PELATIHAN PEMBELAJARAN SENI TARI PADA AN

PELATIHAN PEMBELAJARAN SENI TARI PADA ANAK USIA
DINI MELALUI PENDEKATAN EKSPRESI BEBAS BAGI GURU
TAMAN KANAK-KANAK WILAYAH KECAMATAN
GAJAH MUNGKUR SEMARANG
Eny Kusumastuti
Abstrak
Pembelajaran seni sangat berperan penting dalam proses pembentukan
pribadi dan pengembangan kreativitas anak usia dini sebagai
penyeimbang berfikir vertikal dan lateral. Pada hakekatnya,
pembelajaran seni jika dikelola dengan baik akan dapat memberikan
banyak kontribusi dalam meningkatkan kreativitas anak didik. Melihat
pentingnya pengem-bangan kreativitas anak, perlu dipersiapkan
kondisi-kondisi yang memberikan kemungkinan pada anak didik untuk
dapat menyalurkan bakat dan kreativitasnya secara optimal Salah satu
strategi yang tepat dalam pembelajaran seni untuk memupuk dan
mengembangkan kreativitas anak adalah pendekatan ekspresi bebas
yang sifatnya terarah. Pendekatan ekspresi bebas merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan anak dalam memecahkan masalah
secara bersama-sama.
Kata Kunci: Pembelajaran seni tari, kreativitas, pendekatan ekspresi
bebas, anak usia dini.

PENDAHULUAN
Kreativitas adalah sebuah ciri kehidupan manusia. Kemampuan kreatif ini
dapat dipupuk dan dikembangkan

salah satunya melalui media pendidikan.

Pendidikan sebagai sarana pemupukan dan pengembangan kreativitas anak, harus
dikelola dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak
pendidikan harus dibekali kemampuan yang memadai mengenai bagaimana
membelajarkan anak didiknya. Dengan kemampuan yang memadai, diharapkan
kreativitas anak dapat dirangsang dan akhirnya anak memiliki kemampuan
memecahkan masalah secara kreatif.

Namun dalam kenyataannya, strategi

pembelajaran yang diterapkan di sekolah tampak masih lebih mengutamakan
pengembangan intelektual daripada pemupukan krativitas siswa (Munandar 1983: 8485). Demikian pula De Bono (dalam Sumaryanto 2001: 2-3) melihat bahwa dalam

1


pendidikan, kemampuan berpikir vertikal (intelektual) siswa lebih dipentingkan
daripada kemampuan berpikir lateral (termasuk kreativitas), meskipun seharusnya
kedua kemampuan berpikir tersebut saling menunjang.
Pembelajaran seni (tari, musik, drama, rupa) adalah salah satu media
pendidikan yang ideal untuk menyeimbangkan proses berfikir vertikal dan lateral. Hal
ini dibuktikan dalam penelitian Triyanto (2001: 387-388) yang menyatakan bahwa
pembelajaran seni (khususnya seni rupa) di Taman Kanak-kanak berlangsung secara
efektif dengan ditandai terciptanya kondisi yang memberi peluang anak secara bebas
terkendali mengembangkan kepekaan, fantasi, imaginasi dan kreasi anak. Pendidikan
seni tari juga sangat efektif diberikan pada anak karena dapat melatih keterampilan
dan koordinasi gerakan anak, sekaligus sebagai sarana untuk memperkenalkan,
membudayakan dan menanamkan nilai-nilai seni budaya bangsa (Kusumastuti 2003:
42). Pendidikan seni tari juga mampu membentuk budi pekerti anak sesuai dengan
nilai-nilai budaya bangsa (Lestari 1998: 160). Dari ketiga penelitian tersebut, jelas
membuktikan bahwa pendidikan seni sangat berperan penting dalam proses
pembentukan pribadi anak dan pengembangan kreativitas anak sebagai penyeimbang
berfikir vertikal dan lateral. Hal yang perlu diperhatikan lebih dalam adalah
keterbatasan guru dalam aspek kognitif dan psikomotorik dalam bidangnya.
Berdasarkan pengamatan awal, pembelajaran seni untuk anak usia dini
berjalan sendiri-sendiri, dan tidak ada kesinambungan serta keterkaitan antara seni

yang satu dengan seni yang lain. Penyebabnya adalah salah satunya

karena

ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kreativitas anak (Nursito 2000: 11).
Keadaan ini lebih diperburuk dengan kekurangmantapan keterampilan dalam
berkarya seni dan minimnya wawasan guru terhadap materi, tujuan dan hakekat
pendidikan seni dan kurangnya sarana yang ada di sekolah.
Pada hakekatnya pembelajaran seni jika dikelola dengan baik akan dapat
memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan kreativitas anak didik. Karena
pentingnya pembelajaran ini, maka perlu dipersiapkan kondisi-kondisi yang
memberikan kemungkinan pada anak didik untuk dapat menyalurkan bakat dan
kreativitasnya secara optimal. Untuk itu, bukan saja diperlukan sarana yang memadai
tetapi juga kesiapan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan tari,

