UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU SEKOLAH
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU SEKOLAH DASAR
TUGAS INDIVIDU
Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Kependidikan
Pengampu: Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
oleh
R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU SEKOLAH DASAR
0
R. Gita Ardhy Nugraha
Pendidikan Dasar (PGSD), Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang
[email protected]
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu usaha atau cara untuk mendewasakan
seseorang. Proses pendewasaan tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi
membutuhkan sosok guru di dalam prosesnya. Proses pendewasaan seseorang
dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan formal, nonformal, maupun informal.
Proses pendidikan secara formal atau yang biasa dikenal dengan proses
pendidikan di sekolah membutuhkan sosok guru untuk membelajarkan peserta
didik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan pendidikan di Indonesia yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa membutuhkan peran besar sosok guru, utamanya
pada guru sekolah dasar. Guru sekolah dasar mempunyai peranan yang besar
dalam membelajarkan peserta didik menuju kedewasaan karena guru sekolah
dasar memberikan hal-hal mendasar kepada peserta didik untuk bertahan hidup.
Proses bertahan hidup salah satunya dengan melalui proses pendidikan.
Pendidikan membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya (Rohman, 2011).
Pendidikan dapat mengantarkan peserta didik untuk menorehkan prestasi di
berbagai bidang dengan melalui bimbingan yang dilakukan oleh guru. Guru
mempunyai peranan yang begitu besar dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan dikatakan berkualitas jika guru itu sendiri bekualitas dan mampu
menyalurkan kualitasnya dengan baik kepada peserta didik baik melalui
pengajarannya di dalam kelas maupun perilakunya dalam masyarakat.
Guru merupakan sosok yang dicontoh dan ditiru oleh peserta didiknya.
Bagi peserta didik yang mengenyam pendidikan di sekolah dasar, sosok guru
adalah sosok idola yang tentunya akan ditiru oleh peserta didiknya. Guru yang
berkualitas dapat dilihat dari bagaimana guru memberikan teladan pada peserta
didiknya. Kualitas seorang guru dapat dilihat dari empat kompetensi yang ada
pada sosok guru yaitu kompetensi kepribadian, sosial, professional, dan
1
pedagogik (UU No. 14 tahun 2005). Jika keempat kompetensi dapat dicapai dan
dilaksanakan dengan baik, maka guru sudah dapat disebut sebagai guru yang
berkualitas.
Seiring berjalannya waktu, kualitas guru khususnya di beberapa daerah di
Indonesia mengalami penurunan baik dari segi kompetensi kepridadian, sosial,
professional, maupun pedagodik. Menurunnya kualitas guru disebabkan oleh
kurangnya kesadaran untuk meningkatkan kualitas keilmuannya dan metode yang
diterapkan ketika memberikan materi pelajaran. Ditinjau dari segi kemampuan
penguasaan bidang kompetensi, kemampuan rata-rata guru dalam menjawab soal
uji kompetensi tidak sampai 50%, yaitu 44%. Kemampuan rata-rata guru dari segi
pedagogik hanya 56,69% jika dilihat dari nilai rata-rata ujian kompetensi tahun
2015 (Hurriyati, 2016).
Penurunan kualitas guru tentunya akan mempunyai efek pada kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. Sebuah penelitan (Goldhaber, 2016)
mengatakan bahwa kualitas guru hanya meningkat ketika di awal karir
pekerjaanya saja. Guru meningkatkan pengalamannya yang berkaitan dengan
keilmuannya hanya di awal karirnya kurang lebih selama lima tahun semenjak
guru itu bekerja. Salah satu efek negatif yang sudah dirasakan oleh peserta didik
adalah peserta didik merasa cepat bosan jika diajar materi oleh gurunya sendiri.
