunakan ICT sebagai dasar
pedomannya adalah sebagai berikut.

a. E-Learning

Kecenderungan untuk mengembangkan E-Learning sebagai salah satu
alternatif pembelajaran diberbagai lembaga pendidikan, pelatihan dan perguruan
tinggi semakin meningkat sejalan dengan perkembangan bidang teknologi dan
informasi. E-Learning sebagai model pembelajaran baru dalam pendidikan
memberikan peran dan fungsi yang besar bagi dunia pendidikan yang selama ini
dibebankan

dengan

banyaknya

kekurangan

dan

kelemahan

pendidikan

konvensional (pendidikan pada umumnya) diantaranya adalah keterbatasan ruang
dan waktu dalam proses pendidikan konvensional. Teknologi informasi yang
mempunyai standar platform internet yang bisa menjadi solusi permasalahan

12

tersebut karena sifat dari internet itu sendiri yaitu memungkinkan segala sesuatu
saling terhubung belum lagi karakter internet yang murah, sederhana dan terbuka
mengakibatkan internet bisa digunakan oleh siapa saja (everyone), dimana saja
(everywhere), kapan saja (everytime) dan bebas digunakan (available to every
one).

Pengembangan pendidikan menuju E-Learning merupakan suatu keharusan
agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena E-Learning merupakan
satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam
jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) E-Learning merupakan
jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi
dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna
terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
(3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik
paradigma pembelajaran
E-Learning merupakan wujud sistem belajar online yang tidak tergantung pada

keterbatasan ruang. Pembelajaran online ini dirnaksudkan sebagai sarana yang
menyelenggarakan pendidikan yang tidak terlalu mengandalkan kontak langsung antara
pendidik/pengajar dengan peserta didik/mahasiswa yang berarti juga tidak memerlukan
ruang khusus untuk membahas materi pembelajaran. Pengajaran di kelas digantikan
dengan pemberian materi yang dapat dibaca oleh mahasiswa. Bentuk pengajaran Iain
seperti diskusi, tanya jawab dan evaluasi dilakukan secara jarak jauh yang sernuanya
dilakukan melalui jaringan computer.

b. Resource Sharing

Fungsi lain internet diantaranya sebagai Resource Sharing. Fungsi Resource
Sharing diartikan bahwa internet dapat berfungsi sebagai ”tempat berbagi”, di
mana setiap pengguna internet dapat mencurahkan segala ilmu pengetahuan, dan
pendapat pribadinya di server-server internet sehingga pengguna lain dapat
membacanya. Selain itu di internet bila kita temukan berbagai sumber
pengetahuan, buku-buku gratis, CD gratis, dan bahkan secara saklek dapat
disebutkan kita akan mendapatkan segala hal melalui internet ini.
Resource sharing adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama-

sama oleh sekelompok perpustakaan yang tergabung dalam sebuah konsorsium

13

atau jaringan yang bertujuan untuk meningkatkan layanan dan mengurangi biaya
pengembangan koleksi. Resource sharing tersebut dapat dilakukan dengan
kesepakatan formal maupun informal yang diterapkan secara lokal, nasional,
ataupun internasional. Sedangkan sumber daya yang di-share tersebut dapat
berupa koleksi, data bibliografis, pegawai, dan fasilitas.
Ada empat konsep penting dalam resource sharing yaitu.
1. Cooperative collection development (pengembangan koleksi bersama)

adalah Sebuah mekanisme dimana dua atau beberapa perpustakaan
sepakat bahwa setiap perpustakaan akan bertanggung jawab pada
pengumpulan koleksi bidang-bidang tertentu dan perpustakaan tersebut
akan bersedia saling tukar-menukar koleksi-koleksi tersebut dengan
perpustakaan lain tanpa biaya.
2. Coordinated acquisitions (pengadaan yang terkoordinasi) adalah Sebuah

mekanisme dimana dua atau beberapa perpustakaan sepakat untuk
membeli bahan pustaka-bahan pustaka tertentu dan atau menanggung
biaya-biaya bersama dan dua atau beberapa anggota menyimpan bahan
pustaka tersebut.
3. Joint acquisition (pengadaan bersama) adalah Sebuah mekanisme dimana

dua atau beberapa perpustakaan mengadakan pemesanan bersama
terhadap suatu produk atau jasa, dan setiap perpustakaan menerima
produk atau jasa tersebut, seperti kesepakatan untuk membeli atau
berlangganan pangkalan data elektronik
4. Shared collection information (informasi koleksi bersama) adalah Sebuah

sistem yang mana anggota menggunakan informasi dalam sebuah
pangkalan

data

bersama

tentang

koleksi

perpustakaan

untuk

mempengaruhi keputusan-keputusan seleksi atau pengadaan mereka
Ke-empat konsep tersebut di atas dapat mendorong kepada resource sharing
diantara anggota-anggota yang tergabung dalam sebuah konsorsium atau jaringan
perpustakaan.