2

termasuk guru sebagai pengelola sistem instruksional. Oleh sebab itu disamping
menguasai teori-teori yang melandasi pendidikan seni, guru-guru yang mengajar seni
juga dituntut untuk mampu menerapkan strategi-strategi pembelajaran seni yang

tepat. Guru harus mampu memahami kurikulum yang sedang digunakan saat ini,
mampu menjabarkan secara lebih terperinci lagi, mampu merancang dan
mengaplikasikan strategi instruksional yang tepat serta dapat memacu dan
mengembangkan kreativitas anak didik.
Salah satu strategi yang tepat dalam pembelajaran seni untuk memupuk dan
mengembangkan kreativitas anak adalah pendekatan ekspresi bebas yang sifatnya
terarah. Pendekatan ekspresi bebas merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
anak dalam memecahkan masalah secara bersama-sama. Kegiatan pembelajarannya
dirancang dengan menggunakan model emerging curriculum yaitu kegiatan
pembelajaran yang tidak dirancang sebelumnya tetapi berkembang sesuai dengan
keinginan anak (Salam 2005: 13).
Melihat kenyataan tersebut, diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan seni
tari yang intensif bagi guru Taman Kanak-kanak wilayah Kecamatan Gajahmungkur
Semarang guna meningkatkan kemampuan guru dalam bidang seni tari sehingga
mampu mengajar anak didiknya dengan maksimal sebagai upaya pengembangan
kreativitas anak usia dini. Penyuluhan dan Pelatihan ini meliputi ruang lingkup tari
serta unsur-unsurnya, teknik pemilihan jenis tari yang sesuai dengan tingkat anak usia
dini, proses kreativitas pada anak usia dini dalam pembelajaran tari, proses
pembelajaran seni tari pada anak usia dini melalui pendekatan ekspresi bebas, dan
kemampuan guru dalam memeragakan gerak dan lagu.

Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan
potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme (Roger 1962
dalam Munandar 1999: 18). Sedangkan Clark Moustakis (dalam Munandar 1999: 18)
menyatakan

bahwa

kreativitas

adalah

pengalaman

mengekspresikan

dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan
diri sendiri, dengan alam dan dengan orang lain.


3

Munandar (1983: 78-79) mengklasifikasikan proses kreatif dalam empat
tahapan yaitu persiapan (preparation), inkubasi (incubation), iluminasi (illumination)
dan verifikasi (verification). Tidak setiap proses kreatif melibatkan empat langkah
tersebut. Primadi (2000: 24-33) mengemukakan bahwa proses kreasi pada dasarnya
terdiri dari dua tahap, yaitu tahap ide dan tahap pelaksanaan ide. Kedua tahap tersebut
berisi delapan tingkat proses kreasi. Proses

ide adalah hasil integrasi proses

imaginasi, dari tingkat biasa sampai tingkat tertinggi, dari ketiga jenis dan sumber
image yang kita miliki, dari semua indera, dalam penghayatan. Tahap ide meliputi (1)
persiapan, (2) pengumpulan bahan, (3) empathy menuju pra ide, (4) pengeraman pra
ide, (5) penetasan ide. Selanjutnya tahap pelaksanaan adalah proses pelaksanaan
sebagaimana mengejawantah keluar. Proses pelaksanaan terdiri dari: (6) aspek luar
pelaksanaan, (7) aspek integral pelaksanaan, (8) tingkat kreasi tertinggi. Tingkattingkat dalam proses kreasi tersebut tidak harus berurutan pelaksanaannya, dapat
meloncat-loncat, berubah urutannya, saling overlapping, berintegrasi dan sebagainya.
Menurut Lasky dan Mukerji (1984: 17-23), terdapat empat tahapan dalam

proses kreatif yaitu (1) menjelajahi, (2) memfokuskan, (3) menghasilkan, dan (4)
mengakhiri. Dalam usaha memupuk kreativitas anak diperlukan sebuah metode yang
digunakan pada anak-anak kreatif yaitu melalui pengajuan pertanyaan yang dapat
menggugah kreativitas anak tersebut. Ada lima ciri atau kemampuan yang
menunjukkan seorang anak kreatif, yaitu: (1) kefasihan/kelancaran (fluency), yaitu
kemampuan untuk mengemukakan banyak gagasan yang mirip dalam memecahkan
masalah, (2) fleksibiltas (flexibility), yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan
yang berbeda, (3) originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
atau memberikan respons yang unik atau tidak biasa, (4) elaborasi (elaboration),
yaitu kemampuan untuk mengajukan berbagai perincian dalam mentransformasikan
gagasan menjadi suatu tindakan nyata, (5) sensitivitas (sensitivity), yaitu kepekaan
terhadap masalah dan situasi yang dihadapi (Carin dan Sund 1978 dalam Sumaryanto
2001: 6).
Pada dasarnya metode belajar kreatif dapat diberikan kepada semua siswa,
terbatas pada siswa yang cerdas atau berbakat saja. Menurut Treffinger, 1980 (dalam
Sumaryanto 2001: 6) ada tiga alasan mengapa belajar kreatif penting bagi semua