Melalui artikel ini, penulis mencoba memberikan sebuah gambaran mengenai
upaya meningkatkan kualitas guru khususnya guru sekolah dasar yang ditinjau
dari berbagi penelitian yang sudah ada sebelumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas guru (Rohman, 2011) adalah mendidik dan mengajar peserta didik
agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas kehidupannya yang
selaras dengan kodratnya sebagai manusia yang baik dalam kaitan hubungannya
dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan. Tugas mendidik guru berkaitan
dengan transformasi nilai-nilai dan pembentukan pribadi, sedangkan tugas
mengajar berkaitan dengan transformasi pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Tugas guru yang demikian tentunya membutuhkan kualitas guru yang tidak
2
biasa-biasa saja. Guru merupakan sebuah profesi yang profesional dimana
mempunyai ciri-ciri memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan
khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama (Pidarta, 2009).
Dalam prakteknya, guru harus menguasi empat kompetensi guru
(Rohman, 2011) yang terdiri dari kompetensi pedagogik yang mencakup: (1)
pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, (2) perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
(3)
pemahaman
terhadap
sistem
evaluasi
pembelajaran. Kompetensi kepribadian yang mencakup: (1) kemantapan pribadi
dan akhlak mulia, (2) kedewasaan dan kearifan, (3) keteladanan dan kedewasaan.
Kompetensi profesioanal yang mencakup: (1) penguasaan materi keilmuan, (2)
penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, (3) metode khusus pembelajaran
bidang studi, (4) wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi sosial
yang mencakup: (1) kemampuan berkomuniakasi, (2) penguasaan terhadap
pengetahuan umum.
Keberhasilan suatu pendidikan juga ditentukan oleh kualitas guru itu
sendiri. Goldhaber (2016) mengungkapkan bahwa kualitas guru mempunyai
kaitan yang erat dengan prestasi peserta didik daripada fasilitas atau kurikulum
sekolah itu sendiri. Kualitas guru juga merupakah salah satu ciri dari beberapa ciri
sekolah yang secara signifikan mempengaruhi kinerja siswa dalam pembelajaran.
Cara utama mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah melalui kualitas guru
yang dimiliki oleh sekolah. Semakin baik kualitas guru, maka akan semakin baik
kualitas
pendidikannya.
Kualitas
guru
dalam
memberikan
pertanyaan
penyelidikan kepada siswa juga mempunyai kaitan yang erat terhadap prestasi
belajar siswa (Şahin, 2015). Siswa menjadi lebih tertantang dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Zhang & Campbell (2015) mengemukakan bahwa terdapat hubungan
antara kualitas guru dan prestasi siswa. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa
kualitas kualitas guru yang baik dalam pembelajaran matematika meningkatkan
prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dengan tinggi. Secara keseluruhan,
kualitas guru mempunyai efek positif terhadap prestasi siswa. Kualitas guru dalam
3
melakukan pembelajaran di sekolah juga dipengaruhi oleh lamanya guru tersebut
mengajar dan umur dari guru itu sendiri.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan, kualitas guru
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi siswa. Guru yang
berkualitas dapat dilihat dari berapa lama guru mengajar dan dari cara guru
memberikan pengajaran. Semakin siswa tertarik terhadap pengajaran yang
diberikan guru dan meningkatkan prestasi siswa, maka dapat dikatakan bahwa
guru tersebut adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas mengantarkan
siswa untuk berprestasi dan secara signifikan meningkatkan pendidikan di suatu
sekolah.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi
kepustakaan. Studi kepustakaan (Sugiyono, 2012) berkaitan dengan kajian teoritis
dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Metode ini dilakukan untuk
pengambilan data yang bersifat teori yang kemudian digunakan sebagai literatur
penunjang guna mendukung penulisan artikel yang dilakukan. Data diperoleh dari
sumber yang dapat dijadikan acuan yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti seperti jurnal, artikel, buku, maupun surat kabar.
PEMBAHASAN
Kualitas guru mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi siswa dan
juga kualitas pendidikan khususnya di sekolah. Secara langsung, kualitas guru
dalam pembelajaran mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Guru sekolah dasar adalah peletak dasar-dasar pengetahuan untuk peserta didik
yang nantinya akan dibawa sampai peserta didik mencapai kedewasaan. Oleh
karena itu, diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas guru yang
dirasa sudah mulai menurun khususnya di Indonesia. Beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia antara lain:
1.