14

c. Multychanel Learning

Dalam EDC Learning Transforms Live dijelaskan bahwa “Multichannel
learning is a strategy that provides multiple ways for people to engage in the
learning process..”

Multichanel learning adalah strategi yang menyediakan

beberapa cara bagi orang untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Strategi ini
mengakui bahwa orang yang berbeda belajar dengan cara yang berbeda. Strategi
ini dapat menghubungkan peserta didik tidak hanya dengan guru atu dengan
sumber buku tapi dengan berbagai aspek yang dapat berpengaruh pada
perkembangan peserta didik sendiri.
Multychanel Learning biasanya digunakan di perguruan tinggi-perguruan

tinggi yang memiliki fasilitas teknologi yang memadai. Metode Multi Channel
Learning (MMCL) adalah proses belajar mengajar antara dosen dan
mahasiswanya tanpa adanya suatu pertemuan perkuliahan, namun dapat dilakukan
melalui berbagai channel dan berbagai resources.Pertemuanya dapat dilakukan
secara maya dalam kegiatan diskusi, kolaborasi yang diatur oleh learning
management system.
Metode Multi Channel Learning (MMCL) dibagi daam tiga aspek, yaitu:







tatap muka dengan dosen
online learning
persiapan belajar diluar kelas(self study)

Dosen berperan sebagai motivator, fasilitator, dan moderator dalam proses
pembelajaran.Dengan adanya metode ini diharapkan kegiatan perkuliahan dapat
berjalan walaupun tanpa dosen.Sehingga apabila dosen berhalangan hadir maka
dosen dapat memberikan kuliah denga metode ini.Dosen dapat memberikan
kuliah lewat jarak juah dan apabila dosen sedang ada acra maka pemberian tugas
dapat dilakukan lewat media ini.Akan tetapi metode ini sangat sulit untuk
dilakukan dilingkungan kampus dengan sarana yang minim.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPTEKS merupakan ilmu pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan
prinsip hal yang sedang dipelajari dan dituangkan dalam sebuah perangkat ide,
metode, teknik benda-benda material yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh
langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi,
materi, atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak
langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan
perkembangan masyarakat,
problema-problema

baru

dan perkembangan masyarakat
yang

menuntut

pemecahan

menimbulkan

masalah

dengan

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam
pendidikan.
IPTEKS mampu membuat pergeseran pada paradigma pembelajaran dimana .
lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergeser
menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut.
Lingkungan
Aktivitas kelas
Peran guru
Penekanan pengajaran
Konsep pengetahuan
Penampilan keberhasilan
Penilaian
Penggunaan teknologi

Berpusat pada guru
Guru sebagai sentral dan
bersifat didaktis
Menyampaikan
faktafakta, guru sebagai ahli
Mengingat fakta-fakta

Berpusat pada siswa
Siswa sebagai sentral dan
bersifat interaktif
Kolaboratif,
kadangkadang siswa sebagai ahli
Hubungan
antara
informasi dan teman

Akumulasi fakta secara
Transformasi fakta-fakta
kuantitas
Kuantitas
pemahaman,
Penilaian acuan norma
penilian acuan patokan
Soal-soal
pilihan Portofolio,
pemecahan
berganda
masalah dan penampilan
Komunikasi,
akses,
Latiahn dan praktek
kolaborasi, ekspresi

16

B. Saran
Berkembangnya IPTEKS yang sangat cepat sebaiknya diimbangi juga dengan
perkembangan kemampuan dalam mengakses informasi yang disediakan belalui
IPTEKS. Sebaiknya sebagai seorang pengajar mengajarkan peserta didik dengan
media bantu yang berbasis ICT akan lebih membantu dalam proses pembelajaran,
tentunya diimbangi dengan penguatan dari apa yang disediakan oleh media yang
digunakan sebagai sumber belajar.

17

DAFTAR PUSTAKA
Cara akses internet. Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Clara HerlinaKarjo. 2011. Teachers’ And Learners’ Accountsof Teaching
EDC Learning Transforms Live. Multichannel Learning. Tersedia pada
http://idd.edc.org/our_work/technology/multichannel-learning. diakses
pada 12 Desember 2014
Learningstrategiesin Multi Channel Learning System. Bina Nusantara University,
Jakarta
Metode

multychenel
learning.
Tersedia
pada
http://himapfisumpwr.blogspot.com/2011/05/metode-multi-channellearningmmcl.html. diakses pada 12 Desember 2014

Multi Channel Learning (MCL). P2P ‐ Universitas Negeri Jakarta

Salam Dewi, Dkk. 2008.Mozaik Teknologi Pendidikan.Kencana Prenada Media
Group. Jakarta
----------------------. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada
Media Group. Jakart
Yusri Dkk. 2011. Berbagi sumber daya (resource sharing). Tersedia pada
http://leuwiliang-bogor.blogspot.com/2011/11/berbagi-sumber-dayaresource-sharing.html. diakses pada 12 Desember 2014

18