4

siswa, sebab (1) semua siswa memiliki potensi kreatif meskipun pada rentang yang

berbeda; (2) tidak dapat diragukan lagi perilaku kreatif semua siswa dapat
ditingkatkan; (3) kreatif bukan hanya diprioritaskan pada siswa yang cerdas dan
berbakat.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk
mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan
kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan adalah bakat
tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan
kreativitas, menurut Munandar (1999: 45-46) ada empat aspek dari kreativitas yang
perlu diperhatikan adalah (1) pribadi, (2) pendorong (press), (3) proses, (4) produk.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Prasekolah, yang
dimaksud dengan usia dini adalah anak yang berusia empat tahun sampai memasuki
pendidikan dasar (Depdikbud 1990: 2). Periode umur ini adalah amat penting, namun
sekaligus amat krusial khususnya dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik dan
psikologi anak. Pendidikan dan pembinaan serta pengelolaan anak di periode ini akan
menentukan manusia yang bagaimana yang akan berkembang di kemudian hari.
Salah satu fase perkembangan yang berlangsung dalam kehidupan manusia adalah
tahap prasekolah yang berlangsung sekitar 4-6 tahun, pada masa usia prasekolah ini,
berbagai aspek perkembangan anak sedang berada pada keadaan perubahan yang
sangat cepat, baik dalam kemampuan fisik, bahasa, kecerdasan, emosi, sosial dan
kepribadian.

Secara umum dalam rentang waktu usia 4-6 tahun, anak memiliki kepekaan
yang kuat dalam menerima rangsangan baik dari dalam dirinya, maupun dari luar
dirinya, rasa ingin tahunya sangat besar. Pada saat tersebut pikiran anak tercurah pada
sesuatu yang dinamis dan bergerak. Anak pada usia tersebut juga sangat aktif
(Ahmadi 1992: 81). Anak semakin hari perkembangannya semakin meningkat, selalu
terangsang dari apa yang dilihatnya dan ingin mempraktekkan sesuai dengan
kemampuannya. Secara psikologis, pada dasarnya anak memang suka menyanyi dan
berbicara meniru dari apa yang dilihat dan didengar, juga sering menari,
menggambar, atau mencorat-coret. Gerakan yang sering dilakukan anak-anak dapat
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : (1) motorik statis, yaitu gerakan tubuh

5

sebagai upaya memperoleh keseimbangan gerak pada saat berjalan, (2) motorik
ketangkasan, yaitu gerakan untuk melakukan tindakan yang berwujud ketangkasan
dan keterampilan, (3) motorik penguasaan, yaitu gerak yang dilakukan untuk
mengendalikan otot-otot tubuh sehingga ekspresi muka terlihat jelas (Zulkipli 1992:
32).
Pada masa usia 4-6 tahun, anak sedang mengalami proses peniruan. Baldwin
(dalam Suryabrata 1993: 183-184) membagi proses peniruan menjadi tiga tahap, yaitu

: (1) tahap proyektif (projective stage) adalah tahap di mana anak mendapatkan kesan
mengenai model (objek) yang ditiru, (2) tahap subyektif (subjective stage) adalah
tahap di mana anak cenderung untuk meniru gerakan-gerakan, atau sikap model atau
obyeknya, (3) tahap efektif (ejective stage) adalah tahap di mana anak telah
menguasai hal yang ditirunya, dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, beranganangan, berfikir dan sebagainya.
Pembelajaran seni untuk anak usia dini idealnya diberikan saling keterkaitan
antara seni musik, seni tari, seni rupa dan drama. Sebagaimana yang telah dirumuskan
oleh Depdiknas (2001: 7) bahwa pembelajaran seni meliputi semua bentuk kegiatan
tentang aktivitas fisik dan cita rasa keindahan, yang tertuang dalam kegiatan
berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui bahasa rupa, bunyi,
gerak dan peran.
Pendidikan seni tari bertujuan: (1) memperoleh pengalaman seni berupa
pengalaman apresiasi seni dan pengalaman ekspresi seni, (2) memperoleh
pengetahuan seni, misalnya teori seni, sejarah seni, kritik seni dan lain-lain (Rusyana 2000: 7). Tujuan pendidikan seni tari adalah menanamkan pengaruh yang
bermanfaat dari kegiatan menari kreatif terhadap pembentukan kepribadian siswa,
bukan untuk menciptakan tari-tarian untuk pertunjukan (Depdikbud 1999: 180).
Sementara itu, Kraus (1969: 271-274) mengatakan bahwa ada enam pokok tujuan tari
dalam pendidikan yang bisa dikenali, yaitu: (1) sebagai pendidikan gerak, (2)
meningkatkan kreativitas individu, (3) sebagai pengalaman estetis, (4) sebagai
penggabungan antar seni dan budaya serta pengalaman, (5) sebagai media sosialisasi,

(6) media penanaman nilai-nilai budaya.