Program Induksi Berbasis Perguruan Tinggi
4
Program induksi berbasis perguruan tinggi (Van Zandt Allen, 2014)
merupakan program pengembangan profesi guru untuk meningkatkan kualitas
guru. Program ini bisa dilakukan oleh guru dari berbagai tingkat pendidikan baik
dasar maupun menengah. Program ini adalah program pelatihan dimana guru
dilatih untuk melakukan mentoring sesama guru dan melakukan penelitian
tindakan kelas. Tujuan dari program ini adalah melatih guru untuk merumuskan
kurikulum, guru yang tepat guna, keterhubungan program dengan peningkatan
kualitas guru, dan masa kerja guru.
Dalam perumusan kurikulum, guru dilatih untuk menuliskan secara fokus
mengenai kebutuhan utama pembelajaran selama mereka mengajar di tahun
pertama yang mempunyai keterkaitan langsung terhadap peningkatan kualitas
guru. Merancang kurikulum dan pengajaran secara responsif terhadap kebutuhan
siswa tertentu adalah tugas utama dari tahun pertama guru dalam membuat
rancangan kurikulum. Guru juga dilatih untuk menjadi guru yang tepat guna.
Empat sumber tepat guna dapat diidentiikasi melalui beberapa hal berikut ini
(Bandura dalam Van Zandt Allen, 2014): pengalaman keahlian, melakukan
pembelajaran untuk orang lain, kepercayaan verbal, dan respon psikologis.
Keterhubungan program dengan peningkatan kualitas guru berkaitan dengan
proses pembelajaran guru saat guru masih menjadi mahasiswa di perguruan tinggi.
Proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mempunyai relevansi terhadap
profesi guru yang menjadi kompetensi lulusannya. Guru juga akan dilatih secara
khusus berkaitan dengan masa kerja guru tersebut. Guru yang memiliki masa
kerja yang sudah lama tentunya akan mendapatkan porsi pelatihan yang berbeda
dengan guru yang masa kerjanya kurang sama dengan satu tahun.
Program ini memberikan dampak yang positif dalam pengembangan
profesionalisme guru khususnya dalam meningkatkan kualitas guru. Program ini
memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru untuk mengembangkan
sendiri desain kurikulum yang akan digunakan dalam melakukan pembelajaran di
kelas. Program induksi berbasis perguruan tinggi membantu guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dengan lebih variatif
demi mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Selain itu, program ini
5
memberikan gambaran kepada guru mengenai pembelajaran yang akan dilakukan
kemudian hari. Program pelatihan ini melatih guru untuk merancang pembelajaran
yang berkesinambungan di setiap pertemuannya.
2.
Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan profesi guru adalah salah satu progam untuk meningkatkan
kualitas guru yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia (Sutoyo, 2014).
Pendidikan profesi guru sendiri terbagi menjadi dua yaitu pendidikan profesi guru
dalam jabatan dan pendidikan profesi guru pra jabatan. Pendidikan profesi guru
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan guru agar
menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional
pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik (Permendiknas No. 9
Tahun 2010). Program pendidikan profesi guru bertujuan untuk menghasilkan
guru profesional yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan,
dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; dan mampu melakukan penelitian dan
mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan program profesi guru, seorang guru harus mengikuti
program ini harus mempunyai kesesuaian dengan satuan pendidikan atau mata
pelajaran yang diampu. Tidak bisa guru mata pelajaran matematika mengikuti
pendidikan profesi guru untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Kualifikasi
akademik peserta didik program pendidikan profesi guru bagi guru dalam jabatan
adalah S-1/D-IV. Sistem pembelajaran pada program PPG mencakup kegiatan
workshop Subject Specific Pedagogy, praktikum (peer teaching, micro teaching,
bidang studi), dan praktek pengalaman lapangan yang diselenggarakan dengan
supervisi langsung secara intensif oleh dosen yang ditugaskan khusus untuk
kegiatan tersebut. Beban belajar atau waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan
program profesi guru ini berbeda-beda, tergantung pada jenjang pendidikan dan
latar belakang lulusannya. Khusus untuk guru SD lulusan program studi
pendidikan guru sekolah dasar, beban belajar adalah 18 (delapan belas) sampai
dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.