6

Tujuan yang paling utama dari pendidikan seni tari adalah membantu siswa
melalui tari untuk menemukan hubungan antara tubuhnya dengan seluruh
eksistensinya sebagai manusia. Dengan demikian pendidikan tari berfungsi sebagai
alternatif pengembangan jiwa anak menuju kedewasaannya. Melalui penekanan
kreativitas anak diberi kesempatan yang seluas-luasnya di dalam proses
pengungkapan gerak tarinya, sehingga hasil akhir bukanlah merupakan tujuan utama.
Di samping itu, anak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman estetis
dan mengenal berbagai budaya daerah lain, serta mampu melakukan interaksi sosial
dalam lingkungan sosial masyarakat.
Pembelajaran seni dapat dilakukan melalui pendekatan terpadu yaitu
pendekatan yang dapat memberikan pemahaman secara holistik pada anak tentang
suatu konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran seni dikembangkan kemampuan yang
terpadu antara konseptual, operasional dan sintetik antar bidang seni dan lintas bidang
seni. Goldberg (1997: 17-20) memberikan alternatif belajar tentang seni melalui
pendekatan terpadu, yaitu: (1) belajar dengan seni (learning with the arts) adalah
pengetahuan suatu subject matter yang dipelajari dari mata pelajaran lain dengan
bantuan suatu karya seni, (2) belajar melalui seni (learning throughth the arts) yaitu
menggali suatu subject matter melalui berkarya seni dengan mengungkapkan suatu
konsep dari mata pelajaran lain yang sedang dipelajari, (3) belajar tentang seni
(learning with arts) yaitu belajar dengan seni adalah memahami dan mengekspresikan
serta menciptakan berbagai konsep seni kedalam karya seni, dimana anak murni
belajar seni dengan melalui proses penghayatan, penciptaan dan kreativitas.
Dalam usaha meningkatkan kreativitas anak usia dini dibutuhkan pengajaran
yang dapat merangsang anak ke arah kreatif. Pada kenyataannya, banyak guru yang
mengalami kendala setelah terjun ke lapangan pada saat berproses dengan anak untuk
menghasilkan produk kreatif secara bersama-sama. Oleh karena itu perlu dicarikan
solusi dalam memilih materi dan pendekatan pembelajaran tari yang dapat
merangsang kreativitas anak. Pendekatan pembelajaran tari yang tepat adalah
pendekatan ekspresi bebas.
Pendekatan ekspresi bebas merancang kegiatan pembelajarannya dengan
menggunakan model emerging curriculum yaitu kegiatan pembelajaran yang tidak

7

dirancang sebelumnya tetapi berkembang sesuai dengan keinginan anak. Dengan cara
ini, guru menanyakan kepada siswa, kegitan apa yang ingin dilakukannya dan
kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk memberikan kemudahan bagi anak
untuk melaksanakan kegiatannya. Ada kemungkinan oleh satu hal tiba-tiba anak
berubah fikiran, maka guru pun harus segera menyesuaikan diri dengan keinginan
sang anak. Implementasi pendekatan ekspresi bebas semacam ini cocok dilakukan di
sanggar tari yang bersifat non formal, sedangkan untuk sekolah yang memiliki
kurikulum serta jadwal yang ketat, sulit untuk dilakukan. Karena sulitnya menerapkan
pendekatan ekspresi bebas secara murni di sekolah, maka pendidik seni rupa
mengembangkan pendekatan ekpresi bebas secara lebih terarah.
Dengan pendekatan terarah ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan tetapi dengan siasat tertentu agar supaya anak
dapat mengekpresikan dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan. Siasat tersebut
berupa kegiatan pemanasan untuk merangsang dan memberikan motif berekspresi
kepada anak. Kegiatan pemanasan atau biasa pula disebut pemberian motivasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
(1) Bercerita atau berdialog dengan anak untuk membangkitkan perhatian dan
merangsang lahirnya motif yang dapat dijadikan dasar dalam berkarya. Tema
ceritera atau dialog tentu saja yang menyentuh kehidupan anak. Untuk anak usia
dini tema ceritera atau dialog bisa disesuaikan dengan tema-tema dalam
kurikulum, misalnya binatang, tumbuhan, alam sekitarnya, keluarga,

dan

sebagainya. Ceritera atau dialog tentu saja akan lebih menarik bila guru
memperlihatkan foto, gambar, atau film.
(2) Memberikan kepada anak, pengalaman kontak langsung dengan alam secara
sadar, misalnya dengan mengajak anak untuk mencermati keadaan sekelilingnya
yang mungkin selama ini diabaikan, seperti detail bunga-bungaan yang tumbuh
disekeliling sekolah, hewan yang berkeliaran mencari makan, pejalan kaki serta
kendaraan yang lalu-lalang. Untuk mengarahkan perhatian anak, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan seperti: bagaimana caranya kucing berjalan,
bagaimana sikap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan, bagaimana caranya
kucing mencari makan, dan lain sebagainya.

8

(3) Mendemonstrasikan proses penciptaan karya seni tari yang akan diajarkan.
Pemberian motivasi kepada murid dapat dilaksanakan dalam waktu yang
singkat (kurang dari 5 menit) akan tetapi dapat pula dilakukan dalam waktu 1015 menit. Pembangkitan motivasi dalam bentuk kontak langsung dengan alam
memerlukan waktu yang relatif lama akan tetapi kegiatan ini dapat dirangkaikan
dengan kegiatan lain, misalnya darmawisata sehingga tidak perlu mengambil
waktu yang tersedia untuk praktik di kelas. Pada saat menjelang praktik, guru
tinggal memancing ingatan murid tentang apa yang telah diamatinya untuk
membangkitkan motivasinya.
Setelah anak termotivasi, maka anak pun diminta untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas. Peran guru pada saat berlangsungnya ekspresi tersebut adalah
mendampingi murid untuk memberikan bantuan dan pujian bila diperlukan, Dalam
kaitannya dengan penilaian karya anak, maka tentu saja guru harus kembali ke
filosofi pendekatan ekspresi bebas yaitu ekspresi anak bersifat unik dan alamiah dan
tidak ada istilah benar dan salah dalam mengekspresikan dirinya melalui seni tari.
Penilaian yang diberikan bersifat apresiatif, yaitu bersifat menerima dan menghargai
apa yang diungkapkan atau diciptakan oleh anak dengan menunjukkan kemungkinan
peningkatan kualitas dari karya yang diciptakannya tersebut.
METODE KEGIATAN PENERAPAN IPTEKS
Dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut akan digunakan metode
observasi non partisipasi yang kemudian dilanjutkan dengan identifikasi (elisitasi).
Observasi non partisipasi dimaksudkan untuk melihat dari dekat proses belajar
mengajar seni tari yang dilakukan oleh guru pada anak Taman Kanak-kanak Wilayah
Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. Identifikasi (elisitasi) digunakan untuk
menggali dan mendata segala sesuatu yang akan mendapatkan perbaikan yang berupa
penyuluhan dan pelatihan. Setelah data yang dibutuhkan tercatat semua, maka data
tersebut dipilah-pilah untuk mendapatkan perlakuan tertentu.
Sesuai dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat yaitu pelatihan, maka
metode pokok yang akan dipakai dalam proses perbaikan tersebut adalah pelatihan
dan penyuluhan bagi guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah

9

Mungkur Semarang, yang meliputi: (1) ruang lingkup tari serta unsur-unsurnya, (2)
teknik pemilihan jenis tari yang sesuai dengan tingkat anak usia dini, (3) proses
kreativitas pada anak usia dini dalam pembelajaran tari, (4) proses pembelajaran seni
tari pada anak usia dini melalui pendekatan ekspresi bebas, dan (5) teknik
memeragakan gerak dan lagu.
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu: (1) melakukan rapat koordinasi awal dan pembagian tugas tim
pengabdi, (2) melakukan koordinasi dengan ketua IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanakkanak Indonesia) kecamatan Gajah Mungkur mengenai waktu pelaksanaan kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat, (3) pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat dengan memberikan penyuluhan tentang ruang lingkup tari dan unsurunsurnya, teknik pemilihan jenis tari yang sesuai dengan tingkat usia anak, proses
kreativitas pada anak usia dini melalui pembelajaran, proses pembelajaran seni tari
pada anak usia dini melalui pendekatan ekspresi bebas, pemberian materi praktek
gerak dan lagu sebagai hasil proses penciptaan tari, dan demonstrasi hasil penyuluhan
dan pelatihan pembelajaran seni tari pada anak usia dini melalui pendekatan ekspresi
bebas bagi guru Taman Kanak-kanak wilayah kecamatan Gajah Mungkur Semarang,
(4) evaluasi kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran seni tari pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak
Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang terjadi secara terintegrasi dengan
kegiatan pembelajaran yang lainnya. Proses pembelajaran seni tari ini dilakukan
sesuai dengan kurikulum Taman Kanak-kanak yang berlaku dengan mengundang
guru seni tari yang berasal dari luar Taman Kanak-kanak. Hal ini disebabkan karena
masih minimnya pengetahuan guru-guru Taman Kanak-kanak tentang (1) ruang
lingkup tari serta unsur-unsurnya, (2) teknik pemilihan jenis tari yang sesuai dengan
tingkat anak usia dini, (3) proses kreatifitas pada anak usia dini dalam pembelajaran
tari, (4) proses pembelajaran seni tari pada anak usia dini melalui pendekatan ekspresi
bebas, dan (5) teknik memeragakan gerak dan lagu. Agar proses pembelajaran seni
tari di Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Semarang berjalan lancar dengan

10

bimbingan guru-guru sendiri, maka dilakukan penyuluhan secara teoretis dan
pelatihan keterampilan mengenai materi seni tari.
Setelah melewati masa proses pengabdian kepada masyarakat selama 2 bulan,
ternyata hasilnya sudah tampak. Hasil penyuluhan dan pelatihan materi pembelajaran
seni tari melalui pendekatan ekspresi bebas sebagai upaya pengembangan kreativitas
anak usia dini terhadap guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah
Mungkur Semarang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.
Ruang Lingkup Seni Tari serta Unsur-unsurnya
Penyuluhan materi seni tari dan unsur-unsurnya yang diberikan kepada guruguru Taman kanak-kanak wilayah Gajah Mungkur Semarang, meliputi pengertian tari
dari berbagai pendapat diantaranya John Martin, Soedarsono, Sussane K. Langer,
Corrie Hartong, Doris Humprey dan Pangeran Suryodiningrat. Karena pada dasarnya
tari adalah gerak, maka dijelaskan pula elemen-elemen dasar gerak yang meliputi
ruang, waktu, dan tenaga. Aspek ruang terdiri dari posisi, level, volume dan fokus.
Waktu, meliputi ritme gerak atau irama gerak dan tempo gerak. Sedangkan tenaga
dalam tari adalah kekuatan yang mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak
mulai dari halus, ringan, sedang, kuat dan keras.
Disamping elemen-elemen dasar gerak, dijelaskan juga nilai-nilai keindahan
yang terkandung dalam tari yang meliputi wiraga, wirama dan wirasa beserta contohcontohnya. Wiraga meliputi hafalan, teknik dan ruang gerak. Keindahan pada aspek
wirasa menyangkut penjiwaan atau kemampuan penari di dalam mengungkapkan
rasa emosi yang sesuai dengan karakter dan tema tarian. Sedangkan wirama meliputi
ketepatan ritme dan tempo gerak yang selaras dengan irama iringannya.
Hasil yang didapat dalam penyuluhan materi tersebut adalah tingkat
pengetahuan dan pemahaman guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan
Gajah Mungkur Semarang menjadi bertambah, hal ini ditunjukan dengan tanya jawab
yang dilakukan pada saat pemberian materi tersebut.