6
Pelaksanaan program pendidikan profesi guru dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran. Program
pendidikan profesi guru memberikan hasil yang positif dalam melatih guru
membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran,
meningkatkan
kemampuan
mengajar, melatih pembuatan bahan ajar dan lembar kerja siswa, melatih guru
untuk mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi, dan melatih guru
dalam penguasaan prinsip pembelajaran yang mendidik (Anita & Arifin, 2013).
KESIMPULAN
Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya oleh guru itu sendiri. Guru yang berkualitas mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pencapaian prestasi siswa. Guru yang berkualitas dapat
mengantarkan pembelajaran kepada pendidikan yang berkualitas. Upaya
peningkatan kualitas guru dapat dilakukan dengan melakukan program kegiatan
induksi berbasis perguruan tinggi yang mana guru dilatih untuk mengkaitkan dan
merumuskan kurikulum, bagaimana menjadi guru yang tepat guna, keterhubungan
program dengan peningkatan kualitas guru, dan masa kerja guru. Selain itu, upaya
peningkatan kualitas guru juga dapat dilakukan dengan program pendidikan
profesi guru yang mana guru dilatih untuk membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran, meningkatkan kemampuan mengajar, melatih pembuatan bahan
ajar dan lembar kerja siswa, melatih guru untuk mengembangkan metode
pembelajaran yang bervariasi, dan melatih guru dalam penguasaan prinsip
pembelajaran yang mendidik.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Nurul & Arifin Rahman. 2013. “Penilaian Peserta PPG SM-3T Prodi PPKn
UNESA Terhadap Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Tahun 2013”. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 1(3), hlm. 409-423.
Diperoleh
dari
http://ejournal.unesa.ac.id/article/6598/41/article.pdf
(diunduh 14 Desember 2016)
Goldhaber, Dan. 2016. “In Schools, Teacher Quality Matters Most”. Education
Next.
16(2),
hlm.
56-62.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=1a79954b-eaaf-46d0a6a0072963650b00%40sessionmgr103&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=113544266&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
Hurriyati, Ratih. 2016. “Kualitas Guru Kita”. Pikiran Rakyat, 4 Mei 2016.
Diperoleh di http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-gurukita-368286 (diakses 13 Desember 2016)
Permendiknas No. 9 Tahun 2010 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Bagi
Guru Dalam Jabatan
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
LaksBang Mediatama
Şahin, Alpaslan. 2015. “The Effects of Quantity and Quality of Teachers' Probing
and Guiding Questions on Student Performance”. Sakarya University
Journal
of
Science.
19(1),
hlm.
95-113.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=768e819f-87d0-40efac7f5875ab1521a1%40sessionmgr102&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=108867646&db=bth (diunduh 13 Desember
2016)
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
8
Sutoyo. 2014. “Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Pendidikan Profesi Guru”.
Widya
Wacana,
9(1),
hlm.
18-25.
Diperoleh
dari
http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=380970 (diunduh 13 Desember
2016)
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Van Zandt Allen, Laura. 2014. “Connecting The Continuum: A University-Based
Induction Program to Improve Teacher Quality”. Teacher Development.
18(1),
hlm.
65-80.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=bb27712c-b161-4c2393cd25add536c5d0%40sessionmgr120&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=94757804&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
Zhang, Danhui & Campbell Todd. 2015. “An Examination of the Impact of
Teacher Quality and ‘Opportunity Gap’ On Student Science Achievement in
China”. International Journal of Science & Mathematics Education. 13(3),
hlm.