11

Teknik Pemilihan Jenis Tari Yang Sesuai Dengan Tingkat Anak Usia Dini
Tujuan pendidikan seni (seni tari) adalah membentuk manusia seutuhnya yang
mampu mengembangkan kepekaan estetisnya, daya cipta, intuitif, imajinatif,
motivatif dan kritis terhadap lingkungannya. Pembelajaran seni tari di tingkat sekolah
formal termasuk diantaranya pendidikan pra sekolah tidak semata-mata membentuk
siswa menjadi seniman profesional, akan tetapi lebih pada proses aktualisasi diri dan
kreativitas siswa melalui media gerak. Oleh karena itu, diberikan pula penyuluhan
tentang pemahaman mengenai berbagai jenis tari, dan karakteristik anak usia dini,
sesuai dengan 11 tema yang terdapat dalam kurikulum Taman Kanak, sehingga
diharapkan guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang mampu memilihkan jenis tari yang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Hasilnya, guru-guru mampu menentukan jenis tari yang seharusnya dan tidak
seharusnya diberikan kepada siswa berdasarkan tingkat perkembangan anak. Seperti
yang terlihat dalam gambar di bawah ini, peserta sedang serius memperhatikan
penjelasan tim pengabdi berkaitan dengan pemilihan jenis tari sesuai dengan tingkat
usia anak.
Proses Kreativitas Pada Anak Usia Dini Dalam Pembelajaran Tari
Jenis-jenis tari yang sesuai dengan karakter anak usia dini, tidak sebanyak
materi tari untuk usia dewasa. Untuk memenuhi kebutuhan siswa akan materi seni tari
tersebut, maka guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang dituntut untuk dapat menciptakan tari yang sesuai dengan karakter dan
tingkat usia anak Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu diberikan pula penyuluhan
pengetahuan dan pelatihan tentang proses kreativitas pada anak usia dini dalam
pembelajaran seni tari secara sederhana. Kreativitas anak usia dini, meliputi 4 aspek
yaitu: (1) pribadi, (2) pendorong (press), (3) proses, (4) produk. Guru harus bisa
memahami keunikan masing-masing anak didiknya secara pribadi, kemudian
memberikan dorongan, memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk
melakukan proses kreasi sehingga menghasilkan produk kreativitas yang baik. Proses
kreativitas anak usia dini ini, salah satunya dilakukan dalam pembelajaran seni tari.

12

Untuk dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini, guru dilatih
menciptakan gerak dan lagu secara sederhana sesuai dengan karakteristik anak usia
dini. Proses penciptaan gerak dan lagu tidak terlepas dari elemen-elemen penciptaan
tari meliputi gerak, pola lantai, level, komposisi gerak, iringan, tata rias dan busana.
Dalam proses pelatihan penciptaan tari, guru-guru diajak untuk melakukan observasi
gerak, dengan mengamati sebuah benda, kegiatan, binatang, alam, dan orang, baik
secara nyata maupun

dalam imajinasi.

Hasil observasi tersebut kemudian di

ceritakan kembali melalui gerak. Proses penuangan kembali hasil observasi dilakukan
dalam bentuk improvisasi gerak yaitu mempraktekkan gerak-gerak tari yang
diciptakannya berdasarkan hasil observasi. Hasil dari observasi dan

improvisasi

gerak, disusun menjadi rangkaian gerak yang mempunyai makna dan nilai keindahan.
Setelah rangkaian gerak tersusun dengan rapi, maka dibuatkan musik pengiringnya.
Proses penciptaan gerak dan lagu ini, bisa juga dilakukan dengan melalui
proses pencarian musik iringan nya terlebih dahulu. Musik iringan tari ini, dapat
diambil dari lagu dolanan anak-anak, lagu pop anak-anak, instrumentalia, ataupun
lagu-lagu daerah nusantara. Setelah mendapatkan musik iringan, maka dilakukan
proses improvisasi gerak yang sesuai dengan ritme iringan dan syair lagu serta
karakter lagu tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan harmonisasi antara gerak
dan musik pengiringnya. Hasil improvisasi gerak tersebut, disusun menjadi rangkaian
gerak tari.
Langkah selanjutnya adalah melakukan praktek pembuatan pola lantai,
menentukan level, komposisi gerak, dan tata rias busana. Hasil yang didapat dalam
penyuluhan dan pelatihan materi tersebut adalah meningkatnya pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan
Gajah Mungkur Semarang dalam proses penciptaan tari untuk anak usia dini
meskipun masih secara sederhana. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hasil karya guruguru tersebut selama proses pelatihan secara sederhana.
Dalam seni tari, pentas merupakan bagian yang tidak dapat ditinggalkan.
Pentas adalah tempat yang digunakan oleh seorang penari dalam menampilkan
kemampuannya menari dihadapan penonton. Karena pentas sangat erat kaitannya
dengan tari, maka seluk beluk tentang pentas juga diberikan dalam penyuluhan dan