489-513.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=93690a13-718e-4893b83cfede9aa56b00%40sessionmgr107&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=102424515&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
9
TUGAS INDIVIDU
Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Kependidikan
Pengampu: Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
oleh
R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS GURU SEKOLAH DASAR
0
R. Gita Ardhy Nugraha
Pendidikan Dasar (PGSD), Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang
[email protected]
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu usaha atau cara untuk mendewasakan
seseorang. Proses pendewasaan tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi
membutuhkan sosok guru di dalam prosesnya. Proses pendewasaan seseorang
dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan formal, nonformal, maupun informal.
Proses pendidikan secara formal atau yang biasa dikenal dengan proses
pendidikan di sekolah membutuhkan sosok guru untuk membelajarkan peserta
didik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan pendidikan di Indonesia yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa membutuhkan peran besar sosok guru, utamanya
pada guru sekolah dasar. Guru sekolah dasar mempunyai peranan yang besar
dalam membelajarkan peserta didik menuju kedewasaan karena guru sekolah
dasar memberikan hal-hal mendasar kepada peserta didik untuk bertahan hidup.
Proses bertahan hidup salah satunya dengan melalui proses pendidikan.
Pendidikan membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya (Rohman, 2011).
Pendidikan dapat mengantarkan peserta didik untuk menorehkan prestasi di
berbagai bidang dengan melalui bimbingan yang dilakukan oleh guru. Guru
mempunyai peranan yang begitu besar dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan dikatakan berkualitas jika guru itu sendiri bekualitas dan mampu
menyalurkan kualitasnya dengan baik kepada peserta didik baik melalui
pengajarannya di dalam kelas maupun perilakunya dalam masyarakat.
Guru merupakan sosok yang dicontoh dan ditiru oleh peserta didiknya.
Bagi peserta didik yang mengenyam pendidikan di sekolah dasar, sosok guru
adalah sosok idola yang tentunya akan ditiru oleh peserta didiknya. Guru yang
berkualitas dapat dilihat dari bagaimana guru memberikan teladan pada peserta
didiknya. Kualitas seorang guru dapat dilihat dari empat kompetensi yang ada
pada sosok guru yaitu kompetensi kepribadian, sosial, professional, dan
1
pedagogik (UU No. 14 tahun 2005). Jika keempat kompetensi dapat dicapai dan
dilaksanakan dengan baik, maka guru sudah dapat disebut sebagai guru yang
berkualitas.
Seiring berjalannya waktu, kualitas guru khususnya di beberapa daerah di
Indonesia mengalami penurunan baik dari segi kompetensi kepridadian, sosial,
professional, maupun pedagodik. Menurunnya kualitas guru disebabkan oleh
kurangnya kesadaran untuk meningkatkan kualitas keilmuannya dan metode yang
diterapkan ketika memberikan materi pelajaran. Ditinjau dari segi kemampuan
penguasaan bidang kompetensi, kemampuan rata-rata guru dalam menjawab soal
uji kompetensi tidak sampai 50%, yaitu 44%. Kemampuan rata-rata guru dari segi
pedagogik hanya 56,69% jika dilihat dari nilai rata-rata ujian kompetensi tahun
2015 (Hurriyati, 2016).
Penurunan kualitas guru tentunya akan mempunyai efek pada kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. Sebuah penelitan (Goldhaber, 2016)
mengatakan bahwa kualitas guru hanya meningkat ketika di awal karir
pekerjaanya saja. Guru meningkatkan pengalamannya yang berkaitan dengan
keilmuannya hanya di awal karirnya kurang lebih selama lima tahun semenjak
guru itu bekerja. Salah satu efek negatif yang sudah dirasakan oleh peserta didik
adalah peserta didik merasa cepat bosan jika diajar materi oleh gurunya sendiri.
Melalui artikel ini, penulis mencoba memberikan sebuah gambaran mengenai
upaya meningkatkan kualitas guru khususnya guru sekolah dasar yang ditinjau
dari berbagi penelitian yang sudah ada sebelumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas guru (Rohman, 2011) adalah mendidik dan mengajar peserta didik
agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas kehidupannya yang
selaras dengan kodratnya sebagai manusia yang baik dalam kaitan hubungannya
dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan. Tugas mendidik guru berkaitan
dengan transformasi nilai-nilai dan pembentukan pribadi, sedangkan tugas
mengajar berkaitan dengan transformasi pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Tugas guru yang demikian tentunya membutuhkan kualitas guru yang tidak
2
biasa-biasa saja. Guru merupakan sebuah profesi yang profesional dimana
mempunyai ciri-ciri memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan
khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama (Pidarta, 2009).
Dalam prakteknya, guru harus menguasi empat kompetensi guru
(Rohman, 2011) yang terdiri dari kompetensi pedagogik yang mencakup: (1)
pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, (2) perencanaan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
(3)
pemahaman
terhadap
sistem
evaluasi
pembelajaran. Kompetensi kepribadian yang mencakup: (1) kemantapan pribadi
dan akhlak mulia, (2) kedewasaan dan kearifan, (3) keteladanan dan kedewasaan.
Kompetensi profesioanal yang mencakup: (1) penguasaan materi keilmuan, (2)
penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, (3) metode khusus pembelajaran
bidang studi, (4) wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi sosial
yang mencakup: (1) kemampuan berkomuniakasi, (2) penguasaan terhadap
pengetahuan umum.
Keberhasilan suatu pendidikan juga ditentukan oleh kualitas guru itu
sendiri. Goldhaber (2016) mengungkapkan bahwa kualitas guru mempunyai
kaitan yang erat dengan prestasi peserta didik daripada fasilitas atau kurikulum
sekolah itu sendiri. Kualitas guru juga merupakah salah satu ciri dari beberapa ciri
sekolah yang secara signifikan mempengaruhi kinerja siswa dalam pembelajaran.
Cara utama mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah melalui kualitas guru
yang dimiliki oleh sekolah. Semakin baik kualitas guru, maka akan semakin baik
kualitas
pendidikannya.
Kualitas
guru
dalam
memberikan
pertanyaan
penyelidikan kepada siswa juga mempunyai kaitan yang erat terhadap prestasi
belajar siswa (Şahin, 2015). Siswa menjadi lebih tertantang dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Zhang & Campbell (2015) mengemukakan bahwa terdapat hubungan
antara kualitas guru dan prestasi siswa. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa
kualitas kualitas guru yang baik dalam pembelajaran matematika meningkatkan
prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dengan tinggi. Secara keseluruhan,
kualitas guru mempunyai efek positif terhadap prestasi siswa. Kualitas guru dalam
3
melakukan pembelajaran di sekolah juga dipengaruhi oleh lamanya guru tersebut
mengajar dan umur dari guru itu sendiri.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan, kualitas guru
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi siswa. Guru yang
berkualitas dapat dilihat dari berapa lama guru mengajar dan dari cara guru
memberikan pengajaran. Semakin siswa tertarik terhadap pengajaran yang
diberikan guru dan meningkatkan prestasi siswa, maka dapat dikatakan bahwa
guru tersebut adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas mengantarkan
siswa untuk berprestasi dan secara signifikan meningkatkan pendidikan di suatu
sekolah.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi
kepustakaan. Studi kepustakaan (Sugiyono, 2012) berkaitan dengan kajian teoritis
dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Metode ini dilakukan untuk
pengambilan data yang bersifat teori yang kemudian digunakan sebagai literatur
penunjang guna mendukung penulisan artikel yang dilakukan. Data diperoleh dari
sumber yang dapat dijadikan acuan yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti seperti jurnal, artikel, buku, maupun surat kabar.
PEMBAHASAN
Kualitas guru mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi siswa dan
juga kualitas pendidikan khususnya di sekolah. Secara langsung, kualitas guru
dalam pembelajaran mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Guru sekolah dasar adalah peletak dasar-dasar pengetahuan untuk peserta didik
yang nantinya akan dibawa sampai peserta didik mencapai kedewasaan. Oleh
karena itu, diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas guru yang
dirasa sudah mulai menurun khususnya di Indonesia. Beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia antara lain:
1.