13

pelatihan tersebut, diantaranya adalah mengenal bermacam-macam bentuk pentas,
perlengkapan pentas, penataan dekorasi pentas, tata lampu, dan tata bunyi pentas
bagi anak usia dini. Hasilnya guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan
Gajah Mungkur Semarang lebih memahami dan mempunyai keterampilan mengenai
seluk beluk pentas yang akan digunakan sebagai bekal dalam mempersiapkan
pementasan akhir tahunan anak didiknya.
Tata rias dan busana merupakan

bagian dari tari yang tidak dapat

ditinggalkan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai kemampuan menari, belum
tentu mempunyai kemampuan menata rias dan busana sendiri, sehingga mereka
masih memerlukan bantuan orang lain untuk menata rias dan busananya. Oleh karena
itu, guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang
diberikan juga penyuluhan dan pelatihan teknik menata rias dan busana untuk anak
usia dini. Hal ini penting, karena apabila siswanya menari, guru-guru tidak perlu lagi
mengambil perias dari luar sekolah, tetapi bisa dilakukan sendiri, dengan demikian
akan lebih menghemat pengeluaran. Materi rias dan busana yang diberikan adalah
rias cantik, rias karakter, rias lucu lengkap dengan busananya sesuai dengan tingkat
usia anak. Hasilnya, guru-guru mampu memahami dan mempraktekkan pengetahuan
dan keterampilan tentang rias dan busana tari untuk anak usia dini.
Setelah guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang memahami dan mempunyai keterampilan menciptakan tari secara
sederhana untuk anak usia dini, maka perlu adanya pengetahuan dan keterampilan
dalam pengelolaan sebuah pertunjukan. Pertunjukan seni ini biasanya diadakan oleh
pihak sekolah pada setiap akhir tahun untuk acara kenaikan kelas atau kelulusan, atau
pada hari-hari besar lainnya. Acara pentas akhir tahun atau peringatan hari-hari besar
nasional, dikemas oleh guru-guru yang bersangkutan. Materi pengelolaan pertunjukan
tari ini meliputi: perencanaan (penentuan tanggal pelaksanaan, tempat, tema acara,
materi acara, undangan, leaflet, susunan acara), persiapan (tentang segala sesuatu
yang dibutuhkan dalam acara tersebut, mempersiapkan pentas, susunan acara, dan
pengisi acara), pelaksanaan (mengatur jalannya acara supaya lancar). Secara teoretis,
guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang,
memahami semua materi penyuluhan yang diberikan dengan baik.

14

Proses Pembelajaran Seni Tari Pada Anak Usia Dini Melalui Pendekatan
Ekspresi Bebas
Salah satu pendekatan yang tepat untuk digunakan oleh guru Taman Kanakkanak dalam pembelajaran seni tari adalah pendekatan ekspresi bebas. Pendekatan
ini mengutamakan kebebasan berekspresi bagi anak. Dalam penyuluhan dan pelatihan
ini, pertama-tama guru di berikan pemahaman tentang ruang lingkup pendekatan
ekspresi bebas. Kemudian guru diminta untuk membentuk kelompok kecil yang
berperan sebagai guru, siswa dan pengamat. Yang berperan sebagai guru, bercerita
kepada siswa tentang materi yang berkaitan dengan 11 tema dalam kurikulum Taman
Kanak-kanak, misalnya tema binatang yaitu kelinci. Guru bercerita kepada siswa
bagaimana bentuk, cara jalan, cara makan, cara berteman kelinci tersebut dengan
mendemonstrasikan

gerakan-gerakan

kelinci.

Siswa

mendengarkan

sambil

membayangkan bagaimana tingkah laku kelinci. Setelah selesai bercerita, guru
menyuruh siswa untuk mendemonstrasikan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan
guru pada saat bercerita, dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam
mengekspresikan gerakan tersebut. Dari gerakan-gerakan siswa tersebut, guru
merangkaikan kembali menjadi satu rangkaian gerak tari yang indah. Rangkaian
gerak tadi, kemudian dicarikan musik pengiring yang sesuai sehingga muncul
menjadi sebuah gerak dan lagu. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian, sehingga
setiap guru bisa berlatih melakukan pendekatan ekspresi bebas dalam pembelajaran
Hasil dari penyuluhan dan pelatihan penggunaan pendekatan ekspresi bebas
dalam pembelajaran seni tari, guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan
Gajah Mungkur Semarang memahami dan mampu menerapkan pendekatan ekspresi
bebas dalam pembelajaran seni tari.
Teknik Memeragakan Gerak dan Lagu.
Teknik memeragakan gerak tari yang baik juga diberikan dalam pelatihan
pembelajaran seni tari pada anak usia dini, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang dalam
pembelajaran seni tari. Materi yang diberikan adalah gerak dan lagu Ilir-ilir.
Pemberian pelatihan ini, dimulai dari pemberian gerakan, mulai dari kaki tangan dan
15