Program Induksi Berbasis Perguruan Tinggi
4
Program induksi berbasis perguruan tinggi (Van Zandt Allen, 2014)
merupakan program pengembangan profesi guru untuk meningkatkan kualitas
guru. Program ini bisa dilakukan oleh guru dari berbagai tingkat pendidikan baik
dasar maupun menengah. Program ini adalah program pelatihan dimana guru
dilatih untuk melakukan mentoring sesama guru dan melakukan penelitian
tindakan kelas. Tujuan dari program ini adalah melatih guru untuk merumuskan
kurikulum, guru yang tepat guna, keterhubungan program dengan peningkatan
kualitas guru, dan masa kerja guru.
Dalam perumusan kurikulum, guru dilatih untuk menuliskan secara fokus
mengenai kebutuhan utama pembelajaran selama mereka mengajar di tahun
pertama yang mempunyai keterkaitan langsung terhadap peningkatan kualitas
guru. Merancang kurikulum dan pengajaran secara responsif terhadap kebutuhan
siswa tertentu adalah tugas utama dari tahun pertama guru dalam membuat
rancangan kurikulum. Guru juga dilatih untuk menjadi guru yang tepat guna.
Empat sumber tepat guna dapat diidentiikasi melalui beberapa hal berikut ini
(Bandura dalam Van Zandt Allen, 2014): pengalaman keahlian, melakukan
pembelajaran untuk orang lain, kepercayaan verbal, dan respon psikologis.
Keterhubungan program dengan peningkatan kualitas guru berkaitan dengan
proses pembelajaran guru saat guru masih menjadi mahasiswa di perguruan tinggi.
Proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mempunyai relevansi terhadap
profesi guru yang menjadi kompetensi lulusannya. Guru juga akan dilatih secara
khusus berkaitan dengan masa kerja guru tersebut. Guru yang memiliki masa
kerja yang sudah lama tentunya akan mendapatkan porsi pelatihan yang berbeda
dengan guru yang masa kerjanya kurang sama dengan satu tahun.
Program ini memberikan dampak yang positif dalam pengembangan
profesionalisme guru khususnya dalam meningkatkan kualitas guru. Program ini
memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru untuk mengembangkan
sendiri desain kurikulum yang akan digunakan dalam melakukan pembelajaran di
kelas. Program induksi berbasis perguruan tinggi membantu guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dengan lebih variatif
demi mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Selain itu, program ini
5
memberikan gambaran kepada guru mengenai pembelajaran yang akan dilakukan
kemudian hari. Program pelatihan ini melatih guru untuk merancang pembelajaran
yang berkesinambungan di setiap pertemuannya.
2.
Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan profesi guru adalah salah satu progam untuk meningkatkan
kualitas guru yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia (Sutoyo, 2014).
Pendidikan profesi guru sendiri terbagi menjadi dua yaitu pendidikan profesi guru
dalam jabatan dan pendidikan profesi guru pra jabatan. Pendidikan profesi guru
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan guru agar
menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional
pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik (Permendiknas No. 9
Tahun 2010). Program pendidikan profesi guru bertujuan untuk menghasilkan
guru profesional yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan,
dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; dan mampu melakukan penelitian dan
mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan program profesi guru, seorang guru harus mengikuti
program ini harus mempunyai kesesuaian dengan satuan pendidikan atau mata
pelajaran yang diampu. Tidak bisa guru mata pelajaran matematika mengikuti
pendidikan profesi guru untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Kualifikasi
akademik peserta didik program pendidikan profesi guru bagi guru dalam jabatan
adalah S-1/D-IV. Sistem pembelajaran pada program PPG mencakup kegiatan
workshop Subject Specific Pedagogy, praktikum (peer teaching, micro teaching,
bidang studi), dan praktek pengalaman lapangan yang diselenggarakan dengan
supervisi langsung secara intensif oleh dosen yang ditugaskan khusus untuk
kegiatan tersebut. Beban belajar atau waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan
program profesi guru ini berbeda-beda, tergantung pada jenjang pendidikan dan
latar belakang lulusannya. Khusus untuk guru SD lulusan program studi
pendidikan guru sekolah dasar, beban belajar adalah 18 (delapan belas) sampai
dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.
6
Pelaksanaan program pendidikan profesi guru dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran. Program
pendidikan profesi guru memberikan hasil yang positif dalam melatih guru
membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran,
meningkatkan
kemampuan
mengajar, melatih pembuatan bahan ajar dan lembar kerja siswa, melatih guru
untuk mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi, dan melatih guru
dalam penguasaan prinsip pembelajaran yang mendidik (Anita & Arifin, 2013).
KESIMPULAN
Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya oleh guru itu sendiri. Guru yang berkualitas mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pencapaian prestasi siswa. Guru yang berkualitas dapat
mengantarkan pembelajaran kepada pendidikan yang berkualitas. Upaya
peningkatan kualitas guru dapat dilakukan dengan melakukan program kegiatan
induksi berbasis perguruan tinggi yang mana guru dilatih untuk mengkaitkan dan
merumuskan kurikulum, bagaimana menjadi guru yang tepat guna, keterhubungan
program dengan peningkatan kualitas guru, dan masa kerja guru. Selain itu, upaya
peningkatan kualitas guru juga dapat dilakukan dengan program pendidikan
profesi guru yang mana guru dilatih untuk membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran, meningkatkan kemampuan mengajar, melatih pembuatan bahan
ajar dan lembar kerja siswa, melatih guru untuk mengembangkan metode
pembelajaran yang bervariasi, dan melatih guru dalam penguasaan prinsip
pembelajaran yang mendidik.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Nurul & Arifin Rahman. 2013. “Penilaian Peserta PPG SM-3T Prodi PPKn
UNESA Terhadap Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Tahun 2013”. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 1(3), hlm. 409-423.
Diperoleh
dari
http://ejournal.unesa.ac.id/article/6598/41/article.pdf
(diunduh 14 Desember 2016)
Goldhaber, Dan. 2016. “In Schools, Teacher Quality Matters Most”. Education
Next.
16(2),
hlm.
56-62.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=1a79954b-eaaf-46d0a6a0072963650b00%40sessionmgr103&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=113544266&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
Hurriyati, Ratih. 2016. “Kualitas Guru Kita”. Pikiran Rakyat, 4 Mei 2016.
Diperoleh di http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-gurukita-368286 (diakses 13 Desember 2016)
Permendiknas No. 9 Tahun 2010 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Bagi
Guru Dalam Jabatan
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
LaksBang Mediatama
Şahin, Alpaslan. 2015. “The Effects of Quantity and Quality of Teachers' Probing
and Guiding Questions on Student Performance”. Sakarya University
Journal
of
Science.
19(1),
hlm.
95-113.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=768e819f-87d0-40efac7f5875ab1521a1%40sessionmgr102&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=108867646&db=bth (diunduh 13 Desember
2016)
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
8
Sutoyo. 2014. “Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Pendidikan Profesi Guru”.
Widya
Wacana,
9(1),
hlm.
18-25.
Diperoleh
dari
http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=380970 (diunduh 13 Desember
2016)
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Van Zandt Allen, Laura. 2014. “Connecting The Continuum: A University-Based
Induction Program to Improve Teacher Quality”. Teacher Development.
18(1),
hlm.
65-80.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=bb27712c-b161-4c2393cd25add536c5d0%40sessionmgr120&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=94757804&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
Zhang, Danhui & Campbell Todd. 2015. “An Examination of the Impact of
Teacher Quality and ‘Opportunity Gap’ On Student Science Achievement in
China”. International Journal of Science & Mathematics Education. 13(3),
hlm.
489-513.
Diperoleh
dari
http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=93690a13-718e-4893b83cfede9aa56b00%40sessionmgr107&vid=0&hid=115&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#AN=102424515&db=ehh (diunduh 13 Desember
2016)
9