kepala. Setelah materi gerakan dapat dikuasai, maka dilanjutkan dengan pemberian
materi iringan. Sambil melancarkan dan menghafalkan gerakan sesuai dengan
iringannya, diadakan pembetulan teknik gerak sehingga guru Taman Kanak-kanak
mengetahui teknik gerak yang baik. Hasilnya, pengetahuan dan kemampuan menari
guru-guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang
mengalami peningkatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sesuai dengan hasil dari pengabdian kepada masyarakat oleh tim dari UNNES
Semarang di Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang
tentang pelatihan pembelajaran seni tari melalui pendekatan ekspresi bebas sebagai
upaya pengembangan kreativitas anak usia dini terhadap guru-guru Taman Kanakkanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
dan keterampilan pembelajaran seni tari yang dimiliki oleh guru Taman Kanak-kanak
Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang makin meningkat, mampu memilih
jenis tari yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini, mampu membuat materi
gerak dan lagu sendiri dalam proses pembelajaran seni tari, tata rias dan busana, tata
teknik pentas, mengelola pertunjukan seni tari, dan mampu menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ekspresi bebas bagi anak usia dini.
Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil pengabdian kepada masyarakat UNNES
Semarang di Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur Semarang,
kepada guru- guru Taman Kanak-kanak Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Perlu adanya penyuluhan dan pelatihan pembelajaran seni tari pada anak usia dini
lebih lanjut dan berkesinambungan sehingga akan semakin memperdalam
pengetahuan dan keterampilan pembelajaran seni tari.
2. Perlu meningkatkan lagi keterampilan penciptaan tari bagi anak usia dini.

16

3. Perlu mengembangkan lagi pengetahuan dan kemampuan tata rias dan busana,
melalui latihan-latihan secara rutin atau melalui kursus-kursus yang ada.
4. Perlu meningkatkan lagi keterampilan dalam pengelolaan pertunjukan seni bagi
anak usia dini.
5. Perlu melakukan proses pembelajaran seni tari pada anak usia dini dengan
menerapkan pendekatan ekspresi bebas.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. A.1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikbud. 1999. Konsep Pendidikan Kesenian, Panduan Teknis Sebagai Pelengkap
Penataran Pendidikan Kesenian Bagi Guru Taman Kanak-kanak dan
Guru SD di DKI Jakarta. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kebijakan dan Strategi Direktorat PADU
dalam Pembinaan Anak Dini Usia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.
Golberg, Merryl. 1997. Arts and Learning. An Integrated Approach to Teaching and
Learning in Multicultural and Multilingual settings. New York:
Longman.
Kusumastuti, Eny. 2003. Pendidikan Seni Tari Pada Anak Usia Dini Di Taman kanakkanak Tadika Puri cabang Erlangga Semarang sebagai Proses Alih
Budaya. Laporan Penelitian. Semarang: LEMLIT UNNES.
Kraus, Richard. 1969. History of The Dance In Art And Education. New Jersey:
Prentice Hall inc. Englewod Cliffs.
Lestari, Wahyu. 1989. Proses Sosialisasi, Enkulturasi dan Internalisasi dalam
Pengajaran Seni Tari Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta :PPS
IKIP Togyakarta.
Lasky dan Mukerji, 1984 . Art : Basic for Young Children. Washington DC: The
National Assosiation for The education of Young Children.
Munandar, S.C.U. 1983. Kreativitas. Jakarta: Dian Rakyat.
--------------------- 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
17

Nursito, 2000. Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Widya.
Primadi. 2000. Proses, Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.
Rusyana, Yus. 2000. Tujuan Pendidikan Seni. Gelar: Jurnal Ilmu dan Seni STSI
Surakarta: STSI Press.
Salam, Sofyan. 2005. Paradigma Dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang: PPS
UNNES.
Sumaryanto, Totok, F. 2001.Pemupukan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran
Musik. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni vol.2
no.3/Januari-April 2001. Semarang: Jur. Sendratasik UNNES.
Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Triyanto. 2001. Pembelajaran Kreativitas Melalui Pendidikan Seni Rupa di Taman
Kanak-kanak. Lingua Artistika: Jurnal Bahasa dan Seni FBS UNNES
Semarang : CV. IKIP Semarang Press.

18

ARTIKEL PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN PEMBELAJARAN SENI TARI PADA ANAK USIA
DINI MELALUI PENDEKATAN EKSPRESI BEBAS BAGI GURU
TAMAN KANAK-KANAK WILAYAH KECAMATAN
GAJAH MUNGKUR SEMARANG

oleh :
Moh. Hasan Bisri, S.sn, M.Sn. (NIP.132205933)
Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd. (NIP.132058803)
Drs. Bintang Hanggoro Putro, M.Hum. (NIP.131658233)
Usrek Tani Utina, S.Pd. (NIP.132311198)

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
OKTOBER 2009

19

